PERMAINAN PERTEMANAN (FRIENDSHIP) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HAMBATAN EMOSI DAN SOSIAL.

(1)

PERMAINAN PERTEMANAN (FRIENDSHIP) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN

HAMBATAN EMOSI DAN SOSIAL

(Penelitian Single Subject Reseach di SLB Bina Anugerah Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Oleh Arif Wibawanto

054997

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

========================================================== ========

PERMAINAN PERTEMANAN (FRIENDSHIP) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN

HAMBATAN EMOSI DAN SOSIAL

(Penelitian Single Subject Reseach di SLB Bina Anugerah Lembang)

Oleh Arif Wibawanto

054997

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Arif Wibawanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Pebruari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ARIF WIBAWANTO 054997

PERMAINAN PERTEMANAN (FRIENDSHIP) UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK HAMBATAN EMOSI DAN SOSIAL

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Dr. Juhanaini, M.Ed NIP. 196005051986032001

Pembimbing II,

Drs. Nandi Warnandi, M.Pd NIP. 195905251984031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PERMAINAN PERTEMANAN (FRIENDSHIP) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK DENGAN HAMBATAN EMOSI DAN

SOSIAL

(Penelitian Single Subject Reseach di SLB Bina Anugrah Lembang) Oleh : Arif Wibawanto (054997)

Penelitian diangkat dari studi pendahuluan mengenai keterampilan sosial siswa dengan hambatan emosi dan sosial di SLB Bina Anugrah Lembang yang masih belum optimal. Hal terlihat dari kemampuan siswa dalam berinteraksi dengan temannya yang terlihat masih belum berkembang dan membuat siswa dengan teman-temannya menjadi kurang saling mengenal satu sama lain. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut, maka penulis termotivasi untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi permasalah penelitian.

Penggunaan permainan pertemanan ini menjadi sangat penting karena dapat lebih banyak menstimulasi anak untuk belajar berinteraksi dengan lingkungannya (teman-teman dan guru). Dalam penelitian ini permainan pertemanan yang dipilih telah disetting terlebih dahulu sehingga matang dalam pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan permainan pertemanan (friendship) dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan Single Subject Research, sedangkan desain yang digunakan adalah desain A-B-A. target behavior dalam penelitian ini yaitu anak dapat menggambarkan dan menjelaskan sosok teman yang ada dipikirannya melalui permainan pertemanan. Data yang diperoleh dianalisis melalui statistik deskriptif, dan ditampilkan melalui grafik.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa permainan pertemanan dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan hambatan emosi dan sosial kelas 3 SD di SLB Bina Anugrah Lembang. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial. Hasil yang didapat untuk mean aspek sosial pada kondisi baseline sebesar 33 % setelah dilakukan intervensi meningkat menjadi 88,7%. Untuk aspek emosi mean kondisi awal sebesar 80% menjadi 92,5% dan aspek perilaku dengan mean kondisi awal 27% meningkat menjadi 66%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan pertemanan (friendship) dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa dengan hambatan emosi dan sosial di SLB Bina Anugrah Lembang.

Kata Kunci :anak dengan hambatan emosi dan sosial, permainan pertemanan, keterampilan sosial


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH………... iii

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GRAFIK………. xiv

DAFTAR GAMBAR……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian ……… 8

D. Manfaat Penelitian ……….. 11

E. Struktur Organisasi Skripsi ……….. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ……… 13

B. Kerangka Pemikiran ……… 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 28


(6)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel ……….……… 32 D. Teknik Pengumpulan Data ………. 32 E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ………. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengolahan Data ………. 40

B. Analisis Data……… 47

C. Pembahasan Atau Analisis Temuan……… 89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan……… 91 B. Rekomendasi………... 91 DAFTAR PUSTAKA……… 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

4.1 Data Hasil Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2) Kemampuan Kemampuan Keterampilan Sosial Dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Sosial) ………..…. 41

4.2 Data Hasil Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2) Kemampuan Kemampuan Keterampilan Sosial Dengan Permainan Pertemanan (Aspek Emosi)... 42 4.3 Data Hasil Baseline 1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2) Kemampuan

Kemampuan Keterampilan Sosial Dengan Permainan Pertemanan (Aspek Perilaku)... 43 4.4. Data hasil baseline 1 (a-1), intervensi (b), baseline-2 (a-2) kemampuan

kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi keseluruhan indikator dalam aspek sosial)……… 44 4.5. Data hasil baseline 1 (a-1), intervensi (b), baseline-2 (a-2) kemampuan

kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi keseluruhan indikator dalam aspek emosi )……… 45 4.6. Data hasil baseline 1 (a-1), intervensi (b), baseline-2 (a-2) kemampuan

kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi keseluruhan indikator dalam aspek perilaku )……… 47 4.7. Panjang Kondisi Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Sosial, Emosi dan Perilaku)……… 48

4.8. Kecenderungan Stabilitas Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Sosial) ……….. 63

4.9. Kecenderungan Stabilitas Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Emosi) ……….. 64


(8)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.11. Kecenderungan Arah Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Sosial)………. 64

4.12. Kecenderungan Arah Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Emosi)………. 65

4.13. Kecenderungan Arah Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Perilaku)……… 65

4.14. Level Stabilitas dan Rentang Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Sosial)……….. 65

4.15. Level Stabilitas dan Rentang Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Emosi)……….. 66

4.16. Level Stabilitas dan Rentang Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan

(Aspek Perilaku)……….. 65

4.17. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Sosial) ……… 67

4.18. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Emosi) ……… 68

4.19. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Perilaku) ……… 67

4.20. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek Sosial) ………. 68 4.21. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Keterampilan Sosial dengan

Permainan Pertemanan (Aspek Emosi) ………. 70 4.22. Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi Keterampilan Sosial dengan

Permainan Pertemanan (Aspek Perilaku) ………. 72 4.23. Jumlah Variabel yang Diubah dari Kondisi Baseline (A) ke Intervensi

(B)Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek Sosial, Emosi

dan Perilaku) ……… 74

4.24. Perubahan Kecenderungan Arah dan EfeknyaKeterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (aspek Sosial, Emosi dan Perilaku) ……… 75


(9)

4.25. Kecenderungan Stabilitas Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek Sosial, Emosi, Perilaku) ………. 75 4.26. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Sosial) ……….. 76

4.27. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Emosi) ……….. 76

4.28. Perubahan Level Keterampilan Sosial dengan Permainan Pertemanan (Aspek

Perilaku) ……….. 77

4.29. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Keterampilan Sosial dengan

Permainan Pertemanan (Aspek Sosial) ……….. 84 4.30. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Keterampilan Sosial dengan

Permainan Pertemanan (Aspek Emosi) ……….. 85 4.31. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Keterampilan Sosial dengan


(10)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

1.1.keterampilan sosial dengan permainan pertemanan KondisiBaseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) (Aspek

Sosial)………. 42

1.2.keterampilan sosial dengan permainan pertemanan KondisiBaseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) (Aspek

Emosi)………. 43

1.3.keterampilan sosial dengan permainan pertemanan KondisiBaseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) (Aspek

Perilaku)……… 44

4.4. keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi aspek sosial) KondisiBaseline-1 (A-1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ……… 45 4.5. keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi aspek emosi)

KondisiBaseline-1 (A-1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ……… 46 4.6. keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (komulasi aspek perilaku)

KondisiBaseline-1 (A-1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ……… 47 4.7. Kecenderungan Arah Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan

pertemanan (aspek sosial) Pada Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B),

Baseline-2 (A-2) ……… 49

4.8. Kecenderungan Arah Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek emosi) Pada Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B),

Baseline-2 (A-2) ……… 50

4.9. Kecenderungan Arah Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek perilaku ) Pada Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B),


(11)

4.10. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-1 (A-1) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek sosial)

……… 53

4.11. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek sosial)

……… 54

4.12. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek sosial)

……… 55

4.13. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-1 (A-1) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek emosi)

………. 56

4.14. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek emosi)

……… 58

4.15. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek emosi)

………. 59

4.16. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-1 (A-1) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek

perilaku)……… 60

4.17. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek perilaku)

………. 61

4.18. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability) Kondisi Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (aspek


(12)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.19. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek

Sosial) ……… 78

4.20. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek

Sosial)……… 79

4.21. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek

Emosi) ……….. 80

4.22. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek

Emosi) ……….. 81

4.23. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek

Perilaku) ……….. 82

4.24. Data Overlap (Percentage of Overlap) Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) Kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (Aspek


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Desain A-B-A ……… 10

2.1. Kerangka Pemikiran ……….. 27

3.1. Desain A-B-A ……… 30


(14)

1

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Anak adalah individu yang unik, dengan keunikan yang dimilikinya membuat cara pemenuhan kebutuhan anak menjadi berbeda dari yang lainnya baik secara fisik, intelektual, emosional, maupun sosial. Kebutuhan seperti rasa aman, kasih sayang, perhatian, dan mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar. Oleh karenanya, dibutuhkan salah satu komponen agar tumbuh dan kembang anak sesuai sebagaimana mestinya, untuk itu pemenuhan dari segi pendidikan dan sosial sudah seharusnya ditanamkan semenjak kanak-kanak. Menurut Ki Hajar Dewantara (Tn.10:2010) mengemukakan bahwa:

Anak-anak itu sebagai makhluk tuhan, sebagai manusia, sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Apa yang dikatakan “kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu“ tiada lain adalah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu, yang ada karena kekuatan kodrat

Sedangkan Tokoh Teori Nativisme Schoupenhaven (Tn.10:2010) Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap individu (anak) dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor turunan (hereditas) yang berasal dari orang tuanya, dan hal ini menjadi faktor penentu utama perkembangan individu.

Ditambahkan oleh Maria Montessori (Tn.10:2010)

Mendefinisikan anak adalah kesatuan dari hal yang bersifat fisik (tubuh) dan hal yang bersifat fsikis (intelektual). Perkembangan fsikis anak tergantung pada interaksi bebas dengan lingkungannya yang merupakan hasil alami dari kesatuan mental dan fisiknya.

Dari definisi-definisi di atas dapat diambil konklusi bahwa anak adalah individu dimana dalam diri anak adanya kekuatan yang bersifat individualis yang khas, besarnya pengaruh lingkungan yang dapat mewarnai terdapat kebutuhan aspek yang harus terpenuhi untuk dapat menunjang dalam kehidupannya, seperti emosi, sosial, serta pendidikan. Apabila terdapat aspek yang tidak terpenuhi seperti


(15)

2

dalam aspek sosial, akan berdampak buruk pada keterampilan sosial anak karena ini berkaitan dengan cara anak untuk berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

Pada anak dengan hambatan emosi dan sosial mungkin mempunyai permasalahan dalam penyesuaian sosial, motivasi atau keterampilan-keterampilan mengatur diri (self-management skills), penolakan (rejection), keberartian dirinya (self worthness) rentang perhatian yang kurang, serta keterampilan sosial, dikarenakan anak dengan hambatan emosi dan sosial yang mengendalikan perbuatannya ialah emosinya, sehingga peran rasionalnya tidak berfungsi semestinya. Oleh sebab itu, terkadang anak dengan hambatan emosi dan sosial sulit diterima atau bahkan dipahami orang lain, lingkungan kelas, sekolah maupun masyarakat secara yang rasional, karena tidak ada kesesuaian antara stimulus yang diterima dan respon yang diberikan. Ketika bercanda tersinggung sedikit saja langsung bereaksi menendang, memukul, memaki, mencela, melempar benda yang ada di depannya atau bahkan membunuh. Berdasarkan rasional serta logika yang sesuai itu adalah tindakan yang biasa saja sehingga tidak seharusnya direspon demikian akan tetapi itu yang terjadi pada anak dengan hambatan emosi dan sosial karena emosi yang menguasi dirinya. Anak dengan hambatan emosi dan sosial dapat diartikan anak dengan kecerdasan emosi yang rendah, karena anak dengan hambatan emosi dan sosial tidak dapat memahami serta membedakan perilaku yang positif dan negatif. Kirk. A. S, (Setiawan, A. 1-2: 2009) bahwa anak dengan hambatan emosi dan sosial adalah mereka yang terganggu perkembangan emosi, menunjukkan adanya konflik dan tekanan batin, menunjukkan kecemasan, penderita neurotis atau bertingkah laku psikotis. Dengan terganggunya aspek emosi dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain atau lingkungannya. Anak dengan hambatan emosi dan sosial adalah suatu tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma keluarga, sekolah dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Nelson (Setiawan, A. 2: 2009) seorang anak dikatakan memiliki hambatan emosi dan sosial apabila tingkah laku mereka menyimpang dari ukuran menurut norma, usia, jenis kelamin, atau dilakukan dengan frekuensi


(16)

3

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu N. M. A, (Setiawan, A. 2: 2009)

Seorang anak digolongkan hambatan emosi dan sosial apabila tingkah laku mereka ada kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang memuncak dan menimbulkan gangguan-gangguan, sehingga yang berwajib terpaksa mengambil tindakan dengan jalan menangkap dan mengasingkannya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa anak dengan hambatan emosi dan sosial dapat diartikan dengan anak yang secara kecerdasan emosi dan sosialnya rendah. Itu dapat terlihat dari kemampuan anak dalam mengelola emosi serta berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang teramat tidak berkesuaian serta kesulitan dalam memahami dan membedakan perilaku yang positif dan negatif, sehingga terkadang anak dengan hambatan emosi dan sosial dianggap sebagai

pengganggu/pengacau di mana anak tersebut berada. Hal ini menyebabkan mereka menjadi kurang memiliki sikap dan kontrol diri yang baik, sehingga segala tindakan mereka cenderung melanggar norma-norma dan peraturan yang ada pada lingkungan masyarakat (kelas dan sekolah). Melihat akibat yang ditimbulkan dari anak yang mengalami hambatan emosi dan sosial, itu tidak terlepas pada kurangnya keterampilan sosial yang dimiliki anak dengan hambatan emosi dan sosial, maka sebagai pendidik haruslah menciptakan suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan sosial anak, diantaranya yaitu keterampilan kerjasama, berinteraksi, dan bertukar pikiran.

`Keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan menunjang proses interaksi. Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang berkaitan dengan hubungan atau interaksi individu dengan yang lainnya. Menurut Ahmad (Nuraidah: 2006) bahwa: “Keterampilan sosial adalah kemampuan anak untuk mereaksi secara efektif dan berkegunaan terhadap lingkungan sosial yang merupakan persyaratan bagi penyesuaian sosial yang baik, kehidupan yang memuaskan dan dapat diterima masyarakat”.

Hal lain yang harus dimiliki anak dalam keterampilan sosial adalah anak mampu membedakan dan memahami perilaku yang positif dan negatif. Senada dengan pendapat Libert dan Lewinson (Philips, 4; 1985, Nuraidah; 2006) keterampilan sosial adalah kemampuan kompleks untuk melakukan perilaku yang


(17)

4

mendapat penguatan positif atau tidak melakukan perilaku yang mendapat penguatan negatif.

Keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik lingkungan teman sebaya atau orang dewasa. Kedua dimensi kemampuan tersebut pada akhirnya mengarah pada penerimaan sosial terhadap individu-individu yang memiliki kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan antar pribadi cenderung memiliki keterampilan sosial yang rendah.

Perubahan keterampilan sosial yang diharapkan sebagai pencapaian hasil belajar anak dengan hambatan emosi dan sosial banyak yang tidak sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan ketidakstabilan antara pikiran rasional, logika, dan emosi. Sedangkan pembelajaran pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal. Hasil belajar berupa nilai akademik, keterampilan, dan perubahan perilaku anak terkadang tidak sesuai. Pada satu sisi anak dengan hambatan emosi dan sosial dapat mencapai nilai akademik cukup tinggi, tetapi di sisi lain perubahan perilaku yang diharapkan kurang optimal. Dalam kaitannya dengan belajar, emosi memegang peranan yang amat penting, karena setiap proses belajar selalu melibatkan emosi. Pada kenyataannya, dalam kegiatan belajar anak dengan hambatan emosi dan sosial banyak mengalami hambatan, sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam proses kegiatan belajar bahwasanya emosi dan sosial memegang peran penting., karena pada proses belajar selalu melibatkan emosi dan sosial anak baik di lingkungan kelas ataupun lingkungan sekolah. Seseorang dapat belajar dengan baik apabila mampu mengendalikan emosi dan sosial dengan baik. Peranan emosi dan sosial tersebut akan mempengaruhi pada peningkatan aktivitas belajar anak di mana anak akan lebih termotivasi dalam belajar memiliki rasa tanggung jawab, bersemangat, dan dapat bersosialisasi baik dengan teman dan guru. Hambatan-hambatan yang terjadi dan sering muncul pada anak dengan hambatan emosi dan sosial dalam proses belajar mengajar


(18)

5

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimiliki anak, sehingga ini menyulitkan anak untuk dapat menerima rangsangan yang diberikan guru di dalam pembelajaran serta peran guru yang kurang dapat memahami kebutuhan anak. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen pengajaran agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan atau meningkatkan kegiatan belajar pada anak seoptimal mungkin.

Salah satu permasalahan dihadapi anak sebagaimana yang dikemukakan oleh guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Lembang saat melakukan observasi atau studi pendahuluan. Anak yang duduk di kelas tiga, berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa guru di sekolah tersebut, guru menggolongkan anak ini sebagai anak dengan hambatan emosi dan sosial dengan ciri-ciri dan karakteristik yang dimilikinya. Dalam pengamatan dan diperkuat dengan keterangan yang diberikan oleh pihak sekolah, anak seringkali merasa enggan untuk bersama-sama dengan temannya dan hal ini biasanya terjadi karena beberapa hal yaitu karena anak malas untuk sekolah sehingga tidak mau belajar dan bersosialisasi dengan teman-temannya atau sebaliknya teman-temannya pun merasa terganggu dengan perilaku anak yang dianggap tidak menyenangkan dan juga anak merasa kurang percaya diri untuk bersama dengan teman-temannya, sehingga anak cenderung tidak mengetahui nama teman-temannya karena tak peduli terhadap lingkungan sekitar.

Selama proses pembelajaran di sekolah, anak lebih banyak berinteraksi dengan salah satu guru yang merupakan guru kelasnya. Berbagai strategi yang telah ditempuh oleh guru tersebut untuk selalu membuat anak lebih bergaul dengan teman-temannya seperti melibatkan anak dalam permainan kelompok atau dilibatkan dalam kegiatan olah raga bersama, masih belum dapat membuat anak bertahan lebih lama untuk bergabung dengan teman-temannya dan terlihat tak peduli kepada lingkungan sekitarnya, bahkan mengganggu dan membuat teman-temannya merasa tidak aman dan tidak nyaman dengan keberadaan anak tersebut. Berdasarkan hasil observasi atau studi pendahuluan yang penulis lakukan sebelum melaksanakan penelitian membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi sebuah permasalahan penelitian. Penulis memiliki anggapan bahwa


(19)

6

keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial akan terbentuk ketika orang-orang yang berada di sekitar anak tersebut memiliki upaya atau strategi-strategi yang efektif untuk membuat keberadaan anak menjadi lebih diterima oleh lingkungannya. Selain itu penulis berpendapat bahwa ketika lingkungan belum sepenuhnya bersikap terbuka terhadap keberadaan anak dengan hambatan emosi dan sosial karena perilakunya yang dianggap menyimpang, maka cara awal yang ditempuh adalah mengajak anak untuk lebih mengenal lingkungannya dan “memperkenalkan” bahwa anak dengan hambatan emosi dan sosial pun masih dapat diajarkan perilaku yang secara sosial dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya dan masyarakat secara luas, sehingga citra anak dengan hambatan emosi dan sosial yang dianggap memiliki penyimpangan emosi dan sosial lebih bisa dikikis oleh adanya upaya intervensi yang terus menerus dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, dalam hal ini guru yang berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial sebagai salah satu pendorong terjadinya interaksi.

Fokus permasalahan yang diangkat lebih kepada cara untuk meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial di SLB tersebut. Tentunya untuk meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial diperlukan satu media atau cara yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilannya. Salah satu alasan terpenting mengapa permainan pertemanan (friendship) digunakan dalam penelitian ini, karena permainan tersebut akan melibatkan orang-orang sekitar anak (teman sebaya) dan orang dewasa (guru) dengan latar kelas ataupun sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Elias, M. J; 1997), bahwa belajar di ruang kelas dan sekolah adalah tempat di mana keterampilan sosial dan emosional secara aktif dilakukan dengan menyenangkan dan berkegunaan serta mengembangkan keterampilan sosial anak. Diharapkan dengan permainan pertemana (friendship) ini, dapat membantu anak dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Permainan ini penulis kembangkan untuk dapat meningkatkan


(20)

7

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan sosial pada anak dengan hambatan emosi dan sosial di kelas ataupun di sekolah.

Penulis menganggap penting permasalahan ini untuk diangkat karena sekolah berperan sebagai wadah untuk mengeksplorasi potensi-potensi anak, sudah semestinya secara sistematis memberikan pemahaman akan pentingnya keterampilan sosial. Karena ketika keterampilan sosial emosional anak muncul, maka memiliki dampak yang baik bagi anak seperti prestasi akademik anak yang meningkat, menurunnya masalah perilaku yang muncul dan masing-masing anak memperbaiki kualitas hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas penulis mengidentifikasi permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Anak dengan hambatan emosi dan sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial sebagai bekal bila mereka bergaul sehari-hari dan hidup di masyarakat.

2. Akibat dari rendahnya keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial, maka diperlukan suatu yang dapat menolong. Permainan yang dapat menciptakan anak untuk berpartisipasi aktif dan turut serta bekerja sama sehingga keterampilan sosial anak dapat dikembangkan.

3. Upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial di SLB Bina Anugrah Lembang dalam meningkatkan hasil yang ditentukan

4. Permainan pertemanan (friendship) diduga dan mampu meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial

Dari pemaparan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah permainan pertemanan (friendship) dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial di SLB Bina Anugrah Lembang Kabupaten Bandung Barat”?


(21)

8

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan permainan pertemanan (friendship) dalam meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini:

a. Untuk mengetahui keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial setelah mendapatkan intervensi

b. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan sosial anak setelah mendapatkan perlakuan permainan pertemanan (friendship)

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara teoritis.

Manfaat secara teoritis bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini merupakan dasar selanjutnnya demi kesempurnaan dan tercapainya hasil penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan berkegunaan mengenai pentingnya permainan pertemanan (friendship) bagi anak dengan hambatan emosi dan sosial dalam mengembangkan keterampilan sosialnya.

2. Manfaat secara praktis a Bagi anak

Membiasakan diri berperilaku sosial yang sesuai, sehingga dikemudian hari menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang luhur, sikap kerjasama dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

b Bagi Guru.

Memberikan sumbangan pemikiran dalam merencanakan model pembelajaran bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.


(22)

9

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c Bagi Sekolah.

Berkembangnya keterampilan sosial anak maka proses pendidikan dan pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya diharapkan akan tercapainya tujuan institusional dengan baik.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Adapun urutan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan masalah C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis 2. Manfaat secara Praktis E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka

1. Konsep Emosi dan Sosial

2. Hambatan Emosi dan Sosial pada Anak

3. Klasifikasi Hambatan Emosi dan Sosial pada Anak 4. Dampak Hambatan Emosi dan Sosial


(23)

10

6. Konsep Dasar Bermain

7. Konsep Dasar Keterampilan Sosial B.Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian

B. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep 2. Definisi Operasional

C.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian D.Teknik Pengumpulan Data

E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Data

B. Analisis Data

C. Pembahasan atau Analisis Temuan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(24)

26

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu. Arikunto, S. (3: 2002) mengemukakan pendapatnya tentang eksperimen sebagai berikut :

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Sunanto J. (115: 1995) mengatakan bahwa metode eksperimen, yaitu “suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan (treatment)”

Untuk mendukung upaya meningkatkan keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial dalam penelitian ini digunakan suatu rancangan eksperimen dengan penelitian subjek tunggal, atau lebih dikenal dengan istilah Single Subject Research (SSR). SSR mengacu pada strategi penelitian yang sengaja dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tingkah laku subjek secara individu.

Dengan kata lain, penelitian subjek tunggal merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku (behavior analytic). SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tingkah laku subjek secara individu. Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain kelompok yang sama, hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku.


(25)

27

Desain penelitian subjek tunggal yang digunakan adalah A-B-A, yaitu desain penelitian yang memiliki tiga fase yang bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan kepada individu, dengan cara membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah intervensi.

Sunanto, J., et al (44: 2006) menyatakan bahwa :

Pada desain A-B-A, mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B) setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi, sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan terikat lebih kuat.

Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu A1 (baseline 1), B (intervensi), dan A2 (baseline 2).

A1 (baseline 1) yaitu kemampuan dasar, dalam hal ini keterampilan sosial yang dikuasai subjek penelitian sebelum mendapat perlakuan. Subjek diperlakukan secara alami tanpa pemberian intervensi (perlakuan). Sunanto, J. et al. (41: 2006) menyatakan bahwa “baseline adalah kondisi dimana pengukuran perilaku sasaran dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun”.

B (Intervensi) yaitu kondisi subjek penelitian selama diberi perlakuan, dalam hal ini adalah permainan pertemanan (friendship) tujuannya untuk mengetahui kemampuan subjek dalam meningkatkan keterampilan sosial subjek. Sunanto, J., et al (41: 2006) menyatakan bahwa “Kondisi intervensi aadalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur di bawah kondisi tersebut.”

A2 (baseline 2) yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek.

Struktur dasar desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut :


(26)

28

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Baseline (a) Intervensi (b) Baseline (a)

SESI Gambar 3.1. B.Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini ada dua variabel. Variabel pertama adalah “Permainan pertemanan (friendship)” sebagai variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

Variabel kedua adalah meningkatkan keterampilan sosial sebagai variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama perilaku Sasaran atau target behavior. Perilaku Sasaran dalam penelitian ini adalah anak dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan lingkungannya (teman dan guru) dengan menggunakan permainan pertemanan (friendship).

2. Definisi Operasional Variabel

Maksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat peningkatan keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial dengan permainan pertemanan (friendship). Hal ini didasarkan pada kondisi di lapangan pada saat melakukan studi pendahuluan bahwa anak yang mengalami hambatan emosi dan sosial mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan


(27)

29

sekitarmya karena lingkungan sekitarnya menganggap anak tersebut memberikan rasa tidak aman karena perilaku yang ditampilkannya dianggap menyimpang, juga didorong oleh masalah yang ada dalam dirinya yang terkadang terlihat enggan untuk bergabung bersama teman-temannya, sehingga menjadi kurang mengenali teman-temannya.

Kemampuan keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial diambil menjadi masalah yang akan di teliti mengingat pentingnya berinteraksi sosial dan bersosialisasi untuk membangun komunikasi dengan lingkungannya.

Selain itu, peneliti pun mempersiapkan instrumen dan program permainan sebagai alat ukur yang akan digunakan dengan indikator-indikator yang ingin dicapai dalam penelitian. Dalam penelitian ini data akan didapat dengan pengamatan yang mengacu kepada instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya dan penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Adapun tahapan dalam permainan pertemanan (friendship) yang digunakan dan dimodifikasi dari buku 100 Ways to Enhance Self-Concept in the Classroom (Canfileld, J & Wells, H ; 1976) yaitu sebagai berikut:

a. Membuat sebuah pertemuan diskusi dalam kelas untuk membahas mengenai menjalin pertemanan.

b. Mintalah anak untuk menggambar seorang teman.

c. Mintalah anak untuk menjelaskan sosok teman yang dibuat.

d. Merencakan permainan antara anak dengan teman-teman lainnya seperti menanam bersama, bermain berkelompok, menggambar bersama.

e. Melaksanakan permainan yang telah disetting sebelumnya dengan sasaran adalah subjek dan teman-temannya dengan melibatkan guru.

f. Melaksanakan permainan selama intervensi berlangsung. g. Melaksanakan evaluasi hasil kegiatan intervensi

Semua tahapan ini merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dan akan diikuti oleh subjek sesuai dengan tahapan yang telah dibuat dan akan terus dikembangkan oleh penulis.


(28)

30

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SLB Bina Anugrah Lembang yang di dalamnya terdapat berbagai jenis anak berkebutuhan khusus termasuk anak dengan hambatan emosi dan sosial.

2. Populasi

Penelitian ini akan dilakukan di SLB Bina Anugrah Lembang yang memiliki anak dengan berbagai macam kebutuhan khusus. Termasuk di dalamnya terdapat satu orang anak dengan hambatan emosi dan sosial.

3. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yang tidak memberikan ruang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang diambil adalah Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Karena dalam penelitian ini yang akan diangkat adalah mengenai peningkatan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial, maka pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan karaktersitik atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sampel yang diambil untuk menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak yang dinyatakan oleh guru sebagai anak dengan hambatan emosi dan sosial berjenis kelamin laki-laki berusia sepuluh tahun yang duduk di kelas tiga sekolah dasar luar biasa dan bersekolah di SLB Bina Anugrah Lembang.


(29)

31

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Observasi; Observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan sosial subjek dengan lingkungannya. Observasi dilakukan secara langsung oleh penulis karena penulis terlibat langsung dalam proses penelitian.

2. Dokumentasi; Dokumentasi digunakan sebagai bukti yang akan memperkuat hasil penelitian yang akan dilampirkan dalam hasil penelitian. 3. Instrumen/checklist yang telah dipersiapkan. Instrumen penelitian dibuat

untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial untuk dapat berinteraksi dan bekerja sama (sosialisasi) dengan teman-temannya menggunakan media permainan pertemanan. Instrumen ini dibuat berdasarkan tiga aspek yaitu sosial, emosi, dan perilaku serta masing-masing aspek diukur dengan menggunakan (%) presentase. (Instrumen terlampir). Adapun kriteria penilaian dari instrumen yang dibuat adalah sebagai berikut:

Keterangan Kriteria Penilaian:

Kriteria penilaian adalah merupakan panduan dalam menentukan besar atau kecilnya skor yang didapat anak dalam kemampuan berinteraksi dan bekerja sama (sosialisasi) dengan teman-temannya dengan permainan pertemanan (friendship) yang dilakukan di sekolah.

Nilai 0 (Penolakan):

Jika anak melakukan penolakan untuk melakukan hal yang terdapat dalam indikator keterampilan sosial yang diukur

Nilai 1 (Kesulitan Sekali):

Jika anak sangat mengalami kesulitan untuk melakukan hal yang terdapat dalam indikator keterampilan sosial yang diukur. Kesulitan tersebut berupa kesulitan yang berasal dari dalam diri anak.


(30)

32

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai 3 (Dapat):

Jika anak dapat menunjukkan sikap yang sesuai dengan indikator keterampilan sosial yang diukur

a. Uji Validitas

Instrumen yang digunakan diuji validitasnya dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun mengenai permainan pertemanan (friendship) untuk meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial. Para ahli akan memberi keputusan; instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin diubah total.

Para ahli yang diminta pendapatnya yaitu dua orang guru sekolah luar biasa, dan satu orang guru wali kelas yang memegang subjek penelitian. Skor hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus :

n

P = × 100 % N

P = Skor / persentase (%) N = Jumlah Penilai n = Jumlah Cocok

Hasil uji validitas instrumen melalui rumus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen tersebut valid karena rata – rata item soal instrumen cocok. Walaupun terdapat beberapa item yang harus direvisi atau dihilangkan.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data penelitian sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Salah satu syarat agar penelitian dapat dipercaya yaitu data penelitian tersebut reliabel. Instrumen yang telah disusun harus diujicobakan untuk mengetahui data tersebut sudah reliabel atau belum. Adapun subjek ujicoba instrumen ini tentunya harus memiliki karakteristik sama atau mendekati karakteristik subjek


(31)

33

yang sebenarnya. Dalam hal ini, subjek tersebut adalah anak dengan hambatan emosi dan sosial yang memiliki keterampilan sosial yang masih belum optimal. Instrumen yang digunakan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan test – retest. Test – retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada subjek penelitian. Dalam hal ini, instrumen yang digunakan sama, subjek yang sama, tetapi waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dan berikutnya. “Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.”(Sugiyono, 184: 2006). Perhitungan koefisien korelasi antara percobaan pertama dan berikutnya yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar.

N.∑XY –( ∑X ) (∑Y) rxy =

√{(N.∑X2) –(∑X)2. (N.∑Y2) –(∑Y)2 Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi X dan Y X = Nilai percobaan awal Y = Nilai percobaan akhir N = Jumlah Subjek

E.Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu dari pada data kelompok, setelah data semua terkumpul kemudian data di analisis menggunakan teknik statistik deskriprif. Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang komplek tidak dilakukan, tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto, J. 65: 2005). Adapun tujuan analisis data dalam bidang modifikasi perilaku adalah untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah atau target behavior.


(32)

34

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan data ke dalam grafik khususnya grafik garis. Tujuan grafik dalam penelitian ini adalah peneliti dapat lebih mudah untuk menjelaskan perilaku subjek secara efisien dan detail.

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen – komponen yang dianalisis meliputi :

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan arah yang jelas.

b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis, dapat dilakukan dengan 1) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsung pada suatu kondisi sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. 2) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas (Trend Stability)

Kecenderungan stabilitas (trend stability) yaitu menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang berada di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point, dan dikalikan 100%. Jika persentase stabilitas sebesar 85 – 90%, maka data tersebut dikatakan stabil, sedangkan diluar itu dikatakan tidak stabil.


(33)

35

d. Jejak Data (Data Path)

Jejak data yaitu perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan data satu ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu : menaik, menurun, dan mendatar.

e. Rentang

Rentang yaitu jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberikan informasi yang sama seperti pada analisis tentang perubahan level (level change)

f. Perubahan Level (Level Change)

Perubahan level yaitu menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dan data terakhir.

2. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar suatu kondisi, misalnya kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen – komponen analisis antar kondisi meliputi:

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sararan difokuskan pada satu perilaku. Analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi.


(34)

36

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya

Perubahan kecedeungan stabilitas yaitu menunjukan tingat stabilitas perubahan dari serentetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menarik, dan menurun) secara konsisten. d. Perubahan Level Data

Perubahan level data yaitu menunjukkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (interensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data yang Tumpang Tindih (overlape)

Data yang tumpang tindih berarti terjadi data yang sama pada kedua kondisi (baseline dengan intervensi). Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Semakin banyak data tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Jika data pada kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Dengan demikian, diketahui bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.

Dalam penelitian ini, bentuk grafik yang digunakan untuk menganalisis data adalah grafik garis.

Sunanto, J. et al. (30: 2006) menyatakan komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk membuat grafik, antara lain:

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal). b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi).

c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

d. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

e. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi


(35)

37

f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

g. Judul Grafik yaitu judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Judul Grafik

Label kondisi Label kondisi

Skala

Garis perubah kondisi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Absis (X)

Gambar 3.2

Komponen – komponen Grafik

Perhitungan dalam mengolah data yaitu menggunakan persentase (%). Sunanto, J. et al. (16: 2006) menyatakan bahwa “persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan 100%.” Alasan menggunakan persentase karena peneliti akan mencari skor hasil tes sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (intervensi) dengan cara menghitung skor mengenai kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (friendship) anak dengan hambatan emosi dan sosial (skor yang diperoleh) dengan skor mengenai kemampuan keterampilan sosial) anak dengan hambatan emosi dan sosial (skor maksimal), kemudian skor tersebut dikalikan 100%.

Hasil skor jawaban benar

Nilai = X 100%

Ordi

n

a

t


(36)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa permainan pertemanan (friendship) memiliki dampak positif terhadap peningkatan kemampuan target behavior yang diinginkan. Target behavior yang dimaksud adalah anak dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan menggunakan permainan pertemanan (friendship). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya mean level.

Dalam penelitian ini yang diajarkan oleh peneliti melalui permainan pertemanan (friendship) ini adalah bagaimana cara anak untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan sosok teman melalui beberapa permainan yang disetting oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Peneliti menggunakan pedoman keterampilan sosial untuk dapat melihat setiap perubahan pada aspek keterampilan sosial anak berdasarkan aspek sosial, emosi, dan perilaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan pertemanan (friendship) dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial. Dengan permainan ini, anak dengan hambatan emosi dan sosial perlahan-lahan dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan lingkungannya (teman-teman dan guru). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian, bahwa permainan pertemanan dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial.

B. Rekomendasi

Atas dasar kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:


(37)

88

1. Pihak Guru

Kreatifitas guru dalam mengeksplorasi dan rasa optimis dapat sangat membantu untuk meningkatkan keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial permainan pertemanan (friendship) bisa dijadikan pilihan dalam mengajarkan interaksi sosial anakdengan hambatan emosi dan sosial karena permainan ini bersifat menyenangkan dan ekonomis, sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh berbagai pihak selain guru di sekolah.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini berlaku bagi subjek pada saat penelitian berlangsung. Untuk itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subjek lain yang lebih banyak dan beragam. Selain itu peneliti selanjutnya dapat mencoba menerapkan permainan ini terhadap sasaran perilaku lain selain keterampilan sosial, tentunya dengan permainan dan kreatifitas yang lebih menarik.


(38)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Lily. (2012). Pengaruh Pembelajaran Investigasi Kelompok Terhadap Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Tunalaras. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidilkan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Airin Rahimi. (2010). Pengaruh Teknik Konseling Terhadap harga Diri Anak Hambatan emosi dan sosial di SLB E Prayuwama Yogyakarta. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidilkan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Andi. (2011). Pentingnya Keterampilan Sosial pada Anak SMA. [online]. Tersedia: http://andiaccank.blogspot.com/2011/05/pentingnya-keterampilan-sosial-pada.html

. (9

November 2012)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Canfileld, J & Wells, H. (1976). 100 Ways to Enhance Self-Concept in the Classroom. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Delphi, bandi. (2006). Terapi Permainan 1. Bandung: Rizqi Press. Elias, M.J.(1997). Sosial Emosional Learning (SEL).

Kirk, Samuel, L. (1972). Educating Exceptional Children. Second Edition. Arizona: Houghton Mifflin Company.

L.N., Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuraidah, Idah. (2006). Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ormrod, JE. (2002). Psikologi Pendidikan membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga

Qinai.(2010). Anak Tunalaras. [online]. Tersedia: http://32mine.blogspot.com/2010/03/anak-tuna-laras.html. (18 Desember 2012)

Setiawan, Atang. (2009). Modul Mata Kuliah Bina Pribadi dan Sosial. Modul pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J., et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Hambatan emosi dan sosial I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ditjen. Perguruan Tinggi.

Tim Dosen UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI PRESS


(1)

35

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Jejak Data (Data Path)

Jejak data yaitu perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan data satu ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu : menaik, menurun, dan mendatar.

e. Rentang

Rentang yaitu jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberikan informasi yang sama seperti pada analisis tentang perubahan level (level change)

f. Perubahan Level (Level Change)

Perubahan level yaitu menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dan data terakhir.

2. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar suatu kondisi, misalnya kondisi baseline (A) ke kondisi intervensi (B). Komponen – komponen analisis antar kondisi meliputi:

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sararan difokuskan pada satu perilaku. Analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi.


(2)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya

Perubahan kecedeungan stabilitas yaitu menunjukan tingat stabilitas perubahan dari serentetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menarik, dan menurun) secara konsisten. d. Perubahan Level Data

Perubahan level data yaitu menunjukkan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (interensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data yang Tumpang Tindih (overlape)

Data yang tumpang tindih berarti terjadi data yang sama pada kedua kondisi (baseline dengan intervensi). Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Semakin banyak data tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Jika data pada kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi. Dengan demikian, diketahui bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.

Dalam penelitian ini, bentuk grafik yang digunakan untuk menganalisis data adalah grafik garis.

Sunanto, J. et al. (30: 2006) menyatakan komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk membuat grafik, antara lain:

a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal). b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, dan durasi).

c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

d. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

e. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi


(3)

37

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

g. Judul Grafik yaitu judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Judul Grafik

Label kondisi Label kondisi

Skala

Garis perubah kondisi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Absis (X)

Gambar 3.2

Komponen – komponen Grafik

Perhitungan dalam mengolah data yaitu menggunakan persentase (%). Sunanto, J. et al. (16: 2006) menyatakan bahwa “persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan 100%.” Alasan menggunakan persentase karena peneliti akan mencari skor hasil tes sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (intervensi) dengan cara menghitung skor mengenai kemampuan keterampilan sosial dengan permainan pertemanan (friendship) anak dengan hambatan emosi dan sosial (skor yang diperoleh) dengan skor mengenai kemampuan keterampilan sosial) anak dengan hambatan emosi dan sosial (skor maksimal), kemudian skor tersebut dikalikan 100%.

Hasil skor jawaban benar

Nilai = X 100%

Hasil jumlah skor keseluruhan

Ordi

n

a

t


(4)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa permainan pertemanan (friendship) memiliki dampak positif terhadap peningkatan kemampuan target behavior yang diinginkan. Target behavior yang dimaksud adalah anak dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan menggunakan permainan pertemanan (friendship). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya mean level.

Dalam penelitian ini yang diajarkan oleh peneliti melalui permainan pertemanan (friendship) ini adalah bagaimana cara anak untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan sosok teman melalui beberapa permainan yang disetting oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Peneliti menggunakan pedoman keterampilan sosial untuk dapat melihat setiap perubahan pada aspek keterampilan sosial anak berdasarkan aspek sosial, emosi, dan perilaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan pertemanan (friendship) dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial. Dengan permainan ini, anak dengan hambatan emosi dan sosial perlahan-lahan dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan lingkungannya (teman-teman dan guru). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitian, bahwa permainan pertemanan dapat meningkatkan keterampilan sosial anak dengan hambatan emosi dan sosial.

B. Rekomendasi

Atas dasar kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut:


(5)

88

1. Pihak Guru

Kreatifitas guru dalam mengeksplorasi dan rasa optimis dapat sangat membantu untuk meningkatkan keterampilan sosial anak hambatan emosi dan sosial permainan pertemanan (friendship) bisa dijadikan pilihan dalam mengajarkan interaksi sosial anakdengan hambatan emosi dan sosial karena permainan ini bersifat menyenangkan dan ekonomis, sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh berbagai pihak selain guru di sekolah.

2. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini berlaku bagi subjek pada saat penelitian berlangsung. Untuk itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subjek lain yang lebih banyak dan beragam. Selain itu peneliti selanjutnya dapat mencoba menerapkan permainan ini terhadap sasaran perilaku lain selain keterampilan sosial, tentunya dengan permainan dan kreatifitas yang lebih menarik.


(6)

Arif Wibawanto, 2013

Permainan Pertemanan (Friendship) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Dengan Hambatan Emosi Dan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Lily. (2012). Pengaruh Pembelajaran Investigasi Kelompok Terhadap Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa Tunalaras. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidilkan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Airin Rahimi. (2010). Pengaruh Teknik Konseling Terhadap harga Diri Anak Hambatan emosi dan sosial di SLB E Prayuwama Yogyakarta. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidilkan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Andi. (2011). Pentingnya Keterampilan Sosial pada Anak SMA. [online]. Tersedia:

http://andiaccank.blogspot.com/2011/05/pentingnya-keterampilan-sosial-pada.html

. (9 November 2012)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Canfileld, J & Wells, H. (1976). 100 Ways to Enhance Self-Concept in the Classroom. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Delphi, bandi. (2006). Terapi Permainan 1. Bandung: Rizqi Press. Elias, M.J.(1997). Sosial Emosional Learning (SEL).

Kirk, Samuel, L. (1972). Educating Exceptional Children. Second Edition. Arizona: Houghton Mifflin Company.

L.N., Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuraidah, Idah. (2006). Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ormrod, JE. (2002). Psikologi Pendidikan membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga

Qinai.(2010). Anak Tunalaras. [online]. Tersedia:

http://32mine.blogspot.com/2010/03/anak-tuna-laras.html. (18 Desember

2012)

Setiawan, Atang. (2009). Modul Mata Kuliah Bina Pribadi dan Sosial. Modul pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J., et al. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Hambatan emosi dan sosial I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ditjen. Perguruan Tinggi.

Tim Dosen UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI PRESS