STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA SISWA PAD TUTURAN MENOLAK DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN GURU.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK... i
Kata Pengantar ... ii
Ucapaan Terima kasih ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Definisi Variabel …... 6
1.6. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Tindak Tutur... 9
2.2. Tindak Tutur Penolakan... 14
2.3. Strategi Penolakan ... 15
2.4. Teori Kesantunan ... 18
2.4.1. Strategi Langsung Tanpa Basa-basi (Bald on Record Strategy)………… 20
2.4.2. Strategi Kesantunan Positif (Positive Politeness Strategy) ... 21
2.4.3. Strategi Kesantunan Negatif (Negative Politeness Strategy) ... 23
2.4.4. Strategi Tidak langsung (Off Record Strategy) ... 24
2.5. Kesantunan dan Konteks ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1. Desain Penelitian ... 28
3.2. Data Penelitian dan Sumber data ... 29
3.2.1. Data Penelitian ... 29
3.2.1.1. Data Tuturan ... 29
3.2.1.2. Data Triangulasi ... 30
3.2.2. Sumber Data Penelitian... 30
3.3. Instrumen Penelitian ... 32
3.4. Teknik pengumpulan Data ... 32
3.5. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Realisasi Tuturan Penolakan Siswa Ketika Berkomunikasi dengan Guru... 37
4.1.1. Penolakan Tidak Langsung ... 38
4.1.2. Penolakan Langsung ... 55
4.2. Strategi Penolakan Siswa Terhadap Guru ... 61
(2)
4.2.2. Strategi Menyalahkan dan Mengkritik (MM) ... 65
4.2.3. Strategi Lainnya (L)... 68
4.2.4. Strategi Langsung Mengatakan Tidak (LMT) ... 72
4.2.5. Strategi Menunda Jawaban (MJ)... 74
4.2.6. Strategi Menerima Tanpa Kepastian (MTK) ... 75
4.2.7. Strategi Mempertanyakan Keabsahan Permintaan (MKP)... 77
4.2.8. Strategi Ragu-ragu dan Kurang Semangat (RKS) ... 78
4.2.9. Strategi Menyandarkan Alasan pada Pihak ketiga (MAPK) ... 80
4.2.10. Strategi Menawarkan Alternatif (MA)... 81
4.2.11. Strategi Meminta (M) ... 83
4.2.12. Kesantunan dalam Penggunaan Strategi Penolakan oleh Siswa ... 84
4.3. Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Strategi Penolakan ... 89
4.3.1. Partisipan ... 89
4.3.2.1. Mitra Tutur ... 90
4.3.2.2. Penutur... 94
4.3.2. Faktor Situasi ... 97
4.3.3.Tuturan Stimulus... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109
5.1. Kesimpulan ... 109
5.2. Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran 1 Analisis Strategi Penolakan ... 117
B. Lampiran 2 Transkripsi Rekaman ... 122
C. Lampiran 3 Transkripsi Wawancara ... 137
D. Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 140
(3)
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36
Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (1)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (2)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (3)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (4)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (5)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (6)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (7)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (8)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (9)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (10)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (11)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (12)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (13)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (14)... Data Tuturan Penolakan Tidak Langsung percakapan (15)... Data Tuturan Penolakan Secara Langsung... Distribusi Penggunaan Strategi Penolakan Pada Tuturan ... Data Tuturan Penolakan Dengan Strategi Memberikan Alasan dan Penjelasan (MAP)... Data Tuturan Penolakan Strategi Menyalahkan dan Mengkritik...
Data Tuturan Penolakan Strategi Lainnya...………..
Data Tuturan Penolakan Strategi Langsung Mengatakan Tidak... Data Tuturan Penolakan Strategi Menunda Jawaban... Data tuturan penolakan strategi Menerima Tanpa Kepastian... Data Tuturan Penolakan Strategi Mempertanyakan Keabsahan Permintaan... Data Tuturan Penolakan Strategi Ragu-Ragu Dan Kurang Semangat... Data Tuturan Penolakan Strategi menyandarkan Alasan pada Pihak Ketiga... Data Tuturan Penolakan Strategi Menawarkan Alternatif ... Data Tuturan Penolakan Meminta... Realisasi Tuturan penolakan (1)... Realisasi tuturan penolakan (2)... Realisasi tuturan penolakan (3)... Realisasi tuturan penolakan (4)... Realisasi tuturan penolakan (5)... Realisasi Tuturan Penolakan (6)... Stimulus-Respons ... Rangkuman Analisis... 38 40 41 42 43 44 45 46 48 49 50 51 52 53 54 56 61 62 66 69 72 75 76 77 78 80 82 83 90 91 93 94 96 98 99 106
(4)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini dimaksudkan sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan sehingga diperoleh manfaat dari penelitian. Definisi variabel di bab ini dimaksudkan untuk memaparkan istilah-istilah yang akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. Adapun sistematika penulisan yang ada dalam bab ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran isi keseluruhan bagian dalam tesis ini.
1.1. Latar Belakang Masalah
Strategi kesantunan dalam komunikasi digunakan untuk lebih menghargai orang lain maupun diri sendiri, karena tujuan dari sebuah komunikasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Dalam komunikasi sehari-hari, para pelaku komunikasi tidak selalu menyampaikan tuturan dengan cara yang santun. Hal tersebut akan berpotensi menyakiti perasaan mitra tutur.
Dalam sebuah komunikasi ada penutur dan ada mitra tutur. Keduanya berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian. Ketika penutur berbicara maka mitranya akan mendengarkan dan sebaliknya. Penutur atau mitra tutur akan memberikan respons atas tuturan yang diungkapkan oleh salah satunya. Ketika penutur meminta, menyuruh, memerintahkan, atau melarang sesuatu
(5)
kepada mitra tutur, respons yang diungkapkan dapat berupa penerimaan atau penolakan.
Masyarakat sekarang ini tengah asyik dengan perubahan zaman yang kian melunturkan tradisi ketimuran yang terbatasi norma. Hal tersebut juga berdampak pada nilai-nilai budaya kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda. Khususnya kalangan generasi muda yang masih berstatus pelajar. Pergaulan pelajar atau siswa di sekolah menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku berkomunikasi. Di sekolah, siswa datang dari suku, agama, dan latar belakang sosial yang berbeda. latar belakang budaya tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi perilaku berbahasa.
Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan, selayaknya membentuk siswanya bersantun bahasa. Namun dari hasil observasi awal, seringkali dijumpai siswa yang kurang memperhatikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi, bahkan ketika berkomunikasi dengan guru sekalipun. Hal ini terjadi berulang-ulang walaupun siswa secara sadar mengetahui adanya hirarki yang jelas antara guru dengan siswa. Inilah fenomena kebahasaan yang digunakan oleh siswa dalam berinteraksi dengan guru di lingkungan sekolah, khususnya dalam pola interaksi penolakan.
Idealnya, apa yang diperintahkan oleh guru siswa akan melaksanakannya. Dari hasil obeservasi yang peneliti lakukan, penolakan yang siswa lakukan terhadap perintah dan permintaan serta tawaran guru yang hendaknya diikuti oleh siswa terasa semakin frontal dan siswa berani mengatakan tegas penolakannya kepada guru. Bahkan dengan cara yang mengancam wajah guru sekalipun.
(6)
Tentunya, hal ini harus dikaji ulang sehingga moral anak bangsa pada generasi muda dapat dibenahi. Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa sebagai generasi muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan kesantunan diterapkan di sekolah.
Penelitian mengenai penggunaan strategi penolakan sudah pernah dilakukan oleh banyak peneliti. Aziz (2002) menemukan bahwa ada perbedaan realisasi kesantunan berbahasa yang sangat kentara di antara para responden yang berbeda generasi, dan usia merupakan variabel yang paling menentukan realisasi kesantunan berbahasa mereka.
Pardede (2011) mengkaji bahwa usia dan gender merupakan faktor penentu utama keanekaragaman bahasa. Penelitiannya membahas bagaimana usia dan gender mempengaruhi pola kesantunan berbahasa di kalangan mahasiswa Indonesia. Hasilnya memperlihatkan bahwa penutur berusia muda lebih cenderung menggunakan ungkapan yang lugas dan terang-terangan dengan menggunakan strategi penolakan langsung ketika menolak permintaan mitra tuturyang lebih muda dan sebaya. Akan tetapi ketika menolak permintaan dari mitra tutur yang lebih tua, para penutur yang berusia muda cenderung menggunakan strategi tak langsung. Kalaupun menggunakan strategi penolakan langsung, disertai basa-basi, dan permohonan maaf sebagai pelembut.
Oktoprimasakti (2006) mengkaji strategi penolakan di kalangan orang Indonesia. Penelitiannya menunjukan bahwa orang Indonesia lebih banyak menolak secara tidak langsung dibandingkan secara langsung.
(7)
Penelitian ini berupaya melihat fenomena bahasa dari sudut pandang bagaimana strategi berbahasa yang digunakan oleh siswa pada tuturan menolak kepada guru yang memiliki beda usia jauh serta status sosial yang berbeda dengan siswa yang idealnya harus dituruti dalam konteks interaksi di kelas.
Dari gejala-gejala yang disebutkan di atas, penelitian ini mengemukakan fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan siswa di sebuah sekolah kejuruan swasta di Tanjungsari. Penggunaan strategi tuturan penolakan dalam peristiwa tuturan yang terjadi di dalam kelas menarik untuk dikaji. Untuk itu, penelitian ini difokuskan untuk meneliti realisasi dan strategi tuturan penolakan serta faktor yang menjadi latar belakang terbentuknya tuturan tersebut di kalangan siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Tuturan penolakan yang menjadi objek vital dalam penelitian ini dapat dituturkan secara langsung ataupun tidak langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Yang dikaji dalam penelitian ini adalah respons penolakan yang diungkapkan secara verbal. Secara khusus, penelitian ini akan mengkaji interaksi komunikasi antara siswa dengan guru khususnya ketika siswa menggunakan tuturan penolakan atas apa yang diminta atau diperintahkan dan semacamnya oleh guru.
Adapun penelitian ini berfokus pada realisasi tuturan penolakan, strategi tuturan penolakan dan faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan menolak yang digunakan penutur dalam hal ini adalah siswa ketika berkomunikasi dengan guru di kelas.
(8)
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah penelitian di atas, permasalahan yang akan diteliti dielaborasi ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian di bawah ini:
1. Bagaimana realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa kepada guru ketika berkomunikasi di kelas?
2. Bagaimana strategi penolakan yang dilakukan siswa kepada guru ketika berkomunikasi di kelas?
3. Faktor apa yang melatarbelakangi penggunaan strategi penolakan oleh siswa tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pertanyaan-pertanyaan penelitian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. untuk mengidentifikasi realisasi tuturan penolakan yang dilakukan siswa ketika berkomunikasi di kelas.
2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang dilakukan siswa terhadap guru ketika berkomunikasi di kelas.
3. untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi
penolakan oleh siswa tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil baik secara teoritis maupun secara praktis.
(9)
1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam khasanah kebahasaan khususnya dalam ranah studi pragmatik serta dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian sejenis yang lain secara mendalam. 2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
wawasan bagaimana guru dapat menyikapi siswa sebagai generasi muda dari segi berbahasa sehingga moral generasi muda anak bangsa dapat dibenahi. Setidaknya, setelah diketahui fenomena kebahasaan siswa sebagai generasi muda dapat membuka jalan bagaimana seharusnya pendidikan kesantunan diterapkan di sekolah.
1.5. Definisi Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Tuturan penolakan;
2. Strategi Penolakan 3. Latar Belakang Tuturan
Variabel-variabel yang disebutkan di atas merupakan inti permasalahan dari penelitian ini. Untuk itu di bawah ini merupakan definisi istilah yang disebutkan di atas:
1. Tuturan penolakan
Menurut Kartomihardjo (1989/1990) menolak adalah menyatakan dengan verbal atau nonverbal untuk tidak menerima atau tidak menyetujui suatu ajakan, tawaran, atau permintaan. Menurut Aziz, tindak tutur menolak dipandang sebagai sebuah tuturan yang merupakan reaksi dari seorang mitra tutur terhadap (berbagai bentuk) perintah (directives) dari seorang penutur,
(10)
baik itu berupa perintah biasa (commands), permintaan (requests), undangan (invitations), atau larangan (prohibitions) (2002). Tuturan penolakan dalam penelitian ini adalah tuturan yang digunakan oleh siswa atas tawaran, ajakan, permintaan, dan perintah yang dituturkan guru sebagai mitra tutur di kelas. Tuturan yang berupa kata, frase, atau kalimat penolakan
2. Strategi Penolakan
Staregi penolakan merupakan cara untuk menolak. Strategi penolakan disini adalah strategi yang digunakan oleh guru ketika menolak permintaan siswanya untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu. Strategi ini berupa formulasi ujaran. Ujaran yang digunakan adalah ujaran berbahasa Indonesia. Penolakan dapat disampaikan dengan cara-cara seperti yang pernah dikemukakan oleh Aziz
3. Latar belakang penggunaan strategi tuturan
Faktor penyebab digunakannya strategi penolakan oleh siswa. Faktor ini dilihat berdasarkan jarak sosial antara penutur dan mitra tutur, besarnya perbedaan kekuasaan dan dominasi di antara keduanya, dan tingkat imposisi sebuah permintaan. (Brown dan Levinson, 1987)
1.6 Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri atas lima bab yang memuat masing-masing paparan mengenai pelaporan penelitian. Bab I Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi variabel, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teori memuat teori tentang tindak tutur, tindak tutur penolakan, strategi penolakan, teori kesantunan yang
(11)
memuat teori kesantunan Brown dan Levinson (1987), serta kesantunan dan konteks.
Bab III Metode Penelitian memuat desain penelitian, data dan sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat realisasi tuturan penolakan siswa ketika berkomunikasi dengan guru, strategi penolakan siswa terhadap guru, serta fektor yang mempengaruhi penggunaan strategi penolakan. Bab V Kesimpulan dan Saran memuat dua sub bagian yaitu kesimpulan dan saran.
(12)
Siti Afni Afiyani, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang desain penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpula data, dan prosedur dan teknik analisis data. Secara rinci, kelima hal tersebut dikemukakan seperti berikut:
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan deskripsi analitis mengenai realisasi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa kepada guru. Hal ini dilakukan karena ada hal hal yang tidak didapatkan melalui pendekatan rasionalistis (Alwasilah, 2011: 59), yaitu bagaimana strategi penolakan digunakan oleh siswa pada peristiwa tutur tertentu.
Menurut Hegel (dalam Moustakas 1994: 26), fenomenologi mengacu pada pengalaman sebagaimana yang muncul pada kesadaran. Fenomenologi adalah studi tentang pengalaman yang disadari (conscious experience). Jadi peneliti yang menggunakan paradigma fenomenologi meneliti pengalaman yang disadari dari responden penelitiannya bukan meneliti sesuatu yang di luar responden penelitiannya atau sesuatu di luar pengalaman sadar responden penelitiannya. Dengan ini,penelitian mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan generasi muda tertentu.
(13)
3.2. Data dan Sumber Data Penelitian
Pada bagian ini dibahas mengenai data dan sumber data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
3.2.1. Data Penelitian
Data yang dimaksud adalah fenomena lingual khusus yang berkaitan langsung dengan ihwal penggunaan strategi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa dalam interaksi antara siswa dengan guru di dalam kelas.
Data merupakan bahan jadi penelitian (Sudaryanto,1995:9). Dalam analisis, data diolah untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk tuturan, strategi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa terhadap permintaan, perintah, gagasan serta penawaran yang diterbitkan guru nya di kelas, serta hal yang melatarbelakangi digunakannya strategi tuturan penolakan itu. Untuk itu penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data tuturan dan data triangulasi.
3.2.1.1. Data Tuturan
Data tuturan dalam penelitian ini adalah korpus utama yang akan dianalisis untuk mendapatkan pola tuturan dan strategi penolakan. Data tuturan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tuturan penolakan yang digunakan siswa ketika merespon permintaan ataupun tuturan lain yang berpotensi memunculkan jawaban berupa penolakan dari siswa. Data primer dalam penelitian ini merupakan data verbal.
Tentu saja data tuturan juga perlu disertai dengan konteks tuturan. Adapun konteks didapatkan dan dipahami dari peristiwa tutur komunikasi yang berpotensi
(14)
Siti Afni Afiyani, 2012
memunculkan tuturan penolakan dari siswa ketika berkomunikasi. Maka dari itu, konteks yang dilihat di sini adalah komponen yang menjadi latar belakang sebuah tuturan penolakan.
3.2.1.2. Data Triangulasi
Data triangulasi didapatkan guna mengajegkan interpretasi untuk menguatkan interpretasi dalam mengungkap faktor penggunaan strategi penolakan oleh siswa. Untuk itu, keterangan siswa mengenai latar belakang serta fungsi dan alasan digunakannya strategi tuturan penolakan kepada guru, serta opini atau pendapat guru sebagai mitra tutur siswa guna mendapatkan keterangan mengenai latar belakang hubungan guru sebagai mitra tutur dan siswa sebagai penutur atas strategi yang dipilih siswa ketika menuturkan penolakan diperlukan sebagai data pendukung. Karena pola kesantunan berbahasa ini tidak hanya dapat dilihat dari formulasi dan realisasi tuturan saja, latar belakang serta fungsi yang tidak terbahasakan juga perlu dikaji sehingga pola kesantunan dapat terungkap.
3.2.2. Sumber Data Penelitian
Lincoln dan Guba (1985) dalam Alwasilah (2011:36) mengungkapkan bahwa peneliti kualitatif taat pada ayat paradigma kualitatif yang salah satunya adalah natural settings. Penelitian ini menggunakan kelas sebagai latar tempat untuk memperoleh data tuturan.
Kelas merupakan wadah wacana tutur yang dianggap bersifat ilmiah selama kegiatan belajar berlangsung. Yang dimaksud dengan kelas dalam penelitian ini, tidak hanya terbatas pada ruangan kelas secara fisik, tetapi sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
(15)
Secara umum, data penelitian diperoleh di salah satu sekolah kejuruan swasta di daerah Tanjungsari. Hal ini dilakukan karena peneliti adalah staf pengajar di sekolah tersebut sehingga lebih memahami kultur sekolahnya. Selain itu, menurut keterangan beberapa staf pengajar, siswa di sekolah tersebut dipandang sebagai siswa yang memiliki tingkat pemahaman sosial yang kurang karena dianggap cenderung mengedepankan sisi emosi mereka.
Dua kelas yang dipilih dinilai memiliki beraneka karakter siswa menurut kebanyakan guru yang mengajar. Dua kelas dipilih dari program studi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan satu kelas jurusan pemasaran dan satu kelas jurusan teknik komputer. Keduanya merupakan tingkat pertama atau kelas X jenjang sekolah kejuruan.
Sumber data penelitian ini adalah interaksi antara guru dan siswa baik secara formal maupun tidak formal di kelas.:
(1) Data tuturan diperoleh dari siswa kelas X jurusan pemasaran dan siswa kelas X jurusan teknik komputer jaringan. Masing-masing kelas terdiri atas 44 siswa dan 43 siswa dengan bantuan guru Bahasa Indonesia, guru Kewirausahaan, guru wali kelas, dan guru Olah raga.
(2) Data triangulasi diperoleh dari lima orang siswa untuk mendapatkan konfirmasi mengenai penggunaan strategi dan seorang guru guna mendapatkan keterangan mengenai fenomena kesantunan berbahasa di kalangan siswa. Guru dan siswa yang dijadikan responden adalah yang terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar ketika percakapan yang mengandung tuturan penolakan terekam.
(16)
Siti Afni Afiyani, 2012 3.3. Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian ini, sesuai dengan prinsip penelitian kualitatif yang diungkap oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Alwasilah (2011:36) bahwa peneliti merupakan instrumen pengumpul data primer. Sebagai instrumen utama, peneliti mengumpulkan, mereduksi, menganalisis, menafsirkan data, dan menyusunnya sebagai laporan hasil penelitian. Untuk menjaring data yang diperlukan, alat bantu ICD (IC Recorder) dan format lain seperti pedoman observasi, panduan wawancara, serta format analisis data terklarifikasi digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai human instrumen. Dilakukan beberapa teknik untuk mengumpulkan data. Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah:
1. Teknik observasi, teknik rekam dan catat
Teknik observasi yang dilakukan adalah secara terus menerus dan observasi yang berulang. Hal ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data (Basrowi, 2008:233). Melalui teknik ini peneliti menyaksikan sendiri pemahaman yang tidak terucapkan (Awasilah, 2011:110), yakni etika siswa memberikan respon penolakan secara non verbal yang tidak dapat terbahasakan.
Teknik observasi merupakan cara yang penting bagi peneliti untuk mendalami suasana kelas serta mengamati interaksi komunikasi yang terjadi
(17)
antara siswa dengan guru di dalam kelas dan merekam tindak tuturan yang terjadi antara siswa dengan guru ketika berkomunikasi di dalam kelas. Sehingga ketika mengumpulkan data, digunakan teknik observasi, teknik rekam dan teknik catat secara bersamaan dan berulang.
Ketika melakukan observasi pada awal penelitian, peneliti mendapatkan pola percakapan yang sangat kaku dan terkesan seperti dibuat-buat. Bahkan dua orang guru yang dimintai izin supaya peneliti dapat ikut terlibat secara pasif di dalam kelas dalam proses belajar-mengajar, keberatan seluruh proses pembelajarannya direkam. Untuk itu peneliti hanya dapat merekam proses sesi diskusi dalam proses belajar mengajar.
2. Teknik Wawancara
Model wawancara yang dilakukan adalah wawancara tak terstruktur tetapi berfokus. Di dalam wawancara ini pertanyaan yang diajukan tidak terstruktur akan tetapi berfokus pada satu pokok permasalahan yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih detail keterangan para siswa untuk mengungkap latar belakang realisasi serta strategi penolakan yang mereka gunakan.
3.5.Teknik Analisis Data
Fokus penelitian ini adalah strategi menolak yang dilakukan oleh siswa, maka data tuturan penolakan yang digunakan oleh guru tidak disertakan sebagai data. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data tuturan dan data triangulasi yang telah diperoleh.
(18)
Siti Afni Afiyani, 2012
Analisis data ditampilkan dengan landasan teori yang dipaparkan pada Bab II. Data tuturan penolakan dibagi menjadi dua kategori, yaitu penolakan langsung dan penolakan tidak langsung. Adapun strategi penolakan berdasarkan data yang dipeoleh diadaptasi dari strategi penolakan yang dikemukakan oleh Aziz (2002), dan Oktoprimasakti (2006). Lalu dengan menggunakan triangulasi diperoleh faktor yang melatarbelakangi digunakannya strategi tindak tuturan penolakan tersebut.
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut:
1. Data tuturan
Data yang berupa tuturan, setelah ditranskripsi menjadi naskah percakapan, kemudian dikategorisasi menurut jenis tindak tutur. Dari jenis tindak tutur tersebut, akan diketahui bentuk tuturan penolakan yang digunakan siswa apakah bentuk langsung atau tidak langsung.
Pada tuturan jika terdapat negator terhadap tuturan yang berupa stimulan, data kemudian dikategorikan sebagai bentuk tuturan penolakan langsung. Jika tidak terdapat negator tetapi jika dipahami maknanya menuturkan penolakan, data dikategorikan sebagai bentuk penolakan tidak langsung. Lalu data dimaknai dari makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan tersebut, kemudian diperoleh cara atau strategi menolak yang digunakan siswa. Dari strategi yang digunakan serta menghubungkannya dengan konteks atau situasi tutur yang tergambar ketika observasi, peneliti memperoleh gambaran mengenai latar belakang penggunaan strategi penolakan tersebut yang nantinya akan diperkuat dengan data triangulasi.
(19)
2. Data Triangulasi
Data triangulasi diinterpretasi sehingga konteks dan maksud tuturan penolakan dapat dipahami dengan mensinergiskannya dengan keterangan para siswa dan guru. Secara detail penganalisisan data dilakukan untuk mendapatkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. untuk mendapatkan realisasi penolakan yang dilakukan siswa terhadap guru, data tuturan dikategorisasi menurut tindak tutur Searle (1975), Aziz (2003), dan Wijana (1996). Secara umum bentuk penolakan diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu bentuk langsung dan tidak langsung. Digunakan analisis ilokusi (Searle, 1975) karena di dalam ilokusi terdapat daya ujaran (maksud dan fungsi tuturan) untuk mengidentifikasi strategi tuturan penolakan siswa terhadap guru.
2. untuk mendapatkan pola strategi penolakan yang digunakan siswa, penulis mengadaptasi startegi penolakan yang dikemukakan oleh Aziz (2000) dan Oktoprimasakti (2006) yang paparannya telah disampaikan pada bab II. Adapun strategi yang relevan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: langsung mengatakan tidak (LMT), ragu-ragu dan kurang semangat (RKS), menawarkan alternatif (MA), menunda jawaban (MJ), menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK), memberikan alasan dan penjelasan (MAP), menyalahkan dan mengkritik (MM), menerima tanpa kepastian (MTK), mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP), meminta (M), dan penggunaan strategi lainnya (L). Penggunaan strategi lainnya ini menurut
(20)
Siti Afni Afiyani, 2012
Oktoprimasakti (2006) adalah pertikel yang digunakan untuk
mengekspresikan kekecewaan, protes atau keterkejutan.
Masing-masing tuturan dianalisis berdasarkan pada head act atau ungkapan pembawa maksud (UPM), dan supporting atau bagian pendukung sebagai penjelas maksud tuturan (PMT). PMT ini dipahami sebagai tuturan tambahan yang muncul sebelum dan sesudah tuturan. Dengan cara seperti itu, diketahui pola strategi tuturan penolakan yang digunakan. Karena dalam satu tuturan penolakan, didapatkan beberapa strategi digunakan sekaligus.
Setelah diklasifikasi, strategi penolakan tersebut kemudian disandingkan dengan strategi kesantunan yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson (1987). Sehingga didapatkan pola strategi kesantunan yang digunakan oleh siswa ketika menolak. Strategi kesantunan tersebut meliputi strategi langsung tanpa basa-basi (bald on record strategy), strategi kesantunan positif (positive politeness strategy), strategi kesantunan negatif (negative politeness strategy), strategi tidak langsung (off record).
3. untuk menganalisis latar belakang penggunaan strategi berbahasa pada tuturan menolak yang digunakan siswa pada interaksi dikelas, data yang diperoleh dari hasil wawancara yaitu berupa keterangan, pendapat serta pengakuan yang didapat dari responden dianalisis dengan teori Brown dan Levinson tentang faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi tuturan (1987:71) seperti jarak sosial, besarnya perbedaan kekuasaan dan tingkat imposisi (Brown dan Levinson, 1987) dan disandingkan dengan teori Aziz (2002)
(21)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini mengkaji realisasi dan strategi penolakan siswa terhadap permintaan guru dalam interaksi di kelas. Temuan serta pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya melahirkan kesimpulan yang pada akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.
5.1. Kesimpulan
Bagian kesimpulan ini terdiri atas realisasi penolakan yang digunakan oleh siswa sebagai respons atas permintaan dan penawaran guru ketika berkomunikasi di kelas, streategi yang digunakan, serta faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tuturan penolakan oleh siswa. Berdasarkan analisis data yang disajikan di bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Tuturan penolakan yang digunakan siswa kepada guru ketika berkomunikasi
direalisasikan secara langsung dan tidak langsung. Sebanyak 88,75% tuturan penolakan yang digunakan siswa terhadap guru direalisasikan secara tidak langsung, dan 11,25% lainnya direalisasikan secara langsung.
Secara langsung, realisasi tuturan penolakan yang dituturkan siswa adalah dengan cara langsung, tanpa basa-basi mengatakan tidak, ngga dan sejenisnya. Siswa juga menggunakan bentuk halus dari kata tidak seperti nggak mau, nggak bisa, dan tidak bisa. Pengungkapan penolakan secara langsung dengan mengatakan tidak juga diikuti beberapa tuturan lain untuk
(22)
mengungkapkan penolakannya, siswa memilih untuk menggunakan alasan, melibatkan orang pihak ketiga, menyalahkan mitra tutur, meminta maaf, meragukan dan mempertanyakan isi permintaan, menunda jawaban, mengajukan pilihan dan meminta, menunjukkan ketidakpastian, dan menggunakan ekspresi protes, terkejut
Secara keseluruhan tuturan penolakan secara tidak langsung itu pada intinya menyampaikan penolakan. Jawaban dipandang sebagai ungkapan penolakan secara langsung apabila terdapat terdapat kata tidak atau yang sejenisnya. Dan respons dianggap sebagai ungkapan penolakan secara tidak langsung apabila pada jawaban tersebut tidak terdapat kata tidak atau sejenisnya.
2. Strategi penolakan yang ditemukan pada penelitian ini adalah strategi menggunakan alasan dan penjelasan (MAP) sebanyak 23,85%), strategi menyalahkan dan mengkritik (MM) sebanyak 12,84%, strategi langsung mengatakan tidak (LMT) sebanyak 8,26%, strategi menunja jawaban (MJ) sebanyak 8,26%, strategi menerima tanpa kepastian (MTK) sebanyak 7,34%, strategi mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP) sebanyak 7,34%, , strategi ragu-ragu dan kurang semangat (RKS) sebanyak 6,42%, strategi menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK) sebanyak 6,42%, strategi menawarkan alternatif (MA) sebanyak 4,59%, strategi meminta (M) sebanyak 3,67%, dan penggunaan ekspresi yang menunjukan keberatan, protes, keterkejutan serta penggunaan ungkapan melempar tanggung jawab yang dikategorikan sebagai strategi lain sebanyak 11,01%. Masing-masing strategi yang tersebut berperan sebagai head act dan supporting dari strategi lain.
(23)
Pada beberapa tuturan, siswa tidak hanya menggunaka satu strategi saja, tetapi dua strategi atau lebih dan terdapat penggunaan ungkapan permintaan maaf. Adapun strategi penolakan siswa menurut Brown dan Levinson (1987) adalah strategi langsung mengatakan tidak (LMT), menggunakan ekspresi kecewa, terkejut, dan protes (L) sebagai strategi bald-on record, strategi kesantunan positif meliputi strategi menunda jawaban (MJ), strategi menerima tanpa kepastian (MTK), strategi menawarkan alternatif (MA),dan strategi meminta (M); Strategi kesantunan negatif yang memuat penggunaan ungkapan permintaan maaf sebagai pengantar maksud tuturan; dan strategi off-record yang meliputi strategi menggunakan alasan dan penjelasan (MAP), strategi menyalahkan dan mengkritik (MM), strategi mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP), strategi ragu-ragu dan kurang semangat (RKS), dan strategi menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK)
3. Dalam pemilihan strategi penolakan, siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini:
a. Partisipan
(1) Keakraban. Semakin akrab siswa dengan guru maka semakin
langsung strategi tuturan,
(2) Faktor mitra tutur. Siswa lebih berani menggunakan strategi bald-on record jika mitra tutur atau guru yang dihadapinya dianggap tidak begitu berpengaruh kepada siswa (powerless), dan sebaliknya siswa akan menggunakan strategi kesantuann negatif jika berhadapan dengan guru yang ditakuti dan disegani. Suasana hati penutur akan
(24)
berpengaruh pada formulasi tuturan yang dihasilkan. Ketika siswa merasa terancam oleh perintah atau permintaan guru, semakin spontan siswa menggunakan strategi langsung tanpa basa-basi.
b. Situasi. Tingkat pembebanan permintaan ditinjau dari sisi muatan permintaan yang dibebankan kepada siswa
c. Faktor Stimulus. Formulasi ujaran direktif guru sebagai pembebanan permintaan yang diajukan kepada siswa.
Secara umum penelitian ini menemukan bahwa masih adanya strategi kesantuanan dari tuturan penolakan yang diungkapkan oleh siswa dari segi pola tuturan. Terlihat dari bentuk tuturan tidak langsung yang mendominasi realisasi tuturan penolakan yang digunakan. Selain itu adanya pola kombinasi beberapa strategi dalam satu tuturan penolakan. Sehingga, ketika siswa menggunakan tuturan penolakan bald on record sekalipun kesantunan masih dapat terlihat dengan digunakannya strategi lain sebagai penyerta pada tuturan penolakan yang dinyatakan secara baldly.
Hanya saja bahasa serta cara pengungkapan penolakan dirasa masih tidak santun. Fenomena kesantunan berbahasa yang terjadi di sekolah kejuruan swasta di Tanjungsari menunjukan bahwa pada saat tertentu siswa telah menanggalkan nilai kesantunan sebagai akibat dari pergeseran nilai di tengah masyarakat. Siswa telah berani menyatakan keberatannya dengan menolak secara langsung perintah, permintaan serta tawaran yang diajukan oleh guru di sekolah tanpa rasa segan atau setidaknya menggunakan permintaan maaf atas ketidakmampuannya memenuhi permintaan guru.
(25)
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberikan saran serta rekomendasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan adanya pola strategi penolakan siswa yang bervariasi bergantung pada faktor yang melatarbelakangi pemilihan strategi tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan guru sebagai penyebab pemilihan strategi kesantunan yang terkesan frontal. Sehingga untuk pendidik atau guru, hendaknya mampu memilih pola tuturan direktif agar siswa memberikan respons positif ataupun jika harus menolak, siswa akan menggunakan strategi kesantunan yang off record.
2. Penelitian ini hanya meneliti realisasi, strategi, dan faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi penolakan oleh siswa secara keseluruhan kepada guru. Adapun variabel lain seperti jender, latar belakang siswa serta ragam bahasa tidak diangkat dalam penelitian ini. Sangat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel tersebut agar hasil penelitian menjadi lebih signifikan untuk mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan generasi muda, khususnya dalam realisasi tuturan penolakan yang digunakan siswa di sekolah.
(26)
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Clarendon Press. Aziz, E. Aminudin. 1996. The Language of Refusals in Sundanese Community: a
Workplace Case. MA Thesis yang tidak diterbitkan. Australia: Departement of Linguistics, Monash University.
Aziz, E. A. 2000. Usia, Jenis Kelamin, dan Masalah Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia. Dalam A. Chaedar Alwasilah & Khalid A. Harras (eds). Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) III. Bandung: Andira.
Aziz, E. A. 2002. Usia dan relasi Kesantunan Berbahasa: Sebuah Studi Pragmatik pada Para Penutur Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Pelba 16. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya, Jakarta.
Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Drs. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph. D sebagai Guru Besar dalam Bidang Linguistik pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, 21 Oktober 2008. Bandung.
Aziz, E. Aminudin. 2012. Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Bahasa. http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/realisasi-tindak-tutur-menolak-dalam-masyarakat-indonesia-kajian-dari-perspektif-kesantunan-bahasa/ diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 13.50.
Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, P & S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals In Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1991. Wacana ke Arah Pemahaman Teks. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD.
Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragamatik. (PELBA 7). Jakarta: Kanisius.
(27)
Goffman, E. 1967. Interaction Ritual. Garden City, NY: Doubleday.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Meldawati. 2011. Analisis Bentuk Tindak Tutur (Speech Act)
Berdasarkan Konteks. Blog diakses pada 18 Nopember 2011 jam 10.20 dari http://meldawatifirman.wordpress.com/2011/01/15/analisis-bentuk-tindak-tutur-speech-act-berdasarkan-konteks/
Moleong. J.L. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California: SAGE Publications
Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nadar, Franciscus Xaverius. 2006. Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa). Disertasi tidak dipublikasikan..
Nasution, Khairina. 2008. Tindak Tutur dan Kesantunan dalam Bahasa Mandailing. Dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Bahasa, 1 :77-89. Universitas Sumatera Utara.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1985. ‘Komponen Tutur’. Dalam Perkembangan
Linguistik di Indonesia. Penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Arcan.
Rahardi, Kunjana, 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sauri, Sofyan. (2002). Pengembangan Strategi Pendidikan berbahasa Santun di Sekolah. Disertasi belum terbit. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Searle, John. R. (1969). Speech Act: An Essay on the Philosophy of Language.
New York: Cambridge University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitan Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
(28)
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran pragmatik. Bandung: Angkasa. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yanti, Yusrita. 2001. Tindak Tutur Maaf di Dalam Bahasa Indonesia di Kalangan
Penutur Minang Kabau. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
(1)
Pada beberapa tuturan, siswa tidak hanya menggunaka satu strategi saja, tetapi dua strategi atau lebih dan terdapat penggunaan ungkapan permintaan maaf. Adapun strategi penolakan siswa menurut Brown dan Levinson (1987) adalah strategi langsung mengatakan tidak (LMT), menggunakan ekspresi kecewa, terkejut, dan protes (L) sebagai strategi bald-on record, strategi kesantunan positif meliputi strategi menunda jawaban (MJ), strategi menerima tanpa kepastian (MTK), strategi menawarkan alternatif (MA),dan strategi meminta (M); Strategi kesantunan negatif yang memuat penggunaan ungkapan permintaan maaf sebagai pengantar maksud tuturan; dan strategi off-record yang meliputi strategi menggunakan alasan dan penjelasan (MAP), strategi menyalahkan dan mengkritik (MM), strategi mempertanyakan keabsahan permintaan (MKP), strategi ragu-ragu dan kurang semangat (RKS), dan strategi menyandarkan alasan pada pihak ketiga (MAPK)
3. Dalam pemilihan strategi penolakan, siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini:
a. Partisipan
(1) Keakraban. Semakin akrab siswa dengan guru maka semakin langsung strategi tuturan,
(2) Faktor mitra tutur. Siswa lebih berani menggunakan strategi bald-on record jika mitra tutur atau guru yang dihadapinya dianggap tidak begitu berpengaruh kepada siswa (powerless), dan sebaliknya siswa akan menggunakan strategi kesantuann negatif jika berhadapan dengan guru yang ditakuti dan disegani. Suasana hati penutur akan
(2)
berpengaruh pada formulasi tuturan yang dihasilkan. Ketika siswa merasa terancam oleh perintah atau permintaan guru, semakin spontan siswa menggunakan strategi langsung tanpa basa-basi.
b. Situasi. Tingkat pembebanan permintaan ditinjau dari sisi muatan permintaan yang dibebankan kepada siswa
c. Faktor Stimulus. Formulasi ujaran direktif guru sebagai pembebanan permintaan yang diajukan kepada siswa.
Secara umum penelitian ini menemukan bahwa masih adanya strategi kesantuanan dari tuturan penolakan yang diungkapkan oleh siswa dari segi pola tuturan. Terlihat dari bentuk tuturan tidak langsung yang mendominasi realisasi tuturan penolakan yang digunakan. Selain itu adanya pola kombinasi beberapa strategi dalam satu tuturan penolakan. Sehingga, ketika siswa menggunakan tuturan penolakan bald on record sekalipun kesantunan masih dapat terlihat dengan digunakannya strategi lain sebagai penyerta pada tuturan penolakan yang dinyatakan secara baldly.
Hanya saja bahasa serta cara pengungkapan penolakan dirasa masih tidak santun. Fenomena kesantunan berbahasa yang terjadi di sekolah kejuruan swasta di Tanjungsari menunjukan bahwa pada saat tertentu siswa telah menanggalkan nilai kesantunan sebagai akibat dari pergeseran nilai di tengah masyarakat. Siswa telah berani menyatakan keberatannya dengan menolak secara langsung perintah, permintaan serta tawaran yang diajukan oleh guru di sekolah tanpa rasa segan atau setidaknya menggunakan permintaan maaf atas ketidakmampuannya memenuhi permintaan guru.
(3)
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti memberikan saran serta rekomendasi sebagai berikut:
1. Penelitian ini menemukan adanya pola strategi penolakan siswa yang bervariasi bergantung pada faktor yang melatarbelakangi pemilihan strategi tersebut. Salah satunya adalah keterlibatan guru sebagai penyebab pemilihan strategi kesantunan yang terkesan frontal. Sehingga untuk pendidik atau guru, hendaknya mampu memilih pola tuturan direktif agar siswa memberikan respons positif ataupun jika harus menolak, siswa akan menggunakan strategi kesantunan yang off record.
2. Penelitian ini hanya meneliti realisasi, strategi, dan faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi penolakan oleh siswa secara keseluruhan kepada guru. Adapun variabel lain seperti jender, latar belakang siswa serta ragam bahasa tidak diangkat dalam penelitian ini. Sangat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel tersebut agar hasil penelitian menjadi lebih signifikan untuk mengungkap fenomena kebahasaan yang terjadi di kalangan generasi muda, khususnya dalam realisasi tuturan penolakan yang digunakan siswa di sekolah.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya Austin, J.L. 1962. How To Do Things With Words. Oxford: Clarendon Press. Aziz, E. Aminudin. 1996. The Language of Refusals in Sundanese Community: a
Workplace Case. MA Thesis yang tidak diterbitkan. Australia: Departement of Linguistics, Monash University.
Aziz, E. A. 2000. Usia, Jenis Kelamin, dan Masalah Kesantunan dalam Berbahasa Indonesia. Dalam A. Chaedar Alwasilah & Khalid A. Harras (eds). Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) III. Bandung: Andira.
Aziz, E. A. 2002. Usia dan relasi Kesantunan Berbahasa: Sebuah Studi Pragmatik pada Para Penutur Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Pelba 16. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atmajaya, Jakarta.
Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato Pengukuhan Drs. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph. D sebagai Guru Besar dalam Bidang Linguistik pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, 21 Oktober 2008. Bandung.
Aziz, E. Aminudin. 2012. Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Bahasa. http://aminudin.staf.upi.edu/2012/02/17/realisasi-tindak-tutur-menolak-dalam-masyarakat-indonesia-kajian-dari-perspektif-kesantunan-bahasa/ diakses pada tanggal 17 April 2012 pukul 13.50.
Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, P & S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals In Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1991. Wacana ke Arah Pemahaman Teks. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD.
Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragamatik. (PELBA 7). Jakarta: Kanisius.
(5)
Goffman, E. 1967. Interaction Ritual. Garden City, NY: Doubleday.
Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Meldawati. 2011. Analisis Bentuk Tindak Tutur (Speech Act) Berdasarkan Konteks. Blog diakses pada 18 Nopember 2011 jam 10.20 dari http://meldawatifirman.wordpress.com/2011/01/15/analisis-bentuk-tindak-tutur-speech-act-berdasarkan-konteks/
Moleong. J.L. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California: SAGE Publications
Nadar, FX. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nadar, Franciscus Xaverius. 2006. Penolakan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia (Kajian Pragmatik tentang Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa). Disertasi tidak dipublikasikan..
Nasution, Khairina. 2008. Tindak Tutur dan Kesantunan dalam Bahasa Mandailing. Dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Bahasa, 1 :77-89. Universitas Sumatera Utara.
Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1985. ‘Komponen Tutur’. Dalam Perkembangan Linguistik di Indonesia. Penyunting Soenjono Dardjowidjojo. Jakarta: Arcan.
Rahardi, Kunjana, 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sauri, Sofyan. (2002). Pengembangan Strategi Pendidikan berbahasa Santun di Sekolah. Disertasi belum terbit. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Searle, John. R. (1969). Speech Act: An Essay on the Philosophy of Language.
New York: Cambridge University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitan Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
(6)
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran pragmatik. Bandung: Angkasa. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yanti, Yusrita. 2001. Tindak Tutur Maaf di Dalam Bahasa Indonesia di Kalangan
Penutur Minang Kabau. Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor