PENGGUNAAN HYPERMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH.

(1)

DAFTAR ISI

hal.

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 4

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Hipotesis 5

1.6 Definisi Operasional 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1 Media Pembelajaran 9

2.1.1 Pengertian Media Pembelajaran 9

2.1.2 Manfaat Media Pembelajaran 9

2.1.3 Jenis Media Pembelajaran 11

2.1.4 Media Pembelajaran Berbasis Komputer 11

2.1.5 Hypermedia 12

2.1.5.1 Nod (node) 13

2.1.5.2 Link 13

2.1.5.3 Basis Data 14

2.2 Pembelajaran Konvensional 15

2.3 Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran 17

2.3.1 Pengertian Konsep 17

2.3.1 Pengertian Pemahaman 18

2.4 Keterampilan Berfikir Kreatif 20

2.5 Deskripsi Singkat Karakteristik Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah yang Dikembangkan dalam Hypermedia

24

2.6 Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah 29

2.6.1 Kuat Arus Listrik 29

2.6.2 Resistansi dan Hukum Ohm 30

2.6.2.1 Beda Potensial 30

2.6.2.2 Hubungan antara V dan I 31

2.6.2.3 Resistansi 32

2.6.3 Energi dan Daya Listrik 32

2.6.3.1 Energi Listrik 32

2.6.3.2 Daya Listrik 33

2.6.4 Kombinasi Resistor 34

2.6.4.1 Resistor Seri 34


(2)

2.6.5 Hukum Kirchhoff 37

2.6.5.1 Hukum I Kirchhoff 37

2.6.5.2 Hukum II Kirchhoff 37

BAB III METODE PENELITIAN 40

3.1 Populasi dan Sampel 40

3.2 Desain Penelitian 40

3.3 Instrumen Penelitian 41

3.4 Prosedur dan Alur Penelitian 42

3.5 Teknik Analisis Data 44

3.5.1 Analisis Butir Soal 44

3.5.1.1 Tingkat Kesikaran 44

3.5.1.2 Daya Pembeda 45

3.5.1.3 Validitas 46

3.5.1.4 Reliabilitas 47

3.5.2 Analisis Data Penelitian 49

3.5.2.1 Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi 49

3.5.2.2 Uji Hipotesis 49

3.5.2.3 Analisis Angket 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

4.1 Hasil-Hasil Penelitian 52

4.1.1 Deskripsi Data secara Umum 52

4.1.2 Data Hasil Tes Pemahaman Konsep 53

4.1.2.1 Data Hasil Tes Pemahaman Konsep: Komponen Translasi

53 4.1.2.2 Data Hasil Tes Pemahaman Konsep: Komponen

Interpretasi

54 4.1.2.3 Data Hasil Tes Pemahaman Konsep: Komponen

Ekstrapolasi

56 4.1.2.4 Analisis Gabungan Komponen Pemahaman

Konsep

57

4.1.3 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif 58

4.1.3.1 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Kemampuan Memberikan Banyak Gagasan, Jawaban dan Penyelesaian Masalah

59

4.1.3.2 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Kemampuan Mencari Banyak Alternatif yang Berbeda

60 4.1.3.3 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Selalu

Memikirkan Lebih dari Satu Jawaban

61 4.1.3.4 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Mampu

Melahirkan Ungkapan yang Baru

62 4.1.3.5 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Mampu

Membuat Kombinasi yang Tidak Lazim

63 4.1.3.6 Data Hasil Tes Berfikir Kreatif: Mampu

Memperkaya dan Mengembangkan Gagasan

65 4.1.3.7 Analisis Gabungan Komponen Berfikir Kreatif 66 4.1.4 Aktivitas Dosen dan Mahasiswa Selama Proses

Pembelajaran

67 4.1.5 Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran

Menggunakan Hypermedia


(3)

4.2 Pembahasan 71 4.2.1 Pemahaman Konsep Rangkaian Listrik Arus Searah 71 4.2.2 Keterampilan Berfikir Kreatif Mahasiswa pada Konsep

Rangkaian Listrik Arus Searah

74 4.2.3 Deskripsi Hasil Observasi terhadap Pelaksanaan

Perkuliahan

77 4.2.4 Analisis Tanggapan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Angket 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83

5.1 Kesimpulan 83

5.2 Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85


(4)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuntutan dunia pendidikan terhadap pemanfaatan media, metode dan materi pendidikan yang interaktif dan komprehensif di era teknologi informasi terus berkembang secara dinamis. Para praktisi pendidikan telah berusaha untuk meneliti dan menciptakan metode-metode belajar yang baru yang dikombinasikan dengan pemanfaatan media interaktif yang bertujuan agar mahasiswa dapat lebih mudah dan sederhana menerima secara logis materi pelajaran yang sudah ditetapkan.

Pendidikan IPA, khususnya fisika adalah salah satu bagian dari pendidikan yang secara keseluruhan diharapkan memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam hal ini diharapkan menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Pengembangan kemampuan peserta didik dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi.

Sementara itu, banyak kasus yang menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA khususnya fisika merupakan materi yang kurang menarik dan sulit untuk dipahami (Bayrak, 2008). Agar pelajaran fisika menjadi mudah, menarik dan menyenangkan maka diperlukan variasi metode, pendekatan dan media pembelajaran dalam mengajarkan fisika. Salah satu media yang dapat dikembangkan adalah media pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi komputer. Keunggulan utama komputer adalah untuk simulasi, penanganan data dan pengolahan data. Melalui pemrograman, komputer mampu memvisualisasikan


(5)

2

materi yang sulit untuk disajikan, terutama mengenai fenomena fisis yang bersifat abstrak yang mengakibatkan banyak siswa/mahasiswa mengalami miskonsepsi, seperti pada konsep gerak parabola, penjalaran gelombang, gerak lurus beraturan, gerak melingkar beraturan, arus listrik, medan magnet, medan listrik, peristiwa elektrolisis dan lain sebagainya.

Disamping itu pemanfaatan teknologi ini sebagai media pembelajaran dapat melalui pemanfaatan internet untuk e-learning maupun penggunaan komputer sebagai media interaktif. Menurut Hannifin dan Peck (Uno, 2007), potensi media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran antara lain:

a. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran.

b. Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik.

c. Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minat belajar (multi media).

d. Dapat memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik dengan segera. e. Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinambungan

Berbagai keunggulan dari komputer di atas dapat dimanfaatkan guru atau dosen untuk membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak. Proses tersebut dapat didukung oleh pembelajaran yang berbasis hypermedia. Istilah hypermedia dalam ilmu komputer, merupakan suatu sistem pengintegrasian grafik, bunyi, video dan animasi kedalam satu dokumen atau file yang dihubungkan oleh suatu sistem yang disebut hyperlink yang menghubungkannya ke file-file yang terkait (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Hypermedia menawarkan sejumlah


(6)

3

alternatif gagasan/ide, informasi atau materi pelajaran yang sesuai dengan minat atau tingkat berfikir dari seorang user/pengguna. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hypermedia dapat diterapkan dalam pembelajaran. Setiawan (2006) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan hypermedia pada materi kinematika dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa.

Rangkaian Listrik Arus Searah merupakan materi fisika yang dianggap abstrak dan memiliki kompleksitas yang tinggi sehingga mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam memahaminya bahkan banyak yang salah konsep. Penelitian Finkelstein dkk (2005), menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan Fisika di Universitas California mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep kelistrikan dan kemagnetan. Hal ini nampak dari kebingungan mahasiswa pada pembuatan rangkaian serta memahami penjalaran elektron dalam rangkaian. Dalam penelitian Sarintan dan Jusman (2007) ditemukan bahwa banyak mahasiswa STMIK mengalami miskonsepsi pada sifat-sifat rangkaian seri. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, mahasiswa berpendapat bahwa kuat arus dan besarnya tegangan pada lampu tergantung pada jauh dekatnya lampu (hambatan) terhadap kutub positif batere. Hal ini dipertegas melalui wawancara dan terungkap bahwa lampu yang dekat dengan kutub positif batere pertama kali mendapat arus sehingga arusnya lebih besar, sementara lampu yang jauh dari kutub positif arusnya lebih kecil karena hanya mendapat arus sisa. Masalah seperti ini terjadi kemungkinan karena adanya keterbatasan fasilitas lab pada perguruan tinggi sehingga mahasiswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan eksperimen.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dipandang perlu dilakukan suatu studi, guna memperoleh sebuah pembelajaran yang tepat. Studi difokuskan pada penggunaan hypermedia dalam pembelajaran materi rangkaian listrik arus searah untuk


(7)

4

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa STMIK Bina Mulia Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah: “Apakah pembelajaran menggunakan hypermedia dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah dibandingkan dengan yang tidak menggunakan hypermedia?. Dari rumusan masalah tersebut diajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep mahasiswa setelah pembelajaran menggunakan hypermedia?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berfikir kreatif mahasiswa setelah pembelajaran menggunakan hypermedia?

3. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran menggunakan hypermedia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan hypermedia terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kreatif mahasiswa pada materi rangkaian listrik arus searah sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran bagi dosen dalam mengajarkan konsep tersebut. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan hypermedia dalam pembelajaran rangkaian listrik arus searah.


(8)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa produk dan pemikiran yang berarti bagi pihak-pihak yang peduli pada pembelajaran fisika, diantaranya adalah menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan sebagai contoh oleh pengajar dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada materi rangkaian listrik arus searah.

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas yaitu:

1. Pembelajaran menggunakan hypermedia secara signifikan dapat lebih meningkatkan setiap komponen pemahaman konsep mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah.

HA: μ1k> μ2k

dengan 1k adalah rata-rata gain dinormalisasi komponen pemahaman konsep rangkaian listrik arus searah yang menggunakan hypermedia, 2k adalah rata-rata gain dinormalisasi komponen pemahaman konsep rangkaian listrik arus searah yang tidak menggunakan hypermedia.

2. Pembelajaran menggunakan hypermedia secara signifikan dapat lebih meningkat-kan pemahaman konsep mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah. HA: μ1> μ2

dengan 1 adalah rata-rata gain dinormalisasi pemahaman konsep rangkaian listrik arus searah yang menggunakan hypermedia, 2 adalah rata-rata gain dinormalisasi


(9)

6

pemahaman konsep rangkaian listrik arus searah yang tidak menggunakan hypermedia.

3. Pembelajaran menggunakan hypermedia secara signifikan dapat lebih meningkat-kan komponen keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah.

HA: μ3k> μ4k

dengan 3 adalah rata-rata gain dinormalisasi komponen keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah yang menggunakan hypermedia, 4 adalah rata-rata gain dinormalisasi komponen keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah yang tidak menggunakan hypermedia.

4. Pembelajaran menggunakan hypermedia secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah HA: μ3> μ4

dengan 3 adalah rata-rata gain dinormalisasi keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah yang menggunakan hypermedia, 4 adalah rata-rata gain dinormalisasi keterampilan berfikir kreatif mahasiswa pada konsep rangkaian listrik arus searah yang tidak menggunakan hypermedia.

1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai berikut:

Pembelajaran konvensional merupakan Pembelajaran yang sering digunakan dimana peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif (Sanjaya, 2008). Pembelajaran konvensional yang


(10)

7

dimaksud peneliti adalah pembelajaran yang sering digunakan (tradisional) yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru/dosen yang didominasi metode ceramah, dimana guru/dosen cenderung sebagai sumber informasi bagi siswa/mahasiswa sehingga mahasiswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Biasanya media yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah white board dan spidol.

Hypermedia di dalam ilmu komputer, merupakan suatu sistem pengintegrasian

grafik, bunyi, video, dan animasi ke dalam satu dokumen atau file yang dihubungkan oleh suatu sistem yang disebut dengan hyperlink yang menghubungkannya ke filefile yang terkait (Microsoft Encarta Encyclopedia, 2002). Hypermedia menawarkan sejumlah alternatif gagasan/ide, informasi atau materi pelajaran yang sesuai dengan minat atau tingkat berpikir dari seorang user. File-file hypermedia terdiri dari hyperlink-hyperlink yang dapat menghubungkan satu file dengan file/informasi terkait lainnya. Pengguna bebas memilih, bergerak, atau menelusuri, dari satu dokumen ke dokumen lain.

Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menangkap materi atau bahan yang disajikan kedalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikan (Bloom dalam Budiman, 2008). Indikator Pemahaman yaitu translasi (meliputi kemampuan menerjemahkan sesuatu dari bentuk abstrak ke bentuk yang lebih kongkret serta menerjemahkan suatu simbol kedalam bentuk lain), interpretasi (meliputi membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan serta memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan) dan ekstrapolasi (meliputi menyimpulkan secara eksplisit serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang digambarkan dari sebuah komunikasi. Hasil belajar mahasiswa dapat dilihat dari hasil tes awal dan tes akhir.


(11)

8

Keterampilan berfikir kreatif didefinisikan sebagai kemahiran atau kecakapan mahasiswa dalam menggunakan berbagai operasi mental yang meliputi: kemampuan memberikan banyak gagasan, jawaban dalam menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif yang berbeda; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; mampu melahirkan ungkapan yang baru; mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dan mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan. Peningkatan keterampilan berfikir kreatif siswa diukur dari selisih perolehan nilai siswa pada tes awal (pre test) dan tes akhir (post test).

Pokok bahasan rangkaian listrik arus searah merupakan materi yang membahas tentang konsep-konsep yang meliputi arus listrik, tegangan, resistansi, energi listrik, daya listrik, hukum Ohm, hukum Kirchof dalam konteks arus searah. Konsep-konsep ini dijadikan dasar untuk memecahkan persoalan dalam rangkaian listrik.


(12)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa jurusan Teknik Informatika STMIK Bina Mulia Palu Tahun Ajaran 2009/2010 dengan populasi subyek yang berjumlah 185 orang. Subjek penelitian ini tersebar pada empat kelas (Kelas A, B, C dan D) yang berasal dari SMA Jurusan IPA, IPS dan bahasa serta SMK dengan beragam jurusan (otomotif, akuntansi, koperasi, informatika, bangunan dan lain-lain) dengan tahun tamat yang berbeda (mulai tahun 2002 sampai 2009). Penempatan mahasiswa pada empat kelas telah ditentukan oleh pengelola saat penelitian akan dilakukan. Pengambilan sampel kelas tidak ditentukan secara random dan penempatan kembali, namun ditentukan secara purposive sampling oleh peneliti dengan memilih dua kelas tertentu sebagai Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Dengan latar belakang mahasiswa yang beragam serta pengambilan sampel yang tidak secara random dan penempatan kembali maka penelitian ini tidak mengasumsikan populasi berdistribusi normal dan homogen. Kedua sampel dipandang sebagai sampel-sampel independen karena penempatan anggota pada masing-masing kelompok tidak terdistribusi secara proporsional (misalnya dipasang-pasangkan berdasarkan jurusan dan tahun tamat.

3.2 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode quasi eksperimen. Menurut Emzir (2008) penelitian eksperimental (experimental research)


(13)

41

merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat.

Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing diberikan pre-test dan post-test. Kelas eksperimen diberikan materi rangkaian listrik arus searah dengan pembelajaran menggunakan hypermedia, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan materi yang sama menggunakan pembelajaran konvensional. Gambar 3.1 menunjukkan pola desain yang dilakukan.

Kelompok eksperimen O1 X O1 Kelompok Kontrol O1 Y O1

Gambar 3.1 Desain penelitian

dengan:

O1 = Pemberian tes awal (pre-test), pemberian tes akhir (Post-test) X = Perlakuan dengan pembelajaran menggunakan hypermedia Y = Perlakuan dengan pembelajaran konvensional

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tes Pemahaman Konsep; Tes ini berbentuk pilihan ganda yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman konsep rangkaian listrik arus searah yang dimiliki mahasiswa (Lampiran B2). Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah (tes akhir) perlakuan. Tes awal digunakan untuk mengetahui pemahaman awal mahasiswa pada konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui dampak dari perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil tes ini akan dihitung gain yang


(14)

42

dinormalisasi (N-gain) dan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep yang dikembangkan melalui pembelajaran menggunakan hypermedia. b. Tes Keterampilan Berfikir Kreatif; Tes ini berupa tes uraian yang digunakan

untuk mengevaluasi keterampilan berfikir mahasiswa (Lampiran B4). Aspek-aspek keterampilan berfikir kreatif yang akan diukur pada penelitian ini adalah peserta didik dapat memberikan banyak gagasan, jawaban dalam menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif yang berbeda; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; mampu melahirkan ungkapan yang baru; mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dan mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan. Tes ini diberikan sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung.

c. Angket; Penggunaan angket adalah untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pengajaran yang dilaksanakan. Setiap mahasiswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan jawaban yang terdiri dari pilihan: sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) (Lampiran B5).

3.4 Prosedur dan Alur Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diberi pre-test untuk mengetahui kemampuan atau pemahaman konsep dasar mahasiswa pada materi rangkaian listrik arus searah. Pre-test diberikan kepada seluruh sampel penelitian yang terbagi dalam dua kelas. Setelah pre-test, mahasiswa diberikan materi rangkaian listrik arus searah dengan media pembelajaran yang berbeda (perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran A). Dalam hal ini untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran memanfaatkan hypermedia secara offline. Sementara untuk kelas kontrol memanfaatkan media whiteboard dan spidol. Setelah pembelajaran, berlangsung,


(15)

43

mahasiswa diberi post-test untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kreatif. Disamping itu untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model pengajaran yang dilaksanakan, digunakan angket. Diagram alur penelitian seperti digambarkan pada gambar 3.2

Permasalahan

Menyusun instrumen Penentuan subyek penelitian

Uji coba instrumen

Analisis hasil uji coba

Perbaikan dan seleksi

Pre-test

Kelas Kontrol Pembelajaran konvensional (ceramah + diskusi)

Kelas Eksperimen Pembelajaran menggunakan hypermedia

Post-test

Angket Pengolahan dan analisis

data

Kesimpulan Observasi Validasi ahli

Menyusun rencana pembelajaran

Pembuatan bahan ajar hypermedia Validasi ahli


(16)

44

3.5 Tehnik Analisis Data 3.5.1 Analisis Butir Soal

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

3.5.1.1 Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2002):

JS B

P (3.1) dengan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kategori tingkat kesukaran butir soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 sukar 0,30 ≤ P < 0,70 sedang


(17)

45

Dari hasil uji coba tes pemahaman konsep diperoleh: dari 24 soal, 3 soal berada dalam kategori sangat mudah, 7 soal dalam kategori mudah, 10 soal dalam kategori sedang dan 4 soal dalam kategori sukar. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C1. Sedangkan dari hasil uji coba tes berfikir kreatif yang berjumlah 11 soal di peroleh 1 soal dalam kategori sangat mudah, 2 soal dalam kategori mudah, 6 soal dalam kategori sedang dan 2 soal dalam kategori sukar (selengkapnya ada pada Lampiran C2).

3.5.1.2 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2002):

B A B B

A

A P P

J B J B

D    (3.2) dengan:

D : daya pembeda

JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA: Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA: Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar


(18)

46 Tabel 3.2. Kategori daya pembeda butir soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

Dari hasil uji coba tes pemahaman konsep diperoleh hasil: 9 soal berada dalam kategori daya pembeda cukup, 13 soal dalam kategori daya pembeda baik dan 2 soal berada dalam kategori daya pembeda sangat baik. Sedangkan untuk tes berfikir kreatif diperoleh 7 soal berada dalam kategori daya pembeda cukup dan 4 soal berda dalam kategori daya pembeda baik.

3.5.1.3 Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.

Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment Pearson seperti berikut (Arikunto, 2005):

2 ( )2



2 ( )2

) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy          

 (3.3)


(19)

47

xy

r : Koefisien korelasi product moment

X : Skor tiap butir soal yang raih oleh tiap siswa Y : Skor total yang diraih tiap siswa dari seluruh siswa N : Jumlah siswa.

Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kategori validitas butir soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy ≤ 1,00 sangat tinggi 0,60 < rxy ≤ 0,80 tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 cukup 0,20 < rxy ≤ 0,40 rendah

0,00  rxy ≤ 0,20 sangat rendah

Dari uji coba soal tes pemahaman konsep yang terdiri dari 24 soal diperoleh nilai koefisien korelasi 0,56 yang berada dalam kategori cukup, dan untuk soal berfikir kreatif diperoleh nilai koefisien korelasinya 0,83 yang berada pada kategori sangat tinggi.

3.5.1.4 Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2002):



 

  

2 1 2 1

2 1 2 1 11

1 2

r r r

(3.4)


(20)

48

dimana: r : Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan 11

2 1 2 1

r : Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Harga dari

2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson sebagai berikut (Arikunto, 2005):



2 2 2 2 2 / 21 / 1 ) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N r          

 (3.5)

Keterangan:

2 1 2 1

r : Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes X: Skor item ganjil

Y: Skor item genap N: Jumlah sampel

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11), digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P Guilford (Arikunto, 2005) seperti pada tabel 3.4:

Tabel 3.4 Kriteria reliabilitas tes

Koefisien reliabilitas

Kriteria r11≤ 0,20

0,20 < r11≤ 0,40 0,20 < r11≤ 0,60 0,20 < r11≤ 0,80 0,80 < r11≤ 1,00

sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

Dari hasil uji coba tes pemahaman konsep diperoleh reliabilitas 0,72 yang menunjukkan bahwa soal pemahaman konsep memiliki reliabilitas yang tinggi, sedangkan untuk tes keterampilan berfikir kreatif diperoleh reliabilitas 0,91 yang berada pada kategori sangat tinggi.


(21)

49

3.5.2 Analisis Data Penelitian

Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan tahapan sebagai berikut:

3.5.2.1 Menghitung skor gain yang dinormalisasi.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kreatif antara sebelum dan sesudah pembelajaran, dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil perhitungan skor gain yang dinormalisasi dengan rumus faktor N-gain (Gall, 2002):

(3.6) dengan: Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Kriteria tingkat gain

Tingkat gain Kriteria g ≥ 0,7

0,3 ≤ g < 0,7 g < 0,3

tinggi sedang rendah

3.5.2.2 Uji hipotesis

Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji non-parametrik, yakni uji U-Mann Whitney untuk sampel besar (Minium et al., 1993):

, 12 ) 1 ( 2 ) (     y x x y x n n n n n n U

Z dengan   x x  

x

y x R n n n n U 2 ) 1 ( ) )(

( (3.7)


(22)

50

1. Model kurva normal inferensi statistik tentang mean-mean tunggal menjadi tepat benar mestilah berlaku beberapa kondisi (Minium dkk, 1993; Wahyudin, 2007): (1) Suatu sampel acak diambil dari populasi

(2) Sampel diambil lewat rencana penyampelan dengan penempatan kembali (3) Distribusi penyampelan atas mean itu mengikuti kurva normal

(4) Simpangan baku populasi skor-skor diketahui

Semua kondisi tersebut tidak terpenuhi dalam penelitian ini sehingga tidak dilakukan uji parametrik.

2. Teorema limit sentral yang dapat membantu untuk kasus jika populasi tidak berdistribusi normal menyatakan bahwa (Minium dkk, 1993; Wahyudin, 2007): “distribusi mean penyampelan acak cenderung ke arah suatu distribusi normal tanpa memperhatikan bangun populasi dari observasi-observasi yang dijadikan sampel; aproksimasi menuju distribusi normal semakin baik saat ukuran sampel meningkat”. Berdasarkan pernyataan tersebut, teorema limit sentral tidak dapat diterapkan meskipun teorema tersebut berlaku untuk sampel besar karena syarat penyampelan acak tidak dipenuhi.

3. Tidak dilakukan analisis atau uji normalitas untuk memenuhi kondisi (3) karena sebagaimana yang dinyatakan oleh Glass dan Hopkins (1984) yang dikutip oleh Ruseffendi (1998) bahwa: uji normalitas hanya „melulu‟ untuk mengetahui normalitas saja bukan sebagai uji pemula untuk digunakan pada uji lanjut misalnya untuk uji-t dan uji-z. Ruseffendi (1998) juga menegaskan bahwa untuk data pendidikan seperti skor hasil belajar, uji normalitas populasi tidak selalu harus dilakukan sebab boleh diasumsikan saja ketika akan menerapkan uji parameterik. Namun, dalam konteks ini peneliti tidak dapat menerapkan pandangan tersebut


(23)

51

karena syarat atau kodisi untuk mengasumsikannya tidak memadai, yaitu kondisi (1) dan (2) tidak terpenuhi.

Berdasarkan karakteristik populasi dengan latar belakang beragam dan pengambilan sampel yang tidak secara acak dan penempatan kembali sebagaimana yang diuraikan pada Bagian 3.1 maka tidak dilakukan uji normalitas dan homogenitas sampel. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat mengasumsikan bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen. Kedua kelompok dapat dipandang saling bebas (independen).

3.5.2.3 Analisis angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara kualitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi yaitu 4, 3 untuk setuju, 2 tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif, kategori STS diberi skor tertinggi yaitu 4, 3 untuk tidak setuju, 2 untuk setuju dan 1 untuk sangat setuju (Sudjana, 1989). Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 14 pernyataan. Dengan demikian skor maksimal yang dapat dicapai oleh mahasiswa adalah 56 dan skor minimal adalah 14. Skor antara 42-56 dinyatakan positif sikapnya dan skor antara 14-28 dinyatakan negatif (Sudjana, 1989). Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh mahasiswa di rata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan menggunakan persamaan:

% x100%

S S S

m

 (3.8)

Dengan: S = Skor rata-rata Sm = Skor maksimum


(24)

85 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Abdurrahman, Liliasari, Rusli,A. (2010). Peranan Multimodal Representasi Dalam Meningkatkan Disposisi Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Fisika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan III tanggal 27 Februari 2010. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Budiman. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Dualisme Gelombang Partikel untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Bandung: SPs UPI.

Bayrak, C (2008). Effects of Computer Simulations Programs on University Students” Achievments in Phusics. Turkey: Department of Physics Ankara- Turkey.

Dahar R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Finkelstein, W., Adams K., Keller C. J, Kohl P. B., Perkins K. K., Podolefsky N. S. and Reid, S. (2005). When Learning about the Real World is Better Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment. Colorado: Department of Physics, University of Colorado.

Joyce, B. & With, M.E.(2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Stane, M.B., (2000) Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis. Minneapolis, Minnesota 55455 University of Minnesota. http:www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptwd.html.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990). Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, balai pustaka.

Lawson A.E., & Lawson, C.A. (1980), A theory of Teaching for Conceptual Understanding, Rational Thought and Creativity, Lawson, A. (ed.), SEIR, Ohio: Ohio State University.

Liliasari, (2002) Pengembangan Model pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (studi pengembangan berfikir kritis dan kreatif), Laporan penelitian hibah bersaing IX, 2002.

Microsoft. (2002). Encarta Encyclopedia 2002. C 1993-2001 Microsoft Corporation [CD-ROOM]. Tersedia: [Oktober 2003]


(25)

86 Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:

Alvabeta CV

Munandar, U (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta. Minium,E.W., Bruce M.King.,Gordon Bear.,(1993). Statistical Reasoning In

Psychology and Education. New York

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina aksara.

Ruseffendi (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit IKIP BANDUNG PRESS

Sutedjo., Budi, D.O. (2002). E Education: Konsep Teknologi dan Aplikasi Internet. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta

Setiawan, A.,Riyad, Suhandi, A., Widodo, A. Dan Liliasari. (2007) Influence of Hypermedia Instraction Model of Magnetic Induction on Understanding of Physics Concepts and Generic Science Skills of Physics Teacher. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Education, Bandung October 27th 2007. Bandung: Graduate Scholl, Indonesia University of Education.

Sarintan dan Jusman. (2007) Exploring the Student Misconception of Electrical Circuit Concept by Certainty of Response Indekx and Interview. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Education, Bandung October 27th 2007. Bandung: Graduate Scholl, Indonesia University of Education.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanjaya(2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Tradana Media Grup

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Tipler 1. (2001). FISIKA untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Tapilow. (1997). Kreativitas Berfikir Anak Usia Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah-Masalah IPA. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno H, (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta, PT.Bumi Aksara

Wahyudin (2007). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wartono. (1996). ”Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di SD” dalam

Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.


(26)

(1)

49 3.5.2 Analisis Data Penelitian

Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan tahapan sebagai berikut:

3.5.2.1 Menghitung skor gain yang dinormalisasi.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kreatif antara sebelum dan sesudah pembelajaran, dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil perhitungan skor gain yang dinormalisasi dengan rumus faktor N-gain (Gall, 2002):

(3.6) dengan: Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada tabel 3.5 Tabel 3.5 Kriteria tingkat gain

Tingkat gain Kriteria g ≥ 0,7

0,3 ≤ g < 0,7 g < 0,3

tinggi sedang rendah

3.5.2.2 Uji hipotesis

Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji non-parametrik, yakni uji U-Mann Whitney untuk sampel besar (Minium et al., 1993):

, 12 ) 1 ( 2 ) (     y x x y x n n n n n n U

Z dengan   x x  

x

y x R n n n n U 2 ) 1 ( ) )(

( (3.7)


(2)

50 1. Model kurva normal inferensi statistik tentang mean-mean tunggal menjadi tepat

benar mestilah berlaku beberapa kondisi (Minium dkk, 1993; Wahyudin, 2007): (1) Suatu sampel acak diambil dari populasi

(2) Sampel diambil lewat rencana penyampelan dengan penempatan kembali (3) Distribusi penyampelan atas mean itu mengikuti kurva normal

(4) Simpangan baku populasi skor-skor diketahui

Semua kondisi tersebut tidak terpenuhi dalam penelitian ini sehingga tidak dilakukan uji parametrik.

2. Teorema limit sentral yang dapat membantu untuk kasus jika populasi tidak berdistribusi normal menyatakan bahwa (Minium dkk, 1993; Wahyudin, 2007): “distribusi mean penyampelan acak cenderung ke arah suatu distribusi normal tanpa memperhatikan bangun populasi dari observasi-observasi yang dijadikan sampel; aproksimasi menuju distribusi normal semakin baik saat ukuran sampel meningkat”. Berdasarkan pernyataan tersebut, teorema limit sentral tidak dapat diterapkan meskipun teorema tersebut berlaku untuk sampel besar karena syarat penyampelan acak tidak dipenuhi.

3. Tidak dilakukan analisis atau uji normalitas untuk memenuhi kondisi (3) karena sebagaimana yang dinyatakan oleh Glass dan Hopkins (1984) yang dikutip oleh Ruseffendi (1998) bahwa: uji normalitas hanya „melulu‟ untuk mengetahui normalitas saja bukan sebagai uji pemula untuk digunakan pada uji lanjut misalnya untuk uji-t dan uji-z. Ruseffendi (1998) juga menegaskan bahwa untuk data pendidikan seperti skor hasil belajar, uji normalitas populasi tidak selalu harus dilakukan sebab boleh diasumsikan saja ketika akan menerapkan uji parameterik. Namun, dalam konteks ini peneliti tidak dapat menerapkan pandangan tersebut


(3)

51 karena syarat atau kodisi untuk mengasumsikannya tidak memadai, yaitu kondisi (1) dan (2) tidak terpenuhi.

Berdasarkan karakteristik populasi dengan latar belakang beragam dan pengambilan sampel yang tidak secara acak dan penempatan kembali sebagaimana yang diuraikan pada Bagian 3.1 maka tidak dilakukan uji normalitas dan homogenitas sampel. Dalam hal ini, peneliti tidak dapat mengasumsikan bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen. Kedua kelompok dapat dipandang saling bebas (independen).

3.5.2.3 Analisis angket

Data yang diperoleh melalui angket dianalisis secara kualitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi yaitu 4, 3 untuk setuju, 2 tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif, kategori STS diberi skor tertinggi yaitu 4, 3 untuk tidak setuju, 2 untuk setuju dan 1 untuk sangat setuju (Sudjana, 1989). Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 14 pernyataan. Dengan demikian skor maksimal yang dapat dicapai oleh mahasiswa adalah 56 dan skor minimal adalah 14. Skor antara 42-56 dinyatakan positif sikapnya dan skor antara 14-28 dinyatakan negatif (Sudjana, 1989). Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh mahasiswa di rata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan menggunakan persamaan:

% x100% S

S S

m

 (3.8) Dengan: S = Skor rata-rata

Sm = Skor maksimum


(4)

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Abdurrahman, Liliasari, Rusli,A. (2010). Peranan Multimodal Representasi Dalam Meningkatkan Disposisi Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Fisika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan III tanggal 27 Februari 2010. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Budiman. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Dualisme Gelombang Partikel untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Bandung: SPs UPI.

Bayrak, C (2008). Effects of Computer Simulations Programs on University Students” Achievments in Phusics. Turkey: Department of Physics Ankara- Turkey.

Dahar R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Finkelstein, W., Adams K., Keller C. J, Kohl P. B., Perkins K. K., Podolefsky N. S. and Reid, S. (2005). When Learning about the Real World is Better Done Virtually: A Study of Substituting Computer Simulations for Laboratory Equipment. Colorado: Department of Physics, University of Colorado.

Joyce, B. & With, M.E.(2000). Models of Teaching, Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Stane, M.B., (2000) Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis. Minneapolis, Minnesota 55455 University of Minnesota.

http:www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptwd.html.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990). Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, balai pustaka.

Lawson A.E., & Lawson, C.A. (1980), A theory of Teaching for Conceptual Understanding, Rational Thought and Creativity, Lawson, A. (ed.), SEIR, Ohio: Ohio State University.

Liliasari, (2002) Pengembangan Model pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (studi pengembangan berfikir kritis dan kreatif), Laporan penelitian hibah bersaing IX, 2002.

Microsoft. (2002). Encarta Encyclopedia 2002. C 1993-2001 Microsoft Corporation [CD-ROOM]. Tersedia: [Oktober 2003]


(5)

86

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alvabeta CV

Munandar, U (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta: Rineka Cipta. Minium,E.W., Bruce M.King.,Gordon Bear.,(1993). Statistical Reasoning In

Psychology and Education. New York

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina aksara.

Ruseffendi (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit IKIP BANDUNG PRESS

Sutedjo., Budi, D.O. (2002). E Education: Konsep Teknologi dan Aplikasi Internet. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta

Setiawan, A.,Riyad, Suhandi, A., Widodo, A. Dan Liliasari. (2007) Influence of Hypermedia Instraction Model of Magnetic Induction on Understanding of Physics Concepts and Generic Science Skills of Physics Teacher. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Education, Bandung October 27th 2007. Bandung: Graduate Scholl, Indonesia University of Education.

Sarintan dan Jusman. (2007) Exploring the Student Misconception of Electrical Circuit Concept by Certainty of Response Indekx and Interview. Seminar Proceeding of The First International Seminar of Education, Bandung October 27th 2007. Bandung: Graduate Scholl, Indonesia University of Education.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sanjaya(2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Tradana Media Grup

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Tipler 1. (2001). FISIKA untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Tapilow. (1997). Kreativitas Berfikir Anak Usia Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah-Masalah IPA. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno H, (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta, PT.Bumi Aksara

Wahyudin (2007). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wartono. (1996). ”Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di SD” dalam Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.


(6)