PELAKSANAAN KKG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR : Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

PELAKSANAAN KKG
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR
(Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus I Syahdan Hamis
Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
^fcNWO,,.

OLEH:

M.SIDDIK SULAIMAN
NIM. 019622

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2004

DISETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak
NIP. 130609582

Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc
NIP. 130303756

Mengetahui:
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum
Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. R. Ibrahim, M.A.

NIP. 130217573

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan sesungguhnya saya menyatakan bahwa, tesis yang berjudul: "Pelaksanaan
KKG Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar"
(Analisis kualitatif terhadap kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan
Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau), beserta seluruh isinya
merupakan karya tulis saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku..
Saya bersedia menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya, apabila ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis saya ini.

Bandung, 27 Januari 2004

Yang men/buat pernyataan,

M. SIODIK SULAIMAN
4IM. 019622


ABSTRAK

Tesis dengan judul "Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar (Studi Kualititatif pada Gugus I
Syahdan Hamis kecamatan Tempuling Kabupeten Indragiri Hilir Riau)" ini

dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya peningkatan kemampuan
kompetensi guru khususnya guru Sekolah Dasar melalui wadah Gugus Serkolah.
Penelitian ini berrujuan untuk menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan

KKG sebagai wadah pembinaan kemampuan professional guru yang paling mendasar
dan tentunya percepatan dalam menggulirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai
ke Sekolah Dasar uimanapun adanya akan cepat terealisasikan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan "naturalistik
fenomologis" yang diadopsi dari Bogdan dan Biklen (1982). Pendekatan seperti ini
secara operasional menempatkan peneliti sebagai instrumen utama untuk mendatangi
secara langsung sumber data.

Data dikumpulkan dengan melalui observasi,


wawancara dan dokumentasi. Data dipaparkan dalam bentuk kata-kata dan dianalisis
memlaui analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.
Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan apa adanya mengenai

pelaksanaan KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah
Dasar. Kegiatan KKG ini diawali dengan adanya komitmen "ingin maju bersama" dari
seluruh sekolah yang ada dalam Gugus Sekolah Dasar dengan semboyan "Dari guru,
untuk guru dan untuk Siswa Komitmen tersebut pada prinsipnya tidak bertentangan,
dan bahkan sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU

Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas
Nomor: 0487/U/1982 tentang Sekolah Dasar, serta Keputusan Dirjen Dikdasmen
Nomor: 079/C/Kep/I/1993 tentang Sistem Pembinaan Profesional.
Hasil penelitian ini akan mengungkapkan tentang : (1) Program pelaksanaan
kegiatan KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan
Hamis Kecamatan Tempuling yang selama ini dilakukan; (2) Dukungan sarana dan

prasarana terhadap peningkatan kemampuan profesional guru di PKG Gugus I
Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling; (3) Upaya pembina KKG dalam
meningkatkan kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan


Tempuling; (4) Faktor-faktor yang menghambat dan yang memberikan dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan
Tempuling.

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

UCAPAN TER1MA KASIH

iv


DAFTAR ISI

vii

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR TABEL

xi

BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

8

C. Pertanyaan Penelitian

10

D. Definisi Operasional

11

E. Tujuan Penelitian

13

G. Manfaat Penelitian


13

: PROFESI KEGURUAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU

A. Peranan Guru Sebagai Pendidik Profesional
1. Peran guru sebagai tenaga kependidikan

2. Peran gum dalam proses belajar mengajar
B. Profesi Keguruan

16

27
39

1. Pengertian profesi, profesional dan profesionalisasi

40


2. Tuntutan Profesionalisme

44

3. Profesionalisme dan pengembangan guru

45

4. Kompetensi professional guru

47

C. Pembinaan Kemampuan Profesional Guru

57

1. Konsep pembinaan

57


2. Komponen sistem pembinaan

62

3. Upaya pembinaan melalui gugus sekolah

65

D. Penelitian YangRelevan
BAB III

15

71

: METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

74


B. Objek Penelitian

78

C. Teknik Pengumpulan Data

79

vii

1. Observasi

80

2. Wawancara

82

3. Dokumentasi

83

D. Teknik Analisis Data

84

1. Reduksi data

85

2. Penyajian data

85

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

85

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

BAB IV

1. Tahap orientasi

86

2. Tahap eksplorasi

88

3. Tahap Membercheck

88

: DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

90

1. Lokasi pelaksanaan kegiatan KKG

90

2. Pengorganisasian Gugus I Syahdan Hamis

92

a. Kondisi Kelompok Kerja Pengawas Sekolah

94

b. Kondisi Kelompok Kerja Kepala Sekolah

96

c. Kondisi Kelompok Kerja Guru

98

B. Deskripsi Hasil Penelitian

BAB V

86

107

1. Program Pelaksanaan Kegiatan KKG

108

2. Keterlibatan Dukungan Sarana dan prasarana

120

3. Upaya Pembinaan Profesionalisme Tenaga Keguruan

122

4. Faktoryang menghambat dan mendukung

129

C. Pembahasan Hasil Penelitian

133

1. Penyusunan Program

133

2. Materi Kegiatan KKG

134

3. Pembinaan Profesional

136

: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

151

B. Rekomendasi

156

DAFTAR PUSTAKA

159

LAMPIRAN

163

Vlll

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Paradigma Penelitian

9

Gambar 2: Kerangka Perencanaan dan Implementasi Pengajaran

30

Gambar 3 : Diagram Model Dinamis Pengembangan Pembinaan

64

Gambar 4 : Peta Lokasi Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling

91

Gambar 5 : Struktur Organisasi Gugus I Syahdan Hamis

93

IX

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Keadaa Personil Pengawas TK/SD Gugus I Syahdan Hamis

94

Tabel 2

: Keadaan Kepala SD dan MI Gugus I Syalidan Hamis

97

Tabel 3

: Keadaan Personil SDN 032 (SD Inti)

99

Tabel 4

: Keadaan Personil SDN 002 (SD Imbas)

101

Tabel 5

: Keadaan Personil SDN 006 (SD Imbas)

102

Tabel 6

: Keadaan Personil SDN 019 (SD Imbas)

103

Tabel 7

: Keadaan Personil SDN 033 (SD Imbas)

104

Tabel 8

: Keadaan Personil SDN 036 (SD Imbas)

105

Tabel 9

: Keadaan Personil MIS Darussalam (Imbas)

106

Tabel 10 : Materi Kegiatan KKG 2000/2001

113

Tabel 11 : Materi Kegiatan KKG 2001/2002

114

Tabel 12 : Jumlah Siswa Gugus I Syahdan Hamis

119

Tabel 13 : Keterlibatan Instansi Terkait

128

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Otonomi daerah yang pelaksanaannya dimulai 1 Januari 2001, membawa

berbagai konsekuensi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu

diantaranya adalah perubahan peranan pemerintah pusat dalam hal penentuan isi

pendidikan (kurikulum) di sekolah. Dimasa lalu isi atau muatan kurikulum di
jenjang pendidikan dasar dan menengah sepenuhnya ditentukan oleh pusat.

Akibatnya, seringkali isi atau muatan pengajaran yang diberikan di sekolah tidak
sesuai dengan kondisi sekolah yang ada di berbagai daerah. Dengan akan

digulirkannya kurikulum berbasis kompetensi ini diharapkan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru di sekolah menjadi sesuai dengan kondisi dan situasi setiap
daerah.

Pada setiap implementasi suatu program pembaharuan pendidikan pada

level kelas, guru memegang peranan penting dan menentukan. Begitu juga dengan
implementasi kurikulum berbasis kompetensi, keberhasilannya sangat tergantung

pada kemauan dan kemampuan guru untuk melaksanakannya.
Suatu kenyataan yang sulit dibantah adalah bahwa banyak pembaharuan

pendidikan pada level kelas yang berjalan tertarih-tatih justeru karena keengganan gurunya untuk melaksanakan pembaharuan. Studi yang dilakukan oleh
Zamroni dkk., (1993) terhadap para guru SD, SLTP dan SLTA

di Pulau Jawa

menunjukkan bahwa para guru diberbagai jenjang pendidikan tersebut umumnya

memiliki perilaku yang enggan untuk melaksanakan pembaharuan. Begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Muljani A. Nurhadi dkk. (tt) dalam rangka
Penyusunan Proposal Persiapan Primary Educational Quality Improvement
1

Project (PEQIP) ternyata inovasi pembelajaran melalui program CBSA belum

menunjukkan hasil yang menggembirakan, dan masih sangat ditentukan oleh
siruasi dan kondisi setempat, bukan karena sistem yang dikembangkan. Kenyataan

seperti ini memberikan harapan yang pesimistik terhadap keberhasilan perubahan
kurikulum yang direncanakan.

Dalam mengkaji persoalan ke-engganan guru untuk melaksanakan
pembaharuan, pada hakekatnya adalah mengkaji persepsi dan perasaan guru

mengenai pengalaman individualnya tentang inovasi yang diimplementasikan
(Hall & Rutherford, dalam Hall, 1980). Menurut Heck, dkk. (1981) inovasi
sifatnya sangat pribadi, dan karenanya implementasi atau adopsi inovasi sangat

ditentukan oleh kepedulian dan keahlian atau keterampilan yang dibutuhkan oleh
inovasi tersebut.

Keberhasilan membentuk perilaku inovatif di kalangan guru dengan
berlandaskan pembinaan terhadap sikap, perasaan, dan persepsi guru tentang
inovasi atau kepedulian guru terhadap inovasi, telah teruji melalui riset yang
dilakukan oleh The Research and Development Centre for Teacher Education

yang ada di The University of Texas melalui model yang diberinya nama
Concern-Based Adoption Model (CBAM). Dengan model ini, perhatian guru
terhadap inovasi pendidikan dapat ditingkatkan, para guru akan senantiasa

berusaha memperbaharui pola-pola pembelajarannya, dan akan selalu mencari
alternatif baru yang paling efektif bagi penyelenggaraan pembelajarannya
(Zigarmi & Goldstein, 1979).

Di Indonesia perilaku inovatif di kalangan guru yang berlandaskan

pembinaan terhadap sikap, perasaan, dan persepsi guru tentang inovasi atau
kepedulian guru terhadap inovasi, dilakukan melalui Pusat Kegiatan Guru(PKG)

sebagaimana di ungkapkan oleh Zainal Aqib (2002:116) bahwa PKG pada

dasarnya merupakan "Pusat Kegiatan Guru", sekaligus sebagai bengkel kerja,
pusat pertemuan, sarana diskusi,

dan pertukaran pengalaman serta kiat

pembelajaran. Pusat Kegiatan Guru (PKG) termasuk komponen gugus sekolah, di

dalamnya adalah gum SD, Guru Pemandu, Tutor Inti, KKPS (Kelompok Kerja
Pengawas Sekolah), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKG (Kelompok
Kerja Guru), SD Inti dan SD Imbas.
Pusat Kegiatan Guru, seyogianya menyediakan bahan-bahan perbaikan

pengajaran, seperti model-model program pengajaran (desain pengajaran), model
alat peraga, buku-buku sumber, kurikulum, karya-karya guru, serta bahan-bahan
lainnya yang dipandang sesuai bagi upaya perbaikan pembelajaran. Lebih lanjut
sebagaimana yang diungkapkan oleh Zainal Aqib (2002:118) bahwa, kegiatan

pelatihan dalam setiap pertemuan PKG, sebaiknya diarahkan pada kegiatan
praktis yang benar-benar dibutuhkan guru di sekolah.
Kegiatan tersebut dapat berbentuk: (1) Pengembangan materi pembelajaran,

(2)

Pengembangan pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan masalah

(Konstruktivitas), (3) Pembuatan alat bantu pengajaran, (4) Pengembangan cara

penilaian formatif untuk perbaikan proses belajar mengajar, (5) Diskusi tentang
masalah-masalah yang ditemukan di kelas dan masalah lain yang sesuai dengan

tujuan program, (6) Pelaporan, (7) Biaya dan alat, serta (8) Tindak lanjut.
Sistem pembinaan profesional guru yang dilakukan melalui gugus sekolah

seperti PKG, KKG, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan sejenisnya
dikembangkan mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas. Sistem ini merupakan langkah inovatif dalam membina profesionalisme
guru dan sebagai upaya untuk mengkompensasi kekurangan pada dua cara di atas

(pendidikan dalam jabatan dan pelatihan dalam jabatan). Studi yang pernah
dilakukan

mengungkapkan

bahwa

pelatihan dalam

pra-jabatan mampu

meningkatkan kemampuan para guru. Tetapi itu saja tidak cukup, karena itu perlu
ada sarana yang memungkinkan terjadinya kolaborasi antara para guru untuk

berbagi pengalaman. Cara inipun masih harus diikuti dengan penguatan pada
tingkat sekolah oleh kepala sekolah.

Kaitannya dengan sistem pembinaan profesional guru ini, apabila sistem
gugus ini dikelola dengan baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula.
Pengalaman Primary Education Quality Improvement Project, (PEQIP) yairu
proyek peningkatan mutu Sekolah Dasar di enam propinsi (Aceh, Sumatera Barat,
Yogyakarta, Bah, Nusa Tenggra Timur, dan Sulawesi Utara) menunjukkan bahwa

sistem ini mampu meningkatkan kemampuan dan motivasi mengajar guru yang
diikuti oleh makin meningkatnya mutu pendidikan pada tataran sekolah (Supriadi,
1998).

Sejalan dengan arah dan kebijakan pembangunan pendidikan nasional
menurut GBHN 1999-2004 berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun

2000 tentang Program Pembangunan Naional (Propenas) Tahun 2000-2004 serta
kebijakan umum Mendiknas dalam Rapat Kerja Naional tahunan diantaranya
mengungkapkan:
(1)

(2)

(3)

Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indoneia.
Meningkatkan profesionalisme guru TK dan SD dan tenaga
kependidikan lainnya melalui gugus sekolah dasar yaitu,
pemantapan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala
Sekolah (KKKS), dan Kelompok Kerja Penilik/Pengawas Sekolah
(KKPS), dan berbagai bentuk diklat.

Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan
kurikulum yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan
kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara
profesional.

Dengan demikian, maka kegiatan guru melalui KKG di Sanggar PKG
yang merupakan tempat pertemuan para guru untuk merumuskan berbagai
permasalahan yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi melalui pengalaman
dan pemikiran mereka secara mandiri, maka kegiatan KKG berupaya untuk
memecahkan permasalahan dan menyempumakan pelaksanaan proses belajar
mengajar.

Prinsip kegiatan KKG menganut prinsip musyawarah dalam arti kegiatan
tersebut dilaksanakan "Dari Guru, Oleh Guru, Untuk Guru dan Siswa",

(semboyan PKG, oleh Zamroni, 2000:79). Dengan demikian kegiatan ini cukup
urgen untuk mengembangkan kemampuan para guru dalam melaksanakan
tugasnya secara profesional.
Berangkat dari apa yang diuraikan di atas, pengalaman dan temuan
lapangan yang selama ini dirasakan bahwa :
1.

Dalam hal mengembangkan kemampuan proses pembelajaran, bahwa (1)

Masih adanya guru-guru yang belum memahami arti pentingnya kurikulum
(suplemen kurikulum 1999) dalam kontek dokumen kurikulum sebagai

panduan pembelajaran, (2) Masih adanya guru-guru yang mempersiapkan
materi pembelajaran yang dtuangkan dalam satuan pelajaran mempedomani
kepada buku paket/teks (c) Dampak yang terjadi bahwa masih adanya siswa
kelas III, IV, V, dan VI yang belum bisa membaca dan belum mampu

menerima konsep pelajaran yang ada sebagaimana yang diharapkan.

2.

Kualifikasi guru, bahwa rata-rata yang ada adalah lulusan/tamatan SPG,
SGO, KPG, MAN dan D-2 (Universitas Terbuka) yang saat ini sebagian
besar dari mereka masih dalam proses pengembangan untuk mengikuti

pendidikan Diploma-2 (D2) melalui jalur pendidikan UT (Universitas
Terbuka),

3.

Masih ditemui sebagian guru yang kurang perduli dengan inovasi
pendidikan dalam rangka pengembangan profesionalnya.
Untuk itu, barangkali perlu adanya pemantapan dalam perubahan pembinaan

terhadap kemampuan profesional guru Sekolah Dasar yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Kepala Dinas Pendidikan serta masukanmasukan masyarakat yang belum optimal dan masih memerlukan pemahaman
serta pendalaman yang serius, antara lain dengan merubah:
(1)

Persepsi Kepala Sekolah yang mengganggap guru sudah cukup profesional
dalam melaksanakan tugasnya dan yang penting guru hadir ke sekolah.

(2)

Kepala Sekolah belum mampu menyusun program pembinaan

(3)

Masih ada "mismatch" antara kebutuhan pembinaan yang dituangkan oleh
Kepala Sekolah dan yang dituangkan oleh Pengawas

(4)

Frekuensi pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan
pengawas sangat terbatas dan selalu dalam pertemuan kelompok.
Melihat fenomena di atas, tampak masih rendahnya kemampuan guru

dalam mengembangkan kurikulum di level kelas sebagai salah satu tugas yang

menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu perlu usaha-usaha yang sistematis dalam
rangka meningkatkan kemampuan guru, salah satunya adalah melalui wadah PKG
yang secara terorganisir dapat dikembangkan melalui kegiatan KKG Sekolah
Dasar.

Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, perlu

memperhatikan dua hal pokok: Pertama, melalui wadah PKG pengembangan
profesional guru dalam mengembangan kurikulum diharapkan terjadinya

peningkatan kualitas dalam pembelajaran di kelas, sehingga: (1) Proses belajar
mengajar menunjukkan aktifitas tinggi, (2) Kehadiran siswa stabil 100%, (3)
Daya serap terhadap pelajaran dan prestasi belajar siswa meningkat, (4) Suasana
belajar mengajai menyenangkan dan mengaktifkan siswa, (5) Prosentase

mengulang kelas rendah atau 0%, (6) Keterampilan membaca permulaan tuntas di
kelas I. Kedua, sikap-sikap yang perlu dirumbuh kembangkan melalui
pengembangan profesional guru dalam mengembangkan kurikulum antara lain:
(1) Terbuka terhadap adanya pembaharuan, (2) Mau menanggapi dan menghargai
pendapat orang lain, (3) Tidak mudah putus asa, (4) Memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sehari-sehari, (5) MemiUki rasa
percaya diri, (6) Mau bekerjasama diantara rekan guru.
Kegiatan KKG sebagai salah satu wadah pembinaan profesional guru
Sekolah Dasar, menghendaki adanya motivasi atau dorongan. Hal ini dapat datang
dari guru itu sendiri dan dapat pula berasal dari luar guru tersebut.
1. Dorongan yang datang dari luar diri guru:

(a) Guru harus yakin bahwa KKG dapat berfungsi meningkatkan kemampuan
profesi guru, (b) Guru harus bangga menjadi anggota KKG, (c) Guru harus

mampunyai

perasaan memiliki, perasaan ikut

serta bertanggungjawab

terhadap terselenggaranya KKG, (d) Guru harus dapat bekerjasama, saling
asah, asih, dan asuh, serta solider terhadap sesama anggota KKG.

2. Dorongan yang datang dari dalam diri guru:

(a) Kegiatan KKG harus selalu menarik dan berbobot sehingga kehidupan
KKG dapat berjalan terus, untuk itu kegiatannya harus bervariasi, misalnya
dengan penyelenggaraan diskusi, demonstrasi, simulasi, kerja praktek,

pemberian tugas dan Iain-lain, (b) Dalam penyelenggaraan KKG semua pihak

yang terkait harus mengakui dan menghargai keikutsertaan pari
KKG hams mendapat dukungan Komite Sekolah, dan masyarakat, (d) KKG
harus mendapat perhatian dan pembinaan dari aparat/instansi yang terakait, (e)
Guru akan memperoleh angkakredit untuk kenaikan pangkat.

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Era globalisasi menuntut perbaikan kualitas dari semua segi, termasuk
kualitas mengajar guru. Kualitas mengajar guru terasa lebih penting mengingat
kedudukannya sebagai pengemban tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tuntutan terhadap profesionalitas mengajar guru memerlukan usaha dan kerja
keras dari semua pihak, temasuk dari usaha guru itu sendiri. Salah satu usaha yang
dilakukan oleh guru itu sendiri adalah dalam bentuk kegiatan KKG. Penelitian ini

diaralikan untuk mengungkap secara empirik tentang pelaksanaan KKG sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah
Dasar.

Dengan demikian aspek-aspek yang mempengaruhi pelaksanaan KKG
meliputi: (1) Raw Input, yang terdiri dari pengalaman mengajar guru, komitmen

terhadap tugas, penguasaan kompetensi; (2) Instrumental Input, terdiri dari aspek
kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan,

Pengawas TK/SD, Kepala Sekolah, Pengurus KKG, Program KKG, Sarana dan
Prasarana, serta Biaya; (3) Environmental Input, meliputi aspek lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga guru, lingkungan masyarakat.

Aspek-aspek tersebut di atas sangat menentukan kualitas pelaksanaan

kegiatan KKG, yang pada gilirannya akan dapat mengembangkan kemampuan
profesional guru. Kegiatan KKG tersebut berupaya untuk mengkaji dan
memperdalam tentang: (a) penguasaan bahan pelajaran, (b) pengembangan

program belajar, (c) pengelolaan kelas, (d) mengembangkan media, (e)
menerapkan landasan pendidikan, (f) pengembangan interaksi belajar mengajar,
(g)

pengembangan

metode

mengajar,

(h)

memahami

penyelenggaraan

adminsitrasi sekolah, (i) memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan.

PEMUHAN

KOMPETENSI

INSTRUMB4TAL

(P3G.1980)

INPUT

* Penguasaan bahan
"KEBJAKAN

•PENGALAMAN

PEMDAtDKNAS,

MENGAJAR

•PenegWaan

PENGAWAS,

program

KEPALASEKOLAH)
•PENGURUSKKG
•PROGRAM KKG
•SARANA PRASARANA
•EtAYAKKG

* Penggunaanmecia
•Penguasaan
landasan kependkfkan
• Pengelolaan interaksi

^>
"KCMTMEN

TERHADAP
TUGAS

4

u

PELAKSANAAN

}

KEGIATAN KKG

-Ch

* LINGKUNGAN
SEKOLAH

•PENGUASAAN

KOMPETENSI

* UNGKUNGAN
KELUARGAGURU

Ti

MENGAJAR

PEMNGKATAN

KEMAMPUAN
PR0FE90NAL

P

GURU

U
T

ENVIRCNvCNrrAL
INPUT

FROaUKlTVITAS

O

)

KREATIV1TAS
MENGAJAR

* Penguasaan metode
mengajar
* Meratai prestasi
belajarsiswa untuk
tepentingan pengajaran
program bimbingan(BP)
•Meroahani

penyelenggaraan
* UNGKUNGAN
MASYARAKAT

adfflutistiasi sekolah
•Memahamdan
manaisffKan nasfl

penefiban pentfidkan

Gambar 1

Paradigma Penelitian Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru
Melalui Gugus Sekolah Dasar

Melihat betapa banyaknya variabel yang turut memberikam pe^Skn^^
terhadap pelaksanaan KKG serta persoalan keterbatasan waktu, biaya, serw&mi&---=ss
dalam pelaksanaan penelitian ini, maka penulis mencoba untuk membatasi

penelitian ini dengan mengkaji beberapa faktor. diantaranya: (1) Program
Pelaksanaan Kegiatan KKG, (2) Sarana dan Prasarana Kegiatan KKG, (3)
Pembinaan yang dilakukan oleh pembina dalam Kegiatan KKG, (4) Faktor-faktor

yang mendukung dan menghambat dalam kegiatan KKG sebagaimana yang
tergambar pada gambar di atas.

Dengan demikian, maka fokus kajian dalam penelitian ini dapat

diaimuskan dalam judul penelitian, yaitu: "Pelaksanaan KKG dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Gugus I Syahdan
Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau".

C. Pertanyaan Penelitian
Agar lebih memahami dan mengarah kepada sasaran yang diinginkan,

dalam penelitian ini mengangkat tentang pelaksanaan KKG dalam upaya
meningkatkan kemampuan profesional guru dengan pendekatan kualitatif.

Formulasi masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan menjadi sub pertanyaan
penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana program pelaksanaan kegiatan KKG dalam meningkatkan

kemampuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan
Tempuling yang selama ini dilakukan?

2. Bagaimana dukungan sarana dan prasarana terhadap peningkatan kemampuan
profesional guru di PKG Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling?

3. Bagaimana upaya pembina KKG

dalam meningkatkan

kemampuan

profesional guru di Gugus I Syalidan Hamis Kecamatan Tempuling?
4. Faktor-faktor apa yang menghambat dan yang memberikan dukungan
terhadap pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan
Tempuling?

D. Definisi Operasional
1. Program

Program dimaknakan sebagai suatu rencana, rancangan atau kerangka
kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam konteks ini adalah suatu kegiatan KKG
dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru Sekolah Dasar. Artinya
bagaimanakah sebuah program kegiatan KKG itu disusun secara sistematis
dengan beberapa kemungkinan penyesuaiannya pada situasi yang sebenarnya,
sehingga program dapat berfungsi untuk mengefektifkan pelaksanaan kegiatan
untuk mencapai suatu rujuan yang telah disepakati bersama.

2. Sarana dan Prasarana Kegiatan KKG

Sarana dan prasarana merupakan peralatan dan atau perlengkapan yang

secara langsung atau tidak langsung dipergunakan dan menunjang proses kegiatan
pendidikan khususnya pelaksanaan kegiatan KKG, seperti gedung yang digunakan

sebagai PKG dalam hal ini adalah Sekolah Dasar Inti, ruang pertemuan KKG,
meja kursi yang dipergunakan dan bahkan kondisi halaman, taman sekolah, jalan,

yang merupakan sarana dan prasarana kegiatan KKG. Dengan demikian, maka
sarana dan prasarana ini akan memberikan kontnbusi secara optimal dan berarti
pada jalannya proses kegiatan KKG untuk mengembangkan kemampuan
profesional guru.

12

3. Pembina dalam Kegiatan KKG

Untuk melihat seberapa jauh ke-efektifan kegiatan KKG tidak terlepas dari
sejauhmana peran dan fungsi pembina dalam hal ini adalah Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kecamatan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah untuk
melakukan

pembinaan

terhadap

kegiatan

KKG.

Disadari

dimaksudkan pembinaan, adalah: (1) Proses pemeliharaan,

bahwa

yang

mengacu kepada

aktifitas untuk menjaga kualitas sesuatu yang telah ada agar tidak mengalami
kepunahan, kerusakan, dan tetap baik atau lestari. (2) Proses perbaikan, mengacu
kepada aktifitas konstruktif yang bertujuan membenruk kuahtas sesuatu menjadi
baik atau lebih baik sesuai dengan harapan yang semestinya. (3) Proses
pengembangan, merujuk kepada aktifitas peningkatan kuahtas sesuatu agar

mencapai bentuk kuahtas yang lebih baik atau lebih inemuaskan. Dengan
demikian, pembinaan merupakan aktivitas peningkatan kualitas yang multi
dimensional,

yang

bersifat

pelestarian,

perbaikan,

pembaharuan

serta

pengembangan progresif.

4. Faktor yang menghambat dan mendukung dalam kegiatan KKG.
Dalam pelaksanaan kegiatan, baik kegiatan yang bersifat formal maupun

non formal terdapat beberapa faktor yang menghambat dan faktor-faktor yang
memberikan dukungan terhadap kegiatan; begitupun halnya dengan pelaksanaan

KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling. Faktor-faktor tersebut

dapat bersumber dari proses pembinaan yang dilakukan oleh pembina, faktor nara
sumber yang masih belum optimal, faktor dana untuk menunjang kelancaran
KKG, faktor materi kegiatan, faktor guru, faktor penggunaan waktu dan lain
sebagainya.

13

E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tentang
pelaksanaan kegiatan KKG dalam meningkatkan kemampuan profesional guru,
pada Gugus I Syalidan Hamis Kecamatan Tempuling.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan program KKG dalam upaya meningkatkan kemampuan

profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling yang
selama ini dilakukan.

2. Mengetahui dukungan sarana dan prasarana yang tersedia terhadap
pelaksanaan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling.
3. Menemukan

upaya

pembina

KKG dalam

pelaksanaan

KKG untuk

meningkatkan kemapuan profesional guru di Gugus I Syahdan Hamis
Kecamatan Tempuling.

4. Menemukan faktor-faktor yang menghambat dan yang memberikan dukungan
dalam pelaksanaan kegiatan KKG di Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan
Tempuling.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini menemukan prinsip-prinsip yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas pelaksanaan KKG.

Prinsip-prinsip dimaksud

bertujuan terhadap pengembangan program, pendayagunaan sarana dan prasarana,
meningkatkan kualitas pembinaan serta kuantitas faktor pendukung serta
penghambat.

Secara praktis penelitian ini memberikan penyegaran dan pencerahan yang

berarti serta nyata bagi upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat
dasar, yang sasaran utamanya adalah kualitas guru dalam meningkatkan

14

kemampuan profesionalnya dalam melaksanakan tugas. Secara spesifik penelitian
ini diharapkan akan bermanfaat bagi:
1. Penyelenggara atau Pengurus KKG, agar dapat melakukan inovasi dalam
penyelenggaraan KKG.

2. Guru-guru (Anggota KKG dalam Gugus Sekolah Dasar), diharapkan

memperoleh motivasi dan hasil penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai
evaluasi diri.

3. KKKS, KKPS, Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten dan Instansi yang terkait yang peduli terhadap
pendidikan, untuk mendapatkan masukan tentang pola pembinaan profesional
guru-guru Sekolah Dasar khususnya dalam penyelenggaraan KKG.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi, dalam pengertian luas mengacu pada pengertian yang

menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati
masalah dan mencari jawabannya. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang

diungkapkan dalam bab ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur
penelitian.

A. Metode Penelitian

Dalam bab ini disajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian dalam rangka penjaringan date guna penyelesaian tesis ini,
yaitu metode penelitian, objek penelitian, tehnik pengumpulan data, teknik
analisisdata,tahap pelaksanan penelitian, dan keabsahan hasil penelitian.
Penelitian yang berjudul Pelaksanaan KKG dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar, sebagaimana dirumuskan dalam
bab pendahuluan, bermaksud ingin "memotret" keadaan dari keseluruhan proses

pelaksanaan yang terjadi dalam upaya peningkatan kemampuan profesional gura
Sekolah Dasar.

Dengan demikian, penelitian ini tidak bertujuan mencari hubungan antara
variabel melalui studi korelasi atau mencari faktor-faktor penyebab dari fakta

sosialyang ada, namun memfokuskan pada mencari pemahaman perilaku manusia

yang terlibat dalam suatu proses berdasarkan kerangka acuan mereka sendiri.
Dengan demikian, penelitian ini menyentuh kealamiahan sumber data yang
bersifatmenyeluruh, dan berkenaan dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2001:

9) mengingatkan bahwa: "Penelitian dalam pandangan fenomenologis berasaha
74

75

memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi-situasi
tertentu".

Mencermati ungkapan di atas dan untuk mencapai tujuan penelitian, maka

pendekatan penelitian yang dipandang relevan adalah pendekatan kualitatif,
sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1996:5), bahwa: "Penelitian kualitatif

pada hakekaktanya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya
berinteraksi dengan mereka, berasaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya".

Sejalan dengan ungkapan di atas, Nana Sudjana dan R.Ibrahim (1989:195)

mengungkapkan lima ciri pokok penehtian kualitatif, yaitu: (1) penehtian
kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (2)

penelitian kualitatif sifatnya deskriftif analitik, (3) tekanan penehtian kualitatif
ada pada proses bukan pada hasil, (4) penelitian kualitatif sifatnya induktif, dan
(5) penelitian kualitatif mengutamakanmakna.

Bogdan dan Biklen (1982:3) menyebutnya dengan sebutan "naturalistik

fenomologis", sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji. Lebih lanjut

Bogdan dan Biklen (1982:27-29), secara operasional mengemukakan lima
karakteristik utama dari penelitian kualitatif, sebagaimana yang terdapat pada
halaman berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara
langsung sumber data

2. Mengimplikasikan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih
cenderung dalambentuk kata-katadaripadaangka.
3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses,
tidak semata-mata pada hasil.
4. Melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan makna dari keadaan
yang diamati, dan

5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan
kualitatif.

Menyimak karakteristik metoda kualitatif di atas, menytolfajpp

sangat berperannya kedududukan penehti dalam implementasinya, Mia^a^^^^
diungkapkan oleh Nasution (1996:9-11) bahwa metoda naturalistik, mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:

a. sumber data adalah situasi yang wajar "Natural Setting"berdasarkan
observasi situasiyang wajar sebagaimanaadanya,

b. peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang utama (Key
instrument), peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara
langsung.

c. sangat deskriptif, yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian,
d. mementingkan proses maupun produk,
e. mencari makna dibelakang kelakukan atau perbuatan sehingga dapat
memahami masalah dan situasi,

f. mengutamakan data langsung (first hand), peneliti sendiri yang terjun
kelapangan mengadakan observasi atau wawancara.

g. triangulasi, data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dari
sumber lain,

h. menonjolkan rincian kontekstual, penehtian mengumpulkan dan
mencatat data dengan sangat rinci,

i. subjek yangditeliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti,

j. mengutamakan perspektif emic, yakni mementingkan pandangan dan
penafsiran responden sesuaidengan pendiriannya,
k. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif
untuk memperoleh hasil yang dapat lebih dipercaya,
1. sampling yang purpositif, yakni tidak menggunakan sampel yang
banyaktetapi sampelnya sedikit dipilihmenumt tujuan,
m. menggunakan "audit traiV, untuk mengetahui apakah laporan
penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan,
n. partisipasi tanpa mengganggu, artinya observasi dilakukan secara
wajar{natural) sehingga tidakmengganggu kewajaran situasi, dan
o. mengadakan analisis sejak awal penelitian".

Karena sifat penelitian naturalistik yang bertujuan mengamati fenomena
yang ada secara "seadanya" bukan untuk melakukan pengukuran secara
terkontrol. Penelitian dilakukan dengan menceburkan diri secara langsung di

lapangan, berorientasi pada penemuan, eksplorasi (menjelajah), perluasan dan
menggambarkan secara holistik (menyeluh). Dengan demikian, penelitian ini
berorientasi pada proses bukan pada keluaran. Disini penehti dituntut dekat

77

dengan data sebagai insider tidak menjaga jarak yang berperan sebagai outsider.
Peneliti kualitatif hams mendasarkan diri pada asumsi bahwa realitas mempakan

dinamika. Tugas peneliti menjaring data secara luas, mendalam, sehingga dapat
digeneralisasi sebagai suatu kesimpulan yang absah.

Dengan berperannya fungsi peneliti sebagai instrumen langsung, maka

seorang peneliti kualitatif dituntut memiliki beberapa kompetensi dan keterampila
tertentu. Pertama, peneliti dituntut memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan

ketajaman analisis serta interpretasi terhadap realitas. Hal tersebut mempakan
sutau tuntutan karena peneliti dalam prosesnya dituntut mengembangkan dan

mengisi atau memberi makna suatu teori. Kedua, peneliti dituntut pula memiliki
sensitifitas dan kreatifitas yang tinggi, karena dalam penehtian kualitatif seorang

peneliti perlu mengembangkan metoda atau teknik penelitian pada saat
melaksanakan penelitiannya, disamping penehti perlu memformulasi suatu teori.

Ketiga, dalam penehtian kualitatif penehti dituntut memiliki sikap korektif dan
keterbukaan yang tinggi.

Dalam kaitan ini, peneliti bukan bertugas menguji suatu teori yang ada,

tetapi berupaya menemukan atau mengembangkan suatu teori. Sedang
keterbukaan

dituntut

karena

dalam

penelitian

kualitatif

kemampuan

pengungkapan subjek penehtian mempakan kunci keberhasilan penelitian.
Semakin terbuka hubungan peneliti dan subjek (responden) semakin banyak dan

kaya (ktWinformasi yang terjaring yang memungkinkan mengarahkan
terwujudnya keabsahan hasil penelitian.

78

B. Objek Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti menjadikan Pengurus KKG, Gum, Kepala
Sekolah, Pengawas TK/SD serta Masyarakat yang berada dan tergabung dalam

lingkungan Gugus I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling sebagai objek
penelitian. Atas dasar permasalahan penelitian, maka sumber date yang dikaji ini
diuraikan berdasarkan atas pernyataan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Subjekuntuk mengungkapkan tentang program KKG dalam meningkatkan
kemampuan professional guru, yaitu:
a. Studi dokumentasi tenatang program-program kerja KKG yang dibuat
dan disepakati bersama peserta KKG

b. Wawancara tentang program-program yang mungkin tidak tertulis
dengan peserta KKG dan pengelola atau pengurus KKG.

2. Subjek data untuk mengungkap tentang dukungan sarana dan prasarana
dalam memperlancarkegiatan KKG:

a. Observasi terhadap jenis-jenis sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
setiap sekolah yang berada di gugus I Syahdan Hamis kecamatan
Tempuling untuk mendukung praktek peningkatan kompetensi gum
sebagai peserta KKG

b. Wawancara dengan kepala sekolah tentang ketersediaan sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah yang berada di gugus I
Syahdan Hamis kecamatan Tempuling untuk mendukung praktek
peningkatan kompetensi gura sebagai peserta KKG.

c. Analisis dokumentasi mengenai keadaan dan ketersediaan sarana dan

prasarana setiap sekolah yang berada di gugus I Syahdan Hamis
kecamatan Tempuling untuk mendukung praktek peningkatan
kompetensi gura sebagai peserta KKG.

^*s

3. Subjek untuk mengungkapkan tentang keterlibatan perftbisa^aalam ^ t

kegiatan KKG, didapat melalui wawancara yang mencakW%tdnteBg> ^ 1/
bagaimana keterlibatan kepala sekolah, pengawas sekolah dan kepafo"- J
Cabang Dinas Pendidikan kecamatan Tempuling dan juga instansi terkait
dalam kegiatan KKG.

4. Subjek untuk mengungkapkan tentang faktor-faktor yang menghambat dan

yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan KKG melalui
wawancara dengan pengurus KKG dan peserta KKG mengenai pandangan
merekatentang faktor-faktor tersebut.

Penentuan sumber data ini, tentu saja berdasarkan atas beberapa kriteria

yang perlu dipertimbangkan, antara lain: (1) Subjek sudah lama dan intensif
menyatu dalam kegiatan atau bidang yang menjadi kajian dalam penelitian ini,
meliputi: pengawas TK/SD, kepala sekolah dan guru, (2) Subjek masih aktif atau
terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, meliputi: pengawas TK/SD,

kepala sekolah dan guru, (3) Subjek memiliki waktu yang cukup untuk dimintai
informasi, yaitu: (a) pengawas TK/SD, (b) kepala sekolah dan (c) gura {Spraley
dalam Sanafiah Faisal, 1982).

C. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan suatu penehtian teratama penehtian dengan pendekatan

kualitatif ini, tergantung pada beberapa faktor. Paling tidak ditentukan oleh faktor

kejelasan tujuan dan permasalahan penehtian, ketepatan peniilihan metodologi,
ketelitian dan kelengkapan date serta kemampuan interpretesi atau pemahaman

peneliti terhadap date itu sendiri. Dalam penehtian kualiatitetif ini dipergunakan
beberapa teknik pengumpulap date, yaitu: teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Untuk memperjelas makna yang terkandung dari pengertian
tersebut, maka akan dipaparkan sebagai berikut:

80

1. Observasi

Dalam penelitian kualitatif, salah satu teknik yang digunakan untuk

mengamati secara langsung perilaku responden di lapangan adalah dengan teknik
observasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Satori (1998:153) bahwa

observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti mendapatkan
informasi dalam kaitannya dengan kontek (hal-hal yang berkaitan dengan situasi

disekitarnya) sehingga peneliti memperoleh data dari informasi yang
dikumpulkan.

Sudah jelas, bahwa seluruh unsur yang terkait dengan penelitian seperti
kondisi lingkungan gugus, sarana prasarana, iklim dan proses interaksi, aktifitas

gum pada kegiatan KKG, aktifitas gum di dalam kelas, serta dampak dari
kegiatan KKG terhadap aktifitas siswa di dalam kelas.

Sehubungan dengan hal tersebut,. Nasution, (1988:61) mengungkapkan

terdapat lima tingkat partisipasi penehti sebagai pengamat (observer) dalam suatu

penelitian, yaitu: (1) partisipasi nihil (non participation), pada teknik ini interaksi
sosial dengan para responden sama sekali tidak terjadi (2) partisipasi pasif (pasif

participation), dimana peneliti berperan sebagai penonton tanpa melibatkan diri
secara langsung dan intensif dalam peristiwa/situasi yang menjadi objek

penelitian, (3) partisifasi sedang (moderate participation), yang ditandai dengan
terdapatnya intensitas peran serta penehti pada tingkat sedang dalam kehidupan
dan situasi responden. (4) partisipasi aktif (active participation), (5) partisipasi

penuh (completeparticipation), dimana penehti melibatkan diri sepenuhnya dalam
situasi objek penelitian.

Sehubungan dengan penelitian ini, tentunya partisipasi yang akan
dilakukan adalah menggunakan partisipasi aktif secara bergantian untuk

81

menghimpun data sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dilapangan.
Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan, peneliti mengadakan observasi
dengan teknik ikut serta dalam forum KKG di Gugus 1 Syahdan Hamis sesuai
dengan tujuan yang akan diteliti.

Patton (1996:59-60) dalam Nasution (1986) mengemukakan manfaat

teknik pengamatan sbb: (1) dengan berada dilapangan penehti lebih mampu
konteks data dalam keseluruhan situasi (holistic). (2) pengalaman langsung

memungkinkan penehti menggunakan pendekatan induktif, sehingga membuka
kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. (3) peneliti dapat melihat hal-

hal yang kurang atau tidak diamati orang lain karena telah dianggap "biasa" dan
karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. (4) peneliti dapat

menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden
karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi. (5) peneliti dapat menemukan hal-hal

diluar persepsi responden sehingga gambaran yang didapat lebih komprehensip.

(6) dilapangan penehti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan, akan tetapi
juga memperoleh kesan-kesan secara pribadi. Observasi atau pengamatan dapat
diklasifikasi atas pengamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan serta.

Pengamatan berperan serta melakukan dua peranan sekahgus, yaitu sebagai
pengamat dan sekahgus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya
(Nasution, 1996:126-127). Lebih lanjut Nasution (1996:61) menjelaskan tingkatan

partisipasi dalam kegiatan observasi/pengamaten terdiri dari berbagai tingkatan.
Dari tingkatan rendah sampai tingkatan tinggi, yakni dari partisipasi nihil, hingga
partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi penuh.

82

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian kulitatif merupakan teknik pengumpulan data

yang terpenting. Wawancara sebagai bentuk komunikasi vertikal dan proses
interaksi antar peneliti dengan sumber data berfungsi sangat efektif dalam proses

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Selain itu, wawancara juga dapat
difungsikan sebagai alat pembantu utama dari teknik observasi. Kontjaraningrat,
(1990:129) mengemukakan: "...wawancara dalam suatu penehtian bertujuan

mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat
serta pendirian-pendirian mereka itu, mempakan suatu pembantu utama dari
metode observasi".

Dalam penelitian naturalistik ini, kite ingin mengetahui bagaimana

pendapat responden tentang dunia kenyataan. Melalui dokumentasi dan observasi
saja tidak memadai untuk mendapatkan data dalam melakukan penelitian.
Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa
yang diamati atau dirasakan orang lain, persoalan ini yang pada gihrannya
meminta studi observasi tersebut hams dilengkapi oleh studi wawancara. Tujuan

wawancara untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang

lain, bagaimana pandangan tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui
melalui observasi. Nasution (1996:71) mengemukakan bahwa "penelitian

naturahstik berasaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia dari

segi perspektifhya, menumt pikiran dan perasaannya yaitu informasi "emic".
Namun demikian tidak selalu mudah dalam memperoleh keterangan emic yang

murni, sebab itu setiap pertanyaan penehti cenderung mengarahkan dan dengan

demikian mempenagruhi jalan pikiran responden, sehingga date yang diperoleh

83

akan bersifat "ethic" yakni ditinjau dari pandangan peneliti dengan demikian data
yang dieproleh atau data yang diinginkan akan beralih dari data emic ke data

ethic. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini akan

digunakan wawancara tak berstruktur dan selanjutnya beralih menjadi lebih
berstraktur.

Hal ini dilakukan peneliti dengan memperhatikan pendapat Nasution
(1996:72) yang menerangkan bahwa:

Pada awal penelitian, peneliti itu sendiri 'tidak tahu apa yang tidak
dftetahuinya', karena itu ia tidak dapat menyediakan pertanyaan yang
relevan, oleh karenanya wawancara dilakukan tak berstraktur artinya
responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan
buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh penehti.
Akan tetapi kemudian, setelah penehti memperoleh sejumlah keterangan,
ia dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun
berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.
3. Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif studi dokumentasi juga tidak dapat
ditinggalkan karena sangat membantu melengkapi data dan pengecekan kebenaran
data atau informasi yang diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara.

Teknik pengumpulan date dengan studi dokumentasi ini, berintikan pada kegiatan
pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis yang ada hubungannya dengan
fokus atau permasalahan penehtian.

Dokumentasi yang dimaksudkan dalam penehtian kualitatif pada
umumnya adalah teknik yang dilakukan melalui penelaahan dan anahsis serta

interpretasi terhadap dokumen yang bempa sumber date non-manusiawi,

misalnya: catatan pribadi, laporan, ketetapan dan peraturan-peraturan dokumen
pemerintah, korespondensi, agenda, ateupun catatan lain menyangkut bukti
pelaksanaan suatu proses atau kegiatan yang pernah terjadi.

84

Sehubungan dengan studi dokumentasi ini, Sartono Kartodirdjo, seperti
yang djkutip oleh Satori (1989: 143) mensyaratkan perlunya melihat: (1) apakah
dokumen itu outentik atau palsu, (2) apakah isinya diterima sebagai kenyataan,
dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah tentang gejala yang diteliti.

Adapun dokumen yang diteliti dan atau yang diamati dalam penelitian ini
antara lain:

a. Pedoman penyelenggaraan kegiatan KKG yang dikeluarkan oleh
Depdikbud dan atau Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota.
b. Program kegiatan KKG, berapa materi yang dibahas dalam
pelaksanaan dalam waktu yang telah disepakati,
c. Buku catatan pembinaan (catatan pengawas TK/SD, Kepala Sekolali
dan pembina lainnya).
d. Pembinaan gum SD yang dilakukan bidang Pendidikan Dasar, Seksi
Pendidikan Dasar, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah.
e.. Bahan tertulis yang berkaitan dengan produk kualitas gura sebagai
manajer pembelajaran
f. Hasil belajar siswa.
g. Photo-photo proses pembinaan yang terdapat dalam wadah KKG,
KKKS, dan KKPS saat pelaksanaan kegiatan KKG.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan anahsis date ddakukan sepanjang

penelitian itu dan secara terus menems mulai dari tahap pengumpulan date sampai
akhir. Date yang diperoleh dalam penelitian ini tidak akan memberikan makna
yang berarti apabila tidak dianahsis lebih lanjut. Dengan demikian perlu adanya

upaya penganlisisan data dengan tehnik analisis kualitatif secara induktif, yaitu
dengan cara membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan
teori yang ada.
Dalam kaiten ini Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (dalam

Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992:18) mengungkapkan bahwa, "anahsis date kuahtatif
mempakan upaya berlanjut, beralang dan terus menems. Menurat mereka ada tiga
tahap anahsis data, yaitu:

1.

Reduksi data

Kegiatan reduksi data merapakan langkah awal dalam menganwisi&^a^yj^
suatu penelitian. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk memudahkan seorang"
peneliti dalam memahami data yang terkumpul dari lapangan. Kegiatan reduksi
data

ini

dilakukan

dengan

pembuatan rangkuman terhadap aspek-aspek

permasalahan yang diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data yang lebih
lanjut. Adapun aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini
meliputi pembinaan kemampuan profesional gura yang dilakukan oleh pengawas
TK/SD melalui wadah Kelompok Kerja Gura (KKG)..
2. Penyajian data

Merapakan analisis terhadap penyajian data yang dilakukan secara jelas

dan singkat. Hal ini diamaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam
memahami dan kemudian menafsirkan dan pada gilirannya mengambil suatu

kesimpulan.

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data
Bahwa menganlisis date dalam upaya mengambil suatu kesimpulan,
merapakan intisari dari hasil penelitian. Sedangkan verifikasi adalah suatu upaya

untuk mempelajari kembali date-date yang sudah dikumpulkan dengan meminta
pertimbangan dari berbagai pihak yang relevan dengan penehtian ini.
Tehnik pengumpulan date dalam penehtian ini diungkapkan dengan

menggunakan tehnik observasi, dan wawancara, dan oleh karena itu akan
dikembangkan pedoman pengumpulan data yang dapat mengungkap date tentang

pelaksanan Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam upaya meningkatkan
kemampuan profesional gura sekolah dasar.

86

Pedoman pengumpul datayang dikembangkan, bempa pedoman observasi

dan pedoman wawancara yang tentunya tidak dirinci karena sifatnya lebih terbuka
(open ended).

Disamping kedua tehnik pengumpul data di atas, dilakukan pula studi
dokumentasi terhadap program/silabus kegiatan Kelompok Kerja Gura (KKG)

yang dilaksanakan. Sementara itu, prosedur pengumpulan data dilakukan dengan
dua cara, yaitu: komunikasi langsung melalui wawancara dan observasi serta
komunikasi tidak langsung melalui studi dokumentasi.

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki

pola yang pasti, sebab desain serta fokus penehtian dapat mengalami perubahan
yang bersifat "emergent", akan tetapi untuk memudahkan dalam pengumpulan
data, maka peneliti menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh Nasution

(1996:33), yaitu: (1) Tahap Orientasi, (2) Tahap Exsplorasi dan (3) Tahap
Member Check. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan secara rinci tentang

apa yang dimaksud dengan tahap orientasi, tahap exsplorasi, dan tahap
membercheck.

1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi ini, penulis melakukan studi kelayakan dan evaluasi

lapangan, yaitu suatu langkah yang bertujuan untuk menentukan permasalahan

yang terjadi di lap

Dokumen yang terkait

PEMBERDAYAAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) PADA GUGUS HASANUDIN DI KECAMATAN KARANGRAYUNG Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) Pada Gugus Hasanudin Di Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 2 16

PEMBERDAYAAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) PADA GUGUS HASANUDIN DI KECAMATAN KARANGRAYUNG Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) Pada Gugus Hasanudin Di Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 2 17

KONTRIBUSI SUPERVISI KLINIS, PENATARAN, DAN KEAKTIFAN GURU DALAM KKG TERHADAP KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG.

0 1 11

PERAN KKG DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS KRESNA KECAMATAN LOANO PURWOREJO.

0 0 17

SISTEM PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI KEGIATAN GUGUS SEKOLAH : Studi Kasus pada Gugus 03 tentang Pelaksanaan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Melalui Kegiatan Gugus Sekolah di Lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sukasari Kota Ba

0 3 70

PELATIHAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR DALAM MATEMATIKA CEPAT DAN JARIMATIKA ( KELOMPOK KERJA GURU (KKG) GUGUS I. KECAMATAN PAUH KOTA PADANG.

0 1 8

IDENTIFIKASI MANFAAT KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENUNJANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SEKOLAH DASAR GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO.

2 22 280

Kontribusi Jenjang Pendidikan, Penataran, dan Kegiatan KKG terhadap Peningkatan Kemampuan Profesional Guru

0 0 11

PELAKSANAAN SUPERVISI PAI SEBAGAI PENGENDALI MUTU PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI: STUDI DI KKG PAI KECAMATAN NGAWEN DAN KKG PAI KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA

0 0 158

KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI GUGUS TUNJUNG WIYATA KECAMATAN JATILAWANG

0 2 15