Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience at Work pada Karyawan Tetap Marketing Asuransi Jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu.

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience At

Work Pada Karyawan Tetap Marketing Asuransi Jiwa di PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu. Tujuannya adalah mengetahui gambaran dari Resilience At Work yang mencakup aspek Attitude (Commitment, Control dan Challenge) serta aspek Skill (Transformational Coping dan Social Support) pada karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dimana terdapat 30 orang yang memenuhi karakteristik sampel.

Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari Bayu Aditya berdasarkan pada teori Maddi & Khoshaba (2005) dan dimodifikasi oleh peneliti. Berdasarkan uji validitas menggunakan rumus korelasi Rank Spearman dan reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach, diperoleh 50 item valid dengan nilai validitas antara 0.301-0.779 dan nilai reliabilitas 0.941 yang berarti alat ukur memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 22 karyawan marketing memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah dan 8 karyawan marketing memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong tinggi.

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah untuk melakukan uji korelasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi (Culture, Climate, Structure, Workforce) terhadap derajat Resilience At Work sehingga dapat terlihat seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut terhadap derajat Resilience At Work. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan bagi Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu untuk memberikan training atau pelatihan stress management dan pengembangan yang melatih attitude dan skill kepada seluruh karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu.


(2)

ii Abstract

This study, entitled "Descriptive Study Regarding the degree of Resilience At Work On Life Insurance Marketing Permanent Employees at PT. AXA Mandiri in Bengkulu City. The goal is to know the description of Resilience At Work which includes aspects Attitude (Commitment, Control and Challenge) as well as aspects of Skill (Transformational Coping and Social Support) on permanent employee life insurance marketing PT. AXA Mandiri in Bengkulu City. The research design used is descriptive method. There are 30 people who meet the characteristics of the sample. The sampling technique used is purposive sampling technique where there are 30 people who meet the characteristics of the sample.

The instrument used was adapted from Bayu Aditya based on the theory of Maddi & Khoshaba (2005) and modified by the researchers. Based on test validity using Spearman Rank correlation formula and reliability using Cronbach Alpha, obtained 50 valid items with a value between 0.301-0.779 validity and reliability values 0.941 which means that the measuring instrument has a high level of reliability.

The results showed that there are 22 marketing employees had degrees Resilience At Work is relatively low and 8 marketing employees had degrees Resilience At Work is relatively high.

Suggestions put forward for further research is to test the correlation of these factors that influence (Culture, Climate, Structure, Workforce) to degrees Resilience At Work so it can be seen how much the relationship of these factors on the degrees of Resilience At Work. Based on this study, researchers suggestedt the Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri in Bengkulu City to provide training or stress management training and development of attitude and skills training to all employees life insurance marketing PT. AXA Mandiri in Bengkulu city.


(3)

vi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS

ABTRAK ……… i

ABTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….. xiii

DAFTAR PUSTAKA ………...… xiv

DAFTAR RUJUKAN ………..……… xv

LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….. 13

1.3.1 Maksud Penelitian ………. 13

1.3.2 Tujuan Penelitian ………... 13


(4)

vii

1.4.1 Kegunaan Teoritis ………. 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ……….. 14

1.5 Kerangka Pikir ……….. 14

1.6 Asumsi ……….. 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Resilience ………..……….. 25

2.2 Aspek Resilience At Work ……….……….. 26

2.2.1 Commitment ... 26

2.2.2 Control ……... 26

2.2.3 Challenge ……... 27

2.2.4 Transformational Coping ……... 27

2.2.5 Social Support ……... 29

2.3 Characteristic of Resilience ………....……….. 30

2.3.1 Culture ... 31

2.3.2 Climate ……... 31

2.3.3 Structure ……... 31

2.3.4 Workforce ……... 32

2.4 Pengertian Stress ……...……… 32

2.4.1 Tahapan Stress ……….………. 32


(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha

2.5 Pengertian Karyawan Marketing ……...……… 34

2.5.1 Tugas Karyawan Marketing ……….………. 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian ………..………… 37

3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ……….. 37

3.2.1 Variabel Penelitian ………... 37

3.2.2 Definisi Operasional ……… 38

3.3 Alat Ukur ………. 40

3.3.1 Alat Ukur Resilience At Work……… 40

3.3.2 Prosedur Pengisian ………... 41

3.3.3 Sistem Penilaian ………... 41

3.3.4 Data Pribadi dan Penunjang ……….……… 44

3.3.4.1 Data Pribadi ………..……….. 44

3.3.4.2 Data Penunjang ………... 44

3.3.5 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ……….……….. 44

3.3.5.1 Uji Validitas ………..……….. 44

3.3.5.2 Uji Reliabilitas ………..……….. 45

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ……… 46

3.4.1 Target Populasi …..………... 46

3.4.2 Karakteristik Populasi ……… 47

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel ……….……… 47


(6)

ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden Penelitian ……….. 49

4.2 Hasil Pengolahan Data ……….. 50

4.3 Tabulasi Silang Antara Resilience At Work dengan Aspek Attitudes ….. 51

4.4 Tabulasi Silang Antara Resilience At Work dengan Aspek Skill ……….. 51

4.5 Pembahasan ……….……….. 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……….……….. 60

5.2 Saran ………..……….. 61

5.2.1 Saran Teoritis ………... 61


(7)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ……….………...…… 23 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian ………...….. 37


(8)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Nomor Item Kuesioner ………..……… 40

Tabel 3.2 Sistem Penilaian ………... 42

Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 49

Tabel 4.2 Persentase Responden Berdasarkan Lama Bekerja ……….. 49

Tabel 4.3 Persentase Derajat Resilience At Work Responden ………..50

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Resilience At Work dengan Aspek Attitudes ……….. 51

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Resilience At Work dengan Aspek Skill ………. 51

Tabel II.1 Validitas ………..………... xxx

Tabel II.2 Reliabilitas ………..……..…. xxx

Tabel IV.1 Jenis Kelamin ………..…………. xxxv

Tabel IV.2 Lama Bekerja ………..…………. xxxv

Tabel IV.3 Statistik Frekuensi ………..………..……… xxxvi

Tabel IV.4 Frekuensi Aspek Commitment ……….…….………. xxxvi

Tabel IV.5 Frekuensi Aspek Control ………..………… xxxvii

Tabel IV.6 Frekuensi Aspek Challenge ………..……… xxxvii

Tabel IV.7 Frekuensi Aspek Transformational Coping ... xxxviii

Tabel IV.8 Frekuensi Aspek Social Support ... xxxix Tabel IV.9 Frekuensi Culture ………..……… xl Tabel IV.10 Frekuensi Climate ………..………. xl Tabel IV.11 Frekuensi Structure ………..….………….. xl Tabel IV.12 Frekuensi Workforce ………..…………. xl


(9)

xii

Universitas Kristen Maranatha Tabel IV.13 Tabulasi Silang Resilience At Work – Jenis Kelamin ……... xli Tabel IV.14 Tabulasi Silang Resilience At Work – Lama Bekerja ……... xli Tabel IV.15 Tabulasi Silang Resilience At Work – Culture ……… xlii Tabel IV.16 Tabulasi Silang Resilience At Work Climate ……… xlii Tabel IV.17 Tabulasi Silang Resilience At Work – Structure ……….. xliii Tabel IV.18 Tabulasi Silang Resilience At Work Workforce ……… xliii


(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Letter Of Consent dan Alat Ukur (Data Utama dan Data Penunjang)

LAMPIRAN 2 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Alat Ukur LAMPIRAN 3 : Hasil Penelitian

LAMPIRAN 4 : Frekuensi, Tabulasi Silang Data Utama – Data Penunjang LAMPIRAN 5 : Biodata Peneliti


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era yang serba modern seperti sekarang ini, kebutuhan masyarakat akan jaminan hidup serta investasi jangka panjang semakin meningkat. Kebutuhan tersebut diasumsikan oleh masyarakat sebagai sebuah keuntungan baik bagi diri sendiri maupun orang-orang yang berada disekitarnya. Begitu banyak cara yang tersedia dimasyarakat guna memenuhi berbagai macam kebutuhan dan asuransi merupakan salah satu dari sekian banyak pilihan tersebut.

Akan tetapi kesadaran dari pihak individu sendiri yang terkadang menjadi penghambat bagi pihak asuransi untuk masuk kedalam kehidupan individu. Sebagian dari masyarakat Indonesia masih merasa takut dan tidak percaya dengan perusahaan asuransi. Paradigma yang timbul di masyarakat terhadap perusahaan asuransi masih terbilang negatif atau kurang baik. Selain itu belum setaranya tingkat pendapatan masyarakat serta adanya kesenjangan antara kalangan masyarakat ekonomi atas dengan kalangan ekonomi bawah membuat asuransi hanya dapat diakses oleh kalangan terbatas, khususnya orang yang memiliki penghasilan yang terbilang tinggi saja. Hal ini diungkapkan oleh Moch. Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut data yang diperoleh dari Kepala Bidang Regulasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Maryoso Sumaryono, pada tahun 2014 jumlah


(12)

2

populasi penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa, namun pemegang polis asuransi hanya mencapai 15,5 juta atau sekitar 6,2% saja (Kompas.com). Dengan jumlah pemegang polis asuransi yang terbilang sedikit di Indonesia, pihak asuransi berupaya keras untuk menaikan jumlah tersebut. Untuk menarik minat masyarakat akan asuransi, maka saat ini produk-produk yang ditawarkan oleh pihak asuransi juga semakin beragam di antaranya asuransi pendidikan, asuransi jiwa, asuransi asset (rumah, kantor, usaha), asuransi kesehatan, asuransi penyakit kritis, asuransi kendaraan bermotor, asuransi syariah serta program dana pensiun. Makin bervariatifnya produk yang ditawarkan ini disesuaikan dengan kebutuhan dari pihak masyarakat.

Di dalam perusahaan yang bergerak di bidang asuransi, pelayanan dari para karyawan perusahaan merupakan hal yang terpenting terutama dari karyawan marketing. Karyawan marketing merupakan ujung tombak perusahaan dalam memperkenalkan produk ke masyarakat dan berupaya menarik masyarakat untuk menjadi nasabah. Dengan demikian, diharapkan para karyawan marketing mampu menarik nasabah sebanyak-banyaknya untuk masuk dan berinvestasi di perusahaan. Untuk itulah, perusahaan-perusahaan asuransi mencari karyawan khususnya karyawan marketing yang dirasa kompeten untuk dapat merealisasikan maksud dan tujuan dari perusahaan asuransi tersebut.

Banyaknya nasabah yang masuk dan berinvestasi di perusahaan, menjadi tolok ukur berhasil atau tidaknya perusahaan asuransi tersebut. Pelayanan dan jasa yang diberikan oleh karyawan marketing juga menjadi penentu bagi keberlangsungan perusahaan untuk berkembang. Para karyawan marketing di


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha tuntut untuk memiliki jaringan yang luas agar memudahkan mencari calon nasabah yang akan berinvestasi. Di dalam profesi ini para karyawan marketing diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan negosiasi dengan para calon nasabah. Menurut H. B. Simanjuntak (Kompas.com), agen asuransi di Indonesia belum sepenuhnya memiliki kualifikasi yang diharapkan, hal ini ditandai dengan tingginya angka drop-out dari agen-agen asuransi.

Untuk itulah, perusahaan asuransi menerapkan standar bagi para karyawan marketing untuk memiliki kemampuan yang baik di bidang negosiasi dan kemampuan untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap para calon nasabah yang memungkinkan untuk melakukan investasi. Evaluasi dan analisis yang dilakukan oleh karyawan marketing berupa pemeriksaan data-data nasabah. Hal ini ditindaklanjuti oleh para karyawan marketing dengan terjun kelapangan untuk memasarkan produk-produk dari perusahaan asuransi tersebut. Pada umumnya karyawan marketing dituntut mencari calon nasabah agar tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan serta mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan. Jika target tersebut tidak mampu dicapai oleh para karyawan marketing maka karyawan tersebut akan mendapatkan teguran dan bahkan tidak jarang diberikan sanksi berupa dikeluarkan dari pihak perusahaan jika sudah mendapatkan tiga kali teguran keras dari atasan. Jika karyawan

marketing tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka akan

memberikan dampak negatif dari segi pemasukan perusahaan. Selain hal yang telah disebutkan, para karyawan juga harus menjalankan tugas-tugas yang telah ditetapkan perusahaan ketika berhadapan dengan para calon nasabah yang nantinya akan berinvestasi di perusahaan. Para karyawan marketing juga diminta


(14)

4

untuk senantiasa berpenampilan menarik ketika berhadapan dengan calon nasabah.

Tidak terkecuali dengan karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu. PT. AXA Mandiri menetapkan para karyawannya untuk memiliki jaringan yang luas agar memudahkan mencari nasabah. Menurut

Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri, seorang karyawan marketing

harus mampu untuk menjual produk asuransi sesuai target yang ditetapkan perusahaan, melakukan processing claim, dan menjaga persistency di dalam pencapaian target bulanan. Karyawan marketing juga harus memiliki sopan santun, sikap ramah dan berpenampilan menarik sehingga calon nasabah tertarik dan percaya terhadap apa yang nantinya ditawarkan oleh karyawan marketing tersebut.

Karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri terdiri dari karyawan kontrak dan karyawan tetap. Karyawan kontrak adalah mereka yang baru masuk ke dalam dunia kerja tersebut. Perusahaan menetapkan kontrak kepada setiap karyawan selama satu tahun. Dalam satu tahun tersebut perusahaan akan mengevaluasi kinerja dari setiap karyawan kontrak. Jika karyawan kontrak bisa mengikuti dan menyelesaikan semua tugas-tugasnya yaitu mencapai target, maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk memberikan kesempatan kepada karyawan kontrak tersebut menjadi karyawan tetap di dalam perusahaan. Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah mendapatkan kenaikan tingkat atau pangkat di dalam perusahaan asuransi. Baik karyawan kontrak maupun karyawan tetap memiliki persamaan jika dilihat dari sudut pandang tugas dan tuntutan tugas mereka. Gaji atau pendapatan yang


(15)

5

Universitas Kristen Maranatha diterima oleh karyawan kontrak maupun karyawan tetap berasal dari gaji pokok yaitu sebesar 2,7 juta rupiah setiap bulan dan bonus yang besarnya tergantung dari jumlah premi yang masuk.

Dengan adanya tuntutan yang harus dicapai dari perusahaan, para karyawan terus-menerus berusaha untuk memenuhi tuntutan pencapaian tersebut. Pada karyawan marketing tetap yang berada pada tingkat Financial

Advisor (FA) perusahaan menetapkan target yang harus dicapai sesuai dengan

tingkatan masing-masing. Pada tingkat Financial Advisor (FA) yaitu harus terpenuhinya 4 case (orang) dengan total uang rata-rata yang masuk ke perusahaan sejumlah 40 juta rupiah setiap bulan. Untuk tingkat Senior Financial

Advisor (SFA) yaitu 12 case dengan total uang sejumlah 125 juta rupiah setiap

bulan. Kemudian untuk tingkat Executive Financial Advisor (EFA) yaitu 16 case dengan total uang sejumlah 175 juta rupiah setiap bulan. Yang terakhir adalah tingkat Senior Executive Financial Advisor (SEFA) dengan jumlah 20 case dengan total uang sejumlah 225 juta rupiah setiap bulan. Perhitungan target ini dilihat setiap 3 bulan oleh ASM. Jika hal tersebut dapat dicapai oleh karyawan, maka karyawan marketing tersebut akan mendapat bonus senilai 20 % dari jumlah premi dasar yang masuk ke perusahaan. Namun jika karyawan marketing tidak mampu memenuhi target bulanan maka karyawan marketing akan mendapat penurunan tingkat serta mendapat potongan gaji dan tidak memperoleh bonus bulanan. Masih menurut Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri, jumlah turnover karyawan marketing di perusahaan tersebut terbilang tinggi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini dikarenakan meningkatnya tuntutan kerja terhadap karyawan marketing yang disebabkan oleh peningkatan


(16)

6

mutu dan kualitas karyawan marketing sehingga diharapkan mampu mendongkrak kinerja perusahaan itu sendiri. Tidak hanya itu saja, para karyawan marketing merasa bahwa akhir-akhir ini sering mengalami kelelahan ketika menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang bertambah besar dari perusahaan. Penetapan jumlah target calon nasabah juga dilakukan oleh perusahaan kepada setiap karyawan marketing agar perusahaan selalu mendapatkan kenaikan jumlah nasabah. Menurut karyawan

marketing, calon nasabah dijaman sekarang ini sudah memiliki kemudahan

untuk melihat dan menilai perusahaan-perusahaan asuransi jiwa yang ada di Indonesia. Hal ini juga menjadi kendala tersendiri bagi karyawan marketing karena peringkat dari PT. AXA Mandiri saat ini tidak berada dalam peringkat 5 besar asuransi jiwa terbaik sehingga nasabah terkadang merasa ragu untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Para karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar untuk mendapatkan calon nasabah jika dibandingkan dengan karyawan marketing pada umumnya. Karyawan marketing bidang otomotif akan lebih mudah untuk menjelaskan tentang produk yang mereka tawarkan dan kelebihan-kelebihan apa saja yang dapat diraih oleh calon nasabah. Jika dibandingkan dengan kelompok asuransi lain seperti asuransi kendaraan bermotor dan asuransi pendidikan, maka dapat dikatakan penawaran produk asuransi jiwa kepada calon nasabah memiliki tantangan tersendiri. Misalnya karyawan marketing asuransi pendidikan memiliki kemudahan untuk menawarkan produk-produknya kepada calon nasabah karena jaminan akan pendidikan di hari yang akan datang bersifat


(17)

7

Universitas Kristen Maranatha positif bagi calon nasabah. Karyawan marketing asuransi jiwa memiliki tingkat kesulitan lebih untuk menumbuhkan kesadaran calon nasabah akan arti pentingnya asuransi jiwa. Karyawan marketing asuransi jiwa harus mampu mensosialisasikan kegunaan serta arti pentingnya asuransi jiwa bagi kehidupan orang-orang yang berada disekitar calon nasabah atau ahli waris pada masa yang akan datang. Karyawan marketing asuransi jiwa juga harus memiliki wawasan yang baik tentang produk yang ditawarkan serta memiliki personality yang baik agar calon nasabah mempunyai pandangan yang sama mengenai produk asuransi jiwa. Jika dilihat lagi, maka karyawan marketing asuransi jiwa terkesan menjual sesuatu yang abstrak kepada calon nasabah.

Menurut Kotler & Keller (2007) tugas karyawan marketing terdiri dari

information gathering, prospecting, targeting, communicating, selling, dan servicing. Hal pertama yang harus dilakukan adalah information gathering,

dimana untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri Kota Bengkulu mampu mengumpulkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan calon nasabah. Setelah mendapatkan informasi calon nasabah, hal berikutnya adalah menawarkan produk asuransi jiwa dan mencoba untuk mem follow-up calon nasabah tersebut yang disebut dengan prospecting. Dalam targeting seorang karyawan marketing asuransi jiwa harus bisa mendapatkan calon nasabah sesuai dengan jumlah target yang ditetapkan oleh perusahaan. Dengan target yang ditetapkan oleh perusahan seperti disebutkan di atas, maka seorang karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri harus mampu secara terampil melakukan communicating kepada calon nasabah untuk menawarkan produk-produk asuransi jiwa. Jika produk


(18)

8

yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh calon nasabah, diharapkan

selling dari karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri Kota Bengkulu

dapat lebih mudah diterima oleh calon nasabah sehingga penjualan produk asuransi jiwa mencapai kata deal. Karyawan marketing asuransi jiwa juga harus melakukan servicing seperti melakukan komunikasi yang berkelanjutan kepada nasabah serta memahami kebutuhan nasabah secara personal.

Tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahan kepada karyawan

marketing asuransi jiwa memunculkan reaksi yang beragam pada para karyawan marketing tersebut. Ada karyawan marketing yang menyatakan hal tersebut

merupakan beban dalam pekerjaan, namun ada juga yang berpendapat hal tersebut menjadi motivasi bagi para karyawan marketing asuransi jiwa untuk terus memenuhi target. Data yang diperoleh dari Area Sales Manager (ASM) asuransi jiwa PT. AXA Mandiri, setiap hari karyawan marketing asuransi jiwa di PT. AXA Mandiri melaporkan pencapaian target kepada Area Sales Manager. Jika target belum tercapai, maka Area Sales Manager akan memberi teguran dan peringatan dengan cara memanggil karyawan marketing asuransi jiwa yang bermasalah, kemudian karyawan marketing tersebut akan diberikan pengarahan langsung dari Area Sales Manager yang tidak jarang dianggap sedikit kasar dan keras oleh para karyawan marketing.

Resilience at work terdiri dari aspek attitude dan skill. Aspek pertama

adalah attitude yang terdiri dari commitment, control, dan challenge, kemudian aspek kedua adalah skill yang terdiri dari transformational coping dan social

support. Menurut Maddi & Khoshaba (2005), karyawan yang memiliki derajat resilience at work yang tinggi, akan mengubah kesulitan menjadi kesempatan


(19)

9

Universitas Kristen Maranatha bagi mereka untuk mengembangkan dirinya dan membuat mereka merasa antusias serta mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Untuk mengetahui bagaimana penghayatan karyawan marketing asuransi jiwa terhadap kondisi yang mereka alami selama melakukan pekerjaan, maka peneliti melakukan wawancara.

Wawancara yang didapat dari 10 orang karyawan marketing asuransi jiwa di PT. AXA Mandiri, 60 % dari 10 karyawan marketing mengatakan bahwa seringkali mereka mendapat tekanan dilingkungan kerja dan membuat mereka kurang konsentrasi serta perasaan kurang percaya diri selama bertemu dengan atasan mereka jika mereka tidak mampu mendapatkan calon nasabah setiap harinya, hal ini menandakan bahwa karyawan marketing asuransi jiwa memiliki

commitment yang lemah. Tekanan yang dimaksud oleh para karyawan marketing

adalah seperti susah untuk beradaptasi dengan karyawan yang baru karena merasa sulit untuk melakukan kerjasama dengan rekan baru di perusahaan, dan tidak jarang diantara para karyawan marketing susah untuk melakukan komunikasi dan kerjasama sehingga tidak tercipta keadaan yang kondusif untuk menyelesaikan pekerjaan, hal ini menandakan bahwa karyawan marketing memiliki skill yaitu transformational coping yang rendah.

Permasalahan lainnya seperti sering ditegur ketika melakukan kesalahan oleh atasan mengenai keluhan nasabah, serta adanya ancaman berupa rotasi keluar kota, dan mendapat kesulitan untuk memenuhi target bulanan. Untuk rotasi keluar kota para karyawan marketing sangat menghindari hal tersebut, sebab para karyawan marketing merasa rotasi ke daerah yang baru juga akan mempersulit pekerjaan, hal ini disebabkan karena di daerah baru para karyawan


(20)

10

marketing merasa lebih susah untuk mendapatkan calon nasabah, hal ini

menandakan bahwa karyawan marketing memiliki social support yang rendah. Selanjutnya karyawan marketing menghadapi tantangan lain seperti sulit untuk mempertahankan persistency target bulanan. Meskipun karyawan

marketing sudah bersusah payah untuk mendapatkan calon nasabah dengan

mem-follow up calon nasabah setiap hari, namun tidak jarang calon nasabah yang dihubungi berbicara kasar dengan karyawan marketing sambil menolak untuk membeli produk asuransi. Adakalanya pula ada calon nasabah yang didapatkan karyawan marketing dari teman kerjanya, namun ketika diteliti data calon nasabah tersebut ternyata mereka tidak memenuhi kriteria untuk bisa menjadi nasabah asuransi seperti misalnya karena memiliki riwayat penyakit keras. Tantangan dan tekanan yang dialami oleh karyawan marketing ini bisa membuat karyawan marketing menjadi stress, hal ini menandakan bahwa karyawan marketing memiliki control dan challenge yang lemah . Sedangkan 40 % dari 10 karyawan marketing lainnya mengatakan bahwa tekanan yang diberikan oleh atasan mereka menjadi pemicu semangat dalam bekerja.

Wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang karyawan marketing asuransi jiwa di PT. AXA Mandiri juga menjaring mengenai tugas-tugas para karyawan marketing selama bekerja. Sebanyak 70 % karyawan marketing mengatakan bahwa tugas mencari informasi mengenai data pribadi calon nasabah (information gathering), melakukan kontak awal dengan calon nasabah (prospecting), dan mendapatkan calon nasabah (targeting) merupakan hal yang sanagt sulit untuk dilakukan. Sebanyak 50 % dari 10 orang karyawan mengatakan bahwa kesulitan tidak hanya berhenti sampai di tugas-tugas


(21)

11

Universitas Kristen Maranatha (information gathering, prospecting, targeting) saja. Para karyawan marketing mengatakan jika tugas seperti menguasai keterampilan untuk mengkomunikasikan produk asuransi kepada calon nasabah juga (communicating) agar calon nasabah merasa tertarik dan paham tentang produk yang ditawarkan adalah hal yang benar-benar harus bisa dikuasai dan terkadang hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Sebanyak 80 % karyawan

marketing mengatakan jika tugas menjual produk asuransi jiwa hingga tercapai

kata “deal” dengan calon nasabah (selling) merupakan hal yang tersulit, sebab

disinilah terkadang para calon nasabah tiba-tiba tidak ingin melakukan transaksi atau kesepakatan untuk membeli produk asuransi jiwa dengan pertimbangan tertentu yang membuat karyawan marketing harus mencari calon nasabah baru lainnya. Sebanyak 90 % karyawan marketing mengatakan jika tugas yang terbilang mudah untuk dilakukan adalah melakukan komunikasi secara berlanjut kepada nasabah yang telah masuk dan membeli produk asuransi jiwa (servicing). Dengan tuntutan tugas dan tantangan pekerjaan seperti yang disebutkan di atas, ditambah lagi kondisi masyarakat Indonesia yang masih belum memiliki kemampuan ekonomi yang memadai dan kesadaran untuk menjadi nasabah asuransi, menjadi seorang karyawan marketing dibutuhkan apa yang disebut oleh Maddi & Khoshaba (2005) sebagai resilience. Resilience merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan kemampuan yang dimiliki untuk dapat menolong dirinya sendiri agar dapat bangkit kembali dari keadaan stress, memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam suatu proses (Maddi & Khoshaba, 2005). Untuk itulah, seorang karyawan marketing yang bergerak dibidang


(22)

12

pelayanan jasa asuransi jiwa ini harus memiliki kemampuan untuk mengolah sikap serta kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri agar dapat bangkit kembali dari keadaan stress, memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, serta menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam suatu proses.

Bagi karyawan marketing asuransi jiwa yang memiliki kemampuan untuk mengolah hambatan dan kesulitan merasa hal ini merupakan sebuah tantangan yang dapat memotivasi diri mereka agar lebih giat lagi dalam mencari calon nasabah. Dalam hal ini penting bagi perusahaan asuransi untuk mempekerjakan karyawan khususnya karyawan marketing asuransi jiwa yang memiliki resilience at work yang tinggi agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab seperti memperluas jaringannya di kalangan masyarakat. Namun bagi karyawan marketing asuransi jiwa yang kurang memiliki kemampuan tersebut, maka hal tersebut bisa berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan marketing asuransi jiwa itu sendiri, hal ini disebabkan karena tingginya tekanan dan tuntutan yang didapat dari atasan kerjanya

Dengan beragamnya kemampuan resilience at work yang dimiliki oleh setiap karyawan marketing asuransi jiwa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai derajat resilience at work pada karyawan tetap


(23)

13

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana derajat resilience

at work yang dimiliki oleh karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA

Mandiri di Kota Bengkulu.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai derajat resilience at work pada karyawan tetap marketing asuransi jiwa di PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu.

1.3.2 Tujuan Penelititan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat dari resilience

at work yang mencakup aspek Attitude yaitu berupa Commitment, Control dan Challenge serta Skill yang berupa Transformational coping dan Social support

yang dimiliki oleh karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

- Memberikan masukan serta acuan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat resilience at work pada karyawan marketing.

- Memberikan sumbangsih bagi Psikologi Industri dan Organisasi yang berkaitan dengan resilience at work.


(24)

14

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi kepada Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu mengenai derajat resilience at work yang dimiliki oleh para karyawan tetap marketing asuransi jiwa di perusahaan tersebut, sehingga dapat mengantisipasi permasalahan yang timbul dalam pekerjaan dan bisa menjadi acuan untuk mengembangkan derajat

resilience at work yang dimiliki oleh para karyawan tetap marketing

asuransi jiwa.

- Menjadi acuan serta pedoman bagi karyawan marketing asuransi jiwa untuk mempertahankan dan mengembangkan kemampuan resilience at

work yang dimiliki karyawan marketing asuransi jiwa dengan tujuan

menjadi lebih mengerti akan kegunaan dari kemampuan tersebut di dalam bidang pekerjaan yang ditekuni.

1.5 Kerangka Pikir

Tumbuh kembangnya suatu perusahaan seperti perusahaan asuransi sangat bergantung pada karyawan marketing yang dimiliki perusahaan asuransi. Tidak terkecuali dengan PT. AXA Mandiri yang turut mempekerjakan karyawan

marketing guna mencapai target penjualan produk asuransi yang dimiliki secara

maksimal. Para karyawan marketing tersebut dituntut untuk bekerja secara maksimal agar apa yang menjadi target dari perusahan bisa tercapai dengan baik. Secara umum tugas yang harus dilaksanakan oleh para karyawan marketing ialah menawarkan dan menjual produk asuransi perusahaan kepada calon nasabah. Berbagai macam cara akan dilakukan oleh karyawan marketing ini


(25)

15

Universitas Kristen Maranatha untuk mendapatkan nasabah, salah satunya adalah mendatangi calon nasabah secara langsung.

Sebagaimana diungkapkan oleh Kotler & Keller (2007) tugas seorang karyawan marketing meliputi : information gathering, prospecting, targeting,

communicating, selling dan servicing. Information gathering adalah suatu

pekerjaan yang dilakukan karyawan marketing untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai calon nasabah. Pada karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri hal ini terlihat ketika karyawan tersebut mencari informasi mengenai calon nasabah yang dirasa tertarik untuk membeli produk asuransi yang ditawarkan. Pada karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri, diwajibkan untuk mengetahui latar belakang dari calon nasabah mengenai riwayat hidup dan penyakit apa saja yang diderita oleh calon nasabah tersebut. Setelah mendapatkan informasi tentang calon nasabah, karyawan marketing akan melakukan Prospecting yaitu suatu pekerjaan yang dijalankan oleh karyawan marketing yang berkaitan dengan kegiatan mencari calon nasabah. Pada karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri hal ini terlihat ketika karyawan marketing berusaha untuk menghubungi atau melakukan kontak awal kepada calon nasabah atau biasa disebut juga dengan follow-up calon nasabah.

Targeting merupakan tugas karyawan marketing dalam memutuskan

mengenai bagaimana mengalokasikan waktu yang mereka miliki untuk calon nasabah dan nasabah tetap (pelanggan). Para karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri harus berupaya dan berusaha menjadikan calon nasabah tersebut sebagai nasabah di perusahan asuransi. Communicating merupakan suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh karyawan marketing untuk mampu


(26)

16

secara terampil berkomunikasi dengan calon nasabah dan nasabah tetap (pelanggan) mengenai produk yang ditawarkan. Pada tugas ini karyawan

marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri harus bisa memberikan informasi

selengkap mungkin kepada calon nasabah mengenai kelebihan apa saja yang dimiliki oleh produk yang akan dijual kepada calon nasabah. Selling adalah suatu pekerjaan yang dijalankan oleh karyawan marketing untuk menjual produk yang dipasarkan dengan menawarkan dan mempresentasikan produk yang ditawarkan kepada calon nasabah dan nasabah tetap (pelanggan), serta menyelesaikan penjualan dan juga mengelola keuangan dari hasil penjualan. Pada tahap ini karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri diharapkan mampu menjual produk asuransinya kepada calon nasabah hingga tercapai kesepakatan yang didapatkan dari calon nasabah untuk membeli atau berinvestasi pada produk asuransi jiwa yang ditawarkan. Servicing adalah pekerjaan yang dilakukan karyawan marketing dalam memberikan layanan penjualan kepada nasabah, tentu saja hal tersebut berkaitan dengan tugas karyawan marketing yaitu processing claim. Dalam processing claim karyawan

marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri akan melakukan komunikasi

berlanjut kepada orang terdekat atau ahli waris dari nasabah dalam hal pengurusan ketika nasabah asuransi jiwa mendapatkan musibah. Tidak dapat dipungkiri jika tuntutan tugas dan pekerjaan menjadi pemicu stress bagi karyawan marketing tersebut.

Menurut Selye (1976), stress merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat


(27)

17

Universitas Kristen Maranatha tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stress yang dialami sangat beragam tergantung dari kondisi fisik dan psikis yang dimiliki oleh karyawan marketing masing-masing. Ada karyawan marketing yang mengatakan jika dirinya terkadang merasa enggan dan takut ketika bertemu atasan kerja, dan ada juga yang mengatakan jika mereka mengalami kelelahan dan jatuh sakit saat mendapatkan tuntutan pekerjaan yang lebih dari atasan. Pemicu stress lain seperti yang dikatakan oleh karyawan marketing dapat dilihat ketika banyak nasabah yang melakukan claim, namun claim tersebut tidak diajui oleh perusahaan karena suatu alasan tertentu sehingga para nasabah mengejar karyawan marketing perihal pengajuan claim itu sendiri. Hal ini dapat menambah stress bagi para karyawan marketing. Untuk itulah karyawan marketing harus mampu untuk mengatasi tekanan dan kesulitan tersebut. Para karyawan marketing diharapkan memiliki kemampuan di dalam dirinya agar dapat bertahan dan keluar dari masalah dan tekanan yang menghadang pekerjaan mereka.

Dengan berbagai macam tugas dan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi oleh para karyawan marketing, maka para karyawan marketing tersebut diharapkan memiliki resilience at work yang tinggi agar karyawan marketing dapat bertahan dalam kondisi kerja dan tugas yang ada. Resilience at work merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengolah sikap dan kemampuan yang dimiliki untuk dapat menolong dirinya sendiri agar dapat bangkit kembali dari keadaan stress, memecahkan masalah, belajar dari pengalaman, serta


(28)

18

menjadi lebih sukses dan mencapai kepuasan di dalam suatu proses (Maddi & Khoshaba, 2005). Di dalam resilience at work terdapat aspek attitude yaitu ketahanan sikap untuk berkomitmen (commitment), ketahanan untuk mengontrol kondisi diri baik emosi maupun tindakan serta berupaya mengontrol suasana dilingkungan kerja (control), dan ketahanan untuk menghadapi tantangan (challenge).

Commitment merupakan sikap individu yang terlibat penuh pada

pekerjaannya dalam keadaan stress. Individu tersebut akan menunjukkan betapa pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan menuntut individu tersebut untuk memberikan perhatian yang penuh pada usaha serta pertimbangan-pertimbangan tertentu. Karyawan marketing asuransi jiwa yang memiliki commitment yang kuat, di dalam dirinya akan muncul rasa untuk bertanggungjawab yang besar dan lebih fokus terhadap target penjualan produk jika dibandingkan dengan karyawan marketing yang memiliki commitment yang lemah.

Control merupakan sejauh mana individu akan berusaha mencari solusi

positif terhadap hambatan yang muncul dalam pekerjaannya, sehingga berguna untuk meningkatkan hasil kerjanya ketika menghadapi situasi yang menimbulkan stress. Individu yang memiliki sikap ini memungkin dirinya untuk terjun dan bertindak langsung untuk melakukan perubahan terhadap masalah dan stress yang sedang dihadapi. Ketika pengaruh perubahan tersebut muncul, individu harus dapat menemukan solusi yang terbaik untuk menghadapi masalah-masalah di dalam pekerjaannya. Pada karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri ketika karyawan tersebut mendapat hambatan pekerjaan seperti kurang dalam pencapaian target bulanan, maka karyawan marketing


(29)

19

Universitas Kristen Maranatha asuransi jiwa akan berupaya mencari pemecahan masalah seperti mencari lebih giat lagi calon nasabah.

Challenge merupakan sikap individu untuk menerima perubahan

keadaan sebagai suatu proses yang normal sehingga individu dapat keluar dari keadaan stress dari pada meratapi keadaan. Berusaha untuk mengubah keadaan

stress yang dihadapi, mencoba untuk mengerti keadaan stress yang dialami,

belajar dari keadaan stress tersebut dan mencoba untuk memecahkan masalah yang menjadi penyebab timbulnya keadaan stress yang dihadapi dan memotivasi diri sendiri dalam menghadapi stress. Dalam menjalankan pekerjaannya, karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri akan menghadapi kesulitan, hambatan, tekanan dan juga kondisi kesehatan yang tidak menentu. Maka karyawan marketing akan memandang hal tersebut sebagai suatu hal yang harus dilewati dan diselesaikan. Karyawan marketing juga akan memandang hal tersebut sebagai sebuah tantangan tersendiri sehingga membuat karyawan

marketing lebih optimis dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Kemampuan seorang karyawan juga tidak lepas dari apa yang disebut oleh Maddi & Khoshaba (2005) sebagai skill of transformational coping dan

social support. Transformational coping merupakan kemampuan individu untuk

mengubah situasi stressful menjadi situasi yang memiliki manfaat bagi dirinya. Dengan melakukan transformational coping, emosi-emosi bersifat negatif yang muncul pada saat berada dalam situasi stressful akan berkurang dan membuka pikiran individu untuk menemukan solusi agar dapat bertindak secara efektif. Untuk dapat merubah kesulitan menjadi sesuatu yang bermanfaat, individu harus berusaha menemukan cara untuk dapat lebih memahami kesulitan tersebut guna


(30)

20

mendapatkan solusi yang terbaik. Misalnya ketika karyawan marketing mendapatkan masalah dalam mempertahankan target bulanan. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah memperluas perspektif atau cara pandang terhadap hal-hal apa saja yang membuat karyawan marketing tidak dapat mempertahankan target bulanannya. Pada tahap kedua, karyawan marketing tersebut akan berusaha untuk menemukan solusi terbaik sehingga bisa tetap mempertahankan target bulanan bahkan melebihi jumlah target yang harus dicapai. Pada tahap ketiga, karyawan marketing akan bertindak berdasarkan solusi terbaik seperti apa yang telah dipikirkan sebelumnya dalam usaha untuk mempertahankan target bulanannya. Setelah itu karyawan marketing yang mampu melakukan transformational coping akan merubah kondisi tertekan tersebut menjadi kondisi yang dapat memberikan semangat untuk lebih giat lagi dalam bekerja. Hal ini dikarenakan karyawan marketing tersebut bisa merubah hal seperti tekanan atasan menjadi pemacu semangat di dalam menyelesaikan pekerjaan dan pencapaian target bulanan.

Sedangkan social support merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain agar mendapat dukungan sosial. Individu harus mampu berelasi dengan orang lain di dalam lingkungan kerja. Ia juga harus mampu berinteraksi dengan orang lain yang berada di luar lingkungan kerjanya, saling memberi bantuan dan dukungan tanpa mengharapkan apapun, sehingga akan mengurangi persaingan antara sesama rekan kerja. Hal ini dilakukan melalui dua tahapan yaitu tahap pemberian dukungan (encouragement) dan tahap pemberian bantuan (assistance). Misalnya ketika rekan sekerja sedang mendapatkan masalah perihal pengajuan claim asuransi yang ditolak oleh


(31)

21

Universitas Kristen Maranatha perusahaan karena suatu hal. Sebagai karyawan marketing yang memiliki social

support yang tinggi maka langkah pertama yang akan dilakukannya adalah

menaruh simpati kepada rekan sekerjanya tersebut, kemudian karyawan

marketing akan memberikan dukungan dengan cara meyakinkan rekan

sekerjanya bahwa masalah yang sedang dihadapinya tersebut dapat dihadapi dan diatasi. Langkah kedua yang akan dilakukan oleh karyawan marketing adalah mencoba untuk memberikan pengertian bahwa rekan kerjanya tersebut harus bisa mengenali masalah yang sedang dihadapi dan memberikan waktu bagi rekan kerjanya untuk dapat menenangkan dirinya dengan memberikan penjelasan bahwa penolakan claim memang terkadang bisa terjadi. Selanjutnya karyawan marketing akan mencoba untuk memberikan saran yang terbaik guna membantu rekan sekerjanya untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapi seperti memberitahukan bagaimana cara menjelaskan kepada nasabah bahwa pengajuan claim saat ini ditolak oleh perusahaan.

Menurut Maddi & Khoshaba (2005) setiap perusahaan memiliki karakteristik yang turut berpengaruh dalam menentukan tingkat resilience at

work yang dimiliki oleh para karyawan. Karakteristik yang dimaksud adalah

culture, climate, structure, workforce. Culture merupakan nilai-nilai yang terbentuk di dalam suatu perusahaan yang mampu membantu mewujudkan sikap individual menjadi sikap di dalam suatu kelompok kerja. Dengan menghayati

culture perusahaan, diharapkan para karyawan marketing asuransi jiwa dapat

mengerti dan melaksanakan visi dan misi perusahaan. PT. AXA Mandiri mengedepankan tentang solusi perencanaan keuangan dengan menjadi available,


(32)

22

dipilih oleh calon nasabah. Untuk culture di PT. AXA Mandiri, karyawan

marketing asuransi jiwa sudah sangat mengerti tentang apa yang menjadi visi

dan misi dari perusahaan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa culture di perusahaan ini sudah dihayati dengan baik oleh karyawan marketing. Climate merupakan iklim kerja yang menentukan seorang karyawan untuk beraksi di dalam culture kerja perusahaan. Pada PT. AXA Mandiri iklim kerja yang berkembang di perusahaan adalah iklim kerja yang kompetitif, dimana setiap karyawan marketing saling berlomba mendapatkan nasabah dan terkadang kurang melakukan kerjasama antar rekan sekerja. Structure merupakan

fasilitator antara culture dan climate dalam suatu perusahaan. Hal ini terwujud dari struktur organisasi perusahaan dan peraturan-peraturan di dalam perusahaan. Seorang karyawan yang bekerja di dalam kelompok memiliki kekuasaan yang sama untuk saling memberikan dan membuat keputusan yang menyangkut masalah perusahaan. Dalam PT. AXA Mandiri, para karyawan

marketing asuransi jiwa sangat memperhatikan kemampuan dan tugas dari setiap

bagian yang dimiliki karyawan perusahaan, walaupun terkadang yang terjadi adalah susahnya melakukan kerjasama dalam menjaring calon nasabah. Tidak hanya itu saja, para karyawan marketing juga seringkali lalai dalam melaksanakan dan menjalankan peraturan yang dibuat perusahaan seperti memberikan berbagai macam alasan untuk tidak hadir rapat atau meeting yang biasa dilakukan pada sore hari dengan Area Sales Manager. Workforce terlihat

dari para karyawan yang memiliki resilience at work tinggi akan merasa nyaman berada di perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Hal ini dikarenakan para karyawan tersebut merasa dihargai, berharga, dan dimengerti oleh pihak


(33)

23

Universitas Kristen Maranatha perusahaan. Untuk hal ini, PT. AXA Mandiri sudah menerapkannya dalam pekerjaan seperti perhatian yang diberikan perusahaan dan bonus yang diterima oleh karyawan marketing asuransi jiwa. Dari penghayatan karyawan marketing asuransi jiwa terhadapCharacteristic of Resilience yang dimiliki perusahaan ini,

maka turut juga berpengaruh terhadap derajat Resilience At Work yang dimiliki karyawan marketing dalam menjalankan pekerjaannya.

Berdasarkan hal diatas, maka dapat dibuat skema sebagai berikut :

Bagan 1.1: Kerangka Pikir

Karyawan Marketing Asuransi Jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu

RESILIENCE AT WORK

Tinggi

Rendah Tugas karyawan Marketing :

1. Prospecting 2. Targeting 3. Communicating 4. Selling 5. Servicing

6. Information gathering

Characteristic of Resilience : a. Culture b. Climate c. Structure d. Workforce Attitude : a. Commitment b. Control c. Challenge Skill :

a. Transformational Coping b. Social support


(34)

24

1.6 ASUMSI

1. Tugas karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu meliputi Information Gathering, Prospecting, Targeting,

Communicating, Selling, Servicing.

2. Tuntutan tugas yang dijalani oleh karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu membuat karyawan marketing menjadi

stress.

3. Resilience At Work karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di

Kota Bengkulu merupakan hasil perwujudan dari Attitude dan Skill yang mereka miliki dalam melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaannya.

4. Attitude dan Skill karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di

Kota Bengkulu terbentuk melalui aspek Commitment, Control, Challenge, serta Transformational Coping dan Social Support.

5. Characteristic Of Resilience di PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu

dihayati berbeda-beda oleh setiap karyawan marketing asuransi jiwa.

6. Karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu memiliki derajat Resilience At Work yang berbeda.


(35)

60 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat Resilience At Work pada karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa :

a. Sebagian besar karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah.

b. Karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu yang memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah sebagian besar memiliki aspek Attitude (Commitment, Control dan Challenge) dan Skill (Transformational Coping dan Social

Support) yang rendah.

c. Pada aspek Attitude, terdapat dua aspek yang memiliki nilai terendah yaitu Control dan Challenge. Pada aspek Skill, kedua aspek yaitu

Transformational Coping dan Social Support memiliki nilai yang

rendah.

d. Karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu yang memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah menghayati Characteristic Of Resilience yang dimiliki


(36)

61

perusahaan, yaitu Culture, Climate, Structure, dan Workforce secara lemah.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan melakukan uji korelasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi (Culture, Climate,

Structure, Workforce) terhadap derajat Resilience At Work sehingga dapat

terlihat seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut terhadap derajat

Resilience At Work.

5.2.2 Saran Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi Area Sales

Manager (ASM) PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu untuk

memberikan training mengenai stress management sehingga karyawan

marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu bisa

meningkatkan kapasitasnya untuk bertahan dan berkembang di bawah kondisi stress pekerjaan (Resilience At Work).

b. Bagi PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu, khususnya bagi Area Sales

Manager (ASM), untuk melakukan pengembangan dan pelatihan yang

melatih attitude dan skill kepada seluruh karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu mengenai cara karyawan


(37)

62

Universitas Kristen Maranatha membuat karyawan marketing mengalami stress selama bekerja di perusahaan serta cara untuk mengatasi hambatan pekerjaan tersebut. c. Bagi PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu, khususnya bagi Area Sales

Manager (ASM), dapat memberikan fasilitas group konseling sebagai

sarana membagi pengalaman antara karyawan marketing yang memiliki Resilience At Work tinggi pada karyawan marketing yang memiliki Resilience At Work rendah.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.: Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Freidenberg, L. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Massachusetts : Allyn & Bacon.

Hasibuan, M.S.P. 1990. Manajemen SDM : Dasar Kunci Keberhasilan. Jakarta : CV Haji Mas Agung.

Kottler, P & Keller, K.L. 2007. Manejemen Pemasaran. Jakarta : Indeks.

Maddi, Salvatore R and Khoshaba, Deborah M. 2005. Resilience At Work How To

Succed No Matter What Life Throws At you. United States Of America :

American Management Association.

Selye, H. 1950. Stress Without Distress. Philadelphia: Lippincott.

Selye, H. 1976. Stress in Health and Disease . Reading, MA. Buttersworth. Siegel, S. 1992. Nonparametric Statistics for The Behavioral Sciences 2nd Edition.

Newyork : Mc. Graw-Hill.


(39)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Djumena, E. (AIA Financial protection gap survey bekerja sama dengan

MarkPlus Insight, 2011), (Online),

( http://www.asuransisyariah.asia/product/1/41/Berbagai-Fakta-Penting-Seputar-Asuransi-Jiwa, diakses 06 januari 2014).

Ratna, F. Masyarakat Bawah Bisa Menikmati Asuransi, (Online),

(http://keuangan.kontan.co.id/news/juni-masyarakat-bawah-bisa-menikmati-asuransi, diakses 28 mei 2014).

Sugiyarto. (Online), (http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/05/16/mulai-juni-masyarakat-bawah-bisa-menikmati-asuransi, diakses 28 mei 2014).


(1)

24

Universitas Kristen Maranatha

1.6 ASUMSI

1. Tugas karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu meliputi Information Gathering, Prospecting, Targeting, Communicating, Selling, Servicing.

2. Tuntutan tugas yang dijalani oleh karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu membuat karyawan marketing menjadi stress.

3. Resilience At Work karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di

Kota Bengkulu merupakan hasil perwujudan dari Attitude dan Skill yang mereka miliki dalam melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaannya.

4. Attitude dan Skill karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu terbentuk melalui aspek Commitment, Control, Challenge, serta Transformational Coping dan Social Support.

5. Characteristic Of Resilience di PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu dihayati berbeda-beda oleh setiap karyawan marketing asuransi jiwa.

6. Karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu memiliki derajat Resilience At Work yang berbeda.


(2)

60 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai derajat Resilience At Work pada karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa :

a. Sebagian besar karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah.

b. Karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu yang memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah sebagian besar memiliki aspek Attitude (Commitment, Control dan Challenge) dan Skill (Transformational Coping dan Social Support) yang rendah.

c. Pada aspek Attitude, terdapat dua aspek yang memiliki nilai terendah yaitu Control dan Challenge. Pada aspek Skill, kedua aspek yaitu Transformational Coping dan Social Support memiliki nilai yang rendah.

d. Karyawan tetap marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu yang memiliki derajat Resilience At Work yang tergolong rendah menghayati Characteristic Of Resilience yang dimiliki


(3)

61

Universitas Kristen Maranatha perusahaan, yaitu Culture, Climate, Structure, dan Workforce secara lemah.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam dengan melakukan uji korelasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi (Culture, Climate, Structure, Workforce) terhadap derajat Resilience At Work sehingga dapat terlihat seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut terhadap derajat Resilience At Work.

5.2.2 Saran Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi Area Sales Manager (ASM) PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu untuk memberikan training mengenai stress management sehingga karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu bisa meningkatkan kapasitasnya untuk bertahan dan berkembang di bawah kondisi stress pekerjaan (Resilience At Work).

b. Bagi PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu, khususnya bagi Area Sales Manager (ASM), untuk melakukan pengembangan dan pelatihan yang melatih attitude dan skill kepada seluruh karyawan marketing asuransi jiwa PT. AXA Mandiri di Kota Bengkulu mengenai cara karyawan marketing untuk lebih memahami dan menerima perubahan yang


(4)

62

Universitas Kristen Maranatha membuat karyawan marketing mengalami stress selama bekerja di perusahaan serta cara untuk mengatasi hambatan pekerjaan tersebut. c. Bagi PT. AXA Mandiri di kota Bengkulu, khususnya bagi Area Sales

Manager (ASM), dapat memberikan fasilitas group konseling sebagai sarana membagi pengalaman antara karyawan marketing yang memiliki Resilience At Work tinggi pada karyawan marketing yang memiliki Resilience At Work rendah.


(5)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.: Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Freidenberg, L. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Massachusetts : Allyn & Bacon.

Hasibuan, M.S.P. 1990. Manajemen SDM : Dasar Kunci Keberhasilan. Jakarta : CV Haji Mas Agung.

Kottler, P & Keller, K.L. 2007. Manejemen Pemasaran. Jakarta : Indeks.

Maddi, Salvatore R and Khoshaba, Deborah M. 2005. Resilience At Work How To Succed No Matter What Life Throws At you. United States Of America : American Management Association.

Selye, H. 1950. Stress Without Distress. Philadelphia: Lippincott.

Selye, H. 1976. Stress in Health and Disease . Reading, MA. Buttersworth. Siegel, S. 1992. Nonparametric Statistics for The Behavioral Sciences 2nd Edition.

Newyork : Mc. Graw-Hill.


(6)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Djumena, E. (AIA Financial protection gap survey bekerja sama dengan

MarkPlus Insight, 2011), (Online),

( http://www.asuransisyariah.asia/product/1/41/Berbagai-Fakta-Penting-Seputar-Asuransi-Jiwa, diakses 06 januari 2014).

Ratna, F. Masyarakat Bawah Bisa Menikmati Asuransi, (Online), (

http://keuangan.kontan.co.id/news/juni-masyarakat-bawah-bisa-menikmati-asuransi, diakses 28 mei 2014).

Sugiyarto. (Online), ( http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/05/16/mulai-juni-masyarakat-bawah-bisa-menikmati-asuransi, diakses 28 mei 2014).