Perancangan kampanye Insomnia: Masalah Sulit Tidur dan Kaitannya dengan Konsentrasi, Daya Pikir, dan Produktivitas.

(1)

vi

ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum, dialami oleh populasi masyarakat global terutama di era modernisasi ini. Berdasarkan hasil kuesioner pada target audiens berusia 24-30 tahun di Bandung, Indonesia, hingga 7 dari 10 orang dapat mengalami insomnia dengan jenis yang berbeda-beda. Tidur yang terganggu dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan fisik dan mental, terutama jika tidak ditanggulangi sejak dini – di mana insomnia sebagai gangguan tidur dapat terasimilasi secara permanen menjadi suatu kebiasaan. Merujuk pada faktor-faktor tersebut, perancangan kampanye ini dibuat dengan tujuan untuk menimbulkan kesadaran pada masyarakat khususnya penderita insomnia untuk mencegah serta mengatasi permasalahan tersebut secara aktif. Kampanye dengan judul “NO INSOM!” ini akan menyampaikan definisi insomnia dan cara mengatasinya, serta manfaat dari tidur yang cukup. Kampanye yang berlangsung selama satu tahun akan disampaikan melalui media utama yakni poster infografik berseri, yang didukung dengan poster awareness serta reminding, brosur, sosmed, banner, X-banner, dan gimmick. Menggunakan komunikasi visual yang tepat, hal-hal yang perlu disampaikan kepada target audiens dapat diterima serta diingat, sehingga diharapkan dapat menimbulkan dampak positif berupa peningkatan pada konsentrasi, daya pikir, dan produktivitas.

Kata Kunci: infografik, insomnia, manfaat, tidur.


(2)

vii

ABSTRACT

Insomnia is the most common sleeping problem in the modern era. Based on the result of a questionnaire to target audience between 24-30 years old in Bandung, 7 out of 10 people experience insomnia at different levels. Disturbed sleep can cause some physical and mental illness especially when not treated at the early stage – insomnia as a sleeping disturbance can be assimilated permanently and becomes a habit. Referring to those factors, this campaign design is made to create people’s awareness especially those with insomnia to actively prevent and deal with this problem. This campaign is titled “No Insom” will deliver the definition of insomnia and how to solve them also the benefits of having enough sleep. The campaign will be run for one year and will be channeled using a main medium which is a series info-graphic poster, supported by posters for awareness and reminder, brochures, social media, banner, X-banner, and gimmicks. By using appropriate visual communication, the message will reach and be accepted by the audience and also be remembered so it is hoped that it can give positive impacts such as improved concentration, thinking ability, and productivity.

Keywords: info-graphic, insomnia, benefits, sleep.


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN

iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN

iv

KATA PENGANTAR

v

ABSTRAK

vi

DAFTAR ISI

viii

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

BAB I : PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang Masalah

1

1.2

Permasalahan dan Ruang Lingkup

2

1.3

Tujuan Perancangan

3

1.4

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3

1.5

Skema Perancangan

4

BAB II : LANDASAN TEORI

6

2.1 Definisi Umum Insomnia

6

2.2 Teori Kampanye

6

2.2.1 Definisi Kampanye

6

2.2.2 Tujuan Kampanye

7

2.2.3 Syarat Kampanye

7

2.2.4 Jenis Kampanye

7

2.2.5 Model Kampanye

8

2.3 Tinjauan dari Sisi Kesehatan

9


(4)

ix

3.1 Data dan Fakta

15

3.1.1 Lembaga Terkait dan Fenomena

16

3.1.2 Data Gejala/Fenomena yang Terjadi

16

3.1.3 Tinjauan Proyek/Karya Sejenis

23

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta

25

3.2.1 Segmentation, Targeting, Positioning

25

3.2.2 Analisis SWOT

26

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 27

4.1 Konsep Komunikasi 27

4.2 Konsep Kreatif 27

4.3 Konsep Media 30

4.3.1 Media Promosi 31

4.4 Hasil Karya 33

4.4.1 Logo 33

4.4.2 Poster 34

4.4.3 Brosur 40

4.4.4 Banner dan X-banner 41

4.4.5 Media Sosial 43

4.4.6 PowerPoint 45

4.4.7 Gimmick 46

4.5 Biaya dan Budgeting 47

4.5.1 Poster 47

4.5.2 Brosur 48

4.5.3 Banner dan X-banner 48

4.5.4 Gimmick 48

4.5.5 Total Biaya 49

BAB V : PENUTUP 50

5.1 Simpulan 50

5.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 52


(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1

Timeline

kampanye “NO INSOM!”

31

Gambar 4.2

Logo kampanye “NO INSOM!”

33

Gambar 4.3

Alternatif warna logo yang diaplikasikan pada media lain

33

Gambar 4.4

Poster awareness pertama

35

Gambar 4.5

Poster awareness kedua

36

Gambar 4.6

Poster reminder pertama

37

Gambar 4.7

Poster reminder kedua

38

Gambar 4.8

Poster informing seminar

39

Gambar 4.9

Brosur tampak muka (cover, unfolded)

40

Gambar 4.10 Brosur tampak belakang (isi, unfolded)

41

Gambar 4.11 Banner dengan ukuran 66 cm x 210 cm

41

Gambar 4.12 X-banner dengan ukuran 160 cm x 60 cm

42

Gambar 4.13 Screenshot Fan Page

Facebook “NO INSOM!”

43

Gambar 4.14 Cover Photo Timeline media sosial Facebook pertama

43

(awareness

dengan Profile Picture dan options tertera)

Gambar 4.15 Desain Cover Photo Timeline Facebook pertama

44

Gambar 4.16 Cover Photo Timeline media sosial Facebook kedua

44

(informing

dengan Profile Picture dan options tertera)

Gambar 4.17 Desain Cover Photo Timeline Facebook kedua

45

Gambar 4.18 Contoh halaman presentasi PowerPoint

45

Gambar 4.19 Pulpen

46

Gambar 4.20 Notebook

46

Gambar 4.21 Pin

46

Gambar 4.22 Stiker

47

Gambar 4.23 Kaos

47


(6)

ix

DAFTAR TABEL


(7)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Rangkuman Wawancara

54

A.1

Wawancara dengan dr. Rachmat Purwata, SpKJ.

54

A.2

Wawancara dengan Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna

55

Pinatih, M.Sc., Akp., SpGK


(8)

Universitas Kristen Maranatha

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insomnia merupakan gangguan atau masalah sulit tidur yang umum terjadi. Penderita insomnia mengalami gejala berupa sulit untuk tertidur, tetap tertidur, atau bangun terlalu awal pada pagi hari; yang mengakibatkan kurangnya kuantitas atau kualitas tidur. Hal ini berdampak pada kondisi penderita saat akan beraktifitas: merasa kurang segar setelah bangun, mengalami rasa kantuk sepanjang hari, kekurangan energi, emosi yang tidak stabil (mudah cemas, stres, marah), sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Faktor-faktor yang telah disebutkan dapat berakibat pada efektifitas serta produktivitas penderita di sekolah atau tempat kerja.

Terdapat dua jenis insomnia, berupa insomnia akut (acute/short-term insomnia) dan insomnia kronik (chronic/ongoing insomnia). Insomnia akut berupa gejala yang terjadi karena suatu keadaan yang dialami oleh penderita, misalnya rasa gugup pada malam sebelum ujian atau kecemasan setelah mendapatkan suatu kabar buruk. Insomnia akut terjadi dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan insomnia kronik terjadi setidaknya tiga malam per minggu. Insomnia kronik dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya kebiasaan tidur yang kurang baik, efek samping dari pengobatan, penganganan medis lainnya, atau kondisi psikologis (misal stres berkepanjangan).

Definisi insomnia, ciri-ciri dan gejala, serta cara mengatasi atau mencegahnya, merupakan topik yang akan dikaitkan dengan bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual (DKV). Informasi-informasi mengenai hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya sebenarnya telah tersedia dan cukup mudah untuk diakses melalui berbagai media (misal buku, majalah kesehatan, media cetak lainnya, atau internet). Meskipun begitu, data yang tersedia tidak tersampaikan pada target audiens yang dituju. Mengacu pada pernyataan tersebut, penulis menjembatani permasalahan yang ada melalui pendekatan komunikasi visual yang baik untuk menyampaikan informasi-informasi dengan tepat kepada target audiens yang dituju.

Adapun permasalahan mengenai insomnia diambil sebagai topik Tugas Akhir, dikarenakan fakta bahwa insomnia merupakan gangguan tidur umum yang dapat dialami 8 dari 10 orang,


(9)

Universitas Kristen Maranatha

2

berdasarkan kuesioner yang akan dibahas lebih lanjut pada bab III. Gangguan tidur ini mungkin saja dianggap hal yang sepele oleh masyarakat pada umumnya dan penderita secara khusus. Padahal, menilik gejala-gejala yang ditimbulkan insomnia terutama insomnia kronik, efek yang ditimbulkan dapat terus berlanjut sampai batas waktu yang tidak diketahui. Kemudian, jika tidak segera ditindaklanjuti, dapat berulang pada tidur yang bermasalah untuk malam-malam selanjutnya. Kondisi seperti ini dapat berpengaruh pada konsentrasi, daya pikir, dan produktivitas.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Beberapa permasalahan seputar insomnia, gejala awal dan efek yang ditimbulkannya pada penderita, kesadaran akan perlunya mengatasi hal tersebut, serta dukungan dari teman dan keluarga, akan dibagi menjadi beberapa poin berikut:

1. Bagaimana menimbulkan kesadaran (awareness) pada masyarakat, khususnya penderita insomnia berusia 24-30 tahun tentang insomnia itu sendiri: definisi, ciri-ciri, gejala awal, serta cara mengatasinya.

2. Apa saja yang perlu diketahui tentang insomnia sebagai informasi dasar/awal dan bagaimana menyampaikannya secara efektif, termasuk hubungannya dengan tidur, kesehatan, serta produktivitas.

3. Bagaimana menimbulkan kesadaran kepada masyarakat yang mempunyai teman atau keluarga penderita insomnia, untuk kemudian peduli dan berperan serta dalam membantu mengatasi gangguan tidur tersebut.

4. Bagaimana menyampaikan informasi-informasi yang telah tersedia secara akurat, tepat dan efektif melalui pendekatan bidang keilmuan DKV.

Ruang lingkup pembahasan topik insomnia akan terfokus di Bandung, Jawa Barat, namun tidak menutup kemungkinan penyebaran informasi setelah ditangani dengan pendekatan bidang keilmuan DKV untuk digunakan dalam skala nasional, terutama dengan perkembangan teknologi dan jaringan internet sekarang ini. Target audiens secara khusus adalah penderita insomnia berusia 24-30 tahun, teman dan keluarga, serta masyarakat umum sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa orang yang berusia 24-30 tahun sebagian besar sedang berada pada tahap akhir atau telah menyelesaikan masa perkuliahan/studi tingkat strata satu, memulai studi tingkat strata dua atau baru bekerja; juga waktu di mana gejala insomnia sudah terlihat namun masih relatif


(10)

Universitas Kristen Maranatha

3

mudah untuk diatasi sebelum menjadi suatu kebiasaan yang terus berlanjut dan mengganggu produktivitas pada masa bekerja untuk seterusnya.

1.3 Tujuan Perancangan

Untuk menimbulkan kesadaran pada masyarakat tentang insomnia melalui informasi-informasi yang tepat, dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala serta efek yang ditimbulkan insomnia, akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan pembahasan secara sistematis mengenai definisi, ciri-ciri, gejala awal, faktor penyebab, efek yang ditimbulkan, dan cara mencegah serta mengatasinya. 2. Pembahasan mengenai insomnia ini kemudian akan disampaikan melalui

informasi-informasi; data dan fakta yang menekankan bahwa masalah sulit tidur ini berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental serta hubungannya dengan efektifitas dan produktivitas penderita.

3. Melalui pendekatan bidang keilmuan DKV, akan diadakan sebuah kampanye yang dapat menimbulkan kesadaran tentang perlunya mendeteksi serta mengatasi insomnia sejak dini dan perlunya dukungan teman dan keluarga yang secara aktif berperan serta dalam membantu menyediakan informasi dan memberikan saran yang tepat secara ilmiah; bukan merupakan asumsi, pendapat pribadi, atau takhayul dan kepercayaan (superstitions).

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Perolehan data yang diperlukan dalam proses penulisan dan selanjutnya tahap penyampaian informasi melalui pendekatan DKV, akan dilakukan melalui langkah-langkah dengan beberapa sumber sebagai berikut:

1. Sumber data utama, terutama studi pustaka, akan terbagi menjadi dua: internet dan buku. Beberapa sumber dari internet adalah sleepfoundation.org, helpguide.org, nhlbi.niv.org (National Heart, Lung, and Blood Institute, National Institutes of Health; bagian dari U.S. Department of Health & Human Services), dan nlm.nih.org (A Service of the U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health); juga PDF dari situs-situs tersebut serta situs-situs serupa.

2. Wawancara terhadap responden yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, atau sudah bekerja dengan usia antara 24-30 tahun.


(11)

Universitas Kristen Maranatha

4

3. Observasi kepada beberapa di antaranya, untuk membuktikan teori ilmiah yang telah

dirangkum mengenai insomnia, kaitannya dengan produktivitas, dan cara mengatasinya.

4. Kwesioner yang mencakup beberapa pertanyaan seputar pengetahuan tentang insomnia juga akan dibagikan kepada target audiens yang sesuai dengan segmentasi.

1.5 Skema Perancangan

Adapun pemetaan alur proses untuk kampanye menimbulkan kesadaran tentang insomnia dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:


(12)

Universitas Kristen Maranatha

5

Bagan 1.1 Skema Perancangan


(13)

Universitas Kristen Maranatha 50

Bab V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Gangguan tidur berupa insomnia merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit, di mana hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai indikasi untuk mencegah sesuatu yang bersifat lebih serius. Karena itu akibat-akibat yang dapat ditimbulkan insomnia seperti rasa kantuk saat beraktifitas, sulit berkonsentrasi, atau exhausting sleep, perlu ditindaklanjuti dengan segera.

Melalui perancangan kampanye berjudul “NO INSOM!” yang disampaikan pada target audiens berusia 24-30 tahun dengan media seperti poster, brosur, media sosial, banner, serta gimmick dan mempunyai acara puncak yakni seminar “Insomnia: Gangguan Tidur Teratur”, diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat akan manfaat-manfaat tidur serta pentingnya menanggulangi gangguan-gangguan tidur seperti insomnia.

Menggunakan penyampaian secara visual yang disesuaikan dengan segmentasi demografis, geografis, dan psikografis target market yaitu dewasa muda berusia 24-30 tahun kelas Menengah Atas (A) dan Menengah (B), berpendidikan minimal Sekolah Menengah Atas serta tinggal di Bandung, informasi disampaikan melalui penggunaan elemen-elemen yang menghindari bentuk-bentuk tajam, warna-warna terlalu cerah, dan komposisi yang terlampau padat. Hal ini berkaitan dengan suasana yang diperlukan untuk tidur – yang menjadi salah satu fokus utama perancangan kampanye ini – yakni aman, tenang, dan nyaman.

Dengan demikian, insomnia terutama insomnia kronik yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif panjang serta berakibat lebih buruk dan umum dialami, dapat dicegah dan ditanggulangi secara dini, terutama oleh target audiens berusia 24-30 tahun.

5.2 Saran

Dalam mengatasi masalah insomnia yang semakin berkembang, terutama dikarenakan perubahan pola hidup dan perkembangan teknologi, penulis menyarankan agar para praktisi akademis khususnya di Indonesia untuk bekerja sama dalam proses pencegahan insomnia


(14)

Universitas Kristen Maranatha 51

sejak dini, khususnya para pakar kesehatan seperti ahli gizi, ahli pernafasan, ahli kejiwaan, dan ahli tidur, dengan pakar-pakar dalam industri kreatif seperti desainer.

Pemerintah serta organisasi-organisasi/yayasan/badan kesehatan misal rumah sakit dapat mendukung kampanye-kampanye serupa seputar penanggulangan insomnia, dan sebaiknya tidak hayan berfokus pada masalah kesehatan yang dianggap lebih ‘nyata’ seperti Narkoba.


(15)

iv

DAFTAR PUSTAKA

Brands, B., Sproule, B., dan Marshman, J. 1998. Drugs & Drug Abuse. Third edition. Ontario: Addiction Research Foundation.

Campbell, A. 2000. The Australian Illicit Drug Guide. Melbourne: Black Inc.

Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye, Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekataman Media.

“Insomnia (Poor Sleep)”, (Online), (http://www.patient.co.uk/health/insomnia-poor-sleep, diakses 17 Februari 2015).

Better Health Channel. 1994. “Sleep –Insomnia”, (Online),

(http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Sleep_problems_inso mnia, diakses 17 Februari 2015).

DrugInfo. 18 November 2014. “What Are Amphetamines?”, (Online),

(http://www.druginfo.adf.org.au/drug-facts/amphetamines, diakses 1 April 2015).

NIH. 13 Desember 2011. “What Is Insomnia?”, (Online), ( www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/inso, diakses 17 Februari 2015).

NSF. 2000. “Sleep Disorders Problems –Insomnia”, (Online), ( sleepfoundation.org/sleep-disorders-problems/insomnia, diakses 17 Februari 2015).

santosa-hospital.com, (Online), (santosa-hospital.com/eng/index2.php?view=news, diakses 25 Maret 2015).

Smith, Melinda, J. Saisan, L. Robinson, dan R. Seagal. 2015. “Can’t Sleep?”, (Online), (www.helpguide.org/articles/sleep/cant-sleep-insomnia-treatment.htm, diakses 17 Februari 2015).


(16)

iv

Williams, Chris. 9 Desember 2013. “Insomnia”, (Online),

(www.nhs.uk/Conditions/Insomnia/Pages/Introduction.aspx, diakses 17 Februari 2015).


(1)

3. Observasi kepada beberapa di antaranya, untuk membuktikan teori ilmiah yang telah dirangkum mengenai insomnia, kaitannya dengan produktivitas, dan cara mengatasinya.

4. Kwesioner yang mencakup beberapa pertanyaan seputar pengetahuan tentang insomnia juga akan dibagikan kepada target audiens yang sesuai dengan segmentasi.

1.5 Skema Perancangan

Adapun pemetaan alur proses untuk kampanye menimbulkan kesadaran tentang insomnia dan cara mengatasinya adalah sebagai berikut:


(2)

Universitas Kristen Maranatha

5

Bagan 1.1 Skema Perancangan


(3)

Bab V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Gangguan tidur berupa insomnia merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit, di mana hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai indikasi untuk mencegah sesuatu yang bersifat lebih serius. Karena itu akibat-akibat yang dapat ditimbulkan insomnia seperti rasa kantuk saat beraktifitas, sulit berkonsentrasi, atau exhausting sleep, perlu ditindaklanjuti dengan segera.

Melalui perancangan kampanye berjudul “NO INSOM!” yang disampaikan pada target audiens berusia 24-30 tahun dengan media seperti poster, brosur, media sosial, banner, serta gimmick dan mempunyai acara puncak yakni seminar “Insomnia: Gangguan Tidur Teratur”, diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat akan manfaat-manfaat tidur serta pentingnya menanggulangi gangguan-gangguan tidur seperti insomnia.

Menggunakan penyampaian secara visual yang disesuaikan dengan segmentasi demografis, geografis, dan psikografis target market yaitu dewasa muda berusia 24-30 tahun kelas Menengah Atas (A) dan Menengah (B), berpendidikan minimal Sekolah Menengah Atas serta tinggal di Bandung, informasi disampaikan melalui penggunaan elemen-elemen yang menghindari bentuk-bentuk tajam, warna-warna terlalu cerah, dan komposisi yang terlampau padat. Hal ini berkaitan dengan suasana yang diperlukan untuk tidur – yang menjadi salah satu fokus utama perancangan kampanye ini – yakni aman, tenang, dan nyaman.

Dengan demikian, insomnia terutama insomnia kronik yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif panjang serta berakibat lebih buruk dan umum dialami, dapat dicegah dan ditanggulangi secara dini, terutama oleh target audiens berusia 24-30 tahun.

5.2 Saran

Dalam mengatasi masalah insomnia yang semakin berkembang, terutama dikarenakan perubahan pola hidup dan perkembangan teknologi, penulis menyarankan agar para praktisi akademis khususnya di Indonesia untuk bekerja sama dalam proses pencegahan insomnia


(4)

Universitas Kristen Maranatha 51 sejak dini, khususnya para pakar kesehatan seperti ahli gizi, ahli pernafasan, ahli kejiwaan, dan ahli tidur, dengan pakar-pakar dalam industri kreatif seperti desainer.

Pemerintah serta organisasi-organisasi/yayasan/badan kesehatan misal rumah sakit dapat mendukung kampanye-kampanye serupa seputar penanggulangan insomnia, dan sebaiknya tidak hayan berfokus pada masalah kesehatan yang dianggap lebih ‘nyata’ seperti Narkoba.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Brands, B., Sproule, B., dan Marshman, J. 1998. Drugs & Drug Abuse. Third edition. Ontario: Addiction Research Foundation.

Campbell, A. 2000. The Australian Illicit Drug Guide. Melbourne: Black Inc.

Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye, Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekataman Media.

“Insomnia (Poor Sleep)”, (Online), (http://www.patient.co.uk/health/insomnia-poor-sleep,

diakses 17 Februari 2015).

Better Health Channel. 1994. “Sleep –Insomnia”, (Online),

(http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Sleep_problems_inso mnia, diakses 17 Februari 2015).

DrugInfo. 18 November 2014. “What Are Amphetamines?”, (Online),

(http://www.druginfo.adf.org.au/drug-facts/amphetamines, diakses 1 April 2015).

NIH. 13 Desember 2011. “What Is Insomnia?”, (Online), (www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/inso, diakses 17 Februari 2015).

NSF. 2000. “Sleep Disorders Problems –Insomnia”, (Online), (

sleepfoundation.org/sleep-disorders-problems/insomnia, diakses 17 Februari 2015).

santosa-hospital.com, (Online), (santosa-hospital.com/eng/index2.php?view=news, diakses 25 Maret 2015).

Smith, Melinda, J. Saisan, L. Robinson, dan R. Seagal. 2015. “Can’t Sleep?”, (Online), (www.helpguide.org/articles/sleep/cant-sleep-insomnia-treatment.htm, diakses 17 Februari 2015).


(6)

iv

Williams, Chris. 9 Desember 2013. “Insomnia”, (Online),

(www.nhs.uk/Conditions/Insomnia/Pages/Introduction.aspx, diakses 17 Februari 2015).