Zonasi Tingkat Bahaya Erosi Di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis.

(1)

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ...5

C. Rumusan Masalah Penelitian...5

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

F. Struktur Organisasi ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9

A. Pengertian Erosi ...9

B. Proses Terjadinya Erosi ...9

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi ...11

1. Iklim...11

2. Topografi ...12

3. Tanah ...14

4. Vegetasi ...19

5. Manusia (Pengelolaan Lahan) ...20

D. Dampak Erosi ...21

E. Jenis Erosi ...22

F. Prediksi Erosi ...24

1. Erosivitas (R) ...26

2. Erodibilitas (K) ...26


(2)

(P) ...29

G. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...32

A. Lokasi Penelitian ...32

B. Desain Penelitian ...34

C. Metode Penelitian ...35

D. Populasi Dan Sampel ...36

1. Populasi ...36

2. Sampel ...36

E. Definisi Operasional ...40

1. Zonasi ...40

2. Bahaya Erosi ...40

3. Tingkat Bahaya Erosi ...40

4. Kecamatan Panumbangan ...40

F. Teknik Pengumpulan Data ...41

G. Instrumen Penelitian ...42

H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ...43

1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) ...43

2. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi ...44

I. Bagan Alur Penelitian ...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...46

A. Hasil Penelitian ...46

1. Kondisi Fisik...46

2. Kondisi Sosial ...63

3. Survey Lapangan ...69

B. Pembahasan Penelitian ...80

1. Perhitungan Besaran Erosi di Kecamatan Panumbangan ...80


(3)

B. Saran ...103

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012 ...4

Tabel 2.1 Klasifikasi Intensitas Hujan ...12

Tabel 2.2 Klasifikasi Butir-Butir Primer Tanah Menurut Dua Sistem ...15

Tabel 2.3 Kode Struktur Tanah ...17

Tabel 2.4 Kode Permeabilitas Profil Tanah ...18

Tabel 2.5 Kode Kandungan Bahan Organik ...19

Tabel 2.6 Dampak Erosi Tanah ...22

Tabel 2.7 Jenis Erosi Menurut Tiga Ahli ...23

Tabel 2.8 Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) ...28

Tabel 2.9 Indeks P (Tindakan Konservasi) ...30

Tabel 2.10 Tingkat erosi berdasarkan tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi ...31

Tabel 3.1 Perolehan Sampel Penelitian ...38

Tabel 3.2 Hubungan Antar Variabel ...41

Tabel 4.1 Luas Desa di Kecamatan Panumbangan ...47

Tabel 4.2 Tipe Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ...50

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2004 – 2013 ...51

Tabel 4.4 Jumlah Bulan Kering Dan Bulan Basah Selama 10 Tahun ...51

Tabel 4.5 Karakteristik Geologi di Kecamatan Panumbangan ...54

Tabel 4.6 Jenis Tanah di Kecamatan Panumbangan ...59

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Di Kecamatan Panumbangan ...63

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kecamatan Panumbangan ...65

Tabel 4.9 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012 ...67

Tabel 4.10 Hasil Survey Lokasi 1 (ALL TG) ...69

Tabel 4.11 Hasil Survey Lokasi 2 (ALL KB) ...70


(5)

Tabel 4.17 Hasil Survey Lokasi 8 (LAT ST) ...74

Tabel 4.18 Hasil Survey Lokasi 9 (ALL SI) ...75

Tabel 4.19 Hasil Survey Lokasi 10 (LAT SI) ...76

Tabel 4.20 Hasil Survey Lokasi 11 (LAT SB) ...76

Tabel 4.21 Hasil Survey Lokasi 12 (LAT KB) ...77

Tabel 4.22 Hasil Survey Lokasi 13 (LAT TG) ...78

Tabel 4.23 Hasil Survey Lokasi 14 (ALL SB) ...78

Tabel 4.24 Hasil Survey Lokasi 15 (AND HT) ...79

Tabel 4.25 Hasil Survey Lokasi 16 (LAT HT) ...80

Tabel 4.26 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan ...81

Tabel 4.27 Data Hari Hujan Bulanan ...82

Tabel 4.28 Data Curah Hujan Maksimal Bulanan ...82

Tabel 4.29 Perhitungan Erosivitas (R) ...83

Tabel 4.30 Perhitungan Erodibilitas (K) ...86

Tabel 4.31 Perhitungan Faktor Lereng (LS) ...88

Tabel 4.32 Perhitungan Nilai C ...89

Tabel 4.33 Perhitungan Nilai P ...91

Tabel 4.34 Perhitungan Besar Erosi Potensial Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...92

Tabel 4.35 Perhitungan Besar Erosi Aktual Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...93

Tabel 4.36 Kelas Bahaya Erosi ...95

Tabel 4.37 Kelas Bahaya Erosi Per Satuan Lahan Di Kecamatan Panumbangan ...96

Tabel 4.38 Perhitungan Tingkat Bahaya Erosi Di Kecamatan Panumbangan .97 Tabel 4.39 Sebaran Tingkat Bahaya Erosi Tiap Desa Di Kecamatan Panumbangan ...98


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema proses terjadinya erosi tanah ...10

Gambar 2.2 Hubungan antara kecuraman lereng dengan aliran permukaan dan erosi ...14

Gambar 2.3 Diagram segitiga tekstur tanah dan nama 12 kelas tekstur ...16

Gambar 3.1 Peta administratif Kecamatan Panumbangan ...33

Gambar 3.2 Peta satuan lahan Kecamatan Panumbangan ...37

Gambar 3.3 Peta titik lokasi penelitian Kecamatan Panumbangan ...39

Gambar 3.4 Bagan alur penelitian ...45

Gambar 4.1 Diagram perbandingan luas wilayah Desa di Kecamatan Panumbangan ...47

Gambar 4.2 Diagram curah hujan bulan basah, bulan kering dan bulan Lembap ...52

Gambar 4.3 Diagram lingkaran luas lahan geologi Kecamatan Panumbangan .54 Gambar 4.4 Peta geologi Kecamatan Panumbangan ...55

Gambar 4.5 Peta kontur Kecamatan Panumbangan ...57

Gambar 4.6 Peta kelas kemiringan lereng Kecamatan Panumbangan ...58

Gambar 4.7 Diagram lingkaran luas jenis tanah Kecamatan Panumbangan ...59

Gambar 4.8 Peta jenis tanah Kecamatan Panumbangan ...60

Gambar 4.9 Peta aliran sungai Kecamatan Panumbangan ...62

Gambar 4.10 Diagram kepadatan penduduk tiap desa di Kecamatan Panumbangan ...64

Gambar 4.11 Diagram jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan di Kecamatan Panumbangan ...66

Gambar 4.12 Peta penggunaan lahan Kecamatan Panumbangan ...68

Gambar 4.13 Diagram perbandingan besar erosi potensial dengan besar erosi aktual per satuan lahan di Kecamatan Panumbangan ...94

Gambar 4.14 Diagram perbandingan besar erosi potensial dengan besar erosi aktual keseluruhan di Kecamatan Panumbangan ...94


(7)

Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi lingkungan yang ada di daerah tersebut bahkan sekitarnya, yang apabila kondisi lahan itu buruk maka akan membuat kualitas lingkungan menjadi buruk dan sebaliknya apabila kondisi suatu lahan baik maka dapat menciptakan lingkungan yang baik pula. Hal ini disebabkan karena lahan memiliki potensi dan kualitas tersendiri yang dapat menentukan arahan pada fungsi dan peruntukannya.

Sumber daya lahan dapat dikatakan suatu faktor produksi atau modal dari lahan itu sendiri yang bisa digunakan serta dimanfaatkan oleh manusia guna memenuhi keperluan hidupnya. Lahan bisa menjadi sumber daya yang baik dan memberikan banyak keuntungan apabila kelestarian lahan itu sendiri terjaga. Kelestarian lahan dapat terjaga melalui pengelolaan lahan yang baik dan sesuai dengan karakter lahannya.

Penggunaan lahan merupakan salah satu bentuk pengelolaan terhadap lahan yang didasarkan pada karakter lahan itu sendiri. Penggunaan lahan dari waktu ke waktu terus berkembang, semakin banyak lahan di berbagai daerah yang dimanfaatkan bahkan banyak terjadi perubahan penggunaan lahan. Hal ini disebabkan kerana tingkat kebutuhan manusia yang semakin luas, seperti yang telah dikemukakan oleh Sandy (dalam Nurdin, 2009, hlm. 2) yaitu :

(1) Adanya kontradiksi antara kebutuhan untuk menjadi pemakai yang lebih luas di satu pihak dan batasan-batasan yang berat demi lingkungan; (2) Peningkatan keperluan hidup di pedesaan yang tidak disertai perluasan kesempatan kerja; (3) terjadinya kerusakan tanah karena kurangnya pemeliharaan sebagai akibat dari adanya jarak bathin atau status hukum yang terlalu jauh antara penggarap tanah dan pemilik tanah.

Di Indonesia sendiri terbukti telah terjadi perubahan penggunaan lahan, seperti yang dipaparkan oleh Departemen Kehutanan (2008, hlm. 1-2) bahwa :


(8)

Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama periode 1985 – 1997 untuk tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Sedangkan perhitungan untuk lima pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku menunjukkan luas penutupan hutan telah berkurang seluas ± 1,8 juta ha/tahun, atau lebih dari 21 juta ha selama kurun waktu tersebut yang setara dengan luas Pulau Jawa. Untuk periode 1997 – 2000 laju pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ± 2,84 juta ha/tahun atau ± 8,5 juta ha selama 3 tahun.

Berdasarkan pemaparan dari Departemen Kehutanan tersebut bahwa telah terjadi pengurangan luas kawasan hutan di beberapa tempat di Indonesia. Pengurangan luas hutan tersebut tidak lain disebabkan karena sebagian penggunaan lahannya yang telah berubah yang tadinya adalah kawasan hutan kemungkinan sebagian wilayahnya berubah menjadi area perkebunan warga, bisa menjadi area pemukiman warga, atau karena terjadi bencana kebakaran hutan sehingga menjadi lahan kosong, serta hal lain yang dapat menyebabkan luas kawasan hutan berkurang.

Pemanfaatan lahan biasanya secara langsung menyebabkan perubahan tata guna lahan di suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan seringkali tidak disertai dengan tindakan pencegahan kerusakan lahan (konservasi), sehingga lahan semakin terdegradasi yang secara kasat mata ditandai dengan tingginya tingkat bahaya erosi serta rendahnya tingkat resapan air hujan. Alih fungsi lahan oleh manusia umumnya mengubah vegetasi dan pengelolaan lahan, hal itu juga yang merupakan faktor penyebab lahan terdegradasi.

Menurut Notohadiprawiro (1999, hlm. 74), “erosi ialah penyingkiran dan

pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi dari tapak semula oleh

pelaku berupa air mengalir , es bergerak, atau angin”. Berbagai macam

penggunaan lahan tentu akan memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat bahaya erosi yang terjadi. Erosi tidak terjadi pada semua jenis lahan dan penggunaan lahannya, tetapi terjadi pada lahan-lahan tertentu yang memiliki karakteristik pendorong terjadinya erosi. Faktor yang mendorong terjadinya erosi yaitu iklim, tanah, topografi, vegetasi serta faktor manusia.


(9)

Erosi terjadi pada lahan-lahan kering di daerah lereng dengan tindakan konservasi yang belum terarah serta curah hujan yang cukup tinggi. Untuk wilayah di Indonesia yang pada dasarnya beriklim basah, erosi terjadi banyak dipengaruhi oleh air, sedangkan erosi oleh angin tidak begitu berarti. Erosi yang terjadi pada suatu lahan mengakibatkan lapisan atas tanah pada lahan tersebut terangkat atau terkikis dan diendapkan di tempat lain di lahan yang lebih rendah seperti di dalam sungai, waduk, danau, dan sebagainya. Maka dari itu kerusakan akibat erosi terjadi di dua tempat, yaitu di tempat terjadinya erosi (on site) dan tempat diendapkannya tanah hasil erosi (off site).

Kecamatan Panumbangan merupakan daerah kecamatan yang termasuk kawasan pengembangan Agropolitan Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini masuk pada daerah aliran Ci Tanduy. Kecamatan Panumbangan tidak memiliki pos pengamat curah hujan, berdasarkan data yang diperoleh dari proyek penelitian Menteri Pekerjaan Umum (2013, hlm.40) pos hujan terdekat dengan Kecamatan ini adalah Panawangan, Kawali, Ciamis, dan Rancah yang memiliki curah hujan sebesar 2,940 mm/Tahun merupakan rata-rata hujan dari tahun 1970-2011. Kecamatan ini memiliki bentukan lahan yang berlereng dan bergelombang juga terdapat banyak lahan pertanian. Jika melihat hal tersebut maka besar bahaya erosi terjadi di wilayah tersebut. Jenis tanah di wilayah ini didominasi oleh jenis tanah aluvial. Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kecamatan Panumbangan dalam angka 2012, kecamatan tersebut memiliki luas wilayah 52,62 Km2 (5262 Ha) berada pada ketinggian 593 mdpl. Kecamatan Panumbangan memiliki 14 Desa dengan jumlah penduduk seluruhnya 62.034 jiwa (tahun 2011) dan kepadatan penduduknya 1.179 jiwa/Km2. Penggunaan lahan di Kecamatan Panumbangan seperti yang telah disebutkan sebelumnya banyak terdapat lahan pertanian. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Panumbangan seperti tercantum pada Tabel 1.1.


(10)

Table 1.1

Penggunaan Lahan Di Kecamatan Panumbangan Tahun 2012

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

2012 1 Pekarangan/ tanah untuk bangunan & halaman sekitarnya 440

2 Tegal/ kebun/ ladang/ huma 2.062

3 Hutan rakyat 845

4 Hutan negara 588

5 Perkebunan Negara/ swasta 498

6 Kolam/ tebet/ empang 160

7 Lain-lain 167

Jumlah lahan kering 4.760

8 Irigasi teknis 355

9 Irigasi ½ teknis 510

10 Irigasi sederhana/ desa 266

11 Tadah hujan 55

Jumlah lahan sawah 1.186

Jumlah lahan kering & lahan sawah 5.946

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis Tahun 2013

Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa di Kecamatan Panumbangan lebih didominasi oleh lahan pertanian dan hutan, hal ini merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada besaran erosi. Melihat dari data tabel tersebut diatas bahwa sebaran erosi di kecamatan panumbangan bisa beragam besarannya dilihat juga dari kondisi lahannya. Hal ini bisa menentukan besaran erosi setiap wilayah yang nantinya akan diketahui tingkatan bahayanya serta sebaran erosi berdasarkan tingkatannya.

Berdasarkan apa yang telah penulis sampaikan, Kecamatan Panumbangan dipilih penulis sebagai lokasi penelitian mengenai erosi dan sebarannya. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa hal, antara lain adalah karena Kecamatan Panumbangan merupakan daerah agropolitan yang dimana merupakan daerah dengan banyak lahan pertanian. Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan besar kecilnya erosi yang terjadi. Selain karena faktor pengelolaan lahan yang banyak digunakan lahan pertanian, pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Panumbangan juga dilihat berdasarkan karakteristik fisik lahan. Karakteristik lahan di daerah tersebut memiliki bentukan lahan yang bergelombang dengan kemiringan lereng yang beragam.


(11)

Berhubungan dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai erosi di Kecamatan Panumbangan. Penelitian ini dihubungkan dengan pemetaan persebaran tingkat bahaya erosi beserta zonasinya. Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan judul

ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN

PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas yang telah dipaparkan, maka sebelum melaksanakan penelitian ada baiknya melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu. Identifikasi masalah guna memfokuskan kajian mengenai permasalahan yang akan diteliti nantinya. Dalam latar belakang penelitian telah dibahas mengenai permasalahan erosi, oleh karena itu penelitian ini mengkaji tentang erosi. Penelitian ini terfokus pada tingkat bahaya erosi yang terjadi dan akan terjadi di lokasi yang dijadikan lokasi peneliltian. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Panumbangan merupakan daerah agropolitan yang lahannya didominasi oleh lahan pertanian, yang dimana pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhadap besar erosi yang terjadi. 2. Topografi di Kecamatan Panumbangan beragam dilihat mulai dari tingkat

kemiringan lereng, panjang lereng sampai bentukan lahannya. Hal ini dapat menentukan tingkat besar kecilnya erosi yang ditimbulkan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Mengacu pada uraian yang telah dipaparkan sebelumnya di latar belakang penelitian serta identifikasi masalah, bahwa penelitian ini mengkaji mengenai erosi. Kecamatan Panumbangan yang menjadi daerah penelitian ini merupakan daerah yang berpotensi terjadi erosi di beberapa lokasi. Berdasarkan data yang diperoleh dan dari hasil pengamatan lapangan sebelum penelitian, bahwa karakteristik lahan di daerah tersebut sangat berpotensi terjadinya erosi, dengan tingkat kemiringan dan panjang lereng yang beragam serta mendukung terjadinya


(12)

erosi, juga pengolahan lahan dan penanaman vegetasi yang beragam. Kecamatan Panumbangan juga memiliki curah hujan tinggi setiap tahunnya, yang dimana hujan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Penelitian ini memfokuskan pada tingkat bahaya erosi dan sebarannya di Kecamatan Panumbangan. Maka dari itu penelitian ini memunculkan suatu rumusan masalah yang bisa dikembangkan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengukur besar bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan? 2. Berapakah besaran bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan?

3. Bagaimana sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan karena ada suatu permasalahan untuk dicari solusi atas masalah tersebut. Pada dasarnya setiap penelitian itu memiliki tujuan tersendiri, selain mencari solusi terhadap suatu permasalahan yang menjadi sebuah penelitian. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengukur dan mengamati faktor-faktor terjadinya erosi di Kecamatan Panumbangan

2. Menghitung besaran bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan.

3. Menentukan sebaran dan memetakan tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan.

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat, baik itu untuk peneliti maupun untuk pihak lain. Adapun manfaat yang bisa diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh data mengenai besaran tingkat erosi dari hasil pengukuran dan penghitungan terhadap lahan di Kecamatan Panumbangan sebagai dasar pemetaan tingkat bahaya erosi.

2. Memberikan informasi sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan.


(13)

3. Memperoleh data sebagai bahan arahan terhadap pengelolaan lahan yang baik dan benar sesuai dengan kaidah konservasi lahan.

4. Meningkatkan pemahaman peneliti mengenai erosi dalam kehidupan.

F. Struktur Organisasi

Skripsi merupakan sebuah laporan hasil penelitian yang didalamnya berisi alasan diadakannya penelitian, sistem dalam melakukan penelitian serta hasil dari penelitian itu sendiri. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang pada setiap babnya terdapat sub bab. Adapun rincian mengenai penulisan skripsi ini dari bab pertama sampa bab terakhir, yaitu BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan BAB V.

BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang maksud penulis melakukan penelitian. Pada bab ini terdapat sub bab yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II adalah bab kajian pustaka yang dimana pada bab ini menjelaskan teori-teori tentang hal-hal yang bersangkutan dengan bidang ilmu yang diteliti. Pada bab kajian pustaka ini terbagi menjadi beberapa sub bab berdasarkan banyaknya teori yang dipakai guna mendukung proses penelitian. Untuk penelitian ini dengan kajian mengenai erosi, maka sub bab dalam bab kajian pustaka ini adalah mengenai pengertian erosi, proses terjadinya erosi, faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, dampak erosi, jenis erosi, prediksi erosi, dan tingkat bahaya erosi.

BAB III yaitu bab metode penelitian yang berisi penjabaran mengenai metode dan prosedur penelitian. Sub bab pada bab ini terdiri dari lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, dan bagan alur penelitian.

BAB IV merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini berisi mengenai hal utama dalam penelitian, yaitu pemaparan data dengan cara analisis atau pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan


(14)

guna mendapatkan temuan yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian, serta pembahasan data atau analisis dari hasil temuan yang telah diperoleh.

BAB V adalah bab simpulan dan saran, yang dimana pada bab ini menyajikan mengenai penafsiran peneliti terhadap hasil temuan dalam penelitian. Untuk sub bab simpulan berisi jawaban mengenai masalah penelitian dalam rumusan masalah. Sedangkan saran atau rekomendasi berisi hal-hal yang ditujukan kepada pihak yang bersangkutan dari hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian.


(15)

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Panumbangan yang merupakan salah satu wilayah kecamatan di bagian Utara Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan profil wilayah, bahwa Kecamatan Panumbangan memiliki luas wilayah sekitar 52.62 km2 dan berada pada ketinggian 593 mdpl. Adapun batas wilayah kecamatan panumbangan sebagai berikut :

 Barat : Kabupaten Tasikmalaya

 Utara : Kecamatan Panjalu

 Timur : Kecamatan Panjalu

 Selatan : Kecamatan Cihaurbeuti

Lokasi penelitian meliputi hampir seluruh daerah di Kecamatan Panumbangan. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan karakteristik lahan yang berpotensi pada terjadinya erosi serta faktor-faktor erosi lainnya yang mendukung seperti curah hujan, topografi dan tindakan konservasi.

Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan di latar belakang, penilitian ini mengkaji mengenai tingkat bahaya erosi dan lokasi yang dipilih untuk dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Panumbangan. Daerah tersebut dipilih berdasarkan pada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi. Curah hujan tertinggi berada di Kecamatan Panumbangan untuk Kabupaten Ciamis, dimana curah hujan tinggi memungkinkan tingkat erosi yang tinggi pula. Selain curah hujan tinggi pengelolaan lahan dan vegetasi turut menentukan tingkat erosi yang terjadi, sesuai dengan keadaan di Kecamatan Panumbangan yang memiliki bentukan lahan yang bergelombang serta pengelolaan lahan dan vegetasi yang dominan dengan lahan pertanian.

Sebagai gambaran mengenai lokasi penelitian dapat dilihat pada peta administratif Kecamatan Panumbangan (Gambar 3.1)


(16)

(17)

B. Desain Penelitian

Sebelum menetapkan metode penelitian, hal yang harus diperhatikan adalah menentukan desain penelitian. Menurut Nasution (2009, hlm. 23), “desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data

agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”.

Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian dibedakan menjadi tiga macam riset, yaitu riset eksploratif, riset deskriptif, dan riset inferensial.

Riset eksploratif adalah suatu kegiatan penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi atau data mengenai hal yang berkaitan dengan gejala atau objek yang diteliti. Sedangkan riset deskriptif merupakan suatu kegiatan dengan tujuan menjelaskan atau menggambarkan suatu gejala atau objek yang diteliti dari data yang diperoleh. Kemudian riset inferensial merupakan kegiatan penelitian yang bersifat mengambil keputusan atau menguji hipotesis melalui penelitian eksperimental. Dari ketiga jenis desain penelitian yang mengacu pada tujuan penelitian, peneliti dalam penelitian ini termasuk pada riset eksploratif.

Penelitian ini menkaji tentang tingkat bahaya erosi dan sebarannya, maka dari itu ada baiknya membuat desain penelitian terlebih dahulu. Desain penelitian bisa disebut sebagai rancangan dalam perencanaan pelaksanaan penelitian. Desain atau rancangan penelitian meliputi beberapa tahapan mulai tahap pra penelitian, tahap penelitian, dan tahap pasca penelitian.

Tahap pra penelitian yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun rancangan awal dalam penelitian, mengurus perijinan penelitian, memastikan keadaan lapangan, dan mempersiapkan instrumen penelitian serta bahan yang diperlukan guna mendukung dalam proses penelitian. Dalam tahap pra penelitian, peneliti diusahakan terlebih dahulu memahami teori-teori dasar yang berkaitan dengan kajian penelitian serta menguasai teknik-teknik pengukuran yang berhubungan dengan kajian dalam penelitian.

Tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap pengumpulan data melalui pengukuran dan pengamatan lapangan. Penelitian dilakukan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan pada saat pra penelitian, seperti memilih lokasi penelitian, melakukan pengukuran pada pada


(18)

objek kajian, melakukan pengamatan sesuai indikator yang telah ditentukan dalam hubungannya dengan kajian penelitian.

Tahap pasca penelitian, dalam tahap ini yang dilakukan adalah pengolahan data yang diperolehan pada saat penelitian. Data diolah melalui teknik analisis data berdasarkan jenis datanya. Untuk data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih bersifat kuantitatif karena merupakan hasil pengukuran yang berarti memiliki satuan berupa angka-angka. Hasil analisis data penelitian ditujukan khususnya pada masyarakat.

C. Metode penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, dimana penelitian ini mengacu pada fenomena-fenomena objektif serta dikaji secara kuantitatif. Disebut penelitian kuantitatif karena berkaitan dengan data yang diperoleh dan diteliti yaitu berupa angka, berbeda dengan kualitatif lebih kepada data yang bersifat kata-kata. Penelitian ini mengkaji mengenai tingkat bahaya erosi dengan menggunakan metode eksploratif yang didalamnya terdapat langkah menggunakan rumus persamaan USLE. Mengenai penelitian eksploratif menurut Syahza (2010, hlm. 5) bahwa penelitian eksploratif merupakan penelitian mengenai studi kasus atau yang bertujuan untuk mempelajari hal yang baru dan tidak memakai hipotesis.

Metode eksploratif digunakan pada penelitian ini dikarenakan penelitian ini sifatnya mengeksplorasi suatu fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Fenomena yang dieksplorasi pada kajian penelitian ini adalah mengenai bahaya erosi. Untuk mengetahui besaran tingkat bahaya erosi diperlukan data dari berbagai faktor penentu terjadinya erosi, yang dimana data tersebut diperoleh secara mendalam melalui teknik pengukuran dan pengamatan guna memperoleh data serta informasi.

Oleh karena itu peneliti mengambil metode eksploratif dalam penelitian ini yang mengkaji mengenai bahaya erosi. Selain itu penggunaan metode eksploratif dikarenakan penelitian ini bertujuan memberikan gambaran baru mengenai topik bahasan yang akan dikenal oleh masyarakat.


(19)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian untuk mengumpulkan data kemudian selanjutnya yang akan dianalisis, maka sebelumnya harus menentukan populasi terlebih dahulu sebelum menentukan sampel. Menurut Pabundu Tika (2005, hlm. 24), “populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak

terbatas”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hlm. 61), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”.

Pada penelitian ini penulis menentukan yang menjadi populasi adalah populasi wilayah yaitu seluruh wilayah di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Populasi inilah yang nantinya akan dipakai untuk menentukan sampel guna memperoleh data dalam penelitian.

2. Sampel

Menurut Pabundu Tika (2005, hlm. 24), bahwa “sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah sampel wilayah. Untuk menentukan sampel wilayah mana saja yang akan diambil, ditentukan berdasarkan satuan lahan di Kecamatan Panumbangan. Peta satuan lahan yang diperoleh merupakan gabungan dari peta penggunaan lahan dan jenis tanah yang di overlay (tumpang susun) dengan menggunakan sebuah program aplikasi pada komputer. Peta penggunaan lahan bersumber dari peta RBI (Rupa Bumi Indoneia) sebanyak empat lembar, yaitu lembar Rajapolah, Pagerageung, Kawali dan Cikijing. Sedangkan peta jenis tanah diperoleh dari peta digitasi jenis tanah Jawa Barat. Hasil penggabungan tersebut nantinya dapat ditentukan titik-titik sampel berdasarkan golongan atau kriteria tertentu yang menjadi patokan sampel. Sebagai gambaran untuk peta satuan lahan dapat dilihata pada Gambar 3.2.


(20)

(21)

Dari peta satuan lahan Kecamatan Panumbangan yang telah dibuat, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menentukan sampel. Sampel diambil secara acak dengan cara Random Sampling (sampel acak). Pengambilan sampel dengan cara random sampling, menurut Bintarto (1982, hlm. 43) bahwa

sampel random (random sample) adalah sampel dimana tiap titik, garis atau bidang dipilih secara random. Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang dipilih dari populasi dianggap random bila tiap unsur-unsur yang terdapat dalam populasi tersebut memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih.

Pengambilan sampel dengan cara ini terlebih dahulu membuat penggolongan populasi berdasarkan kriteria tertentu yaitu satuan lahan yang kemudian ditentukan jumlah sampelnya dengan sistem pemilihan secara acak.

Dari peta satuan lahan tersebut diperoleh sampel. Sampel yang didapat sebanyak 19 sampel, dapat dilihat pada tabel sampel (Tabel 3.1). Untuk titik lokasi pengambilan sampel yang sudah ditentukan berdasarkan satuan lahan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Tabel 3.1

Perolehan Sampel Penelitian No Kode Satuan Lahan Keterangan

1 LAT PK Jenis Tanah :

- LAT (Latosol) - AND (Andosol) - ALL (Aluvial) Penggunaan Lahan :

- PK (Pemukiman) - SB (Semak Belukar) - ST (Sawah Tadah Hujan) - SI (Sawah Irigasi) - TG (Tegalan/Ladang) - KB (Perkebunan) 2 LAT SB

3 LAT ST 4 LAT SI 5 LAT TG 6 LAT KB 7 LAT HT 8 ALL PK 9 ALL SB 10 ALL ST 11 ALL SI 12 ALL TG 13 ALL KB 14 AND PK 15 AND SB 16 AND ST 17 AND TG 18 AND KB 19 AND HT


(22)

(23)

E. Definisi Operasional

Berikut ini akan dijelaskan definisi dari judul “Zonasi Tingkat Bahaya

Erosi Di Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis”, agar tidak terjadi

kekeliruan makna dengan membatasi definisi dari judul yang penulis ambil, yaitu sebagai berikut :

1. Zonasi

Zonasi merupakan pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan. Dalam hal ini zonasi dimaksudkan guna mengelompokkan beberapa daerah atau wilayah yang terkait dengan objek penelitian mengenai tingkat bahaya erosi. Zonasi ini yang nantinya ditujukan untuk mengelompokkan atau menggolongkan tingkat bahaya erosi berdasarkan kategorinya yang telah ditentukan pada cakupan wilayah tertentu.

2. Bahaya Erosi

Besar kehilangan tanah pada suatu lahan yang disebabkan karena erosi. Dalam hal ini adalah besaran atau jumlah tanah yang hilang dengan ukuran satuan ton/ha/tahun.

3. Tingkat Bahaya Erosi

Besar kehilangan tanah dengan kelas/tingkatan tertentu mengenai bahaya erosi, mulai dari tingkat sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Hal ini maksudnya adalah untuk menentukan tingkatan dilihat dari bahaya erosi yang ditimbulkan.

4. Kecamatan Panumbangan

Kecamatan Panumbangan merupakan daerah yang menjadi lokasi penelitian. Kecamatan ini berada di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat, terletak di bagian Utara Kabupaten Ciamis berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.


(24)

Berdasarkan definisi tersebut, penelitian ini merupakan kegiatan terhadap pendugaan tingkat bahaya erosi yang terjadi di wilayah Kecamatan Panumbangan dengan menggunakan rumus USLE (Wiscmeier dan Smith). Hasil dari pendugaan ini nantinya akan dilanjutkan dengan penentuan zonasi terhadap tingkat bahaya erosi yang terjadi.

Dalam menentukan tingkat bahaya erosi mengacu pada beberapa faktor yang dijadikan sebagai variabel penelitian. Variabel merupakan konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (undependent variable) sebagai variabel yang memepangruhi dan variabel terikat (dependent variable) sebagai variabel yang dipengaruhi. Untuk lebih jelas mengenai variabel penelitian dalam penelitian ini, bisa dilihat pada tabel hubungan antar variabel penelitian (Tabel 3.2).

Tabel 3.2

Hubungan Antar Variabel

Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y) 1. Iklim

2. Tanah 3. Topografi 4. Vegetasi

5. Pengelolaan lahan (konservasi) 6. Kedalaman solum

Zonasi Tingkat Bahaya Erosi

(TBE)

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dan diperoleh, bisa didapat dengan menggunakan beberapa teknik pengambilan data. Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang diperlukan, yaitu data primer dan data sekunder. Penelitian yang dilakukan adalah mengenai analisis tingkat bahaya erosi (TBE) yang nantinya akan dibuat peta zonasi mengenai tingkat bahaya erosi dengan memanfaatkan sebuah perangkat lunak (software) yang biasa dipakai dalam sistem informasi geografi (SIG), yaitu aplikasi MapInfo.

Untuk data primer maka diperoleh melalui kegiatan observasi, survei dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencari data mengenai kondisi karakteristik fisik lahan di lokasi penelitian yang diperoleh


(25)

melalui pengamatn dan pencatatan. Survei dilakukan guna memperoleh data dengan cara mengukur, seperti mengenai data kemiringan lereng dan data tanah. Pada penelitian ini pengumpulan data tidak hanya pada pengukuran, pengamatan dan pencatatan saja, melainkan data yang diperoleh juga bersumber dari lembaga instansi terkait seperti data mengenai curah hujan. Dokumentasi diperlukan sebagai penyimpanan keterangan bukti pengumpulan data pada saat penelitian dilapangan.

Untuk data lainnya diperoleh dari berbagai sumber, seperti melakukan studi kepustakaan demi mencari referensi sebagai bahan informasi pendukung dalam penelitian. Data sekunder yang diperlukan adalah sebagai berikut :

 Peta parameter yang terdiri dari peta penggunaan lahan, peta tanah, peta topografi yang dimana peta ini digunakan sebagai acuan dalam proses pelaksanaan penelitian di Kecamatan Panumbangan.

 Peta dasar seperti peta rupabumi (RBI) dan peta administratif wilayah Kecamatan Panumbangan, digunakan sebagai dasar cakupan pada saat penelitian penentuan wilayah.

 Studi literatur seperti yang berasal dari buku teori, jurnal penelitian, serta skripsi sebagai acuan dalam pembuatan laporan juga sebagai informasi mengenai erosi yang berhubungan dengan penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu atau fasilitas guna mempermudah dalam proses pengumpulan data saat penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan berbeda-beda tergantung langkah penelitian yang dipakai pada saat pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 305),

“terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu

kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data”.

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian, yaitu survei dan observasi, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan pengamatan. Berhubung penelitian ini mengkaji tentang tingkat bahaya erosi yang dimana data yang diperlukan adalah data hasil


(26)

pengukuran serta pengamatan lapangan, maka adapun alat bantu lain yang dibutuhkan dalam memperoleh data, antara lain sebagai berikut :

 GPS, digunakan untuk mengetahui posisi lintang dan bujur titik tempat penelitian dimana erosi berada.

 Meteran, alat ini untuk mengukur panjang lereng.

 Klinometer, untuk mengukur kemiringan lereng.

 Bor tanah, untuk menentukan kedalaman solum.

 Timbangan digital, untuk mengukur masa tanah

 Kamera, sebagai alat dokumentasi pelaksanaan penelitian.

 Komputer, digunakan untuk mengolah data.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah proses pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Pengolahan dan analisis data yang akan dilakukan penulis ada dua langkah, yaitu analisis tingkat bahaya erosi (TBE) dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan pemetaan zonasi tingkat bahaya erosi (TBE) menggunakan perangkat lunak (software) yang biasa dipakai dalam SIG.

1. Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Analisis data yang dilakukan untuk menentukan tingkat bahaya erosi pada peneltian ini merupakan analisis kuantitatif. Analisis ini mengolah data berbentuk angka yang bersifat hitungan. Analisis ini dilakukan untuk menentukan besaran bahaya erosi (BE) di Kecamatan Panumbangan yang menjadi lokasi penelitian.

Tingkat bahaya erosi ini ditentukan berdasarkan banyaknya tanah yang hilang dengan ukuran ton/Ha/Tahun dengan kategori tingkatan mulai dari sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Besaran erosi dari hasil perhitungan akan diklasifikasi berdasarkan tingkatannya sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu menentukan tingkat bahaya erosi (TBE). Cara penghitungannya dengan menggunakan rumus USLE yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978) seperti yang dijelaskan pada Bab 2.


(27)

Menentukan besaran erosi terlebih dahulu dengan menghitung nilai setiap faktor mulai dari erosivitas (R), erodibilitas (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman (C), dan pengelolaan lahan (P).

Setelah diketahui besaran erosi setiap lahan yang diteliti, maka ditentukan tingkatannya dengan mengacu pada ukuran kedalaman solum. Hal ini untuk mengetahui daerah mana saja yang masuk kepada setiap masing-masing tingkatan.

2. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi

Langkah berikutnya adalah melakukan pemetaan untuk menentukan zonasi tingkat bahaya erosi setelah malakukan pengukuran serta menentukan besaran dan tingkat bahaya erosi di lokasi penelitian. Dalam langkah pemetaan ini menggunakan teknik pengolahan data secara digital yaitu dengan menggunakan bantuan alat seperti komputer. Teknik ini digunakan untuk membuat peta zonasi persebaran tingkat bahaya erosi yang terjadi di Kecamatan Panumbangan.

Demi memudahkan dalam pemetaan zonasi persebaran tingkat bahaya erosi, maka dilakukan dengan cara memanfaatkan perangkat lunak (software) yang biasanya digunakan dalam sistem informasi geografis (SIG), yaitu MapInfo. Hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa peta (overlay) yang dijadikan sebagai peta parameter, kemudian dikonversi kedalam komputer dan diproses menjadi data digital.

Peta yang digabungkan (overlay) membentuk peta satuan lahan yang sebelumnya juga telah dibuat pada saat pra penelitian untuk menentukan titik lokasi pengambilan sampel. Dari peta satuan lahan yang telah ditentukan titik lokasi sampel inilah yang hasil dari penelitiannya dan telah dilakukan pengukuran sampai penghitungan untuk menentukan besaran dan tingkat bahaya erosi akan diklasifikasikan dalam pemetaanya sehingga diketahui batasan/zonasi setiap tingkatan bahaya erosi.


(28)

I. Bagan Alur Penelitian

Gambar 3.4 Bagan alur penelitian

Peta RBI

Peta Penggunaan

Lahan

Tanah

Lereng (LS)

Konservasi (P) Vegetasi (C)

Erosivitas (R) Uji

Laboratorium

Besaran Erosi (A) Erodibilitas

(K)

Tingkat Bahaya Erosi

Peta Zonasi Tingkat Bahaya Erosi

Peta Jenis Tanah

Curah Hujan

Peta Satuan Lahan Peta

Kelas Kemiringan Lereng

Kemiringan dan Panjang

Lereng

Kedalaman Solum


(29)

Kecamatan Panumbangan merupakan salah satu Kecamatan yang masuk pada wilayah administratif Kabupaten Ciamis. Secara administratif Kecamatan Panumbangan meliputi 14 Desa, yaitu : Desa Sindangbarang, Desa Banjarangsana, Desa Jayagiri, Desa Sindangherang, Desa Sindangmukti, Desa Payungagung, Desa Payungsari, Desa Golat, Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta, Desa Tanjungmulya, Desa Panumbangan, Desa Medanglayang, dan Desa Buanamekar.

Wilayah Kecamatan Panumbangan dekat dengan kawasan Gunung Sawal. Luas wilayah Kecamatan Panumbangan adalah 52,62 km2 merupakan daerah bukan pantai yang terletak di bagian utara Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini memiliki rata-rata ketinggian dari permukaan laut sekitar 593 m. Di bagian utara Kecamatan Pnumbangan berbatasan dengan Kecamatan Panjalu yang masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis dan juga Kecamatan Panumbangan sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Majalengka. Di sebelah timur masih berbatasan dengan Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cihaurbeuti yang masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis. Sedangkan untuk sebelah barat Kecamatan Panumbangan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini menggunakan metode eksploratif yang dimana populasinya adalah seluruh wilayah Kecamatan Panumbangan dan yang menjadi sampel adalah satuan lahan yang ada di Kecamatan tersebut. Satuan lahan mengacu pada jenis tanah serta penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Panumbangan. Sampel yang telah ditentukan kemudian dilakukan survey lapangan untuk analisis dalam menentukan besar erosi. Survey yang dilakukan mengacu pada pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation)


(30)

Hasil dari penelitian mengenai zonafikasi tingkat bahaya erosi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Hasil perhitungan berdasarkan data curah hujan dari pos pengematan Pagerageung yang dihitung menggunakan metode Schmidt – Ferguson, bahwa di Kecamatan Panumbangan yang menjadi lokasi penelitian memiliki tipe iklim C dengan sifat agak basah. Nilai Q yang didapat dari hasil perhitungan adalah 37.037%.

 Kecamatan Panumbangan dalam segi geologi memiliki dua formasi batuan geologi, yakni :

- Formasi Gunungapi Talagabodas dengan luas 26.9% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, serta lahar dan tufa bersusunan andesit sampai basal.

- Formasi Gunungapi Sawal dengan luas 73.1% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, breksi aliran, serta tufa dan lava bersusunan andesit sampai basal.

 Wilayah Kecamatan Panumbangan memiliki bentukan lahan vulkanik dengan bentuk effusif yang dimana bentuk ini terdiri dari aliran lava/lidah lava, aliran lahar dan lainnya. Pada bentukan ini proses erosi bisa terjadi, proses erosi vertikal pada bagian hulu akibat dari aliran lava/lahar serta curah hujan yang tinggi dapat membentuk lembah-lembah sungai yang curam. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan serta kemiringan lereng yang curam. Hal ini biasa memunculkan tekuk lereng (break of slope) yang biasanya muncul mata air. Kecamatan Panumbangan merupakan daerah yang berbukit serta memiliki banyak lembah.

 Jenis tanah di Kecamatan Panumbangan terbagi menjadi tiga jenis, yakni : - Aluvial dengan luas 2910.20 Ha atau 51% dari luas wilayah Kecamatan

Panumbangan

- Andosol dengan luas 661.93 Ha atau 11.6% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan


(31)

- Latosol dengan luas2134.15 Ha atau 37.4% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan

 Berdasarkan hasil penelitian bahwa di Kecamatan Panumbangan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi erosi secara keseluruhan memiliki nilai erosi sebesar 12023.96 Ton/Ha/Th. Besar erosi tertinggi terjadi pada satuan lahan AND SB sebesar 3405.26 ton/Ha/Th, sedangkan erosi terendah berada pada satuan lahan LAT SI sebesar 0.29 ton/Ha/Th serta untuk setiap satuan lahan yang memiliki kode PK yang dianggap memiliki tingkat bahaya erosi rendah karena merupakan kawasan pemukiman.

 Zonafikasi tingkat bahaya erosi berdasarkan pada lima tingkatan yang telah ditentukan, yaitu tingkat bahaya erosi sangat ringan, tingkat bahaya erosi ringan, sedang, berat, dan tingkat bahaya erosi sangat berat. Sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan adalah sebagai berikut :

- Untuk bahaya erosi kategori sangat ringan berada hampir di semua desa kecuali Desa Buanamekar tidak terdapat bahaya erosi dengan tingkat bahaya sangat ringan.

- Untuk kelas bahaya erosi kategori ringan berada di enam desa, yaitu Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta, Desa Tanjungmulya, Desa Panumbangan, Desa Medanglayang, Desa Buanamekar, dan sisanya tidak terdapat bahaya erosi pada tingkat ringan.

- Untuk kategori tingkat bahaya erosi sedang terdapat di empat desa, yaitu Desa Sindangmukti, Desa Banjarangsana, Desa Jayagiri, dan Desa Golat. - Untuk tingkat bahaya erosi dengan kategori berat tidak terdapat di desa

manapun di Kecamatan Panumbangan.

- Tingkat bahaya erosi dengan kategori sangat berat terdapat di setiap desa di Kecamatan Panumbangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dibahas mengenai zonafikasi tingkat bahaya erosi, penulis memberikan saran bagi peneliti yang akan


(32)

melakukan penelitian serupa dan pihak setempat serta pihak lain yang bersangkutan. Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :

 Untuk wilayah penelitian di Kecamatan Panumbangan perlu perhatian khusus dari pihak terkait terhadap kawasan yang memiliki lereng dengan kemiringan yang curam serta tanpa tindakan konservasi karena dapat menyebabkan erosi yang cukup besar.

 Meningkatkan kesadaran serta wawasan penduduk setempat dan sekitarnya akan pentingnya pengelolaan lahan bukan hanya dari segi ekonomi tapi dari segi kelestarian lahan itu sendiri melalui berbagai penyuluhan pertanian serta pendidikan kepada anak-anak sehingga pengetahuan mengenai lingkungan didapat sejak dini.

 Menekan tingkat erosi yang terjadi agar tidak terlalu menimbulkan kerusakan pada lahan dengan cara menerapkan sistem pertanian yang sesuai dengan karakter lahan serta upaya konservasi pada lahan yang kurang dalam pengelolaannya.

 Bagi para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian serupa sebaiknya sampel yang diambil lebih ditingkatkan atau diperbanyak, karena semakin banyak sampel yang diambil maka data yang diperoleh akan semakin akurat terhadap hasil akhir.


(33)

Anggi Nurdiansyah, 2015

Maret.

Arsyad, Sitanala. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak. (1995). Hidrologi dan pengelolaan DAS. Gajah Mada University Perss Badan Pusat Statistik (2011). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2011.

Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2013). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2013. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012). Kecamatan Panumbangan Dalam Angka Tahun

2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Buckman, Harry O. (1982). Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Darmawijaya, I. (1990). Klasifikasi Tanah, dasar teori bagi penelitian tanah dan

pelaksanaan pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Perss.

Foth, Henry D. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Jumin, H. Basri. (2005). Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Kartini, Entin. (2008). Evaluasi Erosi Berdasarkan Kelas Kemirinan Lereng Dan

Posisi Lereng Pada Lahan Tegalan Di Kecamatan Jatinangor. Skripsi,

Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Menteri Pekerjaan Umum (2013). Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah

Sungai Citanduy. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. (1999). Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(34)

Rahim, Supli Effendi. (2012). Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka

Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara

Sarief, Saifuddin. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana.

Sarief, Saifuddin. (1986). Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka Buana. Sarief, Saifuddin. (1989). Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Bandung: C.V.

Pustaka Buana.

Sopyan, Yayan. (2004). Studi Tingkat Bahaya Erosi Di Sub DAS Cibeureum Hulu

DAS Citarum. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Sutapa. (2010) Analisis potensi erosi pada daerah aliran sungai (DAS) di Sulawesi

Tengah. Jurnal Smartek, 8 (3), hlm. 169 – 181.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Widjajani, B. Wisnu. (2010) Tipologi tanaman penahan erosi. Agrovigor, 3 (1),

hlm. 56 – 64.

Anonim. (2009). Erosi Dampak dan Upaya Mengurangi. [online]. Tersedia:

http://link-geo.blogspot.com/2009/08/erosi-dampak-serta-upaya-mengurangi.html [ 24 Januari 2014]

Anonimous. (2008). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2008. Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Hutan. Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan.


(1)

Kecamatan Panumbangan merupakan salah satu Kecamatan yang masuk pada wilayah administratif Kabupaten Ciamis. Secara administratif Kecamatan Panumbangan meliputi 14 Desa, yaitu : Desa Sindangbarang, Desa Banjarangsana, Desa Jayagiri, Desa Sindangherang, Desa Sindangmukti, Desa Payungagung, Desa Payungsari, Desa Golat, Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta, Desa Tanjungmulya, Desa Panumbangan, Desa Medanglayang, dan Desa Buanamekar.

Wilayah Kecamatan Panumbangan dekat dengan kawasan Gunung Sawal. Luas wilayah Kecamatan Panumbangan adalah 52,62 km2 merupakan daerah bukan pantai yang terletak di bagian utara Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini memiliki rata-rata ketinggian dari permukaan laut sekitar 593 m. Di bagian utara Kecamatan Pnumbangan berbatasan dengan Kecamatan Panjalu yang masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis dan juga Kecamatan Panumbangan sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Majalengka. Di sebelah timur masih berbatasan dengan Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cihaurbeuti yang masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Ciamis. Sedangkan untuk sebelah barat Kecamatan Panumbangan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini menggunakan metode eksploratif yang dimana populasinya adalah seluruh wilayah Kecamatan Panumbangan dan yang menjadi sampel adalah satuan lahan yang ada di Kecamatan tersebut. Satuan lahan mengacu pada jenis tanah serta penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Panumbangan. Sampel yang telah ditentukan kemudian dilakukan survey lapangan untuk analisis dalam menentukan besar erosi. Survey yang dilakukan mengacu pada pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation)


(2)

102

Anggi Nurdiansyah, 2015

ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil dari penelitian mengenai zonafikasi tingkat bahaya erosi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Hasil perhitungan berdasarkan data curah hujan dari pos pengematan Pagerageung yang dihitung menggunakan metode Schmidt – Ferguson, bahwa di Kecamatan Panumbangan yang menjadi lokasi penelitian memiliki tipe iklim C dengan sifat agak basah. Nilai Q yang didapat dari hasil perhitungan adalah 37.037%.

 Kecamatan Panumbangan dalam segi geologi memiliki dua formasi batuan geologi, yakni :

- Formasi Gunungapi Talagabodas dengan luas 26.9% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, serta lahar dan tufa bersusunan andesit sampai basal.

- Formasi Gunungapi Sawal dengan luas 73.1% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan yang terdiri dari breksi gunungapi, breksi aliran, serta tufa dan lava bersusunan andesit sampai basal.

 Wilayah Kecamatan Panumbangan memiliki bentukan lahan vulkanik dengan bentuk effusif yang dimana bentuk ini terdiri dari aliran lava/lidah lava, aliran lahar dan lainnya. Pada bentukan ini proses erosi bisa terjadi, proses erosi vertikal pada bagian hulu akibat dari aliran lava/lahar serta curah hujan yang tinggi dapat membentuk lembah-lembah sungai yang curam. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan serta kemiringan lereng yang curam. Hal ini biasa memunculkan tekuk lereng (break of slope) yang biasanya muncul mata air. Kecamatan Panumbangan merupakan daerah yang berbukit serta memiliki banyak lembah.

 Jenis tanah di Kecamatan Panumbangan terbagi menjadi tiga jenis, yakni : - Aluvial dengan luas 2910.20 Ha atau 51% dari luas wilayah Kecamatan

Panumbangan

- Andosol dengan luas 661.93 Ha atau 11.6% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan


(3)

- Latosol dengan luas2134.15 Ha atau 37.4% dari luas wilayah Kecamatan Panumbangan

 Berdasarkan hasil penelitian bahwa di Kecamatan Panumbangan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi erosi secara keseluruhan memiliki nilai erosi sebesar 12023.96 Ton/Ha/Th. Besar erosi tertinggi terjadi pada satuan lahan AND SB sebesar 3405.26 ton/Ha/Th, sedangkan erosi terendah berada pada satuan lahan LAT SI sebesar 0.29 ton/Ha/Th serta untuk setiap satuan lahan yang memiliki kode PK yang dianggap memiliki tingkat bahaya erosi rendah karena merupakan kawasan pemukiman.

 Zonafikasi tingkat bahaya erosi berdasarkan pada lima tingkatan yang telah ditentukan, yaitu tingkat bahaya erosi sangat ringan, tingkat bahaya erosi ringan, sedang, berat, dan tingkat bahaya erosi sangat berat. Sebaran tingkat bahaya erosi di Kecamatan Panumbangan adalah sebagai berikut :

- Untuk bahaya erosi kategori sangat ringan berada hampir di semua desa kecuali Desa Buanamekar tidak terdapat bahaya erosi dengan tingkat bahaya sangat ringan.

- Untuk kelas bahaya erosi kategori ringan berada di enam desa, yaitu Desa Kertaraharja, Desa Sukakerta, Desa Tanjungmulya, Desa Panumbangan, Desa Medanglayang, Desa Buanamekar, dan sisanya tidak terdapat bahaya erosi pada tingkat ringan.

- Untuk kategori tingkat bahaya erosi sedang terdapat di empat desa, yaitu Desa Sindangmukti, Desa Banjarangsana, Desa Jayagiri, dan Desa Golat. - Untuk tingkat bahaya erosi dengan kategori berat tidak terdapat di desa

manapun di Kecamatan Panumbangan.

- Tingkat bahaya erosi dengan kategori sangat berat terdapat di setiap desa di Kecamatan Panumbangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dibahas mengenai zonafikasi tingkat bahaya erosi, penulis memberikan saran bagi peneliti yang akan


(4)

104

Anggi Nurdiansyah, 2015

ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan penelitian serupa dan pihak setempat serta pihak lain yang bersangkutan. Adapun saran yang dapat disampaikan sebagai berikut :

 Untuk wilayah penelitian di Kecamatan Panumbangan perlu perhatian khusus dari pihak terkait terhadap kawasan yang memiliki lereng dengan kemiringan yang curam serta tanpa tindakan konservasi karena dapat menyebabkan erosi yang cukup besar.

 Meningkatkan kesadaran serta wawasan penduduk setempat dan sekitarnya akan pentingnya pengelolaan lahan bukan hanya dari segi ekonomi tapi dari segi kelestarian lahan itu sendiri melalui berbagai penyuluhan pertanian serta pendidikan kepada anak-anak sehingga pengetahuan mengenai lingkungan didapat sejak dini.

 Menekan tingkat erosi yang terjadi agar tidak terlalu menimbulkan kerusakan pada lahan dengan cara menerapkan sistem pertanian yang sesuai dengan karakter lahan serta upaya konservasi pada lahan yang kurang dalam pengelolaannya.

 Bagi para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian serupa sebaiknya sampel yang diambil lebih ditingkatkan atau diperbanyak, karena semakin banyak sampel yang diambil maka data yang diperoleh akan semakin akurat terhadap hasil akhir.


(5)

Maret.

Arsyad, Sitanala. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak. (1995). Hidrologi dan pengelolaan DAS. Gajah Mada University Perss

Badan Pusat Statistik (2011). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2011. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2013). Kabupaten Ciamis Dalam Angka Tahun 2013. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012). Kecamatan Panumbangan Dalam Angka Tahun 2012. Ciamis: Kantor Badan Pusat Statistik.

Buckman, Harry O. (1982). Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Darmawijaya, I. (1990). Klasifikasi Tanah, dasar teori bagi penelitian tanah dan pelaksanaan pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Perss.

Foth, Henry D. (1988). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Jumin, H. Basri. (2005). Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kartini, Entin. (2008). Evaluasi Erosi Berdasarkan Kelas Kemirinan Lereng Dan Posisi Lereng Pada Lahan Tegalan Di Kecamatan Jatinangor. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Menteri Pekerjaan Umum (2013). Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citanduy. Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. (1999). Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


(6)

Anggi Nurdiansyah, 2015

ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurdin, M. Arif. (2009). Prediksi Erosi Permukaan Dan Arahan Konservasi Lahan Di Sub Daerah Aliran Ci Karo Daerah Aliran Ci Tarum. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Rafi’i, Suryatna. (1987). Ilmu Tanah. Bandung: Angkasa

Rahim, Supli Effendi. (2012). Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara

Sarief, Saifuddin. (1985). Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana.

Sarief, Saifuddin. (1986). Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka Buana.

Sarief, Saifuddin. (1989). Fisika – Kimia Tanah Pertanian. Bandung: C.V. Pustaka Buana.

Sopyan, Yayan. (2004). Studi Tingkat Bahaya Erosi Di Sub DAS Cibeureum Hulu DAS Citarum. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi

Sutapa. (2010) Analisis potensi erosi pada daerah aliran sungai (DAS) di Sulawesi Tengah. Jurnal Smartek, 8 (3), hlm. 169 – 181.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widjajani, B. Wisnu. (2010) Tipologi tanaman penahan erosi. Agrovigor, 3 (1), hlm. 56 – 64.

Anonim. (2009). Erosi Dampak dan Upaya Mengurangi. [online]. Tersedia:

http://link-geo.blogspot.com/2009/08/erosi-dampak-serta-upaya-mengurangi.html [ 24 Januari 2014]

Anonimous. (2008). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2008. Pusat Inventarisasi Dan Perpetaan Hutan. Badan Planologi Kehutanan. Departemen Kehutanan.