UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI LAPANGAN KERJA : Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi.

(1)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI LAPANGAN KERJA

(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh :

RIA BANOWATI 0906636

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT

DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI

LAPANGAN KERJA

(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati di Kota Cimahi)

Oleh : Ria Banowati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ria Banowati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang – undang


(3)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

RIA BANOWATI

UPAYA PENGELOLA LEMBAGA KURSUS MENJAHIT DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSANNYA MEMASUKI LAPANGAN KERJA

(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : PEMBIMBING I

Prof. Ace Suryadi, M.Sc, Ph.D. NIP. 19520725 197803 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Yanti Shantini, M.Pd NIP. 19730128 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat. S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

Jadilah Dirimu Sendiri, Cari Jati Dirimu Yang Sebernarnya Guna

Menapaki Hidup Yang Mandiri

Optimis, Karena Hidup Terus mengalir Dan Kehidupan Terus

Berputar

Sesekali Lihatlah Ke Belakang Untuk Melanjutkan Perjalanan Hidup

Yang Sedang Menanti Untuk Kita Jalani

Dari Setiap Pertemuan, Pasti Akan Ada Akhir Yang Ditemui

Dan Dari Setiap Akhir Yang Ditemui Maka Akan Muncul Awal

Lembaran Dari Cerita Yang Baru


(5)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

(Studi Kasus Pada LKP Cahaya Melati Di Kota Cimahi)

Penelitian ini berawal dari hasil identifikasi terhadap lembaga kursus menjahit yang pada umumnya para pengelola hanya melakukan program kursus menjahit, tidak ada tindak lanjut ketika lulusan sudah selesai mengikuti program kursus menjahit.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti kegiatan kursus. 2) kompetensi lulusan kursus menjahit dalam mengimplementasikan kemampuan menjahit yang telah mereka peroleh dari program kursus menjahit. 3) mengetahui upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja. 4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang siap bekerja.

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsep yaitu konsep kursus, konsep pengelolaan program, konsep kompetensi, konsep dampak lulusan, konsep kemitraan dan partisipasi serta konsep dunia usaha / dunia industri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian sebanyak lima orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan triangulasi data. Penelitian dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati Kota Cimahi yang dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Oktober hingga Desember 2013.

Hasil penelitian diperoleh data mengenai 1) Kompetensi yang dimiliki lulusan sudah tercapai dengan program yang ditetapkan oleh lembaga kursus menjahit. 2) Lulusan telah dapat mengimplementasikan keterampilan menjahit dengan membuka usaha online shop pakaian dan berbisnis memaklon pakaian 3) Upaya pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja berupa menyediakan informasi pekerjaan dan kegiatan pendampingan untuk lulusan yang ingin membuka usaha menjahit sendiri. 4) Pengelola memiliki metoda pengajaran kursus yang menekankan kepada perolehan kompetensi untuk lulusannya, namun lembaga juga memiliki faktor penghambat berupa kesigapan pengelola dalam melakukan penyesuaian perkembangan teknologi yang ada.

Saran dari peneliti ialah hendaknya pengelola lembaga lebih jeli dan sigap dalam melakukan penyesuaian program dengan perkembangan teknologi serta pengelola menambah tenaga administrasi dalam mengelola program kursus menjahit di lembaga.


(6)

ASBTRACK

The Eforts From Manager Sewing Course In Preparing The Grad For Acces To Employment (Case Study At LKP Cahaya Melati In Cimahi City)

A reason from this reaserch is begin from identifying who was doing to manager sewing course in general they just only do a sewing program but they don‟t have a follow-up for this program when a grad has attend the coaching of sewing program.

This research is aim to 1) knowing about the sewing skills who grad was got when they„d attend the coaching of sewing course program. 2) implementation of skills from the sewing course program by the grad. 3) knowing about the eforts manager from LKP Cahaya Melati in preparing the grad for acces to employment. 4) knowing about supplementary factor and obstacle factor in preparing the grad for acces to employment.

This research have used concepts about management program concept, skills concept, concept about impact from the grad, partner and partisipation concept, and also corporate world / industry world concepts. The method we used is case study with qualitative approach and the subject from this research is five person. The data collecting tehcnique is used observation, interview and triangulation. The research already doing at LKP Cahaya Melati in Cimahi City during three months, from October until December 2013.

The result data from this research is tell about 1) The skills who the grad have was reached from the program specify from the sewing course program. 2) The grad can implementation their sewing skills with eforts as open the clothes online shop and business in “maklon” clothes. 3) The eforts from manager sewing course in preparing the grad for acces to employment is provide the work information and associate activity for the grad who want open their own sewing shop. 4) The manager have teaching method of sewing course which is emphasize in skills who the grad can get, but the manager had obstacle as the manager effiency in doing adaptation with technology development.

The suggestion from researcher is wish to manager sewing course for more sharp and efficient in doing adaptation with technology development and also the manager add another personal staff for manage the course program in institution.


(7)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Perumusan Dan Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Kursus ... 9

1. Pengertian Kursus ... 9

2. Tujuan Kursus ... 10

3. Program Kursus ... 11

4. Penyelenggaraan Kursus ... 13

B. Konsep Pengelolaan Program ... 14

1. Pengertian Pengelolaan ... 14


(8)

a. Perencanaan ... 17

b. Pelaksanaan ... 18

1) Pengorganisasian ... 18

2) Penggerakkan ... 20

3) Pembinaan ... 21

c. Evaluasi ... 21

C. Konsep Kompetensi ... 22

1. Pengertian Kompetensi ... 22

2. Model Kompetensi ... 25

3. Tipe Kompetensi ... 27

D. Konsep Dampak Lulusan ... 28

E. Konsep Kemitraan dan Partisipasi ... 31

1. Pengertian Partisipasi ... 31

2. Tujuan dan Manfaat Kemitraan ... 32

3. Prinsip Kemitraan ... 32

4. Bentuk-bentuk Kemitraan ... 33

5. Langkah-langkah dalam pola kemitraan ... 34

6. Partisipasi Dalam Kemitraan ... 35

7. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 36

8. Cara Menggerakkan Partisipasi ... 37

F. Konsep Dunia Usaha / Dunia Industri ... 38

1. Konsep Dunia Industri ... 38

G. Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu ... 39

1. Penelitian tentang Hubungan Persepsi Peserta Kursus Mengenai Kompetensi Tenaga Pendidik Dengan Prestasi Belajar Peserta Kursus Pada Lembaga Kursus Menjahit di Wilayah Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat ... 39 2. Penelitian tentang Peran Pengelola Lembaga Pendidikan

Kursus Komputer dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Warga Belajar. (Studi Deskriptif di LPK Prisma Cijerah Kota


(9)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 42

1. Lokasi Penelitian ... 42

2. Subjek Penelitian ... 42

B. Desain Penelitian ... 43

1. Tahap Pra-Lapangan ... 43

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 43

3. Tahap Analisis Data ... 44

4. Tahap Penulisan Laporan ... 44

C. Metode Penelitian ... 45

D. Definisi Operasional ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Observasi ... 49

2. Wawancara ... 49

3. Studi Dokumentasi ... 50

4. Triangulasi Data ... 50

G. Analisis data ... 50

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 51

2. Data Display (Penyajian Data) ... 51

3. Conclusion Drawing / Verivication (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati ... 53

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 138 LAMPIRAN


(11)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterkaitan antara komponen Life Skills dalam pembelajaran masyarakat pada satuan program Pendidikan Luar

Sekolah ... 12

Tabel 4.1Level I / Asisten Pembuat Pakaian ... 58

Tabel 4.2 Level II / Pembuat Pakaian ... 58

Tabel 4.3 Level III / Penyelia Proses Pembuatan Pakaian ... 59

Tabel 4.4 Level IV / Pengelola Usaha Pakaian ... 60

Tabel 4.5 Data Lulusan LKP Cahaya Melati ... 61

Tabel 4.6 Identitas Informan Penelitian... ... 64

Tabel 4.7 Jadwal Observasi Lapangan ... 66

Tabel 4.8 Jawaban Informan Untuk Aspek Pengetahuan Menjahit... 68

Tabel 4.9 Jawaban Informan Untuk Aspek Keterampilan Menjahit ... 73

Tabel 4.10 Jawaban Informan Untuk Aspek Sikap dan Perilaku Lulusan ... 80

Tabel 4.11 Jawaban Informan Untuk Aspek Perubahan Taraf Hidup ... 84

Tabel 4.12 Jawaban Informan Untuk Kajian Aspek Berbagi Ilmu Pengetahuan Yang Telah Diperoleh ... 87

Tabel 4.13 Jawaban Informan Untuk Kajian Aspek Partisipasi Dalam Pembangunan ... 88

Tabel 4.14 Jawaban Informan Untuk Aspek Perencanaan Kegiatan Kursus Menjahit ... 89

Tabel 4.15 Jawaban Informan Untuk Aspek Pengorganisasian Kegiatan Kursus Menjahit ... 97


(12)

Tabel 4.16 Jawaban Informan Untuk Aspek Pelaksanaan Kegiatan

Kursus Menjahit ... 101 Tabel 4.17 Jawaban Informan Untuk Aspek Evaluasi Kegiatan Kursus

Menjahit ... 105 Tabel 4.18 Jawaban Informan Untuk Aspek Faktor Pendukung Kegiatan

Kursus Menjahit ... 112 Tabel 4.19 Jawaban Informan Untuk Aspek Faktor Penghambat Kegiatan


(13)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Proses Pengorganisasian ... 19 Gambar 2.2 Bagan Keterkaitan Fungsional antara Komponen, Proses dan

Tujuan Sistem Pendidikan Luar Sekolah ... 29 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Lembaga ... 55


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi – kisi Penelitian ... 148 Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 150


(15)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis, sosial maupun ekonomi yang dimilikinya dan dapat digunakan dalam mendukung pembangunan yang terdiri atas aspek kualitas dan kuantitas. Aspek kuantitas (jumlah) merujuk kepada bagaimana karakteristik demografis tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, penyebaran dan komposisi penduduk. Sedangkan kualitas (mutu) menjelaskan bagaimana seorang manusia berhubungan dengan karakteristik sosial dan ekonomi agar terciptanya suatu keberhasilan dalam pembangunan suatu Negara. Oleh karena itu sangat dibutuhkan sekali sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan baik secara fisik maupun mental.

Dalam mencapai keberhasilan pembangunan, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama dalam persaingan global. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini sering kita abaikan. Era globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Sumber daya manusia menjadi aset tenaga kerja yang efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang melimpah tidak akan bisa memberikan manfaat yang besar bagi manusia jika sumber daya manusia yang ada tidak bisa mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada.

Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga kerja, maka Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei data tentang keadaan


(16)

2

ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2013 ditandai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2013 jumlah angkatan kerja mencapai 20.388.637 orang, meningkat 249.979 jiwa dibandingkan keadaan Februari 2012 (20.138.658 orang). Penduduk yang bekerja sebanyak 18.573.371. orang, bertambah 403.719 orang dibandingkan Februari 2012 dengan jumlah penduduk bekerja 18.169.652 orang. Di sisi lain, jumlah penganggur dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada bulan Februari 2013 terjadi penurunan 153.740 orang, yaitu dari 1.969.006 orang pada Februari 2012 menjadi 1.815.266 orang pada Februari 2013. Dengan demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Barat pada bulan Februari 2013 juga menurun sekitar 0,88 persen dibandingkan Februari 2012, yaitu dari 9,78 persen menjadi 8,90 persen. Tetapi, jika dibandingkan dengan TPT di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,89 persen, maka TPT di Provinsi Jawa Barat masih terbilang tinggi untuk skala TPT di tingkat nasional. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilaksanakan melalui pendidikan informal, formal dan nonformal. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang – Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu :

Pasal 1 ayat (10) satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Ayat (12) Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pendidikan nonformal sebagai salah satu dari tiga jalur sistem pendidikan mempunyai tugas pokok yang sama dengan pendidikan formal yaitu memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. Pendidikan nonformal ialah proses pendidikan


(17)

3

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan secara teratur. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berguna sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam kegiatan mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal sendiri berfungsi untuk mengembangkan potensi lulusan dengan tujuan utama pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang.

Satuan pendidikan nonformal dalam upaya memberikan layanan pendidikan tersebut dapat dilaksanakan melalui kursus, pelatihan, PKBM, kelompok belajar dan satuan pendidikan sejenis yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 Poin 4 bahwa :

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis.

Pendidikan nonformal dan informal terbagi dalam berbagai bentuk kesatuan-kesatuan pendidikan dengan beragam pola, sasaran dan tujuan pendidikan yang salah satu diantaranya ialah kursus. Dalam UU NO.20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 5 disebutkan bahwa :

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.

Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) atau biasa disebut dengan kursus diselenggarakan untuk masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil dari pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah mengikuti proses penilaian


(18)

4

penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pertumbuhan dan berkembangnya kursus di tengah-tengah kehidupan masyarakat tidak terlepas dari tuntutan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, hingga saat ini tercatat sebanyak 18.189 lembaga kursus yang telah memiliki nomor induk lembaga kursus (Nilek) per 11 September 2013 (Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan 2013). Peningkatan dan berkembangnya kursus yang ada di tengah-tengah masyarakat diperkuat dengan adanya UU No.17 tentang RPJPN 2005-2009 yang menyatakan bahwa penyediaan pelayanan pendidikan sepanjang hayat sesuai perkembangan iptek perlu terus didorong untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas penduduk Indonesia termasuk untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin besar. Kursus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan lulusan dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan, serta pengembangan kepribadian profesional. Lebih lanjutnya ditegaskan lagi dalam PP No.19 tahun 2005 pasal 6 ayat (3) yang menyatakan bahwa :

Satuan pendidikan nonformal dalam bentuk kursus dan lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan.

Berkaitan dengan pernyataan-pernyataan diatas dan melihat kembali situasi dan kondisi keadaan lembaga kursus yang tumbuh di masyarakat belumlah sesuai dengan hakikat utama dalam penyelenggaraan kursus yang seharusnya. Melihat dari keadaan di lapangan, banyak sekali lembaga kursus yang mengalami pasang surut dalam melaksanakan program dan kegiatannya. Tidak sedikit lembaga kursus yang hanya bisa melaksanakan kegiatan dan programnya jikalau ada unsur menunjang dan kembali vakum jika tidak memiliki hal tersebut. Dan hal yang paling utama lainnya


(19)

5

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pelaksanaan kursus ialah peran serta lembaga dalam mendidik dan melaksanakan program kegiatan ialah kurikulum dan teknis pengajaran materi kursus. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dibalik potensi dalam pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada program kursus, masih ditemukan adanya kendala dalam pengembangan lulusannya terutama berkaitan dengan kemampuan yang sesuai dengan standar dunia usaha. Seperti yang dipaparkan oleh Tilaar (2003) yaitu pertama, tidak optimalnya penyerapan lulusan kursus pada lapangan kerja yang ada yang mana masih ada lulusan kursus yang belum bekerja karena ketatnya persaingan di dunia industri. Kedua, kualifikasi lulusan kursus masih belum memenuhi standar industri, hal ini teridentifikasi pada saat peserta kursus mengikuti magang pada perusahaan-perusahaan mitra. Ketiga, belum terciptanya kemitraan antara lembaga kursus dan industri untuk menjembatani kesenjangan yang ada. Kemitraan yang terjalin pada saat ini belum mencapai suatu kondisi yang menguntungkan kedua belah pihak. Dimana pihak industri masih merasa terbebani dengan adanya kegiatan magang dari peserta kursus sehingga tidak semua peserta kursus dapat mengikuti kegiatan magang di perusahaan. Keempat, dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk memenuhi kompetensi yang ada. Kesadaran dan keinginan dari lembaga kursus untuk meningkatkan profesionalisme lembaganya masih terkendala dari segi hal pembiayaan yang cukup besar.

Dari beberapa permasalahan yang dipaparkan diatas, yang menjadi fokus kajian ialah keadaan lulusan kursus menjahit setelah mereka mengikuti program kursus. Tujuan utama ketika para lulusan mengikuti kegiatan kursus menjahit ialah untuk mendapatkan keahlian menjahit. Setelah mereka selesai mengikuti kegiatan kursus, dapat kita lihat apakah mereka kembali bekerja sebagai pekerja umum seperti buruh pabrik atau kah mereka menggunakan keahlian yang telah mereka peroleh dan merintis kegiatan wirausaha dari keahlian menjahit tersebut.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka kita dapat melihat lagi apakah lembaga kursus menjahit telah mempersiapkan lulusannya untuk memiliki jiwa wirausaha


(20)

6

dengan mengembangkan keahlian yang telah mereka dapat di lembaga kursus atau lembaga hanya menyediakan tempat dan fasilitas saja untuk kegiatan kursus tanpa ada mengarahan lebih lanjut ketika lulusan telah selesai mengikuti kegiatan kursus. Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tentang bagaimana lembaga kursus menjahit dalam mempersiapkan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat kita identifikasi beberapa hal yaitu :

1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang masih tinggi sehingga diperlukan peran lembaga kursus dalam menekan angka tersebut.

2. Lulusan kurang mampu mengarahkan kompetensi menjahit yang dimiliki setelah mengikuti kegiatan kursus menjahit pakaian

3. Kondisi lembaga kursus saat ini pada umumnya hanya memberikan pelatihan saja sedangkan ketika lulusan kursus telah selesai mengikuti kegiatan kursus mereka tidak mendapatkan arahan yang lebih lanjut dalam mengaplikasikan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan.

4. Peran lembaga kursus kurang memberikan arahan lebih lanjut kepada lulusan dalam menghadapi persaingan dunia kerja.

C. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu lembaga kursus menjahit yang ada di kota Cimahi yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati. Melihat dari pemaparan kondisi diatas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimanakah upaya pengelola lembaga kursus dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja ? Berdasarkan permasalahan tersebut, maka secara khusus permasalahan yang


(21)

7

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimanakah kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti kegiatan kursus?

2. Bagaimanakah lulusan mengimplementasikan kompetensi yang telah mereka peroleh dari kegiatan kursus?

3. Bagaimana upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja?

4. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang siap bekerja?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui upaya pengelola lembaga kursus menjahit menyiapkan lulusannya dalam memasuki lapangan kerja. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti kegiatan kursus.

2. Untuk mengetahui lulusan dalam mengimplementasikan kompetensi yang telah mereka peroleh dari kegiatan kursus.

3. Untuk mengetahui upaya pengelola LKP Cahaya Melati mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja.

4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang siap bekerja.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat secara praktisi a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang peran lembaga kursus menyiapkan lulusannya dalam menghadapi dunia kerja.


(22)

8

b. Bagi lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi lembaga penyelenggara kursus khususnya untuk menyiapkan lulusannya dalam menghadapi dunia kerja.

2. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep keilmuan lembaga kursus pada pendidikan nonformal khususnya peran lembaga untuk menyiapkan lulusannya dalam menghadapi dunia kerja.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan penelitian ini dibagi kedalam lima bab guna mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan penulisan, ke lima bab tersebut terdiri atas :

BAB I Pendahuluan, berisikan uraian-uraian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, merupakan konsep yang melandasi permasalahan penelitian dalam penelitian yang dilakukan.

BAB III Metode Penelitian, meliputi lokasi metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, analisis data penelitian, dan validitas data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan uraian-uraian hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi, berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan Rekomendasi bagi pihak-pihak terkait atau pembaca pada umumnya guna memberikan masukan.


(23)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LKP Cahaya Melati yang berlokasikan di JL.Warung Contong No.49 RT.02/09 Kota Cimahi. Lokasi ini dipilih karena LKP Cahaya Melati merupakan lembaga penyelenggara salah satu satuan dari pendidikan non-formal yang bergerak dibidang kursus, khususnya dibidang kursus menjahit.

2. Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2007:216). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangann tertentu, karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi sumber data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan. Sebagaimana yang ungkapkan oleh Faisal (Sugiyono, 2007:221), sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

b) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.


(24)

43

d) Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

e) Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek utama penelitian ialah satu orang pengelola lembaga, dua orang instruktur dan dua orang peserta didik guna memperkuat hasil data yang diperoleh dari subjek utama tersebut.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ialah rancangan peneliti dari awal hingga akhir penelitian, yaitu memberikan gambaran tentang tahap perancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis data hingga penulisan laporan penelitian. Menurut Moelong (2008:17) ada empat tahap yang harus dilaksanakan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap, peneliti melaksanakan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu ke LKP Cahaya Melati yang berlokasikan di JL.Warung Contong No.49 RT.02/09 Kota Cimahi. Hal ini dilaksanakan guna mendapatkan informasi dan gambaran mengenai pokok permasalahan yang di lokasi yang kemudian akan digunakan sebagai lokasi penelitian. Kemudian peneliti melakukan perizinan kepada pemilik lembaga dan menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya penelitian ini.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap kegiatan ini peneliti memilih dan menimbang data yang akan digunakan sebagai fokus kajian utama dalam masalah penelitian dan melakukan pemilihan narasumber serta metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa saja yang akan dijadikan sebagai subjek


(25)

44

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menentukan subjek untuk penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan, peneliti kemudian menyusun instrumen penelitian, lalu mengumpulkan data yang ada dilapangan, serta membuat kesimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Dalam tahap analisis data ini, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Tahap ini merupakan tahap penentuan karena dalam tahap inilah kita akan mencari hasil jawaban dari permasalahan penelitian yang telah kita laksanakan. Model penelitian yang digunakan dalam teknik analisis data ini ialah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode studi kasus merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data yang berkenaan dengan suatu kasus. Sesuatu hal yang dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan. Tetapi, bisa juga sesuatu hal dijadikan suatu kasus meskipun tidak ada masalah melainkan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilannya. Kegiatan analisis data ini diawali dengan mengumpulkan data dan informasi yang berasal dari hasil wawancara, observasi, pengamatan dan dokumen resmi. Lalu data yang telah diperoleh dan terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam pendekatan kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Dalam tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan dari semua tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan selama penelitian. Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data yang telah diperoleh selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan secara terus menerus selama proses kegiatan penelitian hingga data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Pengolahan data berupa laporan awal atas perbandingan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data terakhir dilakukan setelah data yang dikumpulkan lengkap dan terkumpul. Tahap penulisan laporan ialah tahap akhir dari penyusunan hasil penelitian. Setelah itu peneliti melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk


(26)

45

dujikan. Lalu laporan penelitian disajikan sesuai dengan outline yang berlaku di lingkungan Universitas.

C. Metode Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan mengkaji, secara teliti dalam suatu bidang ilmu dengan kaidah tertentu. Mengkaji merupakan suatu usaha untuk memperoleh dan menambah pengetahuan. Meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan kepemahaman seseorang akan sesuatu hal. Dalam suatu penelitian juga terdapat kegiatan penyelidikan, yaitu mencari fakta-fakta secara teliti teratur untuk menjawab suatu pertanyaan untuk menjelaskan suatu fenomena.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh dan menghasilkan gambaran dan objek yang di teliti secara utuh seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor (Basrowi dan Suwandi, 2008:21) bahwa :

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi kasus (case study) yang merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data yang berkenaan dengan suatu kasus. Sesuatu hal yang dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan. Tetapi, bisa juga sesuatu hal dijadikan suatu kasus meskipun tidak ada masalah melainkan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilannya. Kelebihan dari metode studi kasus ialah peneliti dapat mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Hal ini merujuk kepada pernyataan yang di ungkap kan oleh Arikunto (2006:142) ialah :


(27)

46

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitiannya penelitian kasus lebih mendalam.

Berkaitan dengan pernyataan diatas, alasan penulis menggunakan metode studi kasus ialah :

1. Peneliti menggunakan metode studi kasus bermaksud mempelajari secara intensif, tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.

2. Metode ini dirasakan sangat tepat dan sesuai dengan permaslaahan yang di pelajari dan ada kaitannya dengan situasi dan kondisi pada saat ini.

3. Untuk memahami relasi antar peserta didik dengan lembaga serta berusaha menemukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lembaga dalam melaksanakan programnya.

4. Dalam penelitian ini penulis tidak hanya mengumpulkan data dan menggambarkan kegiatan yang sedang berlangsung tetapi meliputi analisa, penafsiran, dan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Oleh karena itu, pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus sesuai digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian. Dengan begitu, penulis dapat mendeskripsikan atau menggambarkan secara mendalam tentang kompetensi yang diperoleh lulusan, implementasi kompetensi yang diperoleh lulusan, upaya pengelola dalam mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja serta menguraikan faktor pendukung dan penghambat pengelola dalam mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja yang dilakukan oleh LKP Cahaya Melati di Kota Cimahi.


(28)

47

D. Definisi Operasional

Berikut ini ialah kajian definidi operasional yang berdasarkan pada kamus besar bahasa Indonesia, yaitu :

1. Upaya : Upaya ialah usaha/ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memcahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb. Upaya dalam kajian ini ialah usaha yang dilakukan pengelola lembaga kursus menjahit guna mencapai suatu tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang mumpuni di bidang menjahit pakaian.

2. Pengelola : Berasal dari kata kelola yang memiliki makna mengendalikan, menyelenggarakan dan pengelola ialah orang yang mengelola. Pengelola dalam kajian ini memiliki pengertian ialah orang yang menyelenggarakan suatu kegiatan yaitu berupa kegiatan kursus menjahit.

3. Lembaga : Lembaga ialah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga disini berarti sebuah badan atau organisasi yang melaksanakan kegiatan kursus menjahit. 4. Kursus : Kursus ialah pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan

yang diberikan dalam waktu singkat. Kursus dalam kajian ini bermakna mempelajari kegiatan menjahit.

5. Menjahit : Berasal dari kata jahit yang memiliki arti menyambung kain dengan jarum dan benang. Menjahit memiliki makna melekatkan (menyambung) kain dengan jarum dan benang. Menjahit dalam kajian ini bermakna kegiatan membuat pakaian.

6. Lulusan : Berasal dari kata lulus yang berarti berhasil. Lulusan memiliki makna orang yang sudah lulus dari ujian. Dalam kajian ini lulusan memiliki arti orang yang telah selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit.

7. Lapangan Kerja : Lapangan kerja memiliki makna suatu bidang kegiatan atau kerja. Dalam kajian ini lapangan kerja berarti suatu bidang kerja yang berkaitan


(29)

48

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono

(2007:223) “the reseacher is the key instrumen”. Peneliti adalah merupakan

instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Maksud dari pernyataan tersebut ialah dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui obervasi dan wawancara. Selaras dengan itu, Moelong (2008:16) mengungkapkan bahwa :

Kedudukan peneliti dalam peneltian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.

Jadi dalam melakukan penelitian, peneliti berperan langsung dalam interaksi dengan sumber data (sumber informasi) dalam suatu wawancara bebas, mengamati situasi sosial dan kegiatan lembaga yang sedang berlangsung.

Dengan menggunakan langkah diatas, diharapkan data yang telah terkumpul akan mempunyai tingkat kepercayaan dan tingkat adaptibillitas yang tinggi yang meyakinkan peneliti, sehingga hasil penelitian yang diperoleh akan memenuhi persyaratan penelitian kualitatif.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Menurut Sugiyono (2007:224) teknik pengumpulan data data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam memperoleh data ialah sebagai berikut ;


(30)

49

1. Observasi

Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2007:226) adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Marshall (Sugiyono, 2007:226) mengungkapkan melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi objek penelitian, dan mengamati secara langsung lokasi lembaga kursus menjahit, sarana kursus menjahit serta pelaksanaan kegiatan kursus menjahit oleh pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk menemukan permasalahan. Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono, 2007:231) adalah merupakan pertemuan dua orang untuk menukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang menjadi sumber informasi utama penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan guna memperoleh data tentang kompetensi yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kursus menjahit, implementasi kompetensi yang telah peserta didik peroleh dari kursus menjahit, upaya pengelola lembaga dalam mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja serta faktor pendukung dan penghambat dalam mempersiapkan lulusan yang siap bekerja pada program kursus menjahit yang dilaksanakan oleh LKP Cahaya Melati.


(31)

50

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2007:240) studi dokumentasi ialah pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi dapat berbentuk gambar, seperti foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Teknik dokumentasi ini digunakan agar hasil penelitian yang diperoleh menjadi lebih kredibel/dapat dipercaya melalui berbagai dokumen yang bisa dipertanggungjawabakan selama peneliti berada dilapangan. Sasaran dari studi dokumentasi ini ialah dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan kursus menjahit.

4. Triangulasi Data

Menurut Sugiyono (2007:241) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan dana dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan obervasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2007:241).

G. Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2007:244) menyatakan analisis data kualitatif ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis dilakukan dengan


(32)

51

mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang pentinf dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut Sugiyono (2007:247-252) untuk mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian menggunakan beberapa langkah, yaitu :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikiandata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:249) menyatakan “ the most frequent form of display data for quallitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing / Verivication (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:252) ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara. Dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan awal, didukung oleh


(33)

52

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berapa di lapangan.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dari uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu :”Upaya Pengelola Lembaga Kursus Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja”.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab IV, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Kompetensi Yang Diperoleh Lulusan LKP Cahaya Melati Setelah Mengikuti Kegiatan Kursus Menjahit.

Kompetensi yang diperoleh lulusan LKP Cahaya Melati setelah mengikuti kegiatan kursus menjahit ialah tercapainya pengetahuan menjahit yang diperoleh lulusan berupa alasan kritis lulusan dalam mengikuti program kursus menjahit, kapabilitas strategik dan pengetahuan bisnis yang diperoleh lulusan dalam mengikuti program kursus menjahit. Untuk aspek keterampilan menjahit, lulusan telah memiliki keterampilan menjahit yang mencakup fleksibilitas dalam menjahit pakaian, menggunakan keterampilan menjahitnya sesuai dengan berkepentingan dengan efektivitas kegiatan yang akan dilaksanakan, dan lulusan pun memiliki pengaruh yang baik dalam pengembangkan usaha menjahit pakaian di lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada aspek sikap dan perilaku lulusan, lulusan kurang bisa memotivasi lingkungan masyarakat sekitarnya untuk mengikuti program kursus menjahit seperti yang lulusan lakukan sebelumnya. Namun disamping itu dalam hal membawa serta orang dengan berkepentingan dengan hasil, lulusan tidak terlalu kesulitan dalam menyesuaikan keterampilan menjahit yang ia peroleh dengan pekerjaan yang akan mereka jalani. Dan dalam hal membawa serta orang dengan pengaruh, pengaruh yang diberikan lulusan untuk lingkungan masyarakat


(35)

140

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pakaian serta adanya sedikit lahan pekerjaan baru yaitu membantu lulusan dalam menjahit pakaian meskipun hal ini sifatnya hanya sementara.

2. Implementasi Kompetensi Menjahit Oleh Lulusan

Implementasi kompetensi menjahit yang dilakukan oleh lulusan dalam aspek perubahan taraf hidup ialah lulusan memiliki pekerjaan berupa usaha online shop pakaian dan usaha berbisnis memaklon pakaian dengan perusahaan yang bergerak dibidang industri menjahit pakaian yang pada akhirnya lulusan pun memperoleh pendapatan dalam menjalani usaha tersebut. Selain itu, untuk pendidikan lebih lanjut yang diperoleh lulusan ialah berupa penambahan ilmu pengetahuan berupa peroleh keterampilan menjahit yang dimiliki oleh lulusan serta penampilan sehari-hari lulusan yang menjadi memiliki kegiatan dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-harinya berupa memiliki usaha menjahit pakaian yang mereka kelola sendiri.

Dalam aspek berbagi ilmu pengetahuan,diketahui bahwa pada umumnya lulusan belum terlalu memikirkan atau membutuhkan rekan kerja dalam melakukan kegiatan usaha menjahit yang mereka kelola. Untuk saat ini mereka masih merasa sanggup untuk melakukan kegiatan usaha menjahit dengan hanya dikelola oleh mereka sendiri. Pada aspek partisipasi dalam pembangunan, dapat disimpulkan lulusan memberikan partisipasi kepada lingkungan msayarakat sekitarnya berupa menyediakan jasa menjahit pakaian dan berbagi sedikit lahan pekerjaan untuk masyarakat sekitar meskipun sifatnya hanya sementara.

3. Upaya Pengelola LKP Cahaya Melati Dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Lapangan Kerja.

Upaya pengelola LKP Cahaya Melati dalam mempersiapkan lulusan memasuki lapangan kerja dalam aspek perencanaan, pengelola melakukan identifikasi kebutuhan dengan menyesuaikan kembali kurikulum yang diberikan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dengan metoda pengajaran yang dilaksanakan dilembaga serta melakukan observasi dan penyesuaian dengan apa yang dibutuhkan oleh lingkungan pasar dalam hal kegiatan usaha menjahit pakaian. Dalam hal indentifikasi terhadap lulusan, lembaga pun melakukan


(36)

141

observasi berupa wawancara guna mengetahui alasan dan tujuan lulusan dalam mengikuti kegiatan kursus menjahit sehingga lembaga dapat menentukan bagaimana program kursus menjahit yang sesuai untuk diikuti oleh lulusan. Untuk penyusunan program kegiatan kursus menjahit, lembaga memiliki dua tujuan utama yaitu yaitu untuk mencapai kemandirian lulusan dan mempersiapkan lulusan memasuki lapangan kerja.

Pada aspek pengorganisasian diketahui bahwa dalam pemerincian pekerjaan, program kerja yang akan dilaksanakan mengacu kepada kurikulum utama yang diperoleh dari Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan dan disesuaikan kembali dengan metoda pengajaran yang digunakan dilembaga. Dalam pembagian pekerjaan, lembaga membagi tugas kerja berdasarkan hasil penyesuaian dari kurikulum yang diberikan dengan metoda pengajaran di lembaga yang kemudian dijabarkan kembali sesuai tugas masing-masing anggota di lembaga. Untuk penyatuan pekerjaan, hal ini dilaksanakan jika ada program kerja yang diselesaikan secara gotong royong, kami mengusahakan diselsesaikan bersama guna memperoleh hasil yang memuaskan dan maksimal. Dalam melaksanakan koordinasi pekerjaan, hal ini dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik antar anggota sehingga anggota saling terbuka akan kesulitan yang sedang di hadapi dalam melaksanakan program kegiatan kursus menjahit sehingga dapat diselesaikan bersama-sama. Dan untuk monitoring dan reorganisasi, lembaga melakukan pemantauan langsung ketika kegiatan kursus menjahit sedang dilaksanakan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan dijadikan bahan masukan guna memperbaiki pelaksanaan kegiatan kursus menjahit yang akan dilaksanakan selanjutnya kearah yang lebih baik.

Dalam aspek pelaksanaan diketahui bahwa untuk penggerakkan yang dilakukan pengeloladalam melaksanakan kegiatan kursus menjahit, lembaga memberikan motivasi kepada lulusan yang dilakukan dengan pendekatan kekeluargaan dengan mengetahui apa yang menjadi tujuan lulusan setelah selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit yang dilaksanakan. Untuk proses pembinaan yang pengelola lakukan terhadap lulusan yang sedang mengikuti kegiatan kursus


(37)

142

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilaksanakan. Melihat kembali bagaimana pengajaran yang dilakukan oleh instruktur dan melihat bagaimana lulusan merespon dan mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga pengelola bisa melakukan evaluasi atau membantu melakukan penyesuaian kebutuhan proses pembelajaran yang sesuai.

Aspek evaluasi yang dilakukan lembaga, pengelola menilai hasil pembelajaran yang diperoleh lulusan setelah mengikuti kegiatan kursus menjahit dengan melakukan pendekatan berupa wawancara secara tidak langsung guna memperoleh informasi tentang pengetahuan menjahit yang lulusan dapatkan selama mengikuti proses pembelajaran bahwa hasil pembelajaran yang didapat kan oleh lulusan itu berjalan lancar atau tidak. Untuk menilai hasil pelaksanaan kursus menjahit yang telah dilaksanakan ialah seberapa lama lulusan mencapai dan menyelesaikan kegiatan kursus yang dilaksanakan karena lembaga dalam melaksanakan kegiatan kursus menjahit tidak pernah mematok jangka waktu untuk mencapai keterampilan menjahit pakaian yang diinginkan. Dalam hal menilai penerapan hasil kursus yang dilakukan oleh lulusan, pihak pengelola lembaga meninjau kembali alasan dan motif utama pada awal lulusan mengikuti kegiatan kursus menjahit apakah hal tersebut lulusan terapkan atau lulusan menjadi mempunyai tujuan kegiatan lain sehingga tujuan awalnya tergantikan.

4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Lapangan Kerja

Faktor pendukung dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :

1) Lembaga memiliki metode pengajaran yang lebih menekankan kepada kompetensi keterampilan menjahit yang akan diperoleh lulusan ketika mereka selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit.

2) Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, lembaga menggunakan pendekatan secara kekeluargaan guna memudahkan proses pembelajaran kepada lulusan.


(38)

143

3) Lembaga melakukan identifikasi kebutuhan pasar dalam memberikan materi pengajaran sehingga ketika lulusan selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit tidak kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan pangsa pasar yang ada. 4) Lembaga selalu berusaha melengkapi dan menyesuaikan kelengkapan

menjahit pakaian yang sesuai dengan perkembangan jaman guna mempermudah lulusan dalam memperoleh dan menyesuaikan keterampilan menjahit yang mereka miliki dalam kegiatan kerja mereka.

5) Lembaga memiliki dua program utama yaitu program kursus menjahit untuk mencapai kemandirian lulusan dan program kursus menjahit untuk mempersiapkan lulusan memasuki lapangan kerja.

Faktor penghambat dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :

1) Jika ada perkembangan teknologi peralatan menjahit yang baru tetapi lembaga belum bisa untuk menyiapkannya sehingga bisa menghambat lulusan dalam memperoleh materi dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Segi pembiayaan karena lembaga tidak hanya mengandalnya bantuan

pemerintah yang masuk tapi lembaga juga berupaya secara mandiri mencari sumber dana guna menunjang kelangsungan kegiatan pembelajaran kursus menjahit yang dilaksanakan.

3) Ketika pengelola melakukan identifikasi kebutuhan pasar guna diterapkan dalam materi pembelajaran yang tiap waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sehingga pengelola harus jeli mengamatinya.

4) Menghadapi perilaku lulusan yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Ada lulusan yang cepat tanggap dan banyak pula lulusan yang harus dibimbing secara perlahan.

5) Tantangan yang datang dari lulusan yang ketika mereka membuka usaha dan memiliki berbagai kendala, mereka kembali ke lembaga guna mendiskusikan bersama untuk memperoleh jalan keluar yang terbaik.


(39)

144

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk pihak yang terkait diantaranta sebagai berikut :

1. Lulusan

Lulusan ialah orang yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dari suatu institusi atau organisasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lulusan ketika mereka mengikuti kegiatan kursus menjahit pada umumnya hanya berorientasi untuk memperoleh keterampilan menjahit yang akan mereka gunakan sebagai bekal ilmu pengetahuan mencari kerja. Diharapkan, ketika lulusan akan mengikuti kegiatan kursus menjahit dan setelah mereka memperoleh keterampilan menjahit pakaian yang mumpuni, lulusan dapat mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dengan membuka usaha menjahit pakaian sendiri sehingga lulusan tidak bergantung kepada orang lain tetapi justru memiliki usaha sendiri yang bahkan usahanya tersebut bisa memberdayakan masyarakat sekitarnya.

2. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati

Diharapkan pihak lembaga bisa menambah tenaga ahli dalam menjalankan organisasi lembaga sehingga lembaga lebih mudah untuk melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan lembaga. Melihat keadaan program yang sudah lembaga susun dapat dinilai sangat bagus, sangat sayang sekali jika sumber daya manusia yang mengelola program tersebut hanya sedikit sehingga potensi mengembangkan kegiatan program menjahit menjadi lebih berkompeten tidak sesuai dengan keadaan SDM yang mendukungnya.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang hal apapun yang bisa diperoleh mengenai upaya lembaga kursus dalam menjalankan programnya. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu menggali dan mengkaji mengenai berbagai upaya pengelola lembaga kursus yang mereka lakukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas lembaga dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berguna bagi kehidupannya dan lingkungan masyarakat sekitarnya.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (1993) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : Gramedia.

Dirjen PLSP. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta : Dirjen PLS.

Ennis, Robert H. (1962). A Concept Of Critical Thingking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1).

Fattah, N. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : Pustaka CIDESINDO.

Kartasasmita, R. (1985). Pedoman Penyelenggara Kursus dan Latihan. Bandung : PLS IKIP.

Moelong, LJ. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ndraha, T. (1990). Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta

Prawirosentono, S. (2007). Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : Bumi Aksara. Saepudin, A. (2009). Manajemen Kemitraan Sekolah dengan Masyarakat (Telaah

Konsep, Strategi dan Aplikasi). Bandung : Sarana Panca Karya Nusa.

Sardiman, A.M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo.


(41)

146

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asas. Bandung : Falah Production.

Sudjana, D. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional : Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Sumber Non Buku :

Artasasmita, Roni. (1985). Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP Bandung.

Ditjen PAUDNI. (2011). Petunjuk Teknis Program Kursus Keterampilan Kreatif. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Widaningsih. (2006). Study Deskriptif Tentang Pengelolaan Program Life Skills Keterampilan Menjahit di PKBM Juwita Desa Buah Kapas Kecamatan Sindang Wangi Kabupaten Majalengka. Skripsi UPI.

Shantini, Yanti. (2010). Model Pembelajaran Mandiri Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan Kemandirian Peserta Kursus (Studi di LKP Pelita Massa jawa Barat). Disertasi UPI.

Sumber Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah :

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Non Formal. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta :


(42)

147

Sumber Lain :

Ayu Mentari. (2012). Pengetahuan Bisnis. Avaliable in : http://ayunimentariq. blogspot.com/2012/07/pengetahuan-bisnis.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013

Yosi Abdian Tindaon. (2012). Pengertian Pengaruh. Avaliable in : http://yosi abdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengertian-pengaruh.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Pengertian Kemampuan Strategi. Avaliable in : http//www.tp.ac.id/tag/pengertian-kemampuan-strategi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013


(1)

142

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilaksanakan. Melihat kembali bagaimana pengajaran yang dilakukan oleh instruktur dan melihat bagaimana lulusan merespon dan mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga pengelola bisa melakukan evaluasi atau membantu melakukan penyesuaian kebutuhan proses pembelajaran yang sesuai.

Aspek evaluasi yang dilakukan lembaga, pengelola menilai hasil pembelajaran yang diperoleh lulusan setelah mengikuti kegiatan kursus menjahit dengan melakukan pendekatan berupa wawancara secara tidak langsung guna memperoleh informasi tentang pengetahuan menjahit yang lulusan dapatkan selama mengikuti proses pembelajaran bahwa hasil pembelajaran yang didapat kan oleh lulusan itu berjalan lancar atau tidak. Untuk menilai hasil pelaksanaan kursus menjahit yang telah dilaksanakan ialah seberapa lama lulusan mencapai dan menyelesaikan kegiatan kursus yang dilaksanakan karena lembaga dalam melaksanakan kegiatan kursus menjahit tidak pernah mematok jangka waktu untuk mencapai keterampilan menjahit pakaian yang diinginkan. Dalam hal menilai penerapan hasil kursus yang dilakukan oleh lulusan, pihak pengelola lembaga meninjau kembali alasan dan motif utama pada awal lulusan mengikuti kegiatan kursus menjahit apakah hal tersebut lulusan terapkan atau lulusan menjadi mempunyai tujuan kegiatan lain sehingga tujuan awalnya tergantikan.

4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Mempersiapkan

Lulusan Memasuki Lapangan Kerja

Faktor pendukung dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :

1) Lembaga memiliki metode pengajaran yang lebih menekankan kepada kompetensi keterampilan menjahit yang akan diperoleh lulusan ketika mereka selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit.

2) Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, lembaga menggunakan pendekatan secara kekeluargaan guna memudahkan proses pembelajaran kepada lulusan.


(2)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Lembaga melakukan identifikasi kebutuhan pasar dalam memberikan materi pengajaran sehingga ketika lulusan selesai mengikuti kegiatan kursus menjahit tidak kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan pangsa pasar yang ada. 4) Lembaga selalu berusaha melengkapi dan menyesuaikan kelengkapan

menjahit pakaian yang sesuai dengan perkembangan jaman guna mempermudah lulusan dalam memperoleh dan menyesuaikan keterampilan menjahit yang mereka miliki dalam kegiatan kerja mereka.

5) Lembaga memiliki dua program utama yaitu program kursus menjahit untuk mencapai kemandirian lulusan dan program kursus menjahit untuk mempersiapkan lulusan memasuki lapangan kerja.

Faktor penghambat dalam upaya pengelola lembaga kursus mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja ialah :

1) Jika ada perkembangan teknologi peralatan menjahit yang baru tetapi lembaga belum bisa untuk menyiapkannya sehingga bisa menghambat lulusan dalam memperoleh materi dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Segi pembiayaan karena lembaga tidak hanya mengandalnya bantuan

pemerintah yang masuk tapi lembaga juga berupaya secara mandiri mencari sumber dana guna menunjang kelangsungan kegiatan pembelajaran kursus menjahit yang dilaksanakan.

3) Ketika pengelola melakukan identifikasi kebutuhan pasar guna diterapkan dalam materi pembelajaran yang tiap waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sehingga pengelola harus jeli mengamatinya.

4) Menghadapi perilaku lulusan yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Ada lulusan yang cepat tanggap dan banyak pula lulusan yang harus dibimbing secara perlahan.

5) Tantangan yang datang dari lulusan yang ketika mereka membuka usaha dan memiliki berbagai kendala, mereka kembali ke lembaga guna mendiskusikan bersama untuk memperoleh jalan keluar yang terbaik.


(3)

144

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diajukan rekomendasi untuk pihak yang terkait diantaranta sebagai berikut :

1. Lulusan

Lulusan ialah orang yang telah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dari suatu institusi atau organisasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lulusan ketika mereka mengikuti kegiatan kursus menjahit pada umumnya hanya berorientasi untuk memperoleh keterampilan menjahit yang akan mereka gunakan sebagai bekal ilmu pengetahuan mencari kerja. Diharapkan, ketika lulusan akan mengikuti kegiatan kursus menjahit dan setelah mereka memperoleh keterampilan menjahit pakaian yang mumpuni, lulusan dapat mengembangkan keterampilan yang mereka miliki dengan membuka usaha menjahit pakaian sendiri sehingga lulusan tidak bergantung kepada orang lain tetapi justru memiliki usaha sendiri yang bahkan usahanya tersebut bisa memberdayakan masyarakat sekitarnya.

2. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Cahaya Melati

Diharapkan pihak lembaga bisa menambah tenaga ahli dalam menjalankan organisasi lembaga sehingga lembaga lebih mudah untuk melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan lembaga. Melihat keadaan program yang sudah lembaga susun dapat dinilai sangat bagus, sangat sayang sekali jika sumber daya manusia yang mengelola program tersebut hanya sedikit sehingga potensi mengembangkan kegiatan program menjahit menjadi lebih berkompeten tidak sesuai dengan keadaan SDM yang mendukungnya.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang hal apapun yang bisa diperoleh mengenai upaya lembaga kursus dalam menjalankan programnya. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu menggali dan mengkaji mengenai berbagai upaya pengelola lembaga kursus yang mereka lakukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas lembaga dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berguna bagi kehidupannya dan lingkungan masyarakat sekitarnya.


(4)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (1993) Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : Gramedia.

Dirjen PLSP. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta : Dirjen PLS.

Ennis, Robert H. (1962). A Concept Of Critical Thingking. Harvard Educational Review, Vol 32 (1).

Fattah, N. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Kartasasmita, G. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : Pustaka CIDESINDO.

Kartasasmita, R. (1985). Pedoman Penyelenggara Kursus dan Latihan. Bandung : PLS IKIP.

Moelong, LJ. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ndraha, T. (1990). Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Rineka Cipta

Prawirosentono, S. (2007). Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : Bumi Aksara. Saepudin, A. (2009). Manajemen Kemitraan Sekolah dengan Masyarakat (Telaah

Konsep, Strategi dan Aplikasi). Bandung : Sarana Panca Karya Nusa.

Sardiman, A.M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Grafindo.

Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia . Bandung : Falah Production.


(5)

146

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, D. (2004). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung dan Asas. Bandung : Falah Production.

Sudjana, D. (2007). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional : Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Sumber Non Buku :

Artasasmita, Roni. (1985). Pedoman Merancang Sistem Kursus dan Latihan. Bandung : Jurusan Pendidikan Luar Sekolah IKIP Bandung.

Ditjen PAUDNI. (2011). Petunjuk Teknis Program Kursus Keterampilan Kreatif. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Widaningsih. (2006). Study Deskriptif Tentang Pengelolaan Program Life Skills Keterampilan Menjahit di PKBM Juwita Desa Buah Kapas Kecamatan Sindang Wangi Kabupaten Majalengka. Skripsi UPI.

Shantini, Yanti. (2010). Model Pembelajaran Mandiri Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan Kemandirian Peserta Kursus (Studi di LKP Pelita Massa jawa Barat). Disertasi UPI.

Sumber Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah :

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Non Formal. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta :


(6)

Ria Banowati, 2014

Upaya Pengelola Lembaga Kursus Menjahit Dalam Mempersiapkan Lulusannya Memasuki Lapangan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber Lain :

Ayu Mentari. (2012). Pengetahuan Bisnis. Avaliable in : http://ayunimentariq. blogspot.com/2012/07/pengetahuan-bisnis.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013

Yosi Abdian Tindaon. (2012). Pengertian Pengaruh. Avaliable in : http://yosi abdiantindaon.blogspot.com/2012/11/pengertian-pengaruh.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013

Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Pengertian Kemampuan Strategi. Avaliable in : http//www.tp.ac.id/tag/pengertian-kemampuan-strategi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013