Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya sastra dapat
ternuansakan suasana kejiwaan pengarang baik secara pikir maupun suasana rasa yang ditangkap
dari gejala kejiwaan para tokoh dalam karya sastra tersebut. Seorang pengarang tidak hanya
ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya, melainkan secara emplisit ia juga mendorong,
mempengaruhi pembaca agar ikut memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide
yang diungkapkan dalam karyanya melalui tokoh yang dihadirkan.
Karya

sastra

dapat

berupa


novel,

puisi,

cerpen,

dan

bermacam-macam

kesusastraan daerah lainnya. Hakikat karya sastra adalah karya sastra mempunyai misi tertentu
yang menyangkut persoalan hidup dan kehidupan manusia. Demikian juga novel menceritakan
kehidupan yang terjadi dalam masyarakat seperti masalah sosial yang tercakup di dalamnya
masalah agama, adat istiadat, pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain.
Memahami fenomena-fenomena kejiwaan dalam karya sastra dapat dilihat dari sifat atau
karakter tokoh. Sifat tersebut akan mengarahkan pada suatu kepribadian tokoh yang dibentuk
oleh pengarang dalam menyampaikan ide cerita. Pembaca akan mengetahui gambaran
kepribadian dan falsafah hidup tokohnya melalui karakter (sifat) yang ada. Karakter yang
berbeda-beda dari setiap tokoh itulah yang akan mempengaruhi jalan ceritanya.
Menilai kepribadian dapat dilakukan dengan melihat apa yang dikatakan dan apa yang

dilakukan oleh tokoh dalam karya sastra. Kepribadian tokoh cerita fiksi dapat muncul dari
sejumlah peristiwa dan bagaimana reaksi tokoh tersebut pada peristiwa yang dihadapinya.

Ilmu psikologi dipakai untuk mempelajari kepribadian manusia, maka ilmu psikologi
juga dapat diterapkan pada tokoh rekaan atau imajinasi dalam suatu karya sastra untuk
mempelajari kepribadian tokoh dalam karya sastra, yang disebut psikologi sastra. Menurut
Sangidu (2004:30), psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalahmasalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang
diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra.
Menganalisis kepribadian tokoh dalam karya sastra harus berdasarkan teori dan hukumhukum psikologi yang menjelaskan kepribadian manusia. Cabang psikologi yang dapat
digunakan untuk mengkaji kepribadian manusia adalah psikologi kepribadian. Kepribadian
dimaksudkan untuk menggambarkan watak atau pribadi seseorang.
Kajian psikologi kepribadian yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian sebuah
karya sastra salah satunya adalah psikoanalisis. Psikoanalitis yang diterapkan dalam karya
sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra.
Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam kepribadian tokoh.
Pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Menurut Jung seseorang
terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Dari kedua alam ini dapat
dilihat kepribadian seseorang. Jung mengklasifikasikan pribadi manusia berdasarkan fungsi
jiwanya terdiri dari: tipe pemikir (thinking), tipe perasa (feeling), tipe intuitif (intuiting), dan tipe
pengindraan (sensing). Berdasarkan sikap jiwanya, pribadi manusia dibagi menjadi tipe

ekstrovert (terbuka), tipe introvert (tertutup), dan bivert (Suryabrata, 1982:160).
Antara kesadaran dan ketidaksadaran menurut Jung sama pentingnya dalam menentukan
kepribadian seseorang. Kehidupan alam kesadaran dan alam ketidaksadaran sangat berlawanan.
Misalnya jika seseorang yang kesadarannya bertipe pemikir maka ketidaksadarannya bertipe

perasa. Orang yang kesadarannya ekstrovert maka ketidaksadarannya introvert, dan begitu
selanjutnya. Berdasarkan tipe-tipe yang diklasifikasikan oleh Jung akan dapat ditentukan
kepribadian seseorang.
Novel Mendayung Impian (MI) karya Reyhan M. Abdurrohman merupakan novel yang
terbit pada tahun 2014. Novel ini mengisahkan seorang tokoh utama yang bernama Tevano yang
ingin mewujudkan impian atau cita-citanyanya sejak kecil menjadi seorang guru. Tevano
mendapat rintangan dari ayahnya sendiri yang melarangnya menjadi seorang guru. Ayahnya
lebih menginginkannya menjadi penerusnya

pengelola perusahaan. Ayahnya menyuruhnya

untuk kuliah akutansi di Prancis walaupun tidak pernah disukainya. Setelah menyelesaikan
sarjananya dari Prancis, Tevano pulang ke tanah air. Ayahnya kembali memaksa dia kembali ke
luar negeri meneruskan kuliahnya ke jenjang pascasarjana di Jerman. Akan tetapi dia menolak
dan


lebih memilih mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru dan mengabdi pada

masyarakat. Tevano akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah tanpa permisi
dan pergi ke pedalaman Kalimantan Barat yaitu di desa Meliau. Dia memilih menjadi guru di SD
Mini Penggerak dan membantu anak-anak yang ada di sana meraih impian.
Penulis memilih novel ini karena, novel ini merupakan sebuah novel yang inspiratif.
Novel ini menceritakan perjuangan seseorang tokoh utama yang ingin memperjuangkan citacitanya yang sangat mulia. Sehingga penulis ingin mendeskripsikan kepribadian tokoh tersebut
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh tersebut.Tevano merupakan pribadi
yang rasional perasa, orang yang banyak menggunakan perasaan dalam melakukan sesuatu.
Tevano berani mengambil keputusan dan menyakini apa yang diputuskannya telah benar tampak
dari perilakunya, ia merasa yakin bahwa keputusannya menolak permintaan ayahnya untuk
melanjut

kuliah S2 di luar negeri benar dan ia lebih memilih

menjadi seorang guru di

pedalaman dan optimis dapat mewujudkan mimpi (cita-citanya). Tevano juga bertipe
kepribadian ekstrovert yakni terbuka dengan orang lain dan peduli terhadap orang lain. Dia

peduli peduli orang lain, yakni dari perilakunya yang ingin membantu anak-anak di SD Mini
Penggerak untuk meraih mimpi anak-anak yang berada di sana. Kepribadian Tevano dipengaruhi
pengalaman masa lalunya, baik berupa faktor dari dalam pribadinya sendiri dan faktor yang
berasal dari luar dirinya (faktor lingkungan).
Dalam mengetahui kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian, penulis
akan membahasnya lebih mendalam dalam bab-bab selanjutnya. Penelitian ini juga meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh dari pengalaman masa lalunya, baik pribadi
maupun pengalaman kehidupannya. Pengkajian yang dilakukan oleh penulis dalam mengkaji
novel tersebut dengan teori tertentu agar sesuai.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai

berikut yaitu:
1. Bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya
Reyhan M. Abdurrohman?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dalam novel
Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman?


1.3

Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mencapai tujuan dengan baik maka diperlukan batasan

masalah. Peneliti membatasi masalah dengan menekankan hanya pada pengungkapan

kepribadian tokoh utama, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama
dengan menerapkan teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalitis Carl Gustav
Jung.

1.4

Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan Penelitian
1.

Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian
karya Reyhan M. Abdurrohman?


2.

Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M.
Abdurrohman?

1.4.2

Manfaat
Diharapkan penelitian ini memberi manfaat:
1.4.2.1 Manfaat Teoretis
1. Penelitian ini dapat memperluas bidang kajian sastra yakni tentang
kepribadian tokoh melalui pendekatan psikologi sastra.
2. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
mengetahui

mengenai

pendekatan


psikologi

menggunakan psikoanalitis Carl Gustav Jung.

sastra

dengan

1.4.2.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat memperluas apresiasi pembaca terhadap
studi psikologi sastra.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penilitian
psikologi sastra berikutnya.