Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

(1)

Lampiran I: Sinopsis

MENDAYUNG IMPIAN

Novel ini menceritakan kisah tentang seorang pemuda bernama Tevano Aliandra Putra yang sejak kecil bermimpi menjadi guru. Akan tetapi, hambatan Vano (panggilan Tevano) justru datang dari ayahnya tidak senang jika Vano menjadi guru. Alasannya adalah gaji guru yang kecil. Ayahnya yang seorang pengusaha sukses, pemilik pabrik rokok dan pabrik peralatan elektronik ternama, menginginkan Vano akan meneruskan usaha keluarga.

Saat sekolah kelas menengah, Vano dipaksa untuk mengambil jurusan akuntansi di SMK terbaik di kotanya. Setelah lulus sarjana dari jurusan business management di Paris, ayahnya meminta Vano untuk melanjutkan S2 di Jerman. Mengikuti kehendak orang tua yang bertolak belakang dengan impiannya, membuat Vano menolak permintaan ayahnya.

Vano merencanakan untuk pergi dari rumah ke sebuah pedalaman di tengah hutan Kalimantan Barat bernama Kampung Meliau. Vano sempat dihantui kebimbangan, di satu sisi, ia ingin mewujudkan mimpi masa kecilnya. Di sisi lain, ia tidak ingin membuat ibunya khawatir akan keberadaannya. Tapi, semangat mengajar, perjuangan memberantas kebodohan, dan dasar cinta yang membuatnya kuat.

Vano secara diam-diam berngakat ke pedalaman Kalinmantan Barat yaitu ke desa Meliau. Desa Meliau tidak ada listrik. Situasi yang jauh berbeda dengan kehidupan Vano bersama orang tuanya. Vano harus membiasakan diri tinggal di lingkungan yang memiliki banyak keterbatasan. Tetapi, hanya di tempat terpencil itulah, ia bisa bersembunyi, sekaligus mulai merengkuh apa yang telah dicita-citakan. Vano merahasiakan identitasnya dan memperkenalkan diri sebagai Topan.


(2)

Selama di Meliau, Vano tinggal di rumah Apai (bapak) Sahat, yang dianggap Vano sebagai sosok ayah yang ideal. Apai Sahat juga yang membantu Vano bisa mengajar di SD Mini Penggerak. Vano terkejut saat pertama kali melihat SD yang hanya beratapkan seng yang sudah berkarat. Setiap kelas hanya memiliki tiga sampai empat murid. Melihat semangat murid-murid yang harus berangkat sekolah menggunakan perahu dayung dan melewati hutan. Meskipun honor yang akan diterima sangat kecil, tetapi Vano tidak mempermasalahkannya. Sekolah itu hanya ada dua orang guru, seorang kepala sekolah yang bernama Inai (ibu) Atin dan dibantu oleh perempuan muda asli Meliau bernama Lestari. Cara mengajar Vano yang tidak biasa, membuat Lestari tidak suka dengan kehadiran Vano. Lestari menganggap Vano hanya bermain-main dan tidak serius dalam mengajar. Tetapi Vano memiliki pandangan lain.

Ketika sekolah tersebut mendapat undangan lomba baca puisi, sikap Lestari pun berseberangan dengan Vano. Lestari beranggapan bahwa sekolah mereka tidak perlu mengirimkan muridnya untuk mengikuti lomba karena faktor biaya. Selain itu, kalaupun ikut pasti akan kalah bersaing dengan sekolah-sekolah dari kota lain. Vano justru berpendapat bahwa harus ada muridnya yang mengikuti lomba tersebut, untuk menambah pengalaman. Vano juga memotivasi muridnya untuk mau mengikuti lomba itu. Tetapi Vano kesulitan melatih murid-muridnya berpuisi, karena Vano sama sekali tidak menguasai puisi. Beruntung, Widya, keponakan Apai Sahat yang berasal dari kota sempat datang berkunjung. Widyalah yang memilih sekaligus melatih murid yang akan mengikuti lomba baca puisi. Meskipun hanya melatih satu hari, hal itu sangat membantu. Kehadiran Widya, lagi-lagi membuat sikap Lestari menjadi tidak bersahabat. Dua hari menjelang perlombaan, ada kabar dari panitia lomba bahwa teks puisi yang akan diperlombakan mengalami perubahan. Vano pun kebingungan. Widya sudah kembali ke kotanya, sedangkan dirinya tidak mengerti puisi sama sekali. Ia pun akhirnya minta bantuan


(3)

kepada Lestari yang ternyata pernah menjadi juara lomba baca puisi sewaktu duduk di bangku SMA. Awalnya Lestari enggan. Setelah didesak, akhirnya mau juga.

Vano dan Lestari ditugaskan Inai Atin untuk mengantar perwakilan murid yang akan mengikuti lomba di Lanjak. Perlombaan itu membawa dua piala kemenangan bagi SD Mini Penggerak. Sepulang dari Lanjak, Vano dan Lestari semakin akrab. Vano pun jatuh hati pada Lestari.

Hati Vano seakan teriris ketika mengetahui gadis pujaan hatinya akan dinikahi oleh pria tua yang sudah mempunyai tiga istri. Lestari terpaksa menerima pinangan itu, karena ayahnya terlilit hutang yang cukup besar dan tidak sanggup membayar.Vano berusaha untuk membantu Lestari. Vano melunasi hutang ayahnya Lestari, dengan harapan Lestari dapat menikah dengan pria yang dicintainya. Karena gagal menikahi Lestari, pria itu akhirnya menculik Lestari.

Vano, Apai Sahat dan ayahnya Lestari mencari hingga ke kota seberang di Putussibau. Lestari disekap disebuah gudang. Dengan bantuan Polisi, akhirnya Lestari dapat diselamatkan. Sewaktu menemani Lestari ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan, ternyata salah seorang polisi mengenali wajah Vano yang masuk dalam Daftar Orang Hilang (DPO). Setelah dihubungi, orangtua Vano pun datang bersama Widya yang ternyata juga menyukai Vano. Melihat rahasianya terbongkar, Lestari pun marah karena merasa dibohongi.

Akhirnya Vano menyetujui untuk pulang dan menuruti permintaan ayahnya, dengan syarat ayahnya harus membantu renovasi SD Mini Penggerak dan melengkapi fasilitas sekolah tersebut. Vano pulang dengan berat meninggalkan tanah Meliau, impiannya telah selesai. Bagaimanapun ia sudah sedikit mewujudkan mimpinya. Dia pergi tanpa pamit terhadap murid-muridnya dan warga Meliau. Vano berjanji suatu saat nanti setelah menyelesaikan studi S2-nya di Jerman, ia akan kembali ke desa Meliau.


(4)

Lampiran II

Biografi Pengarang

Reyhan M. Abdurohman

Penulis lahir di Kudus pada tanggal 18 Mei 1994. Dia bercita-cita sejak kecil menjadi seorang guru, meski sekarang sudah punya mimpi yang lain. Berawal dari iseng, kini ia terlanjur cinta dengan menulis. Meski sebenarnya mempunyai banyak hobi yang sering berubah-ubah. Si Taurus ini memutuskan serius menjalani hobi ini di akhir tahun 2012, hingga menghantarkan beberapa karyannya terpublikasikan dalam beberapa buku antologi bersama penulis lain, yaitu: Ototo Wa Koibito (Ping!!!, 2013), Curhatku Untuk Semesta (de TEENS, 2013), Ibuku Berbeda (de TEENS, 2013). Pada awal tahun 2014, menerbitkan novel solo perdananya berjudul Ajari Aku Melupakanmu (Zettu, 2014). Setelah itu dia menerbitkan novel berjudul Mendayung Impian (Elex Media Komputindo, 2014). Penulis dapat dihubungi melalui rereyhan94@gmail.com atau simak kicaunnya di @roemanfull. Silahkan mampir ke rumah digitalnya di www.roeman-art.blogspot.com


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Reyhan. 2014. Mendayung Impian. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Aminudin. 1990. Pengantar Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.

Aminudin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Andini, Ratih Dwi. 2010. ”Homoseksual Tokoh Rafky dan Valent dalam Novel Lelaki Terindah Karya Andrei Aksana: Suatu Kajian Psikologi Sastra”(Skripsi). Semarang: Fakultas Ilmu Budaya UNDIP.eprints.undip.ac.id/19825/. (Diakses tanggal 07 Juli 2015).

Budiningsih. 2002. Psikologi Kepribadian. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Dirgagunarsa, Singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakrata: Pustaka Widyatama. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori, Langkah, dan

Penerapannya.Yogyakarta: Med Press.

Erna, Dwi Kotimah. 2006. ”Kepribadian Tokoh Utama Novel Midah Simanis Bergigig Emas Karya Pramoedya Ananta Toer”(Skripsi).Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNNES. http://www.scribd.com/doc/45194331/KEPRIBADIAN-TOKOH-UTAMA#scribd. (Diakses tanggal 06 Juni 2015).

Hidayat, Dede Rahmat. 2009. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Trans Info Media. Hurlock, Ellizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Moleong.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya. Nazir, M. 1988. Medode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurgyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nyoman, Kutha Ratna. 2003. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Rahmanto, B. dan P. Hariyanto. 1997. Cerita Rekaan dan Drama. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Sujanto, Agus, dkk. 2008. Psikologi Kepribadian. Cetakan ke-12. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi, Suryabrata. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Tantawi, Isma. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wibawa, Muhammad Heru. 2009. ”Watak dan Perilaku Tokoh Utama dalam Novel Sang Pemimipi Karya Andrea Hinata”(Skripsi).Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNNES. http://lib.unnes.ac.id/2097/1/4224.pdf. (Diakses tanggal 07 Juli 2015).

Wikipedia, 2015. Defenisi Agama .https://id.wikipedia.org/wiki/Agama. (Diakses tanggal 06 Juli 2015).

Wikipedia, 2015. Defenisi Agama .https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian. (Diakses tanggal 09 Juli 2015).


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang diterapkan adalah langkah-langkah kerja yang diatur sebagaimana yang berlaku bagi penelitian-penelitian pada umumnya. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan ”perhitungan” atau dengan angka-angka (Moleong, 1982:2).

Metode ini sangat tepat dipergunakan dalam menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat ditegaskan dengan salah satu ciri penting yang terdapat dalam metode kualitatif, sebagai berikut: memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural (Ratna, 2004:46).

Metode kualitatif digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mempergunakan Library Research atau penelitian kepustakaan sebagai teknik pengumpulan data. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi pembahasan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111).


(8)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini untuk teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Membaca data primer penelitian yaitu novel Mendayung Impian secara keseluruhan guna menemukan kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel.

2. Menyimak dan memahami data yang telah dibaca yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Mencatat dan mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel untuk memudahkan pengecekan ketika diperlukan.

3.3 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan metode deskriptif. Menurut Nazir (dalam Tantawi, 2014:66) metode deskriptif adalah mendeskipsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena pada objek. Dalam analisis ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang dibahas. Metode ini dilakukan dengan cara, melukiskan kembali data yang telah terkumpul. Analisis tersebut didasari oleh teori-teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori psikologi sastra dengan menerapkan psikoanalisis Carl Gustav Jung.


(9)

3.4 Bahan Analisis

Sumber data primer yang menjadi bahan analisis penelitian ini adalah: Judul : Mendayung Impian

Pengarang : Reyhan Abdurrohman Penerbit : PT Elex Media Komputindo Tebal Buku : 308 halaman

Ukuran : 2.5 X 19.5 cm Cetakan : Pertama Tahun : 2014

Warna Sampul : Perpaduan warna jingga dan cokelat

Gambar Sampul : Seorang lelaki yang membawaransel berdiri di atas perahu yang berada di sungai dengan suasana pagi hari.

Desain Sampul : Hadi.

Sumber data yang dipaparkan merupakan data yang dianalisis sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu buku-buku sastra, artikel internet, dan sebagainya.


(10)

BAB IV

KEPRIBADIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

4.1 Kepribadian Tokoh Utama

Kepribadian yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurohman dengan mempergunakan teori psikoanalitis Carl Gustav Jung. Tokoh utama yang terdapat dalam novel ini adalah Tevano. Tokoh Tevano yang mendominasi keseluruhan isi cerita dan diutamakan penceritaanya oleh pengarang dalam novel ini. Isi dalam novel ini menceritakan permasalahan kehidupan Tevano yang secara runtut oleh pengarang. Dimulai dari keputusannya pergi ke pedalaman Kalimantan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru. Jadi, tokoh atau pelaku utama dalam novel ini adalah Tevano.

Kepribadian tokoh utama dalam novel ini akan dianalisis mempergunakan teori psikoanalitis Carl Gustav Jung. Jung mengatakan kepribadian seseorang terdiri dari dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran menurut Jung sama pentingnya dalam menentukan kepribadian seseorang. Keduanya berhubungan kompensatoris dan saling berlawanan. Hal ini terlihat pada kepribadian Tevano, pada kesadarannya dia bertipe perasa dan ekstrovert (terbuka). Sehingga, ketidaksadaran Tevano bertipe pemikir dan introvert (tertutup).

Kedua komponen kesadaran yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa berada di alam kesadaran Tevano yang merupakan sifat dasar Tevano dan tidak akan berubah dalam menghadapi


(11)

lingkungan yang berbeda-beda namun hanya berada di diri Tevano. Menurut kesadaran, yakni fungsi jiwa Tevano adalah pribadi perasa dan berdasarkan sikap jiwa Tevano adalah pribadi yang ekstrovert.

Ketidaksadaran Tevano yakni ketidaksadaran pribadinya bertipe pemikir dan ketidaksadaran kolektifnya adalah intuitif. Tipe inilah yang secara tidak disadari Tevano keluar dari dirinya yang tampak pada sifatnya yang mempunyai rasa keingintahuan yang besar dan tidak sabar. Penjelasan mengenai kepribadian Tevano akan lebih mendetail akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Kesadaran

Kesadaran (ego) adalah merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku (sifat) yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya. Berdasarkan kesadaran, kepribadian seseorang akan dibagi menjadi dua bahagian yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Kepribadian berdasarkan fungsi jiwa dan sikap jiwa berada di alam kesadaran. Kedua komponen ini merupakan kepribadian yang dasar dari seseorang dan tidak akan berubah walaupun berada di lingkungan yang berbeda-beda.

Kepribadian Tevano berdasarkan fungsi jiwa adalah perasa dan sikap jiwanya adalah ekstrovert (terbuka). Kedua komponen kepribadian ini merupakan kepribadian yang dasar pada diri Tevano dan tidak akan berubah walaupun dia berada di lingkungan yang berbeda-beda.


(12)

a. Fungsi Jiwa

Menurut fungsi jiwa Tevano merupakan pribadi yang rasional perasa. Fungsi ini yang sangat mendominasi dari fungsi-fungsi dari yang lain dalam diri Tevano. Tevano orang yang banyak menggunakan perasaan dalam melakukan sesuatu. Tevano berani mengambil keputusan dan optimis akan berhasil. Tevano menyakini apa yang diputuskannya telah benar tampak dari perilakunya, ia merasa yakin bahwa keputusannya menolak permintaan ayahnya untuk melanjut kuliah S2 di luar negeri benar dan ia lebih memilih menjadi seorang guru di pedalaman Kalimantan. Tevano memiliki tekad yang kuat untuk dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang pengajar. Dia nekat meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berangkat ke desa Meliau pedalaman di Kalimantan Barat demi menjadi seorang pengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan fungsi jiwa yang dominan dalam diri Tevano adalah perasa. Jadi kepribadian Tevano berdasarkan fungsi jiwa adalah perasa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan sifat-sifat Tevano sebagai berikut.

1.Yakin dalam Membuat Keputusan

Sifat Tevano yang yakin dalam membuat keputusan adalah dia merasa yakin bahwa keputusannya untuk pergi ke Kalimantan untuk menjadi seorang guru. Keputusannya menjadi seorang guru dan mengabdikan diri demi kebahagiaan anak-anak di SD Mini Penggerak. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Ia bermaksud membeli beberapa buku untuk murid SD Mini Penggerak di Kampung Meliau. Rupanya langkah untuk ke Kalimantan sudah mantap. Kini, hati Vano sudah sangat mantap untuk pergi ke Kalimantan menjadi guru, mengabdikan diri, dan membagi kebahagiaan untuk SD Mini Penggerak. (MI: 39)


(13)

Keputusan Tevano untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang guru mendapat hambatan dari ayahnya, tetapi dia merasa yakin bahwa keputusan yang telah diambilnya telah tepat. Seperti dalam kutipan berikut ini:

”Memangnya, apa yang kamu sukai? Jadi guru? Tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan sedikit suaranya.”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil, Pa. Sejak kecil! Dan Vano ingin mewujudkannya.” Vano meyakinkan Papa. Suaranya sengaja ia sejajarkan. (MI:11)

Kutipan di atas tergambarkan walaupun ayahnya melarang Tevano menjadi seorang pengajar, dia tetap yakin dalam keputusannya menjadi seorang guru dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tevano akhirnya berangkat ke Kalimantan Barat dan mewujukan cita-citanya menjadi seorang guru di SD Mini Penggerak.

Tevano juga yakin dalam keputusannya untuk anak-anak harus mengikuti perlombaan baca puisi antarsekolah. Ini merupakan kesempatan baik bagi anak-anak untuk ikut lomba yang selama ini tidak pernah ikut dalam lomba tersebut. Tevano merasa yakin anak-anak akan menyetujui ikut lomba dan dia optimis anak-anak akan dapat memenangkan lomba tersebut. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik bagi anak-anak untuk biasa mengenal dunia luar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Ini kesempatan bagus. Anak-anak pasti menyetujuinya. Saatnya sekolah ini mengepakkan sayap. Anak-anak bias tahu dunia luar sana juga. Saya sangat setuju.” Vano terlihat bersemangat. (MI:138)

Kutipan di atas dapat disimpulkan Tevano sangat yakin anak-anak akan ikut dalam perlombaan baca puisi antarsekolah. Tevano merupakan seorang yang sangat yakin dalam membuat keputusan dan berusaha mewujudkan keputusan yang telah diambilnya tersebut. Dalam mengambil keputusan dia selalu menggunakan perasaannya.


(14)

2. Peduli Terhadap Orang Lain

Sebagai mahkluk sosial kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain. Manusia juga harus mempunyai rasa peduli terhadap orang lain dan keadaan orang lain. Tevano juga mempunyai perasaan peduli terhadap orang lain. Dia sangat peduli dengan keadaan orang yang ada di sekitarnya atau kondisi yang dialami orang lain. Tevano sangat peduli terhadap anak-anak yang tidak dapat sekolah. Pada masa sekolah Tevano pernah ikut bergabung dengan kelompok peduli gelandangan. Kelompok mereka mengajar bagi anak-anak gelandangan yang tidak mampu sekolah formal. Mereka sangat peduli terhadap keadaan anak pengamen dan pengemis. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut:

Dulu waktu SMK saja, aku ketahuan bergabung kelompok peduli gelandangan. Saat tengah membantu mengajar anak-anak pengamen, dimaki Papa habis-habisan. (MI:17)

Sifat Tevano sangat peduli terhadap orang lain dapat dilihat dari kepedulian dia terhadap anak-anak yang ada di SD Mini Penggerak pedalaman Kalimantan Barat. Sehingga Tevano sangat peduli, hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano tiba-tiba ingat dengan SD Mini Penggerak. SD pinggiran yang kekurangan buku bacaan pun buku ajar. Ia langsung berjalan menuju rak buku cerita anak. Juga mencari-cari buku ajar. Ia bermaksud membeli beberapa buku untuk murid SD di Kampung Meliau itu. (MI: 38)

Kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Tevano sangat peduli dengan keadaan murid SD Mini Penggerak yang pasti kekurangan buku pelajaran. Hati Tevano tergerak untuk membeli beberapa buku untuk diberikan kepada murid-murid yang ada di sana.

Sifat kepedulian Tevano dapat dilihat saat dia berada di sebuah toko buku. Tevano sangat peduli terhadap dua orang anak pengemis. Hal dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:


(15)

Si laki-laki ingin masuk membeli buku, tapi si perempuan tak mengiyakannya, tidak punya uang katanya. Ada satpam yang menghampiri mereka. “Sana! Pergi dari sini! Pengamen libur!” bentak satpam itu. ”Ayo, pergi. Kakak tidak punya uang.” ”Oh, buku? Emang mau beli buku apa?” Vano mencoba bersikap ramah kepada kedua anak itu agar mereka tidak takut. ”Ayo, masuk. Kakak belikan buku yang kalian inginkan.” Mereka berlari menuju rak buku bagian cerita anak. Mereka sangat bersemangat sekali memilih buku-buku yang menarik, juga buku untuk dibagikan ke teman-teman mereka. (MI:38)

Kutipan di atas Tevano merupakan seorang yang sangat peduli terhadap orang lain. Dia sangat peduli dengan keadaan dua orang anak pengemis tersebut yang ingin membeli buku tetapi tidak memiliki uang. Akhirnya ia mengajak kedua anak tersebut untuk masuk ke toko buku tersebut dan memilih buku sesuka hati anak tersebut. Tevano juga menanyakan kenapa kedua anak pengemis tersebut tidak masuk sekolah. Seharusnya anak-anak tersebut masuk sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Tevano prihatin dengan kedua anak-anak pengemis tersebut tidak sekolah, akibat tidak ada biaya sekolah dan tidak ada biaya membeli seragam sekolah. Karena orangtua mereka adalah pengemis.

Sesudah membeli buku untuknya dan untuk kedua anak tersebut, Tevano juga mengajak kedua anak tersebut untuk minum es cendol di depan toko buku. Vano sangat senang melihat kedua anak itu menikmati es cendolnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Sebelum dua anak tersebut pergi, Vano mengajak mereka untuk minum es cendol di depan toko buku. Mereka pun menyetujuinya dengan senang hati. Vano memandang mereka yang terlihat lahap sekali menikmati esnya. Ia merasa senang. (MI:39)

Tevano juga sangat peduli terhadap keadaan Lestari. Ketika Lestari dipaksa harus menikah dengan pria dari negeri Malaysia yang telah mempunyai istri tiga. Bapak Lestari memiliki utang yang sangat banyak kepada pria tersebut tetapi dia tidak mampu untuk melunasinya. Akhirnya Lestari harus mau menikahi pria tersebut, sehingga utang-utang


(16)

bapaknya akan dianggap lunas. Lestari tidak mengetahui bahwa bapaknya membuat kesepakatan dengan pria tersebut. Lestari juga akan dibawa ke negerinya jika mereka menikah. Melihat keadaan tersebut Tevano sangat tersentuh, dia berusaha membantu Lestari keluar dari masalah tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Dengan pria beristri tiga itu Apai berutang. Pria itu mengiginkan aku menjadi istri keempatnya. Denga begitu utang Apai akan dianggap lunas seluruhnya. Apai menyetujuinya tanpa bertanya dahulu denganku. Mungkin jika utang itu lunas, aku tidak harus menikah dengan pria itu.” Lestari menghela napas. ”Aku hanya tidak mau meninggalkan anak-anak karena sudah pasti aku akan dibawa pria itu ke negaranya”. Vano masih berada di rumah Lestari, menunggu bapaknya Lestari untuk menanyakan detail tentang utang itu. Vano tak tega melihat Lestari yang terpaksa menikah dengan pria yang tidak ia cintainya. Ia cemburu. Apalagi dengan itu, Lestari akan meninggalkan anak-anak di SD Mini Penggerak. (MI:236)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano sangat peduli terhadap Lestari. Tevano tidak tega melihat keadaan Lestari yang harus terpaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Tevano berusaha membantu Lestari dalam menghadapi permasalahan tersebut. Tevano menunjukkan rasa kepeduliannya yaitu dengan ia ingin berbicara dengan bapaknya Lestari dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Bahkan dia bersedia melunasi semua hutang-hutang bapaknya Lestari agar Lestari tidak jadi menikah dengan pria tersebut. Tevano merasa cemburu jika Lestari menikah dengan pria tersebut karena dia sudah menaruh hati kepada wanita tersebut.

3.Punya Tekad yang Kuat

Tevano merupakan seorang yang mempunyai tekad yang kuat. Tevano memiliki kemauan (kehendak) yang pasti untuk melakukan sesuatu sehingga mendapat hasil yang maksimal. Tevano mempunyai kebulatan hati yang kuat untuk meraih impiannya menjadi seorang guru. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:


(17)

”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil. Pa. Sejak kecil! Dan Vano ingin mewujudkannya”. Vano meyakinkan Papa. ”Percayalah, Van. Kamu tak akan bahagia menjadi guru. Gajinya sedikit”. Papanya membrondong argumen lagi. (MI: 11)

Tevano mempunyai tekad yang kuat untuk mengajari anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia sangat bertekad sehingga anak-anak di sana dapat meraih impiannya. Walaupun cita-citanya tersebut mendapat hambatan dari ayahnya sendiri, ia tetap bertekad untuk mewujudkan impiannya tersebut. Vano ingin membantu anak-anak yang tidak bisa sekolah, dia ingin membagi keberuntungannya yang bisa sekolah hingga jenjang yang tinggi.

Tevano juga yakin anak-anak akan menggapai impian mereka, hutan tidak menjadi penghalang mereka. Walaupun sekolah anak-anak berada di tengah hutan. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

Tekadnya semakin kuat. Vano akan mendidik anak-anak agar mampu bersaing dan menggapai impian. Ia menggenggam kedua tangannya, lalu meninju ke tiang kayu di samping kanannya.”Aku akan buktikan. Kuyakin mereka bisa.” Matanya tajam menatap ke depan. (MI:107)

Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano memiliki sifat punya tekad yang kuat. Tekad yang kuat yang ada dalam dirinya ditunjukkannya saat ia ingin meraih impiannya menjadi seorang guru. Walaupun bapaknya tidak mengizinkannya menjadi seorang guru ia selalu bertekad mampu meraih impiannya tersebut. Sebuah impian yang sangat mulia yaitu menjadi seorang guru walaupun tidak ada bayaran sama sekali. Ia ingin anak-anak di desa Meliau mampu bersaing dan meraih sukses.

4. Semangat yang Kuat

Menurut KBBI (2005:1025), semangat adalah seluruh kehidupan batin manusia, perasaan hati, kemauan, gairah untuk bekerja, berjuang, dan sebagainya. Semua manusia


(18)

memiliki sifat semangat yang kuat. Semangat yang kuat dimiliki sesorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Sifat Tevano yang memiliki semangat yang kuat dapat dilihat seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

”Dan ini saatnya anak-anak untuk bangkit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini”. Vano semakin bersemangat. Api sudah membakar semangatnya.(MI: 138)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano memiliki semangat yang kuat. Tevano sangat bersemangat untuk membawa anak-anak di SD Mini Penggerak ikut dalam perlombaan baca puisi antarsekolah. Walaupun Lestari teman pengajar di sekolah tersebut tidak setuju dengan maksud Tevano, ia sangat bersemangat untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka peroleh.

Tevano juga sangat bersemangat untuk segera mengajar anak-anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Hah! Sudah jam Sembilan. Mengapa Apai Sahat tidak membangunkan? Harusnya aku sudah berada di SD itu.” Vano terlihat kesal. (MI:73)

Kutipan di atas tersirat sifat Tevano yang penuh semangat segera dapat mengajar di sekolah dasar Mini Penggerak. Dia tampak kesal karena, Apai Sahat tidak membangunkannya. Tevano bangun terlambat yaitu pukul Sembilan pagi. Dia seharusnya sudah berada di sekolah pada pukul tersebut. Tevano sangat bersemangat mengajar anak-anak yang ada di sekolah Mini Penggerak


(19)

. Pada suatu saat Tevano jatuh sakit karena, dia kehujanan pulang mengajar. Tetapi Tevano sangat semangat untuk pergi mengajar esok harinya. Dia tidak memperdulikan kesehatannya, tetap pergi mengajar seperti biasanya. Tetapi Apai Sahat tidak mengizinkannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”T-t-tapi, Apai. S-s-saya ingin m-m-mengajar.” Suara Vano sangat lemah. “Tidak untuk hari ini”. Apai Sahat menjawab tegas. “A-a-anak-anak membutuhkan s-s-saya, Apai.” ”Dan kamu lebih membutuhkan istirahat.” “T-t-tapi--” ”Pan! Ini demi kesehatanmu!” Suara Apai Sahat meninggi. Apai, besok saya berangkat, ya. “Vano memasang wajah penuh harap. “Kamu mash harus istirahat, Pan.” ”Saya sudah sembuh kok. Ini saja sudah sehat.” Vano berdiri. Ia langsung menaikturunkan tangannya memperlihatkan pada Apai Sahat kalau ia sudah benar-benar sembuh. (MI:126)

Tevano sangat bersemangat untuk mendidik anak-anak yang berada di SD Mini Penggerak. Vano mengajar anak-anak dengan caranya sendiri. Ia tidak setuju dengan cara mengajar Lestari yang hanya terfokus ke materi. Menurutnya materi tidak harus disampaikan dengan mencatat dan menjelaskan dengan suasana tegang. Suasana harus menyenangkan dan rasa ingin belajar terpatri di jiwa masing-masing anak. Walaupun Lestari tidak setuju dengan cara mengajar Tevano, ia sangat bersemangat untuk mendidik anak-anak tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Aku akan membuat mereka meraih impian mereka! Hutan tak akan menjadi penghalang mereka! Ingat itu!” Vano berteriak pada Lestari yang terlihat menjauh. Lestari tak sedetik pun berhenti dan menoleh ke belakang. Ia tetap berjalan dan pada akhirnya menghilang di antara pohon yang menjulang. Semangat Vano berkobar. Kata-kata yang keluar dari mulut Lestari terlalu meremehkan anak-anak. (MI:107)


(20)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano juga memiliki sifat semangat yang kuat. Dia selalu bersemangat, walaupun menghadapi berbagai rintangan. Dia bahkan tidak memperdulikan kesehatannya untuk bisa mengajar.

Berdasarkan penjelasan di atas Tevano memang memiliki kepribadian berdasarkan fungsi jiwa adalah perasa. Jadi fungsi jiwa yang dominan dalam diri Tevano adalah perasa dibandingkan daripada fungsi jiwa yang lain. Hal tersebut dibuktikan dengan sifat Tevano yaitu yakin dalam membuat keputusan, peduli terhadap orang lain, punya semangat yang kuat, dan punya tekad yang kuat.

a. Sikap Jiwa

Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam. Berdasarkan sikap jiwa kepribadian manusia dibagi menjadi dua yakni ekstrovert (terbuka) dan introvert (tertutup). Berdasarkan sikap jiwa tipe kepribadian Tevano adalah tipe ekstrovert (terbuka). Tevano mudah bergaul dengan orang lain, hatinya terbuka buat orang lain, dan interaksi dengan orang lain berjalan lancar.

Kepribadian Tevano yang bersifat ekstrovert (terbuka) dapat dilihat dari sifatnya senang membantu orang lain dan mudah adaptasi dengan orang lain.


(21)

1. Senang Membantu Orang Lain

Tevano sangat senang membantu orang lain. Dia tidak mau melihat orang-orang di sekitarnya berada dalam kesusahan. Sifat Tevano senang membantu orang lain dapat dilihat dari kutipan berikut:

”Ayo, masuk. Kakak belikan buku yang kalian inginkan.” Vano menggandeng tangan kedua anak itu dan mengajak mereka masuk ke toko buku. Seperti terhipnotis, si perempuan luluh dan menuruti ajakan Vano. Si laki-laki tersenyum senang. Mereka langsung menuju ke lantai atas. (MI:36)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat Tevano yang senang membantu orang lain. Ketika dia melihat dua anak pengemis yang hendak membeli buku. Tetapi salah satu dari anak tersebut tidak mengiyakan karena, mereka tidak memiliki uang. Vano melihat hal tersebut, hatinya tersentuh. Dia akhirnya mengajak anak-anak tersebut masuk ke toko buku dan membelikan buku yang diinginkan kedua anak itu. Dia sangat senang dapat membantu kedua anak itu. Tevano membantu kedua anak tersebut ikhlas tanpa adanya unsur paksaan dari orang lain.

Tevano juga tidak ingin melihat orang lain berada dalam kesusahan. Hal itu ia tunjukkan ketika keluarga Lestari memiliki utang kepada pria asal Malaysia. Tevano dengan senang hati dan berusaha membantu melunasi utang-utang bapak Lestari tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Boleh aku bertemu Apai?Aku ingin tahu berapa nominal utangnya. Mungkin jika tidak terlalu banyak, aku bisa membantu.” ”Saya teman Lestari. Apakah karena utang itu? Berapa total utang Apai dengan pria itu? Saya akan berusaha membantu. ”Tapi, aku akan tetap membantumu Lestari. Aku tidak mau kamu menikah dengan pria itu karena…” Vano menggantung kalimatnya. (MI:239)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano sangat senang bisa membantu orang lain. Tevano tidak hanya ingin membantu melunasi utang-utang bapak Lestari.


(22)

Dia juga ingin membantu Lestari agar tidak menikah dengan pria yang tidak disukainya. Tevano tidak rela jika Lestari menikah dengan pria asal Malaysia karena, bapak Lestari tidak mampu melunasi utang-utang mereka.

2. Mudah Beradaptasi dengan Orang Lain

Pribadi Tevano yang terbuka dengan orang lain, dia tunjukkan dengan sifatnya yang mudah beradaptasi dengan orang lain. Beradaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap sesuatu. Tevano mudah beradaptasi dan bergaul dengan orang yang baru dia kenal. Dia mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru dia kenal. Hal ini dapat dilihat seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

Apai Sahat?” sapa Vano dengan rona bahagia. Pria itu berhenti. Wanita di sampingnya pun ikut menatap Vano. Keningnya berkerut. Merasa tak kenal dengan pria yang baru saja menyapa. “Saya Vano, Apai. Dulu pernah berkunjung ke rumah Apai dengan teman saya, Hakim. Masih ingat?” jelas Vano semanga. Apai Sahat mengangkat tangan, mengajak bersalaman. Vano langsung menyambarnya. Mereka bersalaman erat. ”Ayo, cari tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol”. Apai Sahat merangkul bahu Vano, kemudian berjalan mencari tempat duduk. (MI:52)

Kutipan di atas tergambar sifat Tevano yang mudah beradaptasi. Tevano bertemu Apai Sahat di bandara, ia langsung menyapa pria tersebut walaupun dia agak ragu salah orang. Tevano langsung memperkenalkan diri kepada pria tersebut dan mengatakan bahwa dia sudah pernah menginap di rumah pria tersebut. Tevano langsung beradaptasi dengan situasi tersebut. Dia langsung menyapa pria yang sepertinya dia kenal itu. Akhirnya ia mempunyai teman untuk berangkat ke Putussibau dan menuju ke desa Meliau yang merupakan kampong halaman Apai Sahat.


(23)

Sifat Tevano yang mudah beradaptasi dengan orang lain tergambar dalam kutipan berikut:

”Eh? Kita kok jadi saling curhat gini, ya?” Celetuk Widya di suasana haru yang telah mereka ciptakan dengan ketidakesengajaan.”Aku kira kamu itu titisan patung. Dari tadi diam terus. Eh, ternyata bias bicara panjang juga.” Vano terkekeh. (MI: 59)

Kutipan di atas adalah perbincangan Tevano dengan Widya. Mereka saling bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Tevano langsung menyesuaikan diri terhadap keadaan yang pernah dialami oleh Widya. Tevano dengan pengertian mendengar semua curahan hati Widya. Widya mencerirtakan tempat mereka sedang berada adalah tempat yang banyak memiliki kenangan bersama mantan pacarnya.

Tevano juga mudah beradaptasi ketika pertama kali sampai di desa Meliau. Tevano langsung beradaptasi dengan penghuni rumah Betang Panjang yang dihuni oleh masyarakat yang mempunyai garis keturunan dengan Apai Sahat. Tevano langsung duduk ikut menyaksikan ngajat (tarian khas dari Meliau) bersama penghuni rumah tersebut. Tevano langsung mengobrol bersama masyarakat penghuni rumah dan ia langsung cepat akrab. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut:

Orang-orang di sini sangat ramah. Apai Sahat memperkenalkan Vano dengan nama ’Topan’. Mereka langsung menyalaminya dan mengobrol bersama. Mereka langsung akrab dengan Vano. Memang, mereka sudah trbiasa dengan datangnya tamu. Suasana kekeluargaan pun begitu terasa. Apalagi mereka benar-benar masih keluarga dalam satu garis keturunan. (MI:71)


(24)

Semua penjelasan di atas kepribadian Tevano berdasarkan sikap jiwa yang dominan adalah tipe ekstrovert (terbuka). Hal tersebut didukung oleh sifat-sifat Tevano yaitu senang membantu orang lain dan mudah beradaptasi dengan orang lain.

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Ketidaksadaran a. Ketidaksadaran Pribadi

Fungsi yang menjadi fungsi pasangan dari fungsi yang superior merupakan fungsi yang tidak berkembang (inferior). Fungsi yang menjadi fungsi inferior dari kepribadian Tevano yaitu fungsi pemikir. Fungsi ini berada dalam alam ketidaksadaran dan sangat mempengaruhi kepribadian Tevano.

Fungsi pemikir ada dalam diri Tevano dapat dilihat dari sifat-sifat Tevano. Sifat-sifat Tevano tersebut terlihat dalam penjelasan di bawah ini.

1. Rasa Ingin Tahu

Menurut tipe kepribadian ketidaksadaran pribadi, Tevano merupakan seorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Ia selalu menebak-nebak segala kemungkinan dan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang menggangunya. Ketika dia menghadapi Lestari yang selalu menunjukkan sikap tidak suka atas kehadirannya di SD Mini Penggerak. Tevano selalu berpikir dan menebak mengapa sikap Lestari begitu terhadap dirinya. Vano berpikir bagaimana dia bisa tenang mengajar jika rekan kerjanya tidak suka dengannya. Sehingga ia ingin tahu alasan mengapa demikian sikap Lestari terhadapnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Ada rasa yang menganjal di hati Vano. Tentang Lestari. Bagaimana ia bisa tenang mengajar nanti jika rekannya tidak suka dengannya. Vano memilih diam selama perjalanan di atas jembatan kayu. Hatinya bergemuruh. Ingin kembali, menanyakan alasan mengapa Lestari bersikap seperti itu. (MI: 85)


(25)

Kutipan di atas menunjukkan betapa ingin tahunya Tevano mengapa Lestari bersikap tidak suka dan dingin terhadap dirinya. Rasa ingin tahu Tevano juga ditunjukkannya ketika Apai Sahat sangat mengkwatirkannya jika sesuatu terjadi sama dirinya. Dia juga penasaran mengapa Apai Sahat sangat baik kepadanya. Apai Sahat selalu hadir dan membantu ketika Tevano berada dalam masalah dan susah. Ia juga penasaran tentang tatapan Apai Sahat yang penuh kasih sayang yang ia lihat pada saat mereka saling bertatapan. Tevano merasa “aneh” atas sikap Apai Sahat yang memperlakukannya bagaikan anak sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikurt:

Ada yang mengganjal di hati Tevano tentang mengapa Apai Sahat sangat mengkhatirkannya. Padahal bukanlah siapa-siapa. Terus, tentang kebaikan Apai Sahat selama ini. Tentang tatapan penuh kasih sayang yang ia lihat kemarin. Ini sedikit ’aneh’. Vano menghela napas. ”Apai,” Vano berkata pelan. ”Kalo boleh Topan tahu, kenapa Apai baik sekali sama Topan? Bahkan Topan sudah Apai anggap seperti anak sendiri.” Vano terpaksa bertanya hal itu. Ia sangat ingin tahu alasan Apai Sahat. (MI:127)

Kutipan di atas dapat dilihat betapa besar rasa ingin tahu Tevano. Tevano sangat ingin tahu alasan Apai Sahat sangat baik pada dirinya. Akhirnya Tevano menanyakan hal yang mengganjal hatinya tersebut terhadap Apai Sahat.

Sifat rasa ingin tahu Tevano juga dapat dilihat ketika dia melihat keadaan Lestari tidak seperti biasanya. Lestari datang ke sekolah terlambat dan wajahnya kusut dan pucat. Lestari pada hari tersebut tampak murung dan tidak semangat. Tevano juga melihat Lestari menangis ketika jam istirahat sekolah. Tevano penasaran apa yang terjadi dengan Lestari. Dia ingin tahu mengapa Lestari demikian. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Kamu tidak apa-apa, Tari? Sepertinya wajahmu kusut.” Kata Vano memperhatikan wajah Lestari…


(26)

”Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang menangis,” kata Vano saaat tiba di depan Lestari. ”Sudah kubilang kan tadi, aku tidak apa-apa.” Lestari berkata jutek…

”Jika kamu tidak apa-apa, wajahmu tak sepucat ini dan kamu akan ceria seperti biasa. Ceritalah denganku. Kamu bisa mempercayaiku.” Lestari menyunggingkan senyum. Senyuman yang sama seperti tadi pagi, dipaksa. ”Tuh, aku ceria.” ”Itu terpaksa. Jelas sangat terlihat kalau senyum itu terpaksa. Ayolah, cerita denganku. Apa pun masalahmu, akau akan mendengarkannya.” (MI:234)

Kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tevano ingin tahu mengapa Lestari tampak murung dan tidak semangat. Tevano menanyakan Lestari mengapa demikian, dan dia meminta Lestari cerita kepadanya sehingga dia dapat mengetahui masalah yang dialami oleh Lestari.

2. Tidak sabar

Selain rasa ingin tahu, Tevano juga memiliki sifat yang tidak sabar. Tevano terkadang tidak sabar dalam menghadapi sesuatu, ia terkadang lepas kendali, tidak berpikir panjang dalam menghadapi keadaan yang dianggapnya sangat tiba-tiba. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Lihat, tikar di kamar Lestari berantakan. Pasti saat diculik, Lestari meronta-ronta.” ”Di mana tempat tinggal pria itu?” Tanya Vano tak sabaran. Bapak Lestari diam. ”Ayo Apai, katakan. Kita harus mengejarnya,” Vano memaksa. (MI:269)

Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk mengetahui dimana tempat tinggal pria yang telah menculik Lestari. Dia tidak sabar untuk menjumpai pria tersebut dan membawa kembali Lestari. Vano memaksa bapak Lestari untuk memberitahukan keberadaan pria tersebut. Dia tidak sabar untuk mengejar pria yang telah menculik Lestari..

Sifat tidak sabar Tevano juga ditunjukkanya ketika dia telah sampai di desa Meliau. Tevano tidak sabar lagi bisa mengajar anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia tidak sabar lagi


(27)

menatap, mengajar dengan ramah, dan melucu kepada anak-anak tersebut. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

Vano kemudian memasukkan buku tersebut dalam tas, menyusun buku-buku bacaan yang ia bawa jauh-jauh dari Kudus, yang sudah terlebih dahulu mendiami tasnya. ”Tak sabar rasanya menatap mereka, mengajar dengan ramah, perhatian, dan lucu. (MI:93)

Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk segera dapat mengajari anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia sudah mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam mengajar. Buku-buku pelajaran yang dibawanya dari kotanya Kudus dipersiapkannya untuk kebutuhan mengajar nantinya.

3. Gugup

Tevano juga memiliki sifat gugup dalam menghadapi sesuatu permasalahan. Sifat gugup tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia gelisah. Gugup. Peluh menetes dari keningnya lagi. Ia kegerahan. Padahal cuaca pagi ini tidak terlalu terik. ”S -s-sampai m-mana pelajarannya, a-anak-anak?” sapa Vano tergagap, memecah ketegangan. (MI: 98)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat gugup yang dimiliki Tevano. Tevano sangat gugup pada saat pertama kali dia mengajar di SD Meliau. Tevano gugup menghadapi anak-anak yang dihadapannya, dia tidak tahu apa yang akan diajarkannya pertama kali terhadap anak-anak tersebut. Dia sangat gelisah dan jantungnya berdetak cepat, sehingga keringat menetes dari keningnya.

Sifat gugup Tevano juga dapat dilihat ketika dia sedang mendayung perahu bersama Apai Sahat menuju sekolah. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:


(28)

”Bagaimana ini?” Vano terlihat gugup. Keringat dingin bercucuran dari kening. ”Tinggal pinggirkan saja, kan?” jawab Apai Sahat enteng. ”Sulit, Apai. Apalagi tempatnya sudah penuh begitu.” ”Dicoba saja. Tidak ada yang sulit jika belum mencoba.” Apai Sahat tersenyum. Vano semakin bingung. Tidak ada cara lain. Ia tetap menjadi pengendali sekarang. Mau tidak mau dia harus menepikan perahu. (MI:173)

Kutipan di ataas dapat dilihat bahwa Tevano sangat gugup ketika Apai Sahat menyuruhnya menepikan perahu tersebut. Tevano merasa kesulitan karena, beberapa perahu anak-anak sudah terparkir rapi di dermaga. Tevano takut jika dia akan menabrak perahu yang sudah diparkirkan dengan rapi. Tetapi Apai Sahat tetap menyuruhnya mengendalikan perahu tersebut dengan fokus, tenang, dan percaya diri sehingga berhasil menepikan perahu dengan tepat.

4. Manja

Tevano juga memiliki sifat manja. Sifat tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Tevano memiliki sifat manja karena, ia sudah terbiasa dengan hidup berkecukupan sejak kecil. Sifat manja Vano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Persediaan uang Vano tidak banyak. Jika malam ini harus menginap, ia butuh biaya yang tidak sedikit. Vano memutuskan untuk meminjam uang Hakim…. ”Iya-iya. Makasih ceramahnya. Tapi, akau lagi tidak butuh ceramah. Cuma butuh uang tambahan aja tuh. Gimana?””Sialan. Dasar anak Mami. Baru segini aja sudah meraung-raung minta uang. Bagiamana nanti?” ”Itu beda lagi. Ini kan belum sampe lokasi yang sebenarnya.””Ya udah, ya udah. SMS-in nomor rekeningmu.” (MI:51)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat manja yang dimiliki Tevano. Suatu saat persediaan uangnya tidak banyak lagi, dan ia harus menginap karena jadwal penerbangan malam itu tidak ada. Maka ia memutuskan untuk meminjam uang temannya Hakim. Tetapi Hakim menganggap Vano anak “Mami” (manja) karena baru menghadapi masalah seperti itu langsung minta tolong


(29)

minjam uang. Hakim menasehati Vano untuk bisa menghadapi semua masalah dan tidak manja lagi walaupun akhirnya ia bersedia membantu Tevano.

Sifat manja Tevano juga keluar saat dia sedang naik perahu bersama Apai Sahat menuju sekolah. Apai Sahat menyuruh Tevano untuk mendayung perahu tersebut. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Perahu masih melaju memecah air sungai yang hening. Terlihat beberapa ikan tengah berenang di permukaan. Lama-kelamaan, Vano mulai terbiasa dengan dayungnya. Jantung Vano berdetak agak normal. ”Ternyata berat juga, ya.” Komentar Vano bersama cipratan air dari dayungnya. ”Lama-lama akan terbiasa. Begini kan bisa sekalian olahraga.” ”Tapi sulit, harus bisa seimbang perahunya. Tangan terasa pegal.” Sifat manja Tevano keluar. (MI:79)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat manja yang dimiliki Tevano. Dari percakapannya dengan Apai Sahat terlihat sifat manja yang dimilikinya. Tevano berkomentar bahwa mendayung perahu tersebut berat, sulit, dan harus bisa menyeimbangkan posisi perahu tersebut. Tevano mengatakan hal tersebut karena selama ini ia tidak pernah melakukan pekerjaan seperti itu. Dia sudah terbiasa hidup dengan berkecukupan dari orang tuanya. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat seperti itu, sehingga sifat manja tersebut keluar tanpa ia sadari.

Seluruh penjelasan di atas dapat disimpulkan kepribadian Tevano berdasarkan ketidaksadaran pribadi adalah fungsi pemikir. Fungsi pemikir ada dalam diri Tevano tampak melalui sifat-sifatnya rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. Sifat ini yang tidak disadarinya keluar dari dirinya.

b. Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran kolektif yang terdapat dalam diri Tevano merupakan fungsi pembantu yaitu fungsi intuitif. Fungsi ini muncul secara alamiah dalam perilaku manusia. Fungsi intiutif yang


(30)

muncul dalam diri Tevano adalah yang selalu berbicara pada perasaannya sendiri ketika menghadapi situasi atau kondisi apapun. Dia selalu bertanya pada hatinya ketika berhadapan pada keadaan yang membuat berani mengambil keputusan yang baik. Kepribadian Tevano yang intuitif dapat dilihat dari sifat-sifat Tevano yaitu optimis dan bijaksana.

1. Optimis

Tevano merupakan orang yang optimis. Sifat optimis yang dimiliki Tevano, ia tunjukkan kepada Lestari dan Inai Atin bahwa murid-muridnyaakan mengikuti perlombaan baca puisi dan akan meraih piala. Dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Ini kesempatan bagus. Anak-anak pasti menyetujuinya. Saatnya sekolah ini mengepakkan sayap. Anak-anak bisa tahu dunia luar sana juga. Saya sangat setuju”. Vano sangat bersemangat. Ada kobaran api di matanya.

”Kok tahu anak-anak pasti setuju?” sambar Lestari. ”Tahun-tahun yang lalu kalau ada lomba pasti tidak ada yang mau ikut……

”Dan ini saatnya anak-anak untuk bangkit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.” Vano semakin bersemangat. Api sudah membakar semangatnya. (MI: 138)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat optimis yang dimiliki Tevano. Tevano optimis anak-anak akan mengikuti perlombaan baca puisi antarsekolah. Walaupun selama ini anak-anak-anak-anak tidak pernah mengikuti perlombaan tersebut. Menurut Tevano anak-anak akan setuju untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk anak-anak untuk dapat mengetahui dunia luar. Tevano tetap optimis walaupun Lestari mengatakan anak-anak tidak ada yang mau ikut, sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal terebut tidak menyurutkan sifat optimis yang dimiliki Tevano.


(31)

Tevano juga memiliki sifat bijaksana. Tevano menunjukkan kebijaksannaanya ketika melihat Wulan dan Zali kurang semangat dengan hasil yang mereka terima. Sifat bijaksana Tevano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Maaf, kami tidak berhasil menjadi juara.” Zali bersuara dengan parau. ”Kalian bercanda? Kalian sudah menjadi juara. Kalian berhasil menghadiahkan piala untuk sekolah, untuk teman-teman kalian. Mereka pasti bangga melihatnya.” ”Tapi kami tidak juara satu.” Wulan menimpali. Vano jongkok, dia memegang pundak Wulan dan Zali. ”Kalian itu sudah menjadi pemenang. Yang terpenting adalah, kalian sudah berhasil melakukan itu dengan maksimal”. Vano menghela napas. ”Sudah Apai bilang, kalah menang tak jadi soal.” (MI: 216)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat bijaksana Tevano. Tevano melihat Wulan dan Zali kurang bersemangat setelah mendapatkan piala lomba puisi. Ternyata mereka kurang bersemangat karena tidak berhasil menjadi juara satu. Tevano dengan bijaksana menyemangati mereka, Vano mengatakan walaupun tidak berhasil menjadi juara satu tetapi mereka sudah mempersembahkan piala untuk sekolah dan teman-teman mereka. Vano juga mengatakan yang terpenting mereka sudah melakukannya dengan maksimal dan kalah atau menang tidak menjadi persoalan yang penting berani mengikuti lomba tersebut. Lomba yang selama ini tidak pernah mereka ikuti.

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian Tevano berdasarkan ketidaksadaran kolektif adalah fungsi intuitif. Hal tersebut dapat dilihat dari sifat Tevano yang bijaksana dan selalu optimis.

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Utama

Analisis di atas diketahui bahwa kepribadian Tevano adalah bertipe perasa dan ekstrovert. Kepribadian Tevano tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi faktor ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadarankolektif.


(32)

4.2.1 Ketidaksadaran Pribadi

Faktor ketidaksadaran pribadi berupa faktor kedewasaan, motif cinta faktor frustasi, faktor konflik, dan faktor ancaman.

a. Faktor Kedewasaan

Tevano telah dewasa dan menjadi orang yang lebih berfikir secara dewasaserta bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. Tevano tumbuh menjadi pribadi yang matang, yakin membuat keputusan, berfikir dalam menjalani hidup, dan selalu optimis. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan sebagai berikut:

”Memangnya, apa yang kamu sukai? Jadi guru? Tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan sedikit suaranya. Ia terlihat tak suka dengan penolakan Vano.

”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil, Pa. Sejak kecil! Dan Vano ingin mewujudkannya.” Vano menyakinkan Papa. (MI:11)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kedewasaan Vano diwujudkan dengan pemikirannya untuk yakin mengambil keputusan yang benar dan ia ingin mewujudkan cita-citanya. Guru merupakan cita-cita Vano sejak kecil. Walaupun ayahnya melarangnya untuk menjadi seorang guru tetapi dia selalu bersikukuh ingin menjadi seorang guru. Pemikirannya sudah dewasa, dia ingin mewujudkan cita-citanya dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Dia ingin bertindak atas kemauannya sendiri bukan karena arahan orangtuanya lagi.

Kedewasaan Vano juga membuatnya menjadi sosok manusia yang optimis. Ia merasa yakin mampu melakukan hal-hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia yakin atas apa yang ia putuskan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”Tentang S2 di Jerman lagi, Pa? Sudah Vano bilang, Vano tidak mau. Vano sudah bosan tinggal di luar negeri. Vano bosan belajar…


(33)

”Justu itu, Pa. Vano ingin membantu mereka yang tidak bisa sekolah. Mereka yang tidak beruntung. Vano ingin membagi keberuntungan Vano, bukan menikmatinya sendiri seperti ini. Vano langsung menceritakan semuanya. Tentang penolakan studi S2 sampai rencana ingin kabur menjadi guru ke Meliau. (MI:27)

Kutipan di atas menunjukkan sikap dewasa Tevano yang terlihat menghadapi tantangan dan rintangan dari orang tuanya. Membuat dia menjadi seorang yang optimis dari pemikiran dan tindakan yang dewasa.

b. Faktor Motif Cinta

Motif cinta ini mempengaruhi Tevano menjadi seorang yang yakin akan keputusannya dan selalu optimis. Tevano yakin kalau suatu saat nanti ia akan mewujudkan cita-citanya. Dengan kasih sayang dan motivasi dari orang-orang yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepadanya membuat Tevano selalu yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah benar. Karena motif cinta juga membuat Tevano menjadi seorang anak yang manja. Motif cinta tersebut datang dari kedua orang tuanya terutama dari ibunya. Faktor motif cinta dari ibunya sehingga Vano mempunyai sifat manja dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Di atas ranjang, Vano masih bersembunyi di bawah selimut tebal. Mama hanya menggeleng, berjalan ke arah jendela,... “Van, Van. Bangun. Sudah siang.” Mama menyibakkan selimut yang menutupi tubuh Vano.

”Masih ngantuk, Ma. Mama Papa duluan saja.” Vano menarik selimutnya lagi dan pura-pura menutup mata. ”Tapi, ini sudah siang, Van. Ayolah, Van… jangan manja, ah.”(MI:21)

Kutipan di atas dapat dilihat faktor cinta dari ibunya yang membuat Tevano menjadi memiliki sifat manja. Kebiasaan ibu Vano membangunkannya dari tidurnya setiap pagi dan mengajak Vano makan pagi. Karena motif cinta dari seorang ibu terhadap anaknya. Hal tersebutlah yang menjadi faktor membuat Vano menjadi manja.


(34)

Motif cinta juga dialami Vano terhadap Lestari, seorang teman guru di SD Mini Pengerak. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Diam-diam ada getaran aneh yang merasuki hati. Sebuah perasaan yang pernah ia rasa sebelumnya dengan seorang wanita keturunan Paris. Hatinya bergetar saat bersama Lestari. Apakah ini getaran yang sama seperti dulu? Tidak, tidak. Vano tak mau impiannya terhalang hanya karena cinta. Padahal impian itu baru saja terwujud. (MI:224)

Kutipan di atas Tevano merasa ada getaran cinta yang merasuki hatinya. Sejak ia mengenal Lestari, hatinya bergetar saat bersama Lestari. Hal tersebut mengingatkannya dengan seorang wanita keturunan Paris saat dia masih kuliah di Prancis.

Faktor motif cita membuat Tevano memiliki kepribadian yang terbuka (ekstrovert) dan perasa yakni dengan sifatnya senang membantu Lestari. Ia membantu Lestari yang akan menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Vano tidak rela wanita yang dia cintai menikah dengan orang lain, sehingga ia senang membantu Lestari. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano tersentak. Tidak mungkin. Lestari yang katanya tidak punya kekasih, tiba-tiba mau menikah. Ada sedikit kecemburuan di hatinya, tapi ia berusaha menutupi. ”Tapi, aku tetap akan membantumu Lestari. Aku tidak mau kamu menikah dengan pria itu karena…” Vano menggantung kalimatnya. (MI:239)

Kutipan di atas dapat disimpulkan Vano senang membantu Lestari karena adanya faktor cinta. Cinta yang dirasakannya saat mereka pertama bertemu dan Vano masih memendam perasaan tersebut.

c. Faktor Frustasi

Frustasi juga dialami Tevano sehingga mempengaruhi kepribadiannya. Frustasi yang dialami oleh Tevano ketika dia tiba di Pontianak. Ketika ia hendak melanjutkkan perjalannanya


(35)

ke Putussiabau, tetapi penerbangan ke sana hanya dua kali seminggu. Maka ia harus menunggu hingga esok hari kembali. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Aku lupa. Lha, sekarang aku harus nunggu. Besok baru ada pesawat. Harus nginap di Pontianak nih. ”Buang-buang uang jadinya,” kata Vano kesal. Ia kesal pada dirinya, juga pada keadaan sekarang. Ia mengutuk kebodohannya sendiri.(MI:51)

Kutipan di atas dapat dilihat frustasi yang dialami Tevano ketika berada di bandara. Dia lupa bahwa sebenarnya jadwal penerbangan ke Putussibau hanya dua kali seminggu. Rasa kefrustasiaanya ia tunjukkan saat ia kesal pada dirinya dan ia mearasa bersalah pada dirinya.

Frustasi juga dialami Tevano ketika penyamarannya selama ini harus terbongkar. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Vano gelisah. Ia tak bisa berkata apa-apa. Polisi ini menang. Sekarang semuanya terbongkar. Ia tak menyangka informasi tentang dirinya sampai di sini. Padahal menurutnya ia sudah jauh dari rumah. Di tempat paling pelosok di negeri ini. Nyatanya, orangtua Vano menyebarkan informasi tentang dirinya sampai sini. Tamatlah perjalanannya. (MI:291)

Kutipan di atas dapat dilihat frustasi yang dialami Tevano dalam Novel MI, ketika penyamarannya selama berada di desa Meliau akhirnya terbongkar. Tevano tidak menduga informasi tentang dirinya sampai ke desa tersebut. Ia frustasi karena perjalannya mengajar di SD Mini Penggerak akan tamat atau selesai.

d. Faktor Konflik

Konflik yang dialami Tevano dalam novel MI, sangat mempengaruhi kepribadiannya. Konflik yang dialami Tevano membentuk dirinya menjadi pribadi yang ekstrovert (terbuka) dan perasa. Konflik yang dialami Tevano adalah konflik dengan ayahnya sampai konflik batin. Konflik yang dialami Tevano dengan ayahnya dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano terlonjak. Baru saja melepas rindu tanah kelahiran, sudah disuruh ke luar negeri, kuliah pada bidang yang sama sekali tak disukainya. Hati Vano langsung menolak. ”Tapi, Pa. Vano sudah bosan hidup di luar negeri. Vano bosan belajar apa


(36)

yang tidak Vano sukai.” … tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan suaranya. Ia terlihat tak suka dengan penolakan Vano.(MI:11)

Kutipan di atas dapat disimpulkan Tevano mengalami konflik dengan ayahnya. Terjadi ketidaksesuaian antara keduanya. Tevano sangat ingin menjadi seorang guru sedangkan ayahnya tidak setuju dengan cita-cita Tevano tersebut. Ayahnya memaksa Tevano untuk kembali melanjutkan kulihnya ke jenjang yang lebih tinggi dan suatu saat akan meneruskan perusahaan ayahnya.

Konflik batin juga dialami Tevano akibat pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh ayahnya. Ayahnya terlalu mengatur semua kehidupan Tevano sehingga membuat dia tertekan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano mengacak-acak rambut dengan kedua tangan. Ia sungguh sebal dengan sikap Papa. Memang hidupnya berkecukupan. Tapi, batinnya tersiksa karena ia hanya seperti robot yang digerakkan Papa. Semua Papa yang mengatur. (MI:25)

Kutipan di atas dapat dilihat konflik batin yang dialami oleh Tevano. Batinnya tersiksa karena ia merasa hanya robot yang bisa digerakkan oleh ayahnya.

Konflik batin juga dialami Tevano, karena sikap Lestari terhadapnya ketika mereka pertama kali bertemu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Ada rasa yang mengganjal di hati Vano. Tentang Lestari. Bagaimana ia bisa tenang mengajar nanti jika rekannya tidak suka dengannya. Vano memilih diam selama perjalanan di atas jembatan kayu. Hatinya bergemuruh. Ia ingin kembali, menayakan alasan mengapa Lestari bersikap seperti itu. (MI:85)

Kutipan di atas tergambar konflik batin yang dialami Tevano. Dia merasa ada sesuatu mengganjal hatinya, karena sikap Lestari yang tak acuh terhadap dirinya. Ia akan merasa tidak tenang mengajar jika temannya tidak suka atas kehadirannya. Tevano sangat ingin menanyakan hal tersebut kepada Lestari.


(37)

e. Faktor Ancaman

Faktor ancaman keselamatan diri dialami oleh Tevano, ketika terjadi baku tembak anatara penculik dangan polisi. Tevano tidak memperdulikan ancaman keselamatan dirinya demi menyelamatkan Lestari dari para penculik tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano yang mendengar suara tembakan bergidik ngeri. Ingin berlari kea rah gudang, melihat keadaan, tapi ia sebenarnya sangat takut dengan keadaan yang seperti ini. Langkahnya ragu. Baku tembak masih terdengar dari dalam. Vano mengepalkan tangan keras. Ia tak bisa mengontrol emosinya. Ketakutan terpaksa ia tekan. Ia berlari menuju ke gudang gandum dengan tangan kosong. (MI:283)

Kutipan di atas dapat dilihat ancaman akan keselamatan diri yang dialami Tevano. Demi menyelamatkan Lestari dari tangan para penculik, ia rela masuk ke dalam gudang tempat Lestari disekap. Walaupaun keselamatan dirinya terancam oleh para penculik tersebut. Faktor ancaman tersebut membuat Tevano menjadi berani dan nekat untuk melawan ketakutannya.

4.2.2. Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran kolektif merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia yang diterima tidak secara pribadi atau personal melainkan yang diterima bersama. Faktor ini diterima atau diturunkan dari nenek moyang masing-masing manusia. Faktor tersebut meliputi faktor biologis dan faktor agama.

a. Faktor Biologis

Salah satu faktor yang mendasari kepribadian Tevano adalah faktor biologis. Faktor ini merupakan faktor kejiwaan yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan. Faktor biologis ini diturunkan oleh nenek moyang manusia. Faktor biologis yang mempengaruhi


(38)

pribadi Tevano meliputi hasrat untuk makan dan minum. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Menu malam ini lagi-lagi ikan goreng yang sama seperti tadi siang, pagi, dan kemarin malam. Lidah Vano merasa bosan dengan menu ini. Lidahnya sudah terbiasa dengan menu yang berbeda terus. Selain alasan itu, ia juga malas untuk memilah-milah duri ikan. (MI:90)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahawa kebutuhan biologis seperti makan juga mempengaruhi pribadi Tevano. Tevano yang sudah terbiasa dengan menu yang berbeda terus, ia merasa bosan memakan ikan setiap hari ketika dia tinggal di rumah Apai Sahat.

Kebutuhan biologis untuk istirahat di malam hari juga mempengaruhi kepribadian Tevano. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Vano merapikan tempat tidur. Ia menelentangkan tubuh, menutup mata, dan berusaha tidur. Namun, tetap tak bisa terlelap atau pergi kea lam mimpi. Ia sungguh tak biasa tidur di tempat yang keras seperti ini. Badannya terasa sakit. Herannya, kemarin ia langsung bisa langsung terlelap atau pergi ke alam mimpi. Vano berusaha terlelap lagi. Melupakan semua rasa tak nyaman itu. (MI:93)

Kutipan di atas dapat disimpulkan kebutuhan biologis seperti tidur, juga mempengaruhi kepribadian Tevano. Tevano yang sudah terbiasa tidur di tempat tidur yang lembut, kini ia susah tidur di tempat tidur yang keras. Dia yang sudah terbiasa hidup dengan penuh kenyamanan, kini ia untuk tidur pun sangat susah.

Kebutuhan biologis untuk minum juga dialami Tevano, ketika dia sedang sakit. Apai Sahat menawarkannya segelas air jahe. Tevano sangat susah untuk meminumnya, karena ia tidak suka dengan aromanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Ia mengarahkan bibir gelas pada mulutnya. Ia menahan napas, tak membiarkan aroma jahe yang menyengat itu masuk ke rongga hidungnya. Perlahan, ia menengguk jahe hangat itu. Rasa pedas dan agak panas seperti membakar lidah. Air jahe itu pun turun ke tenggorokan dan sampai ke lambung, menerobos gumpalan angin yang memenuhi lambung, dan memecahnya. Lambung Vano terasa hangat, namun lidahnya menolak rasa. (MI:113)


(39)

Kutipan di atas dapat disimpulkan kebutuhan biologis untuk memenuhi juga mempengaruhi kepribadian Tevano. Tevano yang dahulunya tidak suka minum air jahe, ia terpaksa meminum obat tersebut demi kesehatannya. Ia juga terpaksa meminumnya demi menghargai istri Apai Sahat yang telah membuatnya dan tidak memiliki pilihan lagi.

b. Faktor Agama

Agama sebagai suatu sistem ibadah, agama akan memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara berkomunikasi dengan Tuhan menurut jalan yang dikehendaki-Nya sendiri. Agama merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian Tevano dalam novel Mendayung Impian. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia gelisah. Gugup. Peluh menetes dari keningnya lagi. Ia kegerahan. Padahal cuaca pagi itu tidak terlalu terik.

Tuhan, bagaimana ini? Kenapa aku tak bisa tenang? Vano membatin. (MI:98)

Kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tevano faktor agama juga mempengaruhi Tevano. Ketika dia menghadapi masalah yang serius. Dia memohon bantuan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal tersebut ia lakukan, karena faktor agama. Agama yang ia peroleh secara turun menurun dari orang tuanya.

Faktor agama yang mempengaruhi Tevano adalah ketika ia bermimpi ibunya sakit. Ia memohon kapada Tuhan supaya ibunya mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa dan akan sembuh. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano bangkit tiba-tiba. Keringatnya mengucur deras. Jantungnya berdetak hebat. Ini mimpi buruk. ”Ma, apa yang terjadi denganmu? Semoga Mama dalam perlindungan-Nya. Amin .” (MI:115)


(40)

Kutipan di atas tergambar bahwa faktor agama juga mempengaruhi Tevano. Ia berdoa kepada Tuhan semoga ibunya berada dalam perlindungan Yang Maha Kuasa. Hal tersebut ia lakukan karena, ia merupakan seorang yang taat beragama.


(41)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian berdasarkan teori Carl Gustav Jung adalah sebagai berikut ini:

a. Berdasarkan fungsi jiwa, Tevano memiliki kepribadian yang bertipe perasa yaitu dengan sifat yakin dalam membuat keputusan, peduli terhadap orang lain, punya semangat yang kuat, dan punya tekad yang kuat.

b. Berdasarkan sikap jiwa, kepribadian Tevano bertipe ekstrovert (terbuka) dapat dilihat dari sifatnya senang membantu orang lain dan mudah adaptasi dengan orang lain. c. Berdasarkan ketidaksadaran pribadi, Tevano memiliki kepribadian bertipe pemikir

yang tampak melalui sifat-sifatnya rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. d. Berdasarkan ketidaksadaran kolektif, Tevano memiliki kepribadian bertipe intuitif

yang dapat dilihat dari sifatnya yang selalu optimis dan bijaksana.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama adalah faktor ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi meliputi faktor kedewasaan, faktor motif cinta, faktor frustasi, faktor konflik, dan faktor ancaman. Ketidaksadaran kolektif meliputi faktor biologis, dan faktor agama.


(42)

5.2 Saran

Novel Mendayung Impian ini merupakan sebuah novel inspirasi bagi setiap pembaca, terutama bagi kaum muda karena mengangkat perjuangan seorang pemuda kota yang mengabdi menjadi seorang guru di desa pedalaman. Cerita yang terdapat dalam novel tersebut dapat memacu semangat para kaum muda untuk ikut andil dalam mencerdaskan anak-anak yang kurang mampu bersekolah. Peneliti berharap, setelah diteliti dengan mengunakan anilisis psikologi sastra, dapat memicu para peneliti selanjutnya, untuk meneliti novel ini dengan sudut pandang ataupun teori yang berbeda. Seperti teori sosiologi sastra dan analisis struktural. Dengan demikian akan menambah wawasan pembaca tentang novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdrrohman.


(43)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurrohman:Analisis Psikologi Sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

2.1.1 Kepribadian

Kepribadian berasal dari kata personality (Inggris) yang berasal dari kata persona (Latin) yang berarti kedok atau topeng, dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga tampak di dalam tingkah lakunya yang unik (Sujanto, 2008:12).

Menurut KBBI (2005:895) kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.Karya sastra memuat kepribadian tokoh yang memiliki peran penting untuk menghidupkan cerita yang hendak disampaikan oleh pengarang. Kepribadian tokoh adalah karakter atau sifat yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.


(44)

2.1.3 Tokoh Utama

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:85). Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Menurut Rahmanto dan Hariyanto (1997:13) untuk menentukan siapakah yang menjadi tokoh utama dalam cerita, kriteria yang biasa digunakan adalah (1) tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, (2) tokoh yang paling banyak dikisahkan oleh pengarangnya, dan (3) tokoh yang paling banyak terlibat dengan tema cerita.

Melihat kepribadian tokoh dalam karya sastra dapat dilihat dari penokohan yang dibuat oleh pengarang. Menurut Suharianto (1982:31) penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya, yang berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Jones dalam Nurgiyantoro (2005:165) mengatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran sesorang yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan mempunyai sifat-sifat tertentu.

Menurut Nurgiyantoro (2005:194) secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dapat dibedakan menjadi dua yakni teknik ekspositori (penjelasan) dan teknik dramatik. Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh secara langsung disertai deskripsi kedirian tokoh secara jelas baik berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya. Teknik dramatik adalah pelukisan tokoh yang dilakukan pengarang secara tidak langsung. Pengarang


(45)

tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa yang terjadi.

2.1.4 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra (Sangidu, 2004:30). 2.1.5 Psikoanalitis Carl G. Jung

Pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Kedua alam ini saling berhubungan dan menentukan kepribadian seseorang (Suryabrata, 1982:156).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung. Psikoanalisis yang diterapkan dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam watak, sikap, dan kepribadian tokoh.

Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk tulisan sastra. Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang menitikberatkan


(46)

pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun pembaca karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terkait dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian karya sastra dapat diteliti dengan pendekatan psikologi. Dengan didukung pendapat Jatman (dalam Aminuddin, 1990:101), sastra dan psikologi memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung dan fungsional.

Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra dengan manusia nyata adalah psikoligi sastra yang merupakan gejala kejiwaan dari manusia imajiner, sedangkan dalam ilmu psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia riil (Endraswara, 2003:97). Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan proses penciptaan sebuah karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara sadar diciptakan oleh pengarang.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu (1) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, (2) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, (3) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca (Ratna, 2004:343).

Pendekatan psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, (2) pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, (3) pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).

Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Pendekatan tekstual tidak dapat lepas dari teori Jung yaitu psikoanalitis. Psikoanalitis yang diterapkan dalam


(47)

karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalitis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam kepribadian tokoh.

Menurut Suryabrata (1982:165), pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Kedua alam ini tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsinya keduanya adalah penyesuian, yaitu alam sadar adalah penyesuain terhadap dunia luar sedangkan alam tidak sadar adalah penyesuaian terhadap dunia dalam.

1. Struktur Kepribadian Berdasarkan Kesadaran

Kesadaran memiliki dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam menentukan pribadi manusia.

a. Fungsi Jiwa

Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Menurut fungsi jiwa, manusia dapat dibedakan menjadi empat tipe kepribadian:

1. Kepribadian yang rasional pemikir (thinking) yaitu orang yang banyak mempergunakan akalnya dalam melakukan sesuatu.

2. Kepribadian rasional perasa (feeling) terdapat pada orang-orang yang sangat dikuasai oleh perasaan, merasakan kenikmatan, peduli, takut, sedih, gembira, dan cinta. Menilai segala sesuatu berdasarkan suka atau tidak suka.

3. Kepribadian sensitif atau pengindra yaitu kepribadian yang dipengaruhi terutama oleh pancaindera.


(48)

4. Kepribadian intuitif yaitu kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira. Orang dengan kepribadian ini bersifat spontan.

Jika sesuatu fungsi superior (dominan), yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tak sadar (Suryabrata, 1982:158-160).

b. Sikap Jiwa

Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam.

Menurut atas sikap jiwanya Jung mengelompokkan manusia menjadi tiga kepribadian, yaitu :

1. Manusia bertipe ekstrovert. Orang yang ekstrovert adalah orang terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan nonsosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya: hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar.

2. Manusia bertipe introvert. Orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya yang ditentukan oleh faktor-faktor subjektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik: jiwanya tertutup, sukar


(1)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan begitu banyak berkah kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala anugerah dari Yang Maha Kuasa telah menuntun dan menguatkan penulis dalam menghadapi segala kendala dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah ”Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra”. Saat melewati proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat, perhatian, bimbingan, dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Subhilhar, Ph.D., sebagai Pejabat Rektor dan Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Universitas Sumtera Utara.

2. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU sekaligus dosen penulis yang telah memberikan banyak inspirasi selama menjadi mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia.


(2)

5. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I penulis yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dra. Yulizar Yunas, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II penulis yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akedemik (PA) yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU.

8. Bapak dan Ibu pengajar di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang senantiasa dengan tulus memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Orangtua paling sempurna dalam hidup penulis yaitu P. Ambarita dan U. Silalahi serta ketiga saudara yang tercinta yaitu Febrian Ambarita, Feriandi Ambarita, dan Canra Leorensius Ambarita yang menjadi motivator terbesar dalam hidup penulis. Terima kasih Tuhan telah memberikan penulis keluarga pilihan yang dengan hati lapang mencurahkan segenap kasih sayang pada penulis.

10. Terima kasih buat sahabat yang terkasih Riryn Afryani Garingging yang telah menemani hari-hari penulis, menjadi motivator dan memberikan masukan bagi penulis selama masa perkuliahan.

11. Terima kasih buat sahabat-sahabat yang terkasih yaitu Ika Stg, Juita, dan Johandi Sinaga yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Terimakasih sudah menjadi sahabat bagi penulis.


(3)

12. Terima kasih kepada saudara-saudaraku Anak Koridor yaitu Yudi, Jo, Iwan, Rintul, Iwan, Fajar, Immanuel, Fauzi, Mora, Reza, Zein, Dida, dan Fani. Terima kasih atas semnagatnya, kebersamaanya, dan dukungannya selama ini.

13. Terima kasih kepada teman seperjuangan stambuk 011 dan seluruh senior serta junior di Sastra Indonesia USU dan terimakasih kepada saudara-saudaraku di KMK St. Gregorius Agung FIB USU yang selalu mendoakan dan memberi dorongan kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

pembaca.

Hormat saya,


(4)

DAFTAR ISI

PRAKATA………... i

DAFTAR ISI ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Batasan Masalah ……… 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ………... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ………... 5

1.4.2.1 Manfaat Teoritis……… 5

1.4.2.2 Manfaat Praktis………... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA……. 6

2.1 Konsep ………... 6

2.1.1 Kepribadian………... 6

2.1.2 Tokoh Utama... 7

2.1.3 Psikologi Sastra………... 8

2.1.4 Psikoanalitis Jung………. 8

2.2 Landasan Teori..…... 8

2.3 Tinjauan Pustaka ………... 15

BAB III METODE PENELITIAN ………... 17

3.1 Metode Penelitian……….... . 17

3.2 Teknik Pengumpulan Data………... 17


(5)

3.4 Bahan Analisis... 19

BAB IV KEPRIBADIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA……….. 20

4.1 Kepribadian Tokoh Utama……… 20

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Kesadaran………... 21

a. Menurut Fungsi Jiwa……… 21

b. Menurut Sikap Jiwa……….. 29

4.1.2 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Ketidaksadaran…... 33

a. Menurut Ketidaksadaran Pribadi……….. 33

b. Menurut Ketidaksadaran Kolektif……… 38

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Utama….. 40

4.2.1 Ketidaksadaran Pribadi……… 40

a. Faktor Kedewasaan……….. 40

b. Faktor Motif Cinta……… 41

c. Faktor Frustasi……….. 43

d. Faktor Konflik………. 44

e. Faktor Ancaman………... 45

4.2.2 Ketidaksadaran Kolektif……….. 45

a. Faktor Biologis………... 46

b. Faktor Agama……… 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 49

5.1 Simpulan……… 49

5.2 Saran……….. 50


(6)

LAMPIRAN……… 53 Lampiran 1……….. 53 Lampiran 2……….. 56