Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

Lampiran I:
Sinopsis
MENDAYUNG IMPIAN

Novel ini menceritakan kisah tentang seorang pemuda bernama Tevano Aliandra Putra
yang sejak kecil bermimpi menjadi guru. Akan tetapi, hambatan Vano (panggilan Tevano) justru
datang dari ayahnya tidak senang jika Vano menjadi guru. Alasannya adalah gaji guru yang
kecil. Ayahnya yang seorang pengusaha sukses, pemilik pabrik rokok dan pabrik peralatan
elektronik ternama, menginginkan Vano akan meneruskan usaha keluarga.
Saat sekolah kelas menengah, Vano dipaksa untuk mengambil jurusan akuntansi di SMK
terbaik di kotanya. Setelah lulus sarjana dari jurusan business management di Paris, ayahnya
meminta Vano untuk melanjutkan S2 di Jerman. Mengikuti kehendak orang tua yang bertolak
belakang dengan impiannya, membuat Vano menolak permintaan ayahnya.
Vano merencanakan untuk pergi dari rumah ke sebuah pedalaman di tengah hutan
Kalimantan Barat bernama Kampung Meliau. Vano sempat dihantui kebimbangan, di satu sisi, ia
ingin mewujudkan mimpi masa kecilnya. Di sisi lain, ia tidak ingin membuat ibunya khawatir
akan keberadaannya. Tapi, semangat mengajar, perjuangan memberantas kebodohan, dan dasar
cinta yang membuatnya kuat.
Vano secara diam-diam berngakat ke pedalaman Kalinmantan Barat yaitu ke desa
Meliau. Desa Meliau tidak ada listrik. Situasi yang jauh berbeda dengan kehidupan Vano
bersama orang tuanya. Vano harus membiasakan diri tinggal di lingkungan yang memiliki

banyak keterbatasan. Tetapi, hanya di tempat terpencil itulah, ia bisa bersembunyi, sekaligus
mulai merengkuh apa yang telah dicita-citakan. Vano merahasiakan identitasnya dan
memperkenalkan diri sebagai Topan.

Selama di Meliau, Vano tinggal di rumah Apai (bapak) Sahat, yang dianggap Vano
sebagai sosok ayah yang ideal. Apai Sahat juga yang membantu Vano bisa mengajar di SD Mini
Penggerak. Vano terkejut saat pertama kali melihat SD yang hanya beratapkan seng yang sudah
berkarat. Setiap kelas hanya memiliki tiga sampai empat murid. Melihat semangat murid-murid
yang harus berangkat sekolah menggunakan perahu dayung dan melewati hutan. Meskipun
honor yang akan diterima sangat kecil, tetapi Vano tidak mempermasalahkannya. Sekolah itu
hanya ada dua orang guru, seorang kepala sekolah yang bernama Inai (ibu) Atin dan dibantu
oleh perempuan muda asli Meliau bernama Lestari. Cara mengajar Vano yang tidak biasa,
membuat Lestari tidak suka dengan kehadiran Vano. Lestari menganggap Vano hanya bermainmain dan tidak serius dalam mengajar. Tetapi Vano memiliki pandangan lain.
Ketika sekolah tersebut mendapat undangan lomba baca puisi, sikap Lestari pun
berseberangan dengan Vano. Lestari beranggapan bahwa sekolah mereka tidak perlu
mengirimkan muridnya untuk mengikuti lomba karena faktor biaya. Selain itu, kalaupun ikut
pasti akan kalah bersaing dengan sekolah-sekolah dari kota lain. Vano justru berpendapat bahwa
harus ada muridnya yang mengikuti lomba tersebut, untuk menambah pengalaman. Vano juga
memotivasi muridnya untuk mau mengikuti lomba itu. Tetapi Vano kesulitan melatih muridmuridnya berpuisi, karena Vano sama sekali tidak menguasai puisi. Beruntung, Widya,
keponakan Apai Sahat yang berasal dari kota sempat datang berkunjung. Widyalah yang memilih

sekaligus melatih murid yang akan mengikuti lomba baca puisi. Meskipun hanya melatih satu
hari, hal itu sangat membantu. Kehadiran Widya, lagi-lagi membuat sikap Lestari menjadi tidak
bersahabat. Dua hari menjelang perlombaan, ada kabar dari panitia lomba bahwa teks puisi yang
akan diperlombakan mengalami perubahan. Vano pun kebingungan. Widya sudah kembali ke
kotanya, sedangkan dirinya tidak mengerti puisi sama sekali. Ia pun akhirnya minta bantuan

kepada Lestari yang ternyata pernah menjadi juara lomba baca puisi sewaktu duduk di bangku
SMA. Awalnya Lestari enggan. Setelah didesak, akhirnya mau juga.
Vano dan Lestari ditugaskan Inai Atin untuk mengantar perwakilan murid yang akan
mengikuti lomba di Lanjak. Perlombaan itu membawa dua piala kemenangan bagi SD Mini
Penggerak. Sepulang dari Lanjak, Vano dan Lestari semakin akrab. Vano pun jatuh hati pada
Lestari.
Hati Vano seakan teriris ketika mengetahui gadis pujaan hatinya akan dinikahi oleh pria
tua yang sudah mempunyai tiga istri. Lestari terpaksa menerima pinangan itu, karena ayahnya
terlilit hutang yang cukup besar dan tidak sanggup membayar.Vano berusaha untuk membantu
Lestari. Vano melunasi hutang ayahnya Lestari, dengan harapan Lestari dapat menikah dengan
pria yang dicintainya. Karena gagal menikahi Lestari, pria itu akhirnya menculik Lestari.
Vano, Apai Sahat dan ayahnya Lestari mencari hingga ke kota seberang di Putussibau.
Lestari disekap disebuah gudang. Dengan bantuan Polisi, akhirnya Lestari dapat diselamatkan.
Sewaktu menemani Lestari ke kantor Polisi untuk dimintai keterangan, ternyata salah seorang

polisi mengenali wajah Vano yang masuk dalam Daftar Orang Hilang (DPO). Setelah dihubungi,
orangtua Vano pun datang bersama Widya yang ternyata juga menyukai Vano. Melihat
rahasianya terbongkar, Lestari pun marah karena merasa dibohongi.
Akhirnya Vano menyetujui untuk pulang dan menuruti permintaan ayahnya, dengan
syarat ayahnya harus membantu renovasi SD Mini Penggerak dan melengkapi fasilitas sekolah
tersebut. Vano pulang dengan berat meninggalkan tanah Meliau, impiannya telah selesai.
Bagaimanapun ia sudah sedikit mewujudkan mimpinya. Dia pergi tanpa pamit terhadap muridmuridnya dan warga Meliau. Vano berjanji suatu saat nanti setelah menyelesaikan studi S2-nya
di Jerman, ia akan kembali ke desa Meliau.

Lampiran II
Biografi Pengarang
Reyhan M. Abdurohman

Penulis lahir di Kudus pada tanggal 18 Mei 1994. Dia bercita-cita sejak kecil menjadi
seorang guru, meski sekarang sudah punya mimpi yang lain. Berawal dari iseng, kini ia terlanjur
cinta dengan menulis. Meski sebenarnya mempunyai banyak hobi yang sering berubah-ubah. Si
Taurus ini memutuskan serius menjalani hobi ini di akhir tahun 2012, hingga menghantarkan
beberapa karyannya terpublikasikan dalam beberapa buku antologi bersama penulis lain, yaitu:
Ototo Wa Koibito (Ping!!!, 2013), Curhatku Untuk Semesta (de TEENS, 2013), Ibuku Berbeda


(de TEENS, 2013). Pada awal tahun 2014, menerbitkan novel solo perdananya berjudul Ajari
Aku Melupakanmu (Zettu, 2014). Setelah itu dia menerbitkan novel berjudul Mendayung Impian

(Elex Media Komputindo, 2014). Penulis dapat dihubungi melalui rereyhan94@gmail.com atau
simak kicaunnya di @roemanfull. Silahkan mampir ke rumah digitalnya di www.roemanart.blogspot.com