Analisis Kelayakan Finansial Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang Chapter III VI

17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu
kecamatan Beringin.. Tempat penelitian ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa
di kecamatan Beringin mulai banyak usaha yang bergerak pada ikan hias.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan ikan koi di
Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan penentuan
sampel adalah metode sensus, yaitu semua jumlah populasi digunakan sebagai
sampel pada penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 19 0rang
petani ikan koi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengna pemilik usahatani
ikan koi. Data primer meliputi besarnya produksi, biaya produksi, pendapatan,
tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan lembaga-lembaga
lain yang relevan dengan permasalahan penelitian. Data sekunder sebagai data

penunjang yang digunakan untuk kelengkapan analisis yang dilakukan.

17
Universitas Sumatera Utara

18

3.4 Metode Analisis Data
Tujuan penelitian (1) yaitu untuk mengetahui berapa banyak biaya yang
dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel dalam usahatani ikan koi di
daerah penelitian.
Penyusutan
Menurut Suratiyah (2006 : 35) untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya
bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat
memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat digunakan
dalam penelitian ini adalah metode garis lurus. Rumus yang digunakan sebagai
berikut:
NA – NS
NPA =
n

Dimana :
NPA = nilai penyusutan alat (Rp)
NA = nilai awal (Rp)
NS

= nilai sisa (Rp)

n

= umur ekonomis (Tahun)

Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:
TC = FC + VC
Dimana :
TC (Total Cost)

= total biaya (Rp)

FC (Fixed Cost)


= total biaya tetap (Rp)

Universitas Sumatera Utara

19

VC (Variabel Cost) = total biaya variabel (Rp)
Tujuan penelitian (2) untuk mengetahui berapa jumlah pendapatn dan penerimaan
petani pada usahatani ikan koi yang diusahakan pada daerah penelitian.
Analisis Pendapatan
Menurut Soemarso (2002 : 274), pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva
atau penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan barang dan jasa atau
aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode. Analisis pendapatan digunakan untuk
mengetahui nilai pendapatan yang diperoleh oleh petani. Terlebih dahulu
dilakukan perhitungan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:
TR = P . Q
Dimana :
TR = total penerimaan (Rp)
P


= harga jual produk (Rp/ekor)

Q = jumlah produksi (Ekor)
Perhitungan pendapatan sebagai berikut:

π = TR – TC
Dimana :

π

= Pendapatan (Rp)

TR = Penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)

Universitas Sumatera Utara

20

Tujuan Penelitian (3) yaitu untuk mengetahui kelayakan finansial dari budidaya

ikan koi di daerah penelitian yaitu dengan analisis pendapatan, R/C ratio dan
BEP.
R/C Ratio
Menurut Darsono (2008) R/C Ratio adalah metode analisis untuk mengukur
kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya
(cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
usaha dalam menerapkan suatu teknologi.
TR
R/C Ratio =
TC

Dimana :
R/C Ratio = Revenue Cost Ratio
TR

= Total Penerimaan (Rp)

TC

= Total Biaya (Rp)


Dengan kriteria hasil:
a. Jika R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan adalah layak
b. Jika R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas
(break even point)
c. Jika R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak menguntungkan dan tidak
layak.

Universitas Sumatera Utara

21

Break Even Point (BEP)
Break Even point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana
jumlah manfaat ( pendapatan ) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan
kata lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi
(Bambang Riyanto, 2011 : 364).

FC
BEP Produksi =

(P - VC)

Dimana :
BEP Produksi = Break Even Point Produksi (Ekor)
FC

= Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp)

P

= Price / Harga penjualan (Rp / Ekor)

FC
BEP Harga =
(1 – VC/S)

Dimana :
BEP Harga = Break Even Point Harga (Rp)
FC = Fixed Cost / Total biaya (Rp)
VC = Variabel Cost / Biaya Variabel (Rp)

S

= Volume Penjualan (ekor)

Universitas Sumatera Utara

22

3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian
ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Modal

Kerja

adalah

semua


biaya

yang

dikeluarkan

per

periode

dilaksanakannya kegiatan produksi perusahaan. Modal kerja terdiri dari biaya
tetap dan biaya variable.
2. Perhitungan penyusutan dengan menghitung nilai sisa sebesar 10% dari harga
awal pembelian.
3. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada
perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk
didalam interval tertentu.
4. Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tingkat produksi.
5. Produksi adalah hasil dari usahatani ikan koi.

6. Total biaya adalah jumlah dari modal kerja dan biaya penyusutan yang
dikeluarkan selama umur proyek.
7. Usahatani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usahataninya
berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis, dan sosial
ekonomi sesuai dengan kemampuan petani
8. Kriteria kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu
usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak untuk
dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

23

Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2016 sampai tahun 2017.
3. Sampel adalah petani yang membudidayakan ikan koi.

Universitas Sumatera Utara


24

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kecamatan beringin merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang ada di
Kabupaten Deli Serdang. Luas kecamatan Beringin adalah 52,69 km2. Kecamatan
Beringin berada di daerah Dataran Rendah dengan ketinggian 2,5- 40 meter diatas
permukaan laut.
Kecamatan Beringin terdiri dari 11 desa yaitu Desa Tumpatan, Desa Kualanamu,
Desa Sidodadi Ramunia, Desa Kebun Kelapa, Desa Araskabu, Desa Serdang,
Desa Sidourip, Desa Pasar VI Kualanamu, Desa Karanganyar, Desa Beringin dan
Desa Sidoarjo. Secara administrative Kecamatan Beringin mempunyai batas-batas
sebagai berikut :


Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam



Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batang kuis



Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu

24
Universitas Sumatera Utara

25

4.1.2 Kependudukan
Penduduk di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang berjumlah 59.537 jiwa
yang tersebar di 11 desa. Berdasarkan jenis kelamin penduduk Kecamatan
Beringin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Beringin
Tahun 2014
Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jiwa

Persentase

Jiwa

Persentase

Jiwa

Tumpatan

3.702

12,26

3.602

12,27

7.304

Kualanamu

1.227

4,06

1.128

3,84

2.355

Sidodadi R

7.243

24,00

6.967

23,74

14.210

Kebun Kelapa

3.351

11,10

3.164

10,78

6.515

Araskabu

1.650

5,47

1.593

5,43

3.243

Serdang

1.366

4,53

1.365

4,65

2.731

Sidourip

1.276

4,23

1.264

4,30

2.540

226

0,75

221

0,75

447

Karang Anyar

4.426

14,66

4.372

14,90

8.798

Beringin

4.274

14,16

4.134

14,08

8.408

Sidoarjo

1.444

4,78

1.542

5,25

2.986

Pasar VI K.Namu

Jumlah/Total

30.185

29.352

59.537

Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Beringin pada
tahun 2014 sebesar 59.537 jiwa yang terdiri dari 30.185 jiwa laki-laki (50,70%)
dan 29.352 jiwa perempuan (49,30%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.

Universitas Sumatera Utara

26

4.1.3 Penduduk Kecamatan Beringin menurut tingkat pendidikan
Penduduk Kecamatan Beringin menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamatan
TK, SD, SLTP,SLTA, Perguruan Tinggi, Ibtidaiyah, Sanawiyah.
Tabel 4.2 Penduduk Kecamatan Beringin Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2014
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.

TK

683

5,34

2.

SD

6.055

47,41

3.

SLTP

2.919

22,86

4.

SLTA

1.924

15,06

5.

Ibtidaiyah

807

6,31

6.

Sanawiyah

241

1,88

7.

Perguruan Tinggi

142

1,11

Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Beringin paling
besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 6055 jiwa
(47,41%), selanjutnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar
2919 jiwa (22,86%), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu sebesar 1924
jiwa (15,06%), Ibtidaiyah sebesar 807 jiwa (6,31%), Taman Kanak-Kanak sebesar
683 jiwa (5,34%), tingkat Sanawiyah sebesar 241 jiwa (1,88%), dan tingkat
Perguruan Tinggi sebesar 142 jiwa (1,11%).
4.1.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Beringin bermacam jenisnya yaitu petani,
buruh, PNS, tenaga pengajar, tenaga kesehatan dan masih banyak lagi yang lain
jenis dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata
pencaharian penduduk Kecamatan Beringin dapat dilihat pada tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

27

Tabel 4.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Beringin
Tahun 2014
No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.

Petani

8.056

30,99

2.

Buruh

1.246

4,79

3.

Tenaga Kesehatan

120

0,46

4.

Tenaga Pengajar

391

1,50

5.

Pedagang

547

2,10

6.

Lain-lain

15.983

61,49

Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk di Kecamatan
Beringin yang terbesar yaitu selain mata pencaharian dari petani, buruh, tanaga
kesehatan, tenaga pengajar, pedagang adalah sebesar 15.983 jiwa (61,49%).
Kemudian petani sebesar 8.056 jiwa (30,99%), buruh sebesar 1.246 jiwa (4,79%),
pedagang sebesar 547 jiwa (2,10%), tenaga pengajar sebesar 391 jiwa (1,50%)
dan tenaga kesehatan sebesar 120 jiwa (0,46%).
4.2 Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini jumlah responden petani adalah sebesar 19 orang responden.
Petani responden berasal dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Beringin
yang informasinya diperoleh dari petani ikan koi di Kecamatan Beringin. Petani
yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan usahatani ikan koi
baik sebagai usaha sampingan maupun usaha pokok. Karakteristik petani
responden satu dengan yang lainnya tidak banyak berbeda.
Usia petani ikan koi yang dijadikan responden dalam penelitian ini berkisar antara
35 sampai 55 tahun. Untuk selengkapnya klasifikasi usia petani ikan koi di
Kecamatan Beringin dapat dilihat pada tabel 4.4.

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 4.4 Usia Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin Tahun 2017
No
Usia Petani
Jumlah Petani (Orang)
1.
35-40
4
2.
41-45
7
3.
46-50
6
4.
51-55
2
Jumlah
19
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)
Dari segi pendidikan petani ikan koi di Kecamatan Beringin belum dikatakan
tinggi. Terlihat pada tabel yang akan menyajikan sebaran tingkat pendidikan
petani pada responden sebagai berikut. Berdasarkan tabel berikut sebagian besar
petani tamatan SMP dan SMA dari total seluruh petani responden.
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin Tahun
2017
No.

Tingkat Pendidikan

Jumlah Petani (orang)

1.

Tamat SD

3

2.

Tamat SMP

9

3.

Tamat SMA

7

4.

Sarjana

-

Jumlah

19

Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)
Jumlah tanggungan keluarga dalam daerah penelitian akan berpengaruh terhadap
distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah
tanggungan keluarga didaerah penelitian berkisar antara 0-5 orang. Semakin
banyak jumlah tanggungan keluarga, maka akan semakin banyak pula tenaga
kerja dalam keluarga yang bisa digunakan. Berikut adalah tabel jumlah
tanggungan petani responden di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

29

Tabel 4.6 Jumlah Tanggungan Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin
Tahun 2017
No.
Jumlah Tanggungan (Orang)
1.
0
2.
1
3.
2
4.
3
5.
4
6.
5
Jumlah
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)

Jumlah Petani (Orang)
2
5
7
3
2
19

Luas lahan atau kolam yang digunakan petani ikan koi di Kecamatan Beringin
cukup beragam. Petani yang memiliki lahan / kolam sendiri sebanyak 19 orang.
Jadi keseluruhan petani responden memiliki lahan sendiri.

Universitas Sumatera Utara

30

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Produksi
Petani sebagai pelaksana usahatani mengharapkan produksi yang besar untuk
menghasilkan pendapatan yang besar pula. Dipandang dari sudut efisiensi,
semakin luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan
pendapatan per satuan luasnya. Dalam proses produksi dikeluarkan biaya-biaya
yang mendukung terjadinya proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi berlangsung,. Biaya produksi terdiri dari
biaya tetap (Fixed Cost) dimana penggunaanya tidak habis dalam satu masa
produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan
bangunan. Selain biaya tetap terdapat juga biaya tidak tetap (Variable Cost)
dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk
kedalam biaya tidak tetap adalah benih, pakan, dan tenaga kerja.
5.1.1 Biaya Tetap
1. Penyusutan Peralatan
Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan
diantaranya terdiri atas Pompa air, jaring atas, jaring samping, seser, dan ember .
Dimana, untuk rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran, sedangkan ratarata besarnya biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh per petani ikan
koi dan per hektar, dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut

30
Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 5.1 Rata-Rata Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan) Usahatani Ikan
Koi Per Petani dan Per Hektar Per Periode Produksi
No.
Alat
Biaya Per Petani
Biaya Per Ha
(Rp)
(Rp)
1.
Pompa air
155.000
811.013
2.
Jaring atas
57.895
273.279
3.
Jaring Samping
351.535
1.372.549
4.
Seser
3.542
21.305
5.
Ember
5.877
35.483
Total
573.849
2.513.628
Sumber : diolah dari data primer 2017, lampiran 18,19
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa rata-rata biaya tetap penyusutan
peralatan usahatani ikan koi untuk pompa air sebesar Rp. 155.000,- per petani dan
sebesar Rp. 811.013,- per Ha dalam sekali periode. Untuk jaring atas sebesar Rp.
57.894- per petani dan sebesar Rp. 273.279,- per Ha dalam sekali periode. Untuk
jarring samping sebesar Rp. 351.535,- per petani dan sebesar Rp. 1.372.549,- per
Ha dalam sekali periode. Seser sebesar Rp. 3.542,- per petani dan sebesar Rp.
21.305,- per Ha dalam sekali periode.. sedangkan untuk ember sebesar Rp. 5.877,per petani dan sebesar Rp. 35.483,- per Ha dalam sekali periode, total biaya
penyusutan di dapat sebesar Rp.2.513.628 ,- per Ha. Dari data tersebut diketahui
jaring samping adalah biaya penyusutan terbesar yang harus dikeluarkan dalam
usahatani ikan koi.
2. Pajak Bumi Bangunan (PBB)
Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan
bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang
lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau
memperoleh manfaat dari padanya. Untuk rata-rata biaya PBB usahatani Ikan koi
dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 5.2 Biaya PBB Usahatani Ikan Koi
No Sampel
Biaya PBB
1
20.625
2
41.250
3
12.375
4
8.250
5
45.375
6
37.125
7
33.000
8
33.000
9
20.625
10
20.625
11
16.500
12
8.250
13
28.875
14
4.125
15
41.250
16
41.250
17
20.625
18
20.625
19
8.250
Total
462.000
Rataan
24.315,78
Sumber : Diolah dari data primer, Lampiran 8
5.1.2 Biaya Variabel

Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani ikan koi di Kecamatan
Beringin adalah, terdiri atas biaya benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja.
Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Benih
Benih ikan koi dibeli dengan kisaran ukuran 3 cm- 4 cm. Untuk rata-rata biaya
yang dikeluarkan dalam pembelian benih sebagai komponen biaya variabel dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel 5.3 Rata-rata Biaya Produksi Benih Ikan Koi Per Petani dan Per Ha
Per Periode
No.
Uraian
Rupiah
1
Per Petani
4.910.526
2
Per Ha
20.930.451
Sumber : Diolah dari data primer,2017 – lampiran 2

Universitas Sumatera Utara

33

Berdasarkan data di tabel diketahui bahwa rata-rata biaya produksi benih Ikan
Koi per petani mencapai Rp. 4.910.526,- dan sebesar Rp. 20.930.451,- untuk per
Ha dalam sekali periode. Dari data tersebut didapat bahwa biaya produksi benih
Ikan Koi merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani ikan koi.
2.Pakan
Untuk pakan ikan koi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang harus
diberikan dengan dosis yang tepat agar ikan koi tidak mati kelaparan atau
kekenyangan, jumlah pemberian pakan ikan koi disesuaikan dengan banyaknya
ikan koi yang di pelihara petani. Besarnya rata-rata jumlah biaya pakan yang
dikeluarkan petani untuk memberi makan ikan koi dapat dilihat dari tabel dibawah
ini.
Tabel 5.4 Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Ikan Koi Per Petani dan Per
Hektar Per Periode
No
Uraian
Rupiah
1.
Per Petani
4.045.394
2.
Per Hektar
17.288.162
Sumber : Diolah dari data primer 2017, lampiran 3
Berdasarkan tabel 5.4 di dapat rata-rata biaya pakan yang dikeluarkan dalam
usahatani ikan koi per petani mencapai Rp. 4.050.394,- dan biaya pakan per Ha
yang dikeluarkan mencapai Rp. 17.288.162 untuk sekali periode.
3.Biaya Obat-Obatan
Pada usahatani ikan koi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
diperlukan obat-obatan untuk menghindari penyakit kulit pada ikan koi.
Digunakan obat-obatan dengan merk bosster atau pericop. Besarnya rata-rata

Universitas Sumatera Utara

34

jumlah biaya obat-obatan yang dikeluarkan petani ikan koi dapat dilihat dari tabel
di bawah ini.
Tabel 5.5 Rata-Rata Biaya Obat-obatan Usahatani Ikan Koi Per Petani dan
Per Hektar Per Periode
No.
Uraian
Rupiah
1.
Per Petani
139.105
2.
Per Hektar
736.130
Sumber : Diolah dari data primer 2017, Lampiran 4
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh rata-rata biaya obat-obatan yang dikeluarkan
dalam usahatani ikan koi per petani mencapai Rp. 139.105,- dan biaya obatobatan per hektar sebesar Rp. 736.130,- untuk sekali periode.
3. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Jenis komoditi yang diusahakan menentukan jumlah tenaga kerja.
Besarnya biaya tenaga kerja didasarkan pada jumlah hari kerja yang dilakukan
dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani ikan koi di daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam dan luar
keluarga. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi
perpetani dan per Ha dalam sekali periode dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah
ini.
Tabel 5.6 Rata-Rata Total biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Koi Per
Petani dan Per Hektar Per Periode
No
Rata-rata biaya tenaga kerja
Rupiah
1.
Per Petani
3.166.042
2.
Per Hektar
16.423.598
Sumber : Diolah dari data primer 2017, Lampiran 14,15
Berdasarkan data tabel 5.6 diatas didapat bahwa rata-rata biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan dalam usahatani ikan koi mencapai Rp. 3.166.042,- untuk per petani

Universitas Sumatera Utara

35

dan biaya per Ha yang dikeluarkan mencapai Rp. 16.432.598,- untuk sekali
periode.
4. Biaya BBM
Bahan bakar minyak yang digunakan berguna untuk mengisi pompa air yang
digunakan untuk mengalirkan air kedalam kolam. Rata-rata biaya BBM yang
dikeluarkan dalam usahatani ikan koi per petani dan per Ha dalam sekali periode
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.7 Rata-rata total biaya BBM usahatani Ikan koi Per petani dan Per
Hektar Per Periode
No
Rata-rata biaya BBM
Rupiah
1.
Per Petani
238.797
2.
Per Hektar
1.224.507
Sumber : Diolah dari data Primer 2017, Lampiran 13
Berdasarkan tabel 5.7 didapat rata-rata biaya BBM dalam usahatani ikan koi
sebanyak Rp. 238.797,- untuk per petani dan Rp. 1.224.507,- biaya per Ha untuk
sekali periode produksi.
Setelah didapatkan biaya tetap dan biaya variabel, penjumlahan kedua biaya
tersebutlah yang menjadi biaya produksi usahatani ikan koi yang rata-rata biaya
produksi usahatani tersebut dapat dilihat dari tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani ikan koi Per Hektar dan Per
Petani Per Periode
No
Rata-rata biaya produksi
Rupiah
1.
Per petani
9.076.079
2.
Per hektar
38.954.770
Sumber : Diolah dari data primer 2017, Lampiran 16,17

Universitas Sumatera Utara

36

Dari data tabel 5.8 di ketahui bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan petani
dalam usahatani ikan koi mencapai Rp. 9.076.079,- untuk per petani dan untuk
total biaya produksi per Ha mencapai Rp. 38.954.770,- dalam sekali periode.
Berikut ini ditampilkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha dan
proporsinya
Tabel 5.9 Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Ha Dan Proporsinya
No.
1.

Komponen Biaya

Rp

%

2.513.628

4,23

462.000

0,77

a. Benih

20.930.451

35,10

b. Pakan

17.288.162

28,99

c. Obat-obatan

736.130

1,23

d. Tenaga kerja

16.423.598

27,54

e. BBM

1.224.507

2,05

59.628.476

100

Biaya Tetap
a. Penyusutan
b. PBB

2.

Biaya Variabel

Total

Sumber : diolah dari data primer 2017,lampiran 21
Berdasarkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha tersebut di dapat
bahwa komponen biaya benih ikan koi merupakan komponen biaya terbesar yang
dikeluarkan petani untuk produksi ikan koi.

Universitas Sumatera Utara

37

Tabel 5.10 Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Petani dan
Proporsinya.
No.
1.

2.

Komponen Biaya

Rp

%

a. Penyusutan

573.850

4,24

b. PBB

462.000

3,41

a. Benih

4.910.526

36,28

b. Pakan

4.045.395

29,89

c. Obat-obatan

139.105

1,02

d. Tenaga kerja

3.166.042

23,39

238.797

1,77

13.535.715

100

Biaya Tetap

Biaya Variabel

e. BBM
Total

Sumber : diolah dari data primer 2017,lampiran 20
Berdasarkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per petani tersebut di
dapat bahwa komponen biaya benih ikan koi merupakan komponen biaya terbesar
yang dikeluarkan petani untuk produksi ikan koi.
5.2 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Ikan Koi
Dalam menjalankan usahatani ikan koi, ikan koi dapat di panen setelah 3 bulan
setelah proses pembesaran. Setelah ikan koi dipanen, hasil produksi lansung dijual
dengan agen yang datang untuk membeli ikan koi. Dengan demikian tidak ada
perlakuan pasca panen yang dilakukan terhadap ikan koi tersebut.
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi ikan koi yang
dihitung dalam ekor dengan harga jual ikan koi tersebut. Pendapatan petani dapat
diketahui dengan mengurangkan hasil penerimaan yang diperoleh dengan total
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi ikan koi.

Universitas Sumatera Utara

38

Dibawah ini akan disajikan rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani ikan
koi per petani dan per Ha per periode.
Tabel 5.10 Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Ikan Koi Per
Hektar dan Per Petani
No.
Uraian
Rata-rata
Rata-rata Biaya
Rata-rata
Penerimaan (Rp)
Produksi (Rp)
Pendapatan
(Rp)
1.
Per Petani
58.131.579
13.079.084
45.052.495
2.

Per Ha

247.185.578

59.165.135

188.020.443

Sumber : diolah dari data primer 2017, lampiran 22,23,24
Dari data tabel 5.10 diketahui bahwa rata-rata penerimaan petani dalam sekali
periode produksi mencapai Rp. 58.131.579,- per petani dan sebesar Rp.
247.185.578,- untuk per Ha. Pendapatan yang diperoleh petani ikan koi per petani
mencapai Rp.45.052.495,- dan sebesar Rp. 188.020.443,- untuk per Ha dalam
sekali periode produksi.
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Ikan Koi
Setiap petani dalam berusaha tani yang dilakukannya pasti mengharapkan
keuntungan yang besar. Menganalisis kelayakan usahatani berguna untuk
mengetahui apakah suatu usahatani tersebut layak di usahakan atau tidak.
Kelayakan usahatani ikan koi secara finansial dapat diketahui dengan menghitung
nilai R/C dan BEP.
Salah satu kriteria kelayakan usahatani untuk usahatani semusim atau jangka
pendek adalah R/C. Usahatani dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika
nilai R/C >1. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa nilai R/C lebih
besar dari 1 yaitu 4,44 (R/C>1). Nilai 4,44 juga menunjukkan bahwa hasil
penjualan Ikan koi mencapai 444% dari modal yang dikeluarkan. Nilai R/C yang

Universitas Sumatera Utara

39

lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk
dikembangkan.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis ketiga yang
mengatakan bahwa usahatani ikan koi layak dikembangkan adalah sesuai dengan
hasil yang diperoleh di daerah penelitian. Dengan demikian hipotesis ketiga
diterima.
Selanjutnya kelayakan usahatani ikan koi dapat dilihat dengan menghitung nilai
BEP (Break Even Point). BEP merupakan keadaan dimana suatu usaha dalam
melakukan usaha tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang
dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima perusahaan. BEP harga
produksi dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan
volume atau jumlah produksi, sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung
dengan membandingkan total biaya produksi dengan harga jual petani ikan koi.
Berdasarkan hasil yang diapat dapat dilihat bahwa rata-rata per Ha BEP produksi
sebesar 2.097 lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi yaitu

9.395

(2.097 < 9.395) dan BEP Harga yaitu Rp. 1.392- lebih kecil dibanding dengan
harga jual yaitu sebesar Rp.6.237 (1.392 < 6.237) dan dapat disimpulkan bahwa
usaha layak untuk dijalankan.

Universitas Sumatera Utara

40

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap usahatani ikan koi di Kecamatan Beringin
Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan bahwa :
1. Biaya tetap ikan koi lebih kecil dibandingkan biaya variabel
2. Usahatani ikan koi menguntungkan, karena penerimaan lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan.
3. Usahatani ikan koi di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan
dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial yaitu nilai R/C > 1
dan nilai BEP produksi lebih kecil dari hasil produksi dan BEP harga lebih
kecil dibanding dengan harga jual.
6.2 Saran
Kepada Petani
Agar petani lebih baik lagi dalam menekan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani ikan koi dan meningkatkan jumlah benih yang diusahakan untuk dapat
memberikan pendapatan yang lebih tinggi lagi.
Kepada pemerintah
Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan petani ikan koi dan membantu untuk
mengembangkan usaha ikan koi karena binis ikan hias sangat berkembang
dipasaran.
Kepada peneliti selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang analisis pemasaran
ikan koi, karena mengingat ikan koi memiliki prospek yang baik ke depannya.

40
Universitas Sumatera Utara