jtptunimus gdl azzadeelly 5856 2 babii
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teknik Menyusui yang Benar
1. Pengertian
Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,
2004,
p.1)
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,
2004, pp.13-16)
a. Perubahan Sosial Budaya
1) Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja
dan adanya emansipasi wanita dalam hal segala bidang
kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga
ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang.
2) Meniru
teman,
berpengaruh
bayinya.
tetangga
dengan
Bahkan
ada
atau
memberrikan
yang
orang
yang
sangat
susu
botol
kepada
berpandangan
bahwa
botol sangat cocok untuk bayi.
3) Merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya.
11
susu
b. Faktor Psikologis
1) Takut
kehilangan
Adanya
daya
anggapan
merusak
bayi
sebagai
ibu
bahwa
para
penampilan.
mempunyai
tarik
selalu
seorang
wanita.
menyusui
Padahal
setiap
mengubah
payudara,
akan
ibu
yang
walaupun
menyusui atau tidak menyusui.
2) Tekanan
tekanan
batin.
batin
Ada
di
sebagian
saat
kecil
menyusui
bayi
ibu
mengalami
sehingga
dapat
mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama
menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
c. Faktor Fisik Ibu
Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah
karena
ibu
sakit,
baik
sebentar
maupun
lama.
Tetapi
sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan
berhenti menyusui. Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai
memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan
bayi
menyusu dari ibunya yang sakit.
d. Faktor
kurangnya
petugas
kesehatan,
kurang
mendapat
penerangan
manfaat
pemberian
ASI.
atau
Penyuluhan
sehingga
masyarakat
dorongan
kepada
masyarakat
mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.
e. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI
f. Kurang/ salah informasi
tentang
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama
baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat
menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Petugas
kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi
pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat
memulangkan
bayinya.
g. Faktor pengelolaan ASI di Ruang Bersalin
Untuk
menunjang
keberhasilan
laktasi,
bayi
hendaknya
disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun
tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua
dapat dilaksanakan menyusui dini, seperti persalinan dengan
tindakan (seksio sesaria).
3. Cara Menyusui Yang Benar
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi
6) Jauhkan
hidung
bayi dari
payudara
ibu
dengan
cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005,
pp.26-32)
1)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh
sisi mulut puting susu.
3)
Tunggu
samapi
bayi
bereaksi
dengan
membuka
mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4)
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
cara
menekan
bahu
belakang
bayi
bukan
bagian
belakang kepala
5)
Posisikan
puting
susu
diatas
bibir
atas
bayi
dan
ibu
menelusuri
berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
6)
Kemudian
masukkan
puting
susu
langit- langit mulut bayi
7)
Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke
mulut
bayi,
sehingga
puting
susu
berada
diantara
pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum)
dan langit- langit lunak (palatum molle)
8)
Lidah
bayi
akan
menekan
dinding
bawah
payudara
dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar
dari sinus
lactiferous
yang
terletak
dibawah
kalang
payudara
9)
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara
dengan
hidung
bayi
dengan
maksud
untuk
memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai
bersendawa
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1)
Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2)
Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak
sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak
menggantung
3)
Mengeluarkan
sedikit
ASI
dan
mengoleskan
pada
puting susu dan aerola sekitarnya
4)
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada
lengkung
siku
ibu
dan
bokong
bayi
terletak
pada
lengan
5)
Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang
satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6)
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
7)
Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang
lain
menopang
dibawah
serta
tidak
menekan
puting susu atau areola
8)
Ibu
menyentuhkan
putting
susu
pada
bagian
sudut
payudara tidak
perlu
mulut bayi sebelum menyusui
9)
Setelah bayi mulai menghisap,
dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di
masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi
atau dagu bayi ditekan ke bawah
b) Setelah
bayi
selesai
menyusui,
ASI
dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan
aerola, biarkan kering dengan sendirinya
12) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu
kemudian
punggung
ditepuk
perlahan-lahan
atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat
bayi menginginkan (on demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1)
Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan
menyusui
bayi
dilakukan
setiap
saat
bayi
membutuhkan.
2)
Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3)
Bayi yang sehat
akan menyusu dan mengogongkan
payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI,
2005, pp.32-33)
1)
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2)
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3)
Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (payudara bagian bawah)
4)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi
5)
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6)
Sebagian besar areola tidak tampak
7)
Bayi menghisap dalam dan perlahan
8)
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9)
Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
f. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup
(Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41)
1)
Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2)
Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
pertama (100-200 gr setiap minggu)
3)
Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
4)
Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8
kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
5)
Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya
bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3
jam sekali setiap harinya
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut
pendidikan
terencana
UU
Nasional,
untuk
No.20
tahun
pendidikan
mewujudkan
2003
adalah
suasana
tentang
usaha
belaajar
sistem
sadar
dan
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan
Negara.
Menurut (Uhbiyati dan Ahmadi,2007, p.70), Pendidikan
pada
hakekatnya
suatu
kegiatan
yang
secara
sadar
dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang
dewasa
kepada
anak
sehingga
timbul
interaksi
dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus.
2. Menurut Tingkatan Pendidikan
Menurut
UU
RI
20
tahun
2003,
tingkatnya jalur pendidikan terdiri dari :
a. Pendidikan Dasar
1) SD/MI
2) SMP/MTS
ditinjau
dari sudut
dan
b. Pendidikan Menengah
1) SMU dan Kejuruan
2) Madrasah Aliyah
c. Pendidikan Tinggi
1) Akademi
2) Institusi
3) Sekolah Tinggi
4) Universitas
3. Menurut sifatnya Pendidikan(Ahmadi dan Unbiyati, 2007, p.97)
a. Pendidikan informal
Yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari – hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
b. Pendidikan Formal
Yaitu
pendidikan
yang
berlangsung
secara
teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.
c. Pendidikan Non Formal
Yaitu
pendidikan
yang
dilaksanakan
secara
tertentu
dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Sebagaimana
tingkatan
dikatakan
pendidikan
oleh
Notoatmodjo
seseorang
akan
(2003)
bahwa
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang
lebih
rasional
terhadap
informasi
yang
ada.
Sebaliknya
masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa
bodoh terhadap informasi atau sesuatu dari luar. Rendahnya
tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruhterhadap
atau
peningkatan
masyarakat
derajat
sangat
kesehatan,
oleh
karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal
inovasi baru.
Pendidikan
ibu
umumnya
berpengaruh
terhadap
kesehatan ibu dan anak. Wanita yang berpendidikan akan
lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
professional
karena
manfaat pelayanan kesehatan mereka sadari sepenuhnya.
C. Pekerjaan
1. Pengertian Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Seseorang yang bekerja ada sesuatu yang hendak dicapai, dan
orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan
membawanya
daripada
kepada
keadaan
suatu
keadaan
sebelumnya
(Panji
yang
lebih
Anoraga,
memuaskan
2009,
p.11).
Pekejaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan
oleh
seorang
ibu
dengan
maksud
untuk
memperoleh
penhhasilan. Setiap apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi
yang
melakukan.
Semakin
tinggi
ketrampilan
yang
dimiliki
oleh
tenaga
tenaga
dan
pekerjaan.
efisien,
kerja,
semakin
pemikiran
Penggunaan
efisien
(mentalnya)
tenaga
berarti beban
badan
dan
(anggota
dalam
mental
badan),
melaksanakan
atau
kerjanya relative rendah
jiwa
yang
(Notoatmodjo,
2007).
Menurut
Long
(1996)
dalam
buku
Nursalam
(2001)
mengatakan seseorang yang mempunyai pekerjaan penting dan
memerlukan aktivitas akan mengganggu dari pada ibu yang
tidak
bekerja.
Aktifitas
sehari-hari
adalah
kegiatan
rutin
harian.Aktivitas dibagi menjadi tiga golongan. Yaitu aktivitas
ringan
aktivitas
(ibu
rumah
sedang
pedagang,pekerja
petani,
kuli,
tangga,
(pelayan
pekerja
salon,
toko,
pelayan
kantor),
aktivitas
berat
bangunan
pendaki
gunung,
sekolah,
kuliah),
department
store,
(karyawan
pabrik,
tukang
becak)
(Irianto,2007).
2. Faktor- faktor Pekerjaan
a. Kemahiran, pengetahuan dan keperluan pekerjaan dari aspek
pendidikan, mental, pengalaman dan pelatihan
b. Usaha berbentuk usaha
mental,
penumpuan tentang
kerja
secara fisikal / manual.
c. Tanggung
jawab
pekerjaan
terhadap
aspek
latihan, penyediaan.
Dikatakan bahwa ibu yang bekerja akan berkurang.
kewenangan,
D. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Menurut
hasil
(Notoatmojo,
tahu,
penginderaan
dan
ini
terhadap
2003,
p.121)
terjadi
suatu
pengetahuan
setelah
objek
merupakan
orang
tertentu.
melakukan
Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Kognitif
Pengetahuan
yang
tercakup
dalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya (recall).
b. Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis
adalah
materi atau
suatu
suatu
kemampuan
objek
ke
dalam
untuk
menjabarkan
komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis
menunjukan
meletakkan
atau
kepada
suatu
menghubungkan
kemampuan
bagia-bagian
di
untuk
dalam
suatu bentuk keseluruhan yang bar. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut
digunakan
sejarah
(Notoadmojo,2005,
untuk
cara
memperoleh
mendapatkan
p.10-18)
pengetahuan,
pengetahuan
banyak
namun
yang
sepanjang
dibagi
atau
dikelompokkan menjadi dua yaitu : cara tradisional dan cara
modern.
a. Cara Tradisional
Cara tradisional terdiri dari 4 cara :
1)
Trial and Error
Cara yang dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Upaya yang
dilakukan hanya sebatas mencoba hingga mencapai
keberhasilan yang diinginkan
2)
Kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan
ini
biasanya
didapat
dari tokoh-tokoh
masyarakat, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut didapat
berdasarkan otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
maupun ahli pengetahuan.
3)
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman bisa dianggap sebagai sumber pengetahuan
dalam mencari sebuah kebenaran pengetahuan.
4)
Jalan Pikiran
Cara berfikir manusia berkembang, dari sini manusia
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia lebih menjalankan jalan pikirannya, baik melalui
induksi dan deduksi.
b. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara
yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
ilmiah atau popular.
4. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan manusia diperoleh dari media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat atau sebagainya.
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124).
6. Kategori pengetahuan
Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar,
cukup bila 60-75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila
pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006, p. 124).
7. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Menurut
Nursalam
Wawan,
2010,
(2003)
p.17)
didalam
yaitu
buku
makin
(Dewi
tinggi
dan
tingkat
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan berarti bimbingan
yang
diberikan
seseorang
terhadap perkembangan orang lain menunjukan cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mmencapai
keselamatan
dan
didalam
buku
kebahagiaan (Wawan dan Dewi, 2010, P.16).
2) Pekerjaan
Menurut
(Dewi
Thomas
dan
kebutuhan
dan
Nursalam(2003)
Wawan,
yang
2010,
harus
p.17),
pekerjaan
adalah
dilakukan
terutama
untuk
menunjang kehidupannya dan keluarga.
3) Umur
Menurut Elozabeth BH dan Nursalam (2003) didalaam
buku (Wawan dan Dewi, 2010, P.17), usia adalah umur
individu
yang
terhitung
mulai
saat
dilahirkan
sampai
berulang tahun.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut
buku
Ann.Mariner
(Dewi
dan
dan Nursalam (2003)
Wawan,
2010,p.18),
didalam
lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
E. Hubungan Pendidikan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Ibu menyusui dengan teknik meyusui yang benar merupakaan
salah
satu
kelompok
dalam
program
ASI
Ekslusif.
Teknik
menyusui yang benar merupakan cara memberikan ASI terahadap
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
(Suradi dan Hesti,2004, p.1)
UU
No.20
pendidikan
tahun
merupakan
mewujudkan
2003
usaha
suasana
belaajar
sistem
sadar
dan
pendidikan
dan
proses
Nasional,
terencana
untuk
pembelajaran
agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
kepribadian,
spiritual
kecerdasan,
akhlak
keagamaan,
mulia,
pengendalian
diri,
ketrampilan
yang
serta
diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan Negara.
Tingkat
pendidikan
seseorang
akan
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang
yang berpendidikannya tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah atau sedang.
Dengan pendidikan yang rendah maka dapat
tingkat
pengetahuan
ibu.
Pada
ibu
yang
berpengaruh
berpendidikan
pada
tinggi
cenderung mencari informasi tentang teknik menyusui yang benar.
(Notoatmodjo, 2003, p.58).
Tingkat
pendidikan
ibu
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat pendidikannya. Pendidikan yang rendah baik secara formal
maupun
teknik
informal
menyebabkan
menyusui
yang
ibu
benar.Teknik
kurang
memahami
menyusui
tentang
merupakan
salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik
menyusui tidak benar, dapat menyebabkan puting susu lecet dan
menjadikan ibu
enggan menyusui sehingga bayi tersebut
menyusu. Enggan menyusu akan berakibat
isapan bayi sangat
berpengaruh pada
selanjutnya.
sering
Namun
kali
jarang
kurang baik,
karena
rangsangan produksi ASI
ibu-
ibu
kurang
mendpatkan
informasi tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang benar
(Utami Roesli, 2005, p.59).
Hasilpenelitian ini sesuai dengaan beberapa penelitian serupa
diantaranya
dengan
hasil
penelitian
Dewi
Masitoh
(2009)
di
Semarangmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
post partum primipara tentang teknik menyusui yang benar.
F. Hubungan Pekerjaan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Pekejaan
dilakukan
ibu
oleh
penghasilan.
merupakan
seorang
Setiap
ibu
apapun
kegiatan
rutin
sehari-hari
dengan
maksud
untuk
jenisnya,
apakah
pekerjaan
yang
memperoleh
tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang
melakukan.Semakin
kerja,
semakin
pemikiran
tinggi ketrampilan
efisien
(mentalnya)
badan
yang
(anggota
dalam
dimiliki oleh
badan),
melaksanakan
tenaga
tenaga
dan
pekerjaan.
Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien,
berarti
beban kerjanya relative rendah (Notoatmodjo, 2007).
Ibu bekerja tidak terlalu memperhatikan perawatan terhadap
bayinya
dan
kegagalan
kurang
dalam
sabar
proses
dalam
menyusui
bayinya
sering
disebabkan
menyusui
sehingga
karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi.
Pada sebagian ibu yang tidak paham tentang cara menyusui yang
benar, kegagalan menyusui sering dianggap sebagai problem pada
anaknya
saja.
Selain
itu
ibu
sering
mengeluh
bayinya
sering
menangis atau “menolak” menyusu, dan sebagainya yang sering
diartikan bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI nya tidak enak,
tidak
baik
ataupun
pendapatnya
sehingga
sering
menyebabkan
diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. (Suradi dan
Hesti ,2004,p.42).
Hasil
serupa
penelitian
diantaranya
ini
hasil
sesuai
dengan
penelitian
beberapa
Meylia
penelitian
Qudriani
(2010)
Patiyang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pekerjaan ibu dengan teknik menyusui yang benar.
G. Hubungan Pengetahuan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Pengetahuan
akan
individu
mempengaruhi
mempengaruhi
tentang
motivasi
presepsinya
penyakit
individu
tentang
dan
untuk
iegawatan
pencegahannya
berperilaku
sehat
penyakit
dan
keuntungan perilaku tersebut. Sehingga tingkat pengetahuan baik,
maka
teknik
pengetahuan ibu
menyusui
yang
tentang
teknik
benar
baik,
apabila
menyusui kurang
,maka
tingkat
teknik
menyusui juga akan kurang. (Notoatmodjo, 2003, p.118)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
dibagi
menjadi faktor internal yang meliputi: pendidikan, pekerjaan, dan
umur sedangkan faktor eksternal meliputi: faktor lingkungan dan
social ekonomi. Pendidikan seseorang yang tinggi akan mudah
menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan
perubahan baru. Pengalaman sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang, jika pendidikan tinggi maka pengalaman
akan semakin banyak (Wawan dan Dewi, 2010, p.16).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah. Berjuta-juta ibu di
seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca
buku
tentang
menyusui
ASI
anaknya
bahkan
ibu
dengan
baik.
yang
buta
Walaupun
huruf
pun
demikian
dapat
dalam
lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah
tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2009, p.2).
Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu
akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan,
seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan
bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya
(Suradi dan Hesti, 2004, p.42).
Pengetahuan
sangat
penting
ibu
tentang
teknik
menyusui
sebab dari pengalaman dan
yang
penelitian
benar
terbukti
bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langsung
dari
pada
perilaku
yang
tidak
disadari
oleh
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003, p.118)).
Hasil
penelitian
ini
sesuai
dengan
beberapa
penelitian
serupa diantaranya dengan hasil penelitian Dewi Masitoh (2009)
Semarang menunjukkan ada hubungan signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu post partum primipara tentang teknik menyusui
yang benar.
H. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka teori
sebagai berikut.
Pekerjaan
Faktor Fisik Ibu
Pendidikan
Faktor
Psikologis
Perubahan
Sosial Budaya
Teknik Menyusui
yang Benar
Faktor
Kurangnya
Tenaga
Posisi
Menyusui
Kurang / salah
informasi
Meningkatnya
promosi susu
formula
Pengetahuan
Ibu
Menyusui
Faktor
pengelolaan
ASI
Langkahlangkah
Menyusui
Frekuensi
Menyusui
Gambar 2.1.Kerangka Teori modifikasi (DepKes, 2005), (DinKes,
2009), (Notoatmodjo, 2003) dan (Wawan dan Dewi, 2010)
I. Kerangka Konsep
Berdasarkan
kerangka
teori
yang
ada,
maka
kerangka
konsep dapat di gambarkan sebagai berikut :
Variable Bebas (Independen)
Variaabel Terikat (Dependen)
Pendidikan Ibu
Teknik menyusui yang
benar
Pekerjaan Ibu
Pengetahuan Ibu
tentang teknik
menyusui
Gambar 2.2.kerangka Konsep
J. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini di antaranya :
1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan teknik menyusui yang
benar
2. Ada hubungan
pekerjaan
ibu
dengan
teknik
menyusui yang
benar
3. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan teknik menyusui yang
benar.
TINJAUAN TEORI
A. Teknik Menyusui yang Benar
1. Pengertian
Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,
2004,
p.1)
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar,
2004, pp.13-16)
a. Perubahan Sosial Budaya
1) Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja
dan adanya emansipasi wanita dalam hal segala bidang
kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga
ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang.
2) Meniru
teman,
berpengaruh
bayinya.
tetangga
dengan
Bahkan
ada
atau
memberrikan
yang
orang
yang
sangat
susu
botol
kepada
berpandangan
bahwa
botol sangat cocok untuk bayi.
3) Merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya.
11
susu
b. Faktor Psikologis
1) Takut
kehilangan
Adanya
daya
anggapan
merusak
bayi
sebagai
ibu
bahwa
para
penampilan.
mempunyai
tarik
selalu
seorang
wanita.
menyusui
Padahal
setiap
mengubah
payudara,
akan
ibu
yang
walaupun
menyusui atau tidak menyusui.
2) Tekanan
tekanan
batin.
batin
Ada
di
sebagian
saat
kecil
menyusui
bayi
ibu
mengalami
sehingga
dapat
mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama
menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.
c. Faktor Fisik Ibu
Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah
karena
ibu
sakit,
baik
sebentar
maupun
lama.
Tetapi
sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan
berhenti menyusui. Dari jauh lebih berbahaya untuk mulai
memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan
bayi
menyusu dari ibunya yang sakit.
d. Faktor
kurangnya
petugas
kesehatan,
kurang
mendapat
penerangan
manfaat
pemberian
ASI.
atau
Penyuluhan
sehingga
masyarakat
dorongan
kepada
masyarakat
mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.
e. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI
f. Kurang/ salah informasi
tentang
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama
baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat
menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Petugas
kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi
pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat
memulangkan
bayinya.
g. Faktor pengelolaan ASI di Ruang Bersalin
Untuk
menunjang
keberhasilan
laktasi,
bayi
hendaknya
disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun
tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua
dapat dilaksanakan menyusui dini, seperti persalinan dengan
tindakan (seksio sesaria).
3. Cara Menyusui Yang Benar
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam
satu garis dengan leher dan lengan bayi
6) Jauhkan
hidung
bayi dari
payudara
ibu
dengan
cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005,
pp.26-32)
1)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh
sisi mulut puting susu.
3)
Tunggu
samapi
bayi
bereaksi
dengan
membuka
mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4)
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
cara
menekan
bahu
belakang
bayi
bukan
bagian
belakang kepala
5)
Posisikan
puting
susu
diatas
bibir
atas
bayi
dan
ibu
menelusuri
berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
6)
Kemudian
masukkan
puting
susu
langit- langit mulut bayi
7)
Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke
mulut
bayi,
sehingga
puting
susu
berada
diantara
pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum)
dan langit- langit lunak (palatum molle)
8)
Lidah
bayi
akan
menekan
dinding
bawah
payudara
dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar
dari sinus
lactiferous
yang
terletak
dibawah
kalang
payudara
9)
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara
dengan
hidung
bayi
dengan
maksud
untuk
memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus- elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai
bersendawa
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1)
Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2)
Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak
sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak
menggantung
3)
Mengeluarkan
sedikit
ASI
dan
mengoleskan
pada
puting susu dan aerola sekitarnya
4)
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada
lengkung
siku
ibu
dan
bokong
bayi
terletak
pada
lengan
5)
Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang
satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6)
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
7)
Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang
lain
menopang
dibawah
serta
tidak
menekan
puting susu atau areola
8)
Ibu
menyentuhkan
putting
susu
pada
bagian
sudut
payudara tidak
perlu
mulut bayi sebelum menyusui
9)
Setelah bayi mulai menghisap,
dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di
masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi
atau dagu bayi ditekan ke bawah
b) Setelah
bayi
selesai
menyusui,
ASI
dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan
aerola, biarkan kering dengan sendirinya
12) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu
kemudian
punggung
ditepuk
perlahan-lahan
atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat
bayi menginginkan (on demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1)
Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan
menyusui
bayi
dilakukan
setiap
saat
bayi
membutuhkan.
2)
Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3)
Bayi yang sehat
akan menyusu dan mengogongkan
payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI,
2005, pp.32-33)
1)
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2)
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3)
Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar
payudara (payudara bagian bawah)
4)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi
5)
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6)
Sebagian besar areola tidak tampak
7)
Bayi menghisap dalam dan perlahan
8)
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9)
Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
f. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup
(Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41)
1)
Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2)
Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
pertama (100-200 gr setiap minggu)
3)
Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
4)
Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8
kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
5)
Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya
bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3
jam sekali setiap harinya
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut
pendidikan
terencana
UU
Nasional,
untuk
No.20
tahun
pendidikan
mewujudkan
2003
adalah
suasana
tentang
usaha
belaajar
sistem
sadar
dan
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan
Negara.
Menurut (Uhbiyati dan Ahmadi,2007, p.70), Pendidikan
pada
hakekatnya
suatu
kegiatan
yang
secara
sadar
dan
disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh
orang
dewasa
kepada
anak
sehingga
timbul
interaksi
dari
keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus.
2. Menurut Tingkatan Pendidikan
Menurut
UU
RI
20
tahun
2003,
tingkatnya jalur pendidikan terdiri dari :
a. Pendidikan Dasar
1) SD/MI
2) SMP/MTS
ditinjau
dari sudut
dan
b. Pendidikan Menengah
1) SMU dan Kejuruan
2) Madrasah Aliyah
c. Pendidikan Tinggi
1) Akademi
2) Institusi
3) Sekolah Tinggi
4) Universitas
3. Menurut sifatnya Pendidikan(Ahmadi dan Unbiyati, 2007, p.97)
a. Pendidikan informal
Yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari – hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.
b. Pendidikan Formal
Yaitu
pendidikan
yang
berlangsung
secara
teratur,
bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat.
c. Pendidikan Non Formal
Yaitu
pendidikan
yang
dilaksanakan
secara
tertentu
dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Sebagaimana
tingkatan
dikatakan
pendidikan
oleh
Notoatmodjo
seseorang
akan
(2003)
bahwa
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang
lebih
rasional
terhadap
informasi
yang
ada.
Sebaliknya
masyarakat yang berpendidikan rendah akan bersikap masa
bodoh terhadap informasi atau sesuatu dari luar. Rendahnya
tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruhterhadap
atau
peningkatan
masyarakat
derajat
sangat
kesehatan,
oleh
karena sikap masyarakat yang belum terbuka dengan hal-hal
inovasi baru.
Pendidikan
ibu
umumnya
berpengaruh
terhadap
kesehatan ibu dan anak. Wanita yang berpendidikan akan
lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
professional
karena
manfaat pelayanan kesehatan mereka sadari sepenuhnya.
C. Pekerjaan
1. Pengertian Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Seseorang yang bekerja ada sesuatu yang hendak dicapai, dan
orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan
membawanya
daripada
kepada
keadaan
suatu
keadaan
sebelumnya
(Panji
yang
lebih
Anoraga,
memuaskan
2009,
p.11).
Pekejaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan
oleh
seorang
ibu
dengan
maksud
untuk
memperoleh
penhhasilan. Setiap apapun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi
yang
melakukan.
Semakin
tinggi
ketrampilan
yang
dimiliki
oleh
tenaga
tenaga
dan
pekerjaan.
efisien,
kerja,
semakin
pemikiran
Penggunaan
efisien
(mentalnya)
tenaga
berarti beban
badan
dan
(anggota
dalam
mental
badan),
melaksanakan
atau
kerjanya relative rendah
jiwa
yang
(Notoatmodjo,
2007).
Menurut
Long
(1996)
dalam
buku
Nursalam
(2001)
mengatakan seseorang yang mempunyai pekerjaan penting dan
memerlukan aktivitas akan mengganggu dari pada ibu yang
tidak
bekerja.
Aktifitas
sehari-hari
adalah
kegiatan
rutin
harian.Aktivitas dibagi menjadi tiga golongan. Yaitu aktivitas
ringan
aktivitas
(ibu
rumah
sedang
pedagang,pekerja
petani,
kuli,
tangga,
(pelayan
pekerja
salon,
toko,
pelayan
kantor),
aktivitas
berat
bangunan
pendaki
gunung,
sekolah,
kuliah),
department
store,
(karyawan
pabrik,
tukang
becak)
(Irianto,2007).
2. Faktor- faktor Pekerjaan
a. Kemahiran, pengetahuan dan keperluan pekerjaan dari aspek
pendidikan, mental, pengalaman dan pelatihan
b. Usaha berbentuk usaha
mental,
penumpuan tentang
kerja
secara fisikal / manual.
c. Tanggung
jawab
pekerjaan
terhadap
aspek
latihan, penyediaan.
Dikatakan bahwa ibu yang bekerja akan berkurang.
kewenangan,
D. Pengetahuan
1. Pengetahuan
Menurut
hasil
(Notoatmojo,
tahu,
penginderaan
dan
ini
terhadap
2003,
p.121)
terjadi
suatu
pengetahuan
setelah
objek
merupakan
orang
tertentu.
melakukan
Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Kognitif
Pengetahuan
yang
tercakup
dalam
domain
kognitif
mempunyai 6 tingkatan.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya (recall).
b. Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis
adalah
materi atau
suatu
suatu
kemampuan
objek
ke
dalam
untuk
menjabarkan
komponen-komponen,
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis
menunjukan
meletakkan
atau
kepada
suatu
menghubungkan
kemampuan
bagia-bagian
di
untuk
dalam
suatu bentuk keseluruhan yang bar. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut
digunakan
sejarah
(Notoadmojo,2005,
untuk
cara
memperoleh
mendapatkan
p.10-18)
pengetahuan,
pengetahuan
banyak
namun
yang
sepanjang
dibagi
atau
dikelompokkan menjadi dua yaitu : cara tradisional dan cara
modern.
a. Cara Tradisional
Cara tradisional terdiri dari 4 cara :
1)
Trial and Error
Cara yang dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Upaya yang
dilakukan hanya sebatas mencoba hingga mencapai
keberhasilan yang diinginkan
2)
Kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan
ini
biasanya
didapat
dari tokoh-tokoh
masyarakat, ahli agama, pemegang pemerintahan dan
sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut didapat
berdasarkan otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin
maupun ahli pengetahuan.
3)
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman bisa dianggap sebagai sumber pengetahuan
dalam mencari sebuah kebenaran pengetahuan.
4)
Jalan Pikiran
Cara berfikir manusia berkembang, dari sini manusia
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia lebih menjalankan jalan pikirannya, baik melalui
induksi dan deduksi.
b. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara
yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
ilmiah atau popular.
4. Sumber pengetahuan
Sumber pengetahuan manusia diperoleh dari media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat atau sebagainya.
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124).
6. Kategori pengetahuan
Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar,
cukup bila 60-75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila
pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006, p. 124).
7. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Menurut
Nursalam
Wawan,
2010,
(2003)
p.17)
didalam
yaitu
buku
makin
(Dewi
tinggi
dan
tingkat
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan berarti bimbingan
yang
diberikan
seseorang
terhadap perkembangan orang lain menunjukan cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mmencapai
keselamatan
dan
didalam
buku
kebahagiaan (Wawan dan Dewi, 2010, P.16).
2) Pekerjaan
Menurut
(Dewi
Thomas
dan
kebutuhan
dan
Nursalam(2003)
Wawan,
yang
2010,
harus
p.17),
pekerjaan
adalah
dilakukan
terutama
untuk
menunjang kehidupannya dan keluarga.
3) Umur
Menurut Elozabeth BH dan Nursalam (2003) didalaam
buku (Wawan dan Dewi, 2010, P.17), usia adalah umur
individu
yang
terhitung
mulai
saat
dilahirkan
sampai
berulang tahun.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Menurut
buku
Ann.Mariner
(Dewi
dan
dan Nursalam (2003)
Wawan,
2010,p.18),
didalam
lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
E. Hubungan Pendidikan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Ibu menyusui dengan teknik meyusui yang benar merupakaan
salah
satu
kelompok
dalam
program
ASI
Ekslusif.
Teknik
menyusui yang benar merupakan cara memberikan ASI terahadap
bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
(Suradi dan Hesti,2004, p.1)
UU
No.20
pendidikan
tahun
merupakan
mewujudkan
2003
usaha
suasana
belaajar
sistem
sadar
dan
pendidikan
dan
proses
Nasional,
terencana
untuk
pembelajaran
agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
kepribadian,
spiritual
kecerdasan,
akhlak
keagamaan,
mulia,
pengendalian
diri,
ketrampilan
yang
serta
diperlukan dirinya, masyaaraakat, bangsa dan Negara.
Tingkat
pendidikan
seseorang
akan
berpengaruh
dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang
yang berpendidikannya tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah atau sedang.
Dengan pendidikan yang rendah maka dapat
tingkat
pengetahuan
ibu.
Pada
ibu
yang
berpengaruh
berpendidikan
pada
tinggi
cenderung mencari informasi tentang teknik menyusui yang benar.
(Notoatmodjo, 2003, p.58).
Tingkat
pendidikan
ibu
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat pendidikannya. Pendidikan yang rendah baik secara formal
maupun
teknik
informal
menyebabkan
menyusui
yang
ibu
benar.Teknik
kurang
memahami
menyusui
tentang
merupakan
salah
satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI dimana bila teknik
menyusui tidak benar, dapat menyebabkan puting susu lecet dan
menjadikan ibu
enggan menyusui sehingga bayi tersebut
menyusu. Enggan menyusu akan berakibat
isapan bayi sangat
berpengaruh pada
selanjutnya.
sering
Namun
kali
jarang
kurang baik,
karena
rangsangan produksi ASI
ibu-
ibu
kurang
mendpatkan
informasi tentang manfaat ASI dan tentang menyusui yang benar
(Utami Roesli, 2005, p.59).
Hasilpenelitian ini sesuai dengaan beberapa penelitian serupa
diantaranya
dengan
hasil
penelitian
Dewi
Masitoh
(2009)
di
Semarangmenunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
post partum primipara tentang teknik menyusui yang benar.
F. Hubungan Pekerjaan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Pekejaan
dilakukan
ibu
oleh
penghasilan.
merupakan
seorang
Setiap
ibu
apapun
kegiatan
rutin
sehari-hari
dengan
maksud
untuk
jenisnya,
apakah
pekerjaan
yang
memperoleh
tersebut
memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah beban bagi yang
melakukan.Semakin
kerja,
semakin
pemikiran
tinggi ketrampilan
efisien
(mentalnya)
badan
yang
(anggota
dalam
dimiliki oleh
badan),
melaksanakan
tenaga
tenaga
dan
pekerjaan.
Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien,
berarti
beban kerjanya relative rendah (Notoatmodjo, 2007).
Ibu bekerja tidak terlalu memperhatikan perawatan terhadap
bayinya
dan
kegagalan
kurang
dalam
sabar
proses
dalam
menyusui
bayinya
sering
disebabkan
menyusui
sehingga
karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun bayi.
Pada sebagian ibu yang tidak paham tentang cara menyusui yang
benar, kegagalan menyusui sering dianggap sebagai problem pada
anaknya
saja.
Selain
itu
ibu
sering
mengeluh
bayinya
sering
menangis atau “menolak” menyusu, dan sebagainya yang sering
diartikan bahwa ASI nya tidak cukup, atau ASI nya tidak enak,
tidak
baik
ataupun
pendapatnya
sehingga
sering
menyebabkan
diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. (Suradi dan
Hesti ,2004,p.42).
Hasil
serupa
penelitian
diantaranya
ini
hasil
sesuai
dengan
penelitian
beberapa
Meylia
penelitian
Qudriani
(2010)
Patiyang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pekerjaan ibu dengan teknik menyusui yang benar.
G. Hubungan Pengetahuan dengan Teknik Menyusui yang Benar
Pengetahuan
akan
individu
mempengaruhi
mempengaruhi
tentang
motivasi
presepsinya
penyakit
individu
tentang
dan
untuk
iegawatan
pencegahannya
berperilaku
sehat
penyakit
dan
keuntungan perilaku tersebut. Sehingga tingkat pengetahuan baik,
maka
teknik
pengetahuan ibu
menyusui
yang
tentang
teknik
benar
baik,
apabila
menyusui kurang
,maka
tingkat
teknik
menyusui juga akan kurang. (Notoatmodjo, 2003, p.118)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
dibagi
menjadi faktor internal yang meliputi: pendidikan, pekerjaan, dan
umur sedangkan faktor eksternal meliputi: faktor lingkungan dan
social ekonomi. Pendidikan seseorang yang tinggi akan mudah
menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan
perubahan baru. Pengalaman sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang, jika pendidikan tinggi maka pengalaman
akan semakin banyak (Wawan dan Dewi, 2010, p.16).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah. Berjuta-juta ibu di
seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca
buku
tentang
menyusui
ASI
anaknya
bahkan
ibu
dengan
baik.
yang
buta
Walaupun
huruf
pun
demikian
dapat
dalam
lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah
tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2009, p.2).
Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu
akan mengalami gangguan proses fisiologis setelah melahirkan,
seperti puting susu lecet dan nyeri, payudara bengkak bahkan
bisa sampai terjadi mastitis atau abses payudara dan sebagainya
(Suradi dan Hesti, 2004, p.42).
Pengetahuan
sangat
penting
ibu
tentang
teknik
menyusui
sebab dari pengalaman dan
yang
penelitian
benar
terbukti
bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langsung
dari
pada
perilaku
yang
tidak
disadari
oleh
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003, p.118)).
Hasil
penelitian
ini
sesuai
dengan
beberapa
penelitian
serupa diantaranya dengan hasil penelitian Dewi Masitoh (2009)
Semarang menunjukkan ada hubungan signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu post partum primipara tentang teknik menyusui
yang benar.
H. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, disusun suatu kerangka teori
sebagai berikut.
Pekerjaan
Faktor Fisik Ibu
Pendidikan
Faktor
Psikologis
Perubahan
Sosial Budaya
Teknik Menyusui
yang Benar
Faktor
Kurangnya
Tenaga
Posisi
Menyusui
Kurang / salah
informasi
Meningkatnya
promosi susu
formula
Pengetahuan
Ibu
Menyusui
Faktor
pengelolaan
ASI
Langkahlangkah
Menyusui
Frekuensi
Menyusui
Gambar 2.1.Kerangka Teori modifikasi (DepKes, 2005), (DinKes,
2009), (Notoatmodjo, 2003) dan (Wawan dan Dewi, 2010)
I. Kerangka Konsep
Berdasarkan
kerangka
teori
yang
ada,
maka
kerangka
konsep dapat di gambarkan sebagai berikut :
Variable Bebas (Independen)
Variaabel Terikat (Dependen)
Pendidikan Ibu
Teknik menyusui yang
benar
Pekerjaan Ibu
Pengetahuan Ibu
tentang teknik
menyusui
Gambar 2.2.kerangka Konsep
J. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini di antaranya :
1. Ada hubungan pendidikan ibu dengan teknik menyusui yang
benar
2. Ada hubungan
pekerjaan
ibu
dengan
teknik
menyusui yang
benar
3. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan teknik menyusui yang
benar.