Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini terjadi peningkatan volume pembangunan dari tahun
ke tahun yang diikuti dengan naiknya jumlah penduduk dan kebutuhan hidup
merupakan masalah dan beban pembanggunan yang patut dicermati, upaya
pemecahan masalah dan beban pembangunan tersebut menuntut peningkatan
peran pemerintah yang lebih besar dan berkesinambungan. Peningkatan peran
pemerintah konsekuennya adalah meningkat pula dana yang dibutuhkan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah di bidang pembangunan dan
kemasyarakatan.
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakankegiatan pembangunan tentunya
memerlukan dana. Dana yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan salah
satunya bersumber dari pungutan berupa pajak karena pajak diyakini sebagai
tulang punggung pembangunan.Pajak berperan sebagai sumber penerimaan
negara yang penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional
untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, yang merupakan
tujuan dari suatu negara, dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah terus
melakukan upaya meningkatkan potensi-potensi pajak yang ada melalui
Reformasi Perpajakan guna meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Reformasi perpajakan di Indonesia dicetuskan oleh pemerintah Indonesia pada
tahun 1983 atau 38 tahun setelah Indonesia merdeka. Salah satu perubahannya
adalah Undang Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan beberapa kali

Universitas Sumatera Utara

perubahan. Yang terakhir adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Perkembangan terbaru
tentang pajak daerah saat ini yaitu pelimpahan kewenangan pengelolaan pajak
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan (BPHTB) dan pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) yang pemungutannya diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Wacana pelimpahan kewenangan
pengelolaan PBB-P2 dari pemerintahpusat kepada pemerintah daerah sebenarnya
sudah berlangsung lama, dan baru terwujud setelah adanya UU Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Mekanisme pengelolaan PBBP2 dahulu dipungut dan diadministrasikan semuanya oleh pemerintah pusat tetapi
hasilnya dibagikan lagi kepada masing-masing pemerintah daerah untuk
pembangunan daerah. Mekanisme persentase bagi hasil pajak bumi dan bangunan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yaitu 10% untuk pusat, 16,2% untuk propinsi dan
64,8% untuk kabupaten/kota. Berikut ini Perbandingan PBB pada Undang-undang

PBB dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat dilihat
pada Tabel 1.1:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Perbandingan PBB Perdesaan dan Perkotaan Sebelum dan Sesudah
dialihkan ke Pemerintah Daerah
Sebelum dialihkan ke Pemda
(UU PBB)

Setelah dialihkan ke Pemda
(UU PDRD)

Objek

Bumi dan/atau
Bangunan(Pasal 2)

Bumi dan/atau Bangunan,

kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan,
perhutanan,
pertambangan(Pasal 77 Ayat
1)

Tarif

Tunggal 0,5%(Pasal 5)

Paling tinggi 0,3%(Pasal 80)

Materi

20% - 100% (PP 25 tahun
2002 ditetapkan sebessar 20%
atau 40%)(Pasal 6)
Paling tinggi Rp.12.000.000
NJOPTKP

per Wajib Pajak(Pasal 3 Ayat
3)
0,5% x 20% x (NJOPPBB
NJOPTKP) atau
terhutang
0,5% x 40% x (NJOPNJOPTKP)(Pasal 7)
Sumber: Data Diolah
NJKP

Tidak dipergunakan
Paling rendah Rp.10.000.000
per Wajib Pajak(Pasal 77
Ayat 4)
0,3% (maksimal) x (NJOPNJOPTKP)(Pasal 81)

Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
membawa banyak perubahan, salah satunya terkait dengan mekanisme
pengelolaan PBB-P2 yang diserahkan kepada masing-masing daerah. Tata cara
pengalihan PBB P2 sebagai pajak daerah telah diatur dalam Peraturan Bersama
Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan

Nomor 58 Tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 sebagai

Universitas Sumatera Utara

Pajak Daerah. Peraturan bersama tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara
Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai
Pajak

Daerah.Pengalihanpemungutan

PBB-P2

ke

seluruh

pemerintahan

kabupaten/kota dimulai paling lambat 1 Januari 2014.

Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan
sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah, sehingga
saat ini Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, dan
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,
dan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pengalihan atas PBB-P2 dari pusat ke daerah masih terbilang baru sehingga
dapat mengalami peningkatan atau penurunanjumlah penerimaan PBB-P2.
Sebagai warga negara hendaknya menyadari akan kewajiban-kewajibannya
terhadap negara, yaitu membayar pajak. Dengan Kepatuhansetiap wajib pajak
yang memenuhi segala kewajibannya dapat dipastikan roda pemerintahan akan
berlangsung lancar. Lancarnya roda pemerintahan akan melancarkan pula
tercapainya keseluruhan cita-cita rakyat yang hidup dalam negara yang adil dan
makmur.Begitu besar manfaat dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan untuk kesejahteraan masyarakat dan banyak kemudahankemudahan yang diberikan dalam pelaksanaan pembayaraan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor perdesaan dan perkotaan.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang diatas Penulis tertarik untuk membahas
permasalahan ke dalam suatu laporan dengan judul “Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan
Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat”.

B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu :
a. Mengetahui tata cara pembayaranPajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Langkat.
b. Mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Langkat.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam membayar
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Langkat.

d. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
(Pemda) dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumidan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Langkat.

Universitas Sumatera Utara

2. ManfaatPenelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Akademis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian
yangdilakukan penulis dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang
didapat selama perkuliahan dalam pembahasan masalah mengenai
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Langkat.
2) Praktis
Dalam Penelitian ini, mempunyai manfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Langkat untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak di masa

mendatang.
C. Uraian Teoritis
1. Pajak
a. Definisi Pajak
Menurut pasal 1 Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berbunyi:
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Definisi pajak menurut para ahli :

Universitas Sumatera Utara

1) Menurut Soemitro (2014:1) Pajak adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat

jasa


timbal

(kontraprestasi),

yang

langsung

dapat

ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2) Menurut Feldmann (2014:1) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan
sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma
yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum.
3) Menurut Andriani (2014:2) Pajak adalah iuran kepada negara (dapat
dipaksakan) yang terutang olah yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Dari definisi di atas terdapat persamaan pandangan atauprinsip mengenai
pajak. Perbedaan mengenai ketiga definisi tersebut hanya pada
penggunaan gaya bahasa atau kalimatnya saja.
Ketiga pendapat tersebut mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
a) Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang.
b) Tidak ada timbal jasa (Kontraprestasi) secara langsung.Dapat
dipaksakan.
c) Hasilnya untuk membiayai pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepadaNegara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajibmembayarnya menurut
peraturan-peraturan dan tidak mendapatkanprestasi-prestasi kembali yang
secara langsung dapat ditunjuk.
b. Fungsi Pajak
Pajak

merupakan

sumber

penerimaan

Negara

yang

mempunyai

duafungsiyaitu:
1) Fungsi

anggaran

(budgetair)

sebagai

sumber

dana

bagi

pemerintah,untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi

mengatur

(regulerend)

sebagai

alat

pengatur

atau

melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
c. Asas Pemungutan Pajak
Ada tiga asas yang digunakan dalam pemungutan pajak yaitu :
1) Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
berdasarkan tempat tinggal atau yang bertempat tinggal di wilayahnya.
Wajib Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenakan pajak baik
penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
2) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tapa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib
Pajak yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak di
Indonesia tanpa memperhatikan wilayah tempat tinggal Wajib Pajak.
3) Asas Kebangsaan

Universitas Sumatera Utara

Pengenaan Pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Pengenaan pajak diberlakukan kepada setiap orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
d. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi dalam 3 bagian sebagai berikut:
a) Official Assesment System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
b) Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib
Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib
Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c) With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
e. Jenis-jenis Pajak
Jenis pajak dikelompokan ke dalam 3 bagian, yaitu :
a) Pajak Menurut Golongannya
1) Pajak langsung,yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan pembebanannya tidak dapat dibebankan kepada
pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung,yaitu pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
b) Pajak Menurut Sifatnya
a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
padasubjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya,dalam
artimemperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
c) Pajak Menurut Lembaga pemungutnya
1) Pajak pusat,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan membiayai rumah tangga negara.
2) Pajak Daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
f. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan angka atau persentase yang digunakan untuk
mengitung jumlah pajak atau jumlah pajak terutang. Terdapat empat
macam tarif pajak, yaitu :
a) Tarif Tetap
Tarif dengan jumlah atau angka tetap berapa pun yang menjadi dasar
pengenaan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Universitas Sumatera Utara

b) Tarif Sebanding (Proporsional)
Tarif dengan persentase tetap berapa pun jumlah yang menjadi dasar
pengenaan pajak, dan pajak yang harus dibayar selalu akan berubah
secara proposional sesuai dengan jumlah yang akan dikenakan.
c) Tarif Progresif
Tarif dengan persentase yang semakin meningkat (naik) apabila
jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak meningkat.
d) Tarif Degresif (Menurun)
Tarif dengan persentase yang semakin turun apabila jumlah yang
menjadi dasar pengenaan pajak meningkat.
g. Wajib Pajak
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang berbunyi:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan”.
2.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Menurut Suandy (2014:225): menyatakan pada tahun 1997, pemerintah
akhirnya

mengeluarkan

Undang-Undang

Nomor

18

tahun

1997

sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun
2000 dan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini
menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya memperhatikan pajak pusat

Universitas Sumatera Utara

saja tetapi juga pajak daerah yang menjadi salah satu sumber penerimaan
daerah.
a. Dasar Hukum PDRD
Dasar hukum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undangundang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Tujuan dari Undang-undang PDRD
Tujuan dari Undang-Undang PDRD adalah sebagai berikut :
a) Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka
mengurangiekonomi biaya tinggi.
b) Menyederhanakan sistem dan administrasi perpajakan dan retribusi
daerah untuk memperkuat fondasi penerimaan daerah khusunya
kabupaten/kota, dengan mengefektifkan jenis pajak dan retribusi
tertentu yang potensial.
c. Pengertian Pajak Daerah
Beberapa pengertian atau istilah Pajak Daerah :
a) Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hokum yang mempunyai batas daerah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Pajak Daerh selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan pembangunan daerah.
c) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
d) Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
d. Jenis-jenis Pajak Daerah
Jenis-jenis Pajak Daerah dibagi menjadi dua yaitu:
a) Pajak Provinsi
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) ajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok

Universitas Sumatera Utara

b) Pajak Kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10)

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan

11)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

e. Pengertian Retribusi Daerah
Beberapa Pengertian atau istilah Retribusi Daerah :
a) Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu

yang

khusus

disediakan

dan/atau

diberikan

oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
b) Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan
lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
c) Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Universitas Sumatera Utara

d) Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
e) Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengadilan dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi

kepentingan

umum

dan

menjaga

kelestarian

lingkungan.
f. Jenis-jenis Retribusi Daerah
Jenis-jenis retribusi daerah dikelompokan menjadi tiga yaitu :
a) Retribusi Jasa Umum
Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal 109 menyatakan bahwa
tertribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai
retribusi jasa umum. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan
yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal
110 jenis retribusi jasa umum adalah :
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3) Retribusi pengganti biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil

Universitas Sumatera Utara

4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Retribusi Parkir di tepi jalan umum
6) Retribusi pasar
7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
8) Retribus pemeriksaan alat pemadam kebakaran
9) Retribusi penggantian biaya cetak peta
10)

Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus

11)

Retribusi pengelolaan libah cair

12)

Retribusi Pelayanan tera/tera ulang

13)

Retribusi pelayanan pendidikan ; dan

14)

Retribusi pengendalian menara telekomunikasi

b) Retribusi Jasa Usaha
Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal 126 menyatakan bahwa
retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai
retribusi jasa usaha. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan
yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi :Pelayanan dengan menggunakan atau
memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara
optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang
belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal 127 jenis-jenis retribusi jasa
usaha adalah:
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
2) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan

Universitas Sumatera Utara

3) Retribusi tempat pelelangan
4) Retribusi terminal
5) Retribusi tempat khusus parkir
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vila
7) Retribusi rumah potong hewan
8) Retribusi tempat pendaratan kapal
9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
10)

Retribusi penyeberangan di atas air

11)

Retribusi penjualan produksi usaha daerah

c) Retribusi Perizinan Tertentu
Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal 140 menyatakan bahwa
retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan
sebagai retribusi perizinan tertentu.objek retribusi perizinan
tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Menurut UU No. 28 tahun 2009 pasal 141 jenis-jenis Retribusi
perizinan tertentu adalah :
1) Retribusi izin mendirikan bangunan
2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
3) Retribusi izin gangguan

Universitas Sumatera Utara

4) Retribusi izin trayek
5) Retribusi izin usaha perikanan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
a. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan
Perkotaan
Landasan hukum berlakunya Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2) Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 15/PMK07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-61/PJ/2010 tentang
Tata Cara Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah
4) Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 04 Tahun 2012
tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 04 Tahun
2012tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Universitas Sumatera Utara

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang dikenakan
terhadap harta tak bergerak berupa bumi dan bangunan (UU PBB No.
12 Tahun 1994). PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan, artinya
besarnya pembebanan pajak ditentukan oleh keadaan objek pajak itu
saja yaitu bumi dan bangunan, sedangkan keadaan pribadi subjek pajak
atau wajib pajak tidak diperhatikan.
Pajak Bumi dan Bangunan pada awalnya merupakan pajak pusat
yang alokasi penerimannya dialokasikan ke daerah – daerah dengan
proporsi

tertentu,

namun

demikian

dalam

perkembangannya

berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pajak ini khususnya sektor perdesaan dan
perkotaan menjadi sepenuhnya pajak daerah. Pengalihan pengelolaan
PBB-P2 kepada pemerintah daerah paling lambat diserahkan pada awal
tahun 2014, sehingga bagi pemerintah daerah yang sudah siap
mengelola PBB-P2 sebelum tahun 2014 bisa melaksanakannya paling
cepat sejak tahun 2011.
b. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan
dan Perkotaan
Subjek Pajak PBB-P2 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Langkat Nomor 4 Tahun 2012 pasal 3
1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau
memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Universitas Sumatera Utara

2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau
memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 4 Tahun
2012 Pasal 2, Objek pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah :
1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
sepertihotel, pabrik, dan emplasmennya, yang merupakan suatu
kesatuandengan kompleks Bangunan tersebut.
2) Jalan tol,
3) Kolam renang,
4) Pagar mewah,
5) Tempat Olahraga,
6) Galangan kapal, dermaga,
7) Taman mewah
8) Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas, pipa miyak,
dan
9) Menara.

Universitas Sumatera Utara

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan
dan Perkotaan adalah objek pajak yang :
1) digunakan

oleh

Pemerintah

dan

Daerah

untuk

penyelenggaraanPemerintahan,
2) digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum di
bidangibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yangtidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan,
3) digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenisdengan itu,
4) merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak,
5) digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsultan berdasarkan
asasperlakuan timbal balik,
6) digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yangditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
c. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
Perkotaan
Dasar pengenaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Langkat Nomor 4 Tahun 2012 Pasal4 adalah Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun kecuali
untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan osetiap tahun sesuai
perkembangan wilayah. Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh
Kepala Daerah. Sedangkan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) adalah

Universitas Sumatera Utara

besaran nilai jual objek yang akan dimasukan kedalam perhitungan
pajak terhutang. Besarnya NJKP yaitu:
1) Apabila NJOP-nya ≥ Rp 1.000.000.000.00 adalah 40%
2) Apabila NJOP-nya ≤ Rp 1.000.000.000.00 adalah 20%
d. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
kena pajak. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat No 04
tahun 2012 Besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,00
(Sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak.
e. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat No 04 tahun 2012 :
1) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan Perdesaandan
Perkotaan dibawah Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)tarifnya
ditetapkan sebesar 0,1 % (nol koma satu persen),
2) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan Perdesaandan
Perkotaan diatas Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)tarifnya
ditetapkan sebesar 0,2 % (nol koma dua persen).
f. Rumus Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan
dan Perkotaan
Rumus penghitungan PBB-P2 = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)
Contoh :
Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa :
- Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2

Universitas Sumatera Utara

- Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000,00/m2
- Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000,00/m2 Besarnya
pokokpajak yang terutang adalah sebagai berikut:
1) NJOP Bumi :
800 x Rp300.000,00

= Rp 240.000.000,00

2) NJOP Bangunan

a) Rumah dan garasi
400 x Rp350.000,00

= Rp 140.000.000,00

b) Taman
200 x Rp50.000,00

= Rp 10.000.000,00

c) Pagar
(120 x 1,5) x Rp175.000,00

= Rp 31.500.000,00 (+)

Total NJOP Bangunan

= Rp 181.500.000,00

NJOPTKP

= Rp 10.000.000,00 (-)

Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00 (+)
Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00
Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah 0,1%
PBB terutang : 0,1% x Rp411.500.000,00 = Rp 411.500,00
g. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Pengertian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah sarana
bagi Wajib Pajak (WP) untuk mendaftarkan Objek Pajak yang akan
dipakai sebagai dasar untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) yang terutang.
Hak Wajib Pajak
1) Memperoleh formulir SPOP secara gratis pada Kantor Badan
Pendapatan Daerah atau tempat lain yang ditunjuk.
2) Memperoleh penjelasan, keterangan tentang tata cara pengisian

Universitas Sumatera Utara

maupun penyampaian kembali SPOP
3) Memperoleh tanda terima pengembalian SPOP
4) Memperbaiki/mengisi ulang SPOP apabila terjadi kesalahan
dalampengisian dengan melampirkan foto kopi bukti yang
sah(sertifikat tanah, akta jual beli tanah, dan lain-lain).
5) Menunjuk orang/pihak lain selain pegawai Direktorat Jenderal
Pajak dengan surat kuasa khusus bermeterai, sebagai kuasa Wajib
Pajak untuk mengisi dan menandatangani SPOP.
6) Mengajukan

permohonan

tertulis

mengenai

penundaan

penyampaian SPOP sebelum batas waktu dilampaui dengan
menyebutkan alasan-alasan yang sah.
Kewajiban Wajib Pajak
a)

Mendaftarkan Objek Pajak dengan cara mengisi SPOP.

b)

Mengisi SPOP dengan jelas, benar, dan lengkap:
a) Jelas berarti dapat dibaca sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir;
b) Benar berarti data yang diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;
c) Lengkap berarti terisi semua dan ditandatangani serta dilampiri
surat kuasa khusus bagi yang dikuasakan.

c) Menyampaikan kembali SPOP yang telah diisi WP selambatlambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima. 4. Melaporkan
perubahan data Objek Pajak/WP dengan cara mengisi SPOP
sebagai perbaikan/pembetulan SPOP sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1
Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2
Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

Universitas Sumatera Utara

h. Pendataan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
Perkotaan
Proses awal sebelum objek pajak dikenakan PBB terlebih dahulu harus
dilakukan proses pendataan, yaitu proses pengumpulan data objek yang
nantinya akan digunakan untuk melakukan penilaian dan penetapan
PBB. Pelaksanaan pendataan ini dilakukan dengan menggunakan
sarana berupa Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) untuk objek
berupa tanah dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)
jika ada bangunannya, Dalam Pendataan objek pajak ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanya yaitu:
1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan Formulir SPOP dan
LSPOP
2) SPOP

harus

diisi

dengan

jelas,

benar,

dan

lengkap

sertaditandatangani oleh subjek pajak, atau kuasanya dan
disampaikan kepada Bupati melalui Dinas Pendapatan Daerah,
selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal
diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
3) Pelaksanaan dan tata cara pendataan objek pajak diatur lebih
lanjutoleh Peraturan BupatiSetelah subjek pajak menyampaikan
SPOP, Bupati atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan SPPT,
Bupati atau pejabat dapat megeluarkan SKPDdalam hal – hal
berikut :

Universitas Sumatera Utara

a) SPOP tidak disampaikan oleh wajib pajak sehingga Bupati
atauPejabat menegur wajib pajak secara tertulis yang ditentukan
dalamSurat Teguran.
b) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, ternyata
jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.
i.

Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
Perkotaan
Penilaian Berkaitan dengan memperkirakan NJOP untuk setiap
objek Pajak Bumi dan Bangunan, yakni bumi dan atau bangunan.
Pada umumnya penilaian dilakukan secara masal (mass appraisal),
meski ada beberapa objek yang dinilai secara secara individual.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 memungkinkan penilaian
dengan pendekatan harga pasar, biaya, dan kapitalisasi. Sekarang
ini biasanya penilaian untuk bumi menggunakan pendekatan harga
pasar, untuk bangunan menggunakan pendekatan biaya, dan untuk
objek yang tidak ada data pembandingnya, seperti hotel mewah,
menggunakan pendekatan kapitalisasi. Hasil penilaian merupakan
Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang kemudian diimasukkan ke
dalam basis data penilaian, yakni Zona Nilai Tanah (ZNT).
Undang-Undang mengamanatkan untuk melakukan penilaian
setidaknya tiga tahun sekali, dan untuk daerah yang memiliki
perkembangan harga tanah yang tinggi, penilaian dapat dilakukan
setahun sekali. Basis data ZNT yang dikaitkan dengan basis data

Universitas Sumatera Utara

peta, basis data objek dan subjek memberikan informasi NJOP
masing-masing objek PBB. NJOP ini kemudian harus ditetapkan
oleh bupati/walikota dalam peraturan bupati/walikota.
j.

Penetapan dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Perdesaan dan Perkotaan
Kewenangan penetapan PBB dilaksanakan

oleh Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat. Perhitungan besarnya PBB
didasarkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan dengan adanya
pokok massal yang dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah.
Pokok massal adalah jumlah ketetapan awal tahun. Pemberitahuan
besarnya ketetapan PBB untuk masing-masing wajib pajak
dilakukan dengan penerbitan SPPT kepada Wajib Pajak.
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung
Pajak Melunasiutang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakanpenagihan seketika
dan

sekaligus,

pencegahan,

memberitahukan
melaksanakan

Surat

Paksa,mengusulkan

penyitaan,

melaksanakan

penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Dasar Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :
1) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
2) Surat Ketetapan Pajak (SKP)
3) Surat Tagihan Pajak (STP)
4) Pelaksanaan Penagihan

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.3
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang

Sumber: http://bangkirana.blogspot.co.id/2015/02/cara-menghitung-pbb
2015.html
Kepala Kantor Badan Pendapatan Daerah dapat melaksanakan
tindakan penagihan PBB apabila pajak yang terutang sebagaimana
tercantum dalam STP PBB tidak atau kurang dibayar setelah lewat
jatuh tempo pembayaran. Penerbitan Surat Teguran (ST) sebagai
awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera
setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Setelah lewat
waktu 21hari sejak diterbitkannya ST, jumlah utang pajak yang
masihharus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala
Kantor Badan Pendapatan Daerah segera menerbitkan Surat Paksa
(SP). Setelah lewat waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa (SP)

Universitas Sumatera Utara

diberitahukan kepada Penanggung Pajak, jumlah utang pajakyang
masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala
Kantor Badan Pendapatan Daerah segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). Setelah lewat waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, apabila
utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak
dilunasi oleh Penanggung Pajak, Kepala Kantor Badan Pendapatan
Daerah segera melaksanakan Pengumuman Lelang (PL). Setelah
lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pengumuman
lelang, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus
dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak,Kepala Kantor
Badan Pendapatan Daerah segera melaksanakan penjualan barang
sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang. Dalam hal
dilakukan penagihan seketika dan sekaligus, kepada penanggung
pajak dapat diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran atau tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari
sejak ST diterbitkan.
k. Tata Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sektor
Perdesaan dan Perkotaan
Pembayaran dan Penyetoran PBB Perdesaan dan Perkotaan yang
terutang dilakukan di kas atau tempat lain yang ditunjuk Bupati
paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.
Pembayaran pajak terutang dilakukan di kas daerah atau tempat
lain yang ditunjuk Bupati, apabila pembayaran pajak dilakukan

Universitas Sumatera Utara

ditempat lain, hasil penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah
paling lama 7 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh
Bupati. Dalam Penagihan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan
Bupati dapat menerbitkan STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah)
jika:
a)

Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

b) Wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)/Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh
tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% sebulan dan ditagih melaluiSurat Tagihan Pajak
Daerah(STPD). Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan
dan Putusan Banding yang tidak atau kurang bayar oleh wajib
pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa yang
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang - undangan.
l.

Keberatan dan Banding
Wajib Pajak (WP) yang masih tidak sependapat dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak atas keberatannya, dapat mengajukan
banding kepada Pengadilan Pajak (PP).
1) Keberatan
Keberatan dapat diajukan oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau
pejabat yang ditunjuk atas sesuatu yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a) SPPT;
b) SKPD;
c) SKPDKB;
d) SKPDKBT
e) SKPDLB
f) SKPDN
Keberatan diajukan karena :
a) Bila WP merasa besarnya PBB tidak sesuai dengan keadaan
objek pajak yang sebenarnya. Hal ini karena ada beberapa
kesalahan pada luas objek PBB atau kesalahan klarifikasi
objek PBB atau kesalahan pada penetapan/pengenaan PBB
terutang.
b) Bila terdapat perbedaan penafsiran mengenai peraturan
perundang-undangan tentang PBB antara WP dengan
Petugas PBB
2) Tata Cara Pengajuan Keberatan
Syarat mengajukan keberatan adalah sebagai berikut :
a) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
dengan disertai dengan alasan-alasan yang jelas.
b) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau
pemungutan, kecuali jika wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya.

Universitas Sumatera Utara

c) Keberatan dapat diajukan apabila wajib pajak telah
membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui
wajib pajak.
d) Keberatan
dianggap

yang
sebagai

tidak
Surat

memenuhi persyaratan,
Keberatan

sehingga

tidak
tidak

dipertimbangkan.
e) Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh
Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman
Surat Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda
bukti penerimaan Surat Keberatan.
Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan. Keputusan Bupati atas keberatan dapat
berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau
menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka waktu
telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan
yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
3) Banding
Wajib Pajak mengajukan banding dengan alasan :
a) Data objek tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atau
b) Karena adanya perbedaan penafsiran peraturan perundangundangan antara Wajib Pajak dengan Keputusan Keberatan
PBB atau

Universitas Sumatera Utara

c) Karena subjek Pajak sudah memberikan keterangan, namun
keterangan itu tetap ditolak.
4) Tata Cara Pengajuan Banding
Syarat pengajuan banding adalah sebagai berikut :
a) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya
kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai
keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati.
b) Permohonan Banding diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia, dengan alasan yang jelas dala jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak keputusan diterima dilampiri salinan dari
surat keputusan keberatan tersebut.
c) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban
membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.
Jika

pengajuan

keberatan

atau

permohonan

banding

dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran
pajak dikembalikan dengan ditambahimbalan bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan.
m. Sanksi dalam Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan
Perkotaan
1) Sanksi Administrasi
a) Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada
waktunya dan setelah ditegur

secara tertulis tidak

Universitas Sumatera Utara

disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran,
maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan
sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB
yang terutang.
b) Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa
ternyata tidak benar (lebih kecil), maka akan diterbitkan
SKP dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25%
dari selisih besarnya PBB yang terutang.
2) Sanksi Pidana
a) Barang siapa karena kealpaannya tidak mengembalikan
SPOP atau mengembalikan SPOP tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap dan atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga menimbulkan kerugian bagi negara,
dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam)
bulan atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali lipat pajak
yang terutang;
b) Barang siapa karena dengan sengaja tidak mengembalikan
atau menyampaikan SPOP kepada Direktorat Jenderal
Pajak, menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap dan/ atau melampirkan keterangan yang tidak
benar, memperlihatkan surat palsu atau dipalsukan atau
dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar,
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau
dokumen lainnya, tidak menunjukkan data atau tidak

Universitas Sumatera Utara

menyampaikan keterangan yang diperlukan; sehingga
menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun atau denda
setinggi-tingginya sebesar 5 (lima) kali.
4.

Kepatuhan Wajib Pajak
a. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak secara terminologi berarti, taat, patuh, dan
disiplin terhadap perintah atau aturan, dapat dikatakan wajib pajak
patuh jika wajib pajak tersebut taat, atau disiplin dalam memenuhi serta
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku. Rustiyahningsih, (2011) mendefinisikan kepatuhan
perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak
patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.

Rustiyahningsih

(2011)

mengemukakan

bahwa

kepatuhandan kesadaran dalam pemenuhan kewajiban perpajakan
tercermin dalam situasi sebagai berikut:
1) Wajib Pajak memahami dan berusaha untuk memahami semua
Peraturan PerundangUndangan Perpajakan.
2) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3) Menghitung jumlah pajak terhutang dengan benar
4) Membayar pajak terhutang tepat pada waktunya
b. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Ada empat jenis keputuhan wajib pajak yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang perpajakan.
2) Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substantif/hakikatnya

memenuhi

semua

ketentuan

material

perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan
material juga dapat meliputi kepatuhan formal.
3) Kepatuhan sukarela adalah kepatuhan Wajib Pajak yang berdasarkan
kesadaran tentang kewajiban perpajakan, tidak ada paksaan dan tidak
juga karena takut sanksi perpajakan. Sedikit Wajib Pajak yang patuh
secara sukarela dibandingkan Wajib Pajak pajak yang patuh secara
terpaksa.
4) Kepatuhan yang dipaksakan adalah kepatuhan Wajib Pajak karena
keterpaksaan atau dorongan hal lain, seperti terpaksa patuh karena
takut sanksi yang lebih berat. Jika pajak tsidak ada sanksi yang berat,
tentu hanya sedikit sekali Wajib Pajak yang bayar pajak.
c. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Rahayu (2010:140) kepatuhan wajib pajak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: kondisi system administrasi perpajakan
suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hokum
perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak
Selanjutnya menurut Rahayu (2010:140) menyatakan bahwa:
“Wajib Pajak akan Patuh karena mereka berfikir adanya sanksi berat
akibat tindakan illegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak.

Universitas Sumatera Utara

Tindakan pemberian sanksi tersebut terjadi jika wajib pajak terdeteksi
dengan administrasi yang baik dan terintegrasi serta melalui aktifitas
pemeriksaan oleh apparat pajak
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Penelitian sebagai berikut :
1.

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Langkat

2.

Perbandingan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Langkat.

3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Langkat.

4.

Upaya-upaya

yang

dilakukan

oleh

Pemerintah

Daerah

dalam

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Langkat.
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka penulis
menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Jenis Data
Data penelitian yang diperlukan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

a.

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data yaitu
informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi
yang relevan dan sebenarnya di lapangan melalui wawancara.

b.

Data sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh dari litelaturlitelatur dan dokumen-dokumen serta laporan-laporan yang berkaitan
dengan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh, data diperoleh dari hasil penelitian dilapangan secara langsung
dengan pihak-pihak yang mengetahui persis masalah yang akan dibahas.
Dalam hal ini informan yang informasinya dibutuhkan dalam melakukan
penelitian adalah petugas yang menangani Pajak Bumi dan Bangunan di
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat. Serta sumber tertulis yang
berupa buku, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Hal ini
dapat dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data melalui
informan ataupun responden.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk

memperoleh

data

yang

diperlukan

dalam

penelitian

ini

menggunakan metode sebagai berikut:
a.

Wawancara (interview)
Wawancara adalah mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri
utama interview adalah kontak langsung dan bertatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi

Universitas Sumatera Utara

b.

Pengamatan (Observasi)
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap objek ditempat terjadi
atau berlangsungnya peristiwa.

c.

Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai cara pengumpulan data melalui
peningkatan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian.

4. Alat Pengumpul Data
Dalam tahap ini penulis merekam pada saat mengajukan pertanyaan secara
langsung melalui metode wawancara dengan informan yang berkompeten
yang berhubungan dengan laporan penelitian.
5. Informan
Informan adalah orang yang berwenang dalam memberikan informasi.
Yang

informasinya dibutuhkan dalam melakukan penelitian,yakni

melibatkan:
a.

Informan Utama yaitu Kepala Bidang Pajak Bumi dan Bangunan yang
membawahi:
1) Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3) Seksi Pelayanan dan Konsultasi

b. Informan tambahan yaitu pegawai di Badan Pendapatan Daerah

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

2 92 74

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

0 34 83

Pengaruh Sosialisasi, Pelayanan Fiskus, dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Ponorogo

0 23 15

Mekanisme Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (P2) Pada Dinas Daerah Pendapatan Kabupaten Langkat

0 0 10

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

0 0 11

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

1 1 18

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Chapter III V

0 0 21

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat

1 1 1

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

0 0 30