Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Ne
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang mempunyai dasar Negara yaitu pancasila
yang memiliki sebuah arti penting memiliki ideologi. Setiap bangsa dan negara
ingin berdiri kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan
hidup berbangsa dan bernegara.Tidak terkecuali negara Indonesia. Negara yang
ingin berdiri kokoh dan kuat, perlu memiliki ideologi negara yang kokoh
dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh. Di era yang serba
modern ini, makna pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia sedikit
dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh perkembangan
tekhnologi yang sangat canggih. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui
proses yang sangat panjang dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau
dipindah. Bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih
bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat menjelaskan
Pancasila sebagai ideologi negara, menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasan-gagasan. Ideologi
secara fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap baik. Ciriciri ideologi pancasila merupakan ideologi yang membedakan dengan ideologi
yang lainnya. Ciri-ciri tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan sebagai pencipta dunia
dengan segala isinya.Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia,
suku bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat
adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi. Makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan agar
dapat menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi negara yang
menyimpang dari Ideologi bangsa dan negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti Pancasila sebagai Ideologi bangasa dan Negara Indonesia?
2. Bagaimana Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa?
3. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia?
4. Apa fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia?
II.KAJIAN PUSTAKA
A. Pegertian Ideologi
Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai berikut,
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan
kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu
tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,
serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm
used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups
or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Pengertian
Ideologi
menurut
Ibnu
Sina
adalah
Mabda’
secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata bada’ayabdau bad’an wa
mabda’an yang berarti permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran
mendasar yang dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang) [dalam AlMausu’ah al-Falsafiyah, entry al-Mabda’]. Al-Mabda’(ideologi) : pemikiran
mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah laku.
Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman mendasar dan asas setiap
peraturan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’) adalah
pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki
metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode
menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran
yang lain dan metode untuk menyebarkannya. Sehingga dalam Konteks definisi
ideologi inilah tanpa memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam
adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi dengan padanan dari
arti kata Mabda’ dalam konteks bahasa arab. Apabila kita telusuri seluruh dunia
ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu Kapitalisme,
Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini dua mabda pertama,
masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang
ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban
oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap
ada di seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal dari buatan
akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam Kitab-nya "Najat", dia
berkata:"Nabi dan penjelas hukum Tuhan serta ideologi jauh lebih dibutuhkan
bagi kesinambungan ras manusia, dan bagi pencapaian manusia akan
kesempurnaan eksistensi manusiawinya, ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk
tapak kakinya, atau hal-hal lain seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi
kesinambungan ras manusia, namun tidak perlu sekali." Al - Marsudi
Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas
Puspowardoyo menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai
komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang
atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan
sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang
dinilai baik dan tidak baik.
Harol H. Titus menyatakan bahwa ideologi adalah suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik
ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Ali Syariati Mendefenisikan ideologi sebagai “keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu klas sosial, suatu bangsa
atau satu ras tertentu
Destutt de Tracy Mengartikan ideology sebagai “Science of ideas”, dimana
didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah program yang diharapkan
membawa perubahan institusional dalam suatu masyarakat.
Kirdi Dipoyudo menyatakan bawa ideologi sebagai suatu kesatuan
gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupanya baik individual maupun sosial, termasuk kehidupan Negara.
Sastra Pratedja mengungkapkan bahwa ideologi sebagai suatu kompleks
gagasan atau pemikiran yang beerorientasi pada tindakan yang diorganisir
menjadi suatu sistem yang teratur.
C.C. Rodee mengungkapkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan
yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi
keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya. Ideologi dapat di gunakan untuk
membenarkan status quo atau membenarkan usaha untuk mengubahnya (dengan
atau tanpa dengan kekerasan).
Gunawan Setiardjo menyatakan bahwa ideologi adalah kumpulan ide atau
gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang
melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
Thomas H menyatakan bahwa ideologi adalah suatu cara untuk
melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
Muhammad Ismail menyatakan bahwa ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru
al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama
sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain.
Dr. Hafidh Shaleh menyatakan bahwa ideologi adalah sebuah pemikiran
yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut
harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide
dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta metode menyebarkannya
ke seluruh dunia.
Taqiyuddin An – Nabhani menyatakan bahwa ideology adalah suatu
aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan, yang dimaksud aqidah adalah
pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta
tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya
dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau
Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Karl Marx Mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Notonegoro mengemukakan bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita
negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Kamus Bahasa Indonesia, Mendefinisikan ideologi adalah kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Atau cara berfikir seseorang atau suatu
gagasan.
Moerdiono menyatakan ideology adalah kompleks pengetahuan dan nilai,
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seorang ( masyarakat ) untuk
memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
Alfian mendefinisikan ideologi sebagai akumulasi nilai-nilai yang
dianggap baik dan benar tentang tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sekaligus
menjadi pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat dalam berbagai
kehidupan. Karenanya, ideologi berfungsi menjadi tujuan dan cita-cita bersama
masyarakat, serta menjadi pedoman dan alat ukur perilaku dalam hubungannya
dengan kebijakan negara serta sebagai pemersatu masyarakat karena menjadi
prosedur penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat tersebut. (Alfian,
Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional, Prisma,1976).
B. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia yang tak lain
adalah ideologi terbuka. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-nilai
dasar Pancasila bersifat tetap, namun dapat dijabarkan menjadi nilai instrumental
yang berubah dan berkembang secara dinamis dan kreatif sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia.
Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan fleksibelitas ideology pancasila
mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
1. Nilai Dasar
2. Nilai Instrumental
3. Nilai Praktis
Menurut Alfian, kekutan suatu ideology tergantung pada 3 dimensi yang
terkandung di dalamnya yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi Realitas
2. Dimensi idealis
3. Dimensi fleksibel
III. PEMBAHASAN
A. Arti pancasila sebagai Ideologi bangasa dan Negara Indonesia
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang
berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah
pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran
atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi,
2001:57). Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,
serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm
used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups
or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat. Bila kita terapkan rumusan ini
pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka
Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran,
kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu. Hasil pemikiran manusia yang
sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian dituangkan dalam suatu
rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang bermakna
bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan
kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka,
yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi
persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh
bangsa atau warga Negara Indonesia. Demikian isi rumusan sila-sila dari
Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar
hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan
masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan
hidup masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala
macam nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup
oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi bangsa, maka keberadaannya
selalu diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam
ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan
karakter manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para
penggali dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia
Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua
tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain
sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa
bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya
yaitu binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia
menciptakan suatu pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan
bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan
bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia
Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan
sesuatu menyangkut kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan
kehidupan berdemokrasi yang
terlindungi antara menyuarakan hak dan
kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan
suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa
Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan
pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan kerangka
berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam
segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka
mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai
sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk
dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan
kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu
pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum
tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan
cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat
mengikat. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya
sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan
Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau
ideologi Negara.
B. Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal
28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam
pidato pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada
seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa yang akan dibentuk untuk
Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan sepanjang 29 Mei-1
Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan
mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan
gagasannya mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul
“Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat
kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang
mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara
sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang
menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya
Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta diganti dan menimbulkan
kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta
dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol
Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak
meributkan masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada
perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dapat
diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan
22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan disepakati oleh Sidang
Pleno
BPUPKI
merupakan
modus
kompromi
antara
kelompok
yang
memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan
dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang
dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi kompromi antara kaum
nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering
dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an,
Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu bagi semua
ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata ideologis
untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam yang
kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam
terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas
desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945 sebagai
satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai
dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang
diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar,
Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional berideologi
Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik yang ada serta
mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang
konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno
juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang
berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis
dan ideologis yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat
labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada
runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa
rezim baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling
tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata
tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi justru
struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali
mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak
boleh ada yang menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang
berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai
adanya jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis
dari Orde Baru yang dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada
era ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan
berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya masyarakat
seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada
masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan
perekonomian secara mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini
cenderung mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan
berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara
politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila
menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia
C. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilainilai pancasila tergolong nilai kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau
kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai-nilai Pancasila bersibat
obyektif dan subyektif, artinya hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal atau
berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara lain.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1.
Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat umum universal dan abstrak
2.
Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia
3.
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-
nilai pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena,
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2. Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati
nurani bangsa Indonesia.
D. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
kesatuan republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (
cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat
Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah
mendarah daging dalam kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi
dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung
daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga
dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan
fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat
dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak
nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.
2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai
kelompok atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik
melalui pengalaman dalam praktikkehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai
proses perkembangan zamantanpa menghilangkan jati diri ideologi itu
sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap
nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru
yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga
pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu :
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa
dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja
terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya,
yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan
sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai
alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main
yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan
menentukan apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir
seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya “The End of
Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa
Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang
berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang
berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi
negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan
leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada
kesadaran,
pemahaman
dan
pengamalan
para
pendukungnya.
Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner
ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat
fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa
Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta
Pancasila sebagai ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun
dihantam badai globalisasi dan modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah
kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling berdampingan dan tetap utuh
hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus kelangsungan negara ini.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan
dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut.
Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus
pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan
tinggi.
2.
Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan
pancasila.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia itu sangat
penting.Karena Ideologi
merupakan alat yang paling ampuh untuk menciptakan
negara Indonesia yang kokoh, bermartabat dan berbudaya tinggi.
Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati dirinya. Pancasila
sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang
memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan
bahwa dengan Pancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk
penindasan, penjajahan darisatu bangsa terhadap bangsa yang lain. Ideologi
bangsa Indonesia itu adalah Pancasila.
Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan
mampu untuk
membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang.
Ideologi juga diharapkan mampu untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap
pengambilan keputusan harus berdasarkan ideologi negara Indonesia yaitu
Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan keputusan tidak keluar dari
aturan dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku juga harus
berpedoman teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita yang diharapkan oleh
masyarakat tersebut dapat terwujud dengan benar
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai
ideology bangsa dan Negara.
Daftar Pustaka
http://wittalistiya.blogspot.com/2011/04/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-dan.html
http://suhardiman2.blogspot.com/2011/11/fungsi-pokok-pancasila-sebagai-dasar.html
http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=343
http://smpn1ciemas.sch.id/materi/40-pendidikan-kewarganegaraan/107-nilai-nilai-pancasilasebagai-ideologi.html
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara yang mempunyai dasar Negara yaitu pancasila
yang memiliki sebuah arti penting memiliki ideologi. Setiap bangsa dan negara
ingin berdiri kokoh, tidak mudah terombang-ambing oleh kerasnya persoalan
hidup berbangsa dan bernegara.Tidak terkecuali negara Indonesia. Negara yang
ingin berdiri kokoh dan kuat, perlu memiliki ideologi negara yang kokoh
dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan rapuh. Di era yang serba
modern ini, makna pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia sedikit
dilupakan oleh sebagian rakyat Indonesia dan digantikan oleh perkembangan
tekhnologi yang sangat canggih. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui
proses yang sangat panjang dan rumit. Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau
dipindah. Bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih
bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan dapat menjelaskan
Pancasila sebagai ideologi negara, menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasan-gagasan. Ideologi
secara fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap baik. Ciriciri ideologi pancasila merupakan ideologi yang membedakan dengan ideologi
yang lainnya. Ciri-ciri tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan sebagai pencipta dunia
dengan segala isinya.Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia,
suku bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Ketiga adalah bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat
adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan
atas sistem demokrasi. Makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan agar
dapat menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi negara yang
menyimpang dari Ideologi bangsa dan negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti Pancasila sebagai Ideologi bangasa dan Negara Indonesia?
2. Bagaimana Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa?
3. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia?
4. Apa fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia?
II.KAJIAN PUSTAKA
A. Pegertian Ideologi
Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai berikut,
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan
kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu
tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,
serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm
used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups
or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Pengertian
Ideologi
menurut
Ibnu
Sina
adalah
Mabda’
secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata bada’ayabdau bad’an wa
mabda’an yang berarti permulaan. Secara terminologis berarti pemikiran
mendasar yang dibangun diatas pemikiran-pemikiran (cabang) [dalam AlMausu’ah al-Falsafiyah, entry al-Mabda’]. Al-Mabda’(ideologi) : pemikiran
mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah laku.
Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman mendasar dan asas setiap
peraturan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda’) adalah
pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki
metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode
menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran
yang lain dan metode untuk menyebarkannya. Sehingga dalam Konteks definisi
ideologi inilah tanpa memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam
adalah agama yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi dengan padanan dari
arti kata Mabda’ dalam konteks bahasa arab. Apabila kita telusuri seluruh dunia
ini, maka yang kita dapati hanya ada tiga ideologi (mabda’). Yaitu Kapitalisme,
Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini dua mabda pertama,
masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang
ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu negarapun, melainkan diemban
oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap
ada di seluruh penjuru dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal dari buatan
akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah SWT (hukum syara’).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam Kitab-nya "Najat", dia
berkata:"Nabi dan penjelas hukum Tuhan serta ideologi jauh lebih dibutuhkan
bagi kesinambungan ras manusia, dan bagi pencapaian manusia akan
kesempurnaan eksistensi manusiawinya, ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk
tapak kakinya, atau hal-hal lain seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi
kesinambungan ras manusia, namun tidak perlu sekali." Al - Marsudi
Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas
Puspowardoyo menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai
komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang
atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan
sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang
dinilai baik dan tidak baik.
Harol H. Titus menyatakan bahwa ideologi adalah suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik
ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Ali Syariati Mendefenisikan ideologi sebagai “keyakinan-keyakinan dan
gagasan-gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu klas sosial, suatu bangsa
atau satu ras tertentu
Destutt de Tracy Mengartikan ideology sebagai “Science of ideas”, dimana
didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah program yang diharapkan
membawa perubahan institusional dalam suatu masyarakat.
Kirdi Dipoyudo menyatakan bawa ideologi sebagai suatu kesatuan
gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan
kehidupanya baik individual maupun sosial, termasuk kehidupan Negara.
Sastra Pratedja mengungkapkan bahwa ideologi sebagai suatu kompleks
gagasan atau pemikiran yang beerorientasi pada tindakan yang diorganisir
menjadi suatu sistem yang teratur.
C.C. Rodee mengungkapkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan
yang secara logis berkaitan dan mengidentifikasikan nilai-nilai yang memberi
keabsahan bagi institusi politik dan pelakunya. Ideologi dapat di gunakan untuk
membenarkan status quo atau membenarkan usaha untuk mengubahnya (dengan
atau tanpa dengan kekerasan).
Gunawan Setiardjo menyatakan bahwa ideologi adalah kumpulan ide atau
gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang
melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
Thomas H menyatakan bahwa ideologi adalah suatu cara untuk
melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
Muhammad Ismail menyatakan bahwa ideologi (Mabda’) adalah Al-Fikru
al-asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang sama
sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran pemikiran yang lain.
Dr. Hafidh Shaleh menyatakan bahwa ideologi adalah sebuah pemikiran
yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut
harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide
dan solusi tersebut, metode mempertahankannya, serta metode menyebarkannya
ke seluruh dunia.
Taqiyuddin An – Nabhani menyatakan bahwa ideology adalah suatu
aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan, yang dimaksud aqidah adalah
pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta
tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya
dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini. Atau
Mabda’ adalah suatu ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta,
manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian yaitu, fikrah dan thariqah.
Karl Marx Mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Notonegoro mengemukakan bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita
negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan.
2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Kamus Bahasa Indonesia, Mendefinisikan ideologi adalah kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Atau cara berfikir seseorang atau suatu
gagasan.
Moerdiono menyatakan ideology adalah kompleks pengetahuan dan nilai,
yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seorang ( masyarakat ) untuk
memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengelolanya.
Alfian mendefinisikan ideologi sebagai akumulasi nilai-nilai yang
dianggap baik dan benar tentang tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sekaligus
menjadi pedoman dan cita-cita pengatur perilaku masyarakat dalam berbagai
kehidupan. Karenanya, ideologi berfungsi menjadi tujuan dan cita-cita bersama
masyarakat, serta menjadi pedoman dan alat ukur perilaku dalam hubungannya
dengan kebijakan negara serta sebagai pemersatu masyarakat karena menjadi
prosedur penyelesaian konflik yang muncul dalam masyarakat tersebut. (Alfian,
Idiologi, Idealisme dan Integrasi Nasional, Prisma,1976).
B. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia yang tak lain
adalah ideologi terbuka. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-nilai
dasar Pancasila bersifat tetap, namun dapat dijabarkan menjadi nilai instrumental
yang berubah dan berkembang secara dinamis dan kreatif sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia.
Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan fleksibelitas ideology pancasila
mengandung nilai-nilai sebagai berikut :
1. Nilai Dasar
2. Nilai Instrumental
3. Nilai Praktis
Menurut Alfian, kekutan suatu ideology tergantung pada 3 dimensi yang
terkandung di dalamnya yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi Realitas
2. Dimensi idealis
3. Dimensi fleksibel
III. PEMBAHASAN
A. Arti pancasila sebagai Ideologi bangasa dan Negara Indonesia
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang
berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah
pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran
atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi,
2001:57). Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,
serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm
used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and
social philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held by groups
or classes, artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat. Bila kita terapkan rumusan ini
pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka
Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran,
kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu. Hasil pemikiran manusia yang
sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian dituangkan dalam suatu
rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang bermakna
bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan
kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka,
yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi
persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh
bangsa atau warga Negara Indonesia. Demikian isi rumusan sila-sila dari
Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar
hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan
masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan
hidup masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala
macam nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup
oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai ideologi bangsa, maka keberadaannya
selalu diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam
ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan
karakter manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para
penggali dari pancasila itu sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia
Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua
tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain
sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa
bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya
yaitu binatang. Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia
menciptakan suatu pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan
bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan
bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia
Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan
sesuatu menyangkut kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan
kehidupan berdemokrasi yang
terlindungi antara menyuarakan hak dan
kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan
suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa
Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan
pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan kerangka
berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam
segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka
mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai
sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk
dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan
kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi
hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu
pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum
tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan
cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan
kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup
dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat
mengikat. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya
sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan
Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau
ideologi Negara.
B. Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa
Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal
28 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam
pidato pembukaannya selaku ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada
seluruh anggota sidang mengenai dasar negara apa yang akan dibentuk untuk
Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan sepanjang 29 Mei-1
Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan
mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan
gagasannya mengenai dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul
“Lahirnya Pancasila”. Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat
kompromis dan dapat meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang
mempertahankan Negara Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara
sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya dimenangkan kelompok yang
menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan dikeluarkannya
Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta diganti dan menimbulkan
kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta
dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol
Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak
meributkan masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada
perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dapat
diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan
22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan dan disepakati oleh Sidang
Pleno
BPUPKI
merupakan
modus
kompromi
antara
kelompok
yang
memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan
dasar negara Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang
dirumuskan kembali oleh PPKI berkembang menjadi kompromi antara kaum
nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering
dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an,
Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu bagi semua
ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata ideologis
untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam yang
kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam
terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas
desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945 sebagai
satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahannya dinamai
dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang
diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar,
Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional berideologi
Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik yang ada serta
mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena mereka menentang
konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila. Soekarno
juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang
berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis
dan ideologis yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat
labil sampai pada akhirnya melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada
runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa
rezim baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto
mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling
tepat untuk melegitimasi kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata
tidak semakin membuat stabilitas negara berjalan dengan baik, tetapi justru
struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali
mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak
boleh ada yang menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang
berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai
adanya jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis
dari Orde Baru yang dianggap menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada
era ini timbul keingingan untuk membentuk masyarakat sipil yang demokratis dan
berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas kendalinya masyarakat
seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan.
Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada
masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan
perekonomian secara mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini
cenderung mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan
berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara
politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar Pancasila
menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia
C. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
dan Negara Indonesia
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilainilai pancasila tergolong nilai kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran, atau
kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai-nilai Pancasila bersibat
obyektif dan subyektif, artinya hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal atau
berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara lain.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1.
Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat umum universal dan abstrak
2.
Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia
3.
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala
sumber hukum di Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-
nilai pancasila itu terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena,
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2. Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati
nurani bangsa Indonesia.
D. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
kesatuan republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (
cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat
Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah
mendarah daging dalam kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi
dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung
daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga
dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan
fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat
dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak
nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahirannya.
2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai
kelompok atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik
melalui pengalaman dalam praktikkehidupan bersama sehari-hari.
3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai
proses perkembangan zamantanpa menghilangkan jati diri ideologi itu
sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap
nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru
yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga
pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai
ideologi Negara, yaitu :
1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa
dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat
menjadi etos yang mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan
perlunya aktualisasi maksimal setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja
terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip dasar di dalamnya,
yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan
sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya.
Menata sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai
alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut,
masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main
yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah
konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional,
Pancasila juga mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan
menentukan apakah Pancasila mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir
seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam pemikirannya “The End of
Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah bangsa
Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan
bernegara, yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang
berkesatuan dalam keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang
berkeadilan sosial. Dengan demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi
negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat penderitaan rakyat dan kejayaan
leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi tergantung pada
kesadaran,
pemahaman
dan
pengamalan
para
pendukungnya.
Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner
ketat. Nilai dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat
fleksibel. Ketahanan ideologi Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa
Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta
Pancasila sebagai ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun
dihantam badai globalisasi dan modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah
kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling berdampingan dan tetap utuh
hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus kelangsungan negara ini.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan
dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu
kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut.
Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Upaya–upaya tersebut antara lain :
1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus
pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan
tinggi.
2.
Lebih memasyarakatkan pancasila.
3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran
terhadap pancasila.
5. Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan
pancasila.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia itu sangat
penting.Karena Ideologi
merupakan alat yang paling ampuh untuk menciptakan
negara Indonesia yang kokoh, bermartabat dan berbudaya tinggi.
Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati dirinya. Pancasila
sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang
memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan
bahwa dengan Pancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk
penindasan, penjajahan darisatu bangsa terhadap bangsa yang lain. Ideologi
bangsa Indonesia itu adalah Pancasila.
Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan
mampu untuk
membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang.
Ideologi juga diharapkan mampu untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap
pengambilan keputusan harus berdasarkan ideologi negara Indonesia yaitu
Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan keputusan tidak keluar dari
aturan dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku juga harus
berpedoman teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita yang diharapkan oleh
masyarakat tersebut dapat terwujud dengan benar
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai
ideology bangsa dan Negara.
Daftar Pustaka
http://wittalistiya.blogspot.com/2011/04/pancasila-sebagai-ideologi-bangsa-dan.html
http://suhardiman2.blogspot.com/2011/11/fungsi-pokok-pancasila-sebagai-dasar.html
http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=343
http://smpn1ciemas.sch.id/materi/40-pendidikan-kewarganegaraan/107-nilai-nilai-pancasilasebagai-ideologi.html