Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Ek

Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Risiko Kredit dan Stabilitas Finansial Pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Candy, S.E., M.M. Universitas Internasional Batam

Liean Christine Halim Universitas Internasional Batam

ABSTRACT

The purpose of this study aimed to analyze and prove the influence of internal factors and external factors toward credit risk and financial stability of the bank. Independent variables include bank size, profitability, total credit, capital adequacy, gross domestic product, inflation rate and unemployment rate. The dependent variable used as a credit r isk is the ratio of nonperforming loans, while the financial stability measure of the bank is Z Score.

Using secondary data from the financial statements of commercial banks listed on the IDX and economic r eports dur ing 2012 -2016. The results from SP SS data analysis proves that bank size, total credit, capital adequacy, gross domestic product and inflation rate have a significant influence on credit risk and bank stability. While profitability and unemployment rate have no significant effect to credit risk and financial stability of banks in Indonesia.

Keywords : credit risk, bank stability, bank size, profitability, total credit, capital adequacy, gross domestic product, inflation rate, unemployment rate.

PENDAHULUAN

Setelah krisis ekonomi pada tahun 2007 - 2009, para pelaku ekonomi dunia kembali diselumbungi oleh kekhawatiran dan ketakutan akan belum membaiknya perekonomian dunia pada tahun 2017 dan 2018 mendatang ini. Kekuatiran seputar nilai perdagangan dunia yang semakin menurun, harga komoditas yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang belum pulih, serta kondisi pasar finansial yang terbatas di berbagai negara. Negara Amerika Serikat, Eropa dan Jepang masih dalam proses pemulihan dan belum ada pengencangan yang signifikan. Sedangkan negara China masih mengalami pelambatan ekonomi yang disebabkan oleh pelaksanaan rebalancing pemerintah.

Pengukuran risiko bank dapat mencakup berbagai dimensi, dalam mengukur kemungkinan kebangkrutan bank. Penulis mempertimbangkan stabilitas finansial pada bank sebagai pengukur dari risiko bank. Menurut Jabra et al. (2017) risiko bank diukur dari kredit bermasalah (NPL) dan stabilitas bank dari kemungkinan bangkrut ( Z Score ). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat setidaknya terdapat 75 bank telah tutup selama bulan Januari hingga Oktober 2016. Pada akhir tahun 2016, perkembangan NPL perbankan Indonesia terus mengalami peningkatan, setidaknya terdapat 6 bank beraset besar mencatat kondisi kredit bermasalah diatas rata-rata industri. Adapun 6 bank yang mengalami peningkatan NPL adalah sebagai berikut: Bank Permata (4,6%), Bank CIMB Niaga (3,97%), Maybank (3,85%), Bank Mandiri (3,74%), BTN (3,41%) Pengukuran risiko bank dapat mencakup berbagai dimensi, dalam mengukur kemungkinan kebangkrutan bank. Penulis mempertimbangkan stabilitas finansial pada bank sebagai pengukur dari risiko bank. Menurut Jabra et al. (2017) risiko bank diukur dari kredit bermasalah (NPL) dan stabilitas bank dari kemungkinan bangkrut ( Z Score ). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat setidaknya terdapat 75 bank telah tutup selama bulan Januari hingga Oktober 2016. Pada akhir tahun 2016, perkembangan NPL perbankan Indonesia terus mengalami peningkatan, setidaknya terdapat 6 bank beraset besar mencatat kondisi kredit bermasalah diatas rata-rata industri. Adapun 6 bank yang mengalami peningkatan NPL adalah sebagai berikut: Bank Permata (4,6%), Bank CIMB Niaga (3,97%), Maybank (3,85%), Bank Mandiri (3,74%), BTN (3,41%)

Dapat diketahui bahwa dampak dari kredit macet dan kurangnya kemampuan bank dalam menjaga stabilitas bank akan sangat menguras kinerja

perbankan. Kerugian dari kredit macet harus ditutupi dengan cadangan bank hingga kredit tersebut terselesaikan ataupun masuk menjadi Wr ite Off (WO) perusahaan. Menurunnya profitabilitas yang menggoyahkan stab ilitas bank menyebabkan bank harus berusaha mencarikan cara untuk meningkatkan kembali laba perusahaan. Oleh karena uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dapat memberikan bukti empiris akan faktor –faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas finansial bank umum di Indonesia, dengan judul:

“Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Risiko Kredit dan Stabilitas Finansial Pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI)”

KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Song et al. (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio kecukupan modal terhadap stabilitas bank di China. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari 28 bank komersial di China mulai dari Tahun 2004 hingga Tahun 2013 dengan menggunakan fixed effect model dan random effect model pada panel datanya.

Wen (2017) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan risiko dan kestabilan bank. Penelitian ini dilakukan terhadap perbankan di 14 negara yaitu Afrika Selatan, Argentina, Brasil, Chile, Kolombia, Meksiko, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Republik Ceko, Hongaria dan Polandia pada Tahun 2000 hingga 2014 de ngan menggunakan unbalanced panel regression . Variabel dependen yang digunakan berupa suku bunga, diversifikasi ( non interest income to total operation income ), kecukupan modal, kedalaman sistem keuangan ( liquid liabilities to GDP ), likuiditas pasar ( stock market total value traded to GDP ), dan ukuran pasar ( ration of stock market capitalization to GDP ).

Radivojevic dan Jovovic (2017) melakukan penelitian tentang faktor makroekonomi dan kondisi spesifik bank yang dapat mempengaruhi risiko kredit bermasalah.Peneliti menggunakan sampel dari 25 negara pada Tahun 2000 hingga

Tahun 2011 dengan menggunkan regresi panel data. Variabel independen yang digunakan adalah NPL tahun sebelumnya, ROA, ROE, NIMR , rasio kecukupan modal , produk domestik bruto, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, kurs riil, dan indeks perumahan. Jabra et al. (2017) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi risiko bank selama krisis finansial di Eropa mulai dari Tahun 2005 hingga Tahun 2012. Data yang digunakan adalah data dari 280 bank pada 26 negara bagian di Eropa. variabel independen yang digunakan adalah kecukupan modal, ukuran bank, cakupan asuransi, ukuran konsentrasi industri, pendapatan provisi, stabilitas politik, kebijakan bank sentral, tingkat inflasi dan produk domestik bruto.

Mensah et al. (2017) melakukan penelitian terhadap 20 bank di Ghana untuk mengetahui faktor- faktor yang dapat mempengaruhi risiko kredit pada

Tahun 1997 hingga Tahun 2011 dengan menggunakan GMM difference estimation dan fully modified ordinary least squares (F MOLS) . variabel independen yang digunakan adalah total kredit, pertumbuhan kredit, ratio efisiensi operasional, ukuran bank, tingkat inflasi, kebijakan fiscal, kurs riil, pertumb uhan produk domestik bruto, dan krisis finansial (tahun 2007-2009).

Kjosevski dan Petkovski (2017) melakukan penelititan tentang faktor internal dan makroekonomi yang dapat mempengaruhi risiko kredit bermasalah di Estonia, Latvia dan Lituania. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari

27 bank di Estonia, Latvia dan Lituania mulai dari tahun 2005 hingga 2014 dengan menggunakan GMM difference estimation. Variabel independen yang

digunakan adalah ROA, ROE, total kredit bruto, rasio ekuitas, produk domestik bruto, tingkat inflasi, indeks harga konsumen, jumlah kredit domestik, kecukupan

modal, dan tingkat pengangguran. Kabir et al. (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh kekuatan pasar terhadap stabilitas finansial bank konvensional dan syariah di 16 negara pada Tahun 2000 hingga Tahun 2012. Variabel independen yang digunakan adalah kekuatan pasar sedangkan variabel kontrol meliputi ukuran bank, diversifikasi, pertumbuhan kredit bruto, likuiditas, tingkat inflasi, produk domestik bruto, dan kebijakan fiscal .

Dwumfour (2017), melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi risiko 32 bank di Afrika pada Tahun 2000 hingga Tahun 2014

menggunakan metode OLS-P CSE, F E dan Systems-GMM. Variabel independen yang digunakan adalah foreign entry , kekuatan pasar, persaingan bank komersial, profitabilitas (NIM), diversifikasi, tingkat inflasi dan krisis bank.

Ouhibi et al. (2017) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada Negara Tunisia dan Moroko. Penelitian

tersebut menggunakan data World Bank dari Tahun 1990 hingga 2014. Variabel independen yang digunakan adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, kredit domestik, hutang negara, ekspor, produk domestik bruto, tingkat pengangguran, dan nilai tukar.

Zeb dan Sattar (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh regulasi perbankan terhadap efisiensi dan stabilitas bank pada bank komersial di Pakistan. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 21 bank komersial di Pakistan pada Tahun 2008 hingga Tahun 2014. Variabel independen yang digunakan adalah kredit bermasalah, Likuiditas, kecukupan modal, variabel kontrol Time (masa bank terbentuk).

Dimitrios et al. (2016) melakukan penelitian terhadap 15 bank komersial di eropa pada dari Tahun 1990 hingga Tahun 2015 dengan menggunakan metode Generalized Method of Moments (GMM). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kredit bermasala h pada bank. variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas yang terdiri dari ROA dan ROE, likuiditas, kebijakan pemerintah (fiscal), hutang negara, pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat pengangguran, tingkat inflasi dan tingkat pajak perorangan.

Rajha (2016) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada sektor perbankan Yordan. Peneliti menggunakan sampel 12 bank komersial di Yordan dengan jangka waktu 5 tahun yaitu mulai dari Tahun 2008 hingga Tahun 2012 menggunakan panel data Rajha (2016) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada sektor perbankan Yordan. Peneliti menggunakan sampel 12 bank komersial di Yordan dengan jangka waktu 5 tahun yaitu mulai dari Tahun 2008 hingga Tahun 2012 menggunakan panel data

Chiaramonte et al. (2016) melakukan penelitian terhadap 6,994 bank komersial di Amerika Serikat dari Tahun 2004 hingga Tahun 2012. Penelitian

tersebut dilakukan untuk mengetahui keakuratan instrument Z Score dalam mengukur risiko kebangkrutan pada bank. Variabel independen yang digunakan adalah kredit bermasalah, efisensi operasional, produk domestik bruto, tingkat inflasi, dan konsentrasi pasar ( Herfindahl – Hirschman Index ) sedangkan variabel kontrol meliputi ukuran bank, diversifikasi, dan likuiditas.

González et a l. (2016) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko bank di Eropa. Sampel data yang digunakan adalah

134 bank di Eropa pada Tahun 2006 hingga Tahun 2010. Variabel independen yang digunakan adalah aset sekuritas, ukuran bank, ROAA, NIM, efisiensi operasional, likuiditas, jumlah kredit neto, jumlah kredit bruto, dan rasio ekuitas.

Khan et a l. (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh likuiditas terhadap risiko bank di Amerika Serikat. Sampel data yang digunakan berasal dari

4,749 bank di Amerika Serikat dengan jangka waktu Tahun 1986 hingga Tahun 2014. Variabel independen yang digunakan adalah likuiditas, sedangkan variabel kontrolnya adalah ukuran bank, jumlah kredit, rasio ekuitas, ROA, tingkat spread bunga, produk domestik bruto, dan tingkat pengangguran.

Ghenimi et al. (2015) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi risiko likuiditas dan risiko kredit pada bank konvensional dan syariah di 10 negara MENA yaitu Bahrain, Indonesia, Malaysia, Qatar, Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, dan Yaman. Penelitian ini menggunakan dynamic simultaneous-equation panel data model terhadap 28 bank

syariah dan 53 bank konvensional dari Tahun 2006 hingga Tahun 2013. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank, ROE, ROA, NIM, kecukupan modal, auditor, efisiensi operasional, jenis bank, tingkat inflasi dan produk domestik bruto.

Aymen dan Moussa (2015) melakukan penelitian terhadap 18 bank di Tunisia untuk mengetahui pengaruh permodalan dan faktor- faktor lain terhadap kestabilan bank pada Tahun 2000 hingga 2010. Variabel independen yang digunakan berupa ukuran bank, permodalan, jumlah kredit, ROA, ROE, dana pihak ketiga, biaya finansial, aset likuid, produk domestik bruto dan tingkat inflasi.

Polodoo et al. (2015) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah 10 bank komersial di Mauritius dalam kurun waktu 13 tahun yaitu dari Tahun 2000 hingga Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan 4 metode penelitian yaitu

F ixed Effects, differenced GMM, System GMM dan Random coefficient estimation . Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank, konsentrasi kredit konstruksi, konsentrasi kredit tekstil, kredit lintas batas, kredit tahun sebelumnya, efisiensi operasional, tingkat inflasi, pergerakan nilai tukar, tingkat pengangguran, produk domestik bruto Eropa, dan tingkat pengangguran di Eropa.

Assibey et al. (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban penyedian modal minimum terhadap jumlah kredit, kredit bermasalah dan efisiensi bank di Ghana. Peneliti meneliti berbagai bank di Ghana pada Tahun 2002 hingga 2012 dengan menggunakan model regresi GMM dikarenakan Assibey et al. (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban penyedian modal minimum terhadap jumlah kredit, kredit bermasalah dan efisiensi bank di Ghana. Peneliti meneliti berbagai bank di Ghana pada Tahun 2002 hingga 2012 dengan menggunakan model regresi GMM dikarenakan

Pascual et al. (2015) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi risiko pada perbankan di zona Euro pada Tahun 2001 hingga Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan sistem GMM-estimator untuk model panel dinamik. Variabel independen adalah jumlah kredit, rasio ekuitas, dana non deposit, ROA, efisiensi operasional, kekuatan pasar (HHI), ukuran bank, konsentrasi industri (HHI), produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat pengangguran, dan tingkat suku bunga.

Kohler (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh model bisnis terhadap stabilitas bank. Penelitian ini menggunakan 3.362 bank di Uni Eropa selama Tahun 2002-2011. Variabel independen yang digunakan adalah kecukupan modal, konsentrasi pasar, dana pihak ketiga, pertumbuhan produk domestik bruto, rasio produk domestik bruto per kapita, tingkat pertumbuhan aset, tingkat inflasi, suku bunga, jumlah kredit, NIM, diversifikasi, dana non deposit dan ukuran bank.

Adusei (2015) melakukan penelitian terhadap 112 bank di Ghana untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas finansial pada perbankan Ghana. Penelitian tersebut menggunakan data triwulan yang dimulai dari triwulan pertama Tahun 2009 hingga triwulan keempat Tahun 2013. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank dan risiko funding . Variabel kontrol yang digunakan meliputi risiko likuiditas, diversifikasi, ROA, ROE, tingkat inflasi, pertumbuhan kredit swasta, dan pertumbuhan produk domestik bruto.

Iftikhar (2015) melakukan penelitian terhadap 779 bank pada 76 negara berkembang dan maju. Penelitian tersebut bermaksud untuk menemukan faktor- faktor yang mempengaruhi kerapuhan stabilitas bank mulai dari Tahun 2001 hingga Tahun 2005. Variabel independen yang digunakan adalah rasio ekuitas, jumlah kredit, ukuran bank, efisiensi bank, jenis kepemilikan, pertumbuhan produk domestik bruto dan tingkat pengangguran.

Zaib et al. (2014) melakukan penelitian tentang faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi kredit masalah pada bank. Peneliti menggunakan sampel dari 8 bank di Pakistan pada Tahun 2003 hingga Tahun 2011 dengan menggunakan LSDV/F ixed Effect Model (F EM). Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank, risk profile, manajemen bank, produk domestik bruto, nilai tukar, suku bunga kredit, tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran.

Fu et a l. (2014) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan bank. Peneliti meneliti 423 bank di 14 negara asia pasifik pada jangka waktu 8 tahun yaitu dari Tahun 2003 hingga Tahun 2010. Variabel independen yang digunakan adalah konsentrasi bank, persaingan bank (Lerner Index), ukuran bank, kredit bermasalah, NIM, regulasi terhadap bank asing, kewajiban penyediaan modal minimum, penjaminan simpanan, produk domestik bruto, dan krisis finansial 2008-2009.

Washington (2014) melakukan penelitian terhadap 43 bank komersial di Kenya untuk mengetahui faktor- faktor makroekonomi yang mempengaruhi kredit Washington (2014) melakukan penelitian terhadap 43 bank komersial di Kenya untuk mengetahui faktor- faktor makroekonomi yang mempengaruhi kredit

Chiaramonte et al. (2013) melakukan penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas bank di negara-negara anggota dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development ). Peneliti menggunakan data dari bank di organisasi OECD dengan mengecualikan negara Cile, Estonia, Islandia, Israel,

Meksiko, Norwegia, Republik Slowakia, dan Turki. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank, risiko DPK, jumlah kredit neto, efisiensi

operasional, diversifikasi bank, produk domestik bruto, dan konsentrasi pasar ( Herfindahl – Hirschman Index ).

Messai dan Jouini (2013) melakukan penelitian tentang faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kredit bermasalah bank di Itali, Yunani dan

Spanyol. Data yang diteliti berasal dari 85 bank di ketiga negara tersebut mulai dari Tahun 2004 hingga Tahun 2008. Penelitian ini dilakukan pada ketiga negara tersebut karena peneliti berpendapat bahwa negara Itali, Yunani dan Spanyol mengalami permasalahan finansial yang serius pada krisis finansial di Tahun 2008. Variabel independen yang digunakan adalah ROA, suku bunga riil, pendapatan

provisi, produk domestik bruto dan tingkat pengangguran. Shingjergji (2013) melakukan penelitian terhadap perbankan Albania pada kuartal 1 Tahun 2005 hingga kuartal 4 Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh makroekonomi terhadap NPL dengan menggunakan model regresi Ordinary Least Square (OLS). Variabel independen yang

digunakan adalah pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang asing.

Anginer et al. (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh penjaminan simpanan terhadap stabilitas finansial bank pada masa krisis ekonomi.Penelitian tersebut menggunakan data dari 4.109 bank di 96 negara yang diambil dari Tahun 2004 hingga Tahun 2009. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran bank, hutang, dana pihak ketiga, diversifikasi, ROA, pertumbuhan produk domestik bruto, fluktuasi produk domestik bruto, dan harga saham.

Makri et al. (2013) melakukan penelitian terhadap 120 bank di 14 negara bagian Eropa pada Tahun 2000 hingga 2008. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kredit bermasalah di Eropa. Variabel independen yang digunakan adalah kredit bermasalah tahun sebelumnya, kecukupan modal, ROA, ROE, likuiditas, hutang negara, kebijakan pemerintahan, produk domestik bruto, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.

Ahmad dan Bashir (2013) melakukan penelitian terhadap 9 faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi risiko kredit pada perbankan Pakistan dalam kurun waktu 22 tahun yaitu Tahun 1990-2000. Variabel independen yang digunakan adalah pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat pengangguran, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar efektif, indeks harga konsumen, ekspor, produksi industri dan investasi asing langsung.

Louzis et al. (2012) melakukan penelitian terhadap 9 bank terbesar di Yunani pada Tahun 2003 hingga 2009 untuk mengetahui faktor- faktor yang dapat Louzis et al. (2012) melakukan penelitian terhadap 9 bank terbesar di Yunani pada Tahun 2003 hingga 2009 untuk mengetahui faktor- faktor yang dapat

Liu et al. (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh persaingan bank dan faktor ekonomi terhadap stabilitas bank di Eropa. Peneliti melakukan analisis terhadap 2.322 bank di 10 negara bagian di Eropa mulai dari Tahun 2000 hingga Tahun 2008. Variabel independen yang digunakan adalah persaingan bank ( Lerner Index ), efisiensi operasional, produk domestik bruto, tingkat

pengangguran, ukuran bank, jumlah kredit, struktur bank, diversifikasi bank, rasio ekuitas dan ROA.

Adebola et al. (2011) melakukan penelitian akan faktor- faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada bank syariah di Malaysia. Data yang digunakan peneliti adalah data keuangan dari Tahun 2007 hingga Tahun 2009 dengan metode ARDL. Variabel independen yang digunakan adalah pertumbuhan produksi industri, suku bunga kredit, harga produsen dan tingkat inflasi.

Forssbaeck (2011) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko bank pada 331 bank di 47 negara mulai dari Tahun 1995 hingga Tahun 2005. Variabel independen yang digunakan adalah penjaminan simpanan, jumlah pemegang saham, rasio kepemilikan saham oleh pemerintah, rasio kepemilikan saham oleh WNA, hutang , nilai perusahaan (Tobin’s Q),

ukuran bank, dan likuiditas. Variabel kontrol pada penelitian adalah produk nasional bruto, pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan krisis finansial.

Boudriga et al. (2009) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada perbankan di 59 negara. Penelitian ini

menggunakan panel data dari Tahun 2002 hingga Tahun 2006. Variabel independen yang digunakan adalah kecukupan modal, penyisihan penghapusan pinjaman, ROA, rasio aset bank milik negara, rasio aset bank milik asing, konsentrasi pasar, dan pertumbuhan produk domestik bruto.

Risiko Kredit (Kredit Bermasalah)

Risiko kredit bermasalah ( non performing loan ) mengindikasi kualitas kredit dari seluruh pinjaman yang disalurkan oleh bank, jadi rasio NPL dapat dikatakan sebagai pengukur akan risiko yang diambil oleh bank selama memberikan kredit kepada debitur. kredit bermasalah akan menggerogoti laba/profit pada bank yang menyebabkan kerugian, penurunan aset (ukuran bank) serta membatasi jumlah kredit yang dapat disalurkan ke pihak ketiga. Dengan terbatasnya penyaluran kredit, berbagai sektor ekonomi akan ikut terpengaruh dikarenakan kurangnya penyaluran kredit dari bank untuk menunjang produksi dan bisnis (Zaib et al. , 2014).

Stabilitas Finansial Bank ( Z Score )

Stabilitas Finansial Bank (Z Score) menunjukkan kemungkinan risiko kebangkrutan pada bank, sebuah bank akan bangkrut apabila nilai aset mengalami penurunan nilai hingga lebih kecil dari nilai hutang, Z Score menunjukan sejumlah angka standar deviasi dari laba bank yang menurun/jatuh dari nilai yang diharapkan hingga menghabiskan modal yang telah ditanamkan pada bank Stabilitas Finansial Bank (Z Score) menunjukkan kemungkinan risiko kebangkrutan pada bank, sebuah bank akan bangkrut apabila nilai aset mengalami penurunan nilai hingga lebih kecil dari nilai hutang, Z Score menunjukan sejumlah angka standar deviasi dari laba bank yang menurun/jatuh dari nilai yang diharapkan hingga menghabiskan modal yang telah ditanamkan pada bank

Pengaruh Ukuran Bank terhadap Risiko Kredit

Menurut Pascual et al. (2015), bank dengan ukuran aset yang besar akan menghadapi risiko kredit yang lebih besar. Hal ini dikarenakan pada umumnya bank besar cenderung melakukan penyaluran kredit yang lebih besar dan lebih berbahaya daripada bank-bank kecil lainnya untuk mendapatkan keuntungan/profit yang lebih tinggi. Selain itu, bank dengan ukuran/aset yang

besar memiliki kepercayaan untuk di ba il out oleh pemerintah ketika mengalami kekurangan likuiditas ataupun kebangkrutan.

Menurut Mensah et al. (2017), bank dengan aset yang besar memiliki strategi manajemen yang lebih baik dan lebih kuat dibandingkan bank-bank kecil. Manajemen yang ketat akan menjamin kualitas dari kredit-kredit yang disalurkan sehingga risiko kredit bermasalah pada bank tersebut dapat terkontrol.

Pengaruh Ukuran Bank terhadap Stabilitas Finansial Bank

Menurut Fu et al. (2014) bank dengan ukuran yang lebih besar cenderung memiliki tingkat sifat tembus ( transparency ) dan efisiensi yang lebih rendah dibandingkan bank ukuran kecil, hal ini akan mencerminkan hubungan negatif antara ukuran bank dengan stabilitas finansial bank. Namun menurut Aymen dan Moussa (2015), ukuran bank dapat berpengaruh positif terhadap stabilitas bank. Hal ini dikarenakan pertumbuhan aset bank dapat memperbanyak diversifikasi akan risiko sehingga mengurangi risiko pada bank dan meningkatkan stabilitas finansial pada bank tersebut.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Risiko Kredit

Boudriga et al. (2009) menemukan hubungan tidak signifikan antara profitabilitas dan risiko kredit. Hal ini dijelaskan dalam 2 poin yaitu pertama, kinerja bank dan risiko kredit berkemungkinan besar tidak memiliki hubungan yang agrigat. Dikarenakan pada kenyataannya, keseluruhan kinerja pada sistem perbankan terdiri dari banyak aspek/variasi dalam kinerja individu bank sedangkan risiko kredit memiliki aspek/variasi yang lebih rendah. Kedua, ketidaksignifikan profitabilitas terhadap risiko kredit dapat disebabkan oleh perbedaan sistem perbankan pada berbagai negara. Perbankan pada negara berkembang cenderung terdorong untuk menyalurkan kredit dalam kuantitas yang lebih besar dan luas dengan harapan adanya peningkatan profitabilitas pada bank. Sedangkan pada negara maju, perbankan tidak mendapatkan tekanan untuk meningkatkan pendapatan berbasis bunga, sehingga perbankan pada negara maju cenderung berfokus pada pendapatan diluar bunga ( non interest income ) untuk mengurangi risiko kredit (diversifikasi risiko).

Radivojevic dan Jovovic (2017) menemukan hubungan positif antara profitabilitas dan risiko kredit. Debitur dengan karakteristik dan kemampuan pembayaran yang rendah cenderung bersedia membayarkan bunga yang lebih tinggi ( higher interest rate ) agar diberikan penyaluran kredit oleh bank. Sehingga semakin tinggi pendapatan bunga pada bank maka semakin tinggi kemungkinan kredit-kredit tersebut mengalami macet dan menjadi kredit bermasalah.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Stabilitas Finansial Bank

Hasil penelitian dari Liu et al. (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki hubungan signifikan dengan stabilitas finansial bank. Sedangkan menurut Adusei (2015), profitabilitas berpengaruh positif terhadap stabilitas finansial bank. Hal ini dijelaskan bahwa peningkatan keuntungan (profit) dapat menunjukkan bahwa bank memiliki dana yang cukup banyak untuk menjamin kestabilan finansial pada bank tersebut. Ketika profit tidak menjadi dividen bagi pemegang saham, profit tersebut akan menjadi modal ekuitas yang akan menguatkan stabilitas finansial bank sehingga dapat dikatakan bahwa profit yang tinggi menjamin kestabilan pada finansial bank.

Pengaruh Jumlah Kredit terhadap Risiko Kredit

Menurut Rajha (2016), bank dengan jumlah kredit yang tinggi ( risk appetite ) cenderung memiliki presentase kredit bermasalah yang lebih tinggi. Pemberian kredit yang beresiko tinggi dapat memperbesar kemungkinan kredit bermasalah dan mengurangi kinerja bank. Bank dengan kinerja yang rendah akan

menciptakan kerugian dan bahkan kebangkrutan. Mensah et al. (2017) berpendapat bahwa peningkatan jumlah kredit pada bank akan mendorong bank untuk melakukan monitoring terhadap portofolio pinjaman dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan munculnya kredit bermasalah ( bad debt ). Dengan monitoring yang baik, peningkatan jumlah kredit

dapat menghasilkan penurunan kredit bermasalah pada bank.

Pengaruh Jumlah Kredit terhadap Stabilitas Finansial Bank

Menurut penelitian Liu et al. (2012), jumlah kredit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stabilitas finansial bank. Aktivitas perbankan yang

memberikan kredit pada perkenomian lokal lebih cenderung fokus dalam melakukan penjalinan hubungan dengan nasabah ( customer relationship ) dibandingkan dengan penyaluran kredit yang lebih beresiko. Sedangkan Aymen dan Moussa (2015) menjelaskan bahwa jumlah kredit menunjukkan kekuatan pasar bank dalam penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit yang terlalu cepat pada sebuah bank akan meningkatkan kemungkinan penyaluran kredit bermasalah ( bad debt ). Meningkatnya kredit bermasalah yang tidak dapat ditagih kembali ( wr ite off ) akan menurunkan stabilitas finansial bank yang disebabkan oleh terganggunya perputaran finansial (likuiditas) pada bank tersebut.

Pengaruh Kecukupan Modal terhadap Risiko Kredit

Menurut Radivojevic dan Jovovic (2017), kecukupan modal berpengaruh positif signifikan terhadap risiko kredit. Bank dengan modal yang cukup, cenderung terdorong untuk mencapai keuntungan yang lebih besar.Untuk mencapai keuntungan yang besar, bank pun menjelajahi berbagai aktivitas perbankan dengan risiko yang tinggi seperti penyaluran kredit kepada debitur dengan solvitabilitas rendah yang kemudian menyebabkan membengkaknya NPL pada bank.

Menurut hasil penelitian Wen (2017), bank dengan kecukupan modal yang tinggi berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kredit. Hal ini dikarenakan bank dengan modal yang cukup/banyak cenderung lebih fokus pada pendapatan berbasis bunga ( net interest income ) sedangkan bank yang modal Menurut hasil penelitian Wen (2017), bank dengan kecukupan modal yang tinggi berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kredit. Hal ini dikarenakan bank dengan modal yang cukup/banyak cenderung lebih fokus pada pendapatan berbasis bunga ( net interest income ) sedangkan bank yang modal

Pengaruh Kecukupan Modal terhadap Stabilitas Finansial Bank

Song et al. (2017) berpendapat bahwa penambahan rasio modal merupakan hal yang baik dalam mengurangi risiko kebangkrutan dan menjaga

stabilitas bank. Hal ini dijelaskan oleh Wen (2017), bahwa bank dengan modal yang cukup/banyak cenderung lebih fokus pada pendapatan berbasis bunga ( net interest income ) sedangkan bank yang modal yang kurang akan berfokus pada pendapatan diluar bunga ( non interest income ) seperti biaya administrasi, provisi, komisi dan kliring/RTGS. Bank yang berfokus pada net interest income

cenderung memiliki rasio NPL yang rendah sehingga stabilitas finansial bank dapat terjaga.

Zeb dan Sattar (2017) juga menambahkan bahwa bank dengan modal yang cukup memiliki kemampuan menciptakan keuntungan/profit yang lebih baik ( higher profit efficiency ) dibandingkan bank dengan kecukupan modal yang kurang. Profit/keuntungan pada bank yang meningkat akan menjamin dan memperkuat stabilitas finansial pada sebuah bank.

Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto terhadap Risiko Kredit

Penelitian dari Shingjergji (2013) menemukan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto berpengaruh positif signifikan terhadap risiko kredit (NPL).

Sedangkan Polodoo et al. (2015) menemukan bahwa pertumbuhan produk domestik tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko kredit. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perbankan pada negara tersebut memiliki ketahanan/kelentingan terhadap faktor makroekonomi dan goncangan finansial.

Hasil penelitian Mensah et al. (2017) menemukan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko kredit. Ekonomi yang bertumbuh baik dinyatakan dengan jumlah kredit bermasalah yang minim/rendah yaitu konsumen dan perusahaan memiliki pendapatan yang mencukupi segala kebutuhan dan kewajiban yang harus dibayarkan (kredit). Produk domestik bruto yang bertumbuh akan meningkatkan arus kas rumah tangga dan menciptakan pendapatan bagi perusahaan.

Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto terhadap Stabilitas Finansial Bank

Menurut Pascual et al. (2015) peningkatan/pertumbuhan produk domestik bruto pada suatu negara akan mengindikasikan lingkungan makroekonomi yang lebih stabil pada negara tersebut sehingga mengurangi kemungkinan adanya tekanan terhadap perbankan ( bank distress ). Sedangkan menurut Chiaramonte et al. (2013), pertumbuhan produk domestik bruto berpengaruh negatif signifikan terhadap stabilitas finansial bank dikarenakan ketika perekonomian sedang membaik (PDB mengalami kenaikan), bank menjadi Menurut Pascual et al. (2015) peningkatan/pertumbuhan produk domestik bruto pada suatu negara akan mengindikasikan lingkungan makroekonomi yang lebih stabil pada negara tersebut sehingga mengurangi kemungkinan adanya tekanan terhadap perbankan ( bank distress ). Sedangkan menurut Chiaramonte et al. (2013), pertumbuhan produk domestik bruto berpengaruh negatif signifikan terhadap stabilitas finansial bank dikarenakan ketika perekonomian sedang membaik (PDB mengalami kenaikan), bank menjadi

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Risiko Kredit

Dari hasil penelitian Polodoo et al. (2015) ditemukan hubungan tidak signifikan antara tingkat inflasi dan risiko kredit. Menurut Rajha (2016), tingkat

inflasi berpengaruh negatif terhadap risiko kredit, hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan membantu meningkatkan kapasitas/kemampuan pembayaran kredit

debitur yaitu dengan mengurangi bunga sebenarnya dari pinjaman tersebut. Dengan telah meningkatnya kemampuan pembayaran debitur maka jumlah kredit bermasalah pada bank pun akan turut menurun.

Namun Mensah et al. (2017) perpendapat bahwa ketika terjadi peningkatan tingkat inflasi, daya beli masyarakat akan mengalami penurunan

yang kemudian menyebabkan usaha-usaha komersial mengalami kesulitan turnover barang/jasa (penurunan penjualan). Dengan berkurangnya bisnis dan perputaran kas, maka kemampuan pembayaran debitur pun menjadi berkurang dan dapat menyebabkan kredit bermasalah yang melonjak khususnya pada bidang usaha komersial.

Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Stabilitas Finansial Bank

Menurut Aymen dan Moussa (2015), peningkatan inflasi akan berpengaruh negatif terhadap kestabilan bank, hal ini dikarenakan kenaikan inflasi menyebabkan kenaikan biaya bank yang kemudian akan menurunkan kestabilan bank dan meningkatkan risiko kebangkrutan bank. Sedangkan menurut Dwumfour (2017), tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap stabilitas finansial bank dikarenakan peningkatan inflasi akan diantisipas i oleh bank sehingga biaya layanan (service fee) akan disesuaikan dengan tingkat inflasi. Hal ini menjaminkan keuntungan/profit bank tidak terk urangi karena pengaruh inflasi.

Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Risiko Kredit

Menurut Messai dan Jouini (2013) tingkat pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap risiko kredit. Hal ini dijelaskan bahwa ekonomi yang bertumbuh dan lapangan pekerjaan yang bertambah akan meningkatkan pendapatan nasional dan menurunkan tekanan finansial yang dapat meningkatkan kemampuan debitur untuk membayarkan kewajiban kreditnya. Sedangkan jumlah pengangguran yang tinggi akan membatasi daya beli masyarakat dan menurunkan kinerja produksi barang dan jasa. Jumlah pengangguran berefek negatif terhadap arus kas rumah tangga dan meningkatkan beban hutang masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian Polodoo et al. (2015), ditemukan hubungan tidak signifikan antara tingkat pengangguran dengan risiko kredit. Hubungan tidak signifikan ini menunjukkan bahwa kondisi perbankan pada negara tersebut memiliki ketahanan/kelentingan terhadap faktor makroekonomi dan goncangan finansial. Ouhibi et al. (2017) menambahkan bahwa ketahanan/kelentingan terhadap faktor ekonomi menunjukkan bahwa kondisi kredit bermasalah pada Berdasarkan hasil penelitian Polodoo et al. (2015), ditemukan hubungan tidak signifikan antara tingkat pengangguran dengan risiko kredit. Hubungan tidak signifikan ini menunjukkan bahwa kondisi perbankan pada negara tersebut memiliki ketahanan/kelentingan terhadap faktor makroekonomi dan goncangan finansial. Ouhibi et al. (2017) menambahkan bahwa ketahanan/kelentingan terhadap faktor ekonomi menunjukkan bahwa kondisi kredit bermasalah pada

Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Stabilitas Finansial Bank

Menurut Liu et a l. (2012) ketika tingkat pengangguran bertambah, dana pihak ketiga bank akan menurun dikarenakan masyarakat akan mengurangi simpanan di bank dan permintaan kredit juga menurun. Faktor tersebut berkemungkinan besar akan menurunkan stabilitas bank. Sedangkan menurut hasil penelitian Pascual et al. (2015), dijelaskan bahwa perbankan yang menunjukkan signifikan hanyalah perbankan pada negara- negara yang mengalami dampak besar dari krisis finansial, seperti negara Itali dan Yunani. Oleh sebab itu, tingkat pengangguran tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stabilitas finansial bank pada umumnya.

Perumusan Hipotesis

H1: Ukuran bank memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko kredit H2:

Ukuran bank memiliki hubungan positif signifikan terhadap stabilitas finansial bank

H3: Profitabilitas memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko kredit H4:

Profitabilitas memiliki hubungan positif signifikan terhadap stabilitas finansial bank

H5: Jumlah kredit memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko kredit H6:

Jumlah kredit memiliki hubungan negatif signifikan terhadap stabilitas finansial bank

H7: Kecukupan modal memiliki hubungan negatif signifikan terhadap risiko kredit

H8: Kecukupan modal memiliki hubungan positif signifikan terhadap stabilitas finansial bank.

H9: Pertumbuhan produk domestik bruto memiliki hubungan negatif signifikan terhadap risiko kredit

H10: Pertumbuhan produk domestik bruto memiliki hubungan positif signifikan terhadap stabilitas finansial bank.

H11: Tingkat inflasi memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko kredit

H12: Tingkat inflasi memiliki hubungan negatif signifikan terhadap stabilitas finansial bank.

H13: Tingkat pengangguran memiliki hubungan positif signifikan terhadap risiko kredit

H14: Tingkat pengangguran memiliki hubungan negatif signifikan terhadap stabilitas finansial bank.

Model Penelitian

Variabel Independen - Ukuran Bank

- Profitabilitas - Jumlah Kredit

Variabel Dependen - Kecukupan Modal

- Risiko Kredit - Pertumbuhan Produk

- Stabilitas Finansial Bank Domestik Bruto

- Tingkat Inflasi

- Tingkat Pengangguran

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian fundamental atau disebut dengan Basic Reasearch dimana penelitian dilakukan untuk menanggapi keingintahuan dan keinginan akan perluasan pengetahuan pada suatu penelitian. Penelitian fundamental menjelaskan why, what, dan how (mengapa, apa, dan bagaimana) sebuah pernyataan disampaikan sehingga dapat memperdalam teori/pernyataan penelitian dan bahkan menciptakan inovasi baru yang belum ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya (Saunders et al., 2012).

Pendekatan yang dilakukan menggunakan penelitian kausal komparatif ( Causal Comparative Research ) yang menjelaskan hubungan antara ukuran bank, profitabilitas, jumlah kredit, kecukupan modal, pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi, dan tingkat penggangguran terhadap risiko kredit dan stabilitas finansial pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dari bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan laporan eksternal dari berbagai lembaga untuk mengetahui pertumbuhan produk domestik bruto, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia. Metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel sesuai dengan kriteria tertentu.

Adapun kriteria untuk model penelitian ini adalah:

1. Bank umum yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2012 hingga Tahun 2016.

2. Bank umum yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai dari Tahun 2012 hingga Tahun 2016 untuk penelitian risiko kredit.

3. Bank umum yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai dari Tahun 2010 hingga Tahun 2016 untuk penelitian stabilitas finansial bank sesuai dengan perhitungan standar deviasi pengembalian aset (SDROA) bank selama 3 tahun terakhir.

4. Laporan mengenai pertumbuhan perekonomian Indonesia dari Tahun 2012 hingga Tahun 2016.

Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang diprediksi dan dijelaskan oleh serangkaian variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam Variabel dependen adalah variabel yang diprediksi dan dijelaskan oleh serangkaian variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam

Non Performing

Total Non Performing Loan

Loan (NPL) Total kredit

Sumber : Radivojevic dan Jovovic (2017)

ROA + ETA Z Score

SDROA

Sumber: Chiaramonte et al. (2016)

Variabel Independen

1. Ukuran

Log Jumlah Aset

Perusahaan

Sumber: Jabra et al. (2017)

2. Profitabilitas Interest Income – Interest Expense

(NIM ) Total Aset

Sumber: Kohler (2015)

3. Jumlah Kredit

Jumlah Kredit

Jumlah Aset

Sumber: Mensah et al. (2017)

Kecukupan Capital Tier

Modal (CAR) Risk Weighted Asset

Sumber: Radivojevic dan Jovovic (2017)

5. Produk Pertumbuhan PDB dalam

Domestik

setahun (ADHK)

Bruto

Sumber: Jabra et al. (2017)

6. Tingkat

Tingkat inflasi dalam setahun

Inflasi =

Sumber : Jabra et al. (2017)

7. Tingkat

Jumlah Pengangguran

Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja

Sumber: Radivojevic dan Jovovic (2017)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), data perkembangan produk domestik bruto dan tingkat pengangguran terbuka yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) sedangkan data tingkat inflasi tercatat di Bank Indonesia mulai dari Tahun 2012 hingga Tahun 2016. Jumlah sampel yang memenuhi Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data laporan keuangan bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), data perkembangan produk domestik bruto dan tingkat pengangguran terbuka yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS) sedangkan data tingkat inflasi tercatat di Bank Indonesia mulai dari Tahun 2012 hingga Tahun 2016. Jumlah sampel yang memenuhi

Tabel 4.1

Hasil Sample Penelitian

Keterangan Jumlah

Bank umum yang terpilih di BEI 2012-2016

42 Bank Bank umumyang tidak memenuhi kriteria

11 Bank Bank umum yang memenuhi kriteria

31 Bank Jumlah data sampel

155 Data Sumber: Data sekunder diolah (2017)

Uji Deskriptif

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

Ukuran Ba nk 155

Profita bilita s 155

J umla h Kredit 155

Kecukupa n Modal 155

Infla si 155

Tingka t Pengangguran 155

Risiko Kredit 155

Sta bilita s Fina nsial 155

Va lid N(listwise) 155

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Uji Outlier

Berhubung dengan adanya 2 variabel dependen pada pengujian ini, maka proses pengujian dibagi menjadi 2 sesuai dengan masing- masing variabel

dependen. Pengujian outlier risiko kredit dengan 155 data observasi, ditemukan terdapat 55 data observasi yang memiliki nilai diluar kewajaran. Sedangkan dalam pengujian outlier stabilitas finansial bank terhadap 155 data observasi, ditemukan terdapat 64 data observasi yang memiliki nilai diluar kewajaran. Kriteria pengujian outlier adalah nilai SDR yang berada di kategori kewajaran yaitu tidak

melebihi -1,96 dan 1,96.

Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, angka

signifikansi berada di angka 0,064 dan 0,2 atau melebih angka 0,05, data berdistribusi normal.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Variabel Risiko Kredit

UnSta nda rdized. Residua l

Test Statistic

Asymp. Sig. (2-tailed)

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Tabel 4.4

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Variabel Stabilitas Finansial Bank

UnSta nda rdized. Residua l

Test Statistic

Asymp. Sig. (2-tailed)

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas berfungsi untuk menguji hubungan kolerasi antara variabel independen. Berdasarkan hasil penelitian, nilai VIF berada dibawah 10 dan angka tolerance berada diatas 0,1. Dapat dis impulkan pada model regresi tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.5

Uji Multikoliniearitas Variabel Risiko Kredit

Variabel Collinearity Statistic Kesimpulan Independen

Tolerence VIF

Ukuran Bank

Tidak Terjadi Multikolinieritas Profitabilitas

Tidak Terjadi Multikolinieritas Jumlah Kredit

Tidak Terjadi Multikolinieritas Kecukupan Modal

Tidak Terjadi Multikolinieritas PDB

Tidak Terjadi Multikolinieritas Inflasi

Tidak Terjadi Multikolinieritas Tingkat

Tidak Terjadi Multikolinieritas Pengangguran

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Tabel 4.6

Uji Multikoliniearitas Variabel Stabilitas Finansial Bank

Variabel Collinearity Statistic Kesimpulan

Independen Tolerence VIF

Ukuran Bank

Tidak Terjadi Multikolinieritas Profitabilitas

Tidak Terjadi Multikolinieritas Jumlah Kredit

Tidak Terjadi Multikolinieritas Kecukupan Modal

Tidak Terjadi Multikolinieritas PDB

Tidak Terjadi Multikolinieritas Inflasi

Tidak Terjadi Multikolinieritas Tingkat Pengangguran

Tidak Terjadi Multikolinieritas

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi adalah pengujian untuk memastikan tidak adanya hubungan kolerasi data pada sampel dalam tahun yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokolerasi, alat ukur yang digunakan untuk menguji autokolerasi adalah uji Durbin-Watson (D-W). Angka Durbin Watson untuk model regresi adalah sebesar 1,788 dan 1,578. Berdasarkan kriteria dari Sunyoto (2007), nilai tersebut masih berada dikisaran -2 < DW > 2, maka hasil output telah menunjukkan model regresi tidak mengalami autokolerasi.

Durbin Watsons Kesimpulan Independen

Risiko Kredit

Tidak ada Autokolerasi Stabilitas

Tidak ada Autokolerasi Bank

Finansial

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah pengujian terhadap model regresi untuk mengetahui terjadinya ketidaksamaan variance dari residual pengamatan. Pada gambar di bawah, grafik scatterplot menunjukkan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas. Hasil output menunjukkan model regresi tidak mengalami heterokedastisitas.

Gambar 4.1

Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Risiko Kredit

Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)

Gambar 4.2

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65