RELEVANSI UU NO. 7 TAHUN 2011 TENTANG MA
RELEVANSI UU NO. 7 TAHUN 2011
TENTANG MATA UANG DENGAN
OPERASIONAL KORPORASI
DI INDONESIA ?
Pendahuluan
UU No. 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang diundangkan tanggal 28 Juni 2011 di Jakarta, tujuan
pembentukan UU ini adalah untuk menegaskan Rupiah sebagai Mata Uang Republik Indonesia
beserta seluruh informasi tentang fisik dan penggunaan serta sanksi terhadap penyelewengan,
penyalahgunaan Rupiah dalam transaksi bisnis dan pembayaran di Republik Indonesia.
Relevansi UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dengan Operasional Korporasi di Indonesia ini
disusun untuk bahan informasi bagi korporasi ataupun pihak terkait agar menjadi tahu relevansi dan
pentingnya ketentuan isi UU No. 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang dan pada akhirnya
mengimplementasikan dalam kegiatan operasional terkait pembayaran dan transaksi untuk terciptanya
Good Corporate Governance pada Korporasi-korporasi baik Badan Hukum Indonesia maupun badan
hukum asing yang memiliki unit usaha di Indonesia
Dasar Penyusunan Undang-Undang
1.
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 23B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);
Permasalahan Seputar Korporasi Terkait UU ini
1.
Korporasi di Indonesia seringkali melakukan hubungan bisnis dengan rekanan baik dalam
negeri maupun luar negeri sehingga pengaturan mengenai penggunaan mata uang dalam
pembayaran sangat krusial sekali dan menentukan.
2.
Korporasi di Indonesia banyak diisi oleh tenaga2 ahli baik lokal maupun ekspatriat yang
dibayar keahliannya menggunakan mata uang asing
3.
Bagaimanakan legalitas pembayaran yang dilakukan oleh Korporasi di Indonesia kepada
rekanan baik luar negeri maupun dalam negeri yang menggunakan pembayaran dalam mata uang
asing? Kerapkali rekanan tidak mau dibayarkan pekerjaannya dengan Rupiah atas dasar kurs
mata uang yang tidak stabil, baik pembayaran kepada rekanan dalam negeri ataupun rekanan luar
negeri
4.
Bagaimanakah status pembayaran salary tenaga2 ahli Korporasi di Indonesia baik lokal
maupun ekspatriat yang dibayar menggunakan mata uang asing?
Pembahasan
Dalam BAB V UU No. 7 tahun 2011 Pasal 21 ayat 1 Tentang Mata Uang dinyatakan, penggunaan
Rupiah wajib digunakan dalam hal :
a.
setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
b.
penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
c.
transaksi keuangan lainnya,
yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun dalam ayat 2 kewajiban tersebut dalam ayat 1 diatas dapat dikecualikan dalam hal :
a.
transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
b.
penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
c.
transaksi perdagangan internasional;
d.
simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
e.
transaksi pembiayaan internasional.
Dalam BAB VII UU No. 7 tahun 2011 Pasal 23 ayat 1 Tentang Mata Uang dinyatakan, larangan
Menolak Rupiah yaitu dalam hal :
(1) Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah
dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali
karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk pembayaran atau untuk
penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis.
Mengenai Ketentuan Pidana dalam UU ini yang terkait dengan pelaku usaha (Korporasi atau pihak
terkait) dapat dilihat dari bunyi ketentuan bab X mengenai Ketentuan Pidana pasal 33
(1) Setiap orang yang tidak menggunakan Rupiah dalam:
a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
c. transaksi keuangan lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/
atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena
terdapat keraguan atas keaslian Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Mengenai Ketentuan Pidana dalam UU ini yang terkait dengan pelaku usaha SELAKU KORPORASI
dapat dilihat dari bunyi ketentuan bab X mengenai Ketentuan Pidana pasal 39
(1) Pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan ketentuan ancaman
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal.36, atau
Pasal 37 ditambah 1/3 (satu per tiga).
(2) Dalam hal terpidana korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu membayar
pidana denda, dalam putusan pengadilan dicantumkan perintah penyitaan harta benda korporasi
dan/atau harta benda pengurus korporasi.
(3) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, atau
Pasal 37, setiap orang dapat dikenai pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau
perampasan terhadap barang tertentu milik terpidana.
Kesimpulan
Pembayaran yang dilakukan Korporasi terhadap klien atau vendor lokal dalam hal pelaksanaan
pembelian atau pembayaran atas jasa pekerjaan wajib dilakukan dengan mata uang Rupiah, kecuali
dalam hal :
1.
transaksi perdagangan internasional; semisal penjualan produk secara ekspor dengan klien
asing/atau;
2.
transaksi pembiayaan internasional.
Pembayaran terhadap tenaga kerja WNI di Indonesia wajib dilakukan dengan mata uang Rupiah
kecuali diperjanjikan lain dengan klausul pengkonversian nilai pembayaran atas pembayarannya
dilakukan senilai kurs Rupiah terhadap mata uang asing yang diperjanjikan pada saat tanggal
pembayaran salary tenaga ahli bersangkutan
Pada dasarnya UU di Republik Indonesia tidak berlaku surut sehingga untuk pembayaran atau
perjanjian yang dilakukan sebelum berlakunya UU Tentang Mata Uang ini namun masih ada
tanggungan sisa pembayaran atau masih berlaku perjanjiannya, masih dapat mengesampingan isi atau
bunyi pasal2 dalam perjanjian ini. Sedangkan untuk semua perjanjian baru/perpanjangan ataupun
kerjasama yang dibuat setelah diundangkannya UU ini secara otomatis mengikuti ketentuan bunyi
pasal2 terkait UU ini.
Saran
1.
Mengusulkan Management tiap Korporasi agar di setiap agreement dengan klien atau vendor
lokal namun pembayarannya dilakukan dengan mata uang asing, seperti pembelian software atau
pembelian apapun yang diperdagangkan oleh supplier lokal, ditambahkan
redaksional “pembayarannya dilakukan dengan mata uang Rupiah setelah dikonversi dengan kurs
mata uang asing yang telah disepakati sesuai dengan nilai pada saat dilakukannya penagihan oleh
Pihak terkait”.
2.
Mengusulkan agar setiap negosiasi dalam pembelian, pembelanjaan atau pekerjaan jasa
selalu menggunakan mata uang Rupiah dalam proses pembayarannya dan ditekankan pada saat
proses negosiasi atau tender agar tidak dispute dikemudian hari.
TENTANG MATA UANG DENGAN
OPERASIONAL KORPORASI
DI INDONESIA ?
Pendahuluan
UU No. 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang diundangkan tanggal 28 Juni 2011 di Jakarta, tujuan
pembentukan UU ini adalah untuk menegaskan Rupiah sebagai Mata Uang Republik Indonesia
beserta seluruh informasi tentang fisik dan penggunaan serta sanksi terhadap penyelewengan,
penyalahgunaan Rupiah dalam transaksi bisnis dan pembayaran di Republik Indonesia.
Relevansi UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang dengan Operasional Korporasi di Indonesia ini
disusun untuk bahan informasi bagi korporasi ataupun pihak terkait agar menjadi tahu relevansi dan
pentingnya ketentuan isi UU No. 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang dan pada akhirnya
mengimplementasikan dalam kegiatan operasional terkait pembayaran dan transaksi untuk terciptanya
Good Corporate Governance pada Korporasi-korporasi baik Badan Hukum Indonesia maupun badan
hukum asing yang memiliki unit usaha di Indonesia
Dasar Penyusunan Undang-Undang
1.
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 23B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);
Permasalahan Seputar Korporasi Terkait UU ini
1.
Korporasi di Indonesia seringkali melakukan hubungan bisnis dengan rekanan baik dalam
negeri maupun luar negeri sehingga pengaturan mengenai penggunaan mata uang dalam
pembayaran sangat krusial sekali dan menentukan.
2.
Korporasi di Indonesia banyak diisi oleh tenaga2 ahli baik lokal maupun ekspatriat yang
dibayar keahliannya menggunakan mata uang asing
3.
Bagaimanakan legalitas pembayaran yang dilakukan oleh Korporasi di Indonesia kepada
rekanan baik luar negeri maupun dalam negeri yang menggunakan pembayaran dalam mata uang
asing? Kerapkali rekanan tidak mau dibayarkan pekerjaannya dengan Rupiah atas dasar kurs
mata uang yang tidak stabil, baik pembayaran kepada rekanan dalam negeri ataupun rekanan luar
negeri
4.
Bagaimanakah status pembayaran salary tenaga2 ahli Korporasi di Indonesia baik lokal
maupun ekspatriat yang dibayar menggunakan mata uang asing?
Pembahasan
Dalam BAB V UU No. 7 tahun 2011 Pasal 21 ayat 1 Tentang Mata Uang dinyatakan, penggunaan
Rupiah wajib digunakan dalam hal :
a.
setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
b.
penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
c.
transaksi keuangan lainnya,
yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun dalam ayat 2 kewajiban tersebut dalam ayat 1 diatas dapat dikecualikan dalam hal :
a.
transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara;
b.
penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
c.
transaksi perdagangan internasional;
d.
simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau
e.
transaksi pembiayaan internasional.
Dalam BAB VII UU No. 7 tahun 2011 Pasal 23 ayat 1 Tentang Mata Uang dinyatakan, larangan
Menolak Rupiah yaitu dalam hal :
(1) Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah
dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali
karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk pembayaran atau untuk
penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis.
Mengenai Ketentuan Pidana dalam UU ini yang terkait dengan pelaku usaha (Korporasi atau pihak
terkait) dapat dilihat dari bunyi ketentuan bab X mengenai Ketentuan Pidana pasal 33
(1) Setiap orang yang tidak menggunakan Rupiah dalam:
a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
c. transaksi keuangan lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan
sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/
atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena
terdapat keraguan atas keaslian Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Mengenai Ketentuan Pidana dalam UU ini yang terkait dengan pelaku usaha SELAKU KORPORASI
dapat dilihat dari bunyi ketentuan bab X mengenai Ketentuan Pidana pasal 39
(1) Pidana yang dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan ketentuan ancaman
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal.36, atau
Pasal 37 ditambah 1/3 (satu per tiga).
(2) Dalam hal terpidana korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mampu membayar
pidana denda, dalam putusan pengadilan dicantumkan perintah penyitaan harta benda korporasi
dan/atau harta benda pengurus korporasi.
(3) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, atau
Pasal 37, setiap orang dapat dikenai pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan/atau
perampasan terhadap barang tertentu milik terpidana.
Kesimpulan
Pembayaran yang dilakukan Korporasi terhadap klien atau vendor lokal dalam hal pelaksanaan
pembelian atau pembayaran atas jasa pekerjaan wajib dilakukan dengan mata uang Rupiah, kecuali
dalam hal :
1.
transaksi perdagangan internasional; semisal penjualan produk secara ekspor dengan klien
asing/atau;
2.
transaksi pembiayaan internasional.
Pembayaran terhadap tenaga kerja WNI di Indonesia wajib dilakukan dengan mata uang Rupiah
kecuali diperjanjikan lain dengan klausul pengkonversian nilai pembayaran atas pembayarannya
dilakukan senilai kurs Rupiah terhadap mata uang asing yang diperjanjikan pada saat tanggal
pembayaran salary tenaga ahli bersangkutan
Pada dasarnya UU di Republik Indonesia tidak berlaku surut sehingga untuk pembayaran atau
perjanjian yang dilakukan sebelum berlakunya UU Tentang Mata Uang ini namun masih ada
tanggungan sisa pembayaran atau masih berlaku perjanjiannya, masih dapat mengesampingan isi atau
bunyi pasal2 dalam perjanjian ini. Sedangkan untuk semua perjanjian baru/perpanjangan ataupun
kerjasama yang dibuat setelah diundangkannya UU ini secara otomatis mengikuti ketentuan bunyi
pasal2 terkait UU ini.
Saran
1.
Mengusulkan Management tiap Korporasi agar di setiap agreement dengan klien atau vendor
lokal namun pembayarannya dilakukan dengan mata uang asing, seperti pembelian software atau
pembelian apapun yang diperdagangkan oleh supplier lokal, ditambahkan
redaksional “pembayarannya dilakukan dengan mata uang Rupiah setelah dikonversi dengan kurs
mata uang asing yang telah disepakati sesuai dengan nilai pada saat dilakukannya penagihan oleh
Pihak terkait”.
2.
Mengusulkan agar setiap negosiasi dalam pembelian, pembelanjaan atau pekerjaan jasa
selalu menggunakan mata uang Rupiah dalam proses pembayarannya dan ditekankan pada saat
proses negosiasi atau tender agar tidak dispute dikemudian hari.