Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir di Sumatera Utara Analisis Terhadap Pembangunan Bertaraskan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam agama Islam terdapat politik, namun politik dalam islam tidaklah
sama seperti politik umumnya. Dalam islam, kata politik sinonim dengan kata
siyasah,-berasal dari Bahasa Arab, “sasa”, “yasusu” dan siyasatan. Siyasah berarti
seni memerintah. Siyasah berarti pemerintahan dan politik atau membuat
kebijaksanaan. Siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas
dalam negeri dan luar negeri serta kemasyarakatan dan yakni mengatur kehidupan
umum atas dasar keadilan dan istiqamah. Dalam memahami pengertian seperti ini
Suyuti Pulungan menegaskan bahwa siyasah adalah pengurusan kepentingankepentingan umat manusia sesuai dengan syara’ demi terciptanya kemaslahatan. 1
Dalam konteks dunia Islam muncul tipologi politik Islam dalam tiga
tipologi sebagai mana yang disebutkan Ma’mun Murod al-Brebesy. Pertama,
aliran pemikiran politik yang berpendirian bahwa Islam bukanlah agama
sebagaimana dalam pengertian Barat yaitu hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, sebaliknya Islam merupakan agama yang paripurna yang mengatur
segala aspek kehidupan manusia, termasuk menyangkut kehidupan bernegara.
Kedua, tipologi pemikiran politik yang berpendirian Islam sebagai agama dalam
1
Warjio.2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xiv.
13
Universitas Sumatera Utara
pengertian Barat yang tidak berkaitan dengan urusan kenegaraan. Ketiga, aliran
pemikiran politik yang menolak pandangan Islam sebagai agama yang serba
lengkap dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan, namun berbeda
dengan aliran kedua, aliran ini menolak Islam sebagai agama dalam pengertian
Barat. 2
Salah satu kelompok yang termasuk dalam tipologi pertama adalah Hizbut
Tahrir. Hizbut Tahrir (HT) merupakan organisasi Politik Islam ideologi berskala
Internasional yang aktif memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali
kepada kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah Islamiyyah. Hizbut Tahrir
didirikan oleh Taqiyyudin al-Nabhani (1909-1977), yang secara resmi
dipublikasikan pada tahun 1953 di Al-Quds, Yerussalem. Kemudian pusat
gerakannya berpindah ke Yordania. 3
Sejak didirikan, Hizbut Tahrir dipimpin oleh Taqiyyudin al-Nabhani
hingga wafat, yakni tanggal 20 Juni 1977 M. Taqiyyudin al-Nabhani merupakan
salah seorang ulama berpengaruh di Palestina, doktor lulusan Universitas AlAzhar, Kairo, Mesir, yang sebelumnya adalah seorang hakim agung di Mahkamah
Isti'naf, al-Quds, Palestina. 4 Sepeninggal Taqiyyudin al-Nabhani Hizbut Tahrir
dipimpin oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003. Saat ini
2
M.Syahminan. 2012. “Pemikiran dan Gerakan Politik Islam Indonesia.” Jurnal Politeia NO. 1 Vol 4. hal. 3
Ihsan Samarah.2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4.
4
Taqiyyudin al-Nabhani.1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish.
Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.
3
14
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh Syeikh Atha' Abu Rastah secara
Internasional. 5
Hizbut Tahrir telah beberapa kali berupaya pengambil alihan kekuasaan di
banyak negeri-negeri Arab, seperti di Yordania pada tahun 1969, Mesir pada
tahun 1973, dan serentak di Irak, Sudan, Tunisia, Al-Jazair pada tahun 1973,
namun semuanya gagal. Sejak saat itulah Hizbut Tahrir mulai merubah setrategi
perjuangannya dengan lebih banyak melontarkan wacana dan membina
masyarakat melalui dakwah. 6
Kegiatan dakwah banyak dilakukan oleh Hizbut Tahrir dengan mendidik
dan membina masyarakat melalui training pengenalan tsaqafah (kebudayaan)
Islam, memahamkan masyarakat tentang aqidah Islamiyah yang benar. Dakwah
Hizbut Tahrir lebih banyak ditampakkan dalam aspek pergolakan pemikiran (ash
shira' al-fikr). Hizbut Tahrir pula yang memperkenalkan istilah ghazw alfikr
(perang pemikiran) sebagai upaya meluruskan pemikiran-pemikiran yang salah
serta persepsi-persepsi yang keliru, membebaskannya dari pengaruh ide-ide barat,
dan menjelaskannya sesuatu ketentuan Islam. 7
Adapun menjadi tujuan (goal) dari Hizbut Tahrir adalah penegakan
Khilafah Islamiyyah atau Daulah Islam. Konsep Khilafah Islamiyyah ialah bentuk
sebuah negara yang menerapkan syari’ah Islam secara menyeluruh, dengan
5
Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
hal. 265.
6
Ihsan Samarah.Op. Cit. hal. 6.
7
Hizbut Tahrir. 2000. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir. terj. Muhammad Maghfur.
Bogor:Pustaka Thariqul Izzah. hal. 23.
15
Universitas Sumatera Utara
merujuk model pemerintahan yang pernah dijalankan Nabi Muhammad SAW di
Madinah, serta dilanjutkan Para Sahabat (Khulafa Rasyidin) pada masa silam. 8
Maksud dari penegakan Khilafah Islamiyyah tersebut adalah agar syari’ah tegak
secara total, penyebaran Islam keseluruh dunia melalui dakwah dan jihad, dan
penyatuan negara-negara muslim di dalam lindungan satu negara di bawah
kepimpinan seorang khalifah.
Pada tahun 1980-an Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia. Pada era 1990-an
Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivis dakwah di
masjid, perkantoran, perusahaan dan perumahan. 9 HTI adalah organisasi yang
legal di Indonesia. HTI terdaftar di Departemen Dalam Negeri dengan no.
44/D.III.2/VI/2006. 10 HTI memiliki pengurus dan perwakilan di provinsi-provinsi
dan daerah-daerah di Indonesia.Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah pengurus
induk Hizbut Tahrir di Indonesia, sedangkan untuk Provinsi dibentuk Dewan
Pimpinan Daerah I dan untuk kepengurusan tingkat Kabupaten atau Kota dibentuk
Dewan Pimpinan Daerah II. Salah satu kepengurusan tersebut diantaranya adalah
di Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai Provinsi yang multikultular dengan beragam etnis dan agama
yang ada di Sumut, hadirnya HTI di Sumut memberi warna tersendiri dalam
Politik Islam di Sumut. Aktivitas yang dilakukan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara
semakin berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dengan tumbuh
8
Muhammad Arifin. 2011. Konsep Negara Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia. Medan: Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU. hal. 58.
9
Ibid.
10
http://mahkamahkonstitusi.go.id/putusan diakses pada 16 februari 2015 pukul 10:30.
16
Universitas Sumatera Utara
suburnya pemikiran ataupun ide-ide Hizbut Tahrir di kampus-kampus yang ada di
sumatera utara. Aksi-aksi yang sering dilakukan anggota Hizbut Tahrir di
Sumatera Utara juga menunjukkan keberadaan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara
yang mulai dapat diperhitungkan dalam perpolitikan dan kelompok gerakan di
Sumatera Utara.
HTI sumut memiliki jumlah anggota atau simpatisan cukup banyak. Pada
Muktamar HTI Sumut 2013, ribuan pendukung atau simpatisan hadir pada acara
tersebut. Pada tahun 2015 HTI Sumut juga kembali menggelar Muktamar
Nasional. Diantara pendukung atau simpatisan HTI di Sumut adalah pelajar,
Mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Halaqah (kelompok pengajian)
menjadi salah satu sarana transfer ilmu mengenai Hizbut Tahrir itu sendiri, dan
juga cita-cita penegakan Khilafah Islamiyyah tersebut.
Antusiasme masyarakat dari berbagai daerah di Sumatera Utara terhadap
kegiatan-kegiatan besar yang dilaksanakan Hizbut Tahrir juga menunjukkan
bahwa Hizbut Tahrir telah memiliki pengaruh dan juga mampu menarik minat dan
perhatian masyarakat Sumatera Utara. Tentunya hal ini menjadi penting bagi
kelompok yang bertipekan seperti Hizbut Tahrir. Karena sebagai kelompok
pergerakan kualitas dan juga kuantitas anggota atau simpatisan diperlukan bagi
Hizbut Tahrir.
Ide-ide yang diusung Hizbut Tahrir yang masuk dan disebarkan melalui
media cetak di daerah Sumatera Utara menunjukkan keterbukaan pemikiran
17
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir yang artinya ada bagian masyarakat yang menerima atau setuju
terhadap konsep pembangunan yang diusung oleh Hizbut Tahrir.
HTI Sumut memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat luas
melalui beberapa cara. Seperti, menyebarkan buletin dakwah bernama “Al-Islam”.
Buletin tersebut merupakan salah satu media cetak milik HTI yang digunakan
HTI Sumut dalam membangun politik Islam di Sumut. Buletin tersebut
diterbitakan setiap hari jum’at dan disebarkan di berbagai Masjid-masjid di
Sumatera Utara. Selain itu HTI Sumut juga menerbitkan majalah “al-wa’ie” yang
berisi seruan dan ajakan menegakkan khilafah.
Selain media cetak, HTI sumut juga rutin mengadakan seminar-seminar
yang berkaitan dengan tema-tema khilafah di kampus-kampus. Akedemisi seperti
dosen dan Mahasiswa merupakan bagian penting dalam upaya HTI sumut untuk
mencapai sasarannya. Hal ini dapat dilihat bahwa banyaknya anggota dan
simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia berasal dari mahasiwa perguruan tinggi negeri
dan swasta yang ada di Sumatera Utara.
Pendekatan-pendekatan juga dilakukan HTI Sumut dengan berbagai pihak,
seperti Pemerintah Provinsi Sumut dengan melakukan berbagai agenda yang
dilakukan bersama, aparat TNI-Polri dalam bentuk silaturrahmi dan audensi
mengenai agenda serta melaporkan kegiatan-kegiatan besar yang akan dilakukan
HTI Sumut. Isu yang diangkat oleh HTI Sumut tentulah berkenaan dengan
Khilafah, sebagai tujuan dan cita-cita dari Hizbut Tahrir itu sendiri.
18
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah organisasi berhaluan Islam yang memiliki tujuan, HTI
tentunya memiliki cara atau strategi agar tujuan tersebut tercapai. Untuk
mengetahui atau mendalami hal itu maka diperlukan sebuah konsep, yaitu Politik
pembangunan Islam. Politik pembangunan Islam ialah konsep yang diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran
tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya
dengan cara-cara Islam. 11 Politik Pembangunan Islam dibuat dan dijalankan
berdasarkan kerangka Islam.
Dari uraian paparan di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk
membahas politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir Sumatera Utara. Maka
dalam hal ini peneliti mengangkat judul penelitian Politik Pembangunan Islam
Hizbut Tahrir Indonesia di Sumatera Utara dalam Analisis Pembangunan
Bertaraskan Islam.
B. Perumusan Masalah
Hizbut Tahrir memiliki konsep Politik Pembangunan yang berbeda dengan
organisasi Islam lainnya, bentuk politik pembangunan Hizbut Tahrir ini tertera
dalam tujuannya yaitu mendirikan negara Khilafah dengan menjadikan Islam
sebagai hukum yang diterapkan dalam bingkai kenegaraan. Dalam Politik
Pembangunannya Hizbut Tahrir juga memiliki strategi-strategi atau cara yang
harus dilaksananakan dan diterapkan oleh seluruh organisasi Hizbut Tahrir yang
ada di dunia.
11
Warjio.Op. Cit. hal. xviii.
19
Universitas Sumatera Utara
Sebagai bagian dari Hizbut Tahrir Indonesia dan juga Hizbut Tahrir dunia,
maka HTI Sumut juga memiliki tujuan dan strategi yang sama dalam mencapai
penegakakan Khilafah dan berperan untuk menyebarkan kosnep politik
pembangunan Hizbut Tahrir. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pemikiran Politik Pembangunan Islam HTI di Sumatera Utara (analisis terhadap
pembangunan bertaraskan Islam).
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk politik pembangunan HTI.
2. MenganalisisPolitik Pembangunan HTI di Sumut.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara akademis,penelitian ini untuk memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian tentang
politik Islam dan menjadi referansi/kepustakaan bagi Departemen
Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Secara subyektif, penelitian ini untuk menambah pengetahuan yang
baru,serta melatih dan mengembangkan kemampuan dalam
penulisan karya ilmiah.
3. Secara praktis, memberikan data dan informasi yang berguna bagi
semua kalangan.
E. Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, instruksi, definisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep. 12 Adapun teori yang saya gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Politik Pembangunan Islam
Politik Pembangunan Islam berbeda dengan Politik Pembangunan
Konvensional, seperti dinyatakan Muhammad Syukri Salleh dalam buku
Pembangunan Politik Islam:
“perbedaan dasarnya terletak pada epistemologi dan tasawur
(world-view) antara keduanya. Epistimologi Politik Pembangunan
konvensional terletak di aqal,sedangkan epistimologi Politik
Pembangunan Islam terletak di Al-Qur’an, Hadis, Ijmak, dan
Qiyas. Tasawur Politik Pembangunan konvensional pula berkisar
kepada keduniaan dan hubungan sesama manusia (hablumminannas) dan sumber alam, sedangkan tasawur Politik
Pembangunan Islam berkisar kepada dunia dan akhirat serta
hubungan
manusia
dengan
Allah
SWT
(hablumminallah),hubungan sesama manusia,dan hubungan manusia
dengan sumber alam.” 13
12
13
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES. Hal 37.
Warjio. Op. Cit. hal. ix.
21
Universitas Sumatera Utara
Politik Pembangunan Islam adalah satu terminologi yang merupakan
gabungan antara konsep politik, pembangunan dan Islam.Dalam Islam kata politik
sinonim dengan kata siyasah,---berasal dari Bahasa Arab, ”sasa”, ”yasusu” dan
siyasatan. Siyasah berarti pemerintahan dan politik atau membuat kebijaksanaan.
Siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan
luar negeri serta kemasyarakatan dan yakni mengatur kehidupan umum atas dasar
keadilan dan istiqamah. 14
Politik dalam pandangan Islam adalah menghapus zhulm (penindasan dan
ketidakadilan) di muka bumi. Jadi kekuasaan dalam Islam, bukanlah untuk
kekuasaan itu sendiri, bukan pula kekuasaan pribadi atau kelompok atau
kekuasaan kolektif. Islam menempatkan kekuasaan dalam kerangka moral yang
aktif.Kekuasaan bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk mengabdi pada Allah
SWT. 15
Definisi pembangunan telah banyak dikemukan oleh para ahli. Mansour
Faqih mendefinisikan pembangunan seperti yang dikutip Warjio :
“Pembangunan banyak dipahami sebagai kata benda netral yang
digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan
ekonomi, politik, budaya infrastruktur masyarakat dan sebagainya.
Pembangunan juga merupakan suatu discourse, suatu pendirian,
atau suatu faham atau bahkan suatu idelogi tertentu tentang
perubahan sosial.” 16
14
Ibid. hal. xiv.
Ibid. hal. xv.
16
Ibid. hal. xvi.
15
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Muhammad Syukri Salleh seperti yang dikutip Warjio
pembangunan ialah :
“Salah satu cara mengabdikan atau beribadah kepada Allah SWT.
Dua bentuk Pembangun yang harus dibangun adalah
pembangunan material dan pembangunan kerohanian dan
dilaksanakan menurut garis panduan yang telah ditetapkan oleh
ajaran Islam. Dimaksudkan dengan pembangunan material ialah
pembangunan yang dapat menegakkan program-program yang
berkaitan dengan aspek kehidupan manusia atau yang dinamakan
sebagai Habl min al-Nas seperti pengeluaran dan penggunaan.
Sedangkan pembangunan kerohanian ialah pembangunan yang
dapat melakukan hubungan manusia dengan Allah S.W.T setinggi
mungkin atau yang dinamakan sebagai Habl min Allah seperti
keimanan, ketakwaan dan sebagainya. Demikian pemahaman
secara umum mengenai pembangunan.” 17
Menurut Said Hawa Islam adalah aqidah, ibadah, manhaj kehidupan
dengan dukungan penguatnya. Aqidah yaitu dua syahadat, keimanan kepada
Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari kiamat. Ibadah adalah bagian dari
rukun-rukun yang di dalamnya termasuklah ibadah shalat, zakat, puasa, haji.
Manhaj kehidupan adalah seperti manhaj politik, manhaj ekonomi, manhaj
militer, manhaj pendidikan, manhaj akhlak, maupun manhaj sosial. 18
Ditinjau dari perspektif Al-Qur’an, Islam dapat dijelaskan sebagai :
a. Islam adalah agama Wahyu Ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai
daya cipta manusia (Qs. Al-Najm:3-4)
b. Islam adalah agama yang sempurna dan dia atas segala-galanya (Qs. Almaidah:3)
17
Ibid.
Ibid. hal. xviii.
18
23
Universitas Sumatera Utara
c. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan
subsistem serta komponen dengan bagian-bagiannya dan secara kesuluruhan
merupakan suatu struktur yang uni (Qs. Al-maidah) 19
Dalam bukunya Warjio menyatakan konsep Politik Pembangunan Islam:
“...Politik Pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara(politik) atau strategistrategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks
pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam.Cara
atau
strategi
Islam
ini
dapat
dilakukan
oleh
negara,institusi/organisasi ataupun partai politik...” 20
Titik berat perbedaan politik pembangunan Islam dengan politik
pembangunan konvensional terletak pada nilai-nilai yang dikandungnya. Politik
pembangunan Islam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah nilai-nilai
Islam. Pertanggung jawabannya adalah dunia dan akhirat. Penekanannya adalah
berdasarkan nilai-nilai ketauhidan. 21
Strategi yang digunakan juga strategi yang menggunakan nilai-nilai Islam.
Dengan memperhatikan pertanggung jawaban dunia dan akhirat secara vertikal
dan horizontal. Horizontal adalah pertanggung jawaban kepada manusia dan
mahkluk hidup lainnya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Sedangkan
pertanggung jawaban vertikal adalah pertanggung jawaban kepada Allah SWT,
Sang pencipta dan pemilik jagat raya. 22
19
Ibid.
Ibid.
21
Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing.
hal. 70.
22
Ibid.
20
24
Universitas Sumatera Utara
Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai
strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik
pembangunan. Kerangka pembangunan Islam itu dapat dilihat dalam gambar :
GAMBAR 1.1
Pembangunan dalam prespektif Islam
Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek
institusi
POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM
Mempromosikan Budaya Politik Islam dan
Membangun Institusi Islam,Struktur dan
Administrasi
Sumber: Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (pemikiran dan implementasi), Perdana
Publishing. Medan. hal 71.
Dari bagan di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dalam persfektif Islam
dalam
pembangunan,politik
pembangunan
Islam
dibuat
dan
dijalankan
berdasarkan kerangka Islam. Institusi politik,menjadi bagian penting dari Politik
25
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
Islam.
politik
pembangunan
Islam
ialah
kegiatan
yang
mempromosikan nilai-nilai Islam, budaya Islam dan pelaksanaannya.
Warjio menambahkan bahwa politik pembangunan bukan saja mengenai
cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang
dijalankan itu. 23
Pendekatan dan Tahapan
Menurut warjio pendekatan Islam dalam pembangunan didasarkan pada
lima dasar filosofis. Pertama, Tauhid. Yaitu percaya pada keesahan Allah dan
semua yang di alam semesta merupakan kepunyaanNya. Dalam konteks upaya
pembangunan, manusia harus sadar bahwa sumber daya yang tersedia adalah
kepunyaanNya, sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk memenuhi
kepentingan pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas segala
sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus mengupayakan agar manfaat
yang dihasilkannya dapat dibagi kepada manusia lainnya.
Kedua, Rububiyah. Yaitu percaya kepada Allah SWT sendirilah yang
menentukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaanNya serta menuntut siapa saja
yang
percaya
pembangunan,
kepadaNya
manusia
kepada
harus
kesuksesan.
sadar
bahwa
Dalam
konteks
pencapaian
upaya
tujuan-tujuan
pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga pada
pertolongan Allah SWT, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Pada titik
23
Warjio.Op. Cit. hal. xix.
26
Universitas Sumatera Utara
ekstrim, sikap fatalistik tidak dibenarkan, sementara pada titik ektrim lainnya,
kepercayaan sepenuhnya hanya pada upaya-upaya manusia sendiri dianggap tidak
adil bagi Sang Pencipta.
Ketiga, Khilafah(kekuasaan). Yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan
di bumi. Disamping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanahkan
kepadanya, manusia beriman juga harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai
pemberi teladan atau contoh bagi manusia lainnya.
Keempat, tazkiyah. Yakni merujuk pada pertumbuhan dan penyucian
manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankan
tanggungjawab yang ditugaskan padanya. Manusia adalah agen perubahan dan
pembangunan (agent of change and development). Oleh karena itu perubahan dan
pembangunan apapun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi
kebaikan orang lain dan tidak bagi pemenuhan pribadi.
Kelima,al-falah.
Yaitu
konsep
keberhasilan
dalam
Islam
bahwa
keberhasilan apapun yang dicapai dikehidupan dunia akan mempengaruhi
keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan yang dicapai di dunia tidak
menyalahi petunjuk bimbingan yang ditetapkan Tuhan. Oleh karena itu dalam
pandangan Islam, tidak ada dikotomi di antara upaya-upaya bagi pembangunan di
dunia maupun persiapan bagi kehidupan di akhirat. 24
Ditinjau dari segi tahapannya, Islam telah menegaskan bahwa ada lima
tahapan yang harus dilalui agar tujuan akhir proses pembangunan tercapai.
24
Ibid. hal. xx.
27
Universitas Sumatera Utara
Kelima tahapan tersebut adalah: pertama, tahapan persiapan kualitatif. Aspek
kualitatif bersumber dari manusia. Dalam Al-qur’an manusia diumpamakan
sebuah pohon (Qs. 14:25-26). Akar, batang dan buah merupakan bahasa amtsal
untuk akidah, syariat dan muamalat. Dengan akidah yang baik, manusia akan
mampu melaksanakan syariat dengan baik, yang akhirnya tercermin pada
muamalah. Sebaliknya manusia dengan akidah yang buruk pada akhirnya
berdampak pada bentuk muamalat yang buruk pula. Dalam sebuah sistem,
muamalat yang buruk tercermin pada hasil pembangunan yang buruk, seperti
kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kerusakan
lingkungan yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan proses pembangunan
berikutnya.
Tahapan kedua adalah peran dan kedudukan manusia dalam sebuah
sistem. Pada tahapan ini ,status manusia tidak hanya dipandang sebagai individu,
tetapi juga statusnya sebagai bagian dari masyarakat sebagai suatu sistem dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat sebagai kumpulan individu tersebut terdiri
atas manusia-manusia yang baik, sistem tersebut akan mampu menciptakan
berbagai manfaat/keuntungan yang sangat berpengaruh bagi tahapan berikutnya
sebagai tahapan ketiga, yaitu terciptanya keuntungan kualitatif dan keuntungan
kuantitatif.
Beberapa
bentuk
keuntungan
tersebut
adalah
kekayaan
alam,keuntungan teknologi, keuntungan sosial ekonomi, kepuasaan spiritual dan
moral, serta berbagai bentuk keuntungan lainnya. Dalam proses pembangunan
manusia tidak boleh terjerumus menjadi penghamba pembangunan karena
28
Universitas Sumatera Utara
pembangunan sebenarnya adalah untuk manusia, bukan manusia untuk
pembangunan. Dengan itulah pembangunan benar-benar diridhoi oleh Allah
SWT.
Tahapan keempat, yakni utilasi hasil-hasil pembangunan bagi proses
pembangunan berikutnya. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang
menjadikan kelangkaan faktor produksi dan tidak terbatasnya permintaan manusia
secara simultan sebagai faktor munculnya permasalahan ekonomi, Islam
menjelaskan bahwa sumber permasalahan ekonomi terletak pada cara
pengalokasian atau distribusi faktor-faktor produksi yang ada. Allah SWT telah
menyediakan semua hal yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup manusia di
alam semesta (Qs. 31:20).
Penekanan Islam pada manusia ditujukan untuk menjaga terjadinya
keharmonisan atas hasil-hasil pembangunan di antara mereka. Yakni dengan
terjadinya distribusi hasil-hasil pembangunan pada masa sekarang. Islam juga
sangatv menekankan pada upaya keberlangsungan proses pada masa berikutnya
(intemporal economic decisions). Hal tersebut tercermin pada perhatian Islam
yang sangat besar pada keseimbangan lingkungan (Qs. 21: 107). Keempat tahapan
tersebut secara bersama-sama sangat menentukan tercapainya tahapan kelima
pembangunan, yakni tercapainya kesuksesan di akhirat. 25
25
Ibid. hal. xxi.
29
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip Pembangunan Bertaraskan Islam
Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh Syukri Salleh dalam buku
Warjio“Dilema
Politik
Pembangunan
PKS
(Islam
dan
Konvensional)”,
pembangunan dapat dikatakan bertaraskan Islam jika memenuhi setidaknya tujuh
prinsip pembangunan bertaraskan Islam. Tujuh prinsip pembangunan bertraskan
Islam itu adalah:
(1) Tassawwur Islam sebagai acuan pembangunan
Maksud dari tassawwur Islam ini adalah gambaran bentuk Islam yang
hakiki, yang menjelaskan secara keseluruhan prinsip-prinsip asas Islam secara
benar dan lengkap, sehingga menyatu di dalam diri orang yang memahaminya. 26
Maka pembangunan bertaraskan Islam harus lahir dari acuannya sendiri, dari akar
epistimologi dan tassawwurnya sendiri. Atas sebab itu pula tidak bisa ada sistem
pembangunan bertaraskan Islam yang lahir dari campur aduk antara epistiomologi
konvensional dan tassawwur Islam dengan epistimologi dan tassawwur bukan
Islam. Dengan demikian tidak bisa ada campur baur antara isme-isme lain dengan
Islam, seperti kapitalisme Islam, sosialisme Islam. Hanya dengan acuan
epistimologi dan tassawwur Islam sendiri sajalah maka akan lahir pembangunan
bertaraskan Islam. 27
(2) Manusia sebagai pelaku pembangunan
Sebagaimana yang telah dipahami, setiap pembangunan memerlukan aktor
pembangunan.Begitu juga dalam pembangunan konvensional. Namun begitu,
26
Warjio. Op. Cit. hal. 164.
Ibid.
27
30
Universitas Sumatera Utara
konsep manusia yang dipakai dalam pembangunan konvensional adalah berbeda
dari konsep manusia yang dipakai dalam teori pembangunan bertaraskan Islam. 28
(3) Alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebagai skala waktu
pembangunan
Skala waktu pembangunan berlandaskan Islam menjangkau satu waktu
yang sangat panjang, meliputi alam roh, alam dunia, dan alam akhirat. Alam roh
merupakan alam perjanjian, alam dunia merupakan alam pelaksanaan, dan alam
akhirat merupakan alam ganjaran. Walaupun aktivitas pembangunan dilaksanakan
di alam dunia, garis panduannya telah ditetapkan di alam roh sedangkan ganjaran
hakikinya dikaruniakan di alam akhirat. 29
(4) Ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunan
Dalam asas ini, untuk melakukan pembangunan yang bertaraskan Islam,
maka ilmu fardhu ‘ain tidaklah bisa dipisahkan dan harus dijadikan sebagai
kerangka dari pembangunan. Ilmu fardhu a’ain merupakan salah satu dari dua
bentuk ilmu dalam Islam, selain ilmu fardhu kifayah. Berbeda dengan ilmu fardhu
kifayah yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh sebagian anggota masyarakat,
ilmu fardhu ‘ain wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap individu Islam. Kalau
fardhu kifayah merupakan tanggung jawab sosial, fardhu ‘ain merupakan
tanggung jawab individu. 30
28
Ibid.
Ibid. hal. 169.
30
Ibid.
29
31
Universitas Sumatera Utara
(5) Ibadah sebagai pendekatan pembangunan
Menurut
Muhammad
Syukri
Salleh,
pelaksanaan
pembangunan
bertaraskan Islam tidak mungkin menjadi ibadah kecuali mengikut kaedah-kaedah
yang ditetapkan. Secara kasar ibadah dapat dibagi tiga yaitu ibadah asas, amalanamalan utama dan ibadah umum. Ibadah asas ialah ibadah yang wajib
dilaksanakan seperti Shalat, puasa, berzakat ataupun naik haji. Dengan
menegakkan ibadah dasar, maka manusia sebenarnya menegakkan hubungan
dengan Allah swt, dengan menegakkan hubungan dengan Allah swt melalui
ibadah kebijakan maka manusia membangun kerohanian mereka. 31 Sedangkan
amalan-amalan umum seperti berdzikir, berwirid, bertasbih, melakukan perkaraperkara sunat dan sebagainya dilihat sebagai amalan tambahan. Amalan-amalan
seperti ini semakin mengeratkan hubungan dengan Allah swt. Akibatnya,
pembangunan kerohanian semakin kuat. Sedangkan ibadah umum adalah bersifat
fardhu kifayah, seperti bermuamallah, bermunakhaha, bergiat dalam bidang
ekonomi, pembangunan sebagainya. Gabungan dari ibadah ini merupakan kaedah
dalam pembangunan bertaraskan Islam. 32
(6) Sumber alam sebagai alat pembangunan
Pembangunan bertaras Islam menjangkau pengertian sumber alam mulai
dari rahasia penciptaanya hingga tujuan diciptakannya. Antara lain ia
bersandarkan kepada Al-Quran yang menerangkan bahwa Allah S.W.T adalah
31
Ibid. hal. 197.
Ibid.
32
32
Universitas Sumatera Utara
pencipta seluruh sumber alam, maka Allah s.w.t menjadi pemilik mutlak dari
semua sumber alam. 33
(7) Mardatillah sebagai tujuan pembangunan
Prinsip mardhatillah adalah dalam upaya pembangunan tersebut ialah
bertujuan mencari ridho Allah s.w.t. Beberapa indikator untuk mengukur hal
tersebut ada 3, yaitu pertama tauhidnya dengan Allah s.w.t harus jelas. Kedua,
menjaga syariat dan dipatuhi dengan sungguh-sungguh. Ketiga, ahklaknya dengan
Allah s.w.t dijaga dengan sungguh-sungguh. Ketiga kaedah tersebut merupakan
kaidah untuk mencapai keridhoan Allah s.w.t dan keridhaan tersebut merupakan
tujuan akhir dari pembangunan yang berlandaskan Islam. 34
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini ialah
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ialah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
metode ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor , sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki. 35
33
Ibid. hal. 176.
Ibid. hal. 180.
35
Moh.Nazir. 1999. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 63.
34
33
Universitas Sumatera Utara
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan
pada Hizbut Tahrir Indonesia Dewan Pimpinan
Daerah I Sumatera Utara.
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Dengan
metode kualitatif, selain untuk mengungkap dan memahami sesuatu hal yang baru
dan sedikit diketahui, metode kualitatif juga akan memberikan rincian tentang
suatu fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif. 36 Penelitian
kualitatif dalam Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Sumatera Utara
bertujuan untuk mendeskripsikan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir
tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama dilapangan.
37
Dilaksanakan dengan
metode wawancara
mendalam (indepth-interview) yang dipandu dengan oleh pedoman
wawancara. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki
relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
36
Anselm Strauss dan Juliet Corbin. 2004. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
hal. 5.
37
Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya:
Airlangga University Press. hal. 128.
34
Universitas Sumatera Utara
Wawancacara penulis lakukan dengan pengurus Hizbut Tahrir Indonesia
Dewan Pimpinan Daerah I Sumatera Utara, ataupun orang yang pernah
berkecimpung langsung dengan Hizbut Tahrir Indonesia Dewan
Pimpinan Daerah I Sumatera Utara untuk menggali informasi tambahan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder. 38 Data diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul
penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel, makalah, peraturanperaturan, internet serta sumber-sumber lain yang dapat memberikan
informasi mengenai judul penelitian.
5. Responden Penelitian
Dalam penelitian ini responden penelitian ditentukan secara purposive
sampling
guna
memberikan
keterangan
dan
informasi
terkait
Politik
Pembangunan Islam HTI di Sumut, yakni sebagai berikut:
1) Wakil Ketua HTI Sumut, Saifurrahman, S.Hi.
2) Ketua lajnah Maslahiyah HTI Sumut, M. Yusran Ramli.
3) Lajnah tokoh, Ir. Wirman Abu Syauqi.
4) Ketua HTI Medan, Sofyan Arsyad Siregar, Sp.
5) Marwan Rangkuti
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif.Metode ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh
melalui analisis mendalam dan dituliskan dengan bahasa-bahasa yang terstruktur
38
Ibid.
35
Universitas Sumatera Utara
dan bersifat naratif.
39
Tujuan penelitian deskriftif adalah untuk membuat
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Teori-teori
dan pendapat para ahli akan digunakan sebagai referensi dan pisau analisis dalam
memperkuat hasil penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk
lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar
mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi
penulisan skripsi ini kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan
Pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian Penelitian,
Kerangka Teori, Metodologi
Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
Konsep Politik Pembangunan HTI
Pada Bab II akan menjelaskan tentang Profil Hizbut Tahrir,
konsep Politik PembangunanHizbut Tahrir.
39
Ibid. hal. 137.
36
Universitas Sumatera Utara
BAB III
Politik PembangunanHizbut TahrirIndonesia di Sumatera
Utara
Pada Bab III akan menyajikan hasil penelitian mengenai
Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Indonesia di
Sumatera Utara.
BAB IV
Penutup
Pada bab IV berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pembahasan-pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
37
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam agama Islam terdapat politik, namun politik dalam islam tidaklah
sama seperti politik umumnya. Dalam islam, kata politik sinonim dengan kata
siyasah,-berasal dari Bahasa Arab, “sasa”, “yasusu” dan siyasatan. Siyasah berarti
seni memerintah. Siyasah berarti pemerintahan dan politik atau membuat
kebijaksanaan. Siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas
dalam negeri dan luar negeri serta kemasyarakatan dan yakni mengatur kehidupan
umum atas dasar keadilan dan istiqamah. Dalam memahami pengertian seperti ini
Suyuti Pulungan menegaskan bahwa siyasah adalah pengurusan kepentingankepentingan umat manusia sesuai dengan syara’ demi terciptanya kemaslahatan. 1
Dalam konteks dunia Islam muncul tipologi politik Islam dalam tiga
tipologi sebagai mana yang disebutkan Ma’mun Murod al-Brebesy. Pertama,
aliran pemikiran politik yang berpendirian bahwa Islam bukanlah agama
sebagaimana dalam pengertian Barat yaitu hanya mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, sebaliknya Islam merupakan agama yang paripurna yang mengatur
segala aspek kehidupan manusia, termasuk menyangkut kehidupan bernegara.
Kedua, tipologi pemikiran politik yang berpendirian Islam sebagai agama dalam
1
Warjio.2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xiv.
13
Universitas Sumatera Utara
pengertian Barat yang tidak berkaitan dengan urusan kenegaraan. Ketiga, aliran
pemikiran politik yang menolak pandangan Islam sebagai agama yang serba
lengkap dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan, namun berbeda
dengan aliran kedua, aliran ini menolak Islam sebagai agama dalam pengertian
Barat. 2
Salah satu kelompok yang termasuk dalam tipologi pertama adalah Hizbut
Tahrir. Hizbut Tahrir (HT) merupakan organisasi Politik Islam ideologi berskala
Internasional yang aktif memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali
kepada kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah Islamiyyah. Hizbut Tahrir
didirikan oleh Taqiyyudin al-Nabhani (1909-1977), yang secara resmi
dipublikasikan pada tahun 1953 di Al-Quds, Yerussalem. Kemudian pusat
gerakannya berpindah ke Yordania. 3
Sejak didirikan, Hizbut Tahrir dipimpin oleh Taqiyyudin al-Nabhani
hingga wafat, yakni tanggal 20 Juni 1977 M. Taqiyyudin al-Nabhani merupakan
salah seorang ulama berpengaruh di Palestina, doktor lulusan Universitas AlAzhar, Kairo, Mesir, yang sebelumnya adalah seorang hakim agung di Mahkamah
Isti'naf, al-Quds, Palestina. 4 Sepeninggal Taqiyyudin al-Nabhani Hizbut Tahrir
dipimpin oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003. Saat ini
2
M.Syahminan. 2012. “Pemikiran dan Gerakan Politik Islam Indonesia.” Jurnal Politeia NO. 1 Vol 4. hal. 3
Ihsan Samarah.2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4.
4
Taqiyyudin al-Nabhani.1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish.
Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.
3
14
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan Hizbut Tahrir digantikan oleh Syeikh Atha' Abu Rastah secara
Internasional. 5
Hizbut Tahrir telah beberapa kali berupaya pengambil alihan kekuasaan di
banyak negeri-negeri Arab, seperti di Yordania pada tahun 1969, Mesir pada
tahun 1973, dan serentak di Irak, Sudan, Tunisia, Al-Jazair pada tahun 1973,
namun semuanya gagal. Sejak saat itulah Hizbut Tahrir mulai merubah setrategi
perjuangannya dengan lebih banyak melontarkan wacana dan membina
masyarakat melalui dakwah. 6
Kegiatan dakwah banyak dilakukan oleh Hizbut Tahrir dengan mendidik
dan membina masyarakat melalui training pengenalan tsaqafah (kebudayaan)
Islam, memahamkan masyarakat tentang aqidah Islamiyah yang benar. Dakwah
Hizbut Tahrir lebih banyak ditampakkan dalam aspek pergolakan pemikiran (ash
shira' al-fikr). Hizbut Tahrir pula yang memperkenalkan istilah ghazw alfikr
(perang pemikiran) sebagai upaya meluruskan pemikiran-pemikiran yang salah
serta persepsi-persepsi yang keliru, membebaskannya dari pengaruh ide-ide barat,
dan menjelaskannya sesuatu ketentuan Islam. 7
Adapun menjadi tujuan (goal) dari Hizbut Tahrir adalah penegakan
Khilafah Islamiyyah atau Daulah Islam. Konsep Khilafah Islamiyyah ialah bentuk
sebuah negara yang menerapkan syari’ah Islam secara menyeluruh, dengan
5
Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
hal. 265.
6
Ihsan Samarah.Op. Cit. hal. 6.
7
Hizbut Tahrir. 2000. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir. terj. Muhammad Maghfur.
Bogor:Pustaka Thariqul Izzah. hal. 23.
15
Universitas Sumatera Utara
merujuk model pemerintahan yang pernah dijalankan Nabi Muhammad SAW di
Madinah, serta dilanjutkan Para Sahabat (Khulafa Rasyidin) pada masa silam. 8
Maksud dari penegakan Khilafah Islamiyyah tersebut adalah agar syari’ah tegak
secara total, penyebaran Islam keseluruh dunia melalui dakwah dan jihad, dan
penyatuan negara-negara muslim di dalam lindungan satu negara di bawah
kepimpinan seorang khalifah.
Pada tahun 1980-an Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia. Pada era 1990-an
Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivis dakwah di
masjid, perkantoran, perusahaan dan perumahan. 9 HTI adalah organisasi yang
legal di Indonesia. HTI terdaftar di Departemen Dalam Negeri dengan no.
44/D.III.2/VI/2006. 10 HTI memiliki pengurus dan perwakilan di provinsi-provinsi
dan daerah-daerah di Indonesia.Dewan Pimpinan Pusat (DPP) adalah pengurus
induk Hizbut Tahrir di Indonesia, sedangkan untuk Provinsi dibentuk Dewan
Pimpinan Daerah I dan untuk kepengurusan tingkat Kabupaten atau Kota dibentuk
Dewan Pimpinan Daerah II. Salah satu kepengurusan tersebut diantaranya adalah
di Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai Provinsi yang multikultular dengan beragam etnis dan agama
yang ada di Sumut, hadirnya HTI di Sumut memberi warna tersendiri dalam
Politik Islam di Sumut. Aktivitas yang dilakukan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara
semakin berkembang dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dengan tumbuh
8
Muhammad Arifin. 2011. Konsep Negara Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia. Medan: Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU. hal. 58.
9
Ibid.
10
http://mahkamahkonstitusi.go.id/putusan diakses pada 16 februari 2015 pukul 10:30.
16
Universitas Sumatera Utara
suburnya pemikiran ataupun ide-ide Hizbut Tahrir di kampus-kampus yang ada di
sumatera utara. Aksi-aksi yang sering dilakukan anggota Hizbut Tahrir di
Sumatera Utara juga menunjukkan keberadaan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara
yang mulai dapat diperhitungkan dalam perpolitikan dan kelompok gerakan di
Sumatera Utara.
HTI sumut memiliki jumlah anggota atau simpatisan cukup banyak. Pada
Muktamar HTI Sumut 2013, ribuan pendukung atau simpatisan hadir pada acara
tersebut. Pada tahun 2015 HTI Sumut juga kembali menggelar Muktamar
Nasional. Diantara pendukung atau simpatisan HTI di Sumut adalah pelajar,
Mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Halaqah (kelompok pengajian)
menjadi salah satu sarana transfer ilmu mengenai Hizbut Tahrir itu sendiri, dan
juga cita-cita penegakan Khilafah Islamiyyah tersebut.
Antusiasme masyarakat dari berbagai daerah di Sumatera Utara terhadap
kegiatan-kegiatan besar yang dilaksanakan Hizbut Tahrir juga menunjukkan
bahwa Hizbut Tahrir telah memiliki pengaruh dan juga mampu menarik minat dan
perhatian masyarakat Sumatera Utara. Tentunya hal ini menjadi penting bagi
kelompok yang bertipekan seperti Hizbut Tahrir. Karena sebagai kelompok
pergerakan kualitas dan juga kuantitas anggota atau simpatisan diperlukan bagi
Hizbut Tahrir.
Ide-ide yang diusung Hizbut Tahrir yang masuk dan disebarkan melalui
media cetak di daerah Sumatera Utara menunjukkan keterbukaan pemikiran
17
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir yang artinya ada bagian masyarakat yang menerima atau setuju
terhadap konsep pembangunan yang diusung oleh Hizbut Tahrir.
HTI Sumut memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat luas
melalui beberapa cara. Seperti, menyebarkan buletin dakwah bernama “Al-Islam”.
Buletin tersebut merupakan salah satu media cetak milik HTI yang digunakan
HTI Sumut dalam membangun politik Islam di Sumut. Buletin tersebut
diterbitakan setiap hari jum’at dan disebarkan di berbagai Masjid-masjid di
Sumatera Utara. Selain itu HTI Sumut juga menerbitkan majalah “al-wa’ie” yang
berisi seruan dan ajakan menegakkan khilafah.
Selain media cetak, HTI sumut juga rutin mengadakan seminar-seminar
yang berkaitan dengan tema-tema khilafah di kampus-kampus. Akedemisi seperti
dosen dan Mahasiswa merupakan bagian penting dalam upaya HTI sumut untuk
mencapai sasarannya. Hal ini dapat dilihat bahwa banyaknya anggota dan
simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia berasal dari mahasiwa perguruan tinggi negeri
dan swasta yang ada di Sumatera Utara.
Pendekatan-pendekatan juga dilakukan HTI Sumut dengan berbagai pihak,
seperti Pemerintah Provinsi Sumut dengan melakukan berbagai agenda yang
dilakukan bersama, aparat TNI-Polri dalam bentuk silaturrahmi dan audensi
mengenai agenda serta melaporkan kegiatan-kegiatan besar yang akan dilakukan
HTI Sumut. Isu yang diangkat oleh HTI Sumut tentulah berkenaan dengan
Khilafah, sebagai tujuan dan cita-cita dari Hizbut Tahrir itu sendiri.
18
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah organisasi berhaluan Islam yang memiliki tujuan, HTI
tentunya memiliki cara atau strategi agar tujuan tersebut tercapai. Untuk
mengetahui atau mendalami hal itu maka diperlukan sebuah konsep, yaitu Politik
pembangunan Islam. Politik pembangunan Islam ialah konsep yang diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran
tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya
dengan cara-cara Islam. 11 Politik Pembangunan Islam dibuat dan dijalankan
berdasarkan kerangka Islam.
Dari uraian paparan di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk
membahas politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir Sumatera Utara. Maka
dalam hal ini peneliti mengangkat judul penelitian Politik Pembangunan Islam
Hizbut Tahrir Indonesia di Sumatera Utara dalam Analisis Pembangunan
Bertaraskan Islam.
B. Perumusan Masalah
Hizbut Tahrir memiliki konsep Politik Pembangunan yang berbeda dengan
organisasi Islam lainnya, bentuk politik pembangunan Hizbut Tahrir ini tertera
dalam tujuannya yaitu mendirikan negara Khilafah dengan menjadikan Islam
sebagai hukum yang diterapkan dalam bingkai kenegaraan. Dalam Politik
Pembangunannya Hizbut Tahrir juga memiliki strategi-strategi atau cara yang
harus dilaksananakan dan diterapkan oleh seluruh organisasi Hizbut Tahrir yang
ada di dunia.
11
Warjio.Op. Cit. hal. xviii.
19
Universitas Sumatera Utara
Sebagai bagian dari Hizbut Tahrir Indonesia dan juga Hizbut Tahrir dunia,
maka HTI Sumut juga memiliki tujuan dan strategi yang sama dalam mencapai
penegakakan Khilafah dan berperan untuk menyebarkan kosnep politik
pembangunan Hizbut Tahrir. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pemikiran Politik Pembangunan Islam HTI di Sumatera Utara (analisis terhadap
pembangunan bertaraskan Islam).
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk politik pembangunan HTI.
2. MenganalisisPolitik Pembangunan HTI di Sumut.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Secara akademis,penelitian ini untuk memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian tentang
politik Islam dan menjadi referansi/kepustakaan bagi Departemen
Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
20
Universitas Sumatera Utara
2. Secara subyektif, penelitian ini untuk menambah pengetahuan yang
baru,serta melatih dan mengembangkan kemampuan dalam
penulisan karya ilmiah.
3. Secara praktis, memberikan data dan informasi yang berguna bagi
semua kalangan.
E. Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, instruksi, definisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep. 12 Adapun teori yang saya gunakan adalah sebagai
berikut :
1. Politik Pembangunan Islam
Politik Pembangunan Islam berbeda dengan Politik Pembangunan
Konvensional, seperti dinyatakan Muhammad Syukri Salleh dalam buku
Pembangunan Politik Islam:
“perbedaan dasarnya terletak pada epistemologi dan tasawur
(world-view) antara keduanya. Epistimologi Politik Pembangunan
konvensional terletak di aqal,sedangkan epistimologi Politik
Pembangunan Islam terletak di Al-Qur’an, Hadis, Ijmak, dan
Qiyas. Tasawur Politik Pembangunan konvensional pula berkisar
kepada keduniaan dan hubungan sesama manusia (hablumminannas) dan sumber alam, sedangkan tasawur Politik
Pembangunan Islam berkisar kepada dunia dan akhirat serta
hubungan
manusia
dengan
Allah
SWT
(hablumminallah),hubungan sesama manusia,dan hubungan manusia
dengan sumber alam.” 13
12
13
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES. Hal 37.
Warjio. Op. Cit. hal. ix.
21
Universitas Sumatera Utara
Politik Pembangunan Islam adalah satu terminologi yang merupakan
gabungan antara konsep politik, pembangunan dan Islam.Dalam Islam kata politik
sinonim dengan kata siyasah,---berasal dari Bahasa Arab, ”sasa”, ”yasusu” dan
siyasatan. Siyasah berarti pemerintahan dan politik atau membuat kebijaksanaan.
Siyasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan
luar negeri serta kemasyarakatan dan yakni mengatur kehidupan umum atas dasar
keadilan dan istiqamah. 14
Politik dalam pandangan Islam adalah menghapus zhulm (penindasan dan
ketidakadilan) di muka bumi. Jadi kekuasaan dalam Islam, bukanlah untuk
kekuasaan itu sendiri, bukan pula kekuasaan pribadi atau kelompok atau
kekuasaan kolektif. Islam menempatkan kekuasaan dalam kerangka moral yang
aktif.Kekuasaan bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk mengabdi pada Allah
SWT. 15
Definisi pembangunan telah banyak dikemukan oleh para ahli. Mansour
Faqih mendefinisikan pembangunan seperti yang dikutip Warjio :
“Pembangunan banyak dipahami sebagai kata benda netral yang
digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan
ekonomi, politik, budaya infrastruktur masyarakat dan sebagainya.
Pembangunan juga merupakan suatu discourse, suatu pendirian,
atau suatu faham atau bahkan suatu idelogi tertentu tentang
perubahan sosial.” 16
14
Ibid. hal. xiv.
Ibid. hal. xv.
16
Ibid. hal. xvi.
15
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Muhammad Syukri Salleh seperti yang dikutip Warjio
pembangunan ialah :
“Salah satu cara mengabdikan atau beribadah kepada Allah SWT.
Dua bentuk Pembangun yang harus dibangun adalah
pembangunan material dan pembangunan kerohanian dan
dilaksanakan menurut garis panduan yang telah ditetapkan oleh
ajaran Islam. Dimaksudkan dengan pembangunan material ialah
pembangunan yang dapat menegakkan program-program yang
berkaitan dengan aspek kehidupan manusia atau yang dinamakan
sebagai Habl min al-Nas seperti pengeluaran dan penggunaan.
Sedangkan pembangunan kerohanian ialah pembangunan yang
dapat melakukan hubungan manusia dengan Allah S.W.T setinggi
mungkin atau yang dinamakan sebagai Habl min Allah seperti
keimanan, ketakwaan dan sebagainya. Demikian pemahaman
secara umum mengenai pembangunan.” 17
Menurut Said Hawa Islam adalah aqidah, ibadah, manhaj kehidupan
dengan dukungan penguatnya. Aqidah yaitu dua syahadat, keimanan kepada
Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul dan hari kiamat. Ibadah adalah bagian dari
rukun-rukun yang di dalamnya termasuklah ibadah shalat, zakat, puasa, haji.
Manhaj kehidupan adalah seperti manhaj politik, manhaj ekonomi, manhaj
militer, manhaj pendidikan, manhaj akhlak, maupun manhaj sosial. 18
Ditinjau dari perspektif Al-Qur’an, Islam dapat dijelaskan sebagai :
a. Islam adalah agama Wahyu Ilahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai
daya cipta manusia (Qs. Al-Najm:3-4)
b. Islam adalah agama yang sempurna dan dia atas segala-galanya (Qs. Almaidah:3)
17
Ibid.
Ibid. hal. xviii.
18
23
Universitas Sumatera Utara
c. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan
subsistem serta komponen dengan bagian-bagiannya dan secara kesuluruhan
merupakan suatu struktur yang uni (Qs. Al-maidah) 19
Dalam bukunya Warjio menyatakan konsep Politik Pembangunan Islam:
“...Politik Pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara(politik) atau strategistrategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks
pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam.Cara
atau
strategi
Islam
ini
dapat
dilakukan
oleh
negara,institusi/organisasi ataupun partai politik...” 20
Titik berat perbedaan politik pembangunan Islam dengan politik
pembangunan konvensional terletak pada nilai-nilai yang dikandungnya. Politik
pembangunan Islam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah nilai-nilai
Islam. Pertanggung jawabannya adalah dunia dan akhirat. Penekanannya adalah
berdasarkan nilai-nilai ketauhidan. 21
Strategi yang digunakan juga strategi yang menggunakan nilai-nilai Islam.
Dengan memperhatikan pertanggung jawaban dunia dan akhirat secara vertikal
dan horizontal. Horizontal adalah pertanggung jawaban kepada manusia dan
mahkluk hidup lainnya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Sedangkan
pertanggung jawaban vertikal adalah pertanggung jawaban kepada Allah SWT,
Sang pencipta dan pemilik jagat raya. 22
19
Ibid.
Ibid.
21
Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing.
hal. 70.
22
Ibid.
20
24
Universitas Sumatera Utara
Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai
strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik
pembangunan. Kerangka pembangunan Islam itu dapat dilihat dalam gambar :
GAMBAR 1.1
Pembangunan dalam prespektif Islam
Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek
institusi
POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM
Mempromosikan Budaya Politik Islam dan
Membangun Institusi Islam,Struktur dan
Administrasi
Sumber: Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (pemikiran dan implementasi), Perdana
Publishing. Medan. hal 71.
Dari bagan di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dalam persfektif Islam
dalam
pembangunan,politik
pembangunan
Islam
dibuat
dan
dijalankan
berdasarkan kerangka Islam. Institusi politik,menjadi bagian penting dari Politik
25
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan
Islam.
politik
pembangunan
Islam
ialah
kegiatan
yang
mempromosikan nilai-nilai Islam, budaya Islam dan pelaksanaannya.
Warjio menambahkan bahwa politik pembangunan bukan saja mengenai
cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang
dijalankan itu. 23
Pendekatan dan Tahapan
Menurut warjio pendekatan Islam dalam pembangunan didasarkan pada
lima dasar filosofis. Pertama, Tauhid. Yaitu percaya pada keesahan Allah dan
semua yang di alam semesta merupakan kepunyaanNya. Dalam konteks upaya
pembangunan, manusia harus sadar bahwa sumber daya yang tersedia adalah
kepunyaanNya, sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk memenuhi
kepentingan pribadi. Lebih lanjut, manusia hanyalah penerima amanat atas segala
sumber daya yang disediakan kepadanya dan harus mengupayakan agar manfaat
yang dihasilkannya dapat dibagi kepada manusia lainnya.
Kedua, Rububiyah. Yaitu percaya kepada Allah SWT sendirilah yang
menentukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaanNya serta menuntut siapa saja
yang
percaya
pembangunan,
kepadaNya
manusia
kepada
harus
kesuksesan.
sadar
bahwa
Dalam
konteks
pencapaian
upaya
tujuan-tujuan
pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga pada
pertolongan Allah SWT, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Pada titik
23
Warjio.Op. Cit. hal. xix.
26
Universitas Sumatera Utara
ekstrim, sikap fatalistik tidak dibenarkan, sementara pada titik ektrim lainnya,
kepercayaan sepenuhnya hanya pada upaya-upaya manusia sendiri dianggap tidak
adil bagi Sang Pencipta.
Ketiga, Khilafah(kekuasaan). Yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan
di bumi. Disamping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanahkan
kepadanya, manusia beriman juga harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai
pemberi teladan atau contoh bagi manusia lainnya.
Keempat, tazkiyah. Yakni merujuk pada pertumbuhan dan penyucian
manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankan
tanggungjawab yang ditugaskan padanya. Manusia adalah agen perubahan dan
pembangunan (agent of change and development). Oleh karena itu perubahan dan
pembangunan apapun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi
kebaikan orang lain dan tidak bagi pemenuhan pribadi.
Kelima,al-falah.
Yaitu
konsep
keberhasilan
dalam
Islam
bahwa
keberhasilan apapun yang dicapai dikehidupan dunia akan mempengaruhi
keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan yang dicapai di dunia tidak
menyalahi petunjuk bimbingan yang ditetapkan Tuhan. Oleh karena itu dalam
pandangan Islam, tidak ada dikotomi di antara upaya-upaya bagi pembangunan di
dunia maupun persiapan bagi kehidupan di akhirat. 24
Ditinjau dari segi tahapannya, Islam telah menegaskan bahwa ada lima
tahapan yang harus dilalui agar tujuan akhir proses pembangunan tercapai.
24
Ibid. hal. xx.
27
Universitas Sumatera Utara
Kelima tahapan tersebut adalah: pertama, tahapan persiapan kualitatif. Aspek
kualitatif bersumber dari manusia. Dalam Al-qur’an manusia diumpamakan
sebuah pohon (Qs. 14:25-26). Akar, batang dan buah merupakan bahasa amtsal
untuk akidah, syariat dan muamalat. Dengan akidah yang baik, manusia akan
mampu melaksanakan syariat dengan baik, yang akhirnya tercermin pada
muamalah. Sebaliknya manusia dengan akidah yang buruk pada akhirnya
berdampak pada bentuk muamalat yang buruk pula. Dalam sebuah sistem,
muamalat yang buruk tercermin pada hasil pembangunan yang buruk, seperti
kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan dan kerusakan
lingkungan yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan proses pembangunan
berikutnya.
Tahapan kedua adalah peran dan kedudukan manusia dalam sebuah
sistem. Pada tahapan ini ,status manusia tidak hanya dipandang sebagai individu,
tetapi juga statusnya sebagai bagian dari masyarakat sebagai suatu sistem dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat sebagai kumpulan individu tersebut terdiri
atas manusia-manusia yang baik, sistem tersebut akan mampu menciptakan
berbagai manfaat/keuntungan yang sangat berpengaruh bagi tahapan berikutnya
sebagai tahapan ketiga, yaitu terciptanya keuntungan kualitatif dan keuntungan
kuantitatif.
Beberapa
bentuk
keuntungan
tersebut
adalah
kekayaan
alam,keuntungan teknologi, keuntungan sosial ekonomi, kepuasaan spiritual dan
moral, serta berbagai bentuk keuntungan lainnya. Dalam proses pembangunan
manusia tidak boleh terjerumus menjadi penghamba pembangunan karena
28
Universitas Sumatera Utara
pembangunan sebenarnya adalah untuk manusia, bukan manusia untuk
pembangunan. Dengan itulah pembangunan benar-benar diridhoi oleh Allah
SWT.
Tahapan keempat, yakni utilasi hasil-hasil pembangunan bagi proses
pembangunan berikutnya. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang
menjadikan kelangkaan faktor produksi dan tidak terbatasnya permintaan manusia
secara simultan sebagai faktor munculnya permasalahan ekonomi, Islam
menjelaskan bahwa sumber permasalahan ekonomi terletak pada cara
pengalokasian atau distribusi faktor-faktor produksi yang ada. Allah SWT telah
menyediakan semua hal yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup manusia di
alam semesta (Qs. 31:20).
Penekanan Islam pada manusia ditujukan untuk menjaga terjadinya
keharmonisan atas hasil-hasil pembangunan di antara mereka. Yakni dengan
terjadinya distribusi hasil-hasil pembangunan pada masa sekarang. Islam juga
sangatv menekankan pada upaya keberlangsungan proses pada masa berikutnya
(intemporal economic decisions). Hal tersebut tercermin pada perhatian Islam
yang sangat besar pada keseimbangan lingkungan (Qs. 21: 107). Keempat tahapan
tersebut secara bersama-sama sangat menentukan tercapainya tahapan kelima
pembangunan, yakni tercapainya kesuksesan di akhirat. 25
25
Ibid. hal. xxi.
29
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip Pembangunan Bertaraskan Islam
Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh Syukri Salleh dalam buku
Warjio“Dilema
Politik
Pembangunan
PKS
(Islam
dan
Konvensional)”,
pembangunan dapat dikatakan bertaraskan Islam jika memenuhi setidaknya tujuh
prinsip pembangunan bertaraskan Islam. Tujuh prinsip pembangunan bertraskan
Islam itu adalah:
(1) Tassawwur Islam sebagai acuan pembangunan
Maksud dari tassawwur Islam ini adalah gambaran bentuk Islam yang
hakiki, yang menjelaskan secara keseluruhan prinsip-prinsip asas Islam secara
benar dan lengkap, sehingga menyatu di dalam diri orang yang memahaminya. 26
Maka pembangunan bertaraskan Islam harus lahir dari acuannya sendiri, dari akar
epistimologi dan tassawwurnya sendiri. Atas sebab itu pula tidak bisa ada sistem
pembangunan bertaraskan Islam yang lahir dari campur aduk antara epistiomologi
konvensional dan tassawwur Islam dengan epistimologi dan tassawwur bukan
Islam. Dengan demikian tidak bisa ada campur baur antara isme-isme lain dengan
Islam, seperti kapitalisme Islam, sosialisme Islam. Hanya dengan acuan
epistimologi dan tassawwur Islam sendiri sajalah maka akan lahir pembangunan
bertaraskan Islam. 27
(2) Manusia sebagai pelaku pembangunan
Sebagaimana yang telah dipahami, setiap pembangunan memerlukan aktor
pembangunan.Begitu juga dalam pembangunan konvensional. Namun begitu,
26
Warjio. Op. Cit. hal. 164.
Ibid.
27
30
Universitas Sumatera Utara
konsep manusia yang dipakai dalam pembangunan konvensional adalah berbeda
dari konsep manusia yang dipakai dalam teori pembangunan bertaraskan Islam. 28
(3) Alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebagai skala waktu
pembangunan
Skala waktu pembangunan berlandaskan Islam menjangkau satu waktu
yang sangat panjang, meliputi alam roh, alam dunia, dan alam akhirat. Alam roh
merupakan alam perjanjian, alam dunia merupakan alam pelaksanaan, dan alam
akhirat merupakan alam ganjaran. Walaupun aktivitas pembangunan dilaksanakan
di alam dunia, garis panduannya telah ditetapkan di alam roh sedangkan ganjaran
hakikinya dikaruniakan di alam akhirat. 29
(4) Ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunan
Dalam asas ini, untuk melakukan pembangunan yang bertaraskan Islam,
maka ilmu fardhu ‘ain tidaklah bisa dipisahkan dan harus dijadikan sebagai
kerangka dari pembangunan. Ilmu fardhu a’ain merupakan salah satu dari dua
bentuk ilmu dalam Islam, selain ilmu fardhu kifayah. Berbeda dengan ilmu fardhu
kifayah yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh sebagian anggota masyarakat,
ilmu fardhu ‘ain wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap individu Islam. Kalau
fardhu kifayah merupakan tanggung jawab sosial, fardhu ‘ain merupakan
tanggung jawab individu. 30
28
Ibid.
Ibid. hal. 169.
30
Ibid.
29
31
Universitas Sumatera Utara
(5) Ibadah sebagai pendekatan pembangunan
Menurut
Muhammad
Syukri
Salleh,
pelaksanaan
pembangunan
bertaraskan Islam tidak mungkin menjadi ibadah kecuali mengikut kaedah-kaedah
yang ditetapkan. Secara kasar ibadah dapat dibagi tiga yaitu ibadah asas, amalanamalan utama dan ibadah umum. Ibadah asas ialah ibadah yang wajib
dilaksanakan seperti Shalat, puasa, berzakat ataupun naik haji. Dengan
menegakkan ibadah dasar, maka manusia sebenarnya menegakkan hubungan
dengan Allah swt, dengan menegakkan hubungan dengan Allah swt melalui
ibadah kebijakan maka manusia membangun kerohanian mereka. 31 Sedangkan
amalan-amalan umum seperti berdzikir, berwirid, bertasbih, melakukan perkaraperkara sunat dan sebagainya dilihat sebagai amalan tambahan. Amalan-amalan
seperti ini semakin mengeratkan hubungan dengan Allah swt. Akibatnya,
pembangunan kerohanian semakin kuat. Sedangkan ibadah umum adalah bersifat
fardhu kifayah, seperti bermuamallah, bermunakhaha, bergiat dalam bidang
ekonomi, pembangunan sebagainya. Gabungan dari ibadah ini merupakan kaedah
dalam pembangunan bertaraskan Islam. 32
(6) Sumber alam sebagai alat pembangunan
Pembangunan bertaras Islam menjangkau pengertian sumber alam mulai
dari rahasia penciptaanya hingga tujuan diciptakannya. Antara lain ia
bersandarkan kepada Al-Quran yang menerangkan bahwa Allah S.W.T adalah
31
Ibid. hal. 197.
Ibid.
32
32
Universitas Sumatera Utara
pencipta seluruh sumber alam, maka Allah s.w.t menjadi pemilik mutlak dari
semua sumber alam. 33
(7) Mardatillah sebagai tujuan pembangunan
Prinsip mardhatillah adalah dalam upaya pembangunan tersebut ialah
bertujuan mencari ridho Allah s.w.t. Beberapa indikator untuk mengukur hal
tersebut ada 3, yaitu pertama tauhidnya dengan Allah s.w.t harus jelas. Kedua,
menjaga syariat dan dipatuhi dengan sungguh-sungguh. Ketiga, ahklaknya dengan
Allah s.w.t dijaga dengan sungguh-sungguh. Ketiga kaedah tersebut merupakan
kaidah untuk mencapai keridhoan Allah s.w.t dan keridhaan tersebut merupakan
tujuan akhir dari pembangunan yang berlandaskan Islam. 34
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini ialah
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ialah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
metode ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai faktor-faktor , sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki. 35
33
Ibid. hal. 176.
Ibid. hal. 180.
35
Moh.Nazir. 1999. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 63.
34
33
Universitas Sumatera Utara
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan
pada Hizbut Tahrir Indonesia Dewan Pimpinan
Daerah I Sumatera Utara.
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Dengan
metode kualitatif, selain untuk mengungkap dan memahami sesuatu hal yang baru
dan sedikit diketahui, metode kualitatif juga akan memberikan rincian tentang
suatu fenomena yang sulit diungkap oleh penelitian kuantitatif. 36 Penelitian
kualitatif dalam Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Sumatera Utara
bertujuan untuk mendeskripsikan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir
tersebut.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data primer atau sumber
pertama dilapangan.
37
Dilaksanakan dengan
metode wawancara
mendalam (indepth-interview) yang dipandu dengan oleh pedoman
wawancara. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki
relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
36
Anselm Strauss dan Juliet Corbin. 2004. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
hal. 5.
37
Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya:
Airlangga University Press. hal. 128.
34
Universitas Sumatera Utara
Wawancacara penulis lakukan dengan pengurus Hizbut Tahrir Indonesia
Dewan Pimpinan Daerah I Sumatera Utara, ataupun orang yang pernah
berkecimpung langsung dengan Hizbut Tahrir Indonesia Dewan
Pimpinan Daerah I Sumatera Utara untuk menggali informasi tambahan.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder. 38 Data diperoleh dari literatur yang relevan dengan judul
penelitian seperti buku-buku, jurnal, artikel, makalah, peraturanperaturan, internet serta sumber-sumber lain yang dapat memberikan
informasi mengenai judul penelitian.
5. Responden Penelitian
Dalam penelitian ini responden penelitian ditentukan secara purposive
sampling
guna
memberikan
keterangan
dan
informasi
terkait
Politik
Pembangunan Islam HTI di Sumut, yakni sebagai berikut:
1) Wakil Ketua HTI Sumut, Saifurrahman, S.Hi.
2) Ketua lajnah Maslahiyah HTI Sumut, M. Yusran Ramli.
3) Lajnah tokoh, Ir. Wirman Abu Syauqi.
4) Ketua HTI Medan, Sofyan Arsyad Siregar, Sp.
5) Marwan Rangkuti
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif.Metode ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh
melalui analisis mendalam dan dituliskan dengan bahasa-bahasa yang terstruktur
38
Ibid.
35
Universitas Sumatera Utara
dan bersifat naratif.
39
Tujuan penelitian deskriftif adalah untuk membuat
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Teori-teori
dan pendapat para ahli akan digunakan sebagai referensi dan pisau analisis dalam
memperkuat hasil penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan untuk
lebih mempermudah dan terarah dalam penulisan karya ilmiah. Agar
mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci, maka penulis membagi
penulisan skripsi ini kedalam 4 (empat) bab. Adapun susunan sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan
Pada Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian Penelitian,
Kerangka Teori, Metodologi
Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II
Konsep Politik Pembangunan HTI
Pada Bab II akan menjelaskan tentang Profil Hizbut Tahrir,
konsep Politik PembangunanHizbut Tahrir.
39
Ibid. hal. 137.
36
Universitas Sumatera Utara
BAB III
Politik PembangunanHizbut TahrirIndonesia di Sumatera
Utara
Pada Bab III akan menyajikan hasil penelitian mengenai
Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Indonesia di
Sumatera Utara.
BAB IV
Penutup
Pada bab IV berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pembahasan-pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
37
Universitas Sumatera Utara