Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir di Sumatera Utara Analisis Terhadap Pembangunan Bertaraskan Islam

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Amal, Taufiq Adnan dkk. 2004. "Politik Syariat Islam" dari Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Pustaka Alvabet.

An-Nabhani,Taqiyyudin.1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish. Surabaya: Risalah Gusti.

Bungin,Burhan.2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Nazir,Moh. 1999. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rodhi ,Muhammad Muhsin. 2012. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah. Terj. M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing.

Samarah,Ihsan. 2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press.

Singarimbun,Masri dan Sofian Effendi.1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES.

Strauss,Anselm dan Juliet Corbin.2004.Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Tahrir,Hizbut.2000. Titik Tolak Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir. terj. Muhammad Maghfur.Bogor:Pustaka Thariqul Izzah.

. 2006. Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi).terj. Yahya A.R. Jakarta: HTI Press.

Turmudzi,Endang dan Riza Sihabudin (ed.).2006.Islam dan Radikalisme di Indonesia.Jakarta: LIPI Press.

Warjio.2013. Politik Pembangunan Islam Pemikiran dan Implementasi. Medan : Perdana Publishing.


(2)

Jurnal :

Wahwah, Ismail. 2007. “Dunia Membutuhkan Khilafah” dalam Buletin al-Wa'ie Vol VII edisi 1-31 september 2007.

Syahminan,Mhd. 2012. “Pemikiran dan Gerakan Politik Islam Indonesia”. Jurnal Politea No.1 Vol.4.

Skripsi :

Arifin , Muhammad. 2011. Konsep Negara Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia. Medan : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Media cetak :

Harian Waspada terbitan Senin 11 Mei 2015.

Internet :

http://mahkamahkonstitusi.go.id/putusan diakses pada 16 februari 2015 pada pukul 10:30.


(3)

BAB III

POLITIK PEMBANGUNAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA DI

SUMATERA UTARA

A. Munculnya HTI di Sumatera Utara

Sebagai bagian dari Hizbut Tahrir internasional maupun Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), maka politik pembangunan Islam HTI Sumut tidaklah berbeda dengan Hizbut Tahrir secara keseluruhan dalam menjalankan aktivitasnya di Sumatera Utara dalam upaya memperjuangkan visi hizbut tahrir, yakni menegakkan hilafah.

Sebelum menjelaskan politik pembangunan Islam HTI Sumut, terlebih dahulu peneliti menejelaskan sedikit sejarah HTI Sumut. HTI hadir di Sumatera Utara tepatnya pada sekitar tahun 1998-1999. Periode tersebut diketahui sebagai tahun kebangkitan rakyat Indonesia dalam momentum reformasi. Tahun yang menjadi tanda sebuah era keterbukaan seperti kembalinya partai-partai yang banyak, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berorganisasi.

HTI Sumut diprakarsai oleh beberapa orang mahasiswa yang berasal dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) dan Intitut Teknik Medan (ITM). Ahmad Wajir, Musa Abdul Ghani, Hasanuddin Husin, Nur Khalifa, Yusron Ramli adalah beberapa nama mahasiswa tersebut. Mereka semua berlatar belakang aktivis LDK (lembaga dakwah kampus).98

98


(4)

Sekitar tahun 1998-1999 seluruh LDK se-Indonesia mengadakan pertemuan di Malang, Jawa Timur. Dalam pertemuan tersebut, beberapa utusan aktivis LDK dari Sumut bertemu dengan beberapa aktivis HTI, termasuk Ismail Yusanto yang menjadi Jubir DPP HTI saat ini. Itulah menjadi cikal bakal pertemuan dengan pemikiran HTI yang mengusung ide khilafah.99

Sekembalinya ke Medan, para utusan LDK dari Sumut yang tertarik dengan Hizbut Tahrir, ingin melanjutkan kajian tentang pemikiran Hizbut Tahrir. Dalam rangka untuk memenuhi hal tersebut, maka didatangkanlah utusan HTI pusat, aktivis HTI tersebut bernama Ustadz Izuddin yang berasal dari Surabaya, Jawa Timur.100

B. Politik Pembangunan Islam HTI di Sumatera Utara

Selanjutnya, beberapa tokoh awal HTI Sumut tersebut difollow up keanggotaannya di Hizbut Tahrir Indonesia. Saat ini kepengurusan HTI Sumut diketuai oleh Iwan Said Batubara, ST. Sekretaris dijabat oleh Irwanto dan Bendahara sekaligus Wakil Ketua dijabat oleh Saifurrahman, S. Hi.

HTI Sumut merupakan bagian dari Hizbut Tahrir, sehingga adapun yang menjadi tujuan dan kegiatan yang dilakukannya adalah agar mencapai tujuan utama Hizbut Tahrir yaitu tegaknya Khilafah. Sebagai organisasi yang menginduk, tentunya apa-apa saja kegiatan atau perjuangan yang dilakukan HTI

99

Wawancara dengan Ust. Saifurrahman, tanggal 2 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut. 100


(5)

Sumut tidaklah terlepas dengan apa yang sudah digarisakan dan ditetapkan oleh Hizbut Tahrir internasional sejak awal.

Sebagaimana konsep Politik Pembangunan Islam yang dimaksud Warjio, bahwa:

“Politik Pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara(politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam.”101 ini menunjukkan bahwa politik pembangunan Islam diperlukan untuk menjelaskan suatu strategi yang ada dan digunakan dalam pembangunan, dalam hal ini tentu saja adalah HTI sumut. Menurut warjio dalam buku Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional), strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berdasarkan platform yang dibuat.102

Dalam politik pembangunan HTI, khilafah merupakan ide dan konsep yang diusung dan menjadi tujuan HTI. Dalam prosesnya, HTI menerapkan strategi untuk menjalankan politik pembangunannnya tersebut. Dalam strateginya Hizbut Tahrir menetapkan 3 tahap dalam proses menujupembentukan khilafah, yaitu melakukan pembinaan, interaksi, dan pendirian negara khilafah.Maka, dalam hal ini HTI sumut tentunya memiliki strategi ataupun cara-cara dalam

101

Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal. xviii.

102

Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing. hal. 112.


(6)

melakukan pembangunan di Sumatera Utara. Berikut penjelasan Strategi pembangunan HTI di Sumatera Utara.

1. Tahap pembinaan (pengkaderan)

Bagi Hizbut Tahrir Tahap pengkaderan adalah pembinaan secara intensif (at-tsaqafah al-murakkazah) terhadap individu (perorangan) dan pembinaan terhadap masyarakat secara umum. Melaui kelompok-kelompok kajian (halqah) individu-individu dibentuk dengan kepribadian Islam dan ditujukan untuk mengemban dakwah. Tujuannya ialah memperbesar jumlah anggota Hizbut Tahrir serta menciptakan opini umum di tengah-tengah masyarakat dan membentuk dukungan umat untuk menegakkan khilafah.103

Dalam pengkaderan Hizbut Tahrir hanya berfokus membangun tubuh partai dan memperbanyak anggota serta membina mereka di berbagai halqah, sehingga dalam tahap ini aktivitas Hizbut Tahrir hanya pada aspek pembinaan saja.104

103

Muhammad Muhsin Rodhi. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Terj. M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. 2012. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. hal. 34.

104

Ibid. hal. 689.

Nantinya, orang yang telah meyakini fikrah (pemikiran) dan thariqah Hizbut Tahrir (metode Hizbut Tahrir) dan berniat bergabung maka akan dibina oleh Hizbut Tahrir. Orang tersebut disebut daris (pelajar). Seorang daris dituntun dalam mengikuti halqah dengan mengkaji 4 buah kitab, yakni Nidzam Al-Islam (peraturan dalam Isam), at-takattul al-hizbi (pembentukan partai politik Islam),


(7)

Mafahin Hizb at-Tahrir (kosep-konsep Hizbut Tahrir) dan Min Muqowwimat an-Nafsiyyah al-Islamiyah (pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islam).105

Selain mendalami 4 kitab tersebut, Hizbut Tahrir juga menekankan tentang beberapa hal yang harus senantiasa dilakukan anggota Hizbut Tahrir seperti, membaca Al-Quran, berkomunikasi dengan masyarakat, rajin melakukan pengamatan.106

“Sistem kaderisasi di HTI Sumut adalah dengan mengaji atau halqah. Setiap orang yang ingin menjadi anggota Hizbut Tahrir harus mengaji di Hizbut Tahrir. Awal kajian di Hizbut Tahrir adalah mengenai aqidah yang didalamnya terkandung tauhid. Salah satu kitab yang wajib dipelajari, Nizamul Islam (Pandangan Hidup dalam Islam) yang didalamnya ada tentang aqidah, syariah, hukum. Sebelum mengaji dengan kitab, terlebih dahulu adalah kajian umum, yaitu dengan jumlah pertemuan sebanyak 8 kali. Lalu, setelah itu baru mengaji dengan kitab.”

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengurus HTI Sumut, dalam metode pengkaderan yang dilakukan HTI Sumut mereka memiliki beberapa tata cara dan aturan dalam proses ini. Kaderisasi yang dilakukan HTI Sumut adalah dengan metode pengajian atau halqah. Mereka menjelaskan bahwa siapapun yang ingin bergabung atau menjadi bagian HTI maka harus mengikuti kajian atau halqah yanng dibuat oleh HTI tersebut, tanpa memandang status atau jabatan orang tersebut di masyarakat. Seperti dijelaskan oleh Ust. Abu Syauqi, bahwa:

107

105

Ibid. hal. 691.

106

Ibid. hal. 693.

107


(8)

Seseorang yang akan bergabung dengan HTI harus rutin mengikuti pengajian atau halqah tersebut minimal 8 kali pertemuan, 8 pertemuan tersebut adalah awal kajian sebelum masuk ke tahap mengkaji kitab-kitab Hizbut Tahrir.

Para kader juga diperhatikan aqidahnya, ibadahnya, shalat wajib dan sunat, puasa wajib maupun sunat. Semua hal tersebut diperhatikan oleh masing-masing guru atau pembimbing halqah (Daris) . Sesuia dengan apa yang dikatakan oleh Ust. Saifurrahman, bahwa:

“di dalam proses kaderisasi HTI ada namanya proses halaqah, jadi halaqah itu seminggu sekali dengan waktu dua jam. Di dalam Hizbut Tahrir yang mengisi halaqah itu namanya musrib, dan musrib ini dia punya tugas bukan hanya mengisi halaqah saja, tetap ia juga melakukan muthaba’ah kepada anggota yang dihalaqahinya (daris), yaitu melakukan kontrol, mengunjungi. Salahsatu yang dikontrol itu adalah ibadah-ibadahnya, misalnya shalat tahajjudnya dalam satu minggu berjalan atau tidak, baca Qur’annya, puasanya, shalat dhuhanya, itu dikontrol dalam muthaba’ah itu yang dilakukan setiap minggu oleh si musrib, baik dengan mengunjungi rumah atau bertemu ditempat yang dijanjikan dengan si daris (murid halqah).”108

2. Tahap Interaksi

Ketatnya aturan tersebut, diharapkan HTI Sumut agar terciptanya kader-kader yang kuat dalam pemikiran Islam yang memperjuangkan politik pembangunan HTI di Sumatera Utara.

Dalam tahap ini terdapat 2 bagian kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu interaksi dan mencari pertolongan. Interaksi adalah tahap dimana Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan masyarakat secara umum dan kolektif, kontak yang

108


(9)

dimaksud disini adalah melakukan hubungan dengan masyarakat luas dengan memperkenalkan Hizbut Tahrir dan pemikiran pemikirannya. Sedangkan Mencari pertolongan (Thalabun Nushrah) ialah proses yang dilakukan Hizbut Tahrir dengan 2 tujuan, yaitu : pertama, untuk meminta perlindungan (proteksi) agar dapat menjalankan aktivitas dakwah dengan aman. Kedua, untuk sampai pada kekuasaan guna menegakkan khilafah dan mengembalikan pemerintahan sesuai hukum Islam.

Pada tahap interaksi salah satu kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah tsaqafah jama’iyyah (pembinaan masyarakat secara umum), yakni menyampaikan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir kepada mayoritas umat melalui kajian di masjid-masjid, ceramah-ceramah, dan tempat-tempat pertemuan umum, melalui surat kabar, dan buku-buku. Adapun yang dilakukan oleh HTI di Sumut dalam politik pembangunannya tercermin ke dalam beberapa kegiatan, yaitu:

1) Mendistribusikan Jurnal dan Buletin

Distribusi jurnal dan buletin merupakan salah satu aktivitas HTI di Sumatera Utara dalam rangka menyebarkan politik pembangunannya. Adapun Jurnal yang dan Buletin yang disebarkan HTI di daerah Sumatera Utara adalah Jurnal al waie dan buletin dakwah Al Islam.


(10)

• Al waie

Al-waie merupakan sebuah Jurnal milik Hizbut Tahrir dan dicetak sendiri oleh Hizbut Tahrir. Secara umum Jurnal ini berisi tentang pemahaman-pemahaman dan pengertian tentang sistem politik yang berhaluan syariat Islam dalam bentuk konsep khilafah. Jurnal ini juga berisi kritikan terhadap kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada rakyat, serta aturan undang-undang yang tidak dijalankan dengan semestinya.

Dalam jurnal ini Hizbut Tahrir tidak hanya mengkritisi tetapi juga memberi solusi berdasar apa yang menjadi dasar pemikiran Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir mencoba membangun kesadaran masyarakat Islam melalui tulisan-tulisan yang ada di dalam jurnal ini.

Jurnal al-waie yang terdistribusi ke berbagai daerah di Sumatera Utara bisa menjadi media baca dan penyebaran mengenai ide khilafah. Hal ini menjadi salah satu model politik pembangunan islam Hizbut Tahrir dalam mempromosikan politik Islam yang diperjuangkan Hizbut Tahrir.

• Buletin dakwah al-islam

Buletin dakwah Al-Islam merupakan buletin yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Buletin ini terbit setiap hari jum’at. Adapun konten buletin dakwah Al-Islam untuk di daerah sumatera utara telah ditentukan dari Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia, sedangkan Hizbut Tahrir sumatera utara


(11)

berperan untuk mencetak dan mendistribusikan buletin dakwah al-islam di daerah sumatera utara.109

“Buletin dakwah Al-Islam ini media HTI untuk menyampaikan pandangan, pemikiran dan hukum HTI terhadap peristiwa politik atau kejadian tertentu.”

Buletin dakwah al-islam bisa ditemukan di masjid-masjid pada hari jumat, bertepatan dengan pelaksanaan shalat hari jum’at bagi kaum muslimin. Buletin dakwah Al-Islam banyak berisi kritikan sistem politik, kebijakan yang tidak berpihak rakyat, dan komentar Hizbut Tahrir terhadap isu politik di Indonesia maupun dunia internasional yang sedang hangat. Hizbut Tahrir juga menyampaikan pemikiran-pemikiran politik Islam berkenaan dengan khilafah dan tentang ekonomi Islam melalui buletin ini.

Sebagai media baca, jurnal dan selebaran buletin ini mampu menjangkau masyarakat sumatera utara dengan ide ide politik Hizbut Tahrir dan konsep-konsep ekonomi atau pemikiran dan pandangan yang ditawarkan Hizbut Tahrir. Sebagaimana dijelaskan oleh Ust. Saifurahman, bahwa:

110

“Al-Islam membahas perkembangan terkini dalam setiap minggunya, membahas apa perkembangan yang sedang hangat pada minggu itu kemudian dijelaskan apa faktanya, kemudian dijelaskan kenapa fakta itu bisa terjadi baik itu fakta tentang kesengsaraan masyarakat akibat sebuah kebijakan atau munculnya berbagai persoalan-persoalan di masyarakat misalnya, kemudian Dan juga ditambahkan oleh Ust. M. Yusran Ramli, bahwa:

109

Ibid.

110


(12)

diulaskan bagaimana solusinya dalam pandangan Islam, demikianlah alur isi Buletin Al-Islam”111

Penyebaran jurnal dan selebaran buletin ini adalah bagian dari metode Hizbut Tahrir pada tahap interaksi ( tafa’ul ). Karena dalam tahap interaksi ( at-tafa’ul) salah satu aktivitas yang menonjol adalah penyampaikan pemikiran melalui buku-buku. Tujuannya adalah untuk membentuk kesadaran umat Islam, lalu menyatukannya dan membangun kekuatan massa.

Buletin Al-Islam memiliki isi mengenai perkembangan yang sedang hangat terjadi baik nasional maupun internasional. Adapun Alurnya adalah merupakan fakta, dan mengapa fakta itu bisa terjadi, lalu solusi yang ditawarkan HTI melalui pemikiran Islam.

112

2) Menggelar konferensi di Bulan Rajab

Pada tanggal 10 mei 2015 Hizbut Tahrir sumatera utara menggelar sebuah acara bernama Rapat Pawai Akbar. Acara ini merupakan bentuk acara yang dibuat Hizbut Tahrir mulai dari pusat (Jakarta) hingga berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Kota Medan menjadi lokasi yang dipilih DPD I Hizbut Tahrir sumatera utara melaksanakan kegiatan tersebut, tepatnya di stadion teladan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan yang dilakukan seluruh Hizbut Tahrir di dunia setiap tahunnya pada bulan rajab. Acara ini merupakan bentuk penyadaran kepada umat Islam tentang runtuhnya keKhilafahan Turki

111

Wawancara dengan Ust. M. Yusran Ramli, tanggal 9 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut. 112


(13)

Ustmaniyah pada tahun 1924, sebagai institusi politik umat Islam yang terakhir, yang menyebabkan keterpecahan umat Islam di dunia. Kegiatan ini bukan untuk meratapi keruntuhan tersebut, tetapi untuk mengajak dan mengingat kembali dan melakukan perjuangan menegakkan khilafah bersama umat Islam, sesuai dengan perjuangan yang ditempuh Hizbut Tahrir, yakni perjuangan politik dan pemikiran. Lewat jalur dakwah, penyadaran dan bukan kekerasan.113

“RPA (rapat pawai akbar) diselenggarakan sebagai medium untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk tegaknya kembali kehidupan Islam dalam khilafah.”

Tujuan acara ini adalah untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan untuk mencapai cita cita Hizbut Tahrir tegaknya kehidupan Islam dalam sistem khilafah. Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Ismail Yusanto (juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia) :

114

Tokoh penting di Sumatera Utara juga hadir dalam acara ini seperti, gubernur sumatera utara Gatot Pujo Nugroho, dan juga redaktur Harian Waspada.

Acara tersebut juga dalam rangka untuk membangun opini umum di tengah masyarakat tentang Hizbut Tahrir yang ingin menegakkan Khilafah. Rapat Pawai Akbar ini dihadiri ribuan orang yang terdiri dari para anggota Hizbut Tahrir, simpatisan, dan juga undangan. Beberapa pesantren dan sekolah Islam yang ada di sumatera utara juga hadir dalam kegiatan ini. Bahkan orang-orang tua dan anak kecil juga ada di kegiatan tersebut.

113

Wawancara dengan Ust. Marwan Rangkuti, tanggal 4 Juni 2015 di Kantor DPD I HTI Sumut. 114


(14)

Kehadiran para tokoh penting Sumut tersebut dalam kegiatan itu menunjukkan keberhasilan Hizbut Tahrir dalam membangun relasi dengan para tokoh sumut tersebut.

Dalam kegiatan itu prajurit TNI juga hadir meramaikan acara tersebut. Kehadiran elemen TNI tentunya menambah unsur elemen yang hadir bukan hanya dari sipil saja tetapi juga dari unsur aparat dalam meramaikan dan menyukseskan kegiatan tersebut. Dengan kehadiran ribuan orang dalam acara tersebut, mengindikasikan bahwa Hizbut Tahrir di sumatera utara telah berhasil mengambil perhatian masyarakat di Sumatera Utara.

Rangkaian acara kegiatan diawali dengan open ceremony, pembacaan ayat suci Al-Quran, dan diisi dengan orasi-orasi yang disampaiakan untuk menyemangati para peserta yang hadir dalam acara tersebut. Redaktur harian waspada juga menyampaikan testimoninya mengenai khilafah. Kegiatan tersebut ditutup dengan melakukan aksi long march bersama seluruh peserta yang dikawal pihak kepolisian, dengan rute mulai dari stadion teladan medan sampai masjid raya al-ma’shum Medan

Kegiatan serupa seperti Rapat pawai akbar juga pernah dilaksanakan 2 tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2013. Ketika itu dengan nama acara yang berbeda yaitu “muktamar”, namun dengan tema yang sama yaitu mengenai menegakkan Khilafah. Tidak jauh berbeda dengan Rapat Pawai Akbar pada tahun 2015, kegiatan tersebut juga dilaksanakan di stadion teladan Medan dan juga


(15)

dihadiri ribuan orang dari berbagai elemen yang berasal dari berbagai daerah di sumatera utara untuk menyeru penegakan khilafah yang diusung oleh Hizbut Tahrir.

Pada tahun 2014 DPD I HTI Sumatera Utara juga menggelar konferensi rajab, namun acara ini hanya berskala sedang. Konferensi yang diadakan pada tahun 2014 itu berfokus pada tokoh sumatera utara. Kegiatan ini dilakukan dengan jumlah peserta atau hadirin sekitar 3000-an orang.115

“Pada tahun 2013, 20.000 peserta yang ditargetkan hadir pada acara muktamar khilafah dapat terpenuhi. Begitupun pada tahun 2015, target peserta yang hadir sekitar 30.000 an juga dapat dipenuhi.”

Konferensi rajab yang diadakan HTI Sumut dapat dikatakan sukses dan semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam segi jumlah peserta yang hadir. Sesuai dengan yang diungkapkan saifurrahman dalam wawancara, bahwa:

116

115

Wawancara dengan Ust. Saifurrahman, tanggal 2 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut. 116

Ibid.

Fakta ini menunjukkan bahwa HTI sumut berkembang cukup signifikan dalam segi kuantitas pendukung.

Selain menggelar konferensi di bulan rajab HTI Sumut juga rutin menggelar diskusi publik, tabligh akbar, talkshow khilafah, ataupun menyampaikan pemikirannya pada khutbah Jum’at, seperti yang diungkapkan Ust. Marwan Rangkuti:


(16)

“Kami sampaikan pada khutbah-khutbah jumat, masjid-masjid.”117

3) Menjalin interaksi dengan tokoh a) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Sebagai organisasi/kelompok gerakan Islam yang berada di sumateara Utara, dalam prosesnya Hizbut Tahrir tidak melupakan untuk menjalin hubungan dengan pemerintah provinsi Sumatera utara. Menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah daerah tentunya menjadinya keuntungan bagi politik pembangunan Hizbut Tahrir di Sumut. Karena dukungan sekecil apapun dan dalam bentuk apapun dari pemerintah daerah berkuasa, dapat menjadi tolak ukur bahwa kelompok tersebut diterima kehadirannya di daerah tersebut.

Walaupun Hizbut Tahrir dikenal sebagai kelompok gerakan islam yang tidak setuju terhadap demokrasi, namun status tersebut tidak menjadi penghalang untuk menjalin hubungan yang baik dengan pejabat daerah sumatera utara, mengingat pemerintahan provinsi Sumatera Utara itu sendiri terbentuk dari proses demokrasi. Ini menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir tidak berkesan eksklusif atau menutup dirinya dari pemerintahan daerah yang berkuasa.

Hubungan baik yang tercipta antara Hizbut Tahrir dengan pemerintahan provinsi Sumatera Utara dikarenakan pendekatan yang baik dan metode dakwah damai yang dikedepankan oleh Hizbut Tahrir. Hal tersebut dapat dilihat dengan hadirnya gubernur/wakil gubernur sumatera utara pada acara-acara yang dibuat oleh Hizbut Tahrir Sumatera Utara. Semisal pada acara konferensi Islam dan

117


(17)

peradaban yang digelar Hizbut Tahrir Sumatera Utara pada tahun 2014. Wakil gubernur sumatera utara, H. Tengku Nuradi menghadari acara tersebut, dan menyatakan ketertarikannya dengan ide khilafah yang diemban Hizbut Tahrir, seperti yang diungkapkan beliau :

“ ...dengan program yang diajukan yaitu khilafah itu hal sangat positif yang bisa dilakukan oleh umat Islam di Indonesia yang mayoritas dari 240 juta jiwa”118

118

http://www.hizbut-tahrir.or.id. diakses pada 16 Feb 2015 pukul 10.55 WIB.

Kemudian pada acara Rapat Pawai Akbar tahun 2015 yang digelar di Stadion Teladan Medan, Gubernur Sumatera Utara, H. Gatot Pujo Nugroho menghadiri acara yang dibuat oleh Hizbut Tahrir sumut tersebut. Bentuk lain bahwa Hizbut Tahrir memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah daerah sumut adalah adanya audensi yang dilakukan pengurus DPD I HTI Sumut dengan gubernur sumut dengan wakil gubernur sumut di kantor keduanya sebelum menggelar acara Rapat Pawai Akbar tahun 2015. Pada prosesnya Hizbut Tahrir diterima dengan baik ketika melakukan audensi.

Hal ini membuktikan bahwa metode interaksi yang dilakukan oleh HTI Sumut dapat dikatakan berhasil. Adanya komunikasi yang terjalin, hadirnya kepala daerah provinsi Sumut dalam beberapa kegiatan yang dibuat Hizbut Tahrir menjadi bukti keberhasilan tersebut, yakni tsaqafah jamai’yyah dengan menyampaikan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum Islam yang diadopsi oleh Hizbut Tahrir.


(18)

b) TNI Kodam I Bukit Barisan

Bentuk interaksi tidak hanya dilakukan Hizbut Tahrir dengan pemerintah daerah, tapi juga dengan aparat militer, khususnya dengan aparat militer Kodam I bukit barisan. Hizbut Tahrir senantiasa melakukan audensi dengan pangdam I bukit barisan dalam membuat dan menggelar acara besar, seperti “Muktamar Khilafah” pada tahun 2013 dan “Rapat Pawai Akbar” pada tahun 2015.

Pada Rapat Pawai akbar pada 10 mei 2015, Bahkan beberapa prajurit TNI berseragam resmi juga hadir pada rapat pawai akbar. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk hubungan yang harmonis antara Hizbut Tahrir dengan Kodam I bukit barisan. Seperti diketahui bahwa ada perbedaan ideologi antara Hizbut Tahrir dengan TNI sebagai alat pertahanan negara, namun hal ini tampaknya tidak menjadi penghalang untuk menjalin hubungan yang baik antara keduanya.

Hal ini juga tidak lepas dari pandangan HTI Sumut bahwa sifat dakwah Islam sebagai rahmat seluruh alam. Sebagaimana dikatakan oleh Ust. M. Yusran Ramli:

“HTI melakukan pendekatan dengan semua pihak tanpa mengistimewakan masyarakat, pemerintah, militer ataupun media, karena dalam pandangan Hizbut Tahrir sifat dakwah itu adalah menyampaikan Islam sebagai sebuah rahmat ke semua elemen masyarakat.”119

119


(19)

Ini menunjukkan metode yang dilakukan Hizbut Tahrir dalam melakukakan pendekatan dan menciptakan komunikasi dengan TNI adalah metode yang baik. Begitupun dengan DPD Hizbut Tahrir Indonesia yang di daerah provinsi lainnya. Sehingga hubungan dengan aparat militer dapat terjalin dan dijaga kelangsungan hubungannya. Bahkan ketika jabatan Pangdam I Bukit Barisan dijabat oleh seorang yang beragama kristen, Hizbut Tahrir tetap diterima dan menjaga hubungan yang baik dengan institusi militer di wilayah Sumatera Utara tersebut.120

“awalnya kami jumpai di sela-sela waktunya, ketika mereka shalat, atau ketika mereka bertugas, atau ketika mereka sedang datang ke suatu wilayah,lalu ada aktifis Hizbut Tahrir disana,kemudian kami menyampaikan pemikiran Hizbut Tahrir. Kenal, kemudian menerima pengiriman surat audensi, lalu terjadi perdialogan.”

Hubungan yang baik dengan institusi Militer Kodam I Bukit Barisan dapat tercipta dengan beberapa usaha yang dilakukan HTI Sumut, seperti yang diungkapkan Ustadz Marwan Rangkuti :

121

4) Menjalin hubungan dengan Media cetak lokal di Sumatera utara

hal ini dapat menjadi indikasi bahwa metode yang dipilih dan diterapkan oleh Hizbut Tahrir berhasil menciptakan kedekatan tersebut.

Media cetak memiliki fungsi komunikasi untuk menyampaikan berita kepada khalayak ramai. Maka menjadi hal yang wajar dengan kemampuan yang dimiliki media cetak tersebut, kelompok pergerakan akan sangat diuntungkan jika

120

Wawancara dengan Ust. Marwan Rangkuti, tanggal 4 Juni 2015 di Kantor DPD I HTI Sumut. 121


(20)

dapat memiliki hubungan dengan media cetak. Karena ide-ide kelompok tersebut akan mudah disebarkan kepada masyarakat.

Dalam hal ini HTI Sumut membangun hubungan dengan media cetak lokal yang ada di Sumatera Utara. Salah satu hubungan yang berhasil dibangun dengan media cetak Sumut adalah dengan harian ‘Waspada’. ‘Waspada’ menjadi salah satu media massa yang pro dan aktif dalam menyebarkan dan menyampaikan tulisan ataupun pemikiran Hizbut Tahrir khususnya di wilayah Sumatera Utara. Sebagaimana diungkapkan oleh Ust. Marwan Rangkuti:

“di dalam Hizbut Tahrir, terdapat lembaga lembaga yang memiliki fungsi komunisasi,salah satunya juga ada lembaga media. Lembaga media Hizbut Tahrir inilah yang beraktivitas,berkomunikasi,berdialog,berdiskusi dengan media-media yang ada di sumatera utara. Media cetak Waspada memberikan respon lebih kepada hizbut Tahrir,dalam beberapa perdialogkan kemudian waspada memberi apresiasi yang baik kepada Hizbut tahrir.”122

Bentuk dukungan ‘Waspada’ juga diberikan pada saat Rapat Pawai akbar 2015, redaktur harian ‘Waspada’ hadir pada acara tersebut dan ia juga menjadi salah satu orator dan memberikan testimoninya tentang Khilafah. Ia mengungkapkan bahwa sistem Islam bisa memajukan negara, dan melepas penguasaan asing yang menguasai hasil bumi Indonesia serta dukungannya terhadap Hizbut Tahrir karena Hizbut Tahrir adalah gerakan moral tanpa kekerasan. Ust. Marwan Rangkuti juga menambahkan bahwa HTI Sumut juga

122


(21)

pernah menjalin hubungan dengan radio dan menyadari pentingya media-media tersebut, seperti diungkapkan beliau:

“Bahkan dulu juga ada beberapa radio yang menjalin interaksi. Kami juga tau bahwa salah satu penopang perubahan itu adalah media. Media memiliki peran penting dalam menggagas perubahan, maka hizbut tahrir yang sedang menggagas perubahan,punya konsentrasi serius untuk berinteraksi dengan media.”123

Adanya hubungan yang baik antara HTI Sumut dengan media cetak waspada tidak lepas dari salah satu fungsi yang dijalankan lembaga yang terdapat di dalam tubuh organisasi HTI Sumut. Lembaga tersebut adalah lembaga media, salah satu lembaga yang ada di dalam tubuh organisasi Hizbut Tahrir. Fungsi dari lembaga tersebut adalah berkomunikasi, berdialog dan berdiskusi dengan media-media yang ada di sumatera utara. Dari proses-proses pendekatan tersebut media-media cetak waspada memberi respon yang baik dengan Hizbut Tahrir, sehingga terbentuknya hubungan tersebut. 124 Kedekatan individu antara anggota HTI dengan pimpinan-pimpinan media cetak seperti Waspada, Tribun, Analisa, Sumut Pos juga menjadi alasan mudahnya menjalin hubungan dengan media-media tersebut.125

Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas peneliti melihat bahwa apa yang dilakukan oleh HTI di Sumut dalam pengembangan politik pembangunan Hizbut Tahrir adalah mencapai 2 tahap, yaitu tahap pengkaderan dan tahap interaksi.

123

Wawancara dengan Ust. Marwan Rangkuti, tanggal 4 Juni 2015 di Kantor DPD I HTI Sumut. 124

Ibid.

125


(22)

C. Analisis Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir di Sumatera Utara

Untuk melihat atau menilai apakah sesuatu politik pembangunan tersebut bertaraskan Islam atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan 7 prinsip yang dikemukakan oleh Muhammad Syukri Salleh dalam buku karangan Warjio “Dilema Politik Pembangunan PKS Islam dan Konvensional”, yaitu : pertama, tasawwur Islam sebagai acuan pembangunan. Kedua, manusia sebagai pelaku pembangunan. Ketiga, alam roh, alam dunia, alam akhirat sebagai skala waktu pembanguanan. Keempat, ilmu fardhu ain sebagai kerangka pembangunan. Kelima, ibadah sebagai pendekatan pembangunan. Keenam, sumber alam sebagai alat pembangunan. Ketujuh, mardatillah sebagai tujuan pembangunan.126

1. Tassawwur Islam Sebagai acuan pembangunan

Maksud dari tassawwur Islam ini adalah gambaran bentuk Islam yang hakiki, yang menjelaskan secara keseluruhan prinsip-prinsip asas Islam secara benar dan lengkap, sehingga menyatu di dalam diri orang yang memahaminya.127

126

Warjio. 2013. Op. Cit. hal. 163. 127

Ibid. hal. 164.

Maka pembangunan bertaraskan Islam harus lahir dari acuannya sendiri, dari akar epistimologi dan tassawwurnya sendiri. Atas sebab itu pula tidak bisa ada sistem pembangunan bertaraskan Islam yang lahir dari campur aduk antara epistiomologi konvensional dan tassawwur Islam dengan epistimologi dan tassawwur bukan Islam. Dengan demikian tidak bisa ada campur baur antara isme-isme lain dengan Islam, seperti kapitalisme Islam, sosialisme Islam. Hanya dengan acuan


(23)

epistimologi dan tassawwur Islam sendiri sajalah maka akan lahir pembangunan bertaraskan Islam.128

Pemikiran-pemikiran HTI seperti itu mengindikasikan bahwa HTI dalam melakukan pembangunan di Sumut tunduk pada konsepsi pemikiran Islam, tepatnya dengan mencotoh pemerintahan yang dilakukan Rasulullah SAW di masa madinah dan diteruskan oleh 4 sahabat (Abu bakar, Umar, Usman, Ali) hal

Berdasarkan konsep dia atas. Maka, melihat politik pembangunan HTI di Sumatera Utara dapat diketahui terbentuk pada masa perubahan politik Indonesia pada tahun 1998, yang memberi dampak pada daerah-daerah yang ada di Indonesia. Sebagaimana diungkapkan ustadz marwan rangkuti bahwa pada sekitar tahun 1999 beberapa mahasiswa dari beberapa kampus yang ada di Medan tertarik untuk menghadirkan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara.

Konsep HTI tentang Khilafah Islamiyyah dalam konteks pembangunan masyarakat, mengindikasikan bahwa HTI mengadopsi dari pemikiran ataupun tassawwur Islam. Seperti dalam beberapa kesempatan HTI menunjukkan ide-ide pemikirannya di Sumut mengenai pembangunan dengan politik Islam dan ekonomi Islam yang dapat ditemui ketika mereka melakukan aksi maupun buklet ataupun jurnal yang mereka sebarkan di Sumatera Utara. Terlihat juga pemikiran pemikiran HTI yang menginginkan menerapkan sistem syariah secara total dan juga pengelolaan ekonomi yang berdasarkan pemikiran Islam.

128


(24)

ini dapat dilihat dalam kitab Hizbut Tahrir yang mengutip dan mengadopsi tata kelola pemerintahan pada masa itu dalam membangun masyarakat.

HTI menolak kapitalisme, Liberalisme, demokrasi dalam slogan-slogannya baik ketika menggelar rapat pawai akbar maupun dalam tulisan-tulisan mereka dalam jurnal al-waie maupun buletin Al-Islam. Hal ini dapat dilihat sebagai tanda bahwa HTI yang tidak kenal kompromi dengan sistem yang di luar Islam dalam metode pembangunannya.

Berdasarkan asas yang dimaksud syukri Salleh dalam buku Warjio, “Dilema politik Pembangunan PKS” bahwa tassawwur Islam sebagai acuan pembangunan haruslah berdasarkan epistimologi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadist, Qiyas, dan Ijma’ Ulama. Maka dapat dikatakan bahwa politik pembangunan HTI di Sumatera Utara berdasarkan asas tassawwur Islam dalam melakukan pembangunan.

2. Manusia sebagai pelaku pembangunan

Dalam asas ini menempatkan manusia sebagai aktor, maka melihat politik pembangunan HTI di sumut dengan melakukan kaderisasi dan memberikan pemahaman-pemahanan Islam menunjukkan pentingnya manusia sebagai aktor pembangunan tersebut bagi Hizbut Tahrir. Begitupun dengan mencari pertolongan dengan menjalin kontak kepada tokoh, masyarakat yang ada di Sumut menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir telah meletakkan manusia dalam posisi tepatnya sebagai aktor pembangunan.


(25)

Kaderisasi yang dilakukan Hizbut Tahrir di Sumatera Utara juga menunjukkan bahwa HTI Sumut meletakkan manusia sebagai pelaku pembangunan. Metode yang digunakan dalam melakukan pengkaderan dapat menciptakan aktor pembangunan yang kuat dan teguh. Mulai dari ibadah-ibadah yang harus dipenuhi oleh anggota maupun calon anggota dan memberikan pengkajian kitab-kitab dalam halqah mereka maka akan mampu menciptakan aktor-aktor yang terbentuk dengan pemikiran yang kokoh dalam keislaman dan tentunya pembangunan yang ingin mereka lakukan.

Nantinya para kader akan menjadi bagian aktor dari pembangunan HTI di Sumut, Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ust. M. Yusran Ramli, bahwa:

“bahwa setiap anggota Hizbut Tahrir bertugas untuk melakukan kontak atau interaksi dengan masyarakat disekitarnya dan menjelaskan tentang apa itu Hizbut Tahrir dan menjelaskan ide-idenya, sehingga masyarakat itu paham dan mendukung ide tersebut.”129

129

Wawancara dengan Ust. M. Yusran Ramli pada 9 Januari 2016 di Kantor DPD I HTI Sumut.

Jalinan komunikasi yang HTI sumut lakukan dengan pemerintah provinsi dan tokoh-tokoh yang ada di Sumatera Utara juga bisa menjadikan mereka sebagai aktor pembangunan tersebut ataupun mendukung pembangunan yang dilakukan HTI Sumatera Utara. Bahkan pada tahun 2014 HTI Sumut pernah mengadakan acara Konfrensi terbatas dengan tokoh-tokoh Sumatera Utara dengan jumlah hadirin sekitar 3.000 orang. Seperti yang diungkapkan oleh Ust. Saifurahman:


(26)

“Pada tahun 2014 kami mengadakan acara Konfrensi Tokoh Umat, massa atau hadirin hanya sekitar 3.000 an berlokasi di Selecta Convention Hall Medan. Pesertanya hanya khusus tokoh-tokoh di Sumatera Utara.”130

3. Alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebagai skala waktu pembangunan

Sosialisi HTI Sumut kepada masyarakat juga berpotensi menjadikan masyarakat umum sebagai aktor pembangunan, dengan mengadakan acara-acara berskala besar maupun bersklala kecil, seperti Muktamar Khilafah/Rapat Pawai Akbar, tabligh akbar, majlis taklim (pengajian agama), diskusi publik ataupun talkshow yang dibuat HTI Sumut.

Sesuai dengan asas manusia sebagai pelaku pembangunan yang dimaksud syukri salleh HTI di sumut dalam politik pembangunannya telah melakukan hal yang tepat, yaitu membentuk manusia agar mampu menjadi aktor pembangunan tersebut.

Skala waktu pembangunan berlandaskan Islam menjangkau satu waktu yang sangat panjang, meliputi alam roh, alam dunia, dan alam akhirat. Alam roh merupakan alam perjanjian, alam dunia merupakan alam pelaksanaan, dan alam akhirat merupakan alam ganjaran. Walaupun aktivitas pembangunan dilaksanakan di alam dunia, garis panduannya telah ditetapkan di alam roh sedangkan ganjaran hakikinya dikaruniakan di alam akhirat.131

130

Wawancara dengan Ust. Saifurrahman, tanggal 2 Januari di Kantor DPD I HTI Sumut. 131


(27)

Dalam hal ini HTI di Sumatera Utara dapat dilihat melakukan pembangunan dengan menjangkau skala waktu 3 alam. Hal ini dapat dibuktikan dengan sistem politik yang dianut dan diyakini Hizbut Tahrir yang tidak memilih dari luar Islam. HTI Sumut berkeyakinan bahwa sistem yang terima oleh Allah S.W.T adalah dari Islam bukan dari luar Islam.

Ini menunjukan bahwa HTI Sumut beryakinan bahwa alam akhirat, akan menjadi tempat penilaian atas pembangunan yang mereka lakukan. Konsep pembangunan yang mereka pilih mulai dari sistem politik, ekonomi, sistem sosial menunjukkan itu semua. Jadi, dalam hal ini HTI sumut memenuhi skala waktu pembangunan Islam.

4. Ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunan

Dalam asas ini, untuk melakukan pembangunan yang bertaraskan Islam, maka ilmu fardhu ‘ain tidaklah bisa dipisahkan dan harus dijadikan sebagai kerangka dari pembangunan. Ilmu fardhu a’ain merupakan salah satu dari dua bentuk ilmu dalam Islam, selain ilmu fardhu kifayah. Berbeda dengan ilmu fardhu kifayah yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh sebagian anggota masyarakat, ilmu fardhu ‘ain wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap individu Islam. Kalau fardhu kifayah merupakan tanggung jawab sosial, fardhu ‘ain merupakan tanggung jawab individu.132

132


(28)

Dalam hal ini HTI Sumut terlihat meletakkan ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunannya, itu bisa terlihat dari proses kaderisasi/pembinaan atau at-tatsqifyang mereka lakukan. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara oleh Ust. Saifurahman:

Sistem kaderisasi di HTI adalah halqah, halqah inilah pintu kaderisasi bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan Hizbut Tahrir. Iya, materi pertama kita dalam kitab Nizumul Islam itu membahas tentang tauhid, aqidah, iman itu bab pertama di dalam kitab Nizumul Islam, namanya bab Thariqul Iman (Jalan Menujun Iman), itu adalah bab pertama yang dikaji bagi siapa saja yang ingin menjadi bagian dari HTI. Ilmu fiqih juga diberikan, misalnya kitab Sahsiyah jilid I, itu juga wajib dikaji nantinya oleh anggota HTI, kitab itu menekankan ilmu fiqih. Kalau tasawuf, Hizbut Tahrir punya kitab khusus namanya Muqawwimat (pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islamiyah).133

5. Ibadah sebagai pendekatan pembangunan

Seorang yang akan masuk kedalam HTI diberikan pendidikan yang terus menerus dan berkesinambungan tentang ilmu Islam dengan mengikuti pengajian-pengajian dan memperdalam-memperdalam kitab HTI seperti Kitab nizamul islam (pandangan hidup dalam islam) dan beberapa kitab lainnya. Pendidikan para calon anggota dengan imu-ilmu tersebut menunjukkan HTI Sumut telah meletakkan ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunannya.

Ibadah merupakan bagian penting dalam kerangka pembangunan, karena ibadah tidak dapat dilepaskan dari pembangunan yang bertaraskan Islam.Menurut Muhammad Syukri Salleh, pelaksanaan pembangunan bertaraskan Islam tidak mungkin menjadi ibadah kecuali mengikut kaedah-kaedah yang ditetapkan.

133


(29)

Secara kasar ibadah dapat dibagi tiga yaitu ibadah asas, amalan-amalan utama dan ibadah umum. Ibadah asas ialah ibadah yang wajib dilaksanakan seperti Shalat, puasa, berzakat ataupun naik haji. Dengan menegakkan ibadah dasar, maka manusia sebenarnya menegakkan hubungan dengan Allah swt, dengan menegakkan hubungan dengan Allah swt melalui ibadah kebijakan maka manusia membangun kerohanian mereka. Sedangkan amalan-amalan umum seperti berdzikir, berwirid, bertasbih, melakukan perkara-perkara sunat dan sebagainya dilihat sebagai amalan tambahan. Amalan-amalan seperti ini semakin mengeratkan hubungan dengan Allah swt. Akibatnya, pembangunan kerohanian semakin kuat. Sedangkan ibadah umum adalah bersifat fardhu kifayah, seperti bermuamallah, bermunakhaha, bergiat dalam bidang ekonomi, pembangunan sebagainya. Gabungan dari ibadah ini merupakan kaedah dalam pembangunan bertaraskan Islam.134

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ust. Sopian Arsyad Siregar, bahwa:

Dilihat dari strategi politik pembangunan yang dilakukan HTI di sumut, HTI memberikan perhatian terhadap hal ibadah ini. Bagi anggota HTI Sumut adanya pengawasan terhadap ibadah mereka. Mulai dari ibadah yang wajib hingga yang sunnah diawasi dan dikontrol, kegiatan ini dilakukan oleh guru ngaji halqah anggota. Termasuk harus shalat secara berjama’ah dalam pelaksanaan shalat 5 waktu, puasa-puasa sunnah dan shalat-shalat sunnah.

134


(30)

Ibadah merupakan bagian dari kewajiban, maka tetap menjadi perhatian Hizbut Tahrir untuk memperhatikan hukum syara’ yang dibebankan oleh Islam kepada setiap muslim. Jika ada yang lalai dalam Shalatnya maka akan diperingatkan, kalau tidak bisa diperingatkan secara administratif bisa dikeluarkan. Kalau ibadah-ibadah tertentu seperti baca qur’an, dzikir, shalat malam harus ada peningkatan. Seorang musrib berkewajiban membentuk kepribadian Islam. Jadi, bukan hanya menstranfer ilmu, tapi bagaimana membentuk kepribadian juga.135

6. Sumber alam sebagai alat pembangunan

Ini memperlihatkan bahwa HTI Sumut benar-benar memberi perhatian soal ibadah dan pelaksanaanya dan menjelaskan bahwa ibadah merupakan bagian dari pembangunan yang mereka lakukan.

Berdasarkan prinsip yang dimaksud syukri salleh bahwa ibadah sebagai pendekatan pembangunan ada 3 bentuk yaitu ibadah asas (wajib), amalan-amalan yang utama (sunat), dan ibadah umum, maka dalam politik pembangunan Islamnya HTI sumut telah memenuhi hal tersebut. Anggotanya yang ibadahnya diperhatikan mulai dari ibadah wajib, seperti shalat harus tepat waktu dan berjamaah, ibadah sunat seperti shalat-shalat sunat dan juga ibadah umum seperti bagaimana berinteraksi sosial dan berpolitik menunjukkan bahwa HTI Sumut dalam melakukan pembangunannya telah memenuhi prinsip ini.

Melalui pembangunannya HTI di sumut memberikan konsep bahwa sumber daya alam merupakan bagian penting dalam pembangunan. Bagi HTI tata kelola sumberdaya alam haruslah dikuasai secara penuh oleh negara atau pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan rakyat, bukannya dikuasai atau dikelola

135


(31)

oleh swasta apalagi swasta asing seperti apa yang telah terjadi saat ini. Dengan seperti itu maka akan terjadi pembagian yang adil. Seperti diungkapkan dalam wawancara dengan Ust. M. Yusran Ramli:

Dalam pandangan Hizbut Tahrir di dalam kitab Al amwal fil daulatikhilafah dijelaskan bahwa menyangkut tentang pengelolaan kekayaan alam, maka di dalam Islam pengelolaan kekayaan alam itu dilihat faktanya, jika depositnya dalam jumlah besar maka itu tidak boleh dimiliki individu, harus diambil oleh negara lalu dikelola untuk dikembalikan kepada masyarakat, karena dalam pandangan Islam manusia itu berserikat dalam 3 hal, dalam hal sumber daya air, sumber daya hutan, dan sumber daya energi. Konteksnya umat adalah pemiliknya, posisi negara sebagai pengelola bukan sebagai pemilik, sehingga setelah ia selesai mengelola dikembalikan lagi kepada pemilik yaitu umat (masyarakat).

HTI menyebarluaskan konsepnya kepada masyarakat bahwa sumberdaya alam yang ada seharusnya dikelola dan hasilnya diperuntukkan untuk rakyat dan membuat kesejahteraan untuk rakyat. Satu-satunya cara yang ditawarkan oleh HTI adalah Sumber daya alam dikuasai dan dikelola oleh negara. Sehingga hasil dari sumber daya alam itu bisa dinikmati oleh rakyat secara murah atau gratis.

Pandangan HTI sumut tersebut menunjukkan bahwa HTI sumut berpegangan teguh bahwa sumber daya alam menjadi alat pembangunan yang sangat penting, karena sumberdaya alam mampu menciptakan kesejahteraan buat masyarakat. Menariknya lagi, dalam pandangan HTI Sumut hasil sumber daya alam yang ada harus dibagi kepada rakyat secara merata dan adil, tanpa melihat agama apakah ia muslim ataupun non-muslim.Keinginan HTI yang seperti itu


(32)

menunjukkan bahwa HTI ingin sumber daya alam itu benar-benar dimaksimalkan untuk seluruh rakyat.

7. Mardatillah sebagai tujuan pembangunan

Prinsip mardhatillah adalah dalam upaya pembangunan tersebut ialah bertujuan mencari ridho Allah s.w.t. Beberapa indikator untuk mengukur hal tersebut ada 3, yaitu pertama tauhidnya dengan Allah s.w.t harus jelas. Kedua, menjaga syariat dan dipatuhi dengan sungguh-sungguh. Ketiga, ahklaknya dengan Allah s.w.t dijaga dengan sungguh-sungguh. Ketiga kaedah tersebut merupakan kaidah untuk mencapai keridhoan Allah s.w.t dan keridhaan tersebut merupakan tujuan akhir dari pembangunan yang berlandaskan Islam.136

“Bahkan seseorang yang telah bergabung dengan Hibzut Tahrir tidak dibolehkan bermaksiat, misalnya seorang pemuda melakukan pacaran, maka akan dapat peringatan, jika sampai 3 kali peringatan tidak merubah sikapnya maka akan diberhentikan dari keanggotaan.”

Konsistensi penerapan syariat yang dilakukan HTI sumut dapat terlihat dari hukuman atau sanksi yang dilakukan HTI sumut terhadap anggotanya. Misalnya bagi seseorang yang ingin masuk menjadi anggota Hizbut Tahrir, harus terlebih dahulu terlepas dari sangkutan riba. Lalu, Bagi anggota HTI yang belum menikah, maka anggotanya dilarang berpacaran.Dalam wawancara dengan Ust. Abu Syauqi, beliau menjelaskan:

137

Begitu juga dengan Ust. M. Yusran Ramli, beliau mengatakan bahwa:

136

Ibid. hal. 180.

137


(33)

“sebelum seseorang ingin bergabung dengan Hizbut Tahrir dia tidak boleh terlibat dengan riba, jika masih terlibat dengan riba dia tidak akan diterima oleh Hizbut Tahrir sebelum menyelesaikan urusan riba nya.”138

Jika ada anggota yang pacaran maka diberi teguran pertama, hingga apabila tiga teguran telah dilakukan dan anggota tersebut tetap tidak dapar merubah perilakunya tersebut, maka anggota tersebut akan diberikan sanksi administratif yaitu dengan dikeluarkan dari keanggotaan HTI Sumut. Ini salah satu hal yang menunjukkan ketegasan HTI sumut terhadap anggotanya.

Dalam hal ini berkaitan dengan pembangunan yang dilakukan HTI di Sumatera Utara, konsistensi dalam memegang hukum syariat tersebut, membawa HTI sumut menjadi salah satu organisasi yang memiliki anggota atau simpatisan yang banyak. Dari tahun ke tahun mulai sejak HTI sumut menjalankan aktivitasnya pada sekitar tahun 1998/1999, HTI Sumut memperoleh dukungan dan pengikut yang banyak dari masyarakat Sumatera Utara.

Ketegasan dan konsistensi HTI Sumut dalam hukum syariat tersebut, menunjukkan bahwa mardatillah adalah tujuan pembangunan HTI Sumut. Hal ini tentunya memenuhi prinsip mardatillah dalam rangka meraih ridha Allah S.W.T.

138


(34)

BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Politik Pembangunan Islam merupakan kajian bagaimana melihat institusi,organisasi Islam dalam melakukan pembangunan. Dalam politik pembangunan Islam, praktek pembangunan yang dilakukan haruslah berdasarkan sumber Islam itu sendiri, yakni Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pegangan pokok untuk melakukan pembangunan.

Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Sumatera Utara merupakan bagian dari organisasi politik HTI yang berafiliasi dengan Hizbut Tahrir berskala internasional. Hizbut Tahrir memiliki peran dan fungsi dalam melakukan pembangunan. Pembangunan yang diusung oleh Hizbut Tahrir adalah dengan menegakkan Khilafah. Dalam upayanya untuk mencapai tujuan tersebut, maka Hizbut Tahrir telah menetapkan pedoman dan cara-cara ke dalam srategi pembangunannya.

Strategi pembangunan yang diformulasikan oleh Hizbut Tahrir menjadi panduan bagi Hizbut Tahrir yang ada di berbagai belahan negara di dunia. Sebagai salah satu organisasi politik yang melakukan pembangunan, maka HTI Sumut yang merupakan bagian dari HTI pusat juga melakukan perannya sebagai organisasi yang melakukan pembangunan di daerah Sumatera Utara. Dengan


(35)

berbagai strategi dan metode yang tentunya telah ditetapkan oleh Hizbut Tahrir Internasional.

Beberapa cara atau strategi yang digunakan oleh HTI Sumut dalam upaya pembangunannya adalah dengan melakukan pembinaan terhadap individu dan masyarakat dengan melakukan kaderisasi dan menggelar acara-acara mulai yang berskala kecil hingga yang berskala besar. Menjalin komunikasi dengan pemerintah provinsi Sumatera Utara, menjalin komunikasi dengan Kodam I Bukit Barisan, menjalin komunikasi dengan media lokal yang ada di Sumatera Utara. Mencetak, menyebarkan, dan mendistribusikan Jurnal Al-Waie dan Buletin dakwah Al-Islam.

Berdasarkan 7 prinsip pembangunan bertaraskan Islam yang dibakukan oleh Syukri Salleh, maka dalam hal ini HTI sumut telah memenuhi 7 prinsip tersebut. Pertama, HTI sumut telah menggunakan Islam sebagai acuan pembangunan. Kedua, HTI Sumut menempatkan manusia sebagai aktor pembangunan, dengan mempersiapkan dan membentuk masyarakat dengan sebaik-baiknya. Ketiga, pemikiran dan sistem Islam yang dipilih oleh HTI sumut menunjukkan alam roh, dunia, dan akhirat sebagai skala waktu pembangunan Hizbut Tahrir. Keempat, HTI Sumut juga telah menjadikan pendidikan Ilmu agama yang bersifat fardhu ‘ain sebagai kerangka dalam upayanya melakukan pembangunan. Kelima, HTI Sumut juga menggunakan pendekatan ibadah dalam pembangunannya, dengan memperhatikan ibadah anggota mereka. Keenam, HTI Sumut juga menjadikan sumber daya alam sebagi alat pembangunan dengan


(36)

mengadopsi dalam pemikiran dan konsepnya. Ketujuh, perkembangan dan ketegasan HTI Sumut terhadap anggotanya menunjukkan mardatillah yang ingin diraih HTI Sumut dalam pembangunan yang dilakukannya.

Berdasarkan dari keseluruhan strategi yang dibuat dan digunakan oleh Hizbut Tahrir, peneliti melihat bahwa cara-cara atau strategi yang digunakan adalah sesuai dengan strategi yang menggunakan nilai-nilai Islam. Ini terlihat dengan adanya fokus dari hizbut tahrir yang mengadopsi susunan cara-cara ataupun metode dalam penegakan khilafahnya berdasarkan Al-Qur’an ataupun Hadist yang mereka paparkan dan gunakan.


(37)

BAB II

KONSEP POLITIK PEMBANGUNAN HIZBUT TAHRIR

INDONESIA

A. Profil Hizbut Tahrir

Sebelum menjelaskan tentang konsep politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir, maka peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu profil Hizbut tahrir, pemikiran, tujuan, dan aktivitasnya.

1. Awal Mula Berdirinya Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir merupakan organisasi Politik Islam berskala internasional, yang aktif menyeru dan memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali kepada kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah islamiyyah. Pendiri Hizbut Tahrir adalah Taqiyuddin an-Nabhani, Hizbut Tahrir secara resmi berdiri pada tahun 1953 M, di Al-Quds, yerussalem.40

Taqiyyudin al-nabhani adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut Tahrir, ia memimpin Hizbut Tahrir hingga wafat, yaitu pada tahun 1977 M. Taqiyyudin an-Nabhani merupakan lulusan Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir. Seorang hakim di mahkamah syar’iyah, Al-Quds, dan salah seorang ulama berpengaruh di palestina.41

40

Ihsan Samarah. 2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4. 41

Taqiyuudin Al-Nabhani.1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish. Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.


(38)

Hizbut Tahrir dipegang oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003. Setelah itu dilanjutkan oleh syeikh Atha’ Abu Rastah hingga saat ini.42

Alasan Hizbut Tahrir didirikan adalah pertama, memenuhi seruan Allah SWT. Kedua, kemorosotan dan kemunduran yang menimpa kaum muslim dan ingin memperbaiki itu semua. Ketiga, mengembalikan khilafah, serta menegakkan kembali hukum-hukum Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.43

2. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia

Pada tahun 1982-1983 Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia, dengan semangat dan misi menegakkan khilafah. Di berbagai kampus dan perguruan tinggi Hizbut Tahrir melalui lembaga dakwah kampus menyebarkan gagasan khilafahnya.44

Tokoh HTI banyak yang berdomisili di Bogor dan upaya mereka dalam mensosialisasikan gerakannya mendapat sambutan positif dari kalangan civitas academica Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga salah satu pimpinan pusat Hizbut Tahrir Indonesia resmi melakukan aktifitasnya secara terbuka pada tahun 2000, semenjak terselenggaranya konferensi nasional. Di Indonesia Hizbut Tahrir dikenal dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia yang disingkat dengan HTI.

42

Ihsan Samarah. Op.Cit. hal. 5-6. 43

Muhammad Muhsin Rodhi. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Terj. M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. 2012. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. hal. 29.

44

Taufiq Adnan Amal, dkk. 2004. "Politik Syariat Islam" dari Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Pustaka Alvabet. hal. 41.


(39)

HTI adalah alumnus dan dosen IPB yakni Muhammad al-Khattat. 45 Penanggungjawab kewilayahan nasional disebut Juru Bicara (Jubir) yang saat ini untuk Indonesia dipegang oleh Ismail Yusanto.46

3. Pemikiran, Tujuan dan Aktivitas Hizbut Tahrir

a. Pemikiran Hizbut Tahrir

Dasar pemikiran yang menjadi dasar berdirinya Hizbut Tahrir adalah pemikiran Islam. Hizbut Tahrir menjelaskan setiap pemikiran yang diadopsinya dalam berbagai buku dan pamflet yang dikeluarkan, serta menjelaskan dalil dari setiap pendapat, pemikiran, konsep yang diadopsi Hizbut Tahrir.47

Hizbut Tahrir menolak segala sistem politik atau pemerintahan negara yang diluar atau tidak bersumber dari Islam. Beberapa sistem yang sedang berlaku di dunia saat sekarang ini, seperti demokrasi, sosialisme, Republik, ataupun Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum Islam dalam bingkai Khilafah. Hizbut Tahrir berpegang pada dalil Al-Quran dan Hadist Nabi serta Ijma’ para Sahabat Rasulullah dalam mendukung dan membenarkan ide khilafahnya. Dengan itu Hizbut Tahrir menguatkan dasar pemikiran politik Islamnya.

45

Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. hal. 266.

46

Ibid. hal. 267.

47


(40)

Tahrir. Khilafah adalah satu-satunya konsep negara yang dipercayai dan diakui oleh Hizbut Tahrir.

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa negara dengan konsep Khilafah pertama kali yang berdiri dan diterapkan adalah pada masa Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Setelah beliau wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh khulufaur rosyidun, hingga setelah masa kepemimpinan 4 sahabat berakhir dilanjutkan berturut-turut oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kekhalifahan Turki Usmani (Bani Usmani) sebagai kekhalifahan terakhir.

Dengan berakhirnya pemerintahan turki usmani Hizbut Tahrir menganggap bahwa saat ini umat Islam di seluruh dunia tidak memiliki pemimpin yang satu, umat Islam di dunia telah kehilangan pemimpinnya. Sehingga Hizbut Tahrir bangkit sebagai kelompok Islam yang berusaha membangkitkan semangat dan menyadarkan umat Islam seluruh dunia untuk kembali menegakkan Khilafah dan menyatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan dan satu sistem, yang pernah terjadi pada masa dahulu.

Konsep dan sistem Khilafah yang dianut oleh Hizbut Tahrir banyak merujuk pada sistem yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa kepemimpinan beliau di madinah dan Makkah. Juga merujuk dari praktek kepemimpinan para sahabat (khulufaur rosyidun). Dengan praktek pada masa itu Hizbut Tahrir menjadikannya sebagai standar baku pemikiran Hizbut Tahrir dan konsep yang harus diterapkan dan dijalankan.


(41)

b. Tujuan Hizbut Tahrir

Tujuan Hizbut Tahrir ialah mengembalikan kaum muslim kedalam kehidupan Islam di dalam Dar al-Islam dan masyarakat Islam, dimana seluruh kehidupan di dalamnya dijalankan sesuai dengan hukum-hukum Syara’ yang menjadi pandangan hidup (way of life) di bawah naungan negara Islam, yaitu negara khilafah yaitu, negara yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang dibai’at oleh kaum Muslim.48

Hizbut Tahrir bertujuan mengembalikan kemuliaan dan keagungan umat Islam, dengan cara merebut kembali kendali kepemimpinan dunia, umat dan bangsa. Sehingga negara umat Islam kembali menjadi negara nomor satu di dunia. Membimbing dan memimpin umat manusia melakukan pergolakan pergolakan terhadap kekufuran, sistem dan pemikiran kufur, hingga Islam tersebar secara menyeluruh di seluruh dunia.49

c. Aktivitas Hizbut Tahrir

Pertama, pengkaderan (at-tatsqif). Membina individu-individu melalui kelompok kajian (halaqah), agar memperbanyak jumlah anggota, membentuk kepribadian Islam yang berkualitas. Membina masyarakat dengan pemikiran dan hukum Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir, dengan harapan membentuk dukungan umat Islam sehingga bisa dipimpin untuk menegakkan khilafah.

48

Ibid.

49


(42)

Kedua, perang pemikiran (as-shira’ al-fikriy) terhadap akidah, sistem dan pemikiran kufur, dan juga terhadap akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan konsep yang keliru, dengan cara mengungkap kepalsuan, kekeliruan dan kontradiksinya dengan Islam.

Ketiga, perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Perjuangan politik ini tercermin dalam aktivitas berikut:

• Berjuang melawan negara-negara penjajah yang memiliki kekuasaan dan pengaruh di negeri-negeri Islam. Berjuang melawan penjajahan dalam segala bentuknya, baik berupa pemikiran, politik, ekonomi maupun militer. Mengungkap persekongkolan di tengah-tengah mereka agar umat selamat dari dominasinya, serta terbebas dari pengaruhnya dalam berbagai bentuknya.

• Menentang para penguasa di negeri-negeri arab dan negeri-negeri Islam. Mengungkap kejahatan mereka, mengoreksinya dan mengkritiknya. Juga melakukan pembersihan terhadap pemerintahan yang menerapkan hukum dan sistem kufur, kemudain menggatinya dengan pemerintahan Islam.

Keempat, mengadopsi kepentingan umat yang bersifat substansial dengan menjelaskan hukum syara’ terhadap berbagai peristiwa dan problem aktual.50

50


(43)

Hizbut Tahrir berjuang dan bergerak di tengah-tengah masyarakat dengan melontarkan wacana mendirikan kembali khilafah Islamiyah. Adapun maksud dan arti didirikannya khilafah oleh Hizbut Tahrir diantaranya adalah :

1. Penegakan hukum-hukum syari'ah ditengah-tengah kaum muslim,

sekaligus pencampakan hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka saat ini.

2. Penyebaran Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terangbenderang.

3. Penyatuan negeri-negeri kaum muslim di dalam lindungan satu negara di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya khalifah menandakan berakhirnya perpecahan dan ketercerai-beraian yang sengaja diadakan oleh kaum kafir dan kaki tangan mereka di negerinegeri kaum muslim.

4. Pengembalian ikatan ukhuwah islamiyah, sebagaimana sabda

Nabi……"Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain. Karena itu, ikatan ukhuwah adalah satu-satunya ikatan yang menggantikan ikatan-ikatan Jahiliyah seperti ikatan-ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan yang lainnya, yang telah memecah belah kaum muslim saat ini.

5. Kembalinya umat mendapatkan kekuasaannya yang telah dirampas. Umat juga memegang kembali kehendak dan keputusan di tangan mereka sendiri.


(44)

6. Pembebasan negeri-negeri kaum muslim yang dikuasai oleh kekuasaan yang zolim, seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lain. 7. Realisasi jaminan pemenuhan makanan pokok bagi kaum muslim dengan

menempuh strategi-strategi yang bertujuan menjamin pencapaian swasembada bahkan lebih baik, baik dari hasil-pertanian, peternakan, perikanan laut maupun darat.

8. Realisasi keamanan industrial melalui strategi politik pembangunan dan pengembangan industri berat untuk memproduksi berbagai peralatan, mesin-mesin pabrik dan persenjataan, sekaligus menghentikan sikap mengekor dan mengemis-ngemis di depan pintu negara-negara barat.

9. Pemberdayaan sumber daya umat yang amat besar melalui politik

pendidikan yang bertujuan membuka ruang dan kesempatan bagi semua orang. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang yang kreatif dan produktif demi kepentingan agama dan umat mereka. Dengan itu pula dapat mengurangi akumulasi jumlah penganguran meski berijazah tinggi. 10.Pengembalian kekuasaan umat atas kekayaan-kekayaannya sehingga umat

menjadi pemilik murni akan kekayaan-kekayaan itu.

11.Penyebarluasan kebaikan, keutamaan, keadilan serta penjagaan atas darah, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum muslim.51

51

Ismail al-Wahwah. 2007. “Dunia Membutuhkan Khilafah” dalam Buletin al-Wa'ie Vol VII edisi 1-31 september. hal. 13.


(45)

B. Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teori bahwa politik pembangunan Islam menurut warjio, yaitu:

“Politik pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam. Cara atau strategi Islam ini dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik.”52

“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik pembangunan.”

Berdasarkan penjelasan warjio, maka suatu institusi atau organisasi Islam yang melakukan pembangunan tentunya memiliki strategi-strategi atau cara-cara dalam konteks pembangunannya dan dengan adanya konsep politik pembangunan Islam hadir untuk menjelaskannya. Maka, Hizbut Tahrir sebagai organisasi Islam dapat diketahui bagaimana politik pembangunan Islamnya.

Untuk menjelaskan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir, maka diperlukan penjelasan tentang bagaimana nilai, rencana, visi maupun strategi yang dimiliki Hizbut tahrir. Karena, nilai, rencana, visi maupun strategi adalah yang terkandung dalam politik pembangunan. Sebagaimana dikatakan warjio, yaitu:

53

Selain itu dari strategi dan cara yang dijalankan dalam upaya pembangunan yang hendak dicapai dapat menunjukkan ideologi suatu

52

Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal. xviii.

53

Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing. hal. 70.


(46)

institusi/organisasi yang melakukan pembangunan tersebut, sebagai mana dikatakan warjio, yaitu:

“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu.”54

GAMBAR 2.1

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Politik Pembanguna Islam adalah untuk Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam, Struktur dan Administrasi, sebagaimana diterangkan dalam gambar :

54

Warjio. Op. Cit. hal. xix.

Pembangunan dalam prespektif Islam

Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek institusi

POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM

Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam,Struktur dan

Administrasi

Sumber: Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (pemikiran dan implementasi), Perdana Publishing. Medan. hal 71.


(47)

Berikut penjelasan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir.

1. Dasar Pemikiran Khilafah

Visi ataupun misi merupakan bagian yang terkandung dalam politik pembangunan. Sebagaimana yang diungkapkan warjio, yaitu:

“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah yang terkandung dalam politik pembangunan.”55

Menurut Hizbut Tahrir khilafah ialah “kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”.

Maka visi yang dimiliki oleh Hizbut tahrir adalah bagian dari Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir. Adapun yang menjadi visi dan misi dari Hizbut Tahrir adalah mendirikan negara berbentuk khilafah.

56

Negara khilafah (negara Islamiyah) memiliki dua fungsi utama, yakni : pertama, menerapkan hukum-hukum syara’ terhadap seluruh rakyat. Mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya, melaksanakan hudud,

Intinya Hizbut Tahrir menganggap bahwa seluruh umat Islam di dunia harus memiliki seorang pemimpin yang menyatukan seluruh umat Islam di dunia. Dengan kata lain seluruh umat Islam di dunia haruslah berkemimpinan kepada satu orang dan menjalankan hukum Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, serta tidak terpecah manjadi negara-negara seperti saat sekarang ini.

55

Warjio. Op. Cit. hal. 70. 56


(48)

memelihara urusan manusia dengan Islam, dan mengatur sistem kehidupan Islam secara umum. Kedua, mengemban dakwah Islam keluar batas kekuasaan negara Islamiyah sampai keseluruh dunia, dan melenyapkan setiap bentuk penghalang yang menghambat jalannya dakwah Islam dengan jihad.

Hizbut Tahrir berpendapat bahwa hukum menegakkan khilafah adalah wajib, dengan berpedoman pada beberapa dalil dari beberapa sumber, yaitu Al-qur’an, As-Sunnah (hadist), ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat Nabi). Seperti : Surat Al-Maidah ayat 48-49, surat An-Nisa’ ayat 59.

“maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalinkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.”57

“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.”58

Maksud ayat tersebut adalah berupa khitob (seruan) Allah SWT kepada Rasul-Nya agar memutuskan perkara di antara manusia menurut apa yang diturunkan Allah adalah juga khitob (seruan) kepada umatnya. Artinya mereka diperintahkan agar mewujudkan (mengangkat) penguasa setelah Rasulullah SAW yang akan memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah. Perintah pada khitob (seruan) tersebut menunjukkan pada perintah yang tegas atau harus (jazm). Penguasa yang memutusakn perkara di

57

Q.S Al maidah 48-49. 58


(49)

antara manusia menurut apa yang telah Allah turunkan, setelah wafatnya Rasulullah SAW adalah khalifah. Berdasarkan hal ini, maka sistem pemerintahan Islam adalah khilafah. Melaksanakan hudud dan hukum-hukum syara’ adalah wajib. Dengan demikian, mewujudkan penguasa yang melaksanakan syari’at (hukum-hukum Islam) adalah wajib. Sedangkan penguasa yag sesuai dengan kriteria tersebut adalah khalifah, dan sistem pemerintahannya adalah sistem khilafah.59

“Barangsiapa menarik ketaatan (kepada Allah), maka pada hari kiamat ia akan bertemu Allah dengan tidak memiliki hujjah. Dan barangsiapa mati sedang pada pundaknya tidak ada bai’at (kepada khalifah), maka ia mati seperti mati jahiliyah.”

Dalil berdasarkan As-Sunnah (hadist) tentang wajibnya khilafah, Hizbut Tahrir berdalil dengan sabda Rasulullah SAW:

60

Hadist Nabi tersebut mewajibkan kepada kaum Muslim agar adanya bai’at. Bai’at setelah kepergian (wafatnya) Nabi itu tidak ada kecuali kepada Khalifah, bukan yang lain. Karena Hadist tersebut mewajibkan adanya bai’at di pundak setiap orang Islam, maka kewajiban bai’at atas setiap orang Islam itu dapat direalisasikan hanya dengan adanya Khalifah.61

Adapun dalil Ijma’ sahabat, maka sesungguhnya para sahabat telah berijma’ atas wajibnya mengangkat khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW setelah beliau wafat. Mereka berijma’ mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah,

59

Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 489. 60

Ibid. hal. 460.

61


(50)

kemudian Umar, kemudian Ustman setelah wafatnya masing-masing dari mereka. Ijma’ sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan khalifah, nampak jelas dalam kejadian bahwa mereka menunda kewajiban mengebumikan jenazah Rasulullah SAW setelah beliau wafat, padahal menyegerakan mengebumikan jenazah adalah wajib hukumnya. Namun sebagian para sahabat menyibukkan diri mengangkat Khalifah daripada mengebumikan jenazah Rasulullah SAW, tentu hal tersebut tidak akan terjadi seandainya pengangkatan kahlifah tidak lebih wajib daripada menguburkan jenazah.62

Seluruh sahabat selama hidupnya telah bersepakat (ijma’) mengenai wajibnya mengangkat khalifah. Walaupun mereka berselisih mengenai siapa orang yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi khalifah, namun mereka tidak pernah berselisih sedikitpun mengenai wajibnya mengangkat seorang khalifah, baik ketika Nabi Muhammad telah wafat maupun ketika salah seorang dari khulufaur rosyidun wafat.63

Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islam (khilafah) tegak di atas 4 pilar. Yaitu : pertama, kedaulatan di tangan syara’ bukan di tangan umat. Kedua, kekuasaan di tangan umat. Ketiga, mengangkat satu khalifah adalah wajib atas kaum Muslim. Keempat, hanya khalifah yang memiliki hak mentabanni (mengadopsi) hukum-hukum syara’. Menurut Hizbut Tahrir, keempat hal di atas merupakan pilar pemerintahan Islam. Essensi pemerintahan Islam tidak

62

Ibid. hal. 463.

63


(51)

ada kecuali dengan keempat tersebut, apabila ada salah satu dari keempat pilar itu yang hilang, maka hilanglah essensi pemerintahan Islam itu.64

“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu.”

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa pemikiran atau ideologi Hizbut Tahrir adalah Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh warjio, bahwa:

65

2. Bentuk Negara Khilafah

Maka pemikiran atau ideologi yang menjadi landasan-landasan pemikiran yang digunakan oleh Hizbut Tahrir adalah Islam, karena Hizbut Tahrir menggunakan landasan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

Dalam politik pembangunan Islam, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Membangun Institusi Islam, Struktur dan Administrasi.66

Menurut Hizbut Tahrir Struktur negara khilafah berbeda dengan dari struktur sistem-sistem yang ada pada saat ini, meskipun tidak menafikan adanya

Dalam hal ini Hizbut Tahrir juga memiliki struktur dan administrasi yang coba ditawarkan. Tentunya struktur dan administrasi tersebut adalah bagian dari negara khilafah yang ingin dibangun oleh Hizbut Tahrir.

64

Ibid. hal. 485.

65

Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal. xix.

66

Warjio. 2013. Dilema Politk Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan:Perdana Publishing. hal. 71.


(52)

kesamaan pada sebagian indikasinya. Strukur negara khilafah ini diambil dari strukur yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW di Madinah. Adapun struktur dan admistrasi yang coba ditawarkan dan dibangun oleh Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut :

1. Khalifah

2. Mu’awin at-Tafwidh (wuzara’ at-Tafwidh) 3. Wuzara’ at-Tanfidz

4. Para wali (gubernur)

5. Amir al jihad (panglima perang) 6. Keamanan dalam negeri

7. Urusan luar negeri 8. Industri

9. Peradilan (al-Qadha’)

10.Mashalih an-Nas (kemaslahatan umum) 11.Baitul Mal

12.Lembaga informasi 13.Majelis Umat67

Berikut struktur Negara Khilafah yang dibuat Hizbut Tahrir:

67


(53)

STRUKTUR DAULAH KHILAFAH

Perintah

Koreksi dan Kontrol Meminta Nasihat Akad Perwakilan Majelis Wilayah Perwakilan Daerah Warga Negara Khilafah: Muslim dan non Muslim Pendidikan Amil Dept. Informasi (al-I’lam) Baitul Mal Wali

KHALIFAH Perwakilan Umat

(Majelis Umat)

Pembantu Khalifah Bid. Pemerintahan (Mu’awin at-Tafwidh) Sekretaris Negara (Wuzara at-Tanfidz) Majelis Wilayah Perwakilan Daerah Peradilan (Al-Qadla) Pelayanan Masyarakat (Mashâlih an-Nâs) Dept. Urusan Luar

Negeri (Dairah al-Khârijiyah) Dept. Keamanan Dalam Negeri (Dairah al-Amni ad-Dâkhiliy) Dept. Industri (Dairah ash-Shinâ'ah) Dept. Perang (Amir al-Jihad) Kependud ukan Riset dan Teknologi Pertanahan Pertambangan Ahlu Dzimmah

Kebudayaan Tenaga

Kerja Perhubungan Pertanian Pekerjaan Umum Listrik dan Energi Kesehatan Telekomunikasi Perdagangan Kehutanan

Dan lain-lain Pengairan


(54)

Adapun keterangan mengenai beberapa jabatan-jabatan dan poisisi-posisi yang ada di dalam konsep negara khilafah ialah :

1. Khalifah

Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah diangkat oleh kaum Muslim. Seseorang tidak menjadi khalifah tanpa baiat dari umat. Khalifah dibaiat oleh Ahl al-Halli wa al-‘Aqdi dengan baiat in‘iqâd yang sesuai dengan syariah.68

Gelar lain yang disandang untuk menyebut kepala pemerintahan Islam selain gelar Khalîfah adalah Imâm, atau Amîral-Mu’minîn. Khalifah yang diangkat apabila memenuhi syarat, Pertama: Khalifah harus seorang Muslim, kedua : laki-laki, ketiga : balig, Keempat : berakal, Kelima : adil, Keenam: merdeka, Ketujuh : mampu.69

• Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang memang

dibutuhkan untuk memelihara urusan-urusan rakyat. Hukum-hukum itu harus digali—dengan ijtihad yang sahih— dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Dengan diadopsi oleh Khalifah, hukum-hukum itu menjadi Khalifah memiliki sejumlah wewenang sebagai berikut:

68

Hizbut Tahrir. 2006. Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) .terj. Yahya A.R. Jakarta: HTI Press. hal. 31.

69


(55)

undang-undang yang wajib ditaati, dan seorang pun tidak boleh melanggarnya.

• Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar negeri sekaligus. Khalifah juga yang memegang kepemimpinan atas angkatan bersenjata; ia memiliki hak untuk mengumumkan perang serta mengadakan perjanjian damai, gencatan senjata, dan seluruh bentuk perjanjian lainnya.

• Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak para duta negara asing. Khalifah juga berwenang mengangkat dan memberhentikan para duta kaum Muslim.

• Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan

para Mu‘âwin dan para wali/gubernur (termasuk para amil). Mereka semuanya bertanggung jawab di hadapan Khalifah sebagaimana mereka juga bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat.

• Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan

Qâdhî al-Qudhât (Kepala Kehakiman) dan para qâdhî (hakim) yang lain, kecuali Qâdhî Mazhâlim. Khalifahlah yang mengangkat Qâdhi Mazhâlim, sedangkan berkaitan dengan pencopotannya, Khalifah harus terikat dengan beberapa batasan yang akan dijelaskan pada bab al- Qâdhâ’. Khalifah juga memiliki wewenang mengangkat dan memberhentikan para dirjen, panglima militer, komandan batalion, dan komandan kesatuan. Mereka


(56)

semuanya ber tanggungjawab di hadapan Khalifah dan tidak bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat.

• Khalifah memiliki wewenang mengadopsi hukum-hukum syariah yang

menjadi pegangan dalam menyusun APBN. Khalifah memiliki wewenang menetapkan rincian APBN, besaran anggaran untuk masing-masing pos baik.70

2. Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Khilafah bidang Pemerintahan)

Mu‘âwin adalah pembantu tugas yang telah diangkat oleh Khalifah untuk membantunya dalam mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan. Karena banyaknya tugas-tugas kekhilafahan, khususnya ketika wilayah negara Khilafah menjadi semakin besar dan bertambah luas, Khalifah akan berat untuk mengembannya seorang diri. Karena itu, ia membutuhkan orang yang dapat membantunya dalam mengemban tanggung jawab kekhilafahan dan melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan itu.

Dari segi pengangkatan: setiap Mu‘âwin diangkat dengan wewenang dan otoritas yang bersifat umum sebagai wakil Khalifah di seluruh penjuru negara. Dari segi tugas: setiap Mu‘âwin dibebani tugas di sebagian wilayah negara. Artinya, wilayah (propinsi) negara di bagi di antara para Mu‘âwin yang ada. Dengan begitu, Mu‘âwin ini menjadi pembantu Khalifah di wilayah timur;yang itu menjadi pembantu Khalifah di wilayah barat; dan yang lainnya lagi di wilayah utara. Begitulah praktiknya. Dari segi perpindahan: seorang mu‘âwin dipindahkan

70


(57)

dari satu posisi/tempat ke posisi/tempat yang lain dan darisatu tugas ke tugas yang lain tanpa memerlukan pengangkatan yang baru, tetapi cukup dengan pengangkatan awal. Sebab, asal pengangkatannya adalah sebagai mu‘âwin yang mencakup semua tugas.

Syarat pengangkatan seorang wazir sama dengan syarat yang harus dipenuhi seorang Khalifah, yaitu Muslim, laki-laki, merdeka, balig, berakal, mampu dan termasuk di antara orang yang memiliki kemampuan dalam semua tugas yang diwakilkan kepadanya.71

3. Wuzara’ at-Tanfidz (Sekretaris Negara)

Wazîr at-Tanfîdz adalah wazir yang ditunjuk oleh Khalifah sebagai pembantunya dalam implementasi kebijakan, dalam menyertai Khalifah, dan dalam menunaikan kebijakan Khalifah. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur dan aparatur negara, rakyat, dan pihak luar negeri. Ia bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan Khalifah kepada mereka dan menyampaikan informasi dari mereka kepada Khalifah.

Tugasnya adalah tugas administrasi, bukan tugas pemerintahan. Departemennya merupakan lembaga pelaksana yang melaksanakan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah kepada instansi-instansi dalam negeri dan luar negeri, di samping menyampaikan informasi-informasi dari berbagai instansi itu. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur

71


(58)

negara dan aparat yang lain; menyampaikan kebijakan dari Khalifah kepada bawahannya dan menyampaikan informasi dari bawahan Khalifah kepada Khalifah.

Urusan-urusan yang di dalamnya Mu‘âwin at-Tanfîdz menjadi penghubung Khalifah dengan pihak lain ada empat urusan:

1) Hubungan Internasional, baik yang ditangani langsung oleh Khalifah maupun yang dibantu oleh Departemen Luar Negeri yang menjalankan urusan itu.

2) Militer atau tentara.

3) Aparat/instansi negara selain militer. 4) Hubungan dengan rakyat.

4. Wali (Gubernur)

Wali adalah orang yang diangkat oleh Khalifah sebagai penguasa (pejabat pemerintah) untuk suatu wilayah (propinsi) serta menjadi amîr (pemimpin) wilayah itu. Negeri yang diperintah oleh Negara (Khilafah) dibagi dalam beberapa bagian dan setiap bagian disebut wilâyah. Setiap wilayah dibagi dalam beberapa bagian dan setiap bagian disebut ‘imâlah. Setiap orang yang memimpin wilâyah disebut walî atau amîr dan orang yang memimpin ‘imâlah disebut ‘âmil atau hâkim.

Para wali adalah para penguasa (hukâm) karena wewenangnya dalam hal ini adalah wewenang pemerintahan. Karena para wali adalah penguasa, maka


(59)

mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagai penguasa, yaitu: harus seorang laki-laki, merdeka, Muslim, balig, berakal, adil, dan termasuk orang yang memiliki kemampuan. Jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari Khalifah atau orang yang mewakili Khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu. Wali tidak diangkat kecuali oleh Khalifah.

5. Al-Qadla (Peradilan)

Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota masyarakat, mencegah hal-hal yang dapat membahayakanhak-hak jamaah, atau mengatasi perselisihan yangterjadi antara rakyat dan seseorang yang duduk dalam strukturpemerintahan; baik ia seorang penguasa atau pegawai negeri,Khalifah ataupun selain Khalifah.72

1) Peradilan yang mengurusi penyelesaian perselisihan di antara anggota masyarakat dalam masalah muamalah, yang ditangani oleh seorang Qadhi biasa.

Ada 3 jenis peradilan yang dimaksudkan Hizbut Tahrir dalam lembaga peradilan. Orang yang memutuskan perkara disebut Qadhi (hakim).

2) Peradilan yang mengurusi penyelesaian dalam masalah penyimpangan-penyimpangan (mukhâlafât) yang dapat membahayakan hak-hak jamaah yang ditangani oleh Qadhi yang al-Muhtasib.

3) Peradilan yang pemutusan perkara-perkara mazhâlim (kezaliman). Mazhâlim ituadalah: penyampaian keputusan hukum syariah yang

72


(1)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, atas rahmat Allah SWT berupa kesehatan, kesempatan, semangat dan juga nikmat lainnya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan skripsi dari hasil penelitian yang dikerjakan. Sholawat dan salam penulis sampaikan pada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, yang telah mewariskan nasehat-nasehat yang memberi motivasi kepada penulis.

Skripsi ini berjudul Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Sumatera utara (Analisis terhadap Pembangunan Bertaraskan Islam). Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini menjelaskan tentang Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir dan pembangunan yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Sumatera Utara. Selanjutnya dalam pembangunan yang dilakukan, HTI Sumatera Utara menerapkan strategi-strategi pembangunan yang dilaksanakan di Sumatera Utara. Strategi-strategi tersebut dilihat merupakan bagian dari pembangunan yang bertaraskan Islam. Skripsi ini sangatlah jauh dari kata kesempurnaan, maka penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.


(2)

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Tety Rachmadiyah dan Ayahanda tercinta Mulkan, serta adik tersayang Abu Rizal Fiqri yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya pada penulis. Kepada keluarga besar Alm. Syamsuddin dan Alm. DTM. Hasnan yang telah memberikan sumbangsih, semangat, motivasi dan juga perhatiannya kepada penulis.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

2. Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

3. Dr. Warjio, Ph.D selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun selama penulisan skripsi ini;

4. Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

5. Staf Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak-bapak narasumber DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi yang sangat diperlukan;


(3)

7. Teman-temanku Sopian E. Manalu S.IP, M. Habibie Fitrawan S.IP, Heru Guntara Sitepu S.IP, Bernando Andika S.IP, Syarif Hidayatullah Hasibuan S.IP, Togi Nalom S.IP, Miftah Hafiz Nainggolan, Febrianda Yulfa dan M. Andri Tarigan.

8. Teman-teman sejawat departeman Ilmu Politik stambuk 2010, baik yang sudah menjadi alumni ataupun masih menempuh studi yang sudah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

Medan, 9 Februari 2016


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iv

Halaman Pengesahan ... vi

Halaman Persetujuan ... vii

Lembar Persembahan ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teori ... 9

1. Politik Pembangunan Islam ... 9

2. Prinsip Pembangunan Bertaraskan Islam ... 18

F. Metodologi Penelitian ... 21

1. Metode Penelitian ... 21

2. Lokasi Penelitian ... 22

3. Jenis Penelitian ... 22

4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

5. Responden Penelitian ... 23

6. Teknik Analisis Data ... 23


(5)

Bab II Konsep Politik Pembangunan Hizbut Tahrir

A. Profil Hizbut Tahrir.. ... 26

1. Awal Mula Berdirinya Hizbut Tahrir ... 26

2. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia ... 27

3. Pemikiran,Tujuan Dan Aktivitas Hizbut Tahrir ... a. Pemikiran Hizbut Tahrir ... 28

b. Tujuan Hizbut Tahrir ... 30

c. Aktivitas Hizbut Tahrir ... 30

B. Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir ... 34

1. Dasar Pemikiran Khilafah ... 36

2. Bentuk Negara Khilafah ... 40

3. Metode Penegakan Khilafah yang Dilakukan Hizbut Tahrir ... 55

Bab III Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir Di Sumatera Utara A. Munculnya HTI di Sumatera Utara ... 62

B. Politik Pembangunan Islam HTI di Sumatera Utara ... 63

1. Tahap Pembinaan ... 65

2. Tahap Interaksi ... 67

1) Mendistribusikan Jurnal dan Buletin ... 68

2) Menggelar Konferensi di Bulan Rajab ... 71

3) Menjalin Interaksi dengan Tokoh ... 75

a) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ... 75

b) TNI Kodam I Bukit Barisan ... 77

4) Menjalin Hubungan dengan Media Cetak Lokal diSumatera Utara ... 78

C. Analisis Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir di Sumatera Utara ... 81

1. Tasawwur Islam Sebagai Acuan Pembangunan ... 81

2. Manusia Sebagai Pelaku Pembangunan ... 83

3. Alam roh, alam dunia dan alam akhirat sebagai skala waktu pembangunan ... 85

4. Ilmu fardhu ‘ain sebagai kerangka pembangunan ... 86

5. Ibadah sebagai pendekatan pembangunan ... 87

6. Sumber alam sebagai alat pembangunan ... 89


(6)

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan ... 93

Daftar Pustaka ... 96

Daftar Lampiran:

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Transkip Wawancara dengan W. Abu Syauqi Lampiran 3. Transkip Wawancara dengan Saifurrahman Lampiran 4. Transkip Wawancara dengan M. Yusran Ramli Lampiran 5. Transkip Wawancara dengan Sofyan Arsyad Siregar Lampiran 6. Transkip Wawancara dengan Marwan Rangkuti

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Politik Pembangunan Islam ... 13 Gambar 2.1 Politik Pembangunan Islam ... 35 Gambar 2.2 Struktur Negara Khilafah ... 42