Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir di Sumatera Utara Analisis Terhadap Pembangunan Bertaraskan Islam
BAB II
KONSEP POLITIK PEMBANGUNAN HIZBUT TAHRIR
INDONESIA
A. Profil Hizbut Tahrir
Sebelum menjelaskan tentang konsep politik pembangunan Islam Hizbut
Tahrir, maka peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu profil Hizbut tahrir,
pemikiran, tujuan, dan aktivitasnya.
1. Awal Mula Berdirinya Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir merupakan organisasi Politik Islam berskala internasional,
yang aktif menyeru dan memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali
kepada kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah islamiyyah. Pendiri Hizbut
Tahrir adalah Taqiyuddin an-Nabhani, Hizbut Tahrir secara resmi berdiri pada
tahun 1953 M, di Al-Quds, yerussalem. 40
Taqiyyudin al-nabhani adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut
Tahrir, ia memimpin Hizbut Tahrir hingga wafat, yaitu pada tahun 1977 M.
Taqiyyudin an-Nabhani merupakan lulusan Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir.
Seorang hakim di mahkamah syar’iyah, Al-Quds, dan salah seorang ulama
berpengaruh di palestina. 41 Setelah taqiyyudin an-Nabhani wafat kepemimpinan
40
Ihsan Samarah. 2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4.
Taqiyuudin Al-Nabhani.1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish.
Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.
41
38
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir dipegang oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003.
Setelah itu dilanjutkan oleh syeikh Atha’ Abu Rastah hingga saat ini. 42
Alasan Hizbut Tahrir didirikan adalah pertama, memenuhi seruan Allah
SWT. Kedua, kemorosotan dan kemunduran yang menimpa kaum muslim dan
ingin memperbaiki itu semua. Ketiga, mengembalikan khilafah, serta menegakkan
kembali hukum-hukum Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek
kehidupan. 43
2. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia
Pada tahun 1982-1983 Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia, dengan
semangat dan misi menegakkan khilafah. Di berbagai kampus dan perguruan
tinggi Hizbut Tahrir melalui lembaga dakwah kampus menyebarkan gagasan
khilafahnya. 44 Hizbut Tahrir Indonesia resmi melakukan aktifitasnya secara
terbuka pada tahun 2000, semenjak terselenggaranya konferensi nasional. Di
Indonesia Hizbut Tahrir dikenal dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia yang
disingkat dengan HTI.
Tokoh HTI banyak yang berdomisili di Bogor dan upaya mereka dalam
mensosialisasikan gerakannya mendapat sambutan positif dari kalangan civitas
academica Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga salah satu pimpinan pusat
42
Ihsan Samarah. Op.Cit. hal. 5-6.
Muhammad Muhsin Rodhi. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Terj.
M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. 2012. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. hal. 29.
44
Taufiq Adnan Amal, dkk. 2004. "Politik Syariat Islam" dari Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Pustaka
Alvabet. hal. 41.
43
39
Universitas Sumatera Utara
HTI adalah alumnus dan dosen IPB yakni Muhammad al-Khattat.
45
Penanggungjawab kewilayahan nasional disebut Juru Bicara (Jubir) yang saat ini
untuk Indonesia dipegang oleh Ismail Yusanto. 46
3. Pemikiran, Tujuan dan Aktivitas Hizbut Tahrir
a. Pemikiran Hizbut Tahrir
Dasar pemikiran yang menjadi dasar berdirinya Hizbut Tahrir adalah
pemikiran Islam. Hizbut Tahrir menjelaskan setiap pemikiran yang diadopsinya
dalam berbagai buku dan pamflet yang dikeluarkan, serta menjelaskan dalil dari
setiap pendapat, pemikiran, konsep yang diadopsi Hizbut Tahrir. 47
Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum
Islam dalam bingkai Khilafah. Hizbut Tahrir berpegang pada dalil Al-Quran dan
Hadist Nabi serta Ijma’ para Sahabat Rasulullah dalam mendukung dan
membenarkan ide khilafahnya. Dengan itu Hizbut Tahrir menguatkan dasar
pemikiran politik Islamnya.
Hizbut Tahrir menolak segala sistem politik atau pemerintahan negara
yang diluar atau tidak bersumber dari Islam. Beberapa sistem yang sedang berlaku
di dunia saat sekarang ini, seperti demokrasi, sosialisme, Republik, ataupun
Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut
45
Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
hal. 266.
46
Ibid. hal. 267.
47
Muhammad Muhsin Rodhi. Op.Cit. hal. 33.
40
Universitas Sumatera Utara
Tahrir. Khilafah adalah satu-satunya konsep negara yang dipercayai dan diakui
oleh Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa negara dengan konsep Khilafah pertama
kali yang berdiri dan diterapkan adalah pada masa Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Setelah beliau wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh khulufaur rosyidun,
hingga setelah masa kepemimpinan 4 sahabat berakhir dilanjutkan berturut-turut
oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kekhalifahan Turki Usmani (Bani
Usmani) sebagai kekhalifahan terakhir.
Dengan
berakhirnya
pemerintahan
turki
usmani
Hizbut
Tahrir
menganggap bahwa saat ini umat Islam di seluruh dunia tidak memiliki pemimpin
yang satu, umat Islam di dunia telah kehilangan pemimpinnya. Sehingga Hizbut
Tahrir bangkit sebagai kelompok Islam yang berusaha membangkitkan semangat
dan menyadarkan umat Islam seluruh dunia untuk kembali menegakkan Khilafah
dan menyatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan dan satu sistem,
yang pernah terjadi pada masa dahulu.
Konsep dan sistem Khilafah yang dianut oleh Hizbut Tahrir banyak
merujuk pada sistem yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa
kepemimpinan beliau di madinah dan Makkah. Juga merujuk dari praktek
kepemimpinan para sahabat (khulufaur rosyidun). Dengan praktek pada masa itu
Hizbut Tahrir menjadikannya sebagai standar baku pemikiran Hizbut Tahrir dan
konsep yang harus diterapkan dan dijalankan.
41
Universitas Sumatera Utara
b. Tujuan Hizbut Tahrir
Tujuan Hizbut Tahrir ialah mengembalikan kaum muslim kedalam
kehidupan Islam di dalam Dar al-Islam dan masyarakat Islam, dimana seluruh
kehidupan di dalamnya dijalankan sesuai dengan hukum-hukum Syara’ yang
menjadi pandangan hidup (way of life) di bawah naungan negara Islam, yaitu
negara khilafah yaitu, negara yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang dibai’at
oleh kaum Muslim. 48
Hizbut Tahrir bertujuan mengembalikan kemuliaan dan keagungan umat
Islam, dengan cara merebut kembali kendali kepemimpinan dunia, umat dan
bangsa. Sehingga negara umat Islam kembali menjadi negara nomor satu di dunia.
Membimbing dan memimpin umat manusia melakukan pergolakan pergolakan
terhadap kekufuran, sistem dan pemikiran kufur, hingga Islam tersebar secara
menyeluruh di seluruh dunia. 49
c. Aktivitas Hizbut Tahrir
Pertama, pengkaderan (at-tatsqif). Membina individu-individu melalui
kelompok kajian (halaqah), agar memperbanyak jumlah anggota, membentuk
kepribadian Islam yang berkualitas. Membina masyarakat dengan pemikiran dan
hukum Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir, dengan harapan membentuk dukungan
umat Islam sehingga bisa dipimpin untuk menegakkan khilafah.
48
Ibid.
Ibid. hal. 34.
49
42
Universitas Sumatera Utara
Kedua, perang pemikiran (as-shira’ al-fikriy) terhadap akidah, sistem dan
pemikiran kufur, dan juga terhadap akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan
konsep yang keliru, dengan cara mengungkap kepalsuan, kekeliruan dan
kontradiksinya dengan Islam.
Ketiga, perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Perjuangan politik ini
tercermin dalam aktivitas berikut:
•
Berjuang melawan negara-negara penjajah yang memiliki kekuasaan dan
pengaruh di negeri-negeri Islam. Berjuang melawan penjajahan dalam
segala bentuknya, baik berupa pemikiran, politik, ekonomi maupun militer.
Mengungkap persekongkolan di tengah-tengah mereka agar umat selamat
dari dominasinya, serta terbebas dari pengaruhnya dalam berbagai
bentuknya.
•
Menentang para penguasa di negeri-negeri arab dan negeri-negeri Islam.
Mengungkap kejahatan mereka, mengoreksinya dan mengkritiknya. Juga
melakukan pembersihan terhadap pemerintahan yang menerapkan hukum
dan sistem kufur, kemudain menggatinya dengan pemerintahan Islam.
Keempat, mengadopsi kepentingan umat yang bersifat substansial dengan
menjelaskan hukum syara’ terhadap berbagai peristiwa dan problem aktual. 50
50
Ibid.
43
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir berjuang dan bergerak di tengah-tengah masyarakat dengan
melontarkan wacana mendirikan kembali khilafah Islamiyah. Adapun maksud dan
arti didirikannya khilafah oleh Hizbut Tahrir diantaranya adalah :
1. Penegakan hukum-hukum syari'ah ditengah-tengah kaum muslim,
sekaligus pencampakan hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka
saat ini.
2. Penyebaran Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad untuk
mengeluarkan
manusia
dari
kegelapan
menuju
cahaya
yang
terangbenderang.
3. Penyatuan negeri-negeri kaum muslim di dalam lindungan satu negara di
bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya khalifah menandakan
berakhirnya perpecahan dan ketercerai-beraian yang sengaja diadakan oleh
kaum kafir dan kaki tangan mereka di negerinegeri kaum muslim.
4. Pengembalian
ikatan
ukhuwah
islamiyah,
sebagaimana
sabda
Nabi……"Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain. Karena itu,
ikatan ukhuwah adalah satu-satunya ikatan yang menggantikan ikatanikatan Jahiliyah seperti ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan
yang lainnya, yang telah memecah belah kaum muslim saat ini.
5. Kembalinya umat mendapatkan kekuasaannya yang telah dirampas. Umat
juga memegang kembali kehendak dan keputusan di tangan mereka
sendiri.
44
Universitas Sumatera Utara
6. Pembebasan negeri-negeri kaum muslim yang dikuasai oleh kekuasaan
yang zolim, seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lain.
7. Realisasi jaminan pemenuhan makanan pokok bagi kaum muslim dengan
menempuh
strategi-strategi
yang
bertujuan
menjamin
pencapaian
swasembada bahkan lebih baik, baik dari hasil-pertanian, peternakan,
perikanan laut maupun darat.
8. Realisasi keamanan industrial melalui strategi politik pembangunan dan
pengembangan industri berat untuk memproduksi berbagai peralatan,
mesin-mesin pabrik dan persenjataan, sekaligus menghentikan sikap
mengekor dan mengemis-ngemis di depan pintu negara-negara barat.
9. Pemberdayaan sumber daya umat yang amat besar melalui politik
pendidikan yang bertujuan membuka ruang dan kesempatan bagi semua
orang. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang yang kreatif dan
produktif demi kepentingan agama dan umat mereka. Dengan itu pula
dapat mengurangi akumulasi jumlah penganguran meski berijazah tinggi.
10. Pengembalian kekuasaan umat atas kekayaan-kekayaannya sehingga umat
menjadi pemilik murni akan kekayaan-kekayaan itu.
11. Penyebarluasan kebaikan, keutamaan, keadilan serta penjagaan atas darah,
kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum muslim. 51
51
Ismail al-Wahwah. 2007. “Dunia Membutuhkan Khilafah” dalam Buletin al-Wa'ie Vol VII edisi 1-31
september. hal. 13.
45
Universitas Sumatera Utara
B. Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teori bahwa politik
pembangunan Islam menurut warjio, yaitu:
“Politik pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategistrategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks
pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam.
Cara atau strategi Islam ini dapat dilakukan oleh negara,
institusi/organisasi ataupun partai politik.” 52
Berdasarkan penjelasan warjio, maka suatu institusi atau organisasi Islam yang
melakukan pembangunan tentunya memiliki strategi-strategi atau cara-cara dalam
konteks pembangunannya dan dengan adanya konsep politik pembangunan Islam
hadir untuk menjelaskannya. Maka, Hizbut Tahrir sebagai organisasi Islam dapat
diketahui bagaimana politik pembangunan Islamnya.
Untuk menjelaskan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir, maka
diperlukan penjelasan tentang bagaimana nilai, rencana, visi maupun strategi yang
dimiliki Hizbut tahrir. Karena, nilai, rencana, visi maupun strategi adalah yang
terkandung dalam politik pembangunan. Sebagaimana dikatakan warjio, yaitu:
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun
strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah
yang terkandung dalam politik pembangunan.” 53
Selain itu dari strategi dan cara yang dijalankan dalam upaya
pembangunan yang hendak dicapai dapat menunjukkan ideologi suatu
52
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xviii.
53
Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing.
hal. 70.
46
Universitas Sumatera Utara
institusi/organisasi yang melakukan pembangunan tersebut, sebagai mana
dikatakan warjio, yaitu:
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi
yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi
dan cara yang dijalankan itu.” 54
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Politik Pembanguna Islam adalah
untuk Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam,
Struktur dan Administrasi, sebagaimana diterangkan dalam gambar :
GAMBAR 2.1
Pembangunan dalam prespektif Islam
Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek
institusi
POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM
Mempromosikan Budaya Politik Islam dan
Membangun Institusi Islam,Struktur dan
Administrasi
Sumber: Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (pemikiran dan implementasi), Perdana
Publishing. Medan. hal 71.
54
Warjio. Op. Cit. hal. xix.
47
Universitas Sumatera Utara
Berikut penjelasan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir.
1. Dasar Pemikiran Khilafah
Visi ataupun misi merupakan bagian yang terkandung dalam politik
pembangunan. Sebagaimana yang diungkapkan warjio, yaitu:
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun
strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah
yang terkandung dalam politik pembangunan.” 55
Maka visi yang dimiliki oleh Hizbut tahrir adalah bagian dari Politik
Pembangunan Islam Hizbut Tahrir. Adapun yang menjadi visi dan misi dari
Hizbut Tahrir adalah mendirikan negara berbentuk khilafah.
Menurut Hizbut Tahrir khilafah ialah “kepemimpinan umum bagi seluruh
kaum muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan
Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”. 56 Intinya Hizbut Tahrir
menganggap bahwa seluruh umat Islam di dunia harus memiliki seorang
pemimpin yang menyatukan seluruh umat Islam di dunia. Dengan kata lain
seluruh umat Islam di dunia haruslah berkemimpinan kepada satu orang dan
menjalankan hukum Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, serta tidak
terpecah manjadi negara-negara seperti saat sekarang ini.
Negara khilafah (negara Islamiyah) memiliki dua fungsi utama, yakni :
pertama,
menerapkan
Mengumpulkan
55
56
zakat
hukum-hukum
dan
syara’
terhadap
mendistribusikannya,
seluruh
rakyat.
melaksanakan
hudud,
Warjio. Op. Cit. hal. 70.
Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 467.
48
Universitas Sumatera Utara
memelihara urusan manusia dengan Islam, dan mengatur sistem kehidupan Islam
secara umum. Kedua, mengemban dakwah Islam keluar batas kekuasaan negara
Islamiyah sampai keseluruh dunia, dan melenyapkan setiap bentuk penghalang
yang menghambat jalannya dakwah Islam dengan jihad.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa hukum menegakkan khilafah adalah
wajib, dengan berpedoman pada beberapa dalil dari beberapa sumber, yaitu Alqur’an, As-Sunnah (hadist), ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat Nabi).
Seperti : Surat Al-Maidah ayat 48-49, surat An-Nisa’ ayat 59.
“maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka supaya mereka tidak memalinkan kamu dari sebahagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” 57
“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah
Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.” 58
Maksud ayat tersebut adalah berupa khitob (seruan) Allah SWT kepada
Rasul-Nya agar memutuskan perkara di antara manusia menurut apa yang
diturunkan Allah adalah juga khitob (seruan) kepada umatnya. Artinya mereka
diperintahkan agar mewujudkan (mengangkat) penguasa setelah Rasulullah SAW
yang akan memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah
diturunkan Allah. Perintah pada khitob (seruan) tersebut menunjukkan pada
perintah yang tegas atau harus (jazm). Penguasa yang memutusakn perkara di
57
58
Q.S Al maidah 48-49.
Q.S An-Nisa’ 59.
49
Universitas Sumatera Utara
antara manusia menurut apa yang telah Allah turunkan, setelah wafatnya
Rasulullah SAW adalah khalifah. Berdasarkan hal ini, maka sistem pemerintahan
Islam adalah khilafah. Melaksanakan hudud dan hukum-hukum syara’ adalah
wajib. Dengan demikian, mewujudkan penguasa yang melaksanakan syari’at
(hukum-hukum Islam) adalah wajib. Sedangkan penguasa yag sesuai dengan
kriteria tersebut adalah khalifah, dan sistem pemerintahannya adalah sistem
khilafah. 59
Dalil berdasarkan As-Sunnah (hadist) tentang wajibnya khilafah, Hizbut
Tahrir berdalil dengan sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa menarik ketaatan (kepada Allah), maka pada hari
kiamat ia akan bertemu Allah dengan tidak memiliki hujjah. Dan
barangsiapa mati sedang pada pundaknya tidak ada bai’at
(kepada khalifah), maka ia mati seperti mati jahiliyah.” 60
Hadist Nabi tersebut mewajibkan kepada kaum Muslim agar adanya
bai’at. Bai’at setelah kepergian (wafatnya) Nabi itu tidak ada kecuali kepada
Khalifah, bukan yang lain. Karena Hadist tersebut mewajibkan adanya bai’at di
pundak setiap orang Islam, maka kewajiban bai’at atas setiap orang Islam itu
dapat direalisasikan hanya dengan adanya Khalifah. 61
Adapun dalil Ijma’ sahabat, maka sesungguhnya para sahabat telah
berijma’ atas wajibnya mengangkat khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW
setelah beliau wafat. Mereka berijma’ mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah,
59
Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 489.
Ibid. hal. 460.
61
Ibid.
60
50
Universitas Sumatera Utara
kemudian Umar, kemudian Ustman setelah wafatnya masing-masing dari mereka.
Ijma’ sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan khalifah, nampak jelas
dalam kejadian bahwa mereka menunda kewajiban mengebumikan jenazah
Rasulullah SAW setelah beliau wafat, padahal menyegerakan mengebumikan
jenazah adalah wajib hukumnya. Namun sebagian para sahabat menyibukkan diri
mengangkat Khalifah daripada mengebumikan jenazah Rasulullah SAW, tentu hal
tersebut tidak akan terjadi seandainya pengangkatan kahlifah tidak lebih wajib
daripada menguburkan jenazah. 62
Seluruh sahabat selama hidupnya telah bersepakat (ijma’) mengenai
wajibnya mengangkat khalifah. Walaupun mereka berselisih mengenai siapa
orang yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi khalifah, namun mereka
tidak pernah berselisih sedikitpun mengenai wajibnya mengangkat seorang
khalifah, baik ketika Nabi Muhammad telah wafat maupun ketika salah seorang
dari khulufaur rosyidun wafat. 63
Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islam (khilafah)
tegak di atas 4 pilar. Yaitu : pertama, kedaulatan di tangan syara’ bukan di tangan
umat. Kedua, kekuasaan di tangan umat. Ketiga, mengangkat satu khalifah adalah
wajib atas kaum Muslim. Keempat, hanya khalifah yang memiliki hak
mentabanni (mengadopsi) hukum-hukum syara’. Menurut Hizbut Tahrir, keempat
hal di atas merupakan pilar pemerintahan Islam. Essensi pemerintahan Islam tidak
62
Ibid. hal. 463.
Ibid. hal. 464.
63
51
Universitas Sumatera Utara
ada kecuali dengan keempat tersebut, apabila ada salah satu dari keempat pilar itu
yang hilang, maka hilanglah essensi pemerintahan Islam itu. 64
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa pemikiran
atau ideologi Hizbut Tahrir adalah Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
warjio, bahwa:
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi
yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi
dan cara yang dijalankan itu.” 65
Maka pemikiran atau ideologi yang menjadi landasan-landasan pemikiran yang
digunakan oleh Hizbut Tahrir adalah Islam, karena Hizbut Tahrir menggunakan
landasan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
2. Bentuk Negara Khilafah
Dalam politik pembangunan Islam, salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah Membangun Institusi Islam, Struktur dan Administrasi. 66 Dalam hal ini
Hizbut Tahrir juga memiliki struktur dan administrasi yang coba ditawarkan.
Tentunya struktur dan administrasi tersebut adalah bagian dari negara khilafah
yang ingin dibangun oleh Hizbut Tahrir.
Menurut Hizbut Tahrir Struktur negara khilafah berbeda dengan dari
struktur sistem-sistem yang ada pada saat ini, meskipun tidak menafikan adanya
64
Ibid. hal. 485.
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xix.
66
Warjio. 2013. Dilema Politk Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan:Perdana Publishing.
hal. 71.
65
52
Universitas Sumatera Utara
kesamaan pada sebagian indikasinya. Strukur negara khilafah ini diambil dari
strukur yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW di Madinah. Adapun
struktur dan admistrasi yang coba ditawarkan dan dibangun oleh Hizbut Tahrir
adalah sebagai berikut :
1. Khalifah
2. Mu’awin at-Tafwidh (wuzara’ at-Tafwidh)
3. Wuzara’ at-Tanfidz
4. Para wali (gubernur)
5. Amir al jihad (panglima perang)
6. Keamanan dalam negeri
7. Urusan luar negeri
8. Industri
9. Peradilan (al-Qadha’)
10. Mashalih an-Nas (kemaslahatan umum)
11. Baitul Mal
12. Lembaga informasi
13. Majelis Umat 67
Berikut struktur Negara Khilafah yang dibuat Hizbut Tahrir:
67
Ibid. hal. 504.
53
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 2.2
Majelis Wilayah
Perwakilan Daerah
STRUKTUR DAULAH KHILAFAH
Perwakilan Umat
(Majelis Umat)
KHALIFAH
Pembantu Khalifah
Bid. Pemerintahan
(Mu’awin at-Tafwidh)
Wali
Sekretaris Negara
(Wuzara at-Tanfidz)
Peradilan
(Al-Qadla)
Warga
Negara
Khilafah:
Muslim
dan non
Muslim
Baitul Mal
Majelis Wilayah
Perwakilan Daerah
Dept. Informasi
(al-I’lam)
Amil
Dept. Perang
(Amir al-Jihad)
Pendidikan
Kebudayaan
Dept. Industri
(Dairah ashShinâ'ah)
Kesehatan
Ahlu
Dzimmah
Dept. Keamanan
Dalam Negeri
(Dairah al-Amni
ad-Dâkhiliy)
Listrik
dan
Energi
Pertambangan
Pekerjaan
Umum
Pertanahan
Perintah
Koreksi dan Kontrol
Meminta Nasihat
Dan lain-lain
Akad Perwakilan
Dept. Urusan Luar
Negeri
(Dairah alKhârijiyah)
Pertanian
Kependud
ukan
Perhubungan
Riset dan
Teknologi
Pengairan
Pelayanan
Masyarakat
(Mashâlih an-Nâs)
Tenaga
Kerja
Telekomunikasi
Kehutanan
Perdagangan
*Sumber: diolah dari data penelitiaan (2015)
54
Universitas Sumatera Utara
Adapun keterangan mengenai beberapa jabatan-jabatan dan poisisi-posisi
yang ada di dalam konsep negara khilafah ialah :
1. Khalifah
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah
diangkat oleh kaum Muslim. Seseorang tidak menjadi khalifah tanpa baiat dari
umat. Khalifah dibaiat oleh Ahl al-Halli wa al-‘Aqdi dengan baiat in‘iqâd yang
sesuai dengan syariah. 68
Gelar lain yang disandang untuk menyebut kepala pemerintahan Islam
selain gelar Khalîfah adalah
Imâm, atau Amîral-Mu’minîn. Khalifah yang
diangkat apabila memenuhi syarat, Pertama: Khalifah harus seorang Muslim,
kedua : laki-laki, ketiga : balig, Keempat : berakal, Kelima : adil, Keenam:
merdeka, Ketujuh : mampu. 69
Khalifah memiliki sejumlah wewenang sebagai berikut:
•
Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang memang
dibutuhkan untuk memelihara urusan-urusan rakyat. Hukum-hukum itu
harus digali—dengan ijtihad yang sahih— dari Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya. Dengan diadopsi oleh Khalifah, hukum-hukum itu menjadi
68
Hizbut Tahrir. 2006. Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) .terj. Yahya A.R. Jakarta:
HTI Press. hal. 31.
69
Ibid. hal. 35.
55
Universitas Sumatera Utara
undang-undang yang wajib ditaati, dan seorang pun tidak boleh
melanggarnya.
•
Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar
negeri sekaligus. Khalifah juga yang memegang kepemimpinan atas
angkatan bersenjata; ia memiliki hak untuk mengumumkan perang serta
mengadakan perjanjian damai, gencatan senjata, dan seluruh bentuk
perjanjian lainnya.
•
Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak para duta negara
asing. Khalifah juga berwenang mengangkat dan memberhentikan para
duta kaum Muslim.
•
Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
para Mu‘âwin dan para wali/gubernur (termasuk para amil). Mereka
semuanya bertanggung jawab di hadapan Khalifah sebagaimana mereka
juga bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat.
•
Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
Qâdhî al-Qudhât (Kepala Kehakiman) dan para qâdhî (hakim) yang lain,
kecuali Qâdhî Mazhâlim. Khalifahlah yang mengangkat Qâdhi Mazhâlim,
sedangkan berkaitan dengan pencopotannya, Khalifah harus terikat dengan
beberapa batasan yang akan dijelaskan pada bab al- Qâdhâ’. Khalifah juga
memiliki wewenang mengangkat dan memberhentikan para dirjen,
panglima militer, komandan batalion, dan komandan kesatuan. Mereka
56
Universitas Sumatera Utara
semuanya ber tanggungjawab di hadapan Khalifah dan tidak bertanggung
jawab di hadapan Majelis Umat.
•
Khalifah memiliki wewenang mengadopsi hukum-hukum syariah yang
menjadi pegangan dalam menyusun APBN. Khalifah memiliki wewenang
menetapkan rincian APBN, besaran anggaran untuk masing-masing pos
baik. 70
2. Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Khilafah bidang Pemerintahan)
Mu‘âwin adalah pembantu tugas yang telah diangkat oleh Khalifah untuk
membantunya dalam mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas
kekhilafahan. Karena banyaknya tugas-tugas kekhilafahan, khususnya ketika
wilayah negara Khilafah menjadi semakin besar dan bertambah luas, Khalifah
akan berat untuk mengembannya seorang diri. Karena itu, ia membutuhkan orang
yang dapat membantunya dalam mengemban tanggung jawab kekhilafahan dan
melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan itu.
Dari segi pengangkatan: setiap Mu‘âwin diangkat dengan wewenang dan
otoritas yang bersifat umum sebagai wakil Khalifah di seluruh penjuru negara.
Dari segi tugas: setiap Mu‘âwin dibebani tugas di sebagian wilayah negara.
Artinya, wilayah (propinsi) negara di bagi di antara para Mu‘âwin yang ada.
Dengan begitu, Mu‘âwin ini menjadi pembantu Khalifah di wilayah timur;yang
itu menjadi pembantu Khalifah di wilayah barat; dan yang lainnya lagi di wilayah
utara. Begitulah praktiknya. Dari segi perpindahan: seorang mu‘âwin dipindahkan
70
Ibid. hal. 63.
57
Universitas Sumatera Utara
dari satu posisi/tempat ke posisi/tempat yang lain dan darisatu tugas ke tugas yang
lain tanpa memerlukan pengangkatan yang baru, tetapi cukup dengan
pengangkatan awal. Sebab, asal pengangkatannya adalah sebagai mu‘âwin yang
mencakup semua tugas.
Syarat pengangkatan seorang wazir sama dengan syarat yang harus
dipenuhi seorang Khalifah, yaitu Muslim, laki-laki, merdeka, balig, berakal,
mampu dan termasuk di antara orang yang memiliki kemampuan dalam semua
tugas yang diwakilkan kepadanya. 71
3. Wuzara’ at-Tanfidz (Sekretaris Negara)
Wazîr at-Tanfîdz adalah wazir yang ditunjuk oleh Khalifah sebagai
pembantunya dalam implementasi kebijakan, dalam menyertai Khalifah, dan
dalam menunaikan kebijakan Khalifah. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung
Khalifah dengan struktur dan aparatur negara, rakyat, dan pihak luar negeri. Ia
bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan Khalifah kepada mereka dan
menyampaikan informasi dari mereka kepada Khalifah.
Tugasnya
adalah
tugas
administrasi,
bukan
tugas
pemerintahan.
Departemennya merupakan lembaga pelaksana yang melaksanakan berbagai
kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah kepada instansi-instansi dalam negeri
dan luar negeri, di samping menyampaikan informasi-informasi dari berbagai
instansi itu. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur
71
Ibid. hal. 97.
58
Universitas Sumatera Utara
negara dan aparat yang lain; menyampaikan kebijakan dari Khalifah kepada
bawahannya dan menyampaikan informasi dari bawahan Khalifah kepada
Khalifah.
Urusan-urusan
yang
di
dalamnya
Mu‘âwin
at-Tanfîdz
menjadi
penghubung Khalifah dengan pihak lain ada empat urusan:
1) Hubungan Internasional, baik yang ditangani langsung oleh Khalifah
maupun yang dibantu oleh Departemen Luar Negeri yang menjalankan
urusan itu.
2) Militer atau tentara.
3) Aparat/instansi negara selain militer.
4) Hubungan dengan rakyat.
4. Wali (Gubernur)
Wali adalah orang yang diangkat oleh Khalifah sebagai penguasa (pejabat
pemerintah) untuk suatu wilayah (propinsi) serta menjadi amîr (pemimpin)
wilayah itu. Negeri yang diperintah oleh Negara (Khilafah) dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut wilâyah. Setiap wilayah dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut ‘imâlah. Setiap orang yang memimpin wilâyah
disebut walî atau amîr dan orang yang memimpin ‘imâlah disebut ‘âmil atau
hâkim.
Para wali adalah para penguasa (hukâm) karena wewenangnya dalam hal
ini adalah wewenang pemerintahan. Karena para wali adalah penguasa, maka
59
Universitas Sumatera Utara
mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagai penguasa, yaitu: harus seorang lakilaki, merdeka, Muslim, balig, berakal, adil, dan termasuk orang yang memiliki
kemampuan. Jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari Khalifah atau
orang yang mewakili Khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu. Wali tidak
diangkat kecuali oleh Khalifah.
5. Al-Qadla (Peradilan)
Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota
masyarakat, mencegah hal-hal yang dapat membahayakanhak-hak jamaah, atau
mengatasi perselisihan yangterjadi antara rakyat dan seseorang yang duduk dalam
strukturpemerintahan; baik ia seorang penguasa atau pegawai negeri,Khalifah
ataupun selain Khalifah. 72 Ada 3 jenis peradilan yang dimaksudkan Hizbut Tahrir
dalam lembaga peradilan. Orang yang memutuskan perkara disebut Qadhi
(hakim).
1) Peradilan yang mengurusi penyelesaian perselisihan di antara anggota
masyarakat dalam masalah muamalah, yang ditangani oleh seorang
Qadhi biasa.
2) Peradilan yang mengurusi penyelesaian dalam masalah penyimpanganpenyimpangan (mukhâlafât) yang dapat membahayakan hak-hak jamaah
yang ditangani oleh Qadhi yang al-Muhtasib.
3) Peradilan yang pemutusan perkara-perkara mazhâlim (kezaliman).
Mazhâlim ituadalah: penyampaian keputusan hukum syariah yang
72
Ibid. hal. 177.
60
Universitas Sumatera Utara
bersifat mengikat dalam masalah yang terjadi di antara anggota
masyarakat dengan Khalifah atau salah seorang Mu‘âwin Khalifah, para
wali, atau pegawai negeri. Hakim yang menangani perkara ini disebut
Qadhi Mazhalim.
6. Baitul Mal
Baitul Mal digunakan untuk menyebut tempatpenyimpanan berbagai
pemasukan negara dan sekaligus menjaditempat pengeluarannya. Baitul Mal juga
digunakan
untukmenyebut
lembaga
yang
bertugas
memungut
dan
membelanjakanharta yang menjadi milik kaum Muslim. 73Baitul Mal merupakan
institusitersendiri yang mandiri dari institusi negara yang lain. Baitul Malberada
di bawah Khalifah sebagaimana institusi negara yang lain, Baitul Mal merupakan
departemen pusat mengenai masalah harta.
Baitul Mal dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, bagian pemasukan yang
meliputi: Pos Fa’i dan Kharaj(ghanimah,kharaj, tanah-tanah, jizyah, fa’i dan
pajak), Pos Kepemilikan Umum (minyak bumi, gas, listrik,barang tambang, laut,
sungai, selat, mata air, hutan, padang gembalaan, hima, dan sebagainya), Pos
Zakat ( zakat uang, komoditas perdagangan,pertanian dan buah-buahan, unta,
sapi dan domba). Kedua, bagian pembelanjaan yang meliputi:Pos Dâr alKhilâfah, Pos Kemaslahatan Negara, Pos Subdisi, Pos Jihad, Pos Pengelolaan
73
Ibid. hal. 225.
61
Universitas Sumatera Utara
Zakat, Pos Pengelolaan Kepemilikan Umum, Pos Keperluan Darurat, Pos
Anggaran, Pengontrolan, dan Pengawasan Umum. 74
7. Amir Al Jihad (Departemen Perang)
Departemen Peperangan merupakan salah satu instansi negara. Kepalanya
disebut Amir al-Jihad dan tidak disebut Mudîr al-Jihad (Direktur Jihad).
Departemen Peperangan (Da’irah al-Harbiyah) menangani semua urusan yang
berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan,
peralatan, amunisi dan sebagainya; menangani akademi-akademi militer, misimisi militer, serta pemikiran Islam dan pengetahuan umum apa saja yang menjadi
keharusan bagi tentara; serta menangani segala hal yang berhubungan dengan
peperangan
dan
persiapannya.
Termasuk
dalam
wewenang
departemen
peperangan ini adalah menyebarkan mata-mata (intel) untuk memata-matai kaum
kafir. Membentuk lembaga yang mengatur masalah ini (lembaga intelijen)
menjadi bagian dari wewenang departemen peperangan. 75
8. Dairah ash-Shina'ah (Departemen Industri)
Departemen Perindustrian adalah departemen yang mengurusi semua
masalah yang berhubungan dengan perindustrian, baik yang berhubungan dengan
industri berat seperti industri mesin dan peralatan, pembuatan dan perakitan alat
transportasi (kapal, pesawat, mobil, dsb), industri bahan mentah dan industri
elektronik, maupun yang berhubungan dengan industri ringan; baik industri itu
74
Ibid. hal. 238.
Ibid. hal. 141.
75
62
Universitas Sumatera Utara
berupa pabrik-pabrik yang menjadi milik umum maupun pabrik-pabrik yang
menjadi milik pribadi, yang memiliki hubungan dengan industri-industri militer
(peperangan).
9. Dairah al-Amni ad-Dakhiliy (Dept. Keamanan Dalam Negeri)
Keamanan dalam negeri ditangani oleh satu departemen yang dinamakan
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Departemen ini dikepalai oleh Mudir
Keamanan Dalam Negeri (Mudir al-Amni ad-Dakhili). Departemen ini memiliki
cabang di setiap wilayah yang dinamakan Idarah al-Amni ad-Dakhili
(Administrasi Keamanan Dalam Negeri) yang dikepalai oleh Kepala Kepolisian
Wilayah (Shâhib asy-Syurthah al-Wilâyah). Cabang ini di bawah wali dari sisi
tanfîdz (pelaksanaan/eksekusi), tetapi dari sisi administrasi berada di bawah
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Hal ini akan diatur dengan undangundang
yang khusus untuk masalah ini. 76
Departemen Keamanan Dalam Negeri merupakan departemen yang
mengurusi segala bentuk gangguan keamanan.Departemen ini juga mengurusi
penjagaan keamanan di dalam negeri melalui satuan kepolisian dan ini merupakan
sarana utama untuk menjaga keamanan dalam negeri. Departemen Keamanan
Dalam Negeri berhak menggunakan satuan kepolisian kapan pun dan seperti yang
diinginkannya. Perintah departemen ini harus segera dilaksanakan. Adapun jika
keperluan menuntut untuk meminta bantuan pasukan, maka departemen ini wajib
menyampaikan perkara tersebut kepada Khalifah. Khalifah berhak memerintahkan
76
Ibid. hal. 153.
63
Universitas Sumatera Utara
pasukan untuk membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri, atau dengan
menyiapkan kekuatanmiliter untuk membantu Departemen Keamanan Dalam
Negeri untuk menjaga keamanan, atau perkara lain menurut pandangan Khalifah.
Khalifah juga berhak menolak permintaan Departemen Keamanan Dalam Negeri
itu dan memerintahkannya agar mencukupkan diri dengan satuan kepolisian
saja. 77
Satuan kepolisian beranggotakan laki-laki yang sudah balig dan memiliki
kewarganegaraan. Wanita boleh menjadi anggota kepolisian untuk melaksanakan
tugas-tugas wanita yang memiliki hubungan dengan tugas-tugas keamanan dalam
negeri. Negara akan mengeluarkan undang-undang yang khusus untuk mengatur
masalah ini sesuai dengan hukum-hukum syariah. Satuan kepolisian ada dua jenis:
polisi militer dan polisi yang berada di samping penguasa. Satuan kepolisian ini
memiliki seragam khusus dan ciri-ciri tertentu untuk menjaga keamanan. Polisi
adalah setiap kesatuan yang merupakan kesatuan terbaik. Di antara kesatuan
pilihan
tersebut
adalah
polisi,
karena
mereka
adalah
prajurit-prajurit
pilihan.Bahkan dikatakan mereka adalah kesatuan terbaik yang lebih menonjol
daripada tentara. Dikatakan bahwa mereka dinamakan syurthah (polisi) karena
mereka memiliki ciri-ciri yang telah dikenal, baik dari pakaian maupun
kemampuan geraknya Polisi militer adalah bagian dari tentara yang memiliki
tanda tanda yang lebih menonjol daripada pasukan lainya untuk mendisiplinkan
urusan-urusan pasukan. Polisi militer marupakan bagian dari pasukan yang berada
77
Ibid.
64
Universitas Sumatera Utara
di bawah Amirul Jihad, yaitu berada di bawah Departemen Perang. Adapun polisi
yang selalu siap di samping penguasa berada di bawah Departemen Keamanan
Dalam Negeri. 78
10. Dairah al-Kharijiyah (Dept. Urusan Luar Negeri)
Departemen Luar Negeri mengurusi seluruh urusan luar negeri yang
berkaitan dengan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara asing, apapun
jenis perkara dan bentuk hubungan luar negeri itu; baik perkara yang berkaitan
dengan aspek politik dan turunannya—seperti perjanjian, kesepakatan damai,
gencatan senjata, pelaksanaan berbagai perundingan, tukarmenukar duta,
pengiriman berbagai utusan dan delegasi, serta pendirian berbagai kedutaan dan
konsulat—ataupun perkara yang berkaitan dengan aspek ekonomi, pertanian,
perdagangan, pos, telekomunikasi, komunikasi nirkabel dan satelit, dan lain
sebagainya. Semua perkara tersebut diurusi oleh Departemen Luar Negeri karena
semua itu menjadi kepentingan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara
lain. 79
11. Mashalih an-Nas (Pelayanan Masyarakat)
Manajemen berbagai urusan negara dan berbagai kepentingan masyarakat
ditangani oleh departemen, jawatan,serta unit-unit yang didirikan untuk
menjalankan urusan-urusan negara dan memenuhi kepentingan-kepentingan
masyarakat tersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal.
78
Ibid. hal. 154.
Ibid. hal. 170.
79
65
Universitas Sumatera Utara
Untuk setiap jawatan diangkat seorang direktur yang mengurusi manajemennya
dan ia bertanggung jawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Para direktur
itu bertanggung jawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan, atau
unit mereka yang lebih tinggi dari sisi pertanggungjawabanpelaksanaan tugastugas mereka. Mereka juga bertanggung jawab kepada wali dan amil dari sisi
pertanggungjawaban terhadap keterikatan mereka dengan hukum-hukum syariah
dan peraturanperaturan secara umum. 80
Struktur administratif ini terdiri dari departemen-departemen (Mashlahah),
jawatan-jawatan (Da’irah), dan unitunit (Idarah). Mashlahah (Departemen)
merupakan lembaga administratif tertinggi untuk satu kemaslahatan di antara
berbagai kemaslahatan negara seperti kewarganegaraan, transportasi, pencetakan
mata uang, pendidikan, kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, jalan, dan
sebagainya. Departemen itu mengurusi manajemen departemen itu sendiri,
jawatan-jawatan, dan unit-unit yang ada di bawahnya. Jawatan (Da’irah)
mengurusi manajemen jawatan itu sendiri dan unit-unit di bawahnya. Adapun unit
(Idârah) mengurusi urusan-urusan unit itu sendiri dan cabang serta bagian yang
ada di bawahnya. 81
Departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit tersebut didirikan
tidak lain hanya untuk menjalankan berbagai urusan negara dan untuk memenuhi
berbagai
kepentinganmasyarakat.Untuk
menjaga
jalannya
departemen-
80
Ibid. hal. 212.
Ibid. hal.217.
81
66
Universitas Sumatera Utara
departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit harus diangkat para penanggung
jawab untuk masing-masing departemen, jawatan, dan unittersebut. Karena itu,
untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal yang secara langsung
mengurusi
manajemen
urusan-urusan
departemennya.
Ia
juga
bertugas
mengontrolsemua jawatan dan unit yang ada di bawahnya. Untuk setiap jawatan
dan setiap unit diangkat seorang direktur yang bertanggung jawab secara langsung
atas jawatan dan unit yang dikepalainya serta cabang dan bagian yang ada di
bawahnya. 82
Setiap orang yang memiliki kewarganegaraan danmemenuhi kualifikasi,
baik laki-laki ataupun perempuan, Muslim maupun non-Muslim, boleh diangkat
menjadi direktur suatu departemen, jawatan, atau unit. Mereka juga boleh menjadi
pegawai di departemen, jawatan, dan unit-unit yang ada. Ketentuan ini diambil
dari hukum-hukum kepegawaian/ perburuhan (ijârah). Sebab, sesuai dengan
hukum ijârah, direkturdirektur dan para pegawai negeri merupakan ajir (pekerja/
pegawai). Karena itu, negara boleh mempekerjakan pegawai secara mutlak, baik
Muslim maupun non-Muslim. 83
3. Metode Penegakan Khilafah yang Dilakukan Hizbut Tahrir
Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berasaskan flatform
82
Ibid.
Ibid. hal. 222.
83
67
Universitas Sumatera Utara
yangdibuat. 84 Adapun strategi pembangunan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah
dengan membuat acuan dan metode dalam upaya mereka menegakkan khilafah.
Metode atau acuan yang dibuat memiliki 3 tahapan ,tahapan yang dibuat
oleh Hizbut Tahrir dan menjadi acuan dalam menegakkan khilafah ialah: pertama,
tahap pembinaan (marhalah at-tatsqif), kedua tahap berinteraksi (marhalah attafa’ul), ketiga tahap menerima kekuasaan (marhalah istilamulhukmi). 85
1. Tahap Pembinaan (marhalah tsastqif)
Bagi Hizbut Tahrir Tahap pengkaderan adalah pembinaan secara intensif
(at-tsaqafah al-murakkazah) terhadap individu (perorangan) dan pembinaan
terhadap masyarakat secara umum. Melaui kelompok-kelompok kajian (halqah)
individu-individu dibentuk dengan kepribadian Islam dan ditujukan untuk
mengemban dakwah. Tujuannya ialah memperbesar jumlah anggota Hizbut Tahrir
serta menciptakan opini umum di tengah-tengah masyarakat dan membentuk
dukungan umat untuk menegakkan khilafah. 86
Dalam pengkaderan Hizbut Tahrir hanya berfokus membangun tubuh
partai dan memperbanyak anggota serta membina mereka di berbagai halqah,
sehingga dalam tahap ini aktivitas Hizbut Tahrir hanya pada aspek pembinaan
saja. 87 Nantinya, orang yang telah meyakini fikrah (pemikiran) dan thariqah
Hizbut Tahrir (metode Hizbut Tahrir) dan berniat bergabung maka akan dibina
84
Warjio. 2013. Op.Cit.hal. 112.
M. Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 686.
86
Ibid. hal. 34.
87
Ibid. hal. 689.
85
68
Universitas Sumatera Utara
oleh Hizbut Tahrir. Orang tersebut disebut daris (pelajar). Seorang daris dituntun
dalam mengikuti halqah dengan mengkaji 4 buah kitab, yakni Nidzam Al-Islam
(peraturan dalam Isam), at-takattul al-hizbi (pembentukan partai politik Islam),
Mafahin Hizb at-Tahrir (kosep-konsep Hizbut Tahrir) dan Min Muqowwimat anNafsiyyah al-Islamiyah (pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islam). 88
Selain mendalami 4 kitab tersebut, Hizbut Tahrir juga menekankan tentang
beberapa hal yang harus senantiasa dilakukan anggota Hizbut Tahrir seperti,
membaca Al-Quran, berkomunikasi dengan masyarakat, rajin melakukan
pengamatan. 89
2. Tahap interaksi (marhalah at-tafa’ul)
1) Interaksi
Interaksi adalah tahap dimana Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan
masyarakat secara umum dan kolektif, kontak yang dimaksud disini adalah
melakukan hubungan dengan masyarakat luas dengan memperkenalkan Hizbut
Tahrir dan pemikiran pemikirannya.
Dalam tahap ini Hizbut Tahrir menetapkan beberapa hal yang harus
dilakukan pada tahap ini yaitu : penanaman pengkaderan (tsaqafah) secara
intensif terhadap individu; pembinaan masyarakat umum (tsaqafah jama’iyyah);
pergolakan pemikiran (ash-shira’ul fikri); perjuangan politik : memerangi negaranegara kafir imperialis yang memiliki pengaruh di negeri-negeri Islam,
88
Ibid. hal. 691.
Ibid. hal. 693.
89
69
Universitas Sumatera Utara
menentang, mengkritik para penguasa di negeri Arab yang merampas hak umat;
dan mengadopsi (mentabanni) kepentingan kepentingan umat (mashalihul
ummah) serta memelihara urusan mereka sesuai hukum syara’. 90
Berinteraksi dengan umat yang dimaksud Hizbut Tahrir bukanlah
mengumpulkan umat di sekeliling Hizbut Tahrir, melainkan memberikan
pemahaman akan ideologi partai (Hizbut Tahrir) supaya menjadi ideologi umat.
Objek dakwah atau interaksi yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah orang-orang
Islam bukan non Muslim. Hizbut Tahrir menekankan agar pada tahap ini harus
dilakukan secara terbuka (terang-terangan), dalam menyampaikan pemikiran
dilakukan dengan menantang terhadap penguasa, negara-negara imperialis, dan
kelompok-kelompok politik. Pada tahap ini aspek yang ditekankan adalah pada
aspek yang berhubungan dengan pemikiran saja bukan aspek praktis (pelaksanaan
pemikiran). 91
Ada 3 hal yang menjadi perbedaan antara tahap pengkaderan dengan tahap
interaksi, yaitu : (1) membangun kekuatan massa (Qa’idah Sya’biyah), (2)
perhatian lebih pada aktivitas parsial dan peninjauan kembali tsaqafah partai, (3)
target pengambilalihan kekuasaan secara langsung. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
(1) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir adalah menanamkan pemikiran
kepada umat, sedangkan pada tahap interaksi aktivitas yang dilakukan
90
Ibid. hal. 702.
Ibid. hal. 712.
91
70
Universitas Sumatera Utara
hixbut tahrir dimaksudkan untuk mempersiapakan masyarakat secara
umum respek terhadap pemikiran-pemikiran dan pendapat Hizbut
Tahrir. Dengan ikut sertanya masyarakat umum secara praktis, maka
akan terbentuk kekuatan massa (qa’idah sya’biyah) dari mayoritas
umat.
(2) Pada tahap pengkaderan aktivitas Hizbut Tahrir fokus pada usaha
menjelaskan pemikiran-pemikirannya kepada masyarakat, sehingga
perhatian terhadap persoalan-persoalan politik jadi kurang tergarap.
Namun, dalam tahap interaksi maka staf struktur partai dan personil
anggotanya
harus
melakukan
kontak
dengan
masyarakat
dan
menyampaikan pemikiran, pendapat, dan hukum yang berkenaan
dengan segala peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
(3) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir menjelaskan konsep-konsep
meraih kekuasaan, namun itu hanya sebatas menyampaikan konsepkonsep tersebut. Pada tahap interaksi maka tujuan yang ingin dicapai
Hizbut Tahrir adalah meraih kekuasaan secara riil dengan diserahkan
sendiri pada tangan umat, karena Hizbut Tahrir memahami kekuasaan
diraih dan diterima dari tangan umat. 92
2) Mencari pertolongan (Thalabun Nushrah)
Proses mencari pertolongan dilakukan Hizbut Tahrir dilakukan dengan 2
tujuan, yaitu : pertama, untuk meminta perlindungan (proteksi) agar dapat
92
Ibid. hal. 722.
71
Universitas Sumatera Utara
menjalankan aktivitas dakwah dengan aman. Kedua, untuk sampai pada
kekuasaan guna menegakkan khilafah dan mengembalikan pemerintahan sesuai
hukum Islam. Pencarian pertolongan dilakukan dari jamaah secara riil, atau dari
individu yang mewakili jamaah, dan keberadaan jamaah tersebut diprediksi
mampu menolong dan membela dakwah Hizbut Tahrir. 93
Orang yang ditugaskan oleh Hizbut Tahrir untuk melakukan tugas ini tidak
lebih dari hitungan jari, yaknin hanya beberapa anggota Hizbut Tahrir dari setiap
wilayah. Hal ini dilakukan karena Hizbut Tahrir menganggap mencari
pertolongan bukan sebagai aktivitas dan tujuan Hizbut Tahrir, namun
menjadikannya sebagai bagian aktivitasnya, sehingga tidak seluruh anggota
Hizbut Tahrir dibebankan tugas ini. 94
Pencarian pertolongan ditujukan kepada setiap jamaah yang diprediksi
memiliki kekuatan dan kemampuan. Maka hibut tahrir menujukannya kepada
jamaah yang berbentuk negara yang merdeka, kabilah, duta besar, delegasi
perundingan, utusan konferensi, dengan catatan negara tersebut tidak berada
pengaruh negara kafir. 95 Selain itu juga ditujukan kepada kelompok perwira yang
berpengaruh dalam tentara atau pasukan, pemimpin yang berpengaruh di kota atau
daerah, dan tokoh dari sebuah jamaah yang kuat. 96
93
Ibid. hal. 729.
Ibid. hal. 730.
95
Ibid. hal. 734.
96
Ibid.
94
72
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini Hizbut Tahrir melakukan permintaan kepada pihak yang
dapat dipercaya dapat memberikan pertolongan (ahlun nushrah), agar melakukan
sesuatu atau perbuatan, dan memberikan berbagai arahan dan bimbingan kepada
mereka.
3) Penyerahan kekuasaan dan pendirian negara
Metode ini dilaksanakan ketika Hizbut Tahrir telah menemukan dan
menentukan wilayah yang tepat untuk penyerahan kekuasaan atau pendirian
negara. Wilayah tersebut disebut dengan titik sentral (nuqthatul irtikaz). Ciri ciri
wilayah yang bisa disebut titik sentral tersebut adalah terbentuknya opini umum
terhadap Hizbut Tahrir, kuantitas dan kualitas anggota dan pendukung telah
mencukupi, kekuatan materi (sarana dan prasarana) telah memadai. Maka desa
ataupun kota manapun ketika di tempat tersebut telah terbentuk opini umum yang
diinginkan Hizbut Tahrir, dan telah mendapat jaminan dukungan dari negerinegeri lain, maka Hizbut Tahrir akan mendirikan negara di desa atau kota tersebut
apapun kondisinya selama dukungan dari negeri-negeri yang lain dapat dijamin
dan dipastikan. 97
97
Ibid. hal. 750.
73
Universitas Sumatera Utara
KONSEP POLITIK PEMBANGUNAN HIZBUT TAHRIR
INDONESIA
A. Profil Hizbut Tahrir
Sebelum menjelaskan tentang konsep politik pembangunan Islam Hizbut
Tahrir, maka peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu profil Hizbut tahrir,
pemikiran, tujuan, dan aktivitasnya.
1. Awal Mula Berdirinya Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir merupakan organisasi Politik Islam berskala internasional,
yang aktif menyeru dan memperjuangkan dakwah Islam, agar umat Islam kembali
kepada kehidupan Islam melalui tegaknya khilafah islamiyyah. Pendiri Hizbut
Tahrir adalah Taqiyuddin an-Nabhani, Hizbut Tahrir secara resmi berdiri pada
tahun 1953 M, di Al-Quds, yerussalem. 40
Taqiyyudin al-nabhani adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut
Tahrir, ia memimpin Hizbut Tahrir hingga wafat, yaitu pada tahun 1977 M.
Taqiyyudin an-Nabhani merupakan lulusan Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir.
Seorang hakim di mahkamah syar’iyah, Al-Quds, dan salah seorang ulama
berpengaruh di palestina. 41 Setelah taqiyyudin an-Nabhani wafat kepemimpinan
40
Ihsan Samarah. 2002. Biografi Singkat Taqiyuddin al-Nabhani. Bogor: Al-Izzah Press. hal. 4.
Taqiyuudin Al-Nabhani.1996.Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Nur khalish.
Surabaya: Risalah Gusti. hal. 359.
41
38
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir dipegang oleh Abdul Qodim Zallum hingga wafat tahun 2003.
Setelah itu dilanjutkan oleh syeikh Atha’ Abu Rastah hingga saat ini. 42
Alasan Hizbut Tahrir didirikan adalah pertama, memenuhi seruan Allah
SWT. Kedua, kemorosotan dan kemunduran yang menimpa kaum muslim dan
ingin memperbaiki itu semua. Ketiga, mengembalikan khilafah, serta menegakkan
kembali hukum-hukum Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek
kehidupan. 43
2. Sejarah Hizbut Tahrir di Indonesia
Pada tahun 1982-1983 Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia, dengan
semangat dan misi menegakkan khilafah. Di berbagai kampus dan perguruan
tinggi Hizbut Tahrir melalui lembaga dakwah kampus menyebarkan gagasan
khilafahnya. 44 Hizbut Tahrir Indonesia resmi melakukan aktifitasnya secara
terbuka pada tahun 2000, semenjak terselenggaranya konferensi nasional. Di
Indonesia Hizbut Tahrir dikenal dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia yang
disingkat dengan HTI.
Tokoh HTI banyak yang berdomisili di Bogor dan upaya mereka dalam
mensosialisasikan gerakannya mendapat sambutan positif dari kalangan civitas
academica Institut Pertanian Bogor (IPB), sehingga salah satu pimpinan pusat
42
Ihsan Samarah. Op.Cit. hal. 5-6.
Muhammad Muhsin Rodhi. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, Terj.
M.Bajuri dan Romli Abu Wafa. 2012. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. hal. 29.
44
Taufiq Adnan Amal, dkk. 2004. "Politik Syariat Islam" dari Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Pustaka
Alvabet. hal. 41.
43
39
Universitas Sumatera Utara
HTI adalah alumnus dan dosen IPB yakni Muhammad al-Khattat.
45
Penanggungjawab kewilayahan nasional disebut Juru Bicara (Jubir) yang saat ini
untuk Indonesia dipegang oleh Ismail Yusanto. 46
3. Pemikiran, Tujuan dan Aktivitas Hizbut Tahrir
a. Pemikiran Hizbut Tahrir
Dasar pemikiran yang menjadi dasar berdirinya Hizbut Tahrir adalah
pemikiran Islam. Hizbut Tahrir menjelaskan setiap pemikiran yang diadopsinya
dalam berbagai buku dan pamflet yang dikeluarkan, serta menjelaskan dalil dari
setiap pendapat, pemikiran, konsep yang diadopsi Hizbut Tahrir. 47
Ideologi politik Hizbut Tahrir adalah Islam dengan menerapkan hukum
Islam dalam bingkai Khilafah. Hizbut Tahrir berpegang pada dalil Al-Quran dan
Hadist Nabi serta Ijma’ para Sahabat Rasulullah dalam mendukung dan
membenarkan ide khilafahnya. Dengan itu Hizbut Tahrir menguatkan dasar
pemikiran politik Islamnya.
Hizbut Tahrir menolak segala sistem politik atau pemerintahan negara
yang diluar atau tidak bersumber dari Islam. Beberapa sistem yang sedang berlaku
di dunia saat sekarang ini, seperti demokrasi, sosialisme, Republik, ataupun
Kerajaan adalah sistem yang tidak benar dalam pandangan pemikiran Hizbut
45
Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.). 2006. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
hal. 266.
46
Ibid. hal. 267.
47
Muhammad Muhsin Rodhi. Op.Cit. hal. 33.
40
Universitas Sumatera Utara
Tahrir. Khilafah adalah satu-satunya konsep negara yang dipercayai dan diakui
oleh Hizbut Tahrir.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa negara dengan konsep Khilafah pertama
kali yang berdiri dan diterapkan adalah pada masa Nabi Muhammad Rasulullah
SAW. Setelah beliau wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh khulufaur rosyidun,
hingga setelah masa kepemimpinan 4 sahabat berakhir dilanjutkan berturut-turut
oleh Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kekhalifahan Turki Usmani (Bani
Usmani) sebagai kekhalifahan terakhir.
Dengan
berakhirnya
pemerintahan
turki
usmani
Hizbut
Tahrir
menganggap bahwa saat ini umat Islam di seluruh dunia tidak memiliki pemimpin
yang satu, umat Islam di dunia telah kehilangan pemimpinnya. Sehingga Hizbut
Tahrir bangkit sebagai kelompok Islam yang berusaha membangkitkan semangat
dan menyadarkan umat Islam seluruh dunia untuk kembali menegakkan Khilafah
dan menyatukan seluruh negeri Islam dalam satu kepemimpinan dan satu sistem,
yang pernah terjadi pada masa dahulu.
Konsep dan sistem Khilafah yang dianut oleh Hizbut Tahrir banyak
merujuk pada sistem yang pernah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa
kepemimpinan beliau di madinah dan Makkah. Juga merujuk dari praktek
kepemimpinan para sahabat (khulufaur rosyidun). Dengan praktek pada masa itu
Hizbut Tahrir menjadikannya sebagai standar baku pemikiran Hizbut Tahrir dan
konsep yang harus diterapkan dan dijalankan.
41
Universitas Sumatera Utara
b. Tujuan Hizbut Tahrir
Tujuan Hizbut Tahrir ialah mengembalikan kaum muslim kedalam
kehidupan Islam di dalam Dar al-Islam dan masyarakat Islam, dimana seluruh
kehidupan di dalamnya dijalankan sesuai dengan hukum-hukum Syara’ yang
menjadi pandangan hidup (way of life) di bawah naungan negara Islam, yaitu
negara khilafah yaitu, negara yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang dibai’at
oleh kaum Muslim. 48
Hizbut Tahrir bertujuan mengembalikan kemuliaan dan keagungan umat
Islam, dengan cara merebut kembali kendali kepemimpinan dunia, umat dan
bangsa. Sehingga negara umat Islam kembali menjadi negara nomor satu di dunia.
Membimbing dan memimpin umat manusia melakukan pergolakan pergolakan
terhadap kekufuran, sistem dan pemikiran kufur, hingga Islam tersebar secara
menyeluruh di seluruh dunia. 49
c. Aktivitas Hizbut Tahrir
Pertama, pengkaderan (at-tatsqif). Membina individu-individu melalui
kelompok kajian (halaqah), agar memperbanyak jumlah anggota, membentuk
kepribadian Islam yang berkualitas. Membina masyarakat dengan pemikiran dan
hukum Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir, dengan harapan membentuk dukungan
umat Islam sehingga bisa dipimpin untuk menegakkan khilafah.
48
Ibid.
Ibid. hal. 34.
49
42
Universitas Sumatera Utara
Kedua, perang pemikiran (as-shira’ al-fikriy) terhadap akidah, sistem dan
pemikiran kufur, dan juga terhadap akidah yang rusak, pemikiran yang salah, dan
konsep yang keliru, dengan cara mengungkap kepalsuan, kekeliruan dan
kontradiksinya dengan Islam.
Ketiga, perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Perjuangan politik ini
tercermin dalam aktivitas berikut:
•
Berjuang melawan negara-negara penjajah yang memiliki kekuasaan dan
pengaruh di negeri-negeri Islam. Berjuang melawan penjajahan dalam
segala bentuknya, baik berupa pemikiran, politik, ekonomi maupun militer.
Mengungkap persekongkolan di tengah-tengah mereka agar umat selamat
dari dominasinya, serta terbebas dari pengaruhnya dalam berbagai
bentuknya.
•
Menentang para penguasa di negeri-negeri arab dan negeri-negeri Islam.
Mengungkap kejahatan mereka, mengoreksinya dan mengkritiknya. Juga
melakukan pembersihan terhadap pemerintahan yang menerapkan hukum
dan sistem kufur, kemudain menggatinya dengan pemerintahan Islam.
Keempat, mengadopsi kepentingan umat yang bersifat substansial dengan
menjelaskan hukum syara’ terhadap berbagai peristiwa dan problem aktual. 50
50
Ibid.
43
Universitas Sumatera Utara
Hizbut Tahrir berjuang dan bergerak di tengah-tengah masyarakat dengan
melontarkan wacana mendirikan kembali khilafah Islamiyah. Adapun maksud dan
arti didirikannya khilafah oleh Hizbut Tahrir diantaranya adalah :
1. Penegakan hukum-hukum syari'ah ditengah-tengah kaum muslim,
sekaligus pencampakan hukum-hukum kufur yang diterapkan atas mereka
saat ini.
2. Penyebaran Islam ke seluruh dunia melalui dakwah dan jihad untuk
mengeluarkan
manusia
dari
kegelapan
menuju
cahaya
yang
terangbenderang.
3. Penyatuan negeri-negeri kaum muslim di dalam lindungan satu negara di
bawah kepemimpinan seorang khalifah. Tegaknya khalifah menandakan
berakhirnya perpecahan dan ketercerai-beraian yang sengaja diadakan oleh
kaum kafir dan kaki tangan mereka di negerinegeri kaum muslim.
4. Pengembalian
ikatan
ukhuwah
islamiyah,
sebagaimana
sabda
Nabi……"Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain. Karena itu,
ikatan ukhuwah adalah satu-satunya ikatan yang menggantikan ikatanikatan Jahiliyah seperti ikatan patriotisme, nasionalisme, kesukuan dan
yang lainnya, yang telah memecah belah kaum muslim saat ini.
5. Kembalinya umat mendapatkan kekuasaannya yang telah dirampas. Umat
juga memegang kembali kehendak dan keputusan di tangan mereka
sendiri.
44
Universitas Sumatera Utara
6. Pembebasan negeri-negeri kaum muslim yang dikuasai oleh kekuasaan
yang zolim, seperti Irak, Afganistan, Kashmir, Timor Timur dan yang lain.
7. Realisasi jaminan pemenuhan makanan pokok bagi kaum muslim dengan
menempuh
strategi-strategi
yang
bertujuan
menjamin
pencapaian
swasembada bahkan lebih baik, baik dari hasil-pertanian, peternakan,
perikanan laut maupun darat.
8. Realisasi keamanan industrial melalui strategi politik pembangunan dan
pengembangan industri berat untuk memproduksi berbagai peralatan,
mesin-mesin pabrik dan persenjataan, sekaligus menghentikan sikap
mengekor dan mengemis-ngemis di depan pintu negara-negara barat.
9. Pemberdayaan sumber daya umat yang amat besar melalui politik
pendidikan yang bertujuan membuka ruang dan kesempatan bagi semua
orang. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang yang kreatif dan
produktif demi kepentingan agama dan umat mereka. Dengan itu pula
dapat mengurangi akumulasi jumlah penganguran meski berijazah tinggi.
10. Pengembalian kekuasaan umat atas kekayaan-kekayaannya sehingga umat
menjadi pemilik murni akan kekayaan-kekayaan itu.
11. Penyebarluasan kebaikan, keutamaan, keadilan serta penjagaan atas darah,
kekayaan, kehormatan dan kemuliaan kaum muslim. 51
51
Ismail al-Wahwah. 2007. “Dunia Membutuhkan Khilafah” dalam Buletin al-Wa'ie Vol VII edisi 1-31
september. hal. 13.
45
Universitas Sumatera Utara
B. Politik Pembangunan Islam Hizbut Tahrir
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kerangka teori bahwa politik
pembangunan Islam menurut warjio, yaitu:
“Politik pembangunan Islam sebagai suatu konsep diperlukan
untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategistrategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks
pembangunan mencapai sasarannya dengan cara-cara Islam.
Cara atau strategi Islam ini dapat dilakukan oleh negara,
institusi/organisasi ataupun partai politik.” 52
Berdasarkan penjelasan warjio, maka suatu institusi atau organisasi Islam yang
melakukan pembangunan tentunya memiliki strategi-strategi atau cara-cara dalam
konteks pembangunannya dan dengan adanya konsep politik pembangunan Islam
hadir untuk menjelaskannya. Maka, Hizbut Tahrir sebagai organisasi Islam dapat
diketahui bagaimana politik pembangunan Islamnya.
Untuk menjelaskan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir, maka
diperlukan penjelasan tentang bagaimana nilai, rencana, visi maupun strategi yang
dimiliki Hizbut tahrir. Karena, nilai, rencana, visi maupun strategi adalah yang
terkandung dalam politik pembangunan. Sebagaimana dikatakan warjio, yaitu:
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun
strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah
yang terkandung dalam politik pembangunan.” 53
Selain itu dari strategi dan cara yang dijalankan dalam upaya
pembangunan yang hendak dicapai dapat menunjukkan ideologi suatu
52
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xviii.
53
Warjio. 2013. Dilema Politik Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan: Perdana Publishing.
hal. 70.
46
Universitas Sumatera Utara
institusi/organisasi yang melakukan pembangunan tersebut, sebagai mana
dikatakan warjio, yaitu:
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi
yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi
dan cara yang dijalankan itu.” 54
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Politik Pembanguna Islam adalah
untuk Mempromosikan Budaya Politik Islam dan Membangun Institusi Islam,
Struktur dan Administrasi, sebagaimana diterangkan dalam gambar :
GAMBAR 2.1
Pembangunan dalam prespektif Islam
Revitalisasi Budaya Islam ke dalam semua aspek
institusi
POLITIK PEMBANGUNAN ISLAM
Mempromosikan Budaya Politik Islam dan
Membangun Institusi Islam,Struktur dan
Administrasi
Sumber: Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (pemikiran dan implementasi), Perdana
Publishing. Medan. hal 71.
54
Warjio. Op. Cit. hal. xix.
47
Universitas Sumatera Utara
Berikut penjelasan politik pembangunan Islam Hizbut Tahrir.
1. Dasar Pemikiran Khilafah
Visi ataupun misi merupakan bagian yang terkandung dalam politik
pembangunan. Sebagaimana yang diungkapkan warjio, yaitu:
“Politik pembangunan memliliki nilai, rencana, visi maupun
strategi. Nilai strategi, rencana strategis, visi, maupun misi itulah
yang terkandung dalam politik pembangunan.” 55
Maka visi yang dimiliki oleh Hizbut tahrir adalah bagian dari Politik
Pembangunan Islam Hizbut Tahrir. Adapun yang menjadi visi dan misi dari
Hizbut Tahrir adalah mendirikan negara berbentuk khilafah.
Menurut Hizbut Tahrir khilafah ialah “kepemimpinan umum bagi seluruh
kaum muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum perundang-undangan
Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia”. 56 Intinya Hizbut Tahrir
menganggap bahwa seluruh umat Islam di dunia harus memiliki seorang
pemimpin yang menyatukan seluruh umat Islam di dunia. Dengan kata lain
seluruh umat Islam di dunia haruslah berkemimpinan kepada satu orang dan
menjalankan hukum Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, serta tidak
terpecah manjadi negara-negara seperti saat sekarang ini.
Negara khilafah (negara Islamiyah) memiliki dua fungsi utama, yakni :
pertama,
menerapkan
Mengumpulkan
55
56
zakat
hukum-hukum
dan
syara’
terhadap
mendistribusikannya,
seluruh
rakyat.
melaksanakan
hudud,
Warjio. Op. Cit. hal. 70.
Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 467.
48
Universitas Sumatera Utara
memelihara urusan manusia dengan Islam, dan mengatur sistem kehidupan Islam
secara umum. Kedua, mengemban dakwah Islam keluar batas kekuasaan negara
Islamiyah sampai keseluruh dunia, dan melenyapkan setiap bentuk penghalang
yang menghambat jalannya dakwah Islam dengan jihad.
Hizbut Tahrir berpendapat bahwa hukum menegakkan khilafah adalah
wajib, dengan berpedoman pada beberapa dalil dari beberapa sumber, yaitu Alqur’an, As-Sunnah (hadist), ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat Nabi).
Seperti : Surat Al-Maidah ayat 48-49, surat An-Nisa’ ayat 59.
“maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka supaya mereka tidak memalinkan kamu dari sebahagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” 57
“Hai orang-orang yang beriman,taatilah Allah dan taatilah
Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.” 58
Maksud ayat tersebut adalah berupa khitob (seruan) Allah SWT kepada
Rasul-Nya agar memutuskan perkara di antara manusia menurut apa yang
diturunkan Allah adalah juga khitob (seruan) kepada umatnya. Artinya mereka
diperintahkan agar mewujudkan (mengangkat) penguasa setelah Rasulullah SAW
yang akan memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah
diturunkan Allah. Perintah pada khitob (seruan) tersebut menunjukkan pada
perintah yang tegas atau harus (jazm). Penguasa yang memutusakn perkara di
57
58
Q.S Al maidah 48-49.
Q.S An-Nisa’ 59.
49
Universitas Sumatera Utara
antara manusia menurut apa yang telah Allah turunkan, setelah wafatnya
Rasulullah SAW adalah khalifah. Berdasarkan hal ini, maka sistem pemerintahan
Islam adalah khilafah. Melaksanakan hudud dan hukum-hukum syara’ adalah
wajib. Dengan demikian, mewujudkan penguasa yang melaksanakan syari’at
(hukum-hukum Islam) adalah wajib. Sedangkan penguasa yag sesuai dengan
kriteria tersebut adalah khalifah, dan sistem pemerintahannya adalah sistem
khilafah. 59
Dalil berdasarkan As-Sunnah (hadist) tentang wajibnya khilafah, Hizbut
Tahrir berdalil dengan sabda Rasulullah SAW:
“Barangsiapa menarik ketaatan (kepada Allah), maka pada hari
kiamat ia akan bertemu Allah dengan tidak memiliki hujjah. Dan
barangsiapa mati sedang pada pundaknya tidak ada bai’at
(kepada khalifah), maka ia mati seperti mati jahiliyah.” 60
Hadist Nabi tersebut mewajibkan kepada kaum Muslim agar adanya
bai’at. Bai’at setelah kepergian (wafatnya) Nabi itu tidak ada kecuali kepada
Khalifah, bukan yang lain. Karena Hadist tersebut mewajibkan adanya bai’at di
pundak setiap orang Islam, maka kewajiban bai’at atas setiap orang Islam itu
dapat direalisasikan hanya dengan adanya Khalifah. 61
Adapun dalil Ijma’ sahabat, maka sesungguhnya para sahabat telah
berijma’ atas wajibnya mengangkat khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW
setelah beliau wafat. Mereka berijma’ mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah,
59
Muhammad Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 489.
Ibid. hal. 460.
61
Ibid.
60
50
Universitas Sumatera Utara
kemudian Umar, kemudian Ustman setelah wafatnya masing-masing dari mereka.
Ijma’ sahabat yang menekankan pentingnya pengangkatan khalifah, nampak jelas
dalam kejadian bahwa mereka menunda kewajiban mengebumikan jenazah
Rasulullah SAW setelah beliau wafat, padahal menyegerakan mengebumikan
jenazah adalah wajib hukumnya. Namun sebagian para sahabat menyibukkan diri
mengangkat Khalifah daripada mengebumikan jenazah Rasulullah SAW, tentu hal
tersebut tidak akan terjadi seandainya pengangkatan kahlifah tidak lebih wajib
daripada menguburkan jenazah. 62
Seluruh sahabat selama hidupnya telah bersepakat (ijma’) mengenai
wajibnya mengangkat khalifah. Walaupun mereka berselisih mengenai siapa
orang yang tepat untuk dipilih dan diangkat menjadi khalifah, namun mereka
tidak pernah berselisih sedikitpun mengenai wajibnya mengangkat seorang
khalifah, baik ketika Nabi Muhammad telah wafat maupun ketika salah seorang
dari khulufaur rosyidun wafat. 63
Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islam (khilafah)
tegak di atas 4 pilar. Yaitu : pertama, kedaulatan di tangan syara’ bukan di tangan
umat. Kedua, kekuasaan di tangan umat. Ketiga, mengangkat satu khalifah adalah
wajib atas kaum Muslim. Keempat, hanya khalifah yang memiliki hak
mentabanni (mengadopsi) hukum-hukum syara’. Menurut Hizbut Tahrir, keempat
hal di atas merupakan pilar pemerintahan Islam. Essensi pemerintahan Islam tidak
62
Ibid. hal. 463.
Ibid. hal. 464.
63
51
Universitas Sumatera Utara
ada kecuali dengan keempat tersebut, apabila ada salah satu dari keempat pilar itu
yang hilang, maka hilanglah essensi pemerintahan Islam itu. 64
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpuan bahwa pemikiran
atau ideologi Hizbut Tahrir adalah Islam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
warjio, bahwa:
“politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi
yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran
atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi
dan cara yang dijalankan itu.” 65
Maka pemikiran atau ideologi yang menjadi landasan-landasan pemikiran yang
digunakan oleh Hizbut Tahrir adalah Islam, karena Hizbut Tahrir menggunakan
landasan sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
2. Bentuk Negara Khilafah
Dalam politik pembangunan Islam, salah satu kegiatan yang dilakukan
adalah Membangun Institusi Islam, Struktur dan Administrasi. 66 Dalam hal ini
Hizbut Tahrir juga memiliki struktur dan administrasi yang coba ditawarkan.
Tentunya struktur dan administrasi tersebut adalah bagian dari negara khilafah
yang ingin dibangun oleh Hizbut Tahrir.
Menurut Hizbut Tahrir Struktur negara khilafah berbeda dengan dari
struktur sistem-sistem yang ada pada saat ini, meskipun tidak menafikan adanya
64
Ibid. hal. 485.
Warjio. 2013. Politik Pembangunan Islam (Pemikiran dan Implementasi). Medan: Perdana Publishing. hal.
xix.
66
Warjio. 2013. Dilema Politk Pembangunan PKS (Islam dan Konvensional). Medan:Perdana Publishing.
hal. 71.
65
52
Universitas Sumatera Utara
kesamaan pada sebagian indikasinya. Strukur negara khilafah ini diambil dari
strukur yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW di Madinah. Adapun
struktur dan admistrasi yang coba ditawarkan dan dibangun oleh Hizbut Tahrir
adalah sebagai berikut :
1. Khalifah
2. Mu’awin at-Tafwidh (wuzara’ at-Tafwidh)
3. Wuzara’ at-Tanfidz
4. Para wali (gubernur)
5. Amir al jihad (panglima perang)
6. Keamanan dalam negeri
7. Urusan luar negeri
8. Industri
9. Peradilan (al-Qadha’)
10. Mashalih an-Nas (kemaslahatan umum)
11. Baitul Mal
12. Lembaga informasi
13. Majelis Umat 67
Berikut struktur Negara Khilafah yang dibuat Hizbut Tahrir:
67
Ibid. hal. 504.
53
Universitas Sumatera Utara
GAMBAR 2.2
Majelis Wilayah
Perwakilan Daerah
STRUKTUR DAULAH KHILAFAH
Perwakilan Umat
(Majelis Umat)
KHALIFAH
Pembantu Khalifah
Bid. Pemerintahan
(Mu’awin at-Tafwidh)
Wali
Sekretaris Negara
(Wuzara at-Tanfidz)
Peradilan
(Al-Qadla)
Warga
Negara
Khilafah:
Muslim
dan non
Muslim
Baitul Mal
Majelis Wilayah
Perwakilan Daerah
Dept. Informasi
(al-I’lam)
Amil
Dept. Perang
(Amir al-Jihad)
Pendidikan
Kebudayaan
Dept. Industri
(Dairah ashShinâ'ah)
Kesehatan
Ahlu
Dzimmah
Dept. Keamanan
Dalam Negeri
(Dairah al-Amni
ad-Dâkhiliy)
Listrik
dan
Energi
Pertambangan
Pekerjaan
Umum
Pertanahan
Perintah
Koreksi dan Kontrol
Meminta Nasihat
Dan lain-lain
Akad Perwakilan
Dept. Urusan Luar
Negeri
(Dairah alKhârijiyah)
Pertanian
Kependud
ukan
Perhubungan
Riset dan
Teknologi
Pengairan
Pelayanan
Masyarakat
(Mashâlih an-Nâs)
Tenaga
Kerja
Telekomunikasi
Kehutanan
Perdagangan
*Sumber: diolah dari data penelitiaan (2015)
54
Universitas Sumatera Utara
Adapun keterangan mengenai beberapa jabatan-jabatan dan poisisi-posisi
yang ada di dalam konsep negara khilafah ialah :
1. Khalifah
Khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syariah. Khalifah
diangkat oleh kaum Muslim. Seseorang tidak menjadi khalifah tanpa baiat dari
umat. Khalifah dibaiat oleh Ahl al-Halli wa al-‘Aqdi dengan baiat in‘iqâd yang
sesuai dengan syariah. 68
Gelar lain yang disandang untuk menyebut kepala pemerintahan Islam
selain gelar Khalîfah adalah
Imâm, atau Amîral-Mu’minîn. Khalifah yang
diangkat apabila memenuhi syarat, Pertama: Khalifah harus seorang Muslim,
kedua : laki-laki, ketiga : balig, Keempat : berakal, Kelima : adil, Keenam:
merdeka, Ketujuh : mampu. 69
Khalifah memiliki sejumlah wewenang sebagai berikut:
•
Khalifah berhak mengadopsi hukum-hukum syariah yang memang
dibutuhkan untuk memelihara urusan-urusan rakyat. Hukum-hukum itu
harus digali—dengan ijtihad yang sahih— dari Kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya. Dengan diadopsi oleh Khalifah, hukum-hukum itu menjadi
68
Hizbut Tahrir. 2006. Struktur Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) .terj. Yahya A.R. Jakarta:
HTI Press. hal. 31.
69
Ibid. hal. 35.
55
Universitas Sumatera Utara
undang-undang yang wajib ditaati, dan seorang pun tidak boleh
melanggarnya.
•
Khalifah adalah penanggung jawab politik dalam negeri maupun luar
negeri sekaligus. Khalifah juga yang memegang kepemimpinan atas
angkatan bersenjata; ia memiliki hak untuk mengumumkan perang serta
mengadakan perjanjian damai, gencatan senjata, dan seluruh bentuk
perjanjian lainnya.
•
Khalifah memiliki hak untuk menerima atau menolak para duta negara
asing. Khalifah juga berwenang mengangkat dan memberhentikan para
duta kaum Muslim.
•
Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
para Mu‘âwin dan para wali/gubernur (termasuk para amil). Mereka
semuanya bertanggung jawab di hadapan Khalifah sebagaimana mereka
juga bertanggung jawab di hadapan Majelis Umat.
•
Khalifah memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan
Qâdhî al-Qudhât (Kepala Kehakiman) dan para qâdhî (hakim) yang lain,
kecuali Qâdhî Mazhâlim. Khalifahlah yang mengangkat Qâdhi Mazhâlim,
sedangkan berkaitan dengan pencopotannya, Khalifah harus terikat dengan
beberapa batasan yang akan dijelaskan pada bab al- Qâdhâ’. Khalifah juga
memiliki wewenang mengangkat dan memberhentikan para dirjen,
panglima militer, komandan batalion, dan komandan kesatuan. Mereka
56
Universitas Sumatera Utara
semuanya ber tanggungjawab di hadapan Khalifah dan tidak bertanggung
jawab di hadapan Majelis Umat.
•
Khalifah memiliki wewenang mengadopsi hukum-hukum syariah yang
menjadi pegangan dalam menyusun APBN. Khalifah memiliki wewenang
menetapkan rincian APBN, besaran anggaran untuk masing-masing pos
baik. 70
2. Mu’awin at-Tafwidh (Pembantu Khilafah bidang Pemerintahan)
Mu‘âwin adalah pembantu tugas yang telah diangkat oleh Khalifah untuk
membantunya dalam mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas
kekhilafahan. Karena banyaknya tugas-tugas kekhilafahan, khususnya ketika
wilayah negara Khilafah menjadi semakin besar dan bertambah luas, Khalifah
akan berat untuk mengembannya seorang diri. Karena itu, ia membutuhkan orang
yang dapat membantunya dalam mengemban tanggung jawab kekhilafahan dan
melaksanakan tugas-tugas kekhilafahan itu.
Dari segi pengangkatan: setiap Mu‘âwin diangkat dengan wewenang dan
otoritas yang bersifat umum sebagai wakil Khalifah di seluruh penjuru negara.
Dari segi tugas: setiap Mu‘âwin dibebani tugas di sebagian wilayah negara.
Artinya, wilayah (propinsi) negara di bagi di antara para Mu‘âwin yang ada.
Dengan begitu, Mu‘âwin ini menjadi pembantu Khalifah di wilayah timur;yang
itu menjadi pembantu Khalifah di wilayah barat; dan yang lainnya lagi di wilayah
utara. Begitulah praktiknya. Dari segi perpindahan: seorang mu‘âwin dipindahkan
70
Ibid. hal. 63.
57
Universitas Sumatera Utara
dari satu posisi/tempat ke posisi/tempat yang lain dan darisatu tugas ke tugas yang
lain tanpa memerlukan pengangkatan yang baru, tetapi cukup dengan
pengangkatan awal. Sebab, asal pengangkatannya adalah sebagai mu‘âwin yang
mencakup semua tugas.
Syarat pengangkatan seorang wazir sama dengan syarat yang harus
dipenuhi seorang Khalifah, yaitu Muslim, laki-laki, merdeka, balig, berakal,
mampu dan termasuk di antara orang yang memiliki kemampuan dalam semua
tugas yang diwakilkan kepadanya. 71
3. Wuzara’ at-Tanfidz (Sekretaris Negara)
Wazîr at-Tanfîdz adalah wazir yang ditunjuk oleh Khalifah sebagai
pembantunya dalam implementasi kebijakan, dalam menyertai Khalifah, dan
dalam menunaikan kebijakan Khalifah. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung
Khalifah dengan struktur dan aparatur negara, rakyat, dan pihak luar negeri. Ia
bertugas menyampaikan kebijakan-kebijakan Khalifah kepada mereka dan
menyampaikan informasi dari mereka kepada Khalifah.
Tugasnya
adalah
tugas
administrasi,
bukan
tugas
pemerintahan.
Departemennya merupakan lembaga pelaksana yang melaksanakan berbagai
kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah kepada instansi-instansi dalam negeri
dan luar negeri, di samping menyampaikan informasi-informasi dari berbagai
instansi itu. Wazîr at-Tanfîdz merupakan penghubung Khalifah dengan struktur
71
Ibid. hal. 97.
58
Universitas Sumatera Utara
negara dan aparat yang lain; menyampaikan kebijakan dari Khalifah kepada
bawahannya dan menyampaikan informasi dari bawahan Khalifah kepada
Khalifah.
Urusan-urusan
yang
di
dalamnya
Mu‘âwin
at-Tanfîdz
menjadi
penghubung Khalifah dengan pihak lain ada empat urusan:
1) Hubungan Internasional, baik yang ditangani langsung oleh Khalifah
maupun yang dibantu oleh Departemen Luar Negeri yang menjalankan
urusan itu.
2) Militer atau tentara.
3) Aparat/instansi negara selain militer.
4) Hubungan dengan rakyat.
4. Wali (Gubernur)
Wali adalah orang yang diangkat oleh Khalifah sebagai penguasa (pejabat
pemerintah) untuk suatu wilayah (propinsi) serta menjadi amîr (pemimpin)
wilayah itu. Negeri yang diperintah oleh Negara (Khilafah) dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut wilâyah. Setiap wilayah dibagi dalam beberapa
bagian dan setiap bagian disebut ‘imâlah. Setiap orang yang memimpin wilâyah
disebut walî atau amîr dan orang yang memimpin ‘imâlah disebut ‘âmil atau
hâkim.
Para wali adalah para penguasa (hukâm) karena wewenangnya dalam hal
ini adalah wewenang pemerintahan. Karena para wali adalah penguasa, maka
59
Universitas Sumatera Utara
mereka harus memenuhi syarat-syarat sebagai penguasa, yaitu: harus seorang lakilaki, merdeka, Muslim, balig, berakal, adil, dan termasuk orang yang memiliki
kemampuan. Jabatan wali memerlukan adanya pengangkatan dari Khalifah atau
orang yang mewakili Khalifah dalam melaksanakan pengangkatan itu. Wali tidak
diangkat kecuali oleh Khalifah.
5. Al-Qadla (Peradilan)
Lembaga ini bertugas menyelesaikan perselisihan di antara anggota
masyarakat, mencegah hal-hal yang dapat membahayakanhak-hak jamaah, atau
mengatasi perselisihan yangterjadi antara rakyat dan seseorang yang duduk dalam
strukturpemerintahan; baik ia seorang penguasa atau pegawai negeri,Khalifah
ataupun selain Khalifah. 72 Ada 3 jenis peradilan yang dimaksudkan Hizbut Tahrir
dalam lembaga peradilan. Orang yang memutuskan perkara disebut Qadhi
(hakim).
1) Peradilan yang mengurusi penyelesaian perselisihan di antara anggota
masyarakat dalam masalah muamalah, yang ditangani oleh seorang
Qadhi biasa.
2) Peradilan yang mengurusi penyelesaian dalam masalah penyimpanganpenyimpangan (mukhâlafât) yang dapat membahayakan hak-hak jamaah
yang ditangani oleh Qadhi yang al-Muhtasib.
3) Peradilan yang pemutusan perkara-perkara mazhâlim (kezaliman).
Mazhâlim ituadalah: penyampaian keputusan hukum syariah yang
72
Ibid. hal. 177.
60
Universitas Sumatera Utara
bersifat mengikat dalam masalah yang terjadi di antara anggota
masyarakat dengan Khalifah atau salah seorang Mu‘âwin Khalifah, para
wali, atau pegawai negeri. Hakim yang menangani perkara ini disebut
Qadhi Mazhalim.
6. Baitul Mal
Baitul Mal digunakan untuk menyebut tempatpenyimpanan berbagai
pemasukan negara dan sekaligus menjaditempat pengeluarannya. Baitul Mal juga
digunakan
untukmenyebut
lembaga
yang
bertugas
memungut
dan
membelanjakanharta yang menjadi milik kaum Muslim. 73Baitul Mal merupakan
institusitersendiri yang mandiri dari institusi negara yang lain. Baitul Malberada
di bawah Khalifah sebagaimana institusi negara yang lain, Baitul Mal merupakan
departemen pusat mengenai masalah harta.
Baitul Mal dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, bagian pemasukan yang
meliputi: Pos Fa’i dan Kharaj(ghanimah,kharaj, tanah-tanah, jizyah, fa’i dan
pajak), Pos Kepemilikan Umum (minyak bumi, gas, listrik,barang tambang, laut,
sungai, selat, mata air, hutan, padang gembalaan, hima, dan sebagainya), Pos
Zakat ( zakat uang, komoditas perdagangan,pertanian dan buah-buahan, unta,
sapi dan domba). Kedua, bagian pembelanjaan yang meliputi:Pos Dâr alKhilâfah, Pos Kemaslahatan Negara, Pos Subdisi, Pos Jihad, Pos Pengelolaan
73
Ibid. hal. 225.
61
Universitas Sumatera Utara
Zakat, Pos Pengelolaan Kepemilikan Umum, Pos Keperluan Darurat, Pos
Anggaran, Pengontrolan, dan Pengawasan Umum. 74
7. Amir Al Jihad (Departemen Perang)
Departemen Peperangan merupakan salah satu instansi negara. Kepalanya
disebut Amir al-Jihad dan tidak disebut Mudîr al-Jihad (Direktur Jihad).
Departemen Peperangan (Da’irah al-Harbiyah) menangani semua urusan yang
berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan,
peralatan, amunisi dan sebagainya; menangani akademi-akademi militer, misimisi militer, serta pemikiran Islam dan pengetahuan umum apa saja yang menjadi
keharusan bagi tentara; serta menangani segala hal yang berhubungan dengan
peperangan
dan
persiapannya.
Termasuk
dalam
wewenang
departemen
peperangan ini adalah menyebarkan mata-mata (intel) untuk memata-matai kaum
kafir. Membentuk lembaga yang mengatur masalah ini (lembaga intelijen)
menjadi bagian dari wewenang departemen peperangan. 75
8. Dairah ash-Shina'ah (Departemen Industri)
Departemen Perindustrian adalah departemen yang mengurusi semua
masalah yang berhubungan dengan perindustrian, baik yang berhubungan dengan
industri berat seperti industri mesin dan peralatan, pembuatan dan perakitan alat
transportasi (kapal, pesawat, mobil, dsb), industri bahan mentah dan industri
elektronik, maupun yang berhubungan dengan industri ringan; baik industri itu
74
Ibid. hal. 238.
Ibid. hal. 141.
75
62
Universitas Sumatera Utara
berupa pabrik-pabrik yang menjadi milik umum maupun pabrik-pabrik yang
menjadi milik pribadi, yang memiliki hubungan dengan industri-industri militer
(peperangan).
9. Dairah al-Amni ad-Dakhiliy (Dept. Keamanan Dalam Negeri)
Keamanan dalam negeri ditangani oleh satu departemen yang dinamakan
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Departemen ini dikepalai oleh Mudir
Keamanan Dalam Negeri (Mudir al-Amni ad-Dakhili). Departemen ini memiliki
cabang di setiap wilayah yang dinamakan Idarah al-Amni ad-Dakhili
(Administrasi Keamanan Dalam Negeri) yang dikepalai oleh Kepala Kepolisian
Wilayah (Shâhib asy-Syurthah al-Wilâyah). Cabang ini di bawah wali dari sisi
tanfîdz (pelaksanaan/eksekusi), tetapi dari sisi administrasi berada di bawah
Departemen Keamanan Dalam Negeri. Hal ini akan diatur dengan undangundang
yang khusus untuk masalah ini. 76
Departemen Keamanan Dalam Negeri merupakan departemen yang
mengurusi segala bentuk gangguan keamanan.Departemen ini juga mengurusi
penjagaan keamanan di dalam negeri melalui satuan kepolisian dan ini merupakan
sarana utama untuk menjaga keamanan dalam negeri. Departemen Keamanan
Dalam Negeri berhak menggunakan satuan kepolisian kapan pun dan seperti yang
diinginkannya. Perintah departemen ini harus segera dilaksanakan. Adapun jika
keperluan menuntut untuk meminta bantuan pasukan, maka departemen ini wajib
menyampaikan perkara tersebut kepada Khalifah. Khalifah berhak memerintahkan
76
Ibid. hal. 153.
63
Universitas Sumatera Utara
pasukan untuk membantu Departemen Keamanan Dalam Negeri, atau dengan
menyiapkan kekuatanmiliter untuk membantu Departemen Keamanan Dalam
Negeri untuk menjaga keamanan, atau perkara lain menurut pandangan Khalifah.
Khalifah juga berhak menolak permintaan Departemen Keamanan Dalam Negeri
itu dan memerintahkannya agar mencukupkan diri dengan satuan kepolisian
saja. 77
Satuan kepolisian beranggotakan laki-laki yang sudah balig dan memiliki
kewarganegaraan. Wanita boleh menjadi anggota kepolisian untuk melaksanakan
tugas-tugas wanita yang memiliki hubungan dengan tugas-tugas keamanan dalam
negeri. Negara akan mengeluarkan undang-undang yang khusus untuk mengatur
masalah ini sesuai dengan hukum-hukum syariah. Satuan kepolisian ada dua jenis:
polisi militer dan polisi yang berada di samping penguasa. Satuan kepolisian ini
memiliki seragam khusus dan ciri-ciri tertentu untuk menjaga keamanan. Polisi
adalah setiap kesatuan yang merupakan kesatuan terbaik. Di antara kesatuan
pilihan
tersebut
adalah
polisi,
karena
mereka
adalah
prajurit-prajurit
pilihan.Bahkan dikatakan mereka adalah kesatuan terbaik yang lebih menonjol
daripada tentara. Dikatakan bahwa mereka dinamakan syurthah (polisi) karena
mereka memiliki ciri-ciri yang telah dikenal, baik dari pakaian maupun
kemampuan geraknya Polisi militer adalah bagian dari tentara yang memiliki
tanda tanda yang lebih menonjol daripada pasukan lainya untuk mendisiplinkan
urusan-urusan pasukan. Polisi militer marupakan bagian dari pasukan yang berada
77
Ibid.
64
Universitas Sumatera Utara
di bawah Amirul Jihad, yaitu berada di bawah Departemen Perang. Adapun polisi
yang selalu siap di samping penguasa berada di bawah Departemen Keamanan
Dalam Negeri. 78
10. Dairah al-Kharijiyah (Dept. Urusan Luar Negeri)
Departemen Luar Negeri mengurusi seluruh urusan luar negeri yang
berkaitan dengan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara asing, apapun
jenis perkara dan bentuk hubungan luar negeri itu; baik perkara yang berkaitan
dengan aspek politik dan turunannya—seperti perjanjian, kesepakatan damai,
gencatan senjata, pelaksanaan berbagai perundingan, tukarmenukar duta,
pengiriman berbagai utusan dan delegasi, serta pendirian berbagai kedutaan dan
konsulat—ataupun perkara yang berkaitan dengan aspek ekonomi, pertanian,
perdagangan, pos, telekomunikasi, komunikasi nirkabel dan satelit, dan lain
sebagainya. Semua perkara tersebut diurusi oleh Departemen Luar Negeri karena
semua itu menjadi kepentingan hubungan negara Khilafah dengan negara-negara
lain. 79
11. Mashalih an-Nas (Pelayanan Masyarakat)
Manajemen berbagai urusan negara dan berbagai kepentingan masyarakat
ditangani oleh departemen, jawatan,serta unit-unit yang didirikan untuk
menjalankan urusan-urusan negara dan memenuhi kepentingan-kepentingan
masyarakat tersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal.
78
Ibid. hal. 154.
Ibid. hal. 170.
79
65
Universitas Sumatera Utara
Untuk setiap jawatan diangkat seorang direktur yang mengurusi manajemennya
dan ia bertanggung jawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Para direktur
itu bertanggung jawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan, atau
unit mereka yang lebih tinggi dari sisi pertanggungjawabanpelaksanaan tugastugas mereka. Mereka juga bertanggung jawab kepada wali dan amil dari sisi
pertanggungjawaban terhadap keterikatan mereka dengan hukum-hukum syariah
dan peraturanperaturan secara umum. 80
Struktur administratif ini terdiri dari departemen-departemen (Mashlahah),
jawatan-jawatan (Da’irah), dan unitunit (Idarah). Mashlahah (Departemen)
merupakan lembaga administratif tertinggi untuk satu kemaslahatan di antara
berbagai kemaslahatan negara seperti kewarganegaraan, transportasi, pencetakan
mata uang, pendidikan, kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, jalan, dan
sebagainya. Departemen itu mengurusi manajemen departemen itu sendiri,
jawatan-jawatan, dan unit-unit yang ada di bawahnya. Jawatan (Da’irah)
mengurusi manajemen jawatan itu sendiri dan unit-unit di bawahnya. Adapun unit
(Idârah) mengurusi urusan-urusan unit itu sendiri dan cabang serta bagian yang
ada di bawahnya. 81
Departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit tersebut didirikan
tidak lain hanya untuk menjalankan berbagai urusan negara dan untuk memenuhi
berbagai
kepentinganmasyarakat.Untuk
menjaga
jalannya
departemen-
80
Ibid. hal. 212.
Ibid. hal.217.
81
66
Universitas Sumatera Utara
departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit harus diangkat para penanggung
jawab untuk masing-masing departemen, jawatan, dan unittersebut. Karena itu,
untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal yang secara langsung
mengurusi
manajemen
urusan-urusan
departemennya.
Ia
juga
bertugas
mengontrolsemua jawatan dan unit yang ada di bawahnya. Untuk setiap jawatan
dan setiap unit diangkat seorang direktur yang bertanggung jawab secara langsung
atas jawatan dan unit yang dikepalainya serta cabang dan bagian yang ada di
bawahnya. 82
Setiap orang yang memiliki kewarganegaraan danmemenuhi kualifikasi,
baik laki-laki ataupun perempuan, Muslim maupun non-Muslim, boleh diangkat
menjadi direktur suatu departemen, jawatan, atau unit. Mereka juga boleh menjadi
pegawai di departemen, jawatan, dan unit-unit yang ada. Ketentuan ini diambil
dari hukum-hukum kepegawaian/ perburuhan (ijârah). Sebab, sesuai dengan
hukum ijârah, direkturdirektur dan para pegawai negeri merupakan ajir (pekerja/
pegawai). Karena itu, negara boleh mempekerjakan pegawai secara mutlak, baik
Muslim maupun non-Muslim. 83
3. Metode Penegakan Khilafah yang Dilakukan Hizbut Tahrir
Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berasaskan flatform
82
Ibid.
Ibid. hal. 222.
83
67
Universitas Sumatera Utara
yangdibuat. 84 Adapun strategi pembangunan yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah
dengan membuat acuan dan metode dalam upaya mereka menegakkan khilafah.
Metode atau acuan yang dibuat memiliki 3 tahapan ,tahapan yang dibuat
oleh Hizbut Tahrir dan menjadi acuan dalam menegakkan khilafah ialah: pertama,
tahap pembinaan (marhalah at-tatsqif), kedua tahap berinteraksi (marhalah attafa’ul), ketiga tahap menerima kekuasaan (marhalah istilamulhukmi). 85
1. Tahap Pembinaan (marhalah tsastqif)
Bagi Hizbut Tahrir Tahap pengkaderan adalah pembinaan secara intensif
(at-tsaqafah al-murakkazah) terhadap individu (perorangan) dan pembinaan
terhadap masyarakat secara umum. Melaui kelompok-kelompok kajian (halqah)
individu-individu dibentuk dengan kepribadian Islam dan ditujukan untuk
mengemban dakwah. Tujuannya ialah memperbesar jumlah anggota Hizbut Tahrir
serta menciptakan opini umum di tengah-tengah masyarakat dan membentuk
dukungan umat untuk menegakkan khilafah. 86
Dalam pengkaderan Hizbut Tahrir hanya berfokus membangun tubuh
partai dan memperbanyak anggota serta membina mereka di berbagai halqah,
sehingga dalam tahap ini aktivitas Hizbut Tahrir hanya pada aspek pembinaan
saja. 87 Nantinya, orang yang telah meyakini fikrah (pemikiran) dan thariqah
Hizbut Tahrir (metode Hizbut Tahrir) dan berniat bergabung maka akan dibina
84
Warjio. 2013. Op.Cit.hal. 112.
M. Muhsin Rodhi. Op. Cit. hal. 686.
86
Ibid. hal. 34.
87
Ibid. hal. 689.
85
68
Universitas Sumatera Utara
oleh Hizbut Tahrir. Orang tersebut disebut daris (pelajar). Seorang daris dituntun
dalam mengikuti halqah dengan mengkaji 4 buah kitab, yakni Nidzam Al-Islam
(peraturan dalam Isam), at-takattul al-hizbi (pembentukan partai politik Islam),
Mafahin Hizb at-Tahrir (kosep-konsep Hizbut Tahrir) dan Min Muqowwimat anNafsiyyah al-Islamiyah (pilar-pilar pengokoh nafsiyah Islam). 88
Selain mendalami 4 kitab tersebut, Hizbut Tahrir juga menekankan tentang
beberapa hal yang harus senantiasa dilakukan anggota Hizbut Tahrir seperti,
membaca Al-Quran, berkomunikasi dengan masyarakat, rajin melakukan
pengamatan. 89
2. Tahap interaksi (marhalah at-tafa’ul)
1) Interaksi
Interaksi adalah tahap dimana Hizbut Tahrir melakukan kontak dengan
masyarakat secara umum dan kolektif, kontak yang dimaksud disini adalah
melakukan hubungan dengan masyarakat luas dengan memperkenalkan Hizbut
Tahrir dan pemikiran pemikirannya.
Dalam tahap ini Hizbut Tahrir menetapkan beberapa hal yang harus
dilakukan pada tahap ini yaitu : penanaman pengkaderan (tsaqafah) secara
intensif terhadap individu; pembinaan masyarakat umum (tsaqafah jama’iyyah);
pergolakan pemikiran (ash-shira’ul fikri); perjuangan politik : memerangi negaranegara kafir imperialis yang memiliki pengaruh di negeri-negeri Islam,
88
Ibid. hal. 691.
Ibid. hal. 693.
89
69
Universitas Sumatera Utara
menentang, mengkritik para penguasa di negeri Arab yang merampas hak umat;
dan mengadopsi (mentabanni) kepentingan kepentingan umat (mashalihul
ummah) serta memelihara urusan mereka sesuai hukum syara’. 90
Berinteraksi dengan umat yang dimaksud Hizbut Tahrir bukanlah
mengumpulkan umat di sekeliling Hizbut Tahrir, melainkan memberikan
pemahaman akan ideologi partai (Hizbut Tahrir) supaya menjadi ideologi umat.
Objek dakwah atau interaksi yang dilakukan Hizbut Tahrir adalah orang-orang
Islam bukan non Muslim. Hizbut Tahrir menekankan agar pada tahap ini harus
dilakukan secara terbuka (terang-terangan), dalam menyampaikan pemikiran
dilakukan dengan menantang terhadap penguasa, negara-negara imperialis, dan
kelompok-kelompok politik. Pada tahap ini aspek yang ditekankan adalah pada
aspek yang berhubungan dengan pemikiran saja bukan aspek praktis (pelaksanaan
pemikiran). 91
Ada 3 hal yang menjadi perbedaan antara tahap pengkaderan dengan tahap
interaksi, yaitu : (1) membangun kekuatan massa (Qa’idah Sya’biyah), (2)
perhatian lebih pada aktivitas parsial dan peninjauan kembali tsaqafah partai, (3)
target pengambilalihan kekuasaan secara langsung. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
(1) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir adalah menanamkan pemikiran
kepada umat, sedangkan pada tahap interaksi aktivitas yang dilakukan
90
Ibid. hal. 702.
Ibid. hal. 712.
91
70
Universitas Sumatera Utara
hixbut tahrir dimaksudkan untuk mempersiapakan masyarakat secara
umum respek terhadap pemikiran-pemikiran dan pendapat Hizbut
Tahrir. Dengan ikut sertanya masyarakat umum secara praktis, maka
akan terbentuk kekuatan massa (qa’idah sya’biyah) dari mayoritas
umat.
(2) Pada tahap pengkaderan aktivitas Hizbut Tahrir fokus pada usaha
menjelaskan pemikiran-pemikirannya kepada masyarakat, sehingga
perhatian terhadap persoalan-persoalan politik jadi kurang tergarap.
Namun, dalam tahap interaksi maka staf struktur partai dan personil
anggotanya
harus
melakukan
kontak
dengan
masyarakat
dan
menyampaikan pemikiran, pendapat, dan hukum yang berkenaan
dengan segala peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
(3) Pada tahap pengkaderan Hizbut Tahrir menjelaskan konsep-konsep
meraih kekuasaan, namun itu hanya sebatas menyampaikan konsepkonsep tersebut. Pada tahap interaksi maka tujuan yang ingin dicapai
Hizbut Tahrir adalah meraih kekuasaan secara riil dengan diserahkan
sendiri pada tangan umat, karena Hizbut Tahrir memahami kekuasaan
diraih dan diterima dari tangan umat. 92
2) Mencari pertolongan (Thalabun Nushrah)
Proses mencari pertolongan dilakukan Hizbut Tahrir dilakukan dengan 2
tujuan, yaitu : pertama, untuk meminta perlindungan (proteksi) agar dapat
92
Ibid. hal. 722.
71
Universitas Sumatera Utara
menjalankan aktivitas dakwah dengan aman. Kedua, untuk sampai pada
kekuasaan guna menegakkan khilafah dan mengembalikan pemerintahan sesuai
hukum Islam. Pencarian pertolongan dilakukan dari jamaah secara riil, atau dari
individu yang mewakili jamaah, dan keberadaan jamaah tersebut diprediksi
mampu menolong dan membela dakwah Hizbut Tahrir. 93
Orang yang ditugaskan oleh Hizbut Tahrir untuk melakukan tugas ini tidak
lebih dari hitungan jari, yaknin hanya beberapa anggota Hizbut Tahrir dari setiap
wilayah. Hal ini dilakukan karena Hizbut Tahrir menganggap mencari
pertolongan bukan sebagai aktivitas dan tujuan Hizbut Tahrir, namun
menjadikannya sebagai bagian aktivitasnya, sehingga tidak seluruh anggota
Hizbut Tahrir dibebankan tugas ini. 94
Pencarian pertolongan ditujukan kepada setiap jamaah yang diprediksi
memiliki kekuatan dan kemampuan. Maka hibut tahrir menujukannya kepada
jamaah yang berbentuk negara yang merdeka, kabilah, duta besar, delegasi
perundingan, utusan konferensi, dengan catatan negara tersebut tidak berada
pengaruh negara kafir. 95 Selain itu juga ditujukan kepada kelompok perwira yang
berpengaruh dalam tentara atau pasukan, pemimpin yang berpengaruh di kota atau
daerah, dan tokoh dari sebuah jamaah yang kuat. 96
93
Ibid. hal. 729.
Ibid. hal. 730.
95
Ibid. hal. 734.
96
Ibid.
94
72
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini Hizbut Tahrir melakukan permintaan kepada pihak yang
dapat dipercaya dapat memberikan pertolongan (ahlun nushrah), agar melakukan
sesuatu atau perbuatan, dan memberikan berbagai arahan dan bimbingan kepada
mereka.
3) Penyerahan kekuasaan dan pendirian negara
Metode ini dilaksanakan ketika Hizbut Tahrir telah menemukan dan
menentukan wilayah yang tepat untuk penyerahan kekuasaan atau pendirian
negara. Wilayah tersebut disebut dengan titik sentral (nuqthatul irtikaz). Ciri ciri
wilayah yang bisa disebut titik sentral tersebut adalah terbentuknya opini umum
terhadap Hizbut Tahrir, kuantitas dan kualitas anggota dan pendukung telah
mencukupi, kekuatan materi (sarana dan prasarana) telah memadai. Maka desa
ataupun kota manapun ketika di tempat tersebut telah terbentuk opini umum yang
diinginkan Hizbut Tahrir, dan telah mendapat jaminan dukungan dari negerinegeri lain, maka Hizbut Tahrir akan mendirikan negara di desa atau kota tersebut
apapun kondisinya selama dukungan dari negeri-negeri yang lain dapat dijamin
dan dipastikan. 97
97
Ibid. hal. 750.
73
Universitas Sumatera Utara