Analisis Risiko Saham Perusahaan Trade, Service, and Investment pada Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pada

umumnya

hampir

semua

investasi

mengandung

unsur

ketidakpastian (uncertainty) atau risiko, demikian juga halnya investasi dalam

bentuk saham yang tergolong berisiko tinggi. Di sisi lain, investor juga
dihadapkan kepada peluang mendapatkan return yang lebih besar dalam waktu
singkat. Seorang investor dalam pengambilan keputusan investasi harus
mempertimbangkan seberapa besar keuntungan yang diharapkan dan seberapa
jauh toleransi investor terhadap risiko atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan tersebut. Apabila investor mengharapkan return yang lebih tinggi,
maka harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Hal ini sejalan dengan
konsep Trade Off; High Risk High Return.
Pada investasi saham yang dilakukan di dalam pasar modal, investor
dihadapkan pada risiko yaitu ketidakpastian akan hasil yang diharapkan di masa
yang akan datang. Unsur ketidakpastian menjadi penyebabkan timbulnya faktor
risiko bagi investor yang ambil bagian di pasar modal. Pengetahuan menganalisis
risiko yang akan dihadapi di pasar modal merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk dimiliki setiap investor untuk meminimalkan risiko yang mungkin
diperolehnya dalam investasi. Secara umum banyak analisis yang digunakan
dalam melakukan investasi, tetapi yang sering digunakan adalah analisis yang

Universitas Sumatera Utara

bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi dan analisis rasio

keuangan (Anoraga dan Pakarti, 2006:108).
Risiko investasi saham tercermin pada variabilitas pendapatan (return)
saham, baik pendapatan saham individual maupun pendapatan saham pasar
(market return) di pasar modal. Besar kecilnya risiko investasi pada saham
dapat diukur dengan varians atau standart deviasi dari pendapatan saham
tersebut. Risiko ini disebut risiko total yang terdiri dari risiko sistematis dan
risiko tidak sistematis.
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan
dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
Risiko sistematis ini juga dikatakan sebagai risiko pasar karena disebabkan oleh
faktor yang secara serentak mempengaruhi harga semua saham di bursa efek.
Risiko pasar suatu saham dikenal juga dengan istilah beta yang mengukur

hubungan antara tingkat pengembalian investasi dengan tingkat pengembalian
pasar (Indeks Harga Saham Gabungan). Jenis risiko ini timbul karena faktorfaktor yang bersifat makro dan mempengaruhi semua perusahaan atau industri
serta tidak dapat dikurangi walaupun dengan cara diversifikasi. Faktor-faktor
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga (deposito), tingkat
inflasi, nilai tukar valuta asing dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
(Halim, 2005: 43). Kondisi makro ekonomi yang memburuk akan

meningkatkan risiko sistematis, sedangkan kondisi makro ekonomi yang
membaik akan menurunkan risiko sistematis.

Universitas Sumatera Utara

Risiko yang kedua adalah risiko tidak sistematis yaitu risiko yang dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam
satu perusahaan atau industri tertentu (Halim, 2005:44). Fluktuasi risiko ini
besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena
perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang
berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal,
struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya (Halim,
2005:44). Risiko tidak sistematik ini disebut juga Risiko Perusahaan (Unique,
Diversifiable, or Firm-Specific Risk).
Sektor Trade, Service, and Investment merupakan salah satu sektor yang
yang termasuk dalam Indeks Saham Sektoral BEI. Indeks saham sektoral adalah
sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dimana pada sektor ini
terbagi menjadi 8 sub sektor, yaitu sub sektor perdagangan besar barang
produksi, sub sektor perdagangan eceran, sub sektor restoran, sub sektor hotel
dan pariwisata, sub sektor advertising, printing, and media , sub sektor jasa

komputer, sub sektor investasi, dan sub sektor lainnya.
Perdagangan menjadi salah satu sektor dalam sistem perekonomian
nasional yang berperan dalam menjembatani produksi dengan konsumsi baik
antar sektor maupun secara regional. Secara kumulatif, neraca perdagangan
Indonesia pada Januari hingga Juli 2011 menghasilkan surplus sebesar 16,4 USD
miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 9,4 USD miliar
(sumber: bappenas.go.id).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.1
Pergerakan Indeks Saham Sektor Perdagangan Tahun 2007 – Tahun 2009

Sumber : IDX Statistics, 2009

Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa pergerakan indeks saham perdagangan
secara tren menurun ditahun 2008, hal ini dikarenakan laju pertumbuhan impor
23,3% tumbuh lebih cepat daripada laju pertumbuhan ekspor 14,3% (sumber:
bappenas.go.id). Namun pada tahun 2009, sektor ini mengalami peningkatan
dikarenakan tingginya tingkat konsumsi masyarakat seperti konsumsi rumah

tangga, konsumsi pemerintah dan investasi sehingga pelaku usahaa dalam sektor
ini pun meningkat. Hal tersebut dijadikan peluang bagi para investor untuk
berlomba- lomba dalam menanamkan model pada sektor ini.
Sektor Trade, Service, and Investment saat ini sedang mengalami
peningkatan. Hal ini dikarenakan masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat
seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi, sehingga
pelaku usaha dalam sektor ini pun meningkat. Hal tersebut dijadikan peluang

Universitas Sumatera Utara

bagi para investor untuk berlomba-lomba dalam menanamkan model pada sektor
ini.
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko
investasi seperti risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko
finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang,

dan risiko negara.

(Tandelilin, 2001:48). Pada perusahaan sektor Trade, Service, and Investment
memiliki sumber risiko yang berbeda - beda tiap subsektornya.

Subsektor perdagangan besar barang produksi memegang peranan yang
penting dalam kegiatan produksi nasional. Kegiatan ini merupakan industri alatalat berat yang berguna untuk proses produksi. Perusahaan alat-alat berat di
Indonesia hampir seluruhnya adalah perpanjangan tangan dari prinsipalnya.
Seperti Hexindo Adiperkasa Tbk dengan Hitachi, United Tractors Tbk dengan
Komatsu, Intraco Penta Tbk dengan Volvo. Alat berat yang diproduksi di
Indonesia diantaranya excavator, bulldozer, wheel loader, forklift, motor,
dumptruck dan ground support equipment. Dalam lima tahun terakhir tercatat
tumbuh signifikan sejalan dengan semakin berkembangnya pembangunan dan
aktifitas ekonomi Indonesia di tengah-tengah krisis global. Dari laporan keuangan
Januari – September pada 3 emiten alat berat, PT United Tractors Tbk (UNTR)
dan PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) melaporkan pertumbuhan laba,
sedangkan PT Intraco Penta Tbk (INTA) mencatat pertambahan laba bersih. PT
United Tractors, distributor alat berat bermerek Komatsu, dalam laporannya
mengantongi laba bersih Rp. 4,47 triliun sepanjang 9 bulan pertama tahun ini,
naik 2,7% dibandingkan Rp. 4, 35 triliun pada periode sama tahun lalu. Sementara

Universitas Sumatera Utara

Hexindo dengan alat beratnya yang bermerek Hitachi ini melaporkan kenaikan
laba bersih 25,25% menjadi US$38,52 juta, dibandingkan US$30,75 pada periode

yang sama tahun 2011 (sumber: http://energitoday.com)
Yang menjadi sumber risiko pada perdagangan besar barang produksi
adalah iklim. Iklim memberikan dampak bagi pendistribusian subsektor ini.
Seperti bencana gempa dan tsunami yang menimpa Jepang pada Maret tahun lalu
membuat tersendatnya pendistribusian barang-barang produksi tersebut. Selain
itu ada risiko kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan – kebijakan ekonomi
pemerintah dari waktu ke waktu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi nasional.
Subsektor perdagangan eceran di Indonesia merupakan pasar besar
dengan jumlah penduduk Indonesia pada awal tahun 2010 sekitar 237.556 jiwa.
Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, total belanja rumah tangga akhir 2010
mencapai 115 triliun rupiah (http://us.detikfinance.com). Belanja tersebut
mencakup seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari
seperti gula, sabun mandi, pakaian, hingga kebutuhan barang tahan lama
(durable) seperti kulkas, dan peralatan elektronik lainnya.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi sumber risiko pada perusahaan
perdagangan eceran seperti risiko inflasi yang disebabkan perubahan harga
Bahan Bakar Minyak. Dengan terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
maka akan terjadi juga kenaikan rata – rata harga konsumsi yang juga
mengakibatkan para investor enggan untuk berinvestasi. Ditambah dengan risiko


Universitas Sumatera Utara

perubahan selera konsumen dan tren belanja, risiko usangnya persediaan barang
dagangan.
Berkembangnya sektor pariwisata sebagai suatu industri yang bersifat
quick yielding, menimbulkan efek yang sangat luas bagi masyarakat. Pada masa
sekarang ini perkembangan pariwisata telah menjadi sasaran perekonomian
dunia, sarana dalam menjalin persahabatan antar bangsa, serta dijadikan alat
promosi untuk menarik menarik investasi global. Komdisi ini merupakan suatu
kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan berbagai program pengembangan
sektor pariwisata nasional. Peranan industri pariwisata dalam perekonomian
Indonesia semakin penting keberadaannya sebagai salah satu sumber penerimaan
devisa negara. Oleh karena adanya pertumbuhan arus kunjungan wisatawan baik
wisatawan nasional maupun mancanegara pada setiap tahunnya harus diimbangi
dengan peningkatan penyediaan berbagai fasilitas akomodasi yang memadai
seperti restoran dan hotel.
Subsektor industri restoran hingga saat ini masih diyakini sebagai salah
satu bentuk usaha ekonomi yang memiliki prospek cukup bagus. Menurut
Keputusan Menteri Parposter No.KM.95/KH.103/MPPT-87 Restoran adalah

salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian seluruh bangunan
yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di
tempat usahanya (Sudiarto,1999:15).”
Pada masa sekarang ini, keberadaan restoran sangat mudah ditemukan
baik didaerah maupun dipusat dengan berbagai jenis yang berbeda. Mutu produk

Universitas Sumatera Utara

dan layanan restoran mempunyai proporsi yang seimbang, yaitu mencakup
makanan dan minuman, suasana, pelayanan, reputasi, dan harga. Pesatnya
perkembangan ini terjadi pada daerah perkotaan karena didukung oleh jumlah
populasi yang tinggi dan daya beli yang baik, disamping pola makan masyarakat
bisnis (middle-up) yang cenderung makan diluar. Selain itu, kebutuhan
wisatawan akan variasi makanan dan minuman dalam kegiatan berwisata
menimbulkan semakin tumbuh berkembangnya usaha restoran disekitar tempat
wisata. Adapun yang menjadi sumber risiko pada subsektor ini adalah
terdapatnya ancaman berupa produk pengganti maupun pendatang baru.
Persaingan dalam industri ini semakin berkembang terlihat dengan semakin
banyaknya restoran yang berdiri dan menyebabkan adanya perang harga promosi

dalam menarik konsumen.
Terus berkembangannya pariwisata nasional menimbulkan efek positif
bagi

tumbuh

dan

berkembangannya usaha

– usaha

yang menopang

perkembangan pariwisata termasuk subsektor hotel. Tersedianya sarana
akomodasi yang terjamin dan nyaman merupakan salah satu alasan bagi
wisatawan untuk melakukan kegiatan perjalanan. Besarnya tingkat kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia merupakan pangsa pasar yang potensial
bagi perkembangan subsektor hotel.


Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan
Tahun 2008 – 2011
Asal
2008
Asia Pasifik
4888203
Amerika
249968
Eropa
989854
Lainnya (Timur Tengah dan Afrika) 106472
Sumber : www.bps.go.id

2009
4917083
237670
1028405
140572

2010
5527342
255465
1048543
171594

2011
6050406
293306
1110871
195148

Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
antara tahun 2008 hingga 2011 mengalami peningkatan yang cukup
menggembirakan. Pada tahun 2011 jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia sebanyak 7.649.731 orang yang meningkat dari tahun 2010 sebanyak
7.002.944 orang. Diperkirakan dalam waktu sepuluh tahun kedepan, wisatawan
dari ekonomi APEC akan tumbuh rata – rata sebanyak 4,7 persen setahun dan itu
merupakan 3,9 persen dari seluruh ekspor APEC, atau pada kisaran 750 miliar
dolar AS (sumber : www.detik.com).
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
menyebabkan nilai investasi atau penanaman modal pada sektor ini dari tahun
2010 sampai dengan 2012 mengalami peningkatan.
Tabel 1.2
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
2010
Sektor
Lisrik,
air,gas
Konstruksi
Perdagangan
dan reparasi
Hotel
Transportasi,
gudang

2011

2012

P
31

I
4.929,8

P
49

I
9.134,7

P
42

I
3.796,8

7
32

67,6
116,4

8
31

598,2
328,6

17
35

4.586,6
1.030,4

27
34

390,3
13.787,7

26
27

394,4
8130,1

34
33

1.015,0
8.612,0

Universitas Sumatera Utara

Perumahan
3
261,7
Jasa lainnya
69
3.328,6
P: Price
I: Investment
Sumber : Bappenas.go.id

8
95

732,7
1.621,9

6
63

58,0
2.825,1

Pada tahun 2012 sektor hotel memiliki nilai investasi PMDN sebesar
Rp 1.015 trilyun mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang hanya memiliki
Rp 394,4 trilyun. Dukungan saran dan prasarana yang terus dikembangkan akan
memungkinkan peluang yang cukup besar untuk menarik kunjungan wisatawan.
Besarnya pertumbuhan ini menimbulkan efek positif dan menguntungkan pada
perkembangan sektor hotel di Indonesia. Namun demikian terdapat beberapa
yang menjadi sumber risiko pada sektor ini antara lain seperti keadaan
infrastruktur di Indonesia. Keadaan infrastruktur yang belum optimal akan
membuat jumlah turis ke Indonesia bisa jadi kalah dengan negara lainnya. Selain
itu buruknya citra pariwisata Indonesia akibat berbagai aksi kerusuhan,
penjarahan, terorisme, dan demonstrasi yang terjadi sepanjang tahun 1998
sampai dengan tahun 1999.
Subsektor advertising, printing, dan media adalah subesektor yang
bergerak dalam hal periklanan, percetakan dan media massa. Menurut Kustadi
(2010:13) Periklanan adalah suatu proses komunikasi massa yang melibatkan
sponsor tertentu, yakni sipemasang iklan, yang membayar jasa sebuah media
massa atas penyiaran iklannya, misalnya melalui program siaran televisi.
Terdapat pasar yang cukup besar dalam industri media. Terlebih saat ini yang
dinyatakan sebagai the information age, kebutuhan masyarakat akan informasi
cukup tinggi. Era ini muncul karena adanya pengaruh yang kuat dari ekonomi

Universitas Sumatera Utara

serta perkembangan yang pesat di dunia teknologi informasi dan tekhnologi
komunikasi sehingga media tumbuh dalam model yang kapitalistik (Griffin :
368.). Masa ini ditandai dengan: a). dijadikannya informasi sebagai komoditas,
b). munculnya media baru dan terjadi penggabungan media, c). berpengaruhnya
ekonomi dan pasar.
Rantai hubungan antara pengirim – pesan – pengguna juga tergantung
beberapa komponen lain yang terlibat dalam sistem periklanan, diantaranya
media massa. Media massa berperan ganda dalam periklanan, yaitu menyediakan
pengetahuan teknologi pengiriman pesan dan aktif mengambil bagian di dalam
menentukan pesan apa yang harus dikirmkan oleh siapa, kepada siapa, dan
kapan.
Industri periklanan modern di Indonesia mulai tumbuh di awal tahun
1970-an untuk mengantisipasi kebutuhan periklanan perusahaan-perusahaan yang
sedang tumbuh akibat dikeluarkannya UU Penanaman Modal Asing (UU PMA)
di tahun 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) di tahun
1968. Hasilnya adalah cukup banyak perusahaan dan pabrik yang merambah
pasar

Indonesia.

Bersamaan

dengan

masuknya

perusahaan

perusahaan

multinasional yang memanfaatkan kebijakan baru di bidang PMA, produkproduk yang diluncurkan ke pasar pun harus dilakukan dengan kaidah- kaidah
pemasaran modern.
Pesatnya pertumbuhan belanja iklan, menjadikan Indonesia pasar
potensial. Kenyataan semacam

ini tidak bisa diabaikan oleh produsen

multinasional yang semakin banyak melakukan investasi di Indonesia, sehingga

Universitas Sumatera Utara

membuat biro iklan multinasional harus memberikan layanan global untuk
meningkatkan pelayanan klien-klien global mereka di Indonesia. Oleh
karenanya, pada dekade 1990-an untuk meningkatkan efisiensi dan sebagai
strategi menghadapi ketatnya kompetisi, sejumlah perusahaan periklanan
menyatukan diri. Pada era tahun 1990-an sudah ada sekitar 20-an perusahaan
periklanan yang berafiliasi dengan perusahaan periklanan Indonesia.
Walaupun usaha penerbitan pers kini merupakan bagian dari industri
yang patuh pada hukum ekonomi, namun investasi untuk membangun usaha
penerbitan pers tetap bukan investasi yang cepat kembali modal dan memberikan
keuntungan dalam waktu singkat. Kondisi itu harus disadari oleh setiap pihak
yang menanamkan modal pada industri pers. Pemahaman atas kondisi itu juga
perlu tertanam pada operator penerbitan pers sehingga mereka senantiasa
berhemat dalam memutar roda produksi media masssanya. Bagaimanapun, proses
produksi merupakan sumber pemborosan sehingga biayanya perlu dikendalikan
Di sisi lain, perusahaan penerbitan pers bisa mengembangkan potensi sumber
pendapatan lain dengan mengoptimalkan pemanfaatan asset. Pada perusahaan pers
yang telah dilengkapi percetakan bisa mengandalkan usaha jasa percetakan untuk
meraup laba dalam kurun waktu yang lebih singkat. Dalam menjalankan roda
usaha jasa percetakan biasanya perusahaan pers membentuk manajemen tersendiri
yang berkonsentrasi pada pengembangan usaha tersebut.
Subsektor jasa komputer dan perangkat lainnya memegang peranan
yang sangat penting dewasa saat ini ditandai dengan munculnya kehidupan yang
dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan secara elektronik seperti e-commerce, e-government, e-education, elibrary, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi
yang berbasis elektronik.
Gambar 1.2
Ekspor dan Impor Perangkat Komputer
7
6
5
4

Ekspor

3
Impor

2
1
0
2009

2010

Dalam Milyar US$
Sumber : BPS, 2010
Industri komputer tanah air setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan. Diperkirakan pertumbuhannya mencapai 20 sampai 25 persen per
tahun. Menurutnya, pasar komputer Indonesia saat ini masih dikuasai oleh
produksi dalam negeri. Untuk komputer built-up pangsa pasarnya 40 persen dan
lokal 60 persen. Sedangkan, untuk jumlah komputer terjual di pasar Indonesia
mencapai 2 juta unit tiap tahun.Jadi diharapkan, jika revisi undang-undang bea
masuk komponen komputer telah disetujui pemerintah, pertumbuhan industri
komputer tanah air diperkirakan dapat mencapai 30 sampai 40 persen.
Adapun yang menjadi sumber risiko pada sektor ini ialah .risiko
perkembangan teknologi, pengacau program (hackers) dan virus komputer,
pembajakan, dan risiko jaringan infrastruktur telekomunikasi.

Universitas Sumatera Utara

Subsektor perusahaan investasi adalah perusahaan yang mengelola
beragam sekuritas atau surat berharga seperti saham, obligasi, dan asset lainnya
seperti property dengan tujuan untuk mencapai target investasi yang
menguntungkan bagi investor. Investor tersebut dapat berupa institusi (
perusahaan asuransi, dana

pensiun, perusahaan dll)

ataupun

dapat

juga

merupakan investor perorangan, dimana sarana yang digunakan biasanya berupa
kontrak investasi atau yang umumnya digunakan adalah berupa kontrak investasi
kolektif (KIK) seperti reksadana. Lingkup jasa pelayanan perusahaan investasi
adalah termasuk melakukan analisis keuangan, pemilihan aset, pemilihan saham,
implementasi perencanaan serta melakukan pemantauan terhadap investasi.di
Indonesia. Subsektor ini mengalami pertumbuhan yang positif beberapa tahun
terakhir. Tingkat inflasi yang stabil dan kecenderungan suku bunga yang rendah
membuat para investor nyaman berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 2005
realisasi penanaman modal asing naik menjadi 66% dari komitmen yang telah
disetujui pada tahun yang bersangkutan. Adapun yang menjadi sumber risiko
pada sektor ini ialah faktor keamanan yang tidak kunjung dapat dijamin oleh
pemerintah (risk country). Faktor risk country yang cukup tinggi, seperti adanya
peledakan bom secara sporadis di berbagai kota di Indonesia sejak tahun 2000
yang merupakan ancaman baik tingkat nasional, regional dan maupun global.
Dikatakan ancaman global karena pasca bom Bali tersebut sejumlah negara telah
memperlakukan “travel bon”, yaitu suatu pelarangan kepada warga negaranya
untuk tidak berkunjung ke Indonesia. Selain itu juga terdapat risiko investasi
yang dipengaruhi oleh faktor internal seperti kemampuan manajemen dalam

Universitas Sumatera Utara

bidang pengendalian, manajemen resiko dan kebijakan strategis dan faktor
eksternal seperti kepercayaan investor untuk berinvestasi, risiko sebagai
perusahaan induk dimana pendapatan perseroan tidak terlepas dari pendapatan
usaha dari anak perusahaan, risiko anak perusahaan dimana masing-masing anak
perusahaan menghadapi risiko sesuai dengan kegiatan usahanya.
Subsektor perusahaan lainnya adalah perusahaan – perusahaan yang juga
bergerak di bidang perdagangan dan jasa dan telah terdaftar di BEI hanya saja
masih berskala kecil. Didalam subsektor ini terdaftar 3 perusahaan yang terdaftar
di BEI yakni, Gema Brahasarana Tbk, Multifing Mitra Indonesia Tbk, dan Sugih
Energy Tbk. PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA) berdiri sejak 1984. Perusahaan
ini bergerak dalam bidang kontraktor interior dan manufaktur furnitur. GEMA
mencatatkan di BEI sejak 2002.
Berdasarkan

permasalahan

melakukan penelitian yang berjudul

tersebut,

maka

penulis

tertarik

untuk

“Analisis Risiko Saham Perusahaan

Trade, Service, and Investments yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

permasalahan

yang

dikemukakan

sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.

“ Apakah terdapat perbedaan risiko sistematis pada subsektor perdagangan

besar barang produksi, subsektor perdagangan eceran, subsektor restoran,
subsektor hotel dan pariwisata, subsektor advertising, printing, dan media

Universitas Sumatera Utara

subsektor jasa komputer, dan subsektor perusahaan investasi yang terdaftar di
BEI”
2.

“Apakah terdapat perbedaan risiko tidak sistematis pada subsektor

perdagangan besar barang produksi, subsektor perdagangan eceran, subsektor
restoran, subsektor hotel dan pariwisata, subsector advertising, printing, dan
media, percetakan subsektor jasa komputer, dan subsektor perusahaan investasi
yang terdaftar di BEI”

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko sistematis dan risiko

tidak sistematis yang ada pada setiap perusahaan-perusahaan perdagangan, jasa
dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia agar para investor maupun
calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi di sektor
ini.

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermafaat bagi :
1. Investor atau calon investor
Penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi atau salah satu
sumber informasi dalam mempertimbangkan keputusan melakukan
investasi pada perusahaaan perdagangan, jasa dan investasi di Bursa
Efek Indonesia

Universitas Sumatera Utara

2. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pola pikir
penulis tentang risiko investasi.
3. Peneliti Lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.

Universitas Sumatera Utara