Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS RISIKO SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN
TRANSPORTASI DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
NOVIA WASISTA SIHOMBING 090502088
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAK
ANALISIS RISIKO SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu subsektor Energi, subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya, subsektor Telekomunikasi, subsektor Transportasi, dan Subsektor Konstruksi Nonbangunan. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel sebesar 32 perusahaan. Data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan yang dipublikasi oleh Bursa Efek Indonesia dan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan.
Teknik analisis yang digunakan adalah Uji One Way ANOVA. Hasil uji pada α 5% menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis antara subsektor Energi, subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya, subsektor Telekomunikasi, subsektor Transportasi, dan subsektor Konstruksi Nonbangunan. Berdasarkan hasil maka investor memiliki peluang hasil yang sama di setiap subsektor. Informasi seperti kinerja perusahaan yang berpengaruh pada kinerja saham dapat menjadi informasi tambahan bagi investor untuk menentukan perusahaan yang layak sebagai tujuan investasi.
Kata Kunci: Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis, Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
(3)
ABSTRACT
RISKS ANALYSIS OF COMPANIES’ STOCKS IN INFRASTRUCTURE, UTILITY AND TRANSPORTATION SECTOR IN
THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objectives of the study were to analyze and to know the distinction of systematic risks and non-systematic risks in each subsector of Infrastructure, Utility, and Transportation such as subsectors of Energy, Toll Road, Airport, Harbor, and Allied Products, Telecommunication, Transportation, and Non-building Construction. The population was 32 companies in the sectors of Infrastructure, Utility, and Transportation listed in the Indonesia Stock Exchange, and all of them were used as the samples. The data were secondary data which were obtained from the reports published by the Indonesia Stock Exchange and the financial report from each company.
The data were analyzed by using One Way ANOVA test. The result of the test at α of 5% showed that there were no distinction in systematic risks and non -systematic risks in the subsectors of Energy, Toll Road, Airport, Harbor and Allied Products, Telecommunication, Transportation, and Non-building Construction. The result of the study showed that investors had the same opportunity in each subsector. The information, such as company’s performance which had influence on stock performance could be additional information for investors to determine which companies qualified for investment.
Keywords: Systematic Risks, Non-systematic Risks, Sector of Infrastructure, Utility, and Transportation
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dengan judul “Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia” merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis khusus mempersembahkan skripsi ini untuk kedua orangtua tersayang: Ayahanda Alm. H. Sihombing dan Ibunda S. Napitupulu, S.Pd. Terima kasih untuk semua kasih sayang, pengorbanan dan doa yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
(5)
5. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku dosen pembaca penilai saya yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepada Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmunya kepada peneliti selama masa perkuliahan serta seluruh staf dan pegawai yang telah banyak membantu selama perkuliahan.
8. Tante penulis R. M. Napitupulu untuk semua pengorbanan dan doanya, tante E. Napitupulu untuk dukungannya dan seluruh keluarga besar penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis di bangku kuliah: Ani Yunita M. Manihuruk, Anggi N. Pardede, Dosmaria A.R. Simamora, Ingrid Sonia T. L. Tobing, dan Naomi Siahaan. Terima kasih untuk semua semangat dan doa kalian. 10.Sahabat-sahabat penulis di kos: Kak Yenny Sihombing, Arianty Damanik,
Poly Damanik, Jesi Surbakti, Maria Pasaribu, Kak Erika Sihombing terima kasih untuk dukungan dan semangatnya.
11.Teman-teman sebimbingan: Kak Theo, Kak Mahrina, Adi, Asri, Indri, Rudolfo, dan teman-teman lainnya.
12.Sahabat-sahabat penulis Pulinda P. Sinaga, Kak Meryanne Nani, Kak Sri Lastri, Kak Merly terima kasih untuk semangat dan doanya.
(6)
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang menbangun dari semua pihak agar skripsi ini semakin lebih baik lagi.
Medan, Juli 2013
Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 12
1.3Tujuan Penelitian ... 12
1.4Manfaat Penelitian ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Investasi... 14
2.2Risiko ... 14
2.2.1 Risiko Sistematis ... 18
2.2.2 Risiko Tidak Sistematis ... 20
2.3Return ... 21
2.4Penelitian Terdahulu ... 23
2.5Kerangka Konseptual ... 24
2.6Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 29
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
3.3Batasan Operasional ... 30
3.4Defenisi Operasional Variabel ... 30
3.5Populasi dan Sampel ... 33
3.6Jenis Data ... 35
3.7Metode Pengumpulan Data ... 36
3.8Teknik Analisis ... 36
3.8.1 Analisis Deskriptif ... 36
3.8.2 Analisis Perbandingan Rata-Rata (Uji ANOVA) ... 36
3.8.2.1Test of Homogenity of Variances ... 37
3.8.2.2Pengujian Hipotesis Uji ANOVA ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum ... 39
4.1.1 Bursa Efek Indonesia ... 39
(8)
4.2Hasil Penelitian ... 52
4.2.1 Analisis Data ... 52
4.2.1.1Pengembalian Saham Individual ... 52
4.2.1.2Pengembalian Pasar ... 54
4.2.1.3Pengukuran Risiko Sistematis ... 54
4.2.1.4Pengukuran Risiko Tidak Sistematis ... 57
4.2.1.5Pengukuran Risiko Total ... 59
4.2.2 Analisis Deskriptif ... 60
4.2.2.1Analisis Deskriptif Risiko Sistematis ... 61
4.2.2.2Analisis Deskriptif Risiko Tidak Sistematis ... 63
4.2.3 Analisis Perbandingan Rata-Rata (Uji ANOVA) ... 65
4.2.3.1Analisis Test of Homogeneity of Variances ... 65
4.2.3.2Analisis Uji ANOVA Risiko Sistematis ... 67
4.2.3.3Analisis Uji ANOVA Risiko Tidak Sistematis ... 68
4.2.3.4Analisis Post Hoc Test Risiko Sistematis ... 69
4.2.3.5Analisis Post Hoc Test Risiko Tidak Sistematis... 70
4.2.3.6Analisis Homogenous Subsets Risiko Sistematis ... 70
4.2.3.7Analisis Homogenous Subsets Risiko Tidak Sistematis ... 71
4.3Pembahasan ... 72
4.3.1 Risiko Sistematis ... 72
4.3.2 Risiko Tidak Sistematis ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 82
5.2Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1.1 Cadangan Gas Bumi Berdasarkan Wilayah ... 4
3.1 Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Energi ... 33
3.2 Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan Sejenisnya ... 34
3.3 Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Telekomunikasi ... 34
3.4 Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Transportasi ... 34
3.5 Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Konstruksi Nonbangunan ... 35
4.1 Pengembalian Saham Individual ... 52
4.2 Pengukuran Risiko Sistematis ... 55
4.3 Pengukuran Risiko Tidak Sistematis ... 57
4.4 Pengukuran Risiko Total ... 59
4.5 Analisis Deskriptif Risiko Sistematis ... 61
4.6 Analisis Deskriptif Risiko Tidak Sistematis ... 63
4.7 Hasil Uji Test of Homogeneity of VariancesRisiko Sistematis ... 66
4.8 Hasil Uji Test of Homogeneity of VariancesRisiko Tidak Sistematis ... 66
4.9 Hasil Uji ANOVARisiko Sistematis ... 67
4.10 Hasil Uji ANOVA Risiko Sistematis ... 68
4.11 Hasil Uji Homogeneous Risiko Sistematis ... 70
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Hubungan positif antara return ekspektasi
dengan risiko ... 22 2.2. Kerangka Konseptual ... 27
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Pengembalian Saham Individual dan
Pengembalian Pasar ... 89
2 Pengukuran Risiko Sistematis ... 91
3 Pengukuran Risiko Tidak Sistematis ... 93
4 Pengukuran Risiko Total ... 95
5 Risiko Sistematis Hasil Uji ANOVA ... 97
(12)
ABSTRAK
ANALISIS RISIKO SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu subsektor Energi, subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya, subsektor Telekomunikasi, subsektor Transportasi, dan Subsektor Konstruksi Nonbangunan. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel sebesar 32 perusahaan. Data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan yang dipublikasi oleh Bursa Efek Indonesia dan laporan keuangan dari masing-masing perusahaan.
Teknik analisis yang digunakan adalah Uji One Way ANOVA. Hasil uji pada α 5% menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis antara subsektor Energi, subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya, subsektor Telekomunikasi, subsektor Transportasi, dan subsektor Konstruksi Nonbangunan. Berdasarkan hasil maka investor memiliki peluang hasil yang sama di setiap subsektor. Informasi seperti kinerja perusahaan yang berpengaruh pada kinerja saham dapat menjadi informasi tambahan bagi investor untuk menentukan perusahaan yang layak sebagai tujuan investasi.
Kata Kunci: Risiko Sistematis, Risiko Tidak Sistematis, Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
(13)
ABSTRACT
RISKS ANALYSIS OF COMPANIES’ STOCKS IN INFRASTRUCTURE, UTILITY AND TRANSPORTATION SECTOR IN
THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objectives of the study were to analyze and to know the distinction of systematic risks and non-systematic risks in each subsector of Infrastructure, Utility, and Transportation such as subsectors of Energy, Toll Road, Airport, Harbor, and Allied Products, Telecommunication, Transportation, and Non-building Construction. The population was 32 companies in the sectors of Infrastructure, Utility, and Transportation listed in the Indonesia Stock Exchange, and all of them were used as the samples. The data were secondary data which were obtained from the reports published by the Indonesia Stock Exchange and the financial report from each company.
The data were analyzed by using One Way ANOVA test. The result of the test at α of 5% showed that there were no distinction in systematic risks and non -systematic risks in the subsectors of Energy, Toll Road, Airport, Harbor and Allied Products, Telecommunication, Transportation, and Non-building Construction. The result of the study showed that investors had the same opportunity in each subsector. The information, such as company’s performance which had influence on stock performance could be additional information for investors to determine which companies qualified for investment.
Keywords: Systematic Risks, Non-systematic Risks, Sector of Infrastructure, Utility, and Transportation
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Salah satu aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan adalah kegiatan investasi. Kegiatan investasi berhubungan dengan pengelolaan aset finansial terutama sekuritas yang bisa diperdagangkan. Tujuan investor melakukan investasi adalah keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan tercapai apabila tingkat pengembalian atau return yang diinginkan telah tercapai dari dana yang diinvestasikan. Namun return yang diharapkan ini terdapat risiko yang menyertainya juga. Hubungan yang dimiliki return dan risiko adalah hubungan yang searah. Artinya, jika semakin besar return yang diperoleh maka semakin besar pula risiko yang menyertainya dan begitu pula sebaliknya.
Return adalah alasan investor untuk melakukan investasi. Investor ketika menginvestasikan dananya akan mengisayaratkan tingkat return yang diharapakannya, tetapi pada akhirnya investor akan selalu dihadapkan pada tingkat return aktual yang diperolehnya. Hasil yang berbeda antara return yang diharapkan dengan return yang diperolehnya adalah risiko yang harus diperhatikan investor dalam melakukan investasi. Berinvestasi membuat investor melakukan pemilihan terhadap berbagai pilihan alternatif aset, baik aset berisiko, tidak berisiko maupun penggabungan keduanya. Aset berisiko merupakan aset yang memiliki
(15)
tingkat return aktual di masa depan mengandung ketidakpastian. Aset bebas risiko adalah aset yang memiliki tingkat return aktual telah dapat ditentukan pada saat ini.
Risiko merupakan peluang terjadinya perbedaan return aktual dengan return yang diinginkan dari investasi yang dilakukan. Hasil yang tidak diinginkan ini menunjukkan bahwa risiko lebih mengarah kepada kerugian. Investor harus memerhatikan hubungan antara imbal hasil aset-aset miliknya dalam menilai risiko portofolionya. Pada tingkat paling dasar, misalnya, kontrak asuransi dapat mengurangi risiko melalui perlindungan nilai pada saat bagian lain dari portofolio dalam kondisi buruk (Bodie, dkk., 2006:226). Risiko dalam investasi dapat dibagi menjadi dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan. Risiko ini dikenal juga sebagai risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan perekonomian secara makro. Sedangkan risiko tidak sistematis atau dikenal juga sebagai risiko spesifik merupakan risiko yang dapat didiversifikasi. Risiko ini berkaitan terhadap kondisi mikro perusahaan.
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi memiliki kontribusi utama bagi kemajuan suatu daerah juga bagi kemajuan suatu negara. Investasi infrastruktur sering diasosiasikan dengan investasi yang padat modal (capital intensive) dengan laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan berjangka panjang. Selama masa pemulihan investor harus siap
(16)
menerima risiko dengan profil yang senantiasa berubah mengikuti siklus hidup proyek (Wibowo, 2006:124).
Selain itu, perusahaan harus menghadapi obsolescent bargaining ketika pemerintah termotivasi untuk melakukan pelanggaran terhadap kewajiban kontraktualnya karena menyadari investor tidak memiliki banyak pilihan kecuali menerima tindakan tersebut atau meninggalkan sama sekali asetnya setelah negosiasi yang dilakukan gagal. Sektor ini memiliki lima subsektor yaitu subsektor energi, subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya, subsektor telekomunikasi, subsektor transportasi, subsektor konstruksi nonbangunan.
Subsektor energi merupakan sektor terpenting dalam pembangunan ekonomi dan memerlukan perhatian penuh serta berkelanjutan. Pembangunan terhadap subsektor energi diharapkan mampu menarik perhatian investor untuk menggarap potensi dari sektor energi yang masih terbuka cukup lebar ini. Subsektor energi terdapat Perusahaan Gas Negara dan Leyand International.
Masa depan Indonesia akan banyak bertumpu kepada penggunaan gas mengingat gas memberikan lebih banyak keuntungan secara ekonomi, keamanan dan lingkungan. Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam International Energy Outlook 2009, cadangan terbukti gas bumi dunia per Januari 2009 adalah sebesar 6.254 trillion cubic feet (TCF). Jumlah cadangan terbukti gas bumi Indonesia adalah setara dengan 1,7% dari cadangan gas bumi dunia. Cadangan gas bumi Indonesia terbagi
(17)
dalam enam wilayah. Total cadangan gas bumi pada tahun 2008 adalah sebesar 170,07 TSCF, berupa cadangan terbukti sebesar 66% dan cadangan potensial sebesar 34%. Berikut adalah cadangan gas bumi Indonesia berdasarkan wilayah.
Tabel 1.1
Cadangan gas bumi berdasarkan wilayah
Wilayah Cadangan
(TSCF)
Sumatera 15,42
Natuna 52,59
Jawa 9,24
Kalimantan 24,96
Pulau Lainnya 23,13
Papua 24,21
Total 170,07
Sumber: Ditjen Migas, status Januari 2008
Natuna dan Sumatera merupakan wilayah penyedia gas yang utama di Indonesia. Pada beberapa tahun ini, terjadi peningkatan jumlah cadangan gas bumi dengan diketemukannya beberapa cadangan gas bumi Donggi di Sulawesi Tengah, Laut Dalam di Selat Makassar dan Masela di Maluku. Penemuan cadangan gas bumi tersebut lebih besar dibandingkan dengan produksinya, sehingga cadangan terbukti gas bumi cenderung meningkat
Dua hal yang masih menjadi penghalang bagi bisnis gas, yakni kurangnya infrastruktur dan kebijakan harga yang belum tepat masih terus diupayakan demi meningkatkan konsumsi gas lebih tinggi lagi di masa mendatang. Infrastruktur bagi perusahaan selain dapat meningkatkan kinerja namun dapat memberikan risiko yang cukup tinggi bagi perusahaan. Ketika membangun infrastruktur, perusahaan kemungkinan
(18)
tidak memperoleh cost recovery terhadap pembangunan infrastruktur itu serta adanya aturan take or pay dimana gas yang sudah dibeli dari produsen harus dibayar meskipun pasar tidak mampu menyerapnya. Pasokan gas ke domestik juga kurang maksimal karena terkendala infrastruktur yang terbatas. Ketersediaan jaringan pipa transmisi gas bumi Indonesia masih belum dapat mengimbangi permintaan maupun pemerataan distribusi gas di Indonesia. Jika melihat pada negara yang lebih maju seperti Inggris, peran pemerintah merupakan faktor utama untuk pemaksimalan infratruktur gas. Masalah harga juga merupakan masalah utama dalam industri gas. Harga jual gas oleh PGN berkisar US$ 10 per juta british thermal unit (million british thermal unit/ MMBTU). Harga ini mungkin dapat diterima oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Namun, perhitungan oleh pihak industri berbeda dengan perhitungan yang dimiliki oleh pihak PLN.
PT Leyand International Tbk didirikan dengan nama PT. Lemahabang Perkasa. Pada tahun 2007 berubah menjadi PT. Leyand International Tbk. Bisnis utama Perusahaan adalah bergerak di bidang usaha industri kemasan plastik dan di tahun 2009 perusahaan melakukan divestasi divisi kemasan plastik dan merubah kegiatan usaha utamanya menjadi usaha investasi, pembangkit listrik dan energi. Tujuannya agar Perusahaan dapat lebih memfokuskan pada usaha pembangkit listrik dan energi. Untuk memproduksi energi listrik, terlebih dalam memenuhi kebutuhan PLN yang tertera dalam kontrak bisnis, pasokan bahan bakar
(19)
merupakan keharusan bagi PT Leyand International. Kontrol dan perawatan terhadap sistem jaringan distribusi listrik dari pembangkit ke jaringan PLN dilakukan agar gangguan yang berakibat hilangnya daya dapat dihindari.
Subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya terdapat dua perusahaan yaitu PT Citra Marga Nushapala P. Tbk. dan Jasa Marga (Persero) Tbk. Kedua perusahaan ini bergerak dalam proyek penyelenggaraan jalan tol. Perusahaan pada subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sejenisnya dihadapkan pada risiko operasional perusahaan seperti menghadapi risiko pembebasan lahan, pelaksanaan konstruksi yang tertunda dan risiko lainnya dalam membangun jalan tol. Volume lalu lintas yang merupakan basis utama dalam penerimaan pendapatan kedua perusahaan dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan ekonomi, cuaca, harga BBM, kualitas, kenyamanan dan waktu tempuh jalan non tol, ketersediaan moda tansportasi lain seperti jalur kereta api dan transportasi udara dan masa liburan. Rasio kewajiban terhadap ekuitas dan bunga atas hutang dapat berpengaruh secara material terhadap kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendanaan untuk akuisisi maupun pembangunan proyek baru. Tidak adanya atau gagalnya asuransi khusus untuk melindungi aset properti atau pendapatan jika terjadi kerusakan pada masing-masing ruas jalan tol yang dioperasikannya saat terjadi kecelakaan lalu lintas, bencana alam, kebakaran, terorisme, pemogokan angkutan umum, demontrasi
(20)
maupun kejadian yang tidak diduga lainnya menyebabkan kinerja usaha, prospek, keuntungan serta kinerja keuangan akan terganggu.
Subsektor yang ketiga adalah subsektor telekomunikasi. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi tersebut yaitu Bakrie Telecom, Excelcomindo Pratama, Indosat, Telekomunikasi Indonesia, dan Smartfren Telecom. Persaingan usaha di antara perusahaan antara lain adalah cakupan jaringan, tarif layanan, kualitas layanan, ketersediaan layanan data, ragam layanan yang ditawarkan serta pelayanan pasca penjualan. Perusahaan juga bersaing dengan layanan produk seluler yang ditawarkan oleh beberapa operator lainnya, baik yang menggunakan teknologi GSM maupun CDMA. Perang tarif yang dilakukan para pelaku industri telekomunikasi membuat pendapatan mereka pun tergerus. Jika tarif terlalu rendah, akan terjadi penurunan profitabilitas dan biaya investasi tidak optimal sehingga memengaruhi kualitas. Teknologi baru akan berdampak negatif terhadap kemampuan kompetitif perusahaan. Industri telekomunikasi seluler dicirikan oleh perubahan yang dinamis dan signifikan di bidang teknologi. Perusahaan dapat menghadapi tingkat persaingan yang tinggi yang berasal dari pengembangan teknologi sekarang maupun di masa yang akan datang.
Penyediaan layanan telekomunikasi bersifat padat modal. Perusahaan secara terus-menerus mencari alternatif pendanaan yang efektif baik yang bersumber dari internal berupa hasil kinerja operasional pada saat itu maupun yang bersumber dari eksternal yang berasal dari
(21)
lembaga keuangan, pasar modal, vendor financing, dan lain lain. Namun hal ini akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi yang berlaku, tingkat suku bunga, faktor-faktor keuangan, dan usaha lainnya, dimana sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan bergantung pada akses yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan sumber pembiayaan tersebut. Keterbatasan pendanaan ini akan berdampak pada penurunan kemampuan bersaing sehingga berpengaruh pada kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil operasional, dan prospek usaha perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan menurunnya tingkat keuntungan perusahaan. Instrumen kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Komunikasi dan Informatika, yang merupakan departemen teknis yang berwenang menetapkan kebijakan sektor telekomunikasi, disamping Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia yang berwenang menetapkan regulasi dan mekanisme bisnis telekomunikasi. Perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ini tidak selamanya dapat menguntungkan perusahaan, namun sebaliknya dapat juga merugikan perusahaan.
Subsektor transportasi adalah subsektor yang berisikan perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa transportasi. Transportasi berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memerlukan berbagai moda transportasi terutama dalam hal distribusi barang produksi. Peraturan dan kebijakan pemerintah seperti kebijakan bea masuk atas kendaraan bermotor yang diimpor sebagai armada transportasi berpengaruh pada pendapatan perusahaan.
(22)
Kenaikan harga suku cadang kendaraan armada selalu menjadi perhatian bagi subsektor ini. Suku cadang kendaraan bermotor sebagai suatu alat penunjang kontinuitasoperasional perusahaan transportasi memiliki peran yang sangat penting dalamindustri transportasi. Kenaikan harga suku cadang yang tidak selalu diikuti dengan kenaikan tarif yang ditetapkan pemerintah tentunya berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan. Pemenuhan kebutuhan perusahaan atas alat transportasi sebagai modal usaha berasal dari kegiatan impor. Impor yang dilakukan melibatkan dollar Amerika Serikat sebagai mata uang acuan dalam transaksi mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan mempengaruhi banyaknya dana yang dibutuhkan perusahaan dalam kegiatan impor tersebut. Adanya kenaikan harga minyak dunia juga memberikan kontribusi negatif terhadap kinerja emiten transportasi yang akan memicu kenaikan biaya operasional. Kenaikan biaya operasional akan berpengaruh pada tingkat pendapatan perusahaan transportasi.
Subsektor terakhir pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi adalah subsektor konstruksi nonbangunan. Salah satu bidang usaha dalam subsektor konstruksi nonbangunan yaitu perusahaan yang bergerak dalam rekayasa teknik dan konstruksi adalah Indika Energy Tbk dan Petrosea Tbk dengan perusahaan Indika Energy sebagai perusahaan induk dari Petrosea Tbk. Bisnis utama perusahaan pada segmen jasa energi adalah Tripatra dan Petrosea. Melalui Tripatra, perusahaan memberikan jasa teknik, pengadaan material dan pelaksanaan konstruksi, operasi dan
(23)
pemeliharaan serta logistik. Melalui Petrosea, perusahaan memberikan jasa engineering, konstruksi dan kontrak pertambangan dengan kemampuan pit-to-port. Perusahaan dalam aktivitasnya memiliki probabilitas menghadapi risiko kredit merujuk pada rekanan yang gagal dalam memenuhi liabilitas kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Mata uang fungsional perusahaan Indika Energy adalah Dollar Amerika Serikat. Eksposur mata uang asing perusahaan dan sebagian besar berasal dari transaksi-transaksi dalam mata uang selain Dollar Amerika Serikat terutama atas beban administrasi dan operasional. Sehubungan dengan fluktuasi kurs mata uang asing US$ terhadap mata uang asing, perusahaan dan entitas anak mencatat kerugian kurs mata uang asing bersih sebesar US$ 8.842.498 tahun 2012 dan US$ 12.493.113 tahun 2011.
Bidang yang kedua dalam subsektor konstruksi nonbangunan yaitu pembangunan dan penyewaaan menara telekomunikasi. Perusahaan yang termasuk dalam bidang ini yaituTower Bersama Infrastructure Tbk, Sarana Menara Nusantara Tbk dan Solusi Tunas Pratama Tbk. Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan menghadapi risiko tingkat suku bunga yang disebabkan oleh perubahan tingkat suku bunga pinjaman yang dikenakan bunga. Suku bunga atas pinjaman jangka pendek dan jangka panjang dapat berfluktuasi sepanjang periode pinjaman. Risiko ini timbul karena perusahaan memerlukan modal yang sangat besar seperti
(24)
pembangunan menara telekomunikasi dan akuisisi menara dari pihak ketiga.
Bagi perusahaan Sarana Menara Nusantara, kelangsungan usaha perusahaan bergantung kepada kegiatan operasional dan kondisi keuangan anak perusahaan, Protelindo karena sebagian besar kegiatan usaha dijalankan oleh Protelindo. Tidak terdapat jaminan bahwa Protelindo akan selalu memberikan kontribusi laba dan pengembalian investasi yang positif kepada Perusahaan. Penurunan kinerja keuangan Protelindo akan dapat mengakibatkan dampak secara material dan negatif pada kinerja dan prospek Perusahaan (Annual Report 2012 Sarana Menara Nusantara Tbk.). Berdasarkan fenomena yang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian, “Analisis Risiko Saham Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka perumusan masalah penelitian yaitu:
1. “Apakah terdapat perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan konstruksi nonbangunan.”
2. “Apakah terdapat perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi,
(25)
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan konstruksi nonbangunan.”
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu:
1. Mengetahui dan menganalisis perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan konstruksi nonbangunan.
2. Mengetahui dan menganalisis perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan konstruksi nonbangunan.
1.4Manfaat Penelitian
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi pada saham perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia.
(26)
b. Bagi Penulis
Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menganalisis risiko perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian di masa yang akan datang.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)
Investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu, pertama investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset berwujud seperti tanah, mesin-mesin atau pabrik. Kedua, investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis seperti saham biasa dan obligasi.
2.2.Risiko
Risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Tidak akan ada investasi jika ekspektasi tingkat pengembaliannya cukup tinggi untuk memberikan kompensasi bagi para investor karena telah menanggung risiko dari investasi tersebut. Menurut
(28)
Halim (2005:34), dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Menurut Zubir (2011:20) faktor-faktor penyebab timbulnya risiko akan memengaruhi melencengnya realisasi return suatu investasi terhadap nilai yang diharapkan (expected return). Berbagai sumber risiko di antaranya sebagai berikut:
1. Interest rate risk
Perubahan tingkat bunga akan memengaruhi pilihan investasi dalam saham, obligasi dan deposito. Tingkat bunga yang tinggi dapat menyebabkan return yang diperoleh dari investasi berisiko rendah (deposito) lebih tinggi daripada return investasi yang berisiko tinggi (saham) sehingga investor akan lebih tertarik untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito daripada membeli saham.
2. Market Risk
Market risk disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat menyeluruh yang memengaruhi kegiatan pasar secara umum (aggregate) seperti resesi, peperangan, perubahan struktur perekonomian, dan perubahan selera konsumen.
(29)
3. Inflation Risk
Permintaan terhadap barang-barang meningkat, tetapi daya beli rendah sehingga masyarakat tidak mampu membelinya. Tingkat bunga tabungan dan pinjaman erat kaitannya dengan inflasi karena pemilik modal (investor dan kreditur) akan meminta tingkat bunga yang tinggi untuk mengompensasi merosotnya daya beli tadi. 4. Business Risk
Risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan pemerintah maupun claim dari masyarakat karena merusak lingkungan.
5. Financial Risk
Perusahaan yang mempunyai utang besar mempunyai risiko yang juga besar di mata pemegang sahamnya karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan untuk membayar biaya bunga pinjaman tersebut. Akibatnya, bagian laba atau dividen yang diterima oleh pemegang saham menjadi kecil.
6. Liquidity Risk
Risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk mencairkan portofolio atau menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut. Investor yang memegang saham perusahaan yang tidak likuid akan menanggung risiko yang tinggi karena harganya
(30)
akan jatuh pada waktu dijual sehingga real return berada jauh di bawah expected return.
7. Exchange Rate Risk atau Currency Risk
Bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi penyebab real return lebih kecil daripada expected return.
8. Country Risk
Risiko ini juga berkaitan dengan investasi lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan dan stabilitas perekonomian negara tersebut. Stabilitas negara tujuan investasi menjadi pertimbangan yang sangat penting sebelum memutuskan melakukan investasi di negara lain.
Standar deviasi dan varians dapat digunakan sebagai ukuran besarnya penyimpangan tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin besar nilainya, berarti semakin besar penyimpangannya (berarti risikonya semakin tinggi) (Halim, 2005:42). Deviasi standar pada dasarnya adalah rata-rata tertimbang dari deviasi-deviasi nilai yang diharapkan dan akan memberikan gambaran dari seberapa di atas atau di bawah dari nilai yang diharapkan kemungkinan nilai aktualnya (Brigham & Houston, 2001:223). Varians adalah nilai rata-rata deviasi kuadrat dari rata-rata (Brealey, dkk., 2008:302).
(31)
Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal risiko investasi. Jenis risiko ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis atau disebut systematic risk atau undiversifiable risk dan risiko tidak sistematis atau disebut unsystematic risk atau specific risk atau diversifiable risk.
2.2.1. Risiko sistematis
Risiko ini dikenal juga dengan sebutan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan atau risiko pasar. Risiko sistematis merupakan hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Risiko sistematis ini mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan. (Simatupang, 2010:43-44). Akibatnya, perubahan tidak diharapkan atas variabel ini secara simultan menyebabkan perubahan yang tidak diharapkan atas imbal hasil pasar secara keseluruhan. (Bodie, dkk., 2006:405). Tiga karakteristik yang dimiliki risiko sistematis:
1. Risiko sistematis mempengaruhi semua efek
2. Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi
3. Risiko sistematis tidak bisa dikurangi atau dikontrol
Sebagai contoh risiko sistematis adalah naiknya inflasi mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Contoh lain dari risiko sistematis
(32)
adalah risiko pasar, politik dan keamanan yang menimbulkan sentiment negatif sehingga mendorong hampir seluruh harga-harga saham perusahaan go-public turun, walaupun secara fundamental emiten baik. (Simatupang, 2010:43-44)
Untuk mengurangi risiko sistematis, investor dapat melakukan lindung nilai (hedging) di futures market atau di option market. Cara lain untuk mengurangi risiko sistematis adalah memahami perilaku siklus ekonomi dan tanda-tanda awal pergantian siklus ekonomi. (Samsul, 2006:285)
Risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta (β). Menurut Tandelilin (2001 : 69) beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Beta digunakan sebagai pengukur risiko sistematis diperoleh dari model indeks tunggal yang dikembangkan oleh William Sharpe. Model ini mengaitkan perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar. Dalam penggunaan model indeks tunggal, kita perlu mengestimasikan beta sekuritas yang bisa dilakukan dengan menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.
Gejolak harga suatu jenis saham dapat searah atau berlawanan arah dengan gejolak indeks pasar. Jika gejolak harga searah maka beta saham positif sedangkan jika gejolak
(33)
berlawanan, maka beta saham negatif. Apabila dihitung setiap hari maka beta bersifat variatif di mana hari ini bisa positif tetapi mungkin besok negatif. Oleh karena itu, beta saham harus dihitung untuk jangka panjang.
2.2.2. Risiko Tidak Sistematis
Risiko ini disebut juga risiko spesifik hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan dan sebagainya. Untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul, investor sebaiknya berinvestasi dalam berbagai jenis saham dari bermacam sektor sehingga jika satu jenis saham merugi, masih ada jenis saham lain yang beruntung. (Samsul, 2006:286). Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan untuk membentuk portofolio dapat membuat varians portofolio suatu perusahaan menurun karena adanya penurunan risiko spesifik perusahaan.
Menurut Simatupang (2010:45) setiap jenis industri memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi secara spesifik. Contoh risiko tidak sistematis
(34)
yaitu risiko financial, risiko industri dan risiko negara. Secara umum, terdapat tiga karakteristik risiko nonsistematik:
1. Dapat dihilangkan dengan proses diversifikasi 2. Dapat dikurangi atau dikontrol
3. Unik untuk saham dan industri
2.3.Return
Menurut Halim (2005 : 34), dalam konteks manajemen investasi, pengembalian (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Pengembalian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengembalian yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis dan pengembalian yang diharapkan (expected return – ER) akan diperoleh investor di masa depan. Faktor penimbang expected return bagi saham individual adalah probabilitas masing-masing tingkat pengembalian. Faktor penimbang bagi portofolio adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham.
Komponen pengembalian meliputi:
1. Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
2. Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau
(35)
bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.
Menurut Brealey, dkk. (2008:333), ekspektasi tingkat pengembalian yang diminta oleh investor tergantung pada dua hal : (1) kompensasi nilai waktu uang (tingkat bebas risiko) dan (2) premi risiko, yang bergantung pada beta dan premi risiko pasar. Menurut Jogiyanto (2003 : 144), return ekspektasi dan risiko mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau exante return (before the fact), yaitu untuk return yang belum terjadi. Untuk return realisasi (yang sudah terjadi), hubungan positif ini dapat tidak terjadi. Untuk pasar yang tidak rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang tinggi pula. Hubungan antara return ekspektasi dengan risiko dapat dilihat pada gambar berikut.
return ekspektasi
● futures ● opsi
●waran ●saham biasa ●saham preferen ●obligasi pemerintah ● obligasi pemerintah ●obligasi perusahaan
● deposito
Sumber : Jogiyanto (2003 : 145)
(36)
2.4.Penelitian Terdahulu
Anastasia, dkk. (2003) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan factor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham terlihat lemah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa pola pergerakan harga saham bersifat acak, tidak dapat ditentukan, dan atau dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan factor fundamental perusahaan. Hal ini dikarenakan orientasi investor adalah capital gain oriented bukan dividend oriented.
Elisabeth (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Risiko Sistematis dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menunjukkan variabel beta (β) mempunyai pengaruh negatif yaitu bahwa 1 % beta (risiko) akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar 128.648 poin. Investor cenderung tidak berani mengambil risiko dan memindahkan dananya pada saham sektor lain ataupun pada jenis instrumen investasi lain yang lebih aman seperti deposito/tabungan.
Pane (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menyatakan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga
(37)
saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham industri tekstil di Bursa Efek Indonesia. Harga saham individual berfluktuasi berlawanan dengan harga pasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2012) dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di BEI”. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel risiko sistematis memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel risiko sistematis berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perbankan di BEI. Hal ini menunjukkan bahwa apabila harga saham pasar naik maka harga saham individu akan menurun demikian sebaliknya. nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Faktor Risiko sistematis yang diukur dengan indeks Beta tidak berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil.
2.5.Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2004 : 49), kerangka pikiran merupakan penjelasan secara teoritis antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Menurut Sekaran (2006:114), kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan
(38)
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.
Investasi merupakan penempatan dana yang dimiliki investor saat ini dengan harapan keuntungan yang dapat diperoleh di masa datang. Menurut Brigham & Houston (2001:214), dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Konsep pengembalian memberikan cara yang mudah bagi investor menyajikan kinerja keuangan dari suatu investasi. Saham merupakan salah satu aset finansial yang dapat dipilih investor untuk berinvestasi. Investasi pada saham selain memberi harapan keuntungan juga disertai dengan adanya risiko yang mampu menghalangi perolehan keuntungan yang diharapkan. Risiko ini dapat berupa risiko inflasi, tingkat suku bunga dan risiko industri.
Risiko merupakan kondisi ketidakpastian yang timbul akibat kurang atau tidak adanya informasi yang memadai. Ketidakpastian akan mengakibatkan keragu-raguan seseorang terhadap kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan hasil di masa datang. Risiko dalam investasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.
(39)
Risiko sistematis diukur dengan menggunakan beta (β). Menurut Tandelilin (2001 : 69) beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Menurut Brealey, dkk. (2008:324), saham yang defensif tidak sensistif terhadap fluktuasi pasar sehingga memiliki beta rendah. Sebaliknya, saham yang agresif memperbesar segala pergerakan pasar dan memiliki beta lebih tinggi. Jika pasar naik, akan baik memegang saham agresif; jika turun, lebih baik memegang saham defensif. Saham yang agresif memiliki beta tinggi, beta yang lebih besar dari 1,0, yang berarti bahwa pengembaliannya cenderung lebih dari satu berbanding satu terhadap perubahan pengembalian pasar keseluruhan. Beta saham defensif kurang dari 1,0. Pengembalian saham ini bervariasi lebih rendah dari satu berbanding satu terhadap pengembalian pasar.
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perberbeda-bedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar (Samsul, 2006:286). Diversifikasi membantu para investor untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul dengan cara berinvestasi dalam berbagai saham dari bermacam sektor sehingga jika satu saham merugi, masih ada saham lain yang beruntung. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan untuk membentuk portofolio dapat membuat varians portofolio suatu perusahaan menurun karena adanya penurunan risiko spesifik perusahaan.
(40)
Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi adalah sektor yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergelut dalam bidang pemenuhan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana seperti jalan tol, jaringan telekomunikasi dan moda transportasi di Indonesia. Sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi pada Bursa Efek Indonesia memiliki lima subsektor yaitu subsektor energi, subsektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya, subsektor telekomunikasi, subsektor transportasi dan subsektor konstruksi nonbangunan. Setiap perusahaan tentunya memiliki risiko, tidak terkecuali juga subsektor yang dimiliki oleh sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Berdasarkan pemaparan yang telah diberikan maka dapat dibuat kerangka konseptual atas penelitian ini seperti yang digambarkan sebagai berikut.
1. Risiko Sistematis
=
=
=
= =
Risiko Sistematis subsektor jalan tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya Risiko Sistematis Subsektor Konstruksi Nonbangunan Risiko Sistematis Subsektor Telekomunikasi Risiko Sistematis Subsektor Transportasi Risiko Sistematis Subsektor Energi(41)
2. Risiko Tidak Sistematis
=
=
=
=
Sumber : Tandelilin (2001), Brigham & Houston (2001), Halim (2005), Brealey, dkk. (2008), Samsul (2006) (data diolah)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.6.Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan yaitu:
1. Ada perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia. 2. Ada perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor
Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia.
Risiko Tidak Sistematis Subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan Sejenisnya Risiko Tidak Sistematis Subsektor Transportasi Risiko Tidak Sistematis Subsektor Konstruksi Nonbangunan Risiko Tidak Sistematis Subsektor Telekomunikasi Risiko Tidak Sistematis Subsektor
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004:5). Pada penelitian ini, data harga saham yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan diolah untuk memperoleh nilai risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dari masing-masing perusahaan di setiap subsektor.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui akses internet pada situs
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai bulan April 2013
(43)
3.3Batasan Operasional
Penelitian ini menggunakan batasan operasional yaitu:
a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdiri dari subsektor Energi, subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, subsektor Telekomunikasi, subsektor Transportasi, subsektor Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia.
b. Data harga saham harian pada sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi selama 1 tahun (30 Desember 2011 sampai dengan 28 Desember 2012) di Bursa Efek Indonesia.
3.4Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini memiliki defenisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Risiko Sistematis
Risiko sistematis merupakan risiko timbul dari faktor-faktor fundamental makroekonomi yaitu inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi. Risiko ini disebut juga dengan risiko pasar. Menurut Brealey, dkk. (2008:312), risiko pasar berasal dari bahaya di seluruh perekonomian yang mengancam semua bisnis. Risiko pasar menerangkan mengapa saham memiliki kecenderungan untuk bergerak bersama sehingga portofolio yang terdiversifikasi baik pun terpapar pada pergerakan pasar. Beta (β) pasar, yaitu Beta dari suatu sekuritas relatip terhadap risiko pasar digunakan sebagai pengukur risiko
(44)
sistematis (systematic risk). Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan terhadap risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a. Menurut Ahmad (2004 : 119)
Risiko sistematis = β2
×
(Variance Index) = β² x σm²b. Untuk menghitung beta (β) dilakukan penghitungan terhadap return saham (Ri) dan return pasar (Rm) dengan rumus sebagai berikut:
Return saham (Ri) = ��−��−1
��−1 Keterangan :
Pt : harga saham pada periode t
Pt-1 : harga saham pada periode t-1
Return pasar (Rm) = �����−�����−1
�����
Keterangan:
IHSGt : indeks harga saham gabungan pada periode t
IHSGt-1 : indeks harga saham gabungan pada periode t-1
c. Rumus menghitung beta yaitu:
Beta (β) = (���� ×��−��� ���)
(45)
Keterangan :
Rm : return pasar (Rm) Ri : return saham (Ri) n : jumlah data
d. Varians pasar adalah risiko dari pasar dihitung dengan menggunakan rumus :
σm² =
∑
(Rmi − R�m) ² N�
i=1
Keterangan : Rmi = Tingkat Keuntungan Pasar
Rm = Rata-rata Ri
2. Risiko Tidak Sistematis
Risiko ini adalah risiko yang mengikuti suatu investasi dengan cirinya masing-masing sehingga risiko ini berbeda atau unik atau khas untuk setiap perusahaan. Menuru Brealey, dkk. (2008:312), risiko khas muncul karena banyak bahaya yang mengelilingi perusahaan individual terkait dengan perusahaan dan mungkin pesaing langsungnya. Risiko tidak sistematis dapat diantisipasi dengan melakukan diversifikasi. Diversifikasi dapat membantu investor untuk mengurangi risiko potensial yang dimiliki oleh sekuritasnaya. Rumus untuk menghitung risiko tidak sistematis yaitu:
Risiko tidak sistematis = (total variance) – (systematic risk) = �2
(46)
3.5Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Penelitian ini menggunakan populasi yaitu perusahaan sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di Bursa Efek Indonesia sebelum tanggal 01 Desember 2011 yang berjumlah 32 perusahaan.
Menurut Kuncoro (2009:118), sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi. Sampel yang ditarik pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan teknik yang digunakan ketika seluruh anggota dalam populasi digunakan sebagai sampel.
Berdasarkan karakteristik penarikan jumlah sampel yang dilakukan yang dilakukan terhadap sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, didapatkan sampel penelitian sebanyak 32 sampel perusahaan.
Tabel 3.1
Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Energi
NO. KODE NAMA EMITEN
1. PGAS Perusahaan Gas Negara 2. LAPD Leyand International Tbk
(47)
Tabel 3.2
Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya
NO. KODE NAMA EMITEN
1. CMNP Citra Marga Nushapala P. Tbk 2. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
Sumber :
Tabel 3.3
Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Telekomunikasi
NO. KODE NAMA EMITEN
1. BTEL Bakrie Telecom Tbk
2. EXCL Excelcomindo Pratama Tbk. 3. ISAT Indosat Tbk.
4. FREN Smartfren Telecom Tbk.
5. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Sumber :
Tabel 3.4
Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Transportasi
NO. KODE NAMA EMITEN
1. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 2. CMPP Centris Multi Persada P. Tbk. 3. HITS Humpuss Intermoda Trans Tbk. 4. IATA Indonesia Air Transport Tbk. 5. WEHA Panorama Transportasi Tbk. 6. TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 7. RIGS Rig Tenders Tbk.
8. SMDR Samudera Indonesia Tbk. 9. SAFE Steady Safe Tbk.
10. ZBRA Zebra Nusantara Tbk. 11. BULL Buana Listya Tama Tbk
12. GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk 13. APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
(48)
Lanjutan...
NO. KODE NAMA EMITEN
14. MIRA Mitra International Resources Tbk 15. MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk 16. RAJA Rukun Raharja Tbk
17. TRAM Trada Maritime Tbk
18. WINS Wintermar Offshore Marine Tbk
Sumber :
Tabel 3.5
Nama Sampel Emiten Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi Subsektor Konstruksi Nonbangunan
NO. KODE NAMA EMITEN
1. PTRO Petrosea Tbk. 2 INDY Indika Energi Tbk
3. TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 4. TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk 5. SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk
Sumber :
3.6Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yang diperoleh dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data tersebut kemudian dipublikasikan kepada para pihak pengguna data tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan yang telah dipublikasikan oleh pihak Bursa Efek Indonesia serta laporan keuangan masing-masing perusahaan.
(49)
3.7Metode Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka yaitu data-data yang diperoleh dari beberapa skripsi, jurnal serta buku-buku referensi.
b. Data-data Sekunder yaitu data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dan Yahoo Finance.
3.8Teknik Analisis
3.8.1 Analisis Deskriptif
Penelitian dengan analisis deskiptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteritik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan (trend) (Azwar, 2004:6-7). Penelitian ini mengolah data harga saham dengan menggunakan rumus risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
3.8.2 Analisis Perbandingan Rata-rata (Uji ANOVA)
Penelitian ini menggunakan uji ANOVA untuk menguji perbedaan rata-rata dua kelompok atau lebih data indepnden. Dalam menggunakan ANOVA harus terpenuhi asumsi dasarnya agar kesimpulan yang diambil tidak menimbulkan kesalahan atau kurang akurat. Uji ANOVA dilakukan untuk menguji “Apakah
(50)
terdapat perbedaan risiko sistematis dan tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia”. Uji Homogenity of Variances terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji ANOVA.
3.8.2.1Test of Homogenity of Variances
Asumsi uji ANOVA yaitu varian kelompok data adalah homogen (sama). Kriteria pengujian yaitu:
a. Jika signifikansi < 0,05 maka varian kelompok data tidak sama
b. Jika signifikansi > 0,05 maka varian kelompok data adalah sama.
3.8.2.2Pengujian Hipotesis Uji ANOVA
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis yaitu: Hipotesis Risiko Sistematis
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia.
b. Ha : Terdapat perbedaan risiko sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu
(51)
Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis Risiko Tidak Sistematis
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia.
b. Ha : Terdapat perbedaan risiko tidak sistematis pada setiap subsektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yaitu Energi, Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, dan Konstruksi Nonbangunan di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini akan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai F tabel pada tingkat signifikan (α) = 5 %. Kriteria penilaian
hipotesis untuk uji ANOVA ini yaitu: a. Jika F hitung≤ F tabel maka Ho diterima.
b. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
Berdasarkan signifikansi :
a. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima. b. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak.
(52)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum
4.1.1 Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
(53)
1. Desember 1912
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2. 1914 – 1918
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. 3. 1925 – 1942
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
4. Awal tahun 1939
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
5. 1942 – 1952
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6. 1956
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
7. 1956 – 1977
Perdagangan di Bursa Efek vakum. 8. 10 Agustus 1977
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar
(54)
Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 9. 1977 – 1987
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
10.1987
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
11.1988 – 1990
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
12.2 Juni 1988
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
13.Desember 1988
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan
(55)
beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
14.16 Juni 1989
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 15.13 Juli 1992
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
16.22 Mei 1995
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 17.10 November 1995
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
18.1995
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 19.2000
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
(56)
20.2002
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
21.2007
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
22.02 Maret 2009
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.
4.1.2 Profil Perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
1. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) Berdiri : 01 Februari 1905
Terdaftar : 15 Desember 2003 Subsektor : Energi
Alamat Kantor : Jl. KH. Zainul Arifin No. 20 Jakarta 11140 2. Leyand International, Tbk (LAPD)
Berdiri : 07 Juni 1990 Terdaftar : 17 Juli 2001 Subsektor : Energi
Alamat Kantor : Panin Tower Lt. 11 Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19 Jakarta 10270
(57)
3. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) Berdiri : 13 April 1987
Terdaftar : 10 Januari 1995
Subsektor : Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan Sejenisnya
Alamat Kantor : Gedung Cmnp Jl. Yos Sudarso Kav. 28 Jakarta 14350
4. Jasa Marga Tbk (JSMR)
Berdiri : 01 Maret 1978 Terdaftar : 12 Nopember 2007
Subsektor : Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan Sejenisnya
Alamat Kantor : Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah Jakarta 13550
5. Bakrie Telecom Tbk (BTEL)
Berdiri : 13 Agustus 1993 Terdaftar : 03 Februari 2006 Subsektor : Telekomunikasi
Alamat Kantor : Wisma Bakrie I Lantai 3 Jl. H.R Rasuna Said Kav. B-1 Jakarta 12920
6. XL Axiata Tbk. (EXCL)
Berdiri : 06 Oktober 1989 Terdaftar : 29 September 2005
(58)
Subsektor : Telekomunikasi
Alamat Kantor : Jl DR. Ide Anak Agung Gde Agung Lot E4-7 No.1, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12950
7. Indosat Tbk (ISAT)
Berdiri : 10 Nopember 1967 Terdaftar : 19 Oktober 1994 Subsektor : Telekomunikasi
Alamat Kantor : Jl. Medan Merdeka Barat No.21 Jakarta 8. Smartfren Telecom Tbk (FREN)
Berdiri : 16 Desember 2002 Terdaftar : 29 Nopember 2006 Subsektor : Telekomunikasi
Alamat Kantor : Kantor Smartfren Jl. H. Agus Salim No. 45 Menteng Jakarta Pusat 10340 Indonesia 9. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
Berdiri : 24 September 1991 Terdaftar : 14 Nopember 1995 Subsektor : Telekomunikasi
Alamat Kantor : GKP TELKOM Jl. Japati No. 1 Bandung 40133
10.Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) Berdiri : 12 Maret 1981
(59)
Terdaftar : 26 Maret 1990 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Wisma BSG, Lt.10 Jl. Abdul Muis No. 40. Jakarta
11.Centris Multi Persada Pratama Tbk (CMPP) Berdiri : 25 Juli 1989
Terdaftar : 08 Desember 1994 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Plaza Centris Lt. 9 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B5 Jakarta
12.Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) Berdiri : 21 Desember 1992
Terdaftar : 15 Desember 1997 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Gedung Granadi Lantai 5, 7 & 8, J l. H. R. Rasuna Said Blok X-1 Kav. 8-9 Jakarta 12950
13.Indonesia Air Transport Tbk (IATA) Berdiri : 10 September 1968 Terdaftar : 13 September 2006 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Baru Skatek-Apron Selatan, Halim Perdanakusuma Airport Jakarta Timur
(60)
14.Panorama Transportasi Tbk (WEHA) Berdiri : 11 September 2001 Terdaftar : 31 Mei 2007 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Graha Panorama Lt. 2 Jl. Tanjung Selor No. 17 Kelurahan Cideng Kecamatan Gambir Jakarta Pusa
15.Pelayaran Tempuran Mas Tbk (TMAS) Berdiri : 17 September 1987 Terdaftar : 09 Juli 2003 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Tembang No. 51 Tanjung Priok Jakarta Utara
16.Rig Tenders Tbk (RIGS)
Berdiri : 22 Januari 1974 Terdaftar : 26 Maret 1990 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Wisma Rig Tenders Jl. Dr.Saharjo No. 129 Jakarta 12860
17.Samudera Indonesia Tbk (SMDR) Berdiri : 13 Nopember 1964 Terdaftar : 05 Desember 1999 Subsektor : Transportasi
(61)
Alamat Kantor : Samudera Indonesia Building, 2nd Fl Jl. Letjen S. Parman Kav. 35 Jakarta 11480 18.Steady Safe Tbk (SAFE)
Berdiri : 21 Desember 1971 Terdaftar : 15 Agustus 1994 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Gedung Istana Kana Lt. 2 Jl. R.P. Soeroso No. 24 Jakarta
19.Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) Berdiri : 08 Januari 1987 Terdaftar : 01 Agustus 1991 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Citra Graha Building 6 Fl.
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 35 – 36
Jakarta – 12950 20.Buana Listya Tama Tbk (BULL)
Berdiri : 12 Mei 2005 Terdaftar : 23 Mei 2011 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Wisma BSG, Lantai 10, Jl. Abdul Muis no. 40, Jakarta 10160
21.Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Berdiri : 26 Januari 1949
(62)
(sebagai Garuda Indonesia Airways) Terdaftar : 11 Februari 2011
Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Kebon Sirih No. 44, Jakarta 10110 22.Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL)
Berdiri : 04 Oktober 1975 Terdaftar : 22 Juni 2005 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Abdul Muis No. 50, Jakarta 10160 23.Mitra International Resources Tbk (MIRA)
Berdiri : 24 April 1979 Terdaftar : 30 Januari 1997 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Grha MITRA Jl. Pejaten Barat No.6, Jakarta Selatan 12510 Indonesia 24.Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS)
Berdiri : 24 Maret 1994 Terdaftar : 06 April 2011 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Menara Karya, Lantai 12 Jl. H. R. Rasuna Said Block X-5 Kav.1-2, Kuningan Jakarta 12950
(63)
25.Rukun Raharja Tbk (RAJA)
Berdiri : 24 Desember 1993 Terdaftar : 19 April 2006 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Mayapada Tower 21th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.28 Jakarta 12190 26.Trada Maritime Tbk (TRAM)
Berdiri : 26 Agustus 1998 Terdaftar : 10 September 2008 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Kyai Maja No. 4, Kebayoran Baru, Jakarta 12120
27.Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) Berdiri : 18 Desember 1995 Terdaftar : 29 Nopember 2010 Subsektor : Transportasi
Alamat Kantor : Jl. Kebayoran Lama No. 155 Jakarta 11560 28.Petrosea Tbk (PTRO)
Berdiri : 21 Februari 1972 Terdaftar : 21 Mei 1990
Subsektor : Konstruksi Nonbangunan
Alamat Kantor : Wisma Anugraha Jl.Taman Kemang Raya No.32 B Jakarta 12730
(64)
29.Indika Energy Tbk (INDY)
Berdiri : 19 Oktober 2000 Terdaftar : 11 Juni 2008
Subsektor : Konstruksi Nonbangunan
Alamat Kantor : Gedung Mitra Lantai 11 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 21 Jakarta – 12930
30.PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Berdiri : 08 Nopember 2004
Terdaftar : 26 Oktober 2010
Subsektor : Konstruksi Nonbangunan
Alamat Kantor : Gedung Barclays House, Lantai 6, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 22-23 Jakarta 12920
31.Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Berdiri : 02 Juni 2008
Terdaftar : 08 Maret 2010
Subsektor : Konstruksi Nonbangunan
Alamat Kantor : Jl. Jend. A. Yani No. 19A Kudus, Jawa Tengah
32.Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) Berdiri : 25 Juli 2006 Terdaftar : 11 Oktober 2011
(65)
Alamat Kantor : Rukan Permata Senayan Blok. C 01-02 Grogol Utara, Kebayoran Lama Jakarta Selatan
4.2Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Data
4.2.1.1Pengembalian Saham Individual
Return saham individual dapat dihitung yaitu menggunakan indikator harga saham penutupan perusahaan menggunakan persamaan berikut:
Return saham (Ri) = Pt – P t -1
P t – 1
Hasil dari penghitungan return individual dari perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Table 4.1
Pengembalian Saham Individual
Subsektor NO KODE Ri Rm
Energi 1 PGAS 0.00162
0.00055
2 LAPD 0.00005 0.00055
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan dan sejenisnya
3 CMNP 0.00024 0.00055
(66)
Lanjutan...
Subsektor NO KODE Ri Rm
Telekomunikasi
5 BTEL -0.00629 0.00055
6 EXCL 0.00131 0.00055
7 ISAT 0.00090 0.00055
8 FREN -0.00659 0.00055
9 TLKM 0.00121 0.00055
Transportasi
10 BLTA 0.00016 0.00055
11 CMPP 0.00353 0.00055
12 HITS 0.00098 0.00055
13 IATA 0.00720 0.00055
14 WEHA 0.00005 0.00055
15 TMAS 0.00323 0.00055
16 RIGS 0.00053 0.00055
17 SMDR 0.00063 0.00055
18 SAFE 0.00230 0.00055
19 ZBRA 0.00553 0.00055
20 BULL -0.00239 0.00055
21 GIAA 0.00159 0.00055
22 APOL -0.00275 0.00055
23 MIRA -0.00093 0.00055
24 MBSS 0.00111 0.00055
25 RAJA 0.00036 0.00055
26 TRAM 0.00077 0.00055
27 WINS 0.00187 0.00055
Konstruksi Nonbangunan
28 PTRO -0.00325 0.00055
29 INDY -0.00148 0.00055
30 TBIG 0.00384 0.00055
31 TOWR 0.00423 0.00055
32 SUPR 0.00078 0.00055
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengembalian saham individual (Ri) terbesar terdapat pada subsektor Transportasi yang dimiliki oleh perusahaan Indonesia Air
(67)
Transport Tbk dengan kode emiten IATA yaitu sebesar 0.00720, sedangkan pengembalian saham individual (Ri) terkecil terdapat pada subsektor Telekomunikasi yang dimiliki oleh perusahaan Smartfren Telecom Tbk sebesar -0.00659. Pengembalian positif menunjukkan bahwa saham yang dipilih dapat memberikan keuntungan dan jika saham yang dipilih memiliki nilai negatif menunjukkan bahwa saham tersebut memberikan kerugian.
4.2.1.2Pengembalian Pasar
Return pasar (Rmt) diperoleh dari return indeks harga
saham gabungan (IHSG) dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Rmt = �����−�����−
1
�����−1
Tabel 4.1 menunjukkan return pasar sebesar 0,00055. Return pasar yang cukup tinggi mengindikasikan bahwa investasi yang dilakukan pada saham-saham sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi dapat memberikan keuntungan yang cukup signifikan.
4.2.1.3Pengukuran Risiko Sistematis
Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan karena risiko ini dipengaruhi oleh
(68)
faktor-faktor perekonomian secara makro. Risiko sistematis dalam penelitian ini menggunakan rumus (Ahmad, 2004:119): Risiko sistematis = β² x (Variance Indeks )
= β² x σm²
Hasil dari penghitungan risiko sistematis pada perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi tersaji dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2
Pengukuran Risiko Sistematis
Subsektor NO KODE β βi2 σm2 β² x σm2
Risiko Sistematis (%)(βi2.σm2) Energi 1 PGAS 0.773 0.5969 0.00008 0.0000478 0.0047752
2 LAPD -0.120 0.0144 0.00008 0.0000012 0.0001153 Jalan Tol, Bandara,
Pelabuhan dan Sejenisnya
3 CMNP 0.926 0.8581 0.00008 0.0000686 0.0068645 4 JSMR 0.618 0.3822 0.00008 0.0000306 0.0030575 Telekomunikasi 5 BTEL 0.517 0.2674 0.00008 0.0000214 0.0021390 6 EXCL 0.876 0.7682 0.00008 0.0000615 0.0061453
Transportasi
7 ISAT 1.090 1.1890 0.00008 0.0000951 0.0095120 8 FREN 1.492 2.2246 0.00008 0.0001780 0.0177971 9 TLKM 0.721 0.5204 0.00008 0.0000416 0.0041628 10 BLTA 0.025 0.0006 0.00008 0.0000001 0.0000050 11 CMPP -0.265 0.0700 0.00008 0.0000056 0.0005601 12 HITS 0.222 0.0491 0.00008 0.0000039 0.0003927 13 IATA 1.143 1.3066 0.00008 0.0001045 0.0104526 14 WEHA 0.327 0.1072 0.00008 0.0000086 0.0008575 15 TMAS 0.718 0.5161 0.00008 0.0000413 0.0041290 16 RIGS 0.438 0.1917 0.00008 0.0000153 0.0015337
(69)
Lanjutan...
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa risiko sistematis terendah terdapat pada subsektor Transportasi yang dimiliki oleh perusahaan Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) yaitu sebesar 0.0000050%. Risiko sistematis tertinggi terdapat pada subsektor Konstruksi Nonbangunan yang dimiliki oleh perusahaan Indika Energi Tbk (INDY) yaitu sebesar 0.0235135%. Hasil pengukuran risiko sistematis setiap perusahaan cenderung kecil yang menunjukkan bahwa kondisi eksternal perusahaan dalam kondisi yang stabil sehingga mendukung iklim investasi terutama bagi investor untuk Subsektor NO KODE β βi2 σm2 β² x σm2
Risiko Sistematis (%)(βi2.σm2) 17 SMDR 0.968 0.9370 0.00008 0.0000750 0.0074963 18 SAFE 0.694 0.4821 0.00008 0.0000386 0.0038568 19 ZBRA 0.698 0.4871 0.00008 0.0000390 0.0038970 20 BULL 0.788 0.6206 0.00008 0.0000497 0.0049651 21 GIAA 1.071 1.1460 0.00008 0.0000917 0.0091681 22 APOL 0.817 0.6677 0.00008 0.0000534 0.0053419 23 MIRA 0.182 0.0330 0.00008 0.0000026 0.0002644 24 MBSS 1.677 2.8122 0.00008 0.0002250 0.0224977 25 RAJA 1.133 1.2830 0.00008 0.0001026 0.0102644 26 TRAM 0.962 0.9261 0.00008 0.0000741 0.0074086 27 WINS 0.494 0.2437 0.00008 0.0000195 0.0019493
Konstruksi Nonbangunan
28 PTRO 1.170 1.3698 0.00008 0.0001096 0.0109587 29 INDY 1.714 2.9392 0.00008 0.0002351 0.0235135 30 TBIG 0.391 0.1529 0.00008 0.0000122 0.0012229 31 TOWR 0.291 0.0846 0.00008 0.0000068 0.0006767 32 SUPR 0.066 0.0044 0.00008 0.0000004 0.0000352
(1)
Hasil Uji
Homogeneous
Risiko Sistematis
risiko sistematis
subsektor N
Subset for alpha = 0.05
1
Tukey HSDa energi 2 .002445
jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya 2 .004961
transportasi 18 .005280
konstruksi nonbangunan 5 .007281
telekomunikasi 5 .007951
Sig. .789
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.435.
(2)
Lampiran 6
Hasil Uji Analisis Deskriptif
Risiko Tidak Sistematis
Descriptives risikotidaksistematis
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Maximu m Lower
Bound
Upper Bound energi
2 .035545 .0083934 .005935
0 -.039866 .110956 .0296 .0415 jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
2 .030760 .0158533 .011210
0 -.111677 .173197 .0196 .0420 telekomunikasi
5 .161732 .2124839 .095025
7 -.102102 .425566 .0262 .5362 transportasi
18 .151608 .1382574 .032587
6 .082854 .220362 .0016 .4818 konstruksi
nonbangunan 5 .059332 .0446110
.019950
6 .003940 .114724 .0146 .1144 Total
32 .123965 .1377961 .024359
(3)
Hasil Uji Test of Homogeneity of Variances
Risiko Tidak Sistematis
Test of Homogeneity of Variances risikotidaksistematis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.287 4 27 .086
Hasil Uji Anova
Risiko Tidak Sistematis
ANOVA risikotidaksistematis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .075 4 .019 .982 .434
Within Groups .514 27 .019
(4)
Hasil Uji
Post Hoc Test
Risiko Tidak Sistematis
Multiple Comparisons Dependent Variable:risikotidaksistematis
(I) subsektor (J) subsektor
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound Tukey HSD energi jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
.0047850 .1379529 1.000 -.398132 .407702
telekomunikasi -.1261870 .1154197 .808 -.463291 .210917 transportasi -.1160628 .1028240 .790 -.416379 .184253 konstruksi
nonbangunan -.0237870 .1154197 1.000 -.360891 .313317 jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
energi -.0047850 .1379529 1.000 -.407702 .398132 telekomunikasi -.1309720 .1154197 .787 -.468076 .206132 transportasi -.1208478 .1028240 .765 -.421164 .179468 konstruksi
nonbangunan -.0285720 .1154197 .999 -.365676 .308532 telekomunikasi energi .1261870 .1154197 .808 -.210917 .463291
jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sejenisnya
.1309720 .1154197 .787 -.206132 .468076
transportasi .0101242 .0697386 1.000 -.193560 .213809 konstruksi
nonbangunan .1024000 .0872491 .766 -.152427 .357227 transportasi energi .1160628 .1028240 .790 -.184253 .416379
jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sejenisnya
.1208478 .1028240 .765 -.179468 .421164
(5)
konstruksi
nonbangunan .0922758 .0697386 .680 -.111409 .295960 konstruksi
nonbangunan
energi .0237870 .1154197 1.000 -.313317 .360891 jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
.0285720 .1154197 .999 -.308532 .365676
telekomunikasi -.1024000 .0872491 .766 -.357227 .152427 transportasi -.0922758 .0697386 .680 -.295960 .111409 Bonferroni energi jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
.0047850 .1379529 1.000 -.416871 .426441
telekomunikasi -.1261870 .1154197 1.000 -.478970 .226596 transportasi -.1160628 .1028240 1.000 -.430346 .198221 konstruksi
nonbangunan -.0237870 .1154197 1.000 -.376570 .328996 jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
energi -.0047850 .1379529 1.000 -.426441 .416871 telekomunikasi -.1309720 .1154197 1.000 -.483755 .221811 transportasi -.1208478 .1028240 1.000 -.435131 .193436 konstruksi
nonbangunan -.0285720 .1154197 1.000 -.381355 .324211 telekomunikasi energi .1261870 .1154197 1.000 -.226596 .478970
jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sejenisnya
.1309720 .1154197 1.000 -.221811 .483755
transportasi .0101242 .0697386 1.000 -.203033 .223282 konstruksi
nonbangunan .1024000 .0872491 1.000 -.164279 .369079 transportasi energi .1160628 .1028240 1.000 -.198221 .430346
jalan tol, bandara, pelabuhan, dan sejenisnya
.1208478 .1028240 1.000 -.193436 .435131
telekomunikasi -.0101242 .0697386 1.000 -.223282 .203033 konstruksi
(6)
konstruksi nonbangunan
energi .0237870 .1154197 1.000 -.328996 .376570 jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya
.0285720 .1154197 1.000 -.324211 .381355
telekomunikasi -.1024000 .0872491 1.000 -.369079 .164279 transportasi -.0922758 .0697386 1.000 -.305433 .120882
Hasil Uji
Homogeneous
Risiko Tidak Sistematis
risikotidaksistematis
subsektor N
Subset for alpha = 0.05
1 Tukey HSDa jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan sejenisnya 2 .030760
energi 2 .035545
konstruksi nonbangunan 5 .059332
transportasi 18 .151608
telekomunikasi 5 .161732
Sig. .726
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.435.