GAYA BELAJAR KINESTETIK MAHASISWA ATLET DALAM PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF | Bahari | Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan 8068 16186 2 PB

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal. 313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

GAYA BELAJAR KINESTETIK MAHASISWA ATLET
DALAM PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF
Rio Akbar Bahari*, Berliana

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Setiabudi No.229, Kota Bandung, Jawa Barat – Indonesia
rioakbarbahari25@gmail.com
Abstrak
Permasalahan pada penelitian ini mengenai hubungan gaya belajar kinestetik mahasiswa atlet
dalam pencapaian IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Banyak mahasiswa atlet memiliki kendala
dalam membagi fokus kepada dua hal yaitu perkuliahan dan latihan, sehingga kesulitan dalam
belajar dan memiliki prestasi akademik yang rendah. Gaya belajar yang sesuai dengan mahasiswa
atlet akan membantu dalam menerima stimulus dan memproses informasi dengan efektif dan
optimal. Gaya belajar terbagi menjadi tiga yaitu visual, auditori, dan kinestetik (VAK). Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Sampel sebanyak 50 mahasiswa atlet yang tediri atas
cabang olahraga terukur, beladiri, permainan dan ketepatan. Alat ukur yang digunakan pada
penelitian ini adalah angket tertutup berupa angket gaya belajar mahasiswa atlet, data prestasi
akademik, dan wawancara untuk memperkuat data. Sedangkan teknik pengolahan data dan

analisis data yang digunakan adalah ANOVA. Uji F’ menunjukan bahwa nilai Fhitung sebesar
2,323 dengan tingkat (sig) 0,134 atau dapat nilai signifikansi 0,134 lebih besar dari nilai
probabilitas 0.05 hal tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara Gaya
Belajar Kinestetik terhadap IPK.
Kata Kunci : Gaya Belajar Kinestetik, Mahasiswa Atlet.

PENDAHULUAN
Gaya belajar adalah pilihan berfikir
yang konsisten dalam menangkap stimulusi,
mengingat,
memecahkan
soal
dan
berhunbungan dengan orang lain (Ralph dan
Nasution dalam Sugiyanto, 2012). James dan
Gardner dalam Jumardi (2014: 3)
menyatakan bahwa gaya belajar adalah cara
yang
kompleks
di

mana
individu
menganggap dan merasa paling efektif dan
efisien dalam memproses, menyimpan dan
memanggil kembali apa yang telah dipelajari.
Selanjutnya gaya belajar sebagai model
pilihan individu dan kondisi yang diinginkan
dalam pembelajaran (Drummond dalam
Jumardi, 2014).

Dua individu yang tumbuh dalam
lingkungan yang sama dan diberikan
perlakuan yang sama belum tentu memiliki
pandangan, pemahaman dan pemikiran yang
sama terhadap dunia sekitar (Gerung, 2007).
Masing-masing memiliki cara sendiri
terhadap setiap peristiwa yang dilihat dan
dialaminya, salah satu cara pandang seperti
ini dikenal dengan gaya belajar, karena itu
setiap individu memiliki gaya belajar yang

berbeda untuk menangkap semua stimulus
dan memproses dengan cara yang berbedabeda (Agustama, 2013). Macam-macam gaya
belajar menurut M. Thobroni dan Arif
Mustofa (2013: 262) manusia memiliki
berbagai macam gaya belajar, yaitu: gaya
belajar visual merupakan belajar dengan cara
melihat, gaya belajar auditori merupakan

313

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

belajar dengan cara mendengar, gaya belajar
kinestetik merupakan belajar dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Gaya belajar kinestetik merupakan
belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyentuh, biasanya ciri-ciri gaya belajar

kinestetik
sebagai
berikut;
berbicara
perlahan; penampilan rapi; tidak terlalu
mudah terganggu dengan situasi keributan;
belajar melalui manipulasi dan praktik;
menghafal dengan cara berjalan dan melihat;
menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca; merasa kesulitan untuk menulis
tetapi hebat dalam bercerita; menyukai bukubuku dan mereka mencerminkan aksi dengan
gerakan tubuh saat membaca; menyukai
permainan yang menyibukkan; tidak dapat
mengingat geografi, kecuali jika mereka
memang pernah berada di tempat itu;
menyentuh orang untuk mendapatkan
perhatian mereka menggunakan kata-kata
yang mengandung aksi (M. Thobroni dan
Arif Mustofa, 2013)
Banyak faktor yang mempengaruhi

cara individu dalam belajar, menurut
Susilowati (2010: 2) terdapat tiga aspek yang
mempengaruhi gaya belajar. Pertama faktor
internal seperti kesehatan, intelegensi, bakat,
minat, dan motivasi. Kedua faktor eksternal
meliputi keluarga, teman, dan sarrana dan
prasarana pembelajaran. Yang terakhir
adalah model pembelajaran berupa strategi
pembelajaran mendukung siswa untuk
mempreoses materi pelajaran dengan efektif
dan efisien. Sedangkan dalam Slameto
(2003: 60) mengungkapkan bahwa faktor
yang
mempengaruhi
belajar
dapat
dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu:
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
Banyak

variabel
yang
menpengaruhi cara belajar orang mencakup
faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan (Dunn dalam Hasrul, 2009).
Wibowo dalam Rakhmat (2007, hlm.
5) atlet adalah subjek/seseorang yang
berprofesi atau menekuni suatu cabang
olahraga tertentu dan berprestasi pada cabang

olahraga tersebut. Salim dalam Jensen (2011:
55) atlet adalah olahragawan, terutama dalam
bidang
yang
memerlukan
kekuatan,
ketangkasan, dan kecepatan. Selain itu
menurut Monty dalam Rakhmat (2007: 29)
atlet adalah individu yang memiliki keunikan
tersendiri, yang memiliki bakat tersendiri,

pola perilaku dan kepribadian tersendiri,
serta latar belakang yang mempengaruhi
spesifik dalam dirinya.
Selanjutnya Stern dalam Nasution
(2008: 105) mengemukakan penggolongan
mahasiswa sebagai berikut: Authoritarians,
yaitu mereka yang patuh kepada tokoh-tokoh
otoritas dan tidak menyukai diskusi. Antiauthoritarians, yaitu mereka ini anak didik
yang unggul, mempunyai intelegensi yang
tinggi serta minat yang luas tentang hal-hal
yang akademis maupun cultural. Rationals,
merupakan kelompok campuran, tidak
sepandai anak didik yang antiauthoritarians,
tetapi
mementingkan
abstraksi
dan
intelektualisasi.
Jumardi (2014: 11) bahwa hasil
belajar sejarah antara siswa yang mengikuti

pendekatan pembelajaran konvensional dan
memiliki gaya belajar visual lebih mudah
dari pada siswa yang mengikuti pendekatan
konvensional dan memiliki gaya belajar
auditori. Barker dalam Tanta (2010: 8)
menemukan bahwa mahasiswa dengan gaya
belajar tertentu menunjukkan prestasi yang
lebih baik karena mereka lebih puas selama
mengikuti perkuliahan. Sementara itu Gaiger
dalam Tanta (2010: 8) menemukan bahwa
mahasiswa dengan gaya belajar yang mirip
dosen pengampu mata kuliah tertentu,
cenderung memiliki kinerja yang lebih baik
atau lebih tinggi tingkat kepuasannya.
Sedangkan menurut Sugiyanto (2012, hlm. 6)
mengungkapkan mengenai pengaruh gaya
belajar individu terhadap pretasi akademik
yaitu gaya belajar sebagai salah satu faktor
siswa dalam pencapaian prestasi akademik
mempunyai kontribusi terhadap prestasi

akademik. Gaya belajar yang sesuai dengan
keadaan siswa memberikan kontribusi

314

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

terhadap prestasi akademik, semakin sesuai
gaya belajar maka prestasi akademik akan
semakin tinggi. Demikian sebaliknya jika
gaya belajar semakin kurang sesuai maka
prestasi akademik juga semakin rendah. Kolb
dalam
Sugiyanto
(2012,
hlm.
6)
mengungkapkan bahwa tipe-tipe gaya belajar

yang dilakukan siswa mempunyai pengaruh
terhadap prestasi akademik siswa termasuk
di dalamnya kesesuaian gaya belajar dan
ketidaksesuaian gaya belajar dengan
kebutuhan dalam belajar. Selanjutnya penulis
meneliti mengenai keseuaian gaya belajar
kinestetik terhadap perolehan prestasi
akademik mahasiswa atlet, sehingga gaya
belajar ini dapat diterapkan kepada
mahasiswa atlet dalam membantu proses
belajar di perkuliahan.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif pendekatan korelasional
dipaparkan Hartoto dalam Nasution (2008,
hlm. 69) bahwa penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek


sesuai dengan apa adanya. Adapun
persebaran
populasi
berjumlah
162
mahasiswa
atlet
pada
Departemen
Pendidikan Kepelatihan terdiri dari martial
art sports 31 orang, game sports 87 orang,
measured sports 36 orang, precision sports 8
orang. Pemilihan sampel menggunakan
teknik simple random sampling dengan
presentase 30%.
Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik survey. Basirun
dalam Sugiyono (2012, hlm. 55) mengatakan
bahwa Penelitian survey adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi
dan mengadakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang pokok. Pada survey
tidak ada intervensi, survey mengumpulkan
informasi
dari
tindakan
seseorang,
pengetahuan, kemauan, pendapat perilaku
dan nilai.
Instrumen yang digunakan adalah
sebagai berikut: Angket Gaya Belajar
Mahasiswa Atlet dan data hasil prestasi
akademik berupa data Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK).

315

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

Tabel 1 Indikator Angket Gaya Belajar Kinestetik Mahasiswa Atlet
No
1

Definisi
Konseptual
Thobroni, M dan
Mustofa,
Arif
(2013, hlm. 262)
bahwa
manusia
memiliki berbagai
gaya belajar seperti
gaya belajar visual,
gaya
belajar
auditori dan gaya
belajar kinestetik.

Aspek

Indikator

Gaya
Belajar
Kinesteti
k

Dalam
belajar
dan
menangka
p stimulus
lebih
dominan
dengan
cara
bergerak,
bekerja
dan
menyentu
h objek

Subindikator













Skala yang digunakan adalah Skala Likers,
yaitu skala untuk menilai sikap seseorang
terhadap suatu topik (Nurhasan, 2007:349).
Skala likers disusun dari sejumlah
pertanyaan-pertanyaan tentang suatu objek,

Berbicara dengan tegas, lugas, jelas dan
tidak membuang waktu.
Berpenampilan rapi dan bersih saat
melakukan kegiatan olahraga dan
belajar.
Tidak terlalu mudah terganggu dengan
situasi keributan.
Belajar melalui manipulasi dan praktek.
Menghafal dengan cara berjalan dan
melihat.
Menggunakan jari (gerak motorik halus)
Menyukai buku-buku tentang olahraga
dan kesehatan serta mencerminkan aksi
dengan gerakan tubuh saat membacanya.
Tidak dapat mengingat geografi dengan
jelas, kecuali jika mereka memang
pernah berada di tempat itu pada saat
bertanding.
Menyentuh orang untuk mendapatkan
perhatian mereka menggunakan katakata yang mengandung aksi

sebagian
dari
pertanyaan
itu
mengekspresikan sikap menyenangkan dan
sebagian lagi pernyataan itu tidak
menyenangkan
(Nurhasan
&
Cholil,
2007:349).

Tabel 2 Kriteria Penilaian Butir Tes
Alternatif Jawaban
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-ragu (RR)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)

Analisis data penelitian ini menggunakan
Analysis of Variance (ANOVA). Anova
Analisis varian adalah teknik analisis untuk

Skala Butir Tes
(+)
(-)
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5

mengetahui apakah perbedaan skor suatu
variable terikat (dependent variable)
disebabkan oleh atau tergantung pada

316

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

perbedaan skor pada variable bebas
(independent variable). Untuk menganalisis

data menggunakan bantuan Program SPSS
23.0 for Window.

HASIL DAN PEMBAHASAN

tes yang dihasilkan dimasukan ke dalam
rumus yang dikembangkan oleh Nurhasan.
Dari penghitungan tersebut diperoleh r hitung =
0,8972 dan r hitung gabungan = 0,9458
sedangkan pada product moment diketahui
bahwa dengan n= 30 dan α = 0,05 maka
diperoleh r tabel = 0,3610. Dengan demikian,
maka r hitung lebih besar dari r tabel hal ini
menunjukan bahwa instrumen penelitian ini
dapat dipercaya dan reliabel. Lalu dari hasil
uji signifikansi korelasi menunjukan t hitung =
47,435 sedangkan t kritis pada taraf nyata 0,05
dan (dk = n – 2 = 28) adalah 2,05 dengan
demikian t hitung lebih besar dari t tabel, ini
menunjukan bahwa instrumen penelitian ini
mempunyai realibilitas yang signifikan dan
memiliki tingkat realibilitas tinggi. Dengan
demikian, angket belajar mahasiswa atlet
dapat dikatakan memadai untuk digunakan
sebagai instrument penelitian.

Uji Validitas Angket Gaya Belajar
Mahasiswa Atlet
Untuk menghitung validitas angket
maka penulis menggunakan rumus Product
moment (Riduwan, 2012). Selanjutnya
dilakukan pengujian signifikansi, yaitu jika r
hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf
signifikan α = 0,05 dan n = 89 maka r tabel =
0,207. Pengujian validitas dilakukan terhadap
89 item angket gaya belajar mahasiswa atlet
dengan jumlah subjek 30 atlet. Sebanyak 26
item tersebut tidak akan disertakan dalam
analisis data selanjutnya. Dengan kata lain,
instrumen yang digunakan untuk analisis
data variabel gaya belajar mahasiswa atlet
terdiri dari 63 item.
Uji Realibilitas Angket Gaya Belajar
Mahasiswa Atlet
Setelah mengkorelasikan antara skor
butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil
dengan butir soal pernyataan yang bernomor
genap dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi
Person
Product
Moment.
Selanjutnya mencari realibilitas seluruh
perangkat butir dengan menggunakan rumus
Spearman
Brown.
Terakhir
menguji
signifikansi korelasi untuk mengetahui nilai
t.
Hasil penghitungan korelasi Pearson
Product Moment dimasukan ke dalam rumus
Spearmen
Brown,
kemudian
untuk
menentukan nilai t hitung, nilai r seluruh item

Perhitungan Angket Gaya Belajar
Kinestetik Mahasiswa Atlet
Koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui seberapa besar hubungan
dari beberapa variabel dalam pengertian yang
lebih jelas. Koefisien determinasi akan
menjelaskan seberapa besar perubahan atau
variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh
perubahan atau variasi pada variabel yang
lain.
Dalam bahasa sehari-hari adalah kemampuan
variabel bebas untuk berkontribusi terhadap
variabel tetapnya dalam satuan persentase.

Model Summary
Model
1

R
,215a

R Square

Adjusted R
Square

,046

,26

Std. Error of
the Estimate
,43770

a. Predictors: (Constant), Gaya Belajar

317

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

variabel dependen. Derajat kepercayaan yang
digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil
perhitungan lebih besar daripada nilai F
menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang
menyatakan
bahwa
semua
variabel
independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Outputnya sebagai berikut :

Uji determinasi menunjukan bahwa
nilai (Adjusted R Square) 0.26 hal ini
menunjukan
bahwa
Gaya
Belajar
berpengaruh
26%
terhadap
ROA
(Profitabilitas) dan sisanya 74% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Uji F digunakan untuk mengetahui
apakah variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap

ANOVAa
Sum of
Squares

Model
1

Regression
Residual
Total

df

Mean Square

,445

1

,445

9,196
9,641

48
49

,192

F

Sig.

2,323

,134b

a. Dependent Variable: IPK1
b. Predictors: (Constant), Gaya Belajar
Uji F’ menunjukan bahwa nilai
Fhitung sebesar 2,323 dengan tingkat (sig)
0,134 atau dapat nilai signifikansi
0,134 lebih besar dari nilai probabilitas 0.05
hal tersebut membuktikan bahwa terdapat
hubungan signifikan antara Gaya Belajar
Kinestetik terhadap IPK.
Selanjutnya menggunakan Uji t
digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel independen secara parsial

berpengaruh nyata atau tidak terhadap
variabel dependen. Derajat signifikansi yang
digunakan adalah 0.05. Apabila nilai
signifikan
lebih
kecil
dari
derajat
kepercayaan maka kita menerima hipotesis
alternatif, yang menyatakan bahwa suatu
variabel
independen
secara
parsial
mempengaruhi variabel dependen. Outputnya
sebagai berikut:

Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant)
Gaya Belajar

B
2,344

Std. Error
,559

,009

,006

Standardized
Coefficients
Beta
,215

T
4,193

Sig.
,000

1,524

,134

a. Dependent Variable: IPK
Ho

Hi

: Terdapat hubungan langsung gaya
belajar kinestetik mahasiswa atlet
dengan perolehan indeks pretasi
kumulatif (IPK).
: Tidak terdapat hubungan langsung
gaya belajar kinestetik mahasiwa atlet
dengan perolehan indeks prestasi
kumulatif (IPK).

Pengambilan Keputusan :
 Jika probabilitas > 0.05, maka Ho
diterima
 Jika probabilitas < 0.05, maka Ho
ditolak

318

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

Hubungan gaya belajar kinestetik
mahasiswa atlet dengan indeks prestasi
kumulatif (IPK) memiliki R square
(koefisien determinasi) diperoleh nilai
sebesar 0.05 yang berarti 5% dari total
variansi gaya belajar kinestetik mahasiswa
atlet terhadap indeks prestasi kumulatif (IPK)
disebabkan
oleh
hubungan
regresi.
Berdasarkan hasil tersebut, diketahui
koefesien korelasi product moment (rx1x2y)
antara Gaya Belajar Kinestetik (x) dengan
IPK. (Y). Korelasi Gaya Belajar Kinestetik
(x) dengan IPK (Y) sebesar= 0,134 dengan p
=0.05. Ternyata p lebih besar dari alpha
(taraf signifikansi) yang ditentukan yaitu 5%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara
Kinestetik dengan IPK.

Gaya

Belajar

KESIMPULAN
Gaya Belajar Kinestetik memiliki
hubungan yang erat dengan perolehan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) pada mahasiswa
atlet. Semakin baik gaya belajar kinestetik
yang dimiliki oleh mahasiswa atlet maka
akan semaikin tinggi/ optimal perolehan
prestasi akademik yang mereka peroleh.
Mahasiswa atlet dapat menerapkan gaya
belajar kinestetik dalam setiap perkuliahan
sebagai rancangan berfikir yang efektif dan
efisien.

319

Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan Special Issue 01 Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan 2017 Hal.
313-320
Rio Akbar Bahari*, Berliana

DAFTAR PUSTAKA

Agustama, Yudha. (2013). Identifikasi Gaya Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP
Negeri 14 Malang. Skripsi Sarjana Pada Universitas Negeri Malang: tidak
diterbitkan.
Gerung, Nixon J. (2007). Conceptual Learning and Learning Style. Jurnal Volime 2 No. 1.
Hasrul. (2009). Pemahaman Tentang Gaya Belajar. Jurnal Medtek: Volume 1 No. 2.
Jensen, Eric. (2011). Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta: PT. Indeks.
Jumardi. (2014). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil
Belajar Sejarah Siswa. Jurnal Pendidikan Sejarah: Volume 3. No. 1.
Lutan, Rusli dkk. (2014). Modul Penelitian Pendidikan Dalam Pelatihan Olahraga.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung:
Bumi Aksara.
Nurhasan & Cholil, D.H. (2007). Mata Kuliah Statistika. Modul. Universitas Pendidikan
Indonesia: UPI Bandung.
Riduwan. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyanto. (2012). Pengaruh Gaya Belajar Experiential Learning Dalam Peningkatan
Prestasi Akademik dan Penerapannya Dalam Pembelajaran. Skripsi Sarjana Pada
FIP UNY: tidak diterbitkan.
Susilowati, Umi. (2010). Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara Salatiga. Tesis Program
Pasca Sarjana Pada Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.
Tanta. (2010). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Biologi Umum. Jurnal Kependidikan Dasar: Volume 1. No. 1.
Thobroni, M dan Mustofa, Arif. (2013). Belajar dann Pembelajaran. Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA.
Wandini, Kartika. (2008). Pengaruh Pola Asuh Belajar, Lingkungan Pembelajaran,
Motivasi Belajar, dan Potensi Akademik Terhadap Prestasi Akademik Siswa
Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana Pada Mahasiswa IPB: tidak diterbitkan.

320