Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI Oleh Nesia Septiarini
071101046
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan II, dan Bapak Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengetahuan, arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini 4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS sebagai dosen penguji I dan Ibu Rika
Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd sebagai dosen Penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
(4)
selama proses perkuliahan.
6. Terimakasih untuk ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kp, M.Kep yang telah meluangkan waktunya untuk mengadakan uji validitas isi kuesioner peneliti.
7. Kepada Seluruh Mahasiswa angkatan 2007, 2008 dan 2009 yang telah bersedia menjadi responden.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Semoga Allah membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.
9. Kedua orangtuaku yang penulis sangat sayangi Bapak Drs. H. Yasran Yusti dan Mama Hj. Yurida yang selalu membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang terus mengalir dari mu Ayah dan Ibu. Serta terimakasih juga ku ucapkan untuk ke dua abang ku tersayang, Indi Karyadi dan Hendriadi, S. Kom, yang selalu mendoakan dan pengertian padaku.
10.Untuk Sahabat-sahabat ku, Megita Maha Putri Sandani dan Hafizhoh Isnaeni Purba, Dian Novita, Lia Gusniwinarni, Rini lestari yang terus menyemangati ku dalam menyelesaikan skripsi serta menenangkanku saat aku panik. You are my best friends. Serta teman-teman Fakultas Keperawatan 06 yang turut membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi ku.
11.Kepada seluruh Mahasiswa angkatan 2007,2008 dan 2009 yang telah bersedia menjadi responden.
(5)
kepribadian ini sehingga tertarik untuk mempelajarinya.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memmberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Medan, Juni 2011
Penulis
(6)
Prakata ... iii
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... ix
Abstrak ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ... 1
2 Tujuan Penelitian. ... 6
3 Pertanyaan Penelitian ... 7
4 Manfaat Penelitian ... 7
4.1 Bagi Keperawatan. ... 7
4.2 Institusi Pendidikan Keperawatan. ... 7
4.3 Bagi Peneliti. ... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Kepribadian ... 9
1.1 Defenisi ... 9
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian... 9
1.3 Tipe Kepribadian ... 12
1.4 Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian ... 17
1.5 Konsistensi Kepribadian ... 19
1.6 Pengukuran Kepribadian ... 20
2 Prestasi Belajar... 22
2.1 Definisi... ... 22
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar…… ... 23
2.3 Penilaian Prestasi... 26
3 Hubungan Kepribadian dengan Prestasi Belajar... 27
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1 Kerangka Konsep ... 30
2 Definisi Operasional... 31
BAB 4 METODE PENELITIAN 1 Desain Penelitian. ... 32
2 Populasi dan Sampel ... 32
3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
4 Etika Penelitian ... 34
5 Alat Pengumpulan Data ... 35
6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
6 Prosedur Pengumpulan Data ... 36
7 Pengolahan dan Analisa Data ... 37
(7)
1.1.1 Deskripsi Tipe KepribadianGamabaran ... 40
1.1.2 Deskripsi Prestasi Prestasi Akademik Mahasiswa ... 41
1.2Analisa Bivariat ... 1.2.1 Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Prestasi Akademik ... 41
2. Pembahasan ... 43
2.1Gambaran Tipe Kepribadian Mahasiswa Program A Fakultas Keperawarawatan USU ... 43
2.2Gambaran Prestasi Akademik Mahasiswa Program A Fakultas Keperawarawatan USU ... 44
2.3Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ... 45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 50
2. Rekomendasi ... 50
2.1Bagi Keperawatan ... 50
2.2Bagi Pendidikan Keperawatan ... 50
2.3Bagi Peneliti Lain ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
LAMPIRAN ... 55
(8)
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Tipe Kepribadian Mahasiswa Prgram A
Fakultas Keperawatan USU angkatan 2007,2008 dan 2009 ... 40 Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Akademik Mahasiswa Prgram A Fakultas Keperawatan USU angkatan 2007,2008 dan 2009
(3 Kategori) ... 41 Tabel 3.3 Hasil Uji Statistik Hubungan Tipe Kepribadian dengan Indeks Prestasi Kumulatif ... 42
(9)
(10)
NIM : 071101046
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik :2011
Abstrak
Manusia sebagai makhluk holistik tidak lepas dari struktur kepribadian yang mempengaruhi kehidupan mereka termasuk pendidikan. Teori menyatakan bahwa keberhasilan mahasiswa dalam pendidikannya tidak hanya dipengaruhi oleh
Intelligence Quotient (IQ), tetapi juga dipengaruhi oleh dimensi kepribadian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik yang dalam hal ini adalah indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik yakni Cross Sectional Study. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tipe kepribadian (plegmatis, Sanguinis, Koleris, dan melankolis) yang dirancang oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality Plus. Tes kepribadian tersebut berbentuk kuesioner multiple choice yang diadaptasi dari Pola-pola Kepribadian oleh Lana Bateman kemudian tipe kepribadian dihubungkan dengan prestasi akademik (memuaskan, sangat memuaskan dan cumlaude) berdasarkan indeks prestasi kumulatif (IPK) mahasiswa. Ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif dinilai melalui uji chi square menggunakan program komputerisasi. Dari analisis data yang ditemukan bahwa tipe kepribadian memiliki hubungan dengan prestasi akademik (p value =0,044). Nilai OR terbesar adalah koleris yaitu 3,750 dengan pembanding tipe kepribadian plegmatis yang menunjukkan bahwa koleris mempunyai peluang 3,75 kali lebih tinggi untuk mendapatkan prestasi sangat memuaskan dari pada plegmatis. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu mengenali kepribadian peserta didik dan memanfaatkannya untuk mengoptimalkan prestasi pendidikan
Kata Kunci :Kepribadian; Indeks Prestasi Kumulatif
(11)
Name of Student : Nesia Septiarini
NIM : 071101046
Major : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Year Of Academic :2011
Abstract
The people as holistic human always related to personality structure which affecting their live including education. The theory said that a successful student in education not only influenced by Intelligence Quotient (IQ), but also it is influenced by personality dimension. The goal of this research was to find out there is correlation between type of personality and cumulative achievement index of students. It used cross sectional study method and the samples were student of Nursing Faculty of Sumatera Utara University years of 2007, 2008 and 2009. The instrument were adapted from type of personality questionnaire (Plegmatis, Sanguinis, Koleris, melankolis) which designed by Florence Litteaure’s book, Personality Plus, then type of personality correlated to academic achievement (satisfy, very satisfying and cumlaude) pursuant to Cumulative Achievement Index (CAI) of students. There is or not correlation between type of personality and cumulative achievement index assessed by the chi square test using computerized programme. The result of this research that there is correlations between type of personality and cumulative achievement index (p value = 0,044). The higest value of OR (Odds Ratio) was koleris (3,750) with comparator plegmatis. This means that koleris have chance 3,75 higher than plegmatis to get very satisfying achievement. The result of this research can be use to recognize personality and use them to optimizing the achievement of students.
Key words : Personality; Cumulative Achievement Index
(12)
1. Latar Belakang
Setiap individu adalah unik, artinya bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada manusia yang sama persis dimuka bumi ini walaupun dilahirkan kembar (Sunaryo, 2004). Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual. Sebagai makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya. Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan dan kemampuan berpikir serta kecerdasan. Manusia sebagai makluk sosial berarti manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan manusia sebagai makhluk spiritual yaitu makhluk yang memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya (Alimul, 2009).
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga diartikan sebagai total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan segala corak perilaku dan sifat manusia yang unik baik yang bersifat herediter yang muncul sebagai respons serta cara penyesuaian diri
(13)
terhadap segala rangsangan baik yang datang dari lingkungan maupun yang berasal dari dalam diri sendiri. Keunikan tersebut tergantung pada tipe kepribadian.
Tipe kepribadian diperkenalkan pertama kali oleh Hippocrates (460-370 SM). Keempat tipe ini berdasarkan pada cairan-cairan yang terdapat di dalam tubuh, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Kemudian Galenus (129-200 SM) menyempurnakan pendapat Hippocrates tersebut. Tipe kepribadian tersebut saat ini dikembangkan lagi oleh Littauer dalam bukunya yang berjudul
Personality Plus. Littauer memaparkan tentang tipe kepribadian dengan sangat menarik dan mudah dipahami dengan memaparkan berbagai macam hasil survey yang dilakukannya. Dalam buku tersebut diungkapkan bahwa terdapat 4 tipe kepribadian antara lain kepribadian sanguinis yang popular, kepribadian melankolis yang sempurna, kepribadian koleris kuat dan kepribadian plegmatis damai. Keempat tipe kepribadian tersebut mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya, termasuk pendidikan.
Pendidikan berasal dari kata “didik” artinya memelihara dan memberikan latihan. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Ihsa, 2005). Pendidikan di bidang kesehatan termasuk keperawatan adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam proses pendidikan, seseorang harus memiliki
(14)
potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Tetapi, taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.
Sebuah penelitian dilakukan oleh Lusiana (2009) yang berjudul “hubungan tipe kepribadian dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2006”, dengan menggunakan metode penelitian analitik yakni cross sectional study dan tipe kepribadian yang diteliti yaitu tipe kepribadian A, tipe kepribadian B, dan tipe kepribadian C. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2006, dengan jumlah sampel sebanyak 71 orang dan instrumen yang digunakan adalah Edward Personal Preference Schedule (EPPS). Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebanyak 43,66 % mahasiswa angkatan 2006 Fakultas Kedokteran Universitas Riau memiliki tipe kepribadian A, dengan nilai prestasi akademik rata-rata mahasiswa sebesar 2,85 yang termasuk dalam kategori sangat memuaskan (61,97 %). Dari hasil penelitian diperoleh p-value sebesar 0,024 < α =
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2006 Universitas Riau, dimana tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang mendukung prestasi akademik mahasiswa tersebut. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa tipe kepribadian A adalah 1,83 kali lebih besar untuk memperoleh prestasi akademik yang sangat memuaskan dibanding tipe kepribadian B dan tipe kepribadian A memiliki peluang 2,17 kali lebih besar
(15)
untuk memperoleh prestasi akademik dangan sangat memuaskan dibandingkan tipe kepribadian AB.
Penelitian lain dilakukan oleh Deasyana (2008) yang berjudul ”Hubungan Trait Kepribadian dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta”, Penelitian ini membahas tentang faktor kepribadian dan hubungannya dengan prestasi belajar karena kepribadian dianggap sebagai faktor penggerak dasar perilaku manusia. Penelitian ini akan menggunakan teknik sampling convenience dan menggunakan metode statistik korelasi Pearson Product Moment dan analisis simple regression. Five Factor Model merupakan salah satu teori yang membahas tentang kepribadian. Teori dari McCrae dan Costa ini mengelompokkan kepribadian kedalam lima domain yaitu Neuroticism, Extraversion,Openness to Experience, Aggreeableness dan Conscientiouness dimana setiap domain terdiri dari 6 facet atau subordinate trait. Kelima domain ini dianggap ada yang memiliki hubungan dan menjadi prediktor dari prestasi belajar. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana domain Conscientiousness dan beberapa facet yaitu Feelings, Modesty, Competence dan Achievement Striving teruji memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Kemudian setelah dilakukan analisis regresi, ditemukan bahwa domain Conscientiousness merupakan satu-satunya prediktor signifikan pada prestasi belajar dalam penelitian ini. Kesimpulannya kepribadian memiliki hubungan dengan prestasi belajar khususnya facet O3 (Feelings), A5 (Modesty), C1 (Competence), C4 (Achievement Striving) dan domain C (Conscientiousness).
Menurut Goleman (2000), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor
(16)
kekuatan-kekuatan lain. Ternyata ada faktor pendorong yang berperan pada prestasi belajar seseorang. Faktor internal meliputi bakat, motivasi dan intelegensi yang kemudian dikelompokkan menjadi faktor kognitif dan kepribadian yang kemudian dikelompokkan menjadi faktor non-kognitif. Dari hal tersebut dinyatakan bahwa kepribadian seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik.
Prestasi akademik merupakan penilaian untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi dalam proses belajar seoarang mahasiswa yang mengikuti suatu pendidikan. Keberhasilan studi mahasiswa didasarkan pada nilai bobot rata-rata atau yang biasanya disebut Indeks Prestasi (IP). Indeks Prestasi dibedakan atas Indeks Prestasi semester yang berjalan (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Perhitungan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan pada akhir semester, dengan menghitung nilai yang telah masuk pada semester yang dimaksud. Indeks Prestasi Kumulatif digunakan sebagai bahan masukan evaluasi keberhasilan studi mahasiswa dan penetapan sanksi akademik.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga telah mewawancarai 15 mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dari bulan Agustus hingga September 2010, dan diperoleh informasi bahwa 9 mahasiswa tidak mengetahui tipe kepribadiannya. Hal ini sangat mengherankan karena sebagai mahasiswa, yang telah menempuh beberapa tingkat dalam proses belajar, dan mencapai kematangan dalam berpikir serta berbagai pengalaman hidup seharusnya dapat mengetahui kepribadian yang terbentuk dari sifat bawaan serta pengalaman dengan lingkungan yang telah dialaminya.
(17)
Mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi seorang perawat akan selalu berhubungan denagn penderita, keluarga, teman seprofesi dan profesi lain yang memiliki kepribadian yang bermacam-macam dan unik. Maka dari itu harus memahami perbedaan kepribadian yang dimiliki dan menyadari ciri-ciri khas yang dimiliki agar dapat mempu mempermudah berinteraksi secara positif dengan orang lain. Hal ini membuat peneliti menjadi antusias untuk mengetahui tipe kepribadiannya dan apakah ada hubungannnya terhadap pencapaian prestasi akademik selama menempuh pendidikan di bidang keperawatan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa terdapat variasi dalam perolehan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa program A, yaitu dari mahasiswa yang mendapatkan indeks prestasi memuaskan (2,00 - 2,75) sebanyak 64 orang (20,25 %) , sangat memuaskan (2,76 - 3,50) sebanyak 194 orang (61,3%), dan Cumlaude (3,51 - 4,00) sebanyak 58 orang (18,3 %). Hal ini menyebabkan peneliti menjadi tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan tipe kepribadian dengan Indeks Prestasi pada mahasiswa program A di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2. Tujuan Penelitian
2.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan Indeks Prestasi pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tipe kepribadian mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(18)
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3 Mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah ”apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara?”
4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada perawat mengenai profil tipe kepribadian (sanguinis, plegmatis, koleris, melankolis) agar dapat mempermudah berinteraksi dengan orang lain.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi informasi mengenai hubungan tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif. Hasil penelitian ini juga diharapkan membantu pengajar untuk dapat mengenali kepribadian anak didik dan memanfaatkannya untuk mengoptimalkan prestasi pendidikan.
(19)
3. Bagi Penelitian
Untuk mendapatkan pengalaman meneliti dan menambah wawasan tentang hubungan tipe kepribadian pada mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya yang menggunakan unsur tipe kepribadian.
(20)
1. Kepribadian 1.1 Definisi
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagiindividu itu.
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian.
Menurut Purwanto (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah
(21)
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu
(22)
diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
(23)
Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
1.2 Tipe Kepribadian
Dalam dunia psikologi, terdapat 4 tipe kepribadian, yang diperkenalkan pertama kali oleh Hippocrates (460-370 SM). Hal ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat unsur dasar yaitu: kering, basah, dingin, dan panas. Dengan demikian dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat yang didukung oleh keadaan
(24)
konstitusional berupa cairan-cairan yang ada di dalam tubuhnya, yaitu: sifat kering terdapat dalam chole (empedu kuning), sifat basah terdapat dalam
melanchole (empedu hitam), sifat dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan sifat panas terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan tersebut terdapat di dalam tubuh dengan proporsi tertentu. Jika proporsi cairan-cairan tersebut di dalam tubuh berada dalam keadaan normal, maka individu akan normal atau sehat, namun apabila keselarasan proporsi tersebut terganggu maka individu akan menyimpang dari keadaan normal atau sakit (Suryabrata, 2007).
Pendapat Hippocrates disempurnakan oleh Galenus (129-200 SM) yang mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan tersebut dalam proporsi tertentu. Apabila suatu cairan terdapat di dalam tubuh melebihi proporsi yang seharusnya (dominan) maka akan menimbulkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan tersebut yang oleh Galenus sehingga menggolongkan manusia menjadi empat tipe berdasarkan temperamennya, yaitu Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis(Suryabrata, 2007).
Menurut Galenus, seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis. Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi dan setia. Seorang sanguinis
(25)
mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti (Sujanto, 2001)
Selain itu, Florence littauer juga mengembangkan lagi tipe kepribadian yang telah dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam bukunya yang berjudul Personaliy Plus, Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing kepribadian. Seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, membicara dan optimis. Dari segi emosi, ciri seorang sanguinis yaitu kepribadian yang menarik, suka bicara, menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstrative, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik dipanggung, lugu dan polos, hidup dimasa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu kekanak-kanakan. Dari segi pekerjaan, sifat seorang sanguinis yaitu sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat dipermukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut dan mempesona orang lain untuk bekerja.
Seorang sanguinis sebagai teman mempunyai sifat mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan, disukai anak-anak, bukan pendendam, mencegah suasana membosankan, suka kegiatan spontan. Kelemahan dari sanguinis yaitu terlalu banyak bicara, mementingkan diri sendiri, orang yang suka pamer, terlalu bersuara, orang yang kurang disiplin, senang menceritakan kejadian berulang kali, lemah dalam ingatan, tidak dewasa, tidak tetap pendirian (Litteaur, 1996).
(26)
Seorang melankolis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pemikir dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang melankolis yaitu mendalam dan penuh pemikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistic atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis. Dari segi pekerjaan, sifat seorang melankolis yaitu berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib terorganisir, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi seorang melankolis mempunyai sifat hati-hati dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain, mencari teman hidup ideal. Kelemahan dari melankolis yaitu mudah tertekan, punya citra diri rendah, mengajukan tuntutan yang tidak realistis kepada orang lain, sulit memaafkan dan melupakan sakit hati, sering merasa sedih atau kurang kepercayaan, suka mengasingkan diri, suka menunda-nunda sesuatu (Litteaur, 1996).
Seorang koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan optimis. Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, memiliki motivasi berprestasi, tidak
(27)
emosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. Dari segi pekerjaan, sifat seorang koleris yaitu berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi koleris mempunyai sifat tidak terlalu perlu teman, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan darurat, mau bekerja untuk kegiatan, memberikan kepemimpinan yang kuat, menetapkan tujuan. Kelemahan dari koleris yaitu pekerja keras, suka memerintah, mendominasi, tidak peka terhadap perasaan orang lain, tidak sabar, merasa selalu benar, merasa sulit secara lisan atau fisik memperlihatkan kasih sayang dengan terbuka, keras kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap, pandangan, atau cara orang lain (Litteaur, 1996).
Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang phlegmatis yaitu kepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna. Dari segi pekerjaan, sifat seorang phlegmatis yaitu cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administrative, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang mudah.
(28)
Dari segi pertemanan/ sosialisasi plegmatis mempunyai sifat mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka meninggung, pendengar yang baik, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil hal baik dari yang buruk, tidak mudah marah. Kelemahan dari phlegmatis yaitu cenderung tidak bergairah dalam hidup, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih atau gelisah, orang yang merasa sulit membuat keputusan, tidak mempunyai keinginan untuk mendengarkan atau tertarik pada perkumpulan, tampak malas, lambat dalam bergerak, mundur dari situasi sulit (Litteaur, 1996).
Dalam bukunya, Florence Littauer juga mengatakan bahwa diantara 4 tipe kepribadian diatas, manusia juga dapat mempunyai kemungkinan campuran diantara ke empatnya. Tipe kepribadian campuran tersebut antara lain:
1. Campuran Alami yaitu antara kepribadian sanguinis dengan koleris serta campuran antara kepribadian melankolis dan phlegmatic
2. Campuran pelengkap yaitu antara kepribadian koleris dan melankolis serta campuran kepribadian sanguinis dan phlegmatic
3. Campuran yang berlawanan yaitu antara kepribadian sanguinis dan melankolis serta antara kepribadian koleris dan phlegmatis.
1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian menurut Jean Jacques Rousseau dalam Dalyono, 2002 berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
(29)
1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir- 2 tahun)
Tahap ini didominasi oleh perasaan. Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.
2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (umur 2-12 tahun)
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi indra anak dalam mengadakan pengamatan. 3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (umur 12- 15 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
4. Tahap perkembangan masa adolesen (umur 15- 20 tahun)
Pada masa ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas yang kuat, di samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan tingkah laku yang bernilai moral.
5. Tahap pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Mulai dapat membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat. Pada masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan peranan dalam keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
(30)
menggunakan fungsi penalaran, sehingga dalam masa ini orang mulai mampu melakukan “self direction” dan “self control”. Dengan kemampuan inilah manusia mulai tumbuh dan berkembang menuju kematangan pribadi untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab
1.4 Konsistensi Kepribadian
Menurut teori trait, kepribadian dasar tertentu menentukan karakteristik seseorang dalam berbagai situasi, dari hari ke hari, sampai tahap tertentu dalam hidupnya. Penelitian longitudinal Block tentang individu menunjukkan konsistensi karakteristik kepribadian yang cukup tinggi. Dari penelitian tersebut didapati adanya korelasi yang signifikan yang menggambarkan adanya konsistensi kepribadian, khususnya pada karakteristik kepribadian tertentu. Meskipun memang ditemukan juga adanya individu yang memperlihatkan perubahan kepribadian yang cukup dramatis, perubahan tersebut didorong oleh kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan sehingga banyak orang berusaha mengembangkan potensi dengan cara menjejaki peran dan perilaku yang baru (Atkinson, 2003).
Block menemukan adanya perbedaan tingkat konsistensi pada masing-masing individu, beberapa individu mencapai kestabilan kepribadian pada awal kehidupannya., individu yang lain mengalami perubahan besar pada masa sekolah lanjutan sampai masa dewasa tengah terutama remaja yang memiliki konflik dan ketegangan, baik dalam dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain sehingga belum memiliki kestabilan kepribadian. Di samping itu, situasi pada saat penilaian kepribadian juga sangat mempengaruhi konsistensi kepribadian (Atkinson, 2003).
(31)
1.5 Pengukuran Kepribadian
Sobur (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara untuk mengukur kepribadian, diantaranya yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi Direk
Observasi direk merupakan observasi yang berbeda dengan observasi biasa. Observasi ini mempunyai sasaran yang khusus, sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek. Observasi direk dilakukan dengan memilih situasi tertentu, yaitu pada saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang ingin diteliti, dilakukan dalam situasi yang dikontrol, dapat diulang dan dapat dibuat replikasinya. Observasi direk juga disebut dengan observasi quasi experimental. Ada tiga tipe metode dalam observasi direk, yaitu:
a) Time Sampling Method
Setiap subjek diselidiki pada periode waktu tertentu. Periode tersebut bisa berlangsung selama beberapa detik, beberapa menit, atau bahkan beberapa jam, tergantung pada tipe tingkah laku atau indikator atau ciri-ciri yang ingin diteliti.
b) Incident Sampling Method
Dalam metode ini, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku. Laporan observasinya berupa catatan-catatan yang mencakup intensitas, lama waktunya, dan efek-efek setelah respon.
c) Metode Buku Harian Terkontrol
Dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah laku khusus yang ingin diketahui oleh yang bersangkutan.
(32)
Syarat penggunaan metode ini yaitu peneliti adalah orang dewasa dan cukup inteligen, serta dilakukan untuk pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
a) Stress Interview
Stress Interview digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap hal-hal yang mengganggu emosinya dan seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya setelah tekanan ditiadakan.
b) Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama, dan diselenggarakan secara nonstop. Tujuannya adalah membuat interviewee lelah dan melepaskan sikap defensifnya dengan berbicara terus terang. Cara ini biasanya digunakan untuk meneliti para tersangka tindak kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga. Selain itu juga digunakan dalam memilih pegawai untuk jabatan penting.
3. Tes Proyektif
Metode ini dilakukan untuk mengetahui proyeksi pribadi seseorang melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes ini memberi peluang kepada testee untuk bisa secara bebas memberikan makna atau arti terhadap hal yang disajikan, dan tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
(33)
4. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada setiap orang, dan jawabannya biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai
2. Prestasi Belajar 2.1 Definisi
Belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan (Slameto, 2003). Menurut simamora (2008), belajar diartikan segenap rangkaian atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahhan dalam dirinya berupa peningkatan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra dan pengalamannya. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat diartikan bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial). Peubahan itu pada dasarnya didapatkannya kecakapan baru dan perubahan tersebut terjadi karena usaha.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Winkel (1996) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
(34)
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk indeks prestasi setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar mahasiswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar mahasiswa.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Ahmadi (2004), terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, yaitu:
1. Faktor internal
a) Faktor Kesehatan Fisik
Seseorang yang mengalami kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat, dimana saraf sensoris dan motoriknya dapat terganggu, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.
b) Kecerdasan/inteligensi
Intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya, dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian saringan yang demikian ketat persaingannya, secara praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalm hal aspek intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala untuk keberhasilan belajar
(35)
mahasiswa. Ternyata intelegensi bukan satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam belajar.
c) Motivasi
Menurut maslow motivasi adalah sesuatu yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia, baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang lain. Setiap mahasiswa memiliki motif yang berbeda-beda dalam berprestasi
d) Minat
Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses pembelajaran terhadap hal yang diminati. Untuk membangkitkan minat pada mahasiswa, mahasiswa perlu mengetahui hubungan antara materi yang dipelajarinya dapat membawa kemajuan pada dirinya.
e) Kepribadian
Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi, yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar. Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan seperti rasa aman, dapat dipercaya, memperoleh penghargaan dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi
(36)
maka akan muncul masalah-masalah emosional dan sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kuran sehat, akibatnya akan dikompensasikan dalam tindakan-tindakan agresif yang bersifat negatif
2. Faktor eksternal
Menurut Purwanto (2006) selain faktor internal, juga terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a) Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh seseorang. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting.
b) Guru dan cara mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaiamana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
c) Alat-alat pelajaran
Institusi yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik
(37)
oleh guru atau dosen, kecakapan pengajar dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar seseorang. d) Motivasi sosial
Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik. Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara, dan teman sebaya.
e) Lingkungan dan kesempatan
Keadaan lingkungan dan kesempatan juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, seperti jarak antara rumah dan sekolah, keadaan lingkungan sekitar sekolah, dan kesempatan yang dimiliki oleh seseorang untuk tetap melanjutkan pendidikannya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, konsentrasi dari penelitian ini adalah hanya untuk mengetahui peran kepribadian terhadap keberhasilan belajar mahasiswa.
2.3 Penilaian Prestasi
Prestasi seorang peserta didik khususnya mahasiswa dalam belajar ditentukan oleh angka indeks prestasi (IP) yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi dibedakan atas Indeks Prestasi semester yang berjalan (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi Semester dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara, 2007).
(38)
IP = jumlah nilai mutu (IP) ∑ (KN)
=
jumlah kredit ∑ (K)
Indeks Prestasi Kumulatif merupakan indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester I sampai dengan semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2007).
IPK = jumlah nilai mutu (IP) ∑ (KN)
=
jumlah kredit ∑ (K)
Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh sub bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 1
Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif
No Kategori Indeks Prestasi Kumulatif 1. Memuaskan 2,00 ≤ x ≤ 2,75
2. Sangat Memuaskan 2,76 ≤ x ≤ 3,50
3. Cumlaude 3,51 ≤ x ≤ 4,00
Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2007
3. Hubungan Kepribadian dengan Prestasi Belajar
Diatas telah dibahas tentang pengertian kepribadian dan tipe-tipe kepribadian. Telah sangat jelas bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang dalam berbagai situasi dalam berbagai
(39)
kondisi, yang mampu membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain. dan telah dijelaskan pula mengenai tipe-tipe kepribadian. Ada individu-individu yang bersahabat, menyenangkan, ramah, banyak bicara, impulsif dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, sebagai pendidik atau dalam lingkup lebih kecil dalam rumah tangga sebagai orang tua, pasti akan dihadapkan pada berbagai karakteristik kepribadian. Ada peserta didik yang menyenangkan, periang, mau terbuka terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya, aktif dalam berbagai organisasi yang ada di institusi dan sebaliknya ada peserta didik yang terkesan membosankan, pendiam, tidak terbuka, tidak hangat dan lain sebagainya. Tentu saja sebagai seorang pendidik sangat dituntut untuk memahami karakteristik kepribadian peserta didik sehingga selaku pendidik kita dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian peserta didik yang dihadapi.
Dengan begitu treatment-treatment yang kita berikan kepada peserta didik akan mengantarkan mereka kepada kondisi optimal, baik dalam bidang prestasi akademiik maupun prestasi nonakademik. Tetapi akan menjadi kebalikannya jika treatment-treatment yang diberikan tanpa mempertimabangkan aspek kepribadian peserta didik, mungkin karena teguran yang terlalu kasar, karena cara pencapaian kurang sesuai dengan kepribadian, justru akan mengantarkan peserta didik ke dalam kondisi destruktif, tidak berprestasi.
Berbicara kehidupan manusia sebagai individu memang tidak akan pernah keluar dari kerangka mengenai kepribadian. Kepribadian merupakan konsep dasar psikologis yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian
(40)
mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir, perasaan, perilaku, serta bertindak sebagai aspek fundamental dari setiap individu (Suhadianto, 2002).
(41)
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menguraikan tentang tipe kepribadian yang dikemukakan oleh Hipocrates (460-370 SM) dan dikembangkan oleh Florence Littauer (1997) antara lain koleris, plegmatis, melankolis, dan sanguinis yang mempengaruhi prestasi mahasiswa. Kepribadian ini merupakan salah satu pencapaian prestasi mahasiswa, antara lain memuaskan ( 2,00 – 2,75), sangat memuaskan (2,76 – 3,50) dan Cumlaude (3,51 – 4,00) maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:
Skema 1 Kerangka Teori Penelitian
2. Definisi Operasional
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2007).
Tipe kepribadian mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara:
1. Koleris 2. Melankolis 3. Phlegmatis 4. Sanguinis
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) : 1. Memuaskan
( 2,00 – 2,75) 2. Sangat Memuaskan
( 2,76 – 3,50)
3. Cumlaude
(3,51 – 4,00)
(42)
Tabel 2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Tipe
Kepribadian
Kepribadian merupakan segala corak perilaku dan sifat yang khas serta kecenderungan herediter dengan berbagai pengaruh
lingkuangan yang membentuk kondisi kejiwaan
mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan, baik yang datang dari luar dirinya (eksternal) maupun dari dalam dirinya sendiri (internal).Dalam penelitian ini menggunakan tipe kepribadian koleris, melankolis, phlegmatis dan sanguinis Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing kepribadian Skala nominal
2 Indeks Prestasi
Nilai prestasi yang dicapai oleh mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dari program mata kuliah yang telah ditempuh sampai semester terakhir, yaitu dengan cara menghitung jumlah mutu (jumlah kredit mata kuliah yang diambil selama menempuh studi dikalikan bobot nilainya) dibagi jumlah seluruh SKS yang pernah diambil selama menempuh studi dan menghasilkan nilai prestasi antara lain memuaskan( 2,00 – 2,75), sangat memuaskan ( 2,76 – 3,50), Cumlaude
(3,51 – 4,00)
Pengukuran dilakukan dengan melihat Kartu Hasil Studi. Dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang dimodifikasi dari predikat yudisium program sarjana (S1) USU, yaitu Cumlaude (3,51-4,00) , sangat memuaskan (2,76-3,50) dan memuaskan (2,00-2,75) Skala ordinal
(43)
1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Hasan, 2002). Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional Study yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada suatu saat.
2. Populasi dan Sampel 2.1Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program A yang terdiri dari angkatan 2007, 2008 dan 2009. Berdasarkan data yang diperoleh seluruh populasi berjumlah 186 orang.
2.2 Sampel Penelitian
Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik Stratified random sampling. Penetapan sampel dilakukan dengan cara undian dari tiap-tiap kelas populasi
(44)
Menurut Nazir (2005), untuk prosedur pengambilan sampel dengan metode stratified random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :
ni = n
N Ni
×
Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi Ni : Total sub populasi
N : Total populasi n : Besarnya sample
Menghitung besarnya sampel digunakan rumus slovin sebagai berikut: N
n = 1 + N (d2)
N = Besar populasi n = Besar sampel
D = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan. Dari rumus diatas diperoleh besar sampel sebanyak 126 orang.
Tabel 3 Distribusi sampling Mahasiswa
Angkatan
2007 2008 2009 Jumlah
Populasi 58 59 69 186
(45)
Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa program A Fakultas Keperawatan Universitas sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009 yang mengikuti perkuliahan di semester genap pada tahun ajaran 2010/2011 serta mahasiswa tersebut bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain sampel penelitian pindah ke universitas lain ketika penelitian dilaksanakan.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3.2 Waktu Penelitian
Pengambilan data dimulai dari bulan Februari hingga April 2011. 4. Etika Penelitian
Pencapaian standar etik merupakan tujuan penting dalam penelitian ini, untuk itu peneliti menerapkan kaidah etik dalam meneliti yakni hak untuk menentukan pilihan secara bebas, privasi, otonomi dan kejujuran (Daymon & Holloway, 2002 dalam Daulay, 2010). Penelitian ini juga memenuhi beberapa prinsip etik yaitu:
(46)
1. Autonomy (kebebasan)
Prinsip pertama yaitu hak menentukan pilihan secara bebas maksudnya peserta yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki hak untuk menerima maupun menolak bekerjasama karena peneliti menyadari bahwa kebutuhan peneliti untuk mengumpulkan data selalu ditentukan oleh hak peserta apakah mereka memberikannya atau tidak.
2. Informed Consent
Selanjutnya salah satu masalah terpenting yang berhubungan dengan prinsip etik dalam penelitian ini adalah persetujuan tertulis secara sukarela yang didapatkan sebelum memulai penelitian. Untuk itu sebelum meneliti, peneliti nantinya menjelaskan atau memberi informasi (informed concent) tentang rencana, tujuan dan manfaat penelitian.
5. Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan kuesioner tipe kepribadian yang dirancang oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality Plus. Tes kepribadian tersebut berbentuk kuesioner multiple choice yang diadaptasi dari
Pola-pola Kepribadian oleh Lana Bateman, diterbitkan oleh Huntington House, Inc, Lafayette, LA. Pernyataan yang terdapat dalam kuesioner berjumlah 40 pernyataan. Responden hanya memberi tanda √ pada salah satu pernyataan yang dianggap paling cocok dengan dirinya.
Setelah responden selesai memberikan tanda √ pada pernyataan di kuesioner, peneliti kemudian memindahkan tanda √ dari lembar pernyataan ke lembar penilaian kepribadian dan menambahkan semua jawaban total dalam
(47)
masing-masing 4 kolom yang mewakili tipe kepribadian. Kemudian peneliti melihat kolom yang menghasilkan nilai tertinggi, dan tipe kepribadian yang terdapat di kolom tersebut merupakan tipe kepribadian yang dominan pada responden.
Setelah diketahui tipe kepribadian dari masing-masing responden, peneliti mendatangi bagian pendidikan Universitas Sumatera Utara dan mendapatkan data mengenai Indeks Prestasi Kumulatif responden, yaitu dengan melihat Kartu Hasil Studi responden.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini validitas kuesioner tipe kepribadian dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bentuk uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Uji Reliabilitas terhadap 10 orang responden. Teknik analisa yang digunakan adalah rumus Cronbach Alpha. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner tipe kepribadian adalah 0,668. Berdasarkan Hastono (2007) yang menyatakan bahwa suatu instrument dikatakan reliable apabila hasil uji lebih dari 0,632. Sehingga kuesioner tipe kepribadian ini dikatakan reliable.
7. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dijalani oleh peneliti adalah sebagai berikut: Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan, peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian kepada Fakultas Keperawatan USU untuk mendapatkan data tipe kepribadian dan kartu hasil studi mahasiswa. Setelah izin penelitian didapatkan kemudian peneliti menghitung jumlah sampel dari masing-masing kelas populasi dan kemudian menetapkan kriteria inklusi dan
(48)
eksklusi pada mahasiswa Fakultas Keperawatan USU yang dijadikan responden tersebut. Setelah menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi, peneliti mendatangi responden untuk proses pengisian kuesioner dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Kemudian peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan dan membagikan lembar kuesioner tersebut kepada responden. Setelah kuesioner diisi oleh responden, peneliti mengumpulkannya untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah kuesioner terkumpul secara lengkap peneliti melihat Kartu Hasil Studi ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk mengetahui Indeks Prestasi Kumulatif responden. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti melakukan analisa dengan menggunakan SPSS.
8. Pengolahan dan Analisa Data 8.1Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data (Hastono, 2007). Sebelum data dianalisa, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan atau angka.
(49)
c. Entry
Setelah data dikumpulkan, kemudian data disimpan untuk selanjutnya diolah ke dalam analisa data.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
e. Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.
f. Analyzing
Dalam penelitian ini digunakan analisa univariat dan analisa bivariat menggunakan program komputer.
8.2Analisa Data
a. Analisa Univariat
1. Deskripsi Data Tipe Kepribadian
Data tipe kepribadian adalah data bentuk nominal, menggunakan skala pengukuran kategorikal berupa skala nominal (Sastroasmoro, 2002) yaitu plegmatis, sanguinis, koleris dan melankolis. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase. 2. Deskripsi Data prestasi akademik
Data prestasi akademik adalah data dalam bentuk ordinal, menggunakan skala pengukuran kategorikal berupa skala ordinal (Sastroasmoro,2002) yaitu memuaskan, sangat memuaskan dan
(50)
cumlaude. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan agar mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen (tipe kepribadian) dengan variabel dependen (Indeks Prestasi). Untuk mengetahui ada atau tidanya hubungan antara variabel digunakan uji statistik dengan uji Chi-square. Signifikansi hubungan terlihat dari nilai p. Jika nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Sebaliknya jika nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna diantara keduanya. Untuk mengetahui derajat hubungan digunakan ukuran Odds Ratio (OR)
(51)
Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan antara lain tentang: deskripsi tipe kepribabdian responden, deskripsi prestasi akademik mahasiswa program A Fakultas Keperawatan USU, analisa hubungan antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik mahasiswa program A Fakultas Keperawatan USU.
1. Hasil Penelitian 1.1 Analisa Univariat
1.1.1 Deskripsi Tipe Kepribadian Mahasiswa
Hasil Penelitian terhadap tipe kepribadian mahasiswa dapat dilihat pada tabel 3.1 yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki tipe kepribadian melankolis (n=40, 31,7%). Dari data tersebut dapat diketahui bahhwa mahasiswa melankolis cenderung lebih banyak bila dibandingkan dengan mahasiswa plegmatis, sanguinis dan koleris.
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Program A Fakultas Keperawatan USU Angkatan 2007, 2008 dan 2009 di lingkungan Fakultas Keperawatan USU
Kategori Frekuensi Persentase
Plegmatis 32 25,4
Sanguinis 35 27,8
Koleris 19 15,1
Melankolis 40 31,7
Total 126 100
(52)
1.1.2 Deskripsi Prestasi Akademik Mahasiswa
Data yang diperoleh dari Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa, setelah melalui proses perhitungan IPK maka didapatkan gambaran prestasi akademik pada mahasiswa Program A Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009 seperti terlihat pada tabel 3.2 yang menunjukkan bahwa mahasiswa dengan prestasi belajar sangat memuaskan (IPK 2,76-3,50) lebih banyak bila dibandingkan dengan prestasi belajar memuaskan (IPK 2,00-2,75) dan prestasi belajar Cumlaude (3,51-4,00).
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Program A Fakultas Keperawatan USU angkatan 2007, 2008 dan 2009 Berdasarkan Prestasi Akademik Kumulatif, di lingkungan Fakultas Keperawatan (3 kategori)
Kategori Frekuensi Presentase
Cumlaude 5 4,0
SangatMemuaskan 83 65,8
Memuaskan 38 30,2
Total 126 100
1.2 Analisa Bivariat
1.2.1 Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Indeks Prestasi Kumulatif
Penelitian ini menggunakan uji statistic Chi Square untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi mahasiswa. Dari hasil pengukuran terdapat data yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya suatu proses analitik karena dari hasil pengolahan data didapatkan nilai harapan 33,3%, oleh karena itu dilakukan
(53)
penggabungan sel (penyempitan kategori prestasi akademik menjadi 2 kelompok yaitu memuaskan dan sangat memuaskan
Setelah dilakukan proses analitik diperoleh hasil uji statistik seperti tertera pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Hasil Uji Statistik Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Indeks Prestasi Kumulatif
Tipe Kepribadian
Prestasi Akademik
P Value
Memuaskan Sangat
Memuaskan Total OR
N % N % N %
Plegmatis 16 12,7 % 16 12,7% 32 25,4%
0,044
Sanguinis 8 6,3 % 27 21,4% 35 27,8 % 3,375
Koleris 4 3,2 % 15 11,9% 19 15,1 % 3,750
Melankolis 10 7,9 % 30 23,8% 41 31,7 % 3,000 Total 38 30,2% 88 69,8% 126 100 %
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki indeks prestasi kumulatif sangat memuaskan ada sebanyak 88 orang (69,8%), dimana sebagian besar cenderung dimiliki oleh mahasiswa dengan tipe kepribadian melankolis (n=30, 23,8%) dibandingkan dengan tipe kepribadian plegmatis, sanguinis dan koleris . Hasil uji statistic
diperoleh nilai p value sebesar 0,044. Angka ini lebih kecil dari nilai α
=0,05 sehingga hal ini di interpretasikan ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa. Pada tabel tersebut juga terdapat nilai OR antara tipe kepribadian sanguinis dan plegmatis yaitu 3,375, antara koleris dan plegmatis yaitu 3,750 dan antara melankolis dan plegmatis bernilai 3,000. Plegmatis menjadi acuan dari OR karena mempunyai frekuensi kesempatan yang terkecil untuk memperoleh prestasi akademik sangat memuaskan dari seluruh mahasiswa yang
(54)
mempunyai tipe kepribadian plegmatis yaitu 50% (16 mahasiswa dari 32 mahasiswa tipe kepribadian plegmatis).
2. Pembahasan
2.1 Gambaran Tipe Kepribadian Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU angkatan 2007, 2008 dan 2009
Setelah penilaian kepribadian, didapatkan data mengenai gambaran tipe kepribadian pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008, dan 2009 seperti terlihat pada tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tipe kepribadian yang dimiliki mahasiswa keperawatan bervariasi. Hal ini sesuai dengan teori Purwanto yaitu setiap individu memiliki kepribadian yang khas yang membedakan dirinya dengan individu lain, begitu pula halnya pada mahasiswa-mahasiswa keperawatan, mereka memiliki tipe kepribadian yang berbeda beda yang menurut teori hiprocrates dan galenus dapat dibedakan atas plegmatis, sanguinis, koleris dan melankolis.
Menurut Weller (2005) kepribadian merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan, begitu pula halnya pada mahasiswa Fakultas Keperawatan. Mereka memiliki tipe kepribadiannya masing-masing yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka termasuk pendidikan. Banyaknya tuntutan ilmu pengetahuan dan standart kompetensi untuk menjadi perawat mendorong mahasiswa keperawatan dengan tipe
(55)
kepribadian apapun untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi/tuntutan pendidikan yang ada.
Pada penelitian ini sebagian besar dari subyek penelitian (31,7%) memiliki tipe kepribadian melankolis, sesuai teori tipe kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang cenderung idealis, mendalam dan penuh pemikiran, analitis, serius dan tekun yang diperlukan oleh mahasiswa keperawatan USU karena pendidikan di keperawatan merupakan pendidikan yang kompleks yang dituntut untuk memiliki kemampuan seperti ciri-ciri kepribadian melankolis tersebut.
Dalam tabel juga terlihat bahwa frekuensi terkecil ada pada kategori koleris (15,1%). Kecilnya frekuensi kategori ini dapat dikarenakan menurut bahwa profesi perawat yang akan dijalani mahasiswa menuntut kesabaran, empati terhadap pasien (Handari, 2010). Selain itu citra perawat di masyarakat yang masih menganggap perawat hanyalah pembantu dokter yang tidak memiliki kemandirian) cenderung tidak sesuai dengan sifat koleris yang tidak sabar, keras kepala, suka memerintah dan suka mendominasi serta mandiri.
2.2 Gambaran Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Angkatan 2007, 2008 dan 2009
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar subyek penelitian (65,9%) memiliki prestasi akademik yang tergolong ke dalam kategori sangat memuaskan (IPK > 2,75) seperti tertera pada tabel 3.2 Mahasiswa program A memang sudah di seleksi saat masuk perguruan tinggi
(56)
pada SNMPTN dan UMB. Melalui seleksi ini mereka berhasil menyisihkan sejumlah peserta lain yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai keunggulan. Menurut Wibisono (2009) tuntutan lahan pekerjaan yang cenderung mensyaratkan indeks prestasi diatas 2,75 mendorong adanya motivasi yang tinggi bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi akademik yang terbaik sesuai dengan teori yang dikemukakan Roberts dalam Lusiana (2009) bahwa setiap manusia memilki kekuatan dasar yang memotivasi dirinya untuk meningkatkan potensi diri sampai batas maksimum dalam bidang edukasi.
Tingginya indeks prestasi kumulatif yang dicapai mahasiswa juga dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yakni intelegensi seseorang mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya, dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya. Selain itu faktor minat, motivasi, fasilitas dan lain-lain juga turut mempengaruhi.
2.3 Hubungan antara Tipe Kepribadian dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU
Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif dengan nilai p = 0,044. Hasil penelititan sesuai dengan teori Ahmadi (2004) yang menyebutkan bahwa kepribadian adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi. Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi yang seimbang dapat menciptakan
(57)
kesehatan mental dan ketenangan emosi, yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar.
Dari tabel tersebut juga terlihat mahasiswa yang memiliki indeks prestasi sangat memuaskan sebagian besar cenderung dimiliki oleh mahasiswa dengan tipe kepribadian melankolis yaitu sebanyak 30 orang (23,8%) dibandingkan dengan mahasiswa dengan tipe kepribadian plegmatis (n=16, 12,7%), sanguinis (n=27, 21,4%) dan koleris (n=15, 11,9%). Hal ini dapat disebabkan sesuai dengan ciri kepribadian dari melankolis yang cenderung mendalam dan penuh pemikiran, serius dan tekun, idealis, gigih, memiliki standar tinggi, dan cermat sehingga mendorong mereka untuk memberikan prestasi yang cenderung optimal atau berusaha mencari kesempurnaan (Litteaur, 1996). Namun tipe ini selain rentan terhadap stres dengan adanya suatu tekanan, tuntutan ataupun masalah. Namun, menurut Sunaryo (2004), stress dalam arti positif dapat menjadi motivator yang penting dan bermanfaat dalam mencapai tujuan atau cita-cita tertentu sehingga berusaha keras untuk mencapainya.
Meskipun demikian tipe kepribadian ini mempunyai kelemahan yaitu mudah kecewa, tertekan, mudah sakit hati, sensitive dan pendendam (Litteaur, 1996). Oleh karena itu pendidik harus mempunyai trik khusus dalam proses belajar mengajar seperti tidak mengkritiknya langsung didepan umum karena dapat membuatnya rendah diri dan sakit hati yang nantinya akan membuat respon terhadap pelajaran yang diberikan pengajar menjadi kurang. Memberikan motivasi saat mereka kurang optimis, mereka perlu
(58)
bantuan agar tidak mudah tertekan, serta berilah pujian dengan tulus (Ristyanto,2010).
Sementara itu, dilihat dari derajat hubungan OR terlihat bahwa derajat hubungan koleris lebih besar dari pada tipe kepribadian lainnya yaitu 3,75. dapat diinterpretasikan bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian koleris mempunyai peluang 3,75 kali lebih tinggi untuk mendapatkan prestasi akademik sangat memuaskan bila dibandingkan dengan tipe kepribadian plegmatis. Hal ini dapat dikarenakan ciri sifat dari koleris itu antara lain mempunyai tekad yang kuat, terorganisasi dengan baik, punya kemauan kuat untuk meraih sesuatu yang diinginkan, Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi, mempunyai motivasi berprestasi/obsesi untuk memperoleh sesuatu (Litteaure, 1996). Menurut Winkel (1996) motivasi berprestasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf akademik yang setinggi mungkin demi penghargaan terhadap diri sendiri.
Plegmatis menjadi acuan dari OR karena mempunyai frekuensi kesempatan yang terkecil untuk memperoleh prestasi akademik sangat memuaskan dari seluruh mahasiswa yang mempunyai tipe kepribadian plegmatis yaitu 50% (16 mahasiswa dari 32 mahasiswa tipe kepribadian plegmatis). Interpretasi dari data tersebut yaitu frekuensi kesempatan mahasiswa plegmatis untuk memperoleh prestasi sangat memuaskan lebih kecil dari pada tipe kepribadian yang lainnya. Hal ini dapat dikarenakan tipe kepribadian plegmatis yang cenderung santai, malas, tidak menyukai situasi rumit dan tidak terobsesi (littauer, 1996). Oleh karena itu, pendidik juga
(59)
harus mempunyai trik khusus dalam menghadapi mahasiswa dengan tipe kepribadian plegmatis agar dapat mengoptimalkan prestasinya seperti mereka memerlukan motivasi langsung dalam belajar, membantu mereka dalam menetapkan tujuan, membentuk kontrol karena mereka cenderung sering menunda-nunda tugas atau pekerjaan, mereka membutuhkan sedikit paksaan untuk membuat keputusan, memotivasi mereka untuk menerima tanggung jawab seperti dalam tugas kelompok (Ristyanto, 2010).
Seorang pendidik sangat dituntut untuk memahami karakteristik kepribadian peserta didik sehingga selaku pendidik dapat memberikan stimulasi atau perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian peserta didik yang dihadapi. Dengan begitu treatment-treatment yang diberikan kepada peserta didik akan mengantarkan mereka kepada kondisi optimal, baik dalam bidang prestasi akademiik maupun prestasi nonakademik (Suhadianto, 2009).
Bagi seorang mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi soerang perawat dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan, teman seprofesi, profesi lain, keluarga pasien dan pasien yang memiliki kepribadian bermacam-macam dan unik. Menurut Esfahani (2004) dalam Efendi (2009) menyatakan bahwa kepribadian perawat mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar memuaskan. Selain itu, ada kecenderungan harapan bagian struktural rumah sakit untuk menempatkan orang-orang dengan tipe kepribadian tertentu dalam posisi tertentu, seperti melankolis dan sanguinis
(60)
pekerja nonmedis. Ketiga tipe ini juga diharapkan menjadi bagian dari pelaksana. Sedangkan perawat yang layak ditempatkan sebagai kepala ruangan dan kepala seksi adalah perawat dengan tipe choleris dan
melankolis.
Dari hal tersebut hendaknya mahasiswa keperawatan yang nantinya akan menjadi seorang perawat memahami perbedaan kepribadian yang dimiliki dan menyadari ciri-ciri khas yang ia miliki agar dapat membantu mempermudah berinteraksi secara positif dengan orang lain.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kelemahan antara lain faktor-faktor yang lain juga mempengaruhi indeks prestasi kumulatif selain kepribadian tidak diukur oleh penulis sehingga dapat menjadi factor pengacau
(61)
1. Kesimpulan
1. Sebagian besar tipe kepribadian mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009 adalah tipe melankolis (31,7%)
2. Nilai indeks prestasi akademik rata-rata mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009 adalah sebesar 2,98 dan sebagian besar termasuk ke dalam kategori sangat memuaskan 69,8%
3. Terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2007, 2008 dan 2009 dengan p value
0,044, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan Ahmadi (2004) yang menyebutkan bahwa kepribadian adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi.
4. Derjat hubungan yang terbesar adalah koleris dengan plegmatis yaitu 3,75 artinya koleris mempunyai peluang 3,75 kali lebih tinggi untuk mendapatkan prestasi akademik sangat memuaskan bila dibandingkan dengan plegmatis
(62)
2. Rekomendasi
1. Bagi Keperawatan
Perlu adanya penyuluhan dan sosialisasi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sifat dari masing-masing tipe kepribadian yang dapat menjadi strategi koping bagi pribadi perawat.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan, penyuluhan dan sosialisasi mengenai pola pribadi mahasiswa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sifat dari masing-masing tipe kepriabdian sehingga dapat mengoptimalkan prestasi pendidikan
3. Bagi Peneliti Lain
Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan mengukur korelasi antara tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif disertai pengukuran faktor-faktor lain yang mempengaruhi indeks presasi. Dapat juga dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan tipe kepribadian dengan indeks prestasi kumulatif atau tingkat kepuasan pasien terhadap asuahan keperawatan bagi mahasiswa yang menjalani program profesi.
(63)
Ahmadi, Abu. Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Alimul, Aziz.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia ( Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Atkinson, R., & Atkinson, R. (1996). Pengantar Psikologi (ed. 8). Jakarta: Erlangga
Dalyono, M. (2001). Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Daulay, Wardiyah. (2010). Pengaruh Penerapan Terapi Kognitif Perilaku Terhadap Perubahan Pikiran dan Perilaku Koqnitif Belajar di SDN Kelurahan Pondok Cina Tahun 2010. Jakarta: Universitas Indonesia
Deasyana, Anna. (2008). Hubungan Trait Kepribadian dan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Unika Atma Jaya Jakarta. Diperoleh tanggal 02 Oktober 2010 dari
Dorland, WAN.(2002) Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : ECG Effendi , Achmad Faruch. (2009). Hubungan Tipe Kepribadian Perawat dengan
tingkat Kepuasan PAsien Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Diperoleh tanggal 05 Juni 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/6440/
Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Handari, M.(2010). hubungan antara motivasi belajar dengan indeks prestasi akademik mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Wira
Husada Yogyakarta. Diperoleh tanggal 09 Juni 2011 dari
http://eprints.uns.ac.id/13/1/120212807201009521.pdf
Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia
Hastono, Sutanto. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Hidayat, A. A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data. Jakarta: Salemba Medika
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan.jakarta: PT Asdi Mahasatya 52
(64)
Koeswara, E. (1991). Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco
Littauer, F. (1996). Personality Plus. (A. Adiwiyoto, Terj.). Jakarta: Binarupa Aksara. (Naskah asli dipublikasikan tahun 1992)
Lusiana, Maresa. (2009). hubungan tipe kepribadian dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2006. Pekanbaru: Universitas Riau
Nazir, Moh. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia
Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. (ed. 2). Jakarta: Salemba Medika
Purwanto, M. N. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Rismawaty. (2008). Kepribadian & Etika Profesi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ristyanto, Galuh. 2010. Mengenali Tipe Diri Pribadi dan Orang Lain. Diperoleh pada tanggal 16 Juni 2011 dari http://galuhristyanto.web.id/mengenali-tipe-diri-pribadi-dan-orang-lain/
Safaria, T., & Rahardi, K. (2004). Menjadi pribadi berprestasi. Jakarta: Gramedia Sastroasmoro, S. (2002). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-2.
Jakarta: Sagung Seto
Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
ECG
Slameto, Drs. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia
Suhadianto. (2002). Pentingnya Mengenal Pribadi Siswa Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar. Diperoleh tanggal 24 Oktober 2010 dari
http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar/
Sujanto, A., Lubis, H., & Hadi, T. (2001). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana. (2006). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(1)
84
10
17
4
9
2,67
85
5
10
17
8
3,05
86
15
7
5
13
3,44
87
9
8
11
12
3,49
88
15
8
6
11
2,6
89
4
20
15
1
3,29
90
6
8
14
12
3,42
91
12
4
4
20
3,69
92
23
6
2
9
3,39
93
11
20
6
3
3,5
94
8
11
13
8
3
95
1
5
6
18
3,44
96
8
17
6
9
2,98
97
5
18
9
8
3,41
98
20
11
1
8
2,78
99
7
5
13
15
3,04
100
9
1
12
18
3,42
101
10
26
2
2
2,38
102
20
9
3
8
2,63
103
16
11
5
8
2,37
104
13
9
6
12
3,41
105
19
5
3
13
3,16
106
16
5
0
19
3,09
107
4
12
13
11
3,28
108
10
11
9
10
3,19
109
19
5
4
12
2,63
110
7
7
18
8
2,96
111
9
6
11
14
2,8
112
12
11
7
10
3,14
113
11
7
8
14
3,13
114
5
7
10
18
3,54
115
9
11
7
13
3,07
116
21
9
1
9
2,59
117
14
18
2
6
2,63
118
6
20
8
6
3,28
119
21
3
2
14
2,41
120
14
8
5
13
2,53
121
10
10
14
6
3,19
122
3
18
13
6
2,81
123
13
11
5
11
2,79
124
15
13
5
7
2,17
125
6
18
3
13
2,37
(2)
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing SummaryN %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.668 40
Crosstabs
tipe kepribadian responden * indeks prestasi responden Crosstabulation
indeks prestasi responden
Total memuaskan
sangat
memuaskan Cumlaude
tipe kepribadian responden Plegmatis Count 16 16 0 32
Expected Count 9.7 21.1 1.3 32.0
sanguinis Count 8 27 0 35
Expected Count 10.6 23.1 1.4 35.0
Koleris Count 4 14 1 19
Expected Count 5.7 12.5 .8 19.0
Melankolis Count 10 26 4 40
Expected Count 12.1 26.3 1.6 40.0
Total Count 38 83 5 126
Expected Count 38.0 83.0 5.0 126.0
(3)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.157a 6 .028
Likelihood Ratio 15.223 6 .019
Linear-by-Linear Association 7.137 1 .008
N of Valid Cases 126
a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,75.
RECODE IPK (1=1) (2=2) (3=2) INTO IPK2. VARIABLE LABELS IPK2 'indeks prestasi responden 2'. EXECUTE. CROSSTABS
/TABLES=Tipekepribadian BY IPK2 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED /COUNT ROUN D CELL.
(4)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 8.120a 3 .044
Likelihood Ratio 7.742 3 .052
Linear-by-Linear Association 4.002 1 .045
N of Valid Cases 126
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,73.
indeks prestasi responden 2
Total 1.00 2.00
tipe kepribadian responden
Plegmatis Count 16 16 32
Expected Count 9.7 22.3 32.0
% within tipe kepribadian responden 50.0% 50.0% 100.0%
% within indeks prestasi responden 2 42.1% 18.2% 25.4%
% of Total 12.7% 12.7% 25.4%
Sanguinis Count 8 27 35
Expected Count 10.6 24.4 35.0
% within tipe kepribadian responden 22.9% 77.1% 100.0%
% within indeks prestasi responden 2 21.1% 30.7% 27.8%
% of Total 6.3% 21.4% 27.8%
Koleris Count 4 15 19
Expected Count 5.7 13.3 19.0
% within tipe kepribadian responden 21.1% 78.9% 100.0%
% within indeks prestasi responden 2 10.5% 17.0% 15.1%
% of Total 3.2% 11.9% 15.1%
Melankolis Count 10 30 40
Expected Count 12.1 27.9 40.0
% within tipe kepribadian responden 25.0% 75.0% 100.0%
% within indeks prestasi responden 2 26.3% 34.1% 31.7%
% of Total 7.9% 23.8% 31.7%
Total Count 38 88 126
Expected Count 38.0 88.0 126.0
% within tipe kepribadian responden 30.2% 69.8% 100.0%
% within indeks prestasi responden 2 100.0% 100.0% 100.0%
(5)
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter coding
(1) (2) (3)
tipe kepribadian responden Plegmatis 32 .000 .000 .000
sanguinis 35 1.000 .000 .000
Koleris 19 .000 1.000 .000
Melankolis 40 .000 .000 1.000
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Tipekepribadian 7.718 3 .052
Tipekepribadian(1) 1.216 .536 5.155 1 .023 3.375
Tipekepribadian(2) 1.322 .665 3.956 1 .047 3.750
Tipekepribadian(3) 1.099 .508 4.672 1 .031 3.000
Constant .000 .354 .000 1 1.000 1.000
(6)