Analisa Zat Pewarna Rhodamin B Pada Lipstik Dan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya Rhodamin B Di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76 menyatakan

kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan
pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, melindungi tubuh agar tetap
dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika Tahun 2010 menyatakan bahwa kosmetika
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau
gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan, melindungi dan
memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru

abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga
mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya
baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu
bagian dari dunia usaha. Penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah
untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan,dan
secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup
(Tranggono, 2007).
Setiap wanita pasti menginginkan untuk selalu tampil cantik. Keinginan ini
dapat diwujudkan dengan menggunakan berbagai macam kosmetik seperti bedak,
lipstik, eye liner, eye shadow, dan berbagai kosmetik lain untuk membuat wajah
mereka terlihat lebih cantik. Namun banyak wanita yang tidak menyadari bahwa
diantara produk kecantikan yang biasa mereka gunakan kemungkinan mengandung
bahan berbahaya yaitu logam berat (timbal, merkuri, arsen, cadmiun) dan zat
pewarna sintetis (BPOM RI, 2011).
Banyak produk kosmetik yang beredar di pasaran ditawarkan dengan harga

yang bervariasi, dari harga yang murah sampai mahal. Tidak jarang produk kosmetik
berasal dari luar, baik yang legal maupun ilegal. Ragam tawaran seperti itu
memudahkan konsumen untuk memilih sesuai selera dan kemampuan. Banyaknya
peredaran produk tersebut terutama yang ilegal, patut dicermati kualitasnya agar
tidak membahayakan konsumen (Sinurat, 2011).
Efek samping kosmetika menimbulkan kekhawatiran pengguna kosmetika
akan kemungkinan timbulnya efek samping kosmetika pada dirinya. Namun sejauh
ini informasi tentang efek samping kosmetika masih sangat sedikit. Konsumen
kosmetika selalu bertambah, dan pasti akan diikuti dengan peningkatan kejadian efek
samping

kosmetika. Sedangkan informasi mengenai produk kosmetika tidak

Universitas Sumatera Utara

bertambah luas dari masa ke masa. Sekalipun ada, keterangan tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan. (Wasitaatmadja, 1997).
Lipstik adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir
sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah dan memberikan
ekspresi wajah yang menarik. Lipstik termasuk produk kosmetik wajah yang sudah

menjadi identitas bagi wanita pada zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir
ini banyak diantara wanita merasa kurang tampil percaya diri di depan umum.
Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik
baru, baik dalam negeri maupun merek global yang terus mengikuti kebutuhan
konsumennya (Nurfebriyani, 2009).
Lipstik termasuk ke dalam kosmetik dekoratif yang mengandung bahanbahan seperti lilin, minyak, lemak, acetoglycerides, surfaktan, antioksidan dan zat
pewarna. Zat pewarna memiliki peranan besar dalam setiap fungsi kosmetik
dekoratif. Zat warna dalam kosmetik dekoratif harus memenuhi syarat keamanan.
Zat warna ini berasal dari dua sumber. Ada yang berasal dari alam ada juga yang
sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami
lebih sulit disintesa dan distandarisasi. Zat warna sintetis lebih mudah diatur tingkat
intensitas warnanya. Harga zat sintetis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh
produsen dan konsumen (Mulyawan, 2013).
Beraneka lipstik ditawarkan pada konsumen, bermacam merek, jenis dan
warna. Kebanyakan wanita memilih lipstik terutama karena warnanya. Ternyata
dibalik keindahan warna dan manfaat lipstik, banyak juga produsen yang melakukan

Universitas Sumatera Utara

kecurangan dalam memproduksi lipstik. Untuk menghasilkan produk yang murah,

banyak diantaranya yang sengaja menambahkan kandungan zat- zat kimia yang
ternyata berbahaya pada tubuh (Sinurat, 2011).
Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
kertas dan tekstil. Seperti air dan alkohol terutama metanol serta etanol, rhodamin B
juga bersifat polar dan sangat banyak digunakan pada jenis produk yg masuk
kategori kosmetik berbahaya. Zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna
kosmetik dan makanan. Oleh karena itu, jika terdapat zat ini, sudah pasti masuk
golongan kosmetik berbahaya (Anonimus, 2012).
Penggunaan rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu lama
akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila
terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi
gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui
makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan
gejala keracunan dengan urin yang berwarna merah maupun merah muda. Selain
melalui makanan ataupun kosmetik, rhodamin B juga dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan, jika terhirup terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang
terkena rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata
kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata. Jika terpapar pada bibir dapat
menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir
terkelupas (Yuliarti, 2007).


Universitas Sumatera Utara

Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eye shadow, dan eye
liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari
bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan atau kontak dengan mata
kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi dalam jaringan,
terutama tulang. Timbal dapat terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru.
Selain timbal, Merkuri juga seringkali disalahgunakan dalam kosmetik, terutama
pada krim pemutih dan bedak. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat
menimbulkan iritasi kulit, bintik-bintik hitam, penipisan kulit, dan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kanker kulit. Merkuri pada kosmetik ini dapat diserap
oleh kulit dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Efek toksisitas merkuri
terutama pada organ ginjal dan susunan saraf pusat. Merkuri di dalam darah akan
mengendap di dalam ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal. Merkuri juga akan
menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf seperti
tremor, insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan tangan tidak
normal), gangguan emosi, dan depresi (BPOM RI, 2011).
Pencemaran akibat limbah merkuri pernah terjadi di kawasan Teluk

Minamata Jepang tahun 1950 an lalu. Sekitar 3 ribu warga menjadi korban dan
mengalami berbagai penyakit aneh yang kemudian disebut sebagai penyakit
Minamata. Akibat limbah merkuri tersebut, warga menderita penyakit dengan ciriciri sulit tidur, kaki dan tangan merasa dingin, gangguan penciuman, kerusakan pada
otak, gagap bicara, hilangnya kesadaran, bayi-bayi yang lahir cacat hingga

Universitas Sumatera Utara

menyebabkan kematian. Penyakit aneh ini kemudian dikenal dunia dengan nama
Penyakit Minamata. Penyakit Minamata tidak hanya menyerang manusia. Tetapi
juga binatang yang mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar merkuri atau
menghirup udara yang mengandung merkuri. Parahnya, penyakit Minamata tidak ada
obatnya. Tahun 1956, kecurigaan mulai muncul setelah Direktur Rumah Sakit Ciso
melaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat Minamata. Atas masuknya gelombang
pasien dengan gejala sama yaitu kerusakan sistem syaraf (Anonimus, 2009) .
Hasil uji kosmetik tahun 2010 oleh Balai Besar Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) Medan ditemukan 10,46 persen produk kosmetik tidak
memenuhi syarat, karena mengandung pewarna yang dilarang. Dari 478 sampel
produk kosmetik yang diuji, kategori lipstik dan krim pemulih yang paling banyak
mengandung pewarna yang sangat tidak dianjurkan itu. Menurut Kabid Sertifikasi
dan Layanan Informasi Konsumen BBPOM Medan tahun 2011, Kasus kosmetik

ilegal atau tidak terdaftar tercatat sebanyak 5.598 kemasan pada 19 sarana. Produk
kosmetik ilegal yang ditemukan sebagian besar merk luar negeri diantaranya dari
China (Iradisa, 2011).
Hasil temuan BPOM menunjukkan, dari Januari hingga bulan Oktober 2012
ditemukan sebanyak 48 item produk kosmestik di pasaran yang mengandung bahan
berbahaya/dilarang. Bahan berbahaya yang dimaksud yaitu merkuri dan hidrokinon,
serta pewarna yang dilarang. BPOM juga menemukan produk ilegal yang tidak
terdaftar. Dari sidak yang dilakukan tahun ini, BPOM setidaknya menemukan total

Universitas Sumatera Utara

400.000 item kosmetik ilegal yang beredar di pasaran dari 429 jenis produk (Kartika,
2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang tahun (2008),
dari lima sampel lipstik dengan harga berkisar lima ribu rupiah, terdapat empat
sampel lipstik yang mengandung rhodamin B. Hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Winda Kirana Ade Putri (2009) di Pusat Pasar kota Medan, dari delapan sampel
lipstik diperoleh dua sampel lipstik yang mengandung rhodamin B yaitu lipstik miss
rose dan lindor no 24. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mangoloi Sinurat

(2011) di Pasar Aksara Medan, dari enam sampel lipstik terdapat satu sampel lipstik
yang mengandung rhodamin B. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tri Anisa
Irsan (2011) di Balai Pengawasan Obat dan Makanan Medan, dari delapan sampel
lipstik terdapat satu sampel lipstik yang mengandung rhodamin B yaitu lipstik raffini
no.14.
Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Hokoriku, Kanazawa, Jepang.
Efek rhodamin B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati
pada kultur sistem. Rhodamin B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara
signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini
menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam rhodamin B menyebabkan
berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa
zat warna rhodamin B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel.
Gabungan [3H] timidine dan [14C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari

Universitas Sumatera Utara

membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml rhodamin B.
Rhodamin 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamin B secara
signifikan mengurangi jumlah sel. Rhodamin 123 tidak memiliki efek yang berarti.
sedangkan lebih jauh lagi, rhodamin B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial

pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit
duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini
menyimpulkan bahwa rhodamin B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast
pada manusia.
Pasar Ramai Medan merupakan salah satu pasar tradisional di kota Medan.
Pasar ramai berdiri pada tahun 1975 yang pada saat itu bangunannya bekas
perumahan kumuh yang ditempati oleh beberapa penduduk. Pasar Ramai terletak di
jalan Thamrin bersebelahan dengan Thamrin Plaza. Pasar Ramai memiliki
bermacam-macam toko seperti toko pakaian, toko alat rumah tangga, toko sepatu,
toko perhiasan, toko kosmetik, dan lain-lain. Tidak jarang Pasar Ramai sepi dari
pengunjung. Produk-produk di Pasar Ramai di jual dengan harga yang terjangkau
(Rokhim, 2011)
Para pedagang di kota Medan, salah satunya pedagang kosmetik lebih suka
menjual produk impor terutama dari negara China karena harganya lebih murah jika
dibandingkan produk dalam negeri. Salah satu pedagang kosmetik di Pasar Ramai
mengatakan bahwa pembeli di Medan tidak mempersoalkan daerah atau negara yang
memproduksi barang yang akan dibeli, yang penting barang tersebut bagus dan
harganya murah. Oleh karena itu, sering sekali konsumen menjumpai produk-produk

Universitas Sumatera Utara


impor yang dijual di Pasar kota Medan, salah satunya Pasar Ramai Medan (Fai,
2010) .
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan penulis di Pasar Ramai,
kosmetik merupakan salah satu produk di Pasar Ramai yang sering dicari oleh
konsumen. Produk kosmetik di Pasar Ramai ada yang berasal dari dalam negeri
ataupun luar negeri. Ada sekitar 30 pedagang kosmetik yang berjualan, baik di toko
maupun di kios-kios kecil.
1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui ada

tidaknya Rhodamin B sebagai zat warna pada lipstik yang beredar di Pasar Ramai
Kota Medan dan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang kosmetik tentang
bahaya rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan.
1.3.

Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui keberadaan zat pewarna rhodamin B pada lipstik yang

beredar di Pasar Ramai Kota Medan dan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
pedagang kosmetik tentang bahaya rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B pada lipstik
yang beredar di Pasar Ramai Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui kadar zat pewarna Rhodamin B pada lipstik yang
beredar di Pasar Ramai Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang
kosmetik tentang bahaya Rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan.
1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih produk lipstik
yang aman untuk dikonsumsi.
2. Sebagai informasi bagi Departemen Kesehatan, instansi dan dinas
terkait untuk lebih memperhatikan produk lipstik yang beredar di
pasar.
3. Sebagai masukan dan pengalaman bagi penulis mengenai zat pewarna
rhodamin B.

Universitas Sumatera Utara