Perbandingan Pemeriksaan Mandibula Pada Kasus Post Trauma Menggunakan Bone Window Dan 3D Pada Alat CT-SCAN64 SLICE (MSCT)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinar – X
Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses
terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan
pada energi kinetik elektron. Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi
rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada
yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada
saat menumbuk target anode.
Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron
misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan
suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai
sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi,
yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal
terjadinya perlambatan.
Selain itu sinar-X juga dapat terbentuk melalui proses perpindahan
elektron dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah.
Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti itu mempunyai energi yang sama
dengan perbedaan energi antara kedua tingkatan elektron. Energi tersebut
merupakan besaran energi yang khas untuk setiap jenis atom. Sehingga sinar-X
yang terbentuk disebut sinar-X karakteristik.

Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung
sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua
elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X.
Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat
filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi
sebagai anode. Gambar 2.1menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X,
tabung tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak
terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode. Filamen yang di panasi
oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen,

Universitas Sumatera Utara

akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan
persatuan waktu. (Kane S.A, 2005)

Gambar 2.1Skema Tabung Pesawat Sinar-X

Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode
karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial
katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah

dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan
menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi
(misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung.
Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau
partikel yang dipercepat dapat sedikit menyimpang dan menabrak dinding
sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau
tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang
terbentuk. Sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan
waktu yang sampai ke bidang anode. Namun demikian dalam batas tertentu,
tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem
pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere
(mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere.
Sumber radiasi yang sebenarnya adalah bidang target dalam tabung sinarX, bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X
mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian

Universitas Sumatera Utara

dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas
tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap
sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah

tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X
yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari
tabung.
Pesawat sinar-X energi tinggi (orde MV) biasanya lebih dikenal dengan
nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilakukan
bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat
tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang
dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari
pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan
dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada
pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, sehingga energi sinar-X yang
dipancarkan juga hampir sama. (Kane S.A, 2005).

2.2 Kualitas Citra
Kualitas citra dapat digunakan untuk mengindikasikan keakuratan detail
yang diperoleh dari sebuah citra atau sebagai informasi dari sebuah citra yang
dapat terlihat sebagai kontras dan detail.Kualitas citra sangat penting dalam
menentukan keakuratan dari diagnosis objek.Oleh karena itu, perlu diperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat diperoleh citra yang cukup baik
dan bisa memberikan informasi yang tepat untuk mengenali kelainan yang

terdapat pada objek yang diperiksa. Kualitas citra terdiri dari beberapa komponen
utama yaitu ketajaman, kontras dan noise radiografi.( Tiago, A. dkk, 2011 ).

2.2.1 Ketajaman dan kontas radiografi
Ketajaman radiografi berkaitan dengan ukuran dari perubahan kerapatan
optik dari suatu media. Kerapatan optik sering disebut sebagai kerapatan fotografi
yang terkait dengan kehitaman dari kehitaman dari citra film. Ketajaman
radiografi dipengaruhi oleh kontras radiografi yang menunjukkan besar perbedaan
kehitaman optik dari struktur yang diinginkan dan daerah disekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

Faktor yang mempengaruhinya adalah perbedaan penyerapan atau atenuasi
jaringan, kualitas radiasi dan radiasi hambur.Kontras radiografi juga dipengaruhi
oleh reseptor kontras yang merupakan komponen yang menentukan seberapa
banyak intensitas sinar-X yang berhubungan dengan pola kehitaman optik pada
suatu citra. Untuk screen-film hal ini dipengaruhi oleh jenis film yang digunakan.(
Tiago, A. dkk, 2011 )

2.2.2 Noise radiografi

Noise radiografimerupakan fluktuasi yang tidak diharapkan dalam
kehitaman optik pada screen-film, dan dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu
mottle dan artefak. Mottle radiografi adalah variasi kerapatan optik yang
memberikan paparan sinar-X yang seragam sedangkan artefak adalah variasi
kehitaman optik yang tidak diharapkan dalam bentuk kerusakan dalam suatu citra.
2.3 Dasar-Dasar CT-Scan
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan
televisi.Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya
detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian
gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan
rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah
diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk
ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor
berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 1992). Pada CT-Scan prinsip
kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun
dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah
didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal,
sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut ( Tortorici,
1995 ).


Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Komponen dasar CT-Scan
Menurut Tortorici (1995) CT-Scan memiliki tiga komponen utama yaitu :
gantry, meja pemeriksaan (couch), dan konsul. Gantry dan couch berada didalam
ruang pemeriksaan sedangkan konsul diletakkan terpisah dalam ruang kontrol.

Gambar 2.1 Komponen CT-Scan
(Bontrager, 2001)
CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul.
Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul letaknya
terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja
pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager, 2001).
Bagian – bagian dari scan unit :

2.3.1.1 Gantry
Merupakan suatu tempat dimana di dalamnya terdiri dari x ray tube (pembangkit
sinar x), filter, collimator, lampu indicator, dan DAS (Data Acquistion System).
Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut
bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang

keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat
keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

2.3.1.2 Tabung sinar-X
Berdasarkan stukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinarX konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk

Universitas Sumatera Utara

menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi disebabkan
karena

perputaran

anoda

yang

tinggi

dengan


elektron-elektron

yang

menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.

2.3.1.3 Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah
sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar.CTScan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor
kolimator.

2.3.1.4 Detektor
Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami
perlemahan (atenuasi).Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap
oleh detektor.Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton
berinteraksi dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil
yang disebut sinyal output analog.Sinyal ini besarnya sebanding dengan intensitas
radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan detektor yang tinggi akan

berakibat kualitas gambar lebih optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan
isian gas.

2.3.1.5 Meja pemeriksaan (couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.Meja ini
biasanya terbuat dari fiber karbon.Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang
menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor.Meja ini
harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama
meja bergerak ke dalam gantry.

2.3.1.6 Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi.Model yang lama masih
menggunakan dua system konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan
untuk perekaman dan pencetakan gambar.Model yang terbaru sudah memakai

Universitas Sumatera Utara

system satu konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian
dari system konsul ini yaitu :
1. Sistem Kontrol

Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang
berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA, waktu
scaning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain.Juga dilengkapi dengan
keyboard untuk memasukan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu dalam
komputer.
2. Sistem Pencetakan Gambar
Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan ke
dalam bentuk film.Pemindahan ini dengan menggunakan kamera multiformat.
Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor dn memindahkannya
kedalam film. Tampilan gambar di film dapat mencapai lebih dari 2 – 24 gambar
tergantung ukuran filmnya (biasaya 8 x 10 inchi atau 35 x 43 cm)
3. Sistem Perekaman Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data – data pasien
yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat. Biasanya
system perekaman ini beupa disket optik dengan kemampuan penyimpanan
sampai ribuan gambar.Ada pula yang menggunakan magnetic tape dengan
kemampuan penyimpanan data yang sampai melebihi 200 gambar.

2.3.2 Parameter CT-Scan
Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi

dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

2.3.2.1 Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan
klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah
sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan
meninggi maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2.2 Range
Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.

2.3.2.3 Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (KV) dengan besaran tegangan tabung 125 KV, arus
tabung (mA) sebesar 250mAdan waktu eksposi 2,75 (s). Besarnya tegangan
tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.

2.3.2.4 Field of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.
Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila
ukuran FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

2.3.2.5 Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan
gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25
derajat.Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masingmasing kasus yang dihadapi.Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.

2.3.2.6 Rekonstruksi matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element
(pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini
merupakan salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi

Universitas Sumatera Utara

umtuk merekonstruksi gambar.Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran
512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom.Rekonstruksi matriks berpengaruh
terhadap resolusi gambar.Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin
tinggi resolusinya.

2.3.2.7 Rekonstruksi Algorithm
Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar.Penampakan dan karakteristik dari gambar CT-Scan
tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi
algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan
dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue,
dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

2.3.2.8 Window width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi
menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama
nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).

2.3.2.9 Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk
penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik
perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan
densitas gambar yang akan dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara

2.4 MSCT (Multi Slice Computed Tomography)

Gambar 2.3 MSCT
MSCT Scan merupakan alat diagnosis radiologi dengan menggunakan
komputer untuk mendeteksi suatu gangguan atau kelainan suatu organ tubuh
secara detail.
Alat ini bukan hanya untuk melakukan pemeriksaan rut in sepert i
pemeriksaankepala, dada, perut, dan leher, tetapi bisa pula untuk memeriksa
pembuluh darah berupaCT Angiography dan rekonstruksi gambaran tiga dimensi
(3-D).
MSCT dapat memberikan gambaran circulus wilisi, pembuluh darah
koroner,carot is,

aorta,

dan

cabang-

cabangnya

serta

arteri

perifer.MSCT juga bisa digunakanu n t u k m e l a k u k a n p e m e r i k s a a n
C T v i r t u a l c o l o n o s c o p y d a n m a m p u m e l a k u k a n pemeriksaan
CT perfusi yang berfungsi sebagai deteksi stroke.Gambar-gambar beresolusi
tinggi ini memberikan gambaran akurat akan adanyakelainan pada pembuluh
darahnya. Dengan deteksi dini, pasien dapat segera ditangani dengan
benar,

sehingga

dapat

mengurangi

resiko

kecacatan

maupun

kemat ian.Inilahmanfaat besar dari MSCT Scan.
Keunggulan :

Universitas Sumatera Utara

1. D a p a t m e n g u r a ng i d o s i s r a d i a s i s e b a n y a k k u r a ng l e b i h
7 0 % t a n p a mengurangi akurasi hasil pemeriksaan untuk CT Scan
jantung dengan menggunakan'Prospective ECG gating'.
2. Deteksi awal stroke non pendarahan dengan 'CT perfusion' sehingga
pasien dapat ditangani pada 'golden period' dan gejala sisa (sekuele)
stroke dapatdiminimalkan.
3. Dengan 'CT perfusion', perfusi jaringan otak dan pembuluh darah otak
dapat dinilai pada saatyang bersamaan dengan area yang lebih
luas. H a l i n i menghindarkan anda dari pemberian kontras dan dosis
radiasi ulangan yang berlebihan. Dapat mendeteksi 3 penyebab nyeri
dada akut secara bersamaan dengan menggunakan 'Tiple Rule Out'.
Tiga kelainan tersebut yaitu penyakit jantung koroner, emboli paru dan
dissecting aorta.
4. Pemeriksaan usus besar tanpa memasukkan alat ke dalam usus yang
diperiksa(CT colonscopy).
5. Evaluasi ukuran benjolan / tumor jinak atau ganas secara 3 dimensi
dengan akurat.
2.4. 1 Komponen-Komponen MSCT
Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dariCarbon
Graphite Fiber . Setiap scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan akan
bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ).
Meja

pemeriksaan

terletak

dipertengahan

gantry

dengan

posisihorizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun
dengan cara menekantombol yang melambangkanmaju, mundur, naik, san
turun yang terdapat pada gantry

Universitas Sumatera Utara

b. Gantry

Gambar 2.4 Gantry
G a nt r y

me rup aka n

d i d a l a m n ya

k o mp o ne n

terdapat

pesawat

CT-Scan

ya n g

tabung sinar-x, filter, detektor , DAS ( Data

Acquisition System ).
Serta lampu indicator

u nt u k

s e nt r a s i .

Pada

g a nt r y

in i

jug a

d i l e ng k a p i d e n g a n i n d i k a t o r d a t a d i g i t a l ya n g memberi informasi
tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.Pada
pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor
yangletaknya selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek
yang akan dilakukan scanning

2.5

Dosimetri
Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari besaran

dan satuan dosis radiasi, sedang pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses
yang ditinjau sebagai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008).
Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran
(terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi
pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma

Universitas Sumatera Utara

untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana
1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan
listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar
1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).
Apabila radiasi mengenai bahan, maka akan terjadi penyerapan energi di
dalam bahan tersebut melalui berbagai macam proses/interaksi. Dosis serap (D)
didefenisikan sebagai energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan
tersebut. Satuan yang digunakan sebelumnya adalah rad yang didefenisikan
sebagai:
1 rad = 100 erg/g
Satuan baru yaitu gray (Gy) di mana:
1 gray (Gy) = 1 joule/kg
Dengan demikian dapat diperoleh hubungan:
1 gray (Gy) = 100 rad
Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis
bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat penyinaran terhadap
mahluk hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan
besaran lain yang sekaligus memperhitungkan efek radiasi untuk jenis radiasi
yang berbeda.
Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda
ternyata memberikan akibat/efek yang berbeda pada sistem tubuh mahluk hidup.
Pengaruh interaksi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam jaringan tubuh
yang terkena radiasi terutama berasal dari besaran proses yang disebut sebagai
alih energi linier. Yang paling berperan dalam hal ini adalah peristiwa ionisasi
yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam materi yang dilaluinya. Dengan
demikian, jenis radiasi yang memiliki daya ionisasi besar akan dapat
menyebabkan akibat/kerusakan biologik yang besar pula. Besaran yang
merupakan kuantisasi dari sifat tersebut dinamakan faktor kualitas (Q), maka
dosis serap (H) yang disebut dosis ekivalen, yaitu perkalian antara dosis serap dan
faktor kualitas radiasi Q atau faktor bobot radiasi Wr atau radiation weighting
factor dapat ditulis :
H = D . Q .N ………………………………………………( 2.1 )

Universitas Sumatera Utara

Dengan :
H = Dosis ekivalen
Q = Faktor kualitas radiasi
D = Dosis serap.
N merupakan suatu faktor modifikasi, misalnya pengaruh laju dosis, distribusi zat
radioaktif dalam tubuh, dan sebagainya. Untuk keperluan Proteksi Radiasi: faktor
N tersebut selalu dianggap N = 1
Satuan dosis ekivalen adalah rem, yang dalam falsafah baru – menurut Publikasi
ICRP No.26 Tahun 1977, diganti menjadi sievert (Sv), dimana:
1 sievert (Sv) = 100 rem
Satuan sievert (Sv), menggantikan satuan lama rem (rontgen equivalent man).

2.6 Mandibula
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka yang paling
besar dan kuat.Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada tengkorak yang
dapat bergerak.Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan
menutup mulut.Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan
dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah
(Pearce, 2002). Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang
yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua belahan
tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang letaknya
horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta mempunyai
dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus (Bajpai,
1991).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Anatomi mandibula
Bagian – bagian mandibula, yaitu (Bajpai, 1991) :
A. Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus
Permukaan eksternus kasar dan cembung.Pada bagian ini terdapat suatu linea
oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah
dan ke muka serta berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan
terdapat juga foramen montale yang terletak di atas linea oblikum dan simpisis
menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas pada
tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus mandibula.
2) Permukaan internus
Permukaan internus agak cekung.Pada permukaan ini terletak sebuah linea
milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar ke tiga menuju ke bawah
dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi origo dari

Universitas Sumatera Utara

muskulus milohyodeus.Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa
submandibularis.
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1) Pinggir atas (alveolaris)
Merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing –
masing belahan mandibula ( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk
gigi premolar dan tiga untuk gigi molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi
tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan
berkurangnya lebar corpus mandibula.
2) Pinggir bawah (basis)
Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan
pinggir bawah ramus.Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi
molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis.Fossa digastrika yang
merupakan lekukan oval terletak pada masing – masing sisi dari garis
tengah.Merupakan origo dari venter anterior muskulus digastrikus.Sepanjang
seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di atasnya (superfasialis)
dilekatkan platisma.
B. Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu :
1) Permukaan eksternus (lateralis)
Permukaan ini kasar dan datar.Bagian posterior atas licin yang berhubungan
dengan glandula parotis.Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus
masseter.
2) Permukaan internus (medialis)
Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal dari
kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh
darahnya.

Universitas Sumatera Utara

Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di
antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari
glandula parotis.
Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama –
sama membentuk basis mandibular.
2.7 Fraktur mandibula
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula . Hilangnya
kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan benar .Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia
dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi . faktor etiologi utama
terjadinya

fraktur mandibula bervariasi berdasarkan lokasi geografis, namun

kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab paling umum. Beberapa
penyebab lain berupa kelainan patologis seperti keganasan pada mandibula,
kecelakaan saat kerja dan kecelakaan akibat olahraga Fraktur mandibula
merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah, hal inidisebabkan
kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Diagnosis fraktur mandibula dapat
ditunjukkan dengan adanya : rasa sakit, pembengkaan, nyeri tekan, dan maloklusi
. Patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis,
adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan krepitasi menunujukkan
kemungkinan adanya fraktur mandibula. Selain hal itu mungkin juga terjadi
trismus (nyeri waktu rahang digerakkan) . Evaluasi radiografis pada mandibula
mencakup

foto polos, bila perlu dilakukan foto waters,

CT Scan

dan

pemeriksaan panoreks Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang
pada wajah (maksilofasial) mulai diperkenalkan olah Hipocrates (460-375 SM)
dengan menggunakan panduan oklusi (hubungan yang ideal antara gigi bawah dan
gigi-gigi rahang atas), sebagai dasar pemikiran dan diagnosis fraktur mandibula .

Universitas Sumatera Utara

Pada perkembangan selanjutnya oleh para klinisi menggunakan oklusi sebagai
konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah (maksilofasial)
terutama

dalam diagnostik dan penatalaksanaannya.

Hal ini diikuti dengan

perkembangan teknik fiksasi mulai dari penggunaan pengikat kepala ( head
bandages ), pengikat rahang atas dan bawah dengan kawat (intermaxilari fixation
), serta fiksasi dan imobilisasinfragmen fraktur dengan menggunakan plat tulang (
plate and screw )
2.8 Klasifikasi fraktur
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara praktis
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur



1.

Fraktur traumatik

Trauma langsung (direk)

Trauma itersebut langsung mengenai anggota tubuh penderita. Contohnya seperti
pada antebrakhii yang menahan serangan pukulan dari lawan yang mengakibatkan
terjadinya fraktur pada ulna atau kedua tulang tersebut (radius dan ulna).


Trauma tidak langsung (indirek)

Terjadi seperti pada penderita yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan
atas-bawah lurus, berakibat fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut
dihantarkan melalui tulang-tulang anggota gerak atas dapat berupa gaya berputar,
pembengkokan (bending) atau kombinasi pembengkokan dengan kompresi yang
berakibat fraktur butterfly, maupun kombinasi gaya berputar, pembengkokan dan
kompresi seperti fraktur oblik dengan garis fraktur pendek. Fraktur juga dapat
terjadi akibat tarikan otot seperti fraktur patela karena kontraksi quadrisep yang
mendadak.
2.

Fraktur fatik atau stress

Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang mengakibatkan tulang
menjadi lemah. Contohnya pada fraktur fibula pada olahragawan.
3.

Fraktur patologis

Universitas Sumatera Utara

Pada tulang telah terjadi proses patologis yang mengakibatkan tulang tersebut
rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi spontan. Penyebab fraktur patologi
adalah :
1.

Umum (general)

Tumor dissemineted (myelomatosis), osteoporosis penyakit metabolis seperti
: ricket dan ostoemalasia, adrenal hiperkortikolisme atau terapi kortikosteroid
yang lama, hiperparatiroidisme, penyakit paget dan kondisi neuropati seperti
sipilis dan siringomelia, osteogenesis imperfekta.
2.

Lokal

Tumor sekunder seperti : tumor mammae, prostat, tiroid, ginjal dan paru-paru.
Tumor ganas primer pada tulang, tumor jinak pada tulang, hiperemi dan infektif
dekalsifikasi seperti osteitis misalnya :
2.

Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya

1.

Fraktur simpel

Disebut juga fraktur tertutup, oleh karena kulit di sekeliling fraktur sehat dan tidak
sobek.
2.

Fraktur terbuka

Kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang berhubungan dengan dunia
luar (bone expose) dan berpotensi untuk menjadi infeksi. Fraktur terbuka dapat
berhubungan dengan ruangan di tubuh yang tidak steril seperti rongga mulut.
3.

Fraktur komplikasi

Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur lain seperti
saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi.
3.

Menurut Bentuk Fraktur

1.

Fraktur komplit

Garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa
transversal, oblik atau spiral. Kelainan ini dapat menggambarkan arah trauma dan
menentukan fraktur stabil atau unstabile.
2.

Fraktur inkomplit

Kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling tertancap.
3.

Fraktur komunitif

Fraktu yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.

Universitas Sumatera Utara

4.

Fraktur kompresi

Fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang kanselus.
Tersebut diatas merupakan klasifikasi fraktur secara umum. Sedangkan klasifikasi
fraktur mandibula diantaranya adalah:
1.

Menunjukkan regio-regio pada mandibula

2.

Menunjukkan frekuensi fraktur di masing-msing regio tersebut

Frekuensi terjadinya fraktur pada mandibula adalah : 2% pada regio koronoid,
36% pada regio kondilus, 3% pada regio ramus, 20% pada regio angulus, 21%
pada regio korpus,12% pada regio simfisis, 3% pada regio alveolus.
3.

Berdasarkan ada tidaknya gigi

Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan
jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat
dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Penjelasan
gambar tentang klasifikasi fraktur di atas :
1. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur
kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
2. Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur
3. Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan
ini dilakukn melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and
screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.
Berdasarkan tipe fraktur mandibula:
-

Simple

-

Greenstick

-

Comminuted

-

Class I

-

Class II

-

Class III

Dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan
menjadi :
1.

Fraktur Unilateral

Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur
yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering

Universitas Sumatera Utara

didapatkan pemindahan frakmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula
unilateral sering terjadi
2.

Fraktur Bilateral

Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan langsung
dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang menyangkut
angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan
angulus yang berlawanan.
3.

Fraktur Multipel

Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsungdan tidak langsung dapat
menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena
trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada
simpisis dan kedua kondilus.
4.

Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)

Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras
pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang.
Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur
yang disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada
prosesus koronoid terjadi karena adanya kontraksi refleks yang datang sekonyongkonyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya fraktur pada leherkondilar.
Oikarinen dan Malstrom (1969), dalam serangkaian 600 fraktur mandibula
menemukan 49,1% fraktur tunggal, 39,9% mempunyai dua fraktur, 9,4%
mempunyai tiga fraktur, 1,2% mempunyai empat fraktur, dan 0,4% mempunyai
lebih dari empat fraktur.

Universitas Sumatera Utara