Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene
2.1.1. Defenisi Personal Hygiene
Menurut Wartonah (2010), personal hygiene berasal dari bahasa yunani
yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut Tarwoto (2010) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada
orang sehat maupu pada orang sakit.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan
citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli terhadap kebersihannya.

Universitas Sumatera Utara

b. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas
atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah
dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo
mereka tidak dapat mempunyai

privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi

tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.

d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu
untuk meningkatkan personal hygiene.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan

diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak
boleh dimandikan. Menurut Coleman, 1973 dalam Muhith (2003) bahwa gender

Universitas Sumatera Utara

merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari
sangat maskulin sampai sangat feminin. Seorang lakilaki mungkin memiliki
karakteristik-karakteristik feminin tertentu sama seperti halnya perempuan
memiliki sifat-sifat maskulin. Cara berpikir gender semacam ini jauh lebih
canggih dibandingkan dengan pembagian dua arah yang memandang semua

laki-laki maskulin dan semua perempuan feminin, namun kelemahannya bahwa
cara berpikir ini mengasumsikan bahwa semua orang yang tinggi maskulinitasnya
pastilah juga rendah feminitasnya. Seseorang yang memiliki dua sifat maskulin
dan feminin semacam ini disebut “bersifat androgini”. Model gender semacam ini
menghasilkan ruang psikologis yang lebih kompleks yang orang dapat memetakan
identitas gender orang lain.
f. Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
2.1.3. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering

Universitas Sumatera Utara


terjadi adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telingan, dan ganguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. (Tarwoto, 2004)
2.1.4. Tanda dan Gejala
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan
kurang perawatan diri adalah:
1. Fisik
a)

Badan bau dan pakaian kotor

b)

Rambut dan kulit kotor


c)

Kuku panjang dan kotor

d)

Gigi kotor disertai mulut bau

e)

Penampilan tidak rapi

2. Psikologis
a)

Malas dan tidak ada inisiatif

b)

Menarik diri atau isolasi diri


c)

Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina

3. Sosial
a)

Interaksi kurang

b)

Kegiatan kurang

Universitas Sumatera Utara

c)

Tidak mampu berperilaku sesuai norma


d)

Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di

sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
2.1.5. Pemeliharaan dalam Personal Hygiene
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata,
hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan
pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene
adalah:
a.

Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi,

pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa

lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi, melindungi
jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera mekanis
maupun kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme yang memproduksi
penyakit. Dermis, merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan
kolagen dan serabut elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh
darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang melalui
lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor,
kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga agar

Universitas Sumatera Utara

tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe,
dan jaringan penyambung halus yang terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak
berfungsi sebagai insulator panas bagi tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran
oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang berada dibawahnya,
mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi.
Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali
merefleksikan perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna,
ketebalan, tekstur, turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi
fisiologisnya masih optimal.

b. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan personal
hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan untuk mandi

berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene yang
diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan hygienenya sebagian atau
individu yang terbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu
mencapai semua bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Pada
lansia, mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai selera dengan
air dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak dibawah
pancuran atau konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang akan
memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran tubuh.
Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan alat kelamin

Universitas Sumatera Utara

(perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin kea rah dubur. Bagi wanita,
puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Setelah

selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga telinga, lipatan-lipatan kulit dan
celah-celah jari kaki untuk menghindarkan timbulnya infeksi jamur, juga pada
semua lipatanlipatan kulit lainnya (Setiabudhi, 2002).
c.

Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi,

dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak,
dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan
dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat
perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan.
Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi

nafsu makan.
Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab
adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah kurang
baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis pada lansia
menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering tersangkut sisa
makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. (Setiabudhi, 2002)

Bagi lansia yang masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikta
giginya dua kali sehari, pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur, dan pada
lansia yang ompong dianjurkan untuk berkumur-kumur setalah makan serta
melepas dan menggosok gigi di air mengalir dengan menggunakan pasta gigi
setiap kali selepas makan pada lansia yang memakai gigi palsu (Ekasari dkk,

Universitas Sumatera Utara

2008)
d.

Perawatan mata, hidung dan telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk

membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara normal
tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara
terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah
masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu
memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen terlalu banyak
telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene
telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam sistem pernapasan.
e. Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat,
menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut,
distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan
hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu
atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan
bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu,

Universitas Sumatera Utara

melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Kerontokan
rambut sering terjadi pada lansia. Jumlah rambut ratarata adalah lebih 100.000
helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam stadium tidak
aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur, terutama pada
wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara lain karena kurangnya
sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50- 100
helai rambut dapat rontok dalam masa sehari. Oleh itu rambut sebaik-baiknya
perlu dicuci dengan shampo yang mengandung anti ketombe yang cocok. Cuci
rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu
(Setiabudhi, 2002).
Dan pada lansia yang sama sekali

yang tidak dapat mencuci rambutnya

karena sakit atau kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan dapat mecuci rambut
di tempat tidur ( Ekasari dkk ,2008)
f.

Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah

infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan
masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga
kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku
seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan
selama mandi atau pada waktu yang terpisah.
Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu
pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak mengkilat tetapi

Universitas Sumatera Utara

menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos. Warnanya bisa berubah
menjadi kuning atau opaque. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki akan
menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung kuku kiri dan kanan menusuk
masuk ke jaringan disekitarnya (ungus incarnates). Pengguntingan dilakukan
setelah kuku direndam dalam air hangat selama 5-10 menit karena pemanasan
membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting (Setiabudhi, 2002).
g. Perawatan genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang yang
paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko terbesar
memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan perawatan diri
dapat dibantu keluarga untuk melakukan personal hygiene. (Azizah,2011)
2.1.6. Hal-hal yang Mencakup Personal Hygiene
Kegiatan-kegiatan yang mencakup personal hygiene adalah:
a. Mandi
Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri.
Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran
darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari,
alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita
segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).
Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh
dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang
melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram
sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki.

Universitas Sumatera Utara

Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan,
kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih sampai kaki.
b. Perawatan mulut dan gigi
Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.
Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga
mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,
sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi,
2005). Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan
sangat dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas
kita makan (Sharma, 2007). Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar
menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan
seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang.
Sebaliknya apabila gigi sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar
bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi
jangan ditekan keras-keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan
menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan
dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi
sarang bakteri (Irianto, 2007).
c. Cuci tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa
saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu,
sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu
tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab
terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman
(Irianto, 2007). Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for
Handwashing with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun
dengan benar pada lima

waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang

air besar, sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum
menyiapkan makanan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai 40%. Cuci
tangan pakai sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya
seperti tifus dan flu burung.
Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut
(National Campaign for Handwashing with Soap , 2007):

1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan
dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.
2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
d. Membersihkan Pakaian
Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan
segar walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat,
lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian
berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu
mengganti pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita
mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah
dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai

Universitas Sumatera Utara

2 kali harus dibersihkan. (Irianto, 2007).
2.1.7 Tujuan Personal Hygiene
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
2.2.

(Tarwoto, 2004)

Karateristik Lansia

2.2.1. Umur
Menurut KBBI umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau
diadakan. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Batasan usia bagi lansia

menurut

WHO

meliputi

usia

pertengahan

(middle age) antara 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan
usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) di atas
90 tahun (Azizah, 2011) .
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonugroho, lanjut usia dikelompokkan
menjdia usia dewaasa muda (eldelry adulhood), 18 atau 19-25 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau matuaritas, 25-60 tahun atau 60 tahun , lanjut usia
(geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang di bagi lagi dengan 70-75

tahun (young old) , 75-80 tahun (old), lebih dari 80 tahun (very old)
(Azizah,2011).

Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Jenis Kelamin
Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03
persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan
lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan
9,47 juta lansia laki-laki.(BPS,2014)
Akibat dari usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki-laki, maka
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia lebih didominasi perempuan. Perlu
diketahui sebagai akibat dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai
akibat dari perbedaan gender, perempuan lanjut usia di Indonesia memiliki ciri
yang berbeda dengan laki-laki lanjut usia. Karena kebiasaannya mengurus rumah
tangga membuat perempuan lanjut usia dianggap lebih siap menghadapi masa
tuanya. Selain itu, karena kebiasaan mengurus diri sendiri, hidup menjadi janda
pun bukan hal yang berat bagi perempuan lanjut usia. Perempuan lanjut usia lebih
siap menjalani kehidupan seorang diri. Perempuan lanjut usia juga memiliki
kemampuan berkomunitas lebih baik dan tetap aktif bermasyarakat (arisan,
pengajian, dan sebagainya). Perempuan lanjut usia juga cenderung tinggal dalam
keluarga untuk melampiaskan kebiasaannya mengurus rumah tangga. Sementara
itu, struktur sosial menjadikan perempuan harus bekerja di ranah domestik,
menyebabkan perempuan tidak mempunyai akses yang sama dengan laki-laki
untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang. (Krisna,2011)
2.2.3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi
tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai

Universitas Sumatera Utara

sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
preventif maupun terapetik. Riwayat penyakit terdahulu pada lansia mungkin
mempengaruhi penyakit lansia di masa sekarang. Penilaian medis pada lansia
meliputi penilaian riwayat penyakit dahulu maupun riwayat penyakit sekarang dan
mengevaluasi status gizi lansia.
Penilaian
diharapkan

terhadap

riwayat

penyakit

lansia

yang

terdahulu

dapat mempermudah untuk mengetahui faktor risiko yang dapat

menyebabkan penurunan kondisi medis lansia dimasa sekarang. Secara garis besar
terdapat empat faktor risiko yang dapat menurunkan kondisi
dimasa

tuanya

dan

harus

menjadi

fokus

penilaian

medis
kondisi

lansia
medis,

yaitu usia dari lansia, gangguan fungsi kognitif, gangguan fungsi dasar
gangguan
menimbulkan

mobilitas.

Keempat

sindrom

geriatri,

peningkatan terjadinya jatuh pada

faktor

risiko

tersebut

dan
dapat

diantaranya ulkus, inkontinensia,
lansia,

penurunan

fungsi

dan

penurunan kesadaran (delirium).
2.3. Peran Perawat
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien secara berkesinambungan mulai dari pasien
membutuhkan pelayanan sampai pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari
secara produktif untuk dirinya sendiri dan orang lain. Ketidakmampuan pasien,
kurangnya pengetahuan, kondisi penyakit, serta motivasi diri selama menjalani
perawatan di rumah sakit dapat mengganggu proses pemenuhan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

sehari-hari pasien. Salah satu peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan
keperawatan atau care provider. Peran perawat sebagai care provider harus
dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada
tindakan promotif tetapi juga pada tindakan preventif seperti pelaksanaan
personal. (Kusnanto, 2004)

Tingkat pencapaian kesempurnaan pemberian asuhan keperawatan sangat
tergantung dari kemauan, kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan yang baik
dari perawat. Selain itu juga harus ditunjang dengan tersedianya fasilitas secara
memadai, kondisi kuantitas yang sesuai penempatan yang tepat serta persiapan
sumber daya manusia (perawat) yang baik. Pelaksanaan personal hygiene pasien
harus selalu diperhatikan oleh perawat karena pemeliharaan personal hygiene
dapat meningkatkan rasa nyaman bagi pasien. Kondisi pasien yang sakit atau
memiliki keterbatasan dalam pergerakan memerlukan orang lain atau perawat
dalam pemenuhan kebutuhan tersebut. (Kusnanto, 2004)
Menurut Maryam (2008) tujuan dari perawat lansia adalah
1. Mempertahankan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pada lanjut
usia pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan.
2. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
3. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
4. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitasa fisik dan mental
5. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu

Universitas Sumatera Utara

6. Mencari upaya semaksimal mungkin apabila lanjut usia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal)
2.4. Sanitasi Lingkungan
Menurut

Notoadmojo (2007), sanitasi lingkungan adalah status

kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, dan sebagainya.

Banyak sekali permasalahan lingkungan

yang harus dicapai dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi
elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak
sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat
pulalah ekosistem tersebut.

Perilaku yang kurang baik dari manusia telah

mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
2.4.1 Hygiene dan Sanitasi
Menurut Entjang (2000), hygiene dan sanitasi adalah pengawasan
lingkungan fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak
sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan
sanitasi lingkungan di Indonesia terutama meliputi:
a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kuantitasnya
b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah

Universitas Sumatera Utara

c. Mendirikan

rumah-rumah

rumah-rumah

sehat,

menambah

jumlah

rumah

agar

tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang

sehat
d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat dan
nyamuk
Istilah hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama pada dasarnya,
yakni mengusahakan cara hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit,
namun dalam penerapannya memiliki arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi
lebih menitik beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan hygiene
lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto,
2000).
2.4.2 Sanitasi

Rumah

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,
kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis
kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya
atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005).
Adapun
dalam

kriteria

rumah

sehat

yang

tercantum

Residential Environment dari WHO (1974), antara lain:

1. Harus
berfungsi

dapat

melindungi

dari

hujan,

panas,

dingin,

dan

sebagai tempat istirahat,

Universitas Sumatera Utara

2. Mempunyai

tempat-tempat

untuk

tidur,

masak,

mandi,

mencuci,

kakus, dan kamar mandi,
3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran,
4. Bebas dari bahan bangunan berbahaya,
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan,

dan penyakit menular,

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Sementara itu, kriteria rumah sehat menurut Winslow, antara lain:
1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis
3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan.
4. Dapat

menghindarkan terjdinya penularan penyakit.

Persyaratan

kesehatan

suatu

rumah

tinggal

sesuai

dengan

Permenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan bangunan
a. Tidak
zat-zat

terbuat

dari

bahan-bahan

yang

yang dapat membahayakan kesehatan,

dapat

melepaskan

antara lain:

1) Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen

dan

penataan

ruang

rumah

harus

mempunyai

Universitas Sumatera Utara

persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan saran
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.
2) Di

kamar

dan

mandi

dan

tempat

cuci

harus

kedap

air

mudah dibersihkan.

3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
4) Bumbungan

rumah

yang

memiliki

tinggi

10

meter

atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir
5) Ruang
sebagai

di

dalam

rumah

harus

ditata

agar

berfungsi

ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur,

ruang dapur, kamar mandi dan ruang bermain anak.
6) Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
langsung

alam

dan

atau

dapat menerangi

intensitasnya

60

lux

dan

buatan
seluruh

langsung

maupun

ruangan

tidak

minimal

tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:
a)

Suhu udara berkisar antara 18-30 C

b)

Kelembaban udara berkisar antara 40-70%

c)

Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d)

Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

e)

Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2

Universitas Sumatera Utara

5. Ventilasi

luas

penghawaan

permanen minimal
6. Binatang
lalat

penular

atau

ventilasi

alamiah

yang

10% dari luas lantai.
penyakit

tidak

ada

tikus,

nyamuk

ataupun

yang bersarang di dalam rumah

7. Penyediaan air
a)

Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang

b)

Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air

bersih dan atau

air

perundang-undangan

minum

sesuai

dengan

peraturan

tidak

mencemari

yang berlaku.

8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a) Limbah
sumber

cair

yang

berasal

dari

rumah

air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari

permukaan tanah.
b) Limbah

padat

harus

dikelola

agar

tidak

menimbulkan

bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.
10. Kepadatan

hunian

ruang

tidur

luas

minimal

8

m dan

tidak

dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali
anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).
2.4.3 Sarana Air Bersih
Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit (Slamet, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), penyediaan air bersih harus memenuhi
persyaratan yaitu :
a.

Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak
berbau, tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan suhu air sebaiknya
sejuk atau tidak panas.

b.

Syarat bakteriologis : air minum harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Untuk mengetahuinya dengan memeriksa melalui sampel air,
jika dari hasil pemeriksaan 100 cc air terdapat

Dokumen yang terkait

Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012

13 120 135

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 31 149

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN PERILAKU LANSIA DALAM PEMENUHAN PERSONAL Hubungan Tingkat Pengetahuan lansia Dengan Perilaku lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di panti Wredha Darma Bakti Pajang Surakarta.

0 1 17

lansia kesepian sekilas

0 0 2

Hubungan antara Berpikir Positif Dengan Harga Diri pada Lansia yang Tinggal di Panti Jompo di Bali

0 0 9

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 8

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

1 6 4

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 34