Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami
kekambuhan, keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia.
Dispepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu ‎hati,
mual, muntah, kembung-kembung atau rasa penuh atau rasa cepat kenyang

‎dan

sendawa (Nicholas, 2005).
Hal ini ditetapkan bahwa dispepsia adalah masalah umum di seluruh dunia.
Di Amerika, prevalensi adalah sekitar 25%, tidak termasuk orang-orang yang
memiliki gejala GERD khas. Di Negara barat prevalensi yang dilaporkan antara
23 dan 41 %, sekitar 4 % penderitaan berkunjung ke dokter umumnya mempunyai
keluhan dispepsia. Di daerah Asia Pasifik dispepsia juga merupakan keluhan yang
banyak dijumpai. Di Skandinavia, tingkat kejadian kurang dari 1% selama 3 bulan
telah dilaporkan (Nicholas, 2005).
Menurut Babu (2013), prevalensi diabetes melitus kini telah mencapai

proporsi epidemi di kedua negara maju dan berkembang, yang mempengaruhi
lebih dari 366 juta orang di seluruh dunia. Jumlah ini cenderung meningkat di
tahun-tahun yang akan datang sebagai akibat urbanisasi, meningkatnya prevalensi
obesitas dan gaya hidup menetap.
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang
memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Diabetes melitus
mempengaruhi hampir setiap sistem organ dalam tubuh dan tingkat keterlibatan
organ tergantung pada durasi dan keparahan penyakit, dan komorbiditas lainnya
karena dapat menimbulkan komplikasi seperti : dismotilitas esofagus, gastroesophageal reflux disease (GERD), gastroparesis, enteropati, non alcoholic fatty
liver disease (NAFLD) dan hepatopathy glycogenic, penyakit jantung, gagal
ginjal, dan kerusakan sistem saraf. Beberapa jenis DM terjadi karena interaksi

Universitas Sumatera Utara

yang kompleks dari lingkungan, genetik, dan pola hidup sehari-hari. DM
dibagikan kepada beberapa kelas yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan
DM kehamilan (Babu, 2013).
Menurut International Diabetes Federation (IDF), terdapat 177 juta
penduduk dunia yang menderita Diabetes Melitus pada tahun 2002. Organisasi
Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), memprediksi data Diabetes

Melitus tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25 tahun mendatang.
Menurut Sujono (1999), Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) juga mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China, dan
Amerika Serikat. WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2 paling banyak dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih memiliki
angka tertinggi untuk penderita Diabetes Melitus terutama tipe 2.
Di samping itu, masalah yang selalu timbul pada penderita DM adalah cara
mempertahankan kadar glukosa darah penderita supaya tetap dalam keadaan
terkontrol, yaitu dengan menjalani pilar-pilar pengelolaan Diabetes Melitus. Pilar
pengelolaan DM terdiri dari 4 pilar, yaitu penyuluhan, edukasi perencanaan
makan, aktivitas fisik, dan intervensi farmakologis. Di antara 4 pilar pengelolaan
tersebut, aktivitas fisik merupakan hal yang paling sering diabaikan oleh penderita
DM. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007),
bahwa dari kasus yang terdeteksi cukup tinggi (Sujono, 1999).
Gangguan metabolism : Diabetes melitus dengan neuropati sering timbul
komplikasi pengosongan lambung yang lambat, sehingga timbul keluhan nausea,
vomitus, sedangkan hipotiroid menyebabkan timbulnya hipomotilitas lambung.
Hipertiroid mungkin menimbulkan keluhan rasa nyeri di perut dan vomitus,

sedangkan

hipotiroid

menyebabkan

timbulnya

hipomotilitas

lambung.

Hiperparatiroid mungkin disertai rasa nyeri di perut, nausea, vomitus dan
anoreksia (Sujono, 1999).
Suatu studi menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan penyebab
kedua tersering dari gastroparesis (24%) setelah idiopatik (33%), sedang penyakit

Universitas Sumatera Utara

tersering lainnya adalah paska operasi lambung (19%). Laporan mengenai

prevalensi gangguan motilitas lambung pada penderita diabetes memberikan hasil
yang berbeda-beda, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : tipe penderita
diabetes yang diselidik (IDDM atau NIDDM, diabetes yang lama dan berat,
dengan atau tanpa gejala gastroparesis), kriteria yang digunakan untuk diagnosa
gastroparesis (berdasarkan gejala-gejala saja, berdasarkan adanya kelainan
motorik ataupun elektrik lambung, atau berdasarkan keterlambatan pengosongan
lambung), dan metode yang digunakan untuk menilai, mengosongkan lambung
(pemeriksaan barium, radiopaque marker, USG, ataupun scintigraphy). Dari hasil
berbagai laporan disimpulkan bahwa sekitar 30-60% penderita diabetes
mengalami keterlambatan waktu pengosongan lambung, dan bahwa prevalensi
keterlambatan pengosongan lambung diperkirakan sama pada penderita IDDM
maupun NIDDM (Sri, 2003).

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Kejadian Dispepsia pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2 yang berkunjung ke Poliklinik Endokrin RSUD dr Pirgadi Medan pada
bulan September hingga November.”


1.3 Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kejadian dispepsia pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang berkunjung ke
Rumah Sakit Pirngadi.
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui kejadian Dispepsia pada penderita Diabetes Melitus
Tipe 2.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini diantaranya
adalah :




Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian
Mengurangi kejadian dispepsia pada penderita diabetes melitus

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan

16 149 122

Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Pirngadi, Medan

11 122 139

Peran Konseling Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Analisis Biaya Terapi di RSUD dr. Djoelham Binjai

1 40 104

Tinjauan Pola Makan pada Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RSU. Dr.Pirngadi Medan Tahun 2010

1 61 74

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

6 33 61

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 12

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 2

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 10

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 3

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 16