Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan

(1)

U

SKRIPSI

Oleh

Diana Novita Sari 111101002

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita

diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan”. Salawat beranting salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW semoga berbuah syafaat diakhir kelak.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih ynag sebesar - besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. H. Edwin Effendi, M.Sc selaku Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS selaku penguji 1

6. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku penguji 2 7. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(5)

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar GAMADIKSI, Forkis Rufaidah dan PEMA Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan.

10. Adik – adik ku tersayang MKPP PEMA USU yaitu Jeni Nursa’adah, Rahmadwitya Yulinast dan Wahidatul Ukhra yang tak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan.

11. Sahabat tercinta Selvi, Siti, Rahmi, Anas, Beby, Miftah , Dizah dan sahabat seperjuangan penulis yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis, yaitu teman-teman seperjuangan angkatan 2011.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Juli 2015


(6)

Halaman judul ... i

Lembar pengesahan... ii

Lembar orisinalitas………... iii

Prakata... iv

Daftar isi... v

Daftar tabel………. vii

Daftar skema ………. viii

Abstrak ……….. ix

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian……… 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Diabetes Mellitus ... 9

2.1.1 Pengertian diabetes mellitus... 9

2.1.2 Etiologi diabetes mellitus... 10

2.1.3 Patofisiologi diabetes mellitus ... 12

2.1.4 Klasifikasi diabetes mellitus ... 12

2.1.5 Manifestasi klinik diabetes ... 14

2.1.6 Komplikasi diabetes mellitus………. 14

2.1.7 Pengobatan diabetes mellitus………. 15

2.2. Diet Diabetes Mellitus……….. 15

2.2.1 Pengertian diet diabetes mellitus……… 16

2.2.2 Tujuan diet pada diabetes mellitus……….... 16

2.2.3 Syarat diet diabetes mellitus……... 16

2.2.4 Komposisi diet pada diabetes mellitus……….. 16

2.2.5 Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori…… 17

2.2.6 Pemenuhan pola makan 3J ………... 17

2.2.7 Bahan makananyang dianjurkan………... 20

2.2.8 Bahan makanan yang tidak dianjurkan……….. 21

2.3 Konsep Kepatuhan diet ………21

2.3.1 Pengertian kepatuhan……… 21

2.3.2 Variabel yang mempengaruhi………... 22

2.3.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan…... 22

2.3.4 Cara–cara meningkatkan kepatuhan diet ... 24

2.4 Kualitas Hidup ... 26


(7)

3.2 Definisi Operasional... 33

3.3 Hipotesa……… 37

Bab IV Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian... 38

4.2 Populasi dan Sampel ... 38

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.4 Pertimbangan Etik... 40

4.5 Instrumen Penelitian ... 41

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 45

4.8 Pengolahan Data ... 45

4.9 Analisa Data………. 48

Bab V Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil penelitian... 49

5.1.1 Data Demografi Responden ... 49

5.1.2 Kepatuhan Diet... 52

5.1.3 Kualitas Hidup ... 52

5.1.4 Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup ... 53

5.2 Pembahasan... 54

5.2.1 Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus ... 54

5.2.2 Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus ... 56

5.2.3 Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup ... 62

Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

Daftar Pustaka... 66

Lampiran 1 Inform consent ... 71

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 72

Lampiran 3 Jadwal Penelitian ... 78

Lampiran 4 Taksasi Dana ... 79

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Validitas... 80

Lampiran 6 Surat Etik ... 83

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian ... 84

Lampiran 8 Surat Selesai Penelitian ... 85

Lampiran 9 Master Data ... 86


(8)

(9)

(10)

Tabel 5.1.1 Tabel distribusi dan frekuensi karakteristik responden…… 53 Tabel 5.1.2 Tabel distribusi dan frekuensi kepatuhan diet………… 54

Tabel 5.1.3 Tabel skor kualitas hidup pasien……... 55


(11)

Tahun : 2015

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita, salah satu caranya dengan pengaturan diet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel aksidental. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner kepatuhan diet, dan kuesioner kualitas hidup. Hasil penelitian diuji dengan spearman. Dari uji koefisien korelasi spearman didapat nilai p sebesar 0,006 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus, kekuatan korelasi (r) = 0,405 yang mengidentifikasikan bahwa kekuatan hubungan dalam kategori sedang dan arah korelasi (+). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah penderita patuh terhadap dietnya, namun kualitas hidupnya dalam kategori buruk hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti komplikasi dan usia. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes melitus, pentingnya dukungan keluarga dan gaya hidup yang sesuai dengan penyakit diabetes melitus seperti pola makan, olahraga yang sesuai dengan tujuan meningkatkan kualitas hidupnya.


(12)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a generative disease. Therefore, general purpose of medication in diabetes mellitus is by handling glucose content and improving

patients’ life quality; one of the ways how to do it is by dieting. The objective of

the research was to find out the correlation between compliance in dieting and life quality of diabetes mellitus patients at RSUD dr. Pirngadi, Medan. The research used descriptive correlation design, and the samples were taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data, compliance in dieting, and life quality. The result of the research, using Spearman correlation test, showed that p-value = 0.006 (p < 0.05) which indicated that there was significant correlation between compliance in dieting and life quality of diabetes mellitus patients at r = 0.405 which indicated that there correlation strength was in moderate category toward correlation (+). The conclusion of the research was that more than a half of the respondents complied with dieting although their life quality was in bade category due to some factors like complication and age. The result of the research was expected to be beneficial for nurses in providing health education about diabetes mellitus, the importance of family support, and life quality which was in line with

diabetes mellitus like eating pattern and sports in order to improve the patients’

life quality.


(13)

Tahun : 2015

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita, salah satu caranya dengan pengaturan diet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel aksidental. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner kepatuhan diet, dan kuesioner kualitas hidup. Hasil penelitian diuji dengan spearman. Dari uji koefisien korelasi spearman didapat nilai p sebesar 0,006 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup penderita diabetes melitus, kekuatan korelasi (r) = 0,405 yang mengidentifikasikan bahwa kekuatan hubungan dalam kategori sedang dan arah korelasi (+). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah penderita patuh terhadap dietnya, namun kualitas hidupnya dalam kategori buruk hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti komplikasi dan usia. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes melitus, pentingnya dukungan keluarga dan gaya hidup yang sesuai dengan penyakit diabetes melitus seperti pola makan, olahraga yang sesuai dengan tujuan meningkatkan kualitas hidupnya.


(14)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a generative disease. Therefore, general purpose of medication in diabetes mellitus is by handling glucose content and improving

patients’ life quality; one of the ways how to do it is by dieting. The objective of

the research was to find out the correlation between compliance in dieting and life quality of diabetes mellitus patients at RSUD dr. Pirngadi, Medan. The research used descriptive correlation design, and the samples were taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data, compliance in dieting, and life quality. The result of the research, using Spearman correlation test, showed that p-value = 0.006 (p < 0.05) which indicated that there was significant correlation between compliance in dieting and life quality of diabetes mellitus patients at r = 0.405 which indicated that there correlation strength was in moderate category toward correlation (+). The conclusion of the research was that more than a half of the respondents complied with dieting although their life quality was in bade category due to some factors like complication and age. The result of the research was expected to be beneficial for nurses in providing health education about diabetes mellitus, the importance of family support, and life quality which was in line with

diabetes mellitus like eating pattern and sports in order to improve the patients’

life quality.


(15)

1. Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan

penyakit “kencing manis” merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian

meningkat. Diabetes melitus merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormon insulin, sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya, karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa akan tertumpuk dalam darah sehingga terjadi peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan prevalensi diabetes melitus, selain dari faktor keturunan juga berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

Menurut American Diabetic Assosiation (2003) diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal , syaraf, jantung dan pembuluh darah.

World Health Organization ( 2006) memperkirakan ada 171 juta orang di

dunia menderita diabetes melitus pada tahun 2000, dan memprediksikan 366 juta orang akan menderita diabetes melitus pada tahun 2030. Berdasarkan data International Diabetes Federation(IDF) tahun 2012, Indonesia merupakan negara


(16)

ke tujuh terbesar untuk prevalensi diabetes melitus. Terjadi peningkatan dua kali lipat pada negara yang memiliki pendapatan rendah dan menengah. Sebagai contoh, di Amerika Serikat 6,3% populasi menderita diabetes melitus pada tahun 2002, prevalensi dan kejadian ini mengalami peningkatan. Pusat pengendalian penyakit dan pencegahan Amerika Serikat memperkirakan 13 juta orang di Amerika Serikat di diagnosa diabetes melitus dan bertambah 5,2 juta yang memiliki penyakit tetapi masih belum terdiagnosa (WHO, 2006).

Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes melitus tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara berkembang karena faktor genetik, faktor demografi ( jumlah penduduk meningkat, urbanisasi, usia diatas 40 tahun meningkat) dan faktor perubahan gaya hidup yang menyebabkan obesitas karena makan berlebih dan hidup santai atau kurang berolaraga (Suyono, 2004).

Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) memproyeksikan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan membengkak sekitar 24 juta orang pada 2025. Angka ini melonjak hampir dua kali lipat dari angka penderita DM (yang biasa disebut dengan diabetesi) saat ini, yaitu sekitar 12 juta orang (Depkes RI , 2012).

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, hal ini dibuktikan dengan jumlah penderita DM yang semakin meningkat. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa diabetes melitus menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin, dilihat dari jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit (Tandra, 2008).


(17)

Hasil penelitian dari Diabetes Control and Complication (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian diabetes melitus yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik diabetes melitus antara 20 –30%. Penelitian tingkat kepatuhan terhadap pengelolaan diabetes melitus didapati 80% diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58% memakai dosis yang salah dan 75% tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Ketidakpatuhan ini selalu menjadi hambatan untuk tercapainya usaha pengendalian diabetes melitus sehingga mengakibatkan pasien memerlukan pemeriksaan atau pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan ( DCCT, 2008 ).

Menurut laporan WHO (2003), kepatuhan rata–rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi terutama pada penyakit yang tidak menular seperti penyakit diabetes melitus dan penyakit lainnya. Ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit diabetes melitus dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena presentase kasus penyakit tidak menular tersebut diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020.

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif. Dengan demikian, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satu caranya dengan pengaturan


(18)

diet (Krisnatuti, Yenrina, & Rasjmida, 2014 ). Penderita DM didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3J), yaitu : jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makanan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan (Hasdianah, 2012).

Diet sangatlah penting untuk mempertahankan gula darah pada pasien diabetes melitus agar pasien dapat hidup secara normal dan apabila pasien patuh akan diet dengan baik maka dapat mempertahankan kondisi agar tidak terjadi komplikasi sehingga pasien dapat menikmati hidupnya. Jika pasien diabetes melitus tidak melaksanakan dietnya dengan benar maka kadar gula darah tidak dapat dikontrol dengan baik, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya komplikasi dan penyakit serius lainnya seperti jantung, stroke dan gagal ginjal. Kepatuhan akan diet disini harus dilakukan seumur hidup secara terus menerus dan rutin yang memungkinkan terjadinya kebosanan pada pasien (Sutrisno, 2012).

Penelitian Phitri & Widyaningsih (2013) menggambarkan tingkat kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus. Hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa sebagian besar diabetisi tidak patuh terhadap program diet yaitu sebanyak 31 responden (57,4 %) dan 23 responden (42,6%) patuh terhadap program diet.

Ketidakseimbangan asupan makanan yang berlebih dapat memacu peningkatan insulin. Diet merupakan terapi utama yang dapat membantu dan mempermudah kerja obat-obatan seperti tablet hipoglikemik, anti agresi maupun antibiotika yang diberikan pada pasien diabetes melitus. Diet yang tepat dapat membantu mengontrol gula darah agar tidak melonjak tinggi. Pengaturan


(19)

makanan sering menyebabkan perubahan pola makan termasuk jumlah makanan yang dikonsumsi bagi penderita diabetes melitus sehingga menimbulkan dilema dalam pelaksanaan kepatuhan diet diabetes melitus (Sutrisno, 2012).

Hal yang mendorong perlunya pengukuran kualitas hidup, khususnya pada penderita diabetes melitus adalah karena kualitas hidup merupakan salah satu tujuan utama perawatan. Diabetes melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Penyakit tersebut membutuhkan pengelolaan dan perawatan secara tepat agar kualitas hidup penderita diabetes melitus terpelihara baik, sehingga ia dapat mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Kualitas hidup yang rendah dapat memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian (Mandagi, 2010)

Beberapa studi melaporkan Health Related Quality of Life (HRQOL)

penderita diabetes melitus lebih rendah dibandingkan dengan tanpa riwayat diabetes melitus. Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Pakis Kota Surabaya pada bulan Juni 2010 dengan 46 responden, yang bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan status kualitas hidup penderita diabetes melitus. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa umur, olahraga, waktu tidur, pengetahuan, kepatuhan berobat, dukungan keluarga dan diet berhubungan dengan status kualitas hidup pasien DM (Mandagi, 2010).

Penelitian Larasati (2012) pada penderita diabetes melitus di RS Abdul Moloek Provinsi Lampung menggambarkan tingkat kualitas hidup penderita DM. Didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh responden memiliki gambaran kualitas


(20)

hidup sedang yaitu sebanyak 59,6% (53 orang). Kualitas hidup baik sebanyak 27,0% (24 orang) dan kualitas hidup buruk sebanyak 13,3% (12 orang).

Penelitian Silaban (2013) pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan menggambarkan tingkat kualitas hidup penderita DM didapatkan hasil yaitu dari 37 responden diketahui ada 9 responden (24.3%) memiliki kualitas hidup yang baik dengan mean diatas 50% dan 28 responden (75.7%) kualitas hidupnya buruk dengan mean dibawah 50%.

Penyakit diabetes melitus ini akan menyertai seumur hidup penderita sehingga sangat mempengaruhi terhadap penurunan kualitas hidup penderita bila tidak mendapatkan perawatan yang tepat ( Yudianto, Rizmadewi & Maryati ,2008).

Salah satu penentu kualitas hidup penderita DM adalah penatalaksanaan DM. Kualitas hidup penting untuk diteliti karena dengan mengetahui kualitas hidup seseorang dapat membantu petugas kesehatan, yang dalam hal ini perawat untuk mengetahui keadaan kesehatan seseorang sehingga dapat menjadi arah atau patokan dalam menentukan intervensi yang harus diberikan sesuai dengan keadaan klien. Mengingat juga bahwa perspektif kualitas hidup relevan dengan area keperawatan karena keperawatan tidak hanya berfokus pada penurunan morbiditas penyakit tetapi melihat klien secara utuh. Dengan melihat pasien secara utuh dapat membantu klien dalam mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidupnya. Perawat dapat membantu klien dalam membuat perubahan-perubahan yang dibutuhkan dalam hidupnya khususnya hidup dengan penyakit DM ( Yudianto, Rizmadewi & Maryati ,2008).


(21)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu, apakah ada hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan?

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus.

3.2. Tujuan Khusus

3.2.1. Mengetahui kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus. 3.2.2. Mengetahui kualitas hidup pada penderita diabetes melitus.

3.2.3. Mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus.

4. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitiannya yaitu :

4.1. Bagaimana kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus? 4.2. Bagaimana kualitas hidup pada penderita diabetes melitus ?

4.3. Bagaimana hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus?


(22)

5. Manfaat Penelitian

5.1. Bagi Penderita Diabetes melitus

Memberikan informasi tentang kualitas hidup pada penderita diabetes melitus sehingga dapat diupayakan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup.

5.2. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan keluarga yang memiliki penderita diabetes melitus sehingga dapat memberikan dukungan dan motivasi bagi penderita diabetes melitus dalam menjalankan kepatuhan diet.

5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus dan dapat dijadikan bahan masukan bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan, terutama pada pasien yang menderita penyakit diabetes melitus.

5.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.

5.5. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi intervensi tambahan bagi petugas kesehatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang holistik sesuai dengan kebutuhan klien.


(23)

2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Pengertian

Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan (Instalasi gizi perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia ).

Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang di tandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin. Diabetes melitus yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin Dependen Diabetes melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes melitus (NIDDM). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut (Hidayah 2010 dalam Hasdianah, 2012).


(24)

2.1.2.Etiologi

Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulaulangerhans pada pankreas yang

berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Hasdianah, 2012).

Menurut Hasdianah (2012) diabetes melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain :

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.

2. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.


(25)

3. Faktor genetis

Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.

4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

5. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolism tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.

6. Pola hidup

Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang mals berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain disfungsi pankreas.


(26)

7. Kadar kortikosteroid yang tinggi

8. Kehamilan diabetes gestasional, kan hilang setelah melahirkan. 9. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas

10. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.1.3. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usu. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan di edarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang akan dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (FKUI, 2007).

2.1.4. Klasifikasi

Menurut Susilo & Wulandari (2011) terdapat 3 tipe diabetes melitus yaitu sebagai berikut :


(27)

1) Diabetes melitus tipe 1

DM tipe 1, diabetes anak-anak (childhood-onset diabetes, junvenile diabetes,

insulin-dependent diabetes melitus, IDDM), adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas. IDDM dapat diderita

oleh anak–anak maupun orang dewasa.

2) Diabetes melitus tipe 2

DM tipe 2 ini (adult- onset diabetes ,obesity–relateddiabetes, non –insulin – dependent diabetes melitus, NIDDM) merupakan tipe DM yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang menyebabkan disfungsi sel Beta, gangguan pengeluaran hormon insulin, resistensi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi sel jaringan, utamanya pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin, serta penekanan pada penyerapan glukosa pada otot lurik, yang meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.

3) Diabetes melitus tipe 3

DM tipe 3 ini disebut juga DM gestasional (gestational diabetes,

insulin-resisten type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to

require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1,5 diabetes,

type 3 diabetes, LADA) atau DM yang terjadi pada kehamilan, melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan penegeluaran hormon insulin yang tidak


(28)

cukup, mengikuti ciri-ciri DM tipe 2 di beberapa kasus. DM tipe 3 terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan.

2.1.5. Manifestasi Klinik

Kekurangan insulin dan memiliki kadar gula darah yang tinggi dalam darah adalah beberapa gejala yang umum bagi penderita diabetes. Apabila orang mengalami beberapa gejala tersebut, ada baiknya melakukan pengecekan untuk mengetahui kadar gula darah. Secara umum, beberapa gejala yang terjadi yaitu sering buang air kecil, sering merasa sangat haus, sering lapar, sering kesemutan pada kaki dan tangan, mengalami masalah pada kulit seperti gatal atau borok, jika mengalami luka butuh waktu lama untuk sembuh dan mudah merasa lelah (Fauzi, 2014).

2.1.6. Komplikasi

1) Komplikasi Akut Diabetes melitus

Komplikasi akut yaitu hipoglikemia dan ketoasidosis merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada penyandang DM dalam perjalanan penyakitnya. Komplikasi akut ini masih sering dijumpai mengingat kualitas pelayanan kesehatan yang belum baik. Ketoasidosis Diabetek (KAD) menempati peringkat pertama komplikasi akut diikuti oleh hipoglikemia.

2) Komplikasi Kronis Diabetes melitus

Komplikasi DM akan terjadi jika kadar gula darah tetap tinggi dalam jangka waktu tertentu. Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi diseluruh tubuh/sistemis (angiopati diabetik). Untuk memudahkan, angiopati diabetic dibagi 2 yaitu makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati (mikrovaskuler), walaupun


(29)

tidak berarti satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus (FKUI , 2007).

2.1.7. Pengobatan

Telah diketahui bahwa diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif. Dengan demikian, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit diabetes. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satu caranya dengana pengaturan diet (Krisnatuti, Yenrina & Rasjmida, 2014 ).

2.2. Diet Diabetes melitus

2.2.1. Pengertian Diet Diabetes melitus

Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2009) keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan berat badan .

Diet diabetes melitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang diabetes melitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control metabolik yang lebih baik dengan cara: menyeimbangkan asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral ataupun insulin dan aktivitas fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan kadar lipida dalam normal.


(30)

2.2.2. Tujuan Diet Pada Diabetes melitus

Tujuan diet pada diabetes melitus adalah mempertahankan atau mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup (Hasdianah, 2012).

2.2.3. Syarat Diet Diabetes melitus

Menurut Krisnatuti dkk (2014) syarat umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu, diantaranya sebagai berikut :

a. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan keadaan metabolik, umur, berat badan, dan aktivitas tubuh.

b. Jumlah kalori disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakannya. c. Cukup protein, mineral dan vitamin dalam makanan.

d. Menggunakan bahan makanan yang mempunyai indeks glikemik rendah. 2.2.4. Komposisi Diet pada Diabetes melitus

Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus berulang kali mengalami perubahan. Mula-mula komposisi diet mengacu pada diet diabetes melitus di Negara Barat dengan komposisi karbohidrat rendah, sekitar 40-50% dari total energy (diet A). Namun, saat ini dianjurkan peresentase karbohidrat lebih tinggi sampai 60-70% dari total kebutuhan energi atau disebut juga diet B. Dalam diet tersebut dianjurkan juga komposisi protein dan lemak. Disamping anjuran mengenai karbohidrat, protein, dan lemak dianjurkan pula pemakaian karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat dan rendah kolesterol.


(31)

KOMPOSISI DIET A DAN DIET B

NO Zat Gizi Diet A Diet B

1. Karbohidrat 50% 60-68%

2. Protein 20% 12-20%

3. Lemak 30% 20%

4. Kolesterol 500 mg 100-150 mg

5. Serat Sayuran tipe A Sayuran tipe B

Komposisi diet B merupakan diet yang umum digunakan di Indonesia. Anjuran penggunaan diet B berdasarkan pada penelitian prospektif dengan crass

over design yang dilakukan pada 260 penderita diabetes melitus yang terawatt

baik. Dari penilaian tersebut, diet B mempuyai daya yang kuat untuk menurunkan kolesterol selain mempunyai efek hipoglikemik. Diet B juga tidak menaikkan kadar trigliserida darah. Dengan demikian, diet B dapat mencapai diet diabetes melitus. Setiap jenis diet dianjurkan mengandung serat, terutama serat yang bersifat larut (Krisnatuti dkk, 2014).

2.2.5. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Kalori

Menurut Hasdianah (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori pada penderita diabetes melitus antara lain:

a. Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25 kal/kg BB.

b. Umur

Diabetesi di atas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurangi


(32)

c. Aktivitas Fisik

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intenssitas aktivitas fisik. Aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan aktivitas berat dapat ditambahkan 50%.

d. Berat Badan

Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. e. Kondisi Khusus

Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat ditambahkan 10-20%.

2.2.7. Pemenuhan Pola Makan 3J

Menurut Fauzi (2014) bagi penderita diabetes, kecenderungan perubahan kadar gula darah yang drastis akan terjadi pada saat sehabis makan. Sehabis makan maka kadar gula akan tinggi. Namun beberapa lama tidak mendapat asupan makanan maka kadar gula darah akan rendah sekali.

Harus dilakukan penjadwalan makan dengan teratur untuk mencegah terlalu besarnya rentangan kadar gula darah. Pola 3J harus diingat bagi penderita diabetes dalam mengatur pola makan sehari-hari.

A. Jadwal

Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut :


(33)

3. Makan siang dilakukan pada pukul 13.00 4. Snack kedua dikonsumsi pada pukul 16.00 5. Makan malam dilakukan pada pukul 19.00 6. Snack ketiga dikonsumsi pada pukul 21.00

Usahakan makan tepat pada waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa terjadi hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala seperti pusing, mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula.

B. Jumlah

Jumlah atau porsi makan yang dikonsumsi harus diperhatikan. Jumlah makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil tapi sering. Penderita harus makan dalam jumlah sedikit tapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut :

1. Makan pagi atau sarapan jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 20% dari total kebutuhan kalori sehari.

2. Snack pertama jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10%dari total kebutuhan kalori sehari.

3. Makan siang jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total kebutuhan kalori sehari.

4. Snack kedua jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan kalori sehari.

5. Makan malam jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 25% dari total kebutuhan kalori sehari.


(34)

6. Snack ketiga jumlah kalori yang dibutuhkan adalah 10% dari total kebutuhan kalori sehari.

C. Jenis

Jenis makanan menentukan kecepatan naik atau turunnya kadar gula darah. Kecepatan suatu makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut indeks glikemik. Semakin cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin tinggi indeks glikemik makanan tersebut.

Hindari makanan yang berindeks glikemik tinggi, seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan lain-lain. Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya dengan serat, contohnya sayuran dan buah-buahan.

Pemenuhan pola makan dengan 3J menjamin penderita diabetes untuk tetap bias aktif dalam kehidupan sehari-hari. Jadwal yang tetap memungkinkan kebutuhan tubuh akan insulin dapat terpenuhi. Sementara itu, jumlah dan jenis makanan akan melengkapi kebutuhan gula darah yang seimbang.

2.2.8. Bahan Makanan Yang Dianjurkan

Menurut Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes melitus adalah sebagai berikut :

a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu.

b. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, tempe, tahu dan kacang-kacangan.


(35)

c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar.

2.2.9. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan (Dibatasi/Dihindari)

Menurut Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes melitus adalah sebagai berikut:

a. Mengandung banyak gula sederhana seperti: 1. Gula pasir, gula jawa.

2. Sirop, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim.

3. Kue-kue manis, dodol dan cake.

b. Mengandung banyak lemak seperti : cake, makan siap saji (fast food),

goreng-gorengan.

c. Mengandung banyak natrium, seperti : ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.

2.3. Kepatuhan Diet 2.3.1. Defenisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Sacket 1976 dalam Niven , 2000). Dubar & Stunkard (1979 dalam Niven 2002) mengemukakan bahwa saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan profesional.


(36)

2.3.2. Variabel Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart & Brunner (2002) adalah a. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status

sosioekonomi dan pendidikan.

b. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan bilangannya gejala akibat terapi.

c. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.

d. Variabel psikososial seperti intelgensia, sikap terhadap tenaga kesehatan penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal ttersebut diatas juga ditemukan oleh Bartsmet dalam psikologi kesehatan.

2.3.3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain :

a. Pemahaman tentang intruksi

Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Ley dan Spelmen ( 1967 dalam Niven 2002) menemukan bahwa lebih dari 60%yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang intruksi yang diberikan pada mereka. Kadang – kadang hal ini disebabkan oleh


(37)

kegagalan prefesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah – istilah medis dan memberikan banyak intruksi yang harus diingat oleh pasien.

b. Kualitas interaksi

Interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Korsch & Negrete (1972 dalam Niven 2002) telah mengamati 800 kunjungan orangtua dan anak– anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles. Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk memastikan apakah ibu-ibu tersebut melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi, nasihat dokter tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi konsultasi yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif jika diberikan perhatian untuk meningkatkan kualitas interaksi.

c. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. d. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Becker et al (1979 dalam niven 2002) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.


(38)

2.3.4 Cara–cara meningkatkan kepatuhan diet

Smet (1994: 260 dalam Saifunurmazah, 2013) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, antara lain :

a. Segi penderita (internal)

Usaha yang dapat dilakukan penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet, olahraga dan pengobatan yaitu :

1) Meningkatkan kontrol diri.

Penderita DM harus meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita DM akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri yang dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.

2) Meningkatkan efikasi diri.

Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.

3) Mencari informasi tentang pengobatan DM

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk mencari informasi mengenai DM dan terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit. Penderita DM hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya dengan cara mencari informasi penyembuhan penyakitnya tersebut.


(39)

4) Meningkatkan monitoring diri

Penderita DM harus melakukan monitoring diri , karena dengan monitoring diri, penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti keadaan gula dalam darahya, berat badan, dan apapun yang dirasakanya.

b. Segi tenaga medis (external)

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita DM untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain :

1) Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter

Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan pasien. 2) Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan cara pengobatanya. Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien sehingga apa yang ia katakan diterima sebagai sesuatu yang sah atau benar.

3) Memberikan dukungan sosial

Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut juga akan menigkatkan kepatuhan. Smet (1994: 260 dalam Saifunurmazah, 2013) menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan nasehat yang bermanfaat bagi kesehatannya.


(40)

4) Pendekatan perilaku

Pengelolaan diri (self managment) yaitu bagaimana pasien diarahkan agar

dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan (Smet 1994: 261 dalam Saifunurmazah, 2013).

2.4. Kualitas Hidup

2.4.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien (Brooker, 2009). Pengukuran konseptual mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup, kemampuan seseorang untuk secara mandiri melalukan kegiatan sehari-hari (Montazeri et al 1996 dalam Brooker, 2009).

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas

hidup di definisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan minat. Definisi ini merupakan konsep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status


(41)

psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan personal dan hubungannya dengan lingkungan (WHO, 1998).

2.4.2. Pengukuran Kualitas Hidup

Dalam pengukuran HRQOL (Health Related Quality of Life) dapat digunakan beberapa instrumen yang telah dibuat dan digunakan untuk mengevaluasi HRQOL. Tidak ada instrumen yang paling baik, tetapi masing-masing instrumen dibuat kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai (Cramer & Spilker 1998 dalam Silaban, 2013). Instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas hidup yaitu, The Medical Outcomes Study Short Form(SF-36)

Health Survey.

The Medical Outcomes Study Short Form (SF-36) digunakan untuk menilai

status kesehatan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. SF-36 menggunakan 8 subvariabel kualitas hidup menurut Ware & Sherbourne (1992) yang meliputi:

1. Fungsi Fisik

Katagori tentang aktifitas yang mungkin dikerjakan selama hari-hari tertentu seperti:

a. Aktifitas yang penuh semangat, seperti lari, mengangkat benda-benda yang berat, aktif dalam olah raga yang berat-berat.

b. Aktifitas sedang, seperti menggeser meja, mendorong mesin pembersih debu, main bola gelinding, atau main golf.

c. Mengangkat atau membawa barang belanjaan d. Menaiki beberapa anak tangga


(42)

f. Melenturkan badan, berlutut, atau membungkuk g. Berjalan kaki sejauh lebih dari satu mil

h. Berjalan kaki beberapa blok (perumahan) i. Berjalan kaki sejauh satu blok (perumahan) j. Mandi atau berpakaian sendiri.

2. Keterbatasan Fisik

Kondisi atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan atau dengan aktifitas sehari-hari sebagai dampak dari kesehatan fisik seperti:

a. Mengurangi jumlah waktu yang pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

b. Melaksanakan kurang dari apa yang diinginkan.

c. Terbatasnya aktifitas dalam setiap jenis pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya.

d. Kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau aktifitas lainnya (misalnya, memerlukan tenaga ekstra).

3. Rasa Sakit

Kondisi atau rasa sakit secara fisik selama empat minggu terakhir dan seberapa jauh rasa sakit mengganggu pekerjaan rutin (termasuk pekerjaan diluar rumah dan pekerjaan rumah tangga).

4. Kesehatan Secara Umum

Kondisi kesehatan secara umum, dibandingkan dengan keadaan setahun yang lalu, bagaimana rata-rata kesehatannya secara umum,pernyataan benar atau salah jika dibandingkan dengan seseorang yang mudah sekali jatuh sakit


(43)

dengan orang lain, saya sama sehatnya dengan setiap orang yang saya kenal, saya mengharapkan kesehatan saya bertambah buruk, kesehatan saya baik sekali.

5. Vitalitas

Pertanyaan - pertanyaan ini adalah tentang bagaimana anda merasa dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan dengan anda selama empat minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikan sebuah jawaban yang paling dekat dengan cara anda merasakannya seperti: merasa penuh semangat, memiliki banyak energi (tenaga), merasa keletihan atau merasa letih.

6. Fungsi Sosial

Yang perlu dikaji dari fungsi fisik adalah seperti selama empat minggu terakhir, sejauh mana kesehatan fisik ataupun masalah emosional yang mengganggu aktifitas secara normal bersama keluarga, teman-teman, para tetangga, ataupun bersama kelompok masyarakat lainnya dan dalam empat minggu terakhir ini, seberapa sering kesehatan fisik atau masalah-masalah emosional mengganggu aktifitas sosial (seperti mengunjungi teman- teman, sanak keluarga, dan lain-lain).

7. Keterbatasan Emosional

Yang perlu ditanyakan dalam konsep keterbatasan emosional seperti selama empat minggu terakhir, masalah yang dialami dengan pekerjaan atau dengan aktifitas sehari- hari sebagai dampak dari masalah emosional (seperti perasaan tertekan atau rasa cemas), mengurangi jumlah waktu yang di pergunakan dalam pekerjaan atau dalam aktifitas lainnya, melaksanakan kurang


(44)

dari apa yang di inginkan dan melakukan pekerjaan atau aktifitas lainnya tidak secermat seperti biasanya.

8. Kesehatan Mental

Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kesehatan mental ini adalah tentang bagaimana perasaan dan bagaimana segala sesuatunya berkaitan selama empat minggu terakhir seperti: seberapa sering selama empat minggu terakhir, merasakan menjadi seorang yang mudah gugup, merasakan sangat

terpuruk sehingga tidak ada yang bisa menggembirakan hati, merasakan ketenangan dan kedamaian, merasa sedih dan murung, merasakan menjadi seorang yang berbahagia.

2.4.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup

a. Usia

Menurut Smeslter & Bare (2008 dalam Silaban, 2013), DM tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya yaitu sekitar 90 – 95% dari seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada usia (45-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan.

b. Jenis kelamin

Diabetes memberika efek yang kurang baik terhadap kualitas hidup. Wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien laki-laki secara bermakna (Gautama et al 2009 dalam Silaban, 2013).


(45)

Keberadaan pasangan yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan ataupun bantuan saat pasien mengalami masalah-masalah terkait kondisi kesehatannya, maka pasien akan merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut akan mempengaruhi keseluruhan aspek pada kualitas hidupnya. Oleh karena itu, kualitas hidup pasien dengan status menikah (mempunyai pasangan) lebih baik (Kodriati 2004 dalam Utami, Karim & Agrina, 2014).

d. Lama menderita DM

Rusli ( 2011 dalam Utami, Karim & Agrina, 2014) menyatakan bahwa seseorang yang sedang mengalami penyakit kronis dalam waktu yang lama akan mempengaruhi pengalaman dan pengetahuan individu tersebut dalam pengobatan DM.

e. Tingkat pendidikan

Kualitas hidup (QOL) yang rendah juga signifikan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas fisik yang kurang baik (Gautama et al 2009 dalam Silaban, 2013). Menurut Stipanovic (2002 dalam Silaban, 2013) menyatakan pendidikan merupakan faktor yang penting pada pasien DM untuk dapat memahami dan mengatur dirinya sendiri.

f. Status sosial ekonomi

Kualitas hidup yang rendah juga berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah (Gautam et al 2009 dalam Silaban, 2013).


(46)

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun aspek yang harus diperhatikan penderita DM dalam menjalankan diet adalah jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan dan jenis makanan (Hasdianah, 2012). Sedangkan menurut Were dan Sherbourne (1992) kualitas hidup digambarkan dalam bentuk delapan subvariabel kesehatan dengan skala pengukuran 36 pernyataan dan pertanyaan.

Gambar 3.1 : Skema Kerangka Konsep Penelitian

Variabel bebas Variabel Terikat

Kepatuhan diet 1. Jadwal 2. Jumlah 3. Jenis

4. Bahan makanan yang dianjurkan

5. Bahan makanan yang tidak dianjurkan

Kualitas hidup: 1.Fungsi fisik

2.Keterbatasan fisik 3.Rasa sakit

4.Kesehatan secara umum 5.Vitalitas

6.Fungsi sosial

7.Keterbatasan emosional 8.Kesehatan mental Keterangan :

= Diteliti = Berhubungan


(47)

3. 2 Definisi Operasional

Definisi operasionl mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).

Tabel 3.2 : Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kepatuhan

diet

Tingkat ketaatan dan kedisiplinan penderita DM terhadap anjuran yang terdapat dalam program diet yang terdiri dari jadwal, jumlah, jenis, bahan

makanan yang

dianjurkan dan bahan makanan yang tidak dianjurkan

Kuesioner sebanyak 9 pertanyaan dengan jawaban 3=Selalu

2= Sering

1=Kadang

-kadang

0= Tidak pernah

Skor dari semua pertanyaan kemudian dijumlahkan dan diperoleh total skor, sebagai berikut: Skor tertinggi 27 Skor terendah 0.

14- 27 : patuh 0–13 : tidak patuh


(48)

2. Kualitas hidup

Kondisi tubuh yang dirasakan pasien selama menjalani kepatuhan diet yang terdiri dari 8 subvariabel yaitu fungsi fisik, kesehatan fisik, rasa sakit, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial,

keterbatasan emosional dan kesehatan mental

kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan mengadopsi SF-36Health Survey (Ware dan Sherbourne, 1992)

1 =Ya, sangat membatasi 2 = Ya, agak membatasi 3 = Tidak, Tidak membatasi sama sekali 1 = Ya 2 = Tidak 1 = Tidak sama sekali 2 = Sangat ringan 3 = Ringan 4 = Sedang 5 = Sangat 6 = Sangat sekali

dan

1 = Tidak sama sekali 2 = Agak mengganggu 3. = Sedang 4 = Sangat sedikit 5 = Terlalu mengganggu

1 = Sangat baik 2 = Baik 3 = Sedikit baik

4 = Kurang


(49)

baik atau 1=Sekarang jauh lebih baik 2=Sekarang agak lebih baik 3= Kira-kira sama 4=Sekarang agak lebih parah

5= Jauh lebih parah atau 1=Benar sekali 2=Hampir semua benar 3=Tidak tahu 4=Hampir semuanya salah 5=Salah sekali

1= Setiap saat 2= Hampir

setiap saat 3= Sering 4= Kadang-kadang 5= Sekali-sekali 6= Tidak pernah 1= Tidak sama sekali/Setiap


(50)

saat 2=Agak mengganggu/ Hampir setiap saat

3=Sedang/Ka dang-kadang 4=Sangat sedikit/Sekali sekali

5=Terlalu mengganggu/ Tidak

pernah

1 = Ya 2 = Tidak

1= Setiap saat 2= Hampir setiap saat 3= Sering 4=Kadang kadang 5= Sekali-sekali 6=Tidak pernah


(51)

C. Hipotesa

Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Maka hipotesa yang ditegakkan adalah :

a. Ha : Ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

b. Ho : Tidak ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(52)

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes melitus yang datang di unit rawat jalan Poliklinik Endokrin RSUD.Dr. Pirngadi Medan sebanyak 584 orang (Silaban, 2013).

4.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan jumlah sampel peneliti maka 584 orang/ 12 bulan, maka nilai N (49), nilai d (0.05), dimasukkan kedalam rumus :

n = N 1+ N (d)²


(53)

= 49 1 + 49 (0,05)²

= 49

1 + 49 (0,0025)

= 49

1 + 0,1225

= 49

1,1225 = 43,65 = 44 orang

Sehingga jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus diatas adalah 43,65 atau 44 sampel (Nursalam, 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik aksidental sampling. Menurut Arikunto (2006) tentang prosedur pengambilan sampel penelitian, teknik sampel ini adalah pengambilan sampel dengan berdasarkan secara kebetulan, apabila dijumpai kriteria yang sesuai maka sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sampel utama. Dengan kriteria yang telah ditentukan untuk penelitian pasien yang menderita diabetes melitus , pasien yang kooperatif dan tidak menunjukkan gangguan mental, bersedia menjadi responden dan bisa baca serta menulis.


(54)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di poliklinik endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan. Lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti untuk mendapatkan sampel yang diinginkan dan merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Sumatera Utara serta rumah sakit pendidikan sehinga merupakan tempat yang mendukung untuk mengadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2015.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu:

a.Informed consent

Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti memenuhi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b.Anonimity(tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, namun masing-masing lembar tersebut diberi kode.


(55)

c.Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi penderita diabetes melitus yang meliputi umur, jenis kelamin, status, pendidikan terakhir, penghasilan keluarga perbulan , lamanya menderita penyakit diabetes melitus, keteraturan minum obat dan jenis obat yang dikonsumsi.

Instrumen kedua berisi kuesioner untuk kepatuhan diet yang disusun sendiri oleh peneliti terdiri dari 9 pernyataan dilihat dari jadwal makan, jumlah kalori yang dibutuhkan , jenis makanan, bahan makanan yang dianjurkan dan bahan makanan yang tidak dianjurkan meliputi:

1. Jadwal makan ada 1 pertanyaan pada nomor 1

2. Jumlah kalori yang dibutuhkan ada 3 pertanyaan pada nomor 2,3 dan 4 3. Jenis makanan ada 3 pertanyaan pada nomor 5,6 dan 7

4. Bahan makanan yang dianjurkan ada 1 pertanyaan pada nomor 8 5. Bahan makanan yang tidak dianjurkan ada 1 pertanyaan pada nomor 9

Untuk mengidentifikasi kepatuhan diet penderita diabetes melitus maka jumlah nilai mentah dari tiap-tiap pertanyaan diubah ke transformed score. Nilai


(56)

kuesioner. Sedangkan transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100 yang dibuat sendiri oleh peneliti.

Tabel 4.1 Skor dari tiap-tiap pertanyaan

Nomor dari setiap pernyataan

Jumlah jawaban asli Skor/nilai yang ditentuakn

1,2,3,4,5,6,7,8,9 0

1 2 3

0 33 66 100

Instrumen ketiga berisi kuesioner untuk mengukur kualitas hidup dengan mengadopsi SF-36 Health Survey (Ware dan Sherbourne,1992). Kuesioner

kualitas hidup dalam instrumen ini yang sudah diterjemahkan oleh Rahayu Silaban di pusat bahasa Universitas Sumatera Utara dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia (Silaban, 2013) dengan jumlah skor yang telah ditentukan yaitu (0-100), dibagi menjadi 8 subvariabel yang didalamnya ada 36 pertanyaan yang dilihat dari pengalaman responden selama empat minggu terakhir meliputi:

1. Fungsi fisik ada 10 pertanyaan pada nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12. 2. Keterbatasan fisik ada 4 pertanyaan pada nomor 13, 14, 15, dan 16.

3. Nyeri tubuh ada 2 pertanyaan pada nomor 21, dan 22.

4. Kesehatan secara umum ada 6 pertanyaan pada nomor 1, 2, 33, 34 35, dan 36. 5. Vitalitas ada 4 pertanyaan pada nomor 23, 27, 29, dan 31.

6. Fungsi sosial ada 2 pertanyaan pada nomor 20, dan 32.

7. Keterbatasan emosional ada 3 pertanyaan pada nomor 17, 18, 19. 8. Kesehatan mental ada 5 pertanyaan pada nomor 24, 25, 26, 28, 30.


(57)

Untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien diabetes melitus maka jumlah nilai mentah dari tiap-tiap pertanyaan diubah ke transformed score. Nilai

mentah adalah nilai asli yang di dapat dari penjumlahan pilihan responden di kuesioner. Sedangkan transformed score merupakan nilai dalam rentang 0 – 100 yang diadopsi dari SF-36 Questionnaire Health Survey (Ware & Sherbourne,

1992).

Tabel 4.2 Skor dari tiap-tiap pertanyaan

Nomor dari setiap pertanyaan

Jumlah jawaban asli Skor/ nilai yang ditentukan

1, 2, 20, 22, 34, 36 1

2 3 4 5 100 75 50 25 0 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11,12 1 2 3 0 50 100 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 1

2

0 100

21, 23, 26, 27, 30 1

2 3 4 5 6 100 80 60 40 20 0

24, 25, 28, 29, 31 1

2 3 4 5 6 0 20 40 60 80 100


(58)

32, 33, 35 1 2 3 4 5

0 25 50 75 100

4.6. Uji Validitas & Reliabilitas 4.6.1. Uji Validitas

Penyusunan kuesioner diadopsi dari SF-36 Health Survey merupakan

model pengukuran kualitas hidup diabetes melitus sesuai standart WHO dan telah diterjemahkan oleh pusat bahasa Universitas Sumatera Utara dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Sedangkan kuisioner kepatuhan diet disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori dan telah dilakukan uji validitas. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity).

Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh dosen Fakultas Keperawatan USU yaitu ibu Rosina Tarigan,S.Kp, M.Kep,Sp.KMB, ibu Yesi Ariani, S.Kep,Ns,M.Kep dan bapak Asrizal,S.Kep,Ns.,M.Kep,RN,WOC(ET)N,CHt.N dengan nilai CVI adalah 0,93 maka dikatakan kuesioner ini valid

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji kekuatan instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam lingkup yang sama. Kuesioner kualitas hidup dan kepatuhan diet penderita diabetes melitus diuji dengan analisis cronbach alpha. Uji reabilitas telah dilakukan terhadap 30 orang responden yang menderita diabetes melitus di Poliklinik Endokrin RSUD. Dr Pirngadi Medan


(59)

sebelum pengumpulan data. Reliabel apabila koefisien alpha 0,70 atau lebih.

Hasil analisis dengancronbach alphadiperoleh nilai yaitu 0,92.

4.7. Metode Pengumpulan Data

Dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden yang diambil oleh peneliti dengan cara penyebaran kuesioner dimana sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan ruangan poliklinik endokrin untuk dilakukan penelitian pada pasien diabetes melitus, peneliti juga meminta persetujuan kepada pasien sebagai sampel penelitian dengan mengisi lembar persetujuan / informed consent tanpa ada paksaan. Responden harus mengerti tujuan penelitian, sehingga bersedia untuk mengisi kuesioner yang akan dibagikan peneliti dengan memberikan penjelasan tentang pengisian kuesioner terlebih dahulu untuk mengisi semua pertanyaan yang ada di format. Untuk menambahkan informasi kelengkapan data diambil dari data sekunder, yaitu data yang didapat dari status pasien.

4.8. Pengolahan Data

Pengumpulan data telah dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut, mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara) kemudian mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan kepada pihak Rumah Sakit yang dilakukan penelitian (RSUD Dr.Pirngadi Medan). Setelah mendapatkan izin penelitian melaksanakan pengumpulan data. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Apabila peneliti menemukan calon responden yang menurut kriteria cukup banyak, maka calon responden


(60)

tersebut dipilih sesuai dengan keinginan peneliti. Setelah mendapatkan calon responden selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon responden maksud dan tujuan penelitian serta prosedur penelitian. Apabila pasien telah bersedia menjadi responden maka dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden kemudian menjelaskan dan membantu responden dalam pengisian kuesioner. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak mengerti. Peneliti mencatat jawaban responden sampai selesai dan data dikumpulkan untuk dianalisa.

4.9. Analisa Data

Analisis data menjelaskan tentang metode statistik yang digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian, termasuk di dalamnya adalah perlu tidaknya penggunaan uji statistik. Jika diperlukan, maka akan menggunakan tingkat kemaknaan berapa, program yng akan digunakan untuk menganalisis data dan lain-lain. Analisa data penelitian diformulasikan sebagai berikut :

1. Editing (mengedit data) : peneliti mengumpulkan dan memeriksa

kelengkapan data sesuai dengan kriteria data yang di perlukan

2. Coding (mengkode data) : peneliti memberi kode yang diperlukan dalam

rangka pengolahan data

3. Scoring (memberi skor) : peneliti memberi skor pada setiap subvariabel

sesuai dengan jenis data dan pertanyaan

4. Processing (memasukkan data) : peneliti memasukkan data dari kuisioner ke


(61)

5. Cleaning : peneliti melakukan pemeriksaan ulang terhadap data yang telah

dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan pemasukkan data atau tidak saat dimasukkan ke pemprograman.

Analisa data variabel independen (kepatuhan diet) dan variabel dependen (kualitas hidup). Setelah data dianalisa secara deskriptif, kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa dua variabel (statistik bivariat) dengan menggunakan uji spearman untuk menentukan adanya korelasi antara variabel independen dan dependen.

4.9.1 Statistika Univariat

Statistika univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Arikunto, 2010). Metode statistika univariat digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (kepatuhan diet) dan variabel dependen (kualitas hidup). Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data kepatuhan diet disajikan dalam bentuk skala interval, data ini merupakan jenis data numerik yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data kualitas hidup terdiri dari delapan subvariabel, data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.9.2 Statistika Bivariat

Statistika bivariat adalah statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik Korelasi spearman. Analisa akan dilakukan


(62)

dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus. Dinyatakan ada hubungan apabila nilai p < 0,05.


(63)

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 13 Mei 2015 sampai dengan tanggal 13 Juni 2015 di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah responden 44 orang.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dibagi atas empat bagian yaitu distribusi karakteristik data demografi responden, kepatuhan diet penderita diabetes melitus, kualitas hidup penderita diabetes melitus, dan mengidentifikasi ada tidaknya hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes Melitus di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

5.1.1 Data Demografi Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, status, pendidikan, penghasilan keluarga perbulan, lama menderita penyakit diabetes melitus, keteraturan mengkonsumsi obat dan jenis obat yang digunakan untuk mengobati diabetes melitus . Dari 44 penderita diabetes melitus yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki persentase umur 36 –45 tahun sebanyak 3 orang (6,8%), 46 – 55 tahun sebanyak 14 orang (31,8 %) dan >56 tahun sebanyak 27 orang (61,4%). Jenis kelamin pria dan wanita masing - masing


(64)

berjumlah 22 orang (50%). Responden yang berstatus menikah sebanyak 27 orang (61,4%) dan yang berstatus janda/duda sebanyak 17 (38,6%). Pendidikan SD sebanyak 5 orang (11,4%), SMP 9 orang (20,5%), SMU 17 orang (38,6%) dan perguruan tinggi sebanyak 13 orang (29,5%). Responden yang memiliki penghasilan perbulan cukup sebanyak 27 orang (61,4%) sedangkan yang memiliki penghasilan perbulan tidak cukup sebanyak 17 orang (38,6%). Lama menderita penyakit diabetes melitus <1 tahun sebanyak 3 orang (6,8%), 1- 3 tahun sebanyak 14 orang (31,8%), 3 – 5 tahun sebanyak 8 orang (18,2%) dan >5 tahun sebanyak 19 orang (43,2%). Responden yang teratur minum obat sebanyak 41 orang (93,2%) sedangkan yang tidak teratur sebanyak 3 orang (6,8%). Jenis obat yang digunakan untuk mengobati diabetes melitus 34 orang (77,3%) menggunakan obat oral sedangkan 10 orang (22,7%) menggunakan insulin dan obat oral.


(65)

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (N=44) di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Karakteristik Frekuensi Persentase

(%) Umur

<25 tahun 26–35 tahun

36–45 tahun 3 6,8

46–55 tahun 14 31,8

>56 tahun 27 61,4

Jenis kelamin

Pria 22 50

Wanita 22 50

Status

Menikah 27 61,4

Janda/duda 17 38,6

Belum menikah Pendidikan

SD 5 11,4

SMP 9 20,5

SMU 17 29,5

Perguruan tinggi 13 29,5

Penghasilan Keluarga Perbulan

Cukup 27 61,4

Tidak cukup 17 38,6

Lama menderita penyakit DM

<1 tahun 3 6,8

1–3 tahun 14 31,8

3–5 tahun 8 18,2

>5 tahun 19 43,2

Keteraturan mengkonsumsi obat

Ya 41 93,2

Tidak 3 6,8

Jenis obat yang dikonsumsi 1. Insulin

2. Obat oral 34 77,3


(66)

5.1.2 Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus

Data distribusi frekuensi kepatuhan diet penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang di jelaskan dalam tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa lebih dari setengah penderita diabetes melitus yang menjadi responden memiliki kepatuhan diet yang patuh sebanyak 27 orang dengan persentase 61,4 % sedangkan yang memiliki kepatuhan diet yang tidak patuh sebanyak 17 orang dengan persentase 38,6%.

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=44)

Kepatuhan diet Frekuensi Persentase (%)

Patuh 27 61,4

Tidak patuh 17 38,6

5.1.3 Kualitas hidup penderita diabetes melitus

Data distribusi frekuensi kualitas hidup penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa mean kualitas hidup responden sebesar 57,58. Berdasarkan hasil analisa data dari delapan subvariabel kualitas hidup terhadap 44 penderita diabetes melitus yang menjadi responden, didapatkan hasil kualitas hidup penderita tertinggi pada fungsi sosial dengan mean sebesar 73,58, dilanjutkan dengan keterbatasan emosional dengan mean 70,45, nyeri tubuh dengan mean 62,78, fungsi fisik dengan mean 60,12, vitalitas dengan mean 52,5, kesehatan secara umum dengan mean 50,36, kesehatan mental dengan mean 48,45 dan yang terendah keterbatasan fisik dengan mean 27,84.


(67)

Tabel 5.1.3 Mean Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan 8 subvariabel (N=44)

Subvariabel Mean ( 0100 ) Standar Deviasi (SD)

Fungsi sosial 73,58 72,73

Keterbatasan emosional 70,45 70,45

Nyeri tubuh 62,78 51,21

Fungsi fisik 60,12 85,45

Vitalitas 52,5 111,36

Kesehatan secara umum 50,36 61,05

Kesehatan mental 48,45 278,75

Keterbatasan fisik 27,84 323,52

5.1.4 Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus

Data yang diperoleh diuji menggunakan uji Shapiro –Wilk karena jumlah sampelnya hanya 44 (<50 ), dari uji normalitas yang dilakukan diketahui bahwa data kepatuhan diet berdistribusi tidak normal dengan nilai 0,356 sedangkan data kualitas hidup berdistribusi normal dengan nilai 0,001. Oleh karena itu, untuk menganalisa hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan diukur dengan menggunakan uji korelasi spearman. Dari hasil analisa didapat koefisien korelasi (r) yaitu 0,405

dengan tingkat signifikan (p) 0,006 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kekuatan hubungannya sedang dan positif.


(68)

Tabel 5.1.4 Hasil Analisa Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabates Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=44)

Variabel Kualitas hidup

Kepatuhan diet 0,405 (0,006)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus

Kepatuhan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Kepatuhan terhadap pengobatan pasien membutuhkan partisipasi yang aktif dari pasien sehingga proses pengobatan medis yang telah ditentukan berjalan sesuai dengan sistem manajemen perawatannya sehingga kepatuhan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi pada kesuksesan atau kegagalan terapi (WHO, 2003).

Hasil analisa data mengenai kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan terhadap 44 orang responden menunjukkan bahwa 61,4% (27 orang) dalam kategori patuh sedangkan 38,6 % (17 orang) dalam kategori tidak patuh. Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus di Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Pirngadi Medan (61,4%) patuh dalam menjalani diet diabetes melitus. Hasil penelitian ini juga didukung oleh studi kamerrer (2007) mengenai kepatuhan pasien, dimana menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap rekomendasi dan perawatan dari pemberi pelayanan kesehatan adalah


(69)

maka akan berdampak pada berbagai aspek perawatan pasien, yaitu termasuk konsistensi kunjungan, regimen pengobatan serta pembatasan makanan dan cairan. Kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam pengendalian diabetes melitus. Penderita diabetes melitus harus bisa mengatur pola makannya sesuai dengan prinsip diet diabetes melitus yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, karena dengan mengatur pola makan pasien bisa mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol (Indarwati, Riskiana, Rusmariana & Hartanti 2012).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sulistyarini & Susanti (2013) berdasarkan hasil yang didapat bahwa dari 25 responden sebagian besar patuh terhadap diet diabetes melitus yaitu sebanyak 20 responden (80%) dan 5 responden tidak patuh atau 20 %. Secara teori, kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.

Keberhasilan suatu pengobatan baik secara primer maupun skunder, sangat dipengaruhi oleh kepatuhan penderita diabetes melitus untuk menjaga kesehatannya. Dengan kepatuhan yang baik, pengobatan secara primer maupun sekunder dapat terlaksana secara optimal dan kualitas kesehatan bisa tetap dirasakan. Sebabnya apabila penderita diabetes melitus tidak mempunyai kesadaran diri untuk bersikap patuh maka hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan yang berakibat pada menurunya kesehatan. Bahkan akibat ketidakpatuhan dalam menjaga kesehatan, dapat berdampak pada


(1)

ql36

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 37 84.1 84.1 84.1

50.00 1 2.3 2.3 86.4

100.00 6 13.6 13.6 100.0

Total 44 100.0 100.0

Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

SKORQL .148 44 .017 .902 44 .001

SKORKD .074 44 .200* .972 44 .356

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Analisa Data Korelasi

Nonparametric Correlations

[DataSet0]

Correlations

SKORQL SKORKD Spearman's rho SKORQL Correlation Coefficient 1.000 .405**

Sig. (2-tailed) . .006

N 44 44

SKORKD Correlation Coefficient .405** 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .


(2)

Correlations

SKORQL SKORKD Spearman's rho SKORQL Correlation Coefficient 1.000 .405**

Sig. (2-tailed) . .006

N 44 44

SKORKD Correlation Coefficient .405** 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .

N 44 44

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Data Kuesioner Reliabilitas

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.925 45

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 2031.6000 580688.869 .200 .925

P2 2031.9333 580680.133 .192 .925

P3 2032.3667 581018.309 -.002 .925

P4 2032.8000 581076.855 -.035 .925

P5 2032.0000 581078.483 -.038 .925

P6 2031.5333 580608.464 .366 .925

P7 2032.1667 580796.557 .125 .925


(3)

QL1 2010.6667 554687.195 .617 .922

QL2 1989.8333 553655.730 .429 .923

QL3 2000.6667 535538.920 .642 .921

QL4 1975.6667 531361.333 .685 .920

QL5 1962.3333 536461.333 .716 .920

QL6 1980.6667 529797.540 .713 .920

QL7 1977.3333 531321.678 .695 .920

QL8 1975.6667 539795.816 .612 .921

QL9 1974.0000 531146.966 .741 .920

QL10 1974.0000 531146.966 .741 .920

QL11 1972.3333 530788.920 .774 .919

QL12 1952.3333 568957.885 .184 .926

QL13 2007.3333 536176.851 .650 .921

QL14 2007.3333 536176.851 .650 .921

QL15 2007.3333 536176.851 .650 .921

QL16 2007.3333 536176.851 .650 .921

QL17 1974.0000 569795.241 .116 .928

QL18 1977.3333 565707.885 .168 .927

QL19 1977.3333 565707.885 .168 .927

QL20 1952.5000 564446.534 .304 .924

QL21 1972.6667 559267.885 .575 .922

QL22 1967.8333 542401.247 .689 .921

QL23 1973.3333 553993.402 .521 .922

QL24 1944.6667 573007.195 .225 .925

QL25 1950.0000 567319.379 .443 .924

QL26 1972.6667 555605.816 .574 .922

QL27 2003.3333 548913.402 .579 .922

QL28 1964.0000 563189.724 .480 .923

QL29 1982.0000 565329.034 .312 .924

QL30 1978.0000 556049.034 .515 .923

QL31 1980.0000 566602.138 .313 .924

QL32 1951.5000 551986.190 .584 .922

QL33 1974.8333 538917.799 .559 .922

QL34 1989.0000 543962.483 .471 .923

QL35 1934.0000 581015.931 .000 .925


(4)

(5)

(6)

Lampiran 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Diana Novita Sari

Tempat/Tanggal Lahir

: Sukaraya, 5 Juli 1993

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Sukaraya Lr.Perjuangan Kec.Pancur Batu

Riwayat Pendidikan

: 1. SDN 105307

2. SMPN 3 Pancur Batu 2005-2008

3. SMA Swasta YAPIM Sei Gelugur 2008-2011

4. Fakultas Keperawatan USU 2011 sampai sekarang

Email : diananovita_sari60@yahoo.com