Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DISPEPSIA
2.1.1 DEFINISI
Dalam konsensus Roma II tahun 2000, disepakati bahwa definisi dispepsia
sebagai berikut; Dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper
abdomen. Formulasi keluhan nyeri atau tidak nyaman, menjadi suatu yang relatif,
terlebih lagi bila diekspresikan dalam Bahasa yang berbeda. Jadi disini diperlukan
sekali komunikasi yang baik dalam anamnesis sehingga seorang dokter dapat
menangkap apa yang dirasakan pasien dan mempunyai persepsi yang relatif sama
(Dharmika, 2009).
Jadi disini ada batasan waktu yang ditunjukkan untuk meminimalisasikan
kemungkinan adanya penyebab organik. Seperti dalam algoritme penanganan
dispepsia, bahwa bila ada alarm symptoms seperti penurunan berat badan,
timbulnya anemia, melena, muntah yang prominen, maka merupakan petunjuk
awal kemungkinan adanya penyebab organik yang membutuhkan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnostik secara lebih intensif seperti endoskopi
dan sebagainya (Dharmika, 2009).
Sebelum era konsensus Roma II, ada dispepsia tipe refluks dalam alur
penanganan dispepsia. Tapi saat ini kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti
adanya heartburn atau regurgitasi, langsung dimasukkan dalam alur/algoritme

penyakit gastroesophageal reflux disease. Hal ini disebabkan oleh sensitivitas dan
spesivitas keluhan itu yang tinggi untuk adanya proses refluks gastroesofageal
(El-Sayed, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 KLASIFIKASI
Menurut Sujono (2002), sindroma dispepsi ini biasanya diderita sudah
beberapa minggu atau bulan, yang sifatnya hilang timbul atau terus menerus.
Karena banyaknya penyebab yang menimbulkan kumpulan gejala tersebut, maka
sindroma dispepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :




Dispepsi organik
Dispepsi non-organik atau dispepsi fungsional yang masing-masing akan
dibahas lebih lanjut.

1. Dispepsi Organik

Dispepsi organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak
ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah dispepsi organik baru dapat
dipakai bila penyebabnya sudah jelas.
Yang dapat digolongkan dispepsi organik, yaitu :




Dispepsi tukak (ulcer-like dyspepsia)



Dispepsia bukan tukak



Penyakit saluran empedu




Pankreatis



Refluks gastroesofageal



Karsinoma (lambung,kolon,pancreas)



Sindroma malabsorpsi



hiperparatiroid,imbalans elektrolit)

Beberapa penyakit metabolism (diabetes melitus, hiper dan hipotiroid,


Penyakit lain misalnya; penyakit jantung iskemik, penyakit vaskuler
kolagen.

Universitas Sumatera Utara

Dari dispepsia organik tersebut di atas, masing-masing penyebab


mempunyai kekhususan sendiri, yang akan dibahas secara sepintas.
Dispepsi tukak : Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri
di ulu hati. Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya
dengan makanan, pada tengah malam sering terbangun karena nyeri atau
pedih di ulu hati. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi
dapat menentukan adanya tukak di lambung atau di duodenum.



Dispepsi bukan tukak : Mempunyai keluhan yang mirip dengan dispepsi
tukak. Biasa ditemukan pada gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan
endoskopi tidak ditemukan tanda-tanda tukak.




Refluks gastroesofageal : Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal,
yaitu rasa panas di dada dan regugitasi masam, terutama setelah makan.
Bila seseorang mempunyai keluhan tersebut di atas disertai keluhan
sindroma dispepsi lainnya maka dapat disebut dispepsi refluks
gastroesofageal.



Penyakit saluran empedu : Sindroma dispepsi ini biasa ditemukan pada
penyakit saluran empedu. Rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau di
ulu hati yang mejalar ke punggung dan bahu kanan.



Karsinoma : Karsinoma dari saluran makan (esofagus, lambung,
pankreas, kolon) sering menimbulkan keluhan sindroma dispepsi. Keluhan
yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut, keluhan bertambah

berkaitan dengan makanan, anoreksia dan berat badan menurun.



Pankreatitis : Rasa nyeri timbulnya mendadak, yang menjalar ke
punggung, perut dirasa makin tegang dan kembung. Di samping itu,
keluhan lain dari sindroma dispepsi juga ada.

Universitas Sumatera Utara



Dispepsia pada sindroma malabsorpsi : Pada penderita ini di samping
mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus,
kembung, keluhan utama lainnya yang mencolok ialah timbulnya diare
profus yang berlendir.



Dispepsia akibat obat-obatan : Banyak macam obat yang dapat

menimbulkan rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati tanpa atau
disertai rasa mual, dan muntah, misalnya obat golongan NSAID (non
steroidal anti-inflammatory drugs), teofilin, digitalis, antibiotic oral
terutama ampisilin dan eritromisin, alcohol, dan lain-lain. Oleh karena itu,
perlu ditanyakan macam obat yang dimakan sebelum timbulnya keluhan
dispepsia.



Gangguan metabolism : Diabetes melitus dengan neuropati sering timbul
komplikasi pengosongan lambung yang lambat, sehingga timbul keluhan
nausea,

vomitus,

sedangkan

hipotiroid

menyebabkan


timbulnya

hipomotilitas lambung. Hipertiroid mungkin menimbulkan keluhan rasa
nyeri di perut dan vomitus, sedangkan hipotiroid menyebabkan timbulnya
hipomotilitas lambung. Hiperparatiroid mungkin disertai rasa nyeri di
perut, nausea, vomitus dan anoreksia.


Penyakit lain : Penyakit jantung iskemik, sering memberi keluhan perut
kembung, perasaan lekas kenyang. Penderita infark miokard dinding
inferior juga sering memberi keluhan rasa sakit perut di atas, mual,
kembung,

kadang-kadang

penderita

angina


mempunyai

keluhan

menyerupai refluks gastroesofageal. Penyakit vascular kolagen, terutama
pada sklerodema di lambung atau usus halus akan sering memberi keluhan
sindroma dispepsia. Rasa nyeri perut sering ditemukan pada penderita SLE
terutama yang banyak makan kortikosteroid (Sujono, 2002).

Universitas Sumatera Utara

2. Dispepsia fungsional
Dispepsia fungsional atau dispepsia non-organik, merupakan dispepsia
yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran
makanan yaitu Dispepsia dismotilitas (dysmotility like dyspepsia).
Pada dispepsi dismotilitas umumnya terjadi gangguan motilitas, di
antaranya adalah waktu pengosongan lambung lambat, abnormalitas mioelektrik
lambung, refluks gastroduodenal. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya
sensitif terhadap produksi asam lambung, yaitu terdapat kenaikan asam lambung
(Sujono, 2002).

Kelainan psikis, stress, dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan
dispepsia fungsional. Hal ini dapat dijelaskan kembali faal saluran cerna pada
proses pencernaan yang ada pengaruhnya dari nervus vagus. Nervus vagus tidak
hanya merangsang sel parietal secara langsung, tetapi memungkinnya efek dari
antral gastrin dan rangsangan lain dari sel parietal. Dengan melihat, mencium bau
atau membayangkan sesuatu makanan sahaja sudah terbentuk asam lambung yang
banyak mengandungi HCl dan pepsin. Hal ini terjadi secara reflektoris oleh
karena pengaruh nervus vagus (Sujono, 2002).

2.1.3 Gejala klinis
Keluhan yang sering diajukan pada sindroma dispepsi adalah :




Nyeri perut (abdominal discomfort)



Rasa pedih di ulu hati




Nafsu makan berkurang



Perut kembung



Regurgitasi



Mual, kadang-kadang sampai muntah



Rasa lekas kenyang



Rasa panas di dada dan perut

Banyak mengeluarkan gas masam dari mulut (ruktus) (Sujono, 2002)

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Patofisiologi Dispepsia
Menurut Kenneth (1996), dispepsia mungkin timbul dari sejumlah
gangguan organik intrinsik dan ekstrinsik pada saluran pencernaan luminal.

A. Pengobatan: Sejumlah obat dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dan
tidak boleh diabaikan.

B. Faktor makanan: Terdapat sejumlah makanan yang dilaporakan oleh pasien
yang dapat merangsang dispepsia. Terutamanya tomat, makanan pedas, makanan
berlemak, dan kopi. Mekanisme yang makanan dapat menyebabkan dispepsia
termasuk distensi abdomen, delayed gastric emptying (cholecystokinin-induced),
iritasi mukosa langsung, dan provokasi dari gastroesophageal reflux. Intoleransi
laktosa sangat umum terutama di kelompok etnis dan ras tertentu. Pasien yang
tidak toleran laktosa sering mengeluh hanya ketidaknyamanan perut dengan
asupan laktosa sederhana. Namun, dengan konsumsi laktosa yang besar, bisa
terjadi perut kembung (flatulence), distensi abdominal dan diare.

C. Disfungsi saluran gastrointetsinal luminal : Sejumlah gangguan organik dan
fungsional dari saluran pencernaan bagian atas dapat menyebabkan dispepsia.
1. Penyakit ulkus peptikum
2. Neoplasma lambung
3. Gatroesophageal reflux disease
4. Gangguan usus lain
5. Pancreaticobiliary disorders
6. Kondisi sistemik
7.

Non ulkus dispepsia

Universitas Sumatera Utara

2.2 Diabetes melitus tipe 2
2.2.1 Definisi
Menurut Stephanie dan Andrew (2010), menurut Asosiasi Diabetes Amerika
(ADA), Diabetes adalah masalah dengan tubuh yang menyebabkan kadar glukosa
darah (gula) meningkat lebih tinggi dari biasanya. Ini juga disebut hiperglikemia.
Diabetes tipe 2 adalah bentuk paling umum dari diabetes.

subjek dapat

diklasifikasikan sebagai normal, gangguan dan glukosa puasa, atau diabetes,
berdasarkan nilai-nilai glukosa darah mereka. Untuk diabetes tipe 2, tubuh tidak
menggunakan insulin dengan benar. Hal ini disebut resistensi insulin. Pada
awalnya, pankreas membuat insulin ekstra untuk menanganinya. Tapi, seiring
waktu pancreas tidak mampu mengimbangi dan tidak dapat membuat cukup
insulin untuk menjaga glukosa darah pada tingkat normal. Berdasarkan tahun
2003 pedoman ADA, normal didefinisikan sebagai konsentrasi glukosa puasa

Dokumen yang terkait

Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Pirngadi Medan

16 149 122

Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Pirngadi, Medan

11 122 139

Peran Konseling Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari Analisis Biaya Terapi di RSUD dr. Djoelham Binjai

1 40 104

Tinjauan Pola Makan pada Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RSU. Dr.Pirngadi Medan Tahun 2010

1 61 74

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

6 33 61

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 12

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 2

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 4

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 3

Kejadian Dispepsia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Berkunjung Ke Poliklinik Endokrin RSUD. DR. Pirngadi Medan Pada Bulan September Hingga November 2014

0 0 16