Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil terhadap Belanja daerah dengan Pembiayaan daerah sebagai variable moderating
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1
Pendapatan daerah yaitu meliputi semua penerimaan uang melalui kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
2
Belanja Daerah yaitu meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satun tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh Daerah
3
Pembiayaan Daerah yaitu meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
2.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Perda sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pasal 1, ayat 18).
Adapun yang termasuk sumber-sumber pendapatan daerah menurut Peraturan
Pemerintah No.58 tahun 2005 yaitu :
a. Pajak Daerah,
b. Retribusi Daerah, dan
Universitas Sumatera Utara
c. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang terdiri dari :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan
c) Jasa giro
d) Pendapatan bunga
e) Tuntutan ganti rugi
f) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
g) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
Kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera
Utara sangat dituntut melalui peningkatan pendapatan asli daerah. Jika pendapatan
asli daerah naik maka dapat dikatakan kinerja keuangan pemerintah kabupaten
dan kota tersebut naik (meningkat). Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah tersebut terhadap total penerimaan
daerah :
a. Adanya sumber pendapatan potensial yang digali dari suatu daerah propinsi,
tetapi masih berada di wewenang Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
b. Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum beroperasi secara efisien
yang tercermin pada laba bersih yang dihasilkan.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat membayar pajak, retribusi, dan pungutan
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Masalah peraturan-peraturan pendapatan asli daerah yang perlu disesuaikan
dan disempurnakan lagi.
e. Rendahnya tingkat dan ekonomi masyarakat yang biasanya hal ini tercermin
dalam pendapatan masyarakat.
Kemandirian pemerintah dalam membiayai daerahnya dapat diukur dari
besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pembelanjaan daerah
kenyataannya semua daerah otonom masih menerima dana dari pusat baik dana
alokasi umum maupun dana alokasi khusus yang diperuntukkan untuk membiayai
pembangunan daerah. Dengan melihat kenyataan ini perlu upaya maksimal atau
kinerja pemerintah ditingkatkan untuk peningkatan pendapatan asli daerah
Kabupaten dan Kota.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah merupakan
semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), penerimaan
Iain-lain yang sah dan bukan dari pajak.
2.1.2. Dana Perimbangan
2.1.2.1. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
Anggaran Pendapatan dan Bekanja Negara yang dilaokasikan untuk Provinsi dan
kabupaten/kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah
guna
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
Desentralisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2005 besaran
keseluruhan Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan dalam negeri neto. Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari
dana alokasi umum akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh
sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang
menjadi tanggungjawabnya.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan
dana alokasi umum
oleh suatu Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) di
alokasikan atas dasar celah fiskal (Fiscal Gap) dan alokasi dasar. Celah fiskal
adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (fiscal capacity),
sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil
daerah. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, distribusi dana alokasi umum
kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil
dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif
kecil akan memperoleh dana alokasi umum yang relatif besar. Dengan konsep ini
sebenarnya daerah yang fiscal capacitynya lebih besar dari fiscal needs hitungan
dana alokasi umumnya akan negatif.
Kebutuhan Daerah paling sedikit dicerminkan dari variabel jumlah
penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat
dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin. Sementara potensi ekonomi
daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri,
potensi Sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, dan PDRB.
Menghindari
kemungkinan
penurunan
kemampuan
daerah
dalam
membiayai beban pengeluaran yang sudah menjadi tanggungjawabnya, maka
perhitungan dana alokasi umum disamping menggunakan formula fiscal Gap
Universitas Sumatera Utara
juga menggunakan faktor Penyeimbang. Dengan adanya faktor Penyeimbang,
alokasi dana alokasi umum kepada Daerah ditentukan dengan perhitungan
formula Fiscal Gap dan faktor Penyeimbang. Keberadaan Dana Penyeimbang
juga dimaksudkan untuk menambah penerimaan dana alokasi umum Provinsi,
dimana dengan 10% dari total dana alokasi umum
secara nasional untuk
penerimaan dana alokasi umum Provinsi dirasa masih kurang dibandingkan
dengan kebutuhan dana alokasi umum seluruh Provinsi.
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Darwanto dan Yustikasari, 2007).
Lebih lanjut menurut Darwanto dan Yustikasari (2007) hal tersebut menunjukkan
terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana
ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau
untuk keperluan lain yang tidak penting.
2.1.2.2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pada hakikatnya pengertian dana alokasi khusus adalah dana yang berasal
dari Aanggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus. Pengalokasian dana alokasi
khusus ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Dana
alokasi khusus disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum
negara ke rekening kas umum daerah.
Universitas Sumatera Utara
Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara kepada daerah tertentu
dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi yaitu : (i) mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan pemerinta atas dasar prioritas nasional (ii) mendanai
kegiatan khusus yang ditentukan daerah tertentu.
Implementasi konsep dana alokasi khusus di Indonesia mencakup pula
alokasi dana untuk kegiatan penghijauan dan reboisasi, dimana pembiayaannya
berasal dari penerimaan Dana Reboisasi (DR) dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diberikan 40% kepada daerah penghasil. Pembiayaan dari
dana alokasi khusus-dana reboisasi sejalan dengan keinginan pemerintah untuk
melibatkan Pemerintah Daerah penghasil dana reboisasi dalam kegiatan
penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Daerahnya, dimana kegiatan tersebut
merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas nasional.
Dana alokasi khusus digunakan sepenuhnya sebagai belanja modal oleh
pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk menyediakan aset
tetap. Menurut Abdullah dan Halim (2004) aset tetap yang dimiliki dari
penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan
pelayanan publik oleh pemda. Lebih lanjut Abdullah dan Halim (2006)
menjelaskan bahwa biasanya setiap tahun pemda melakukan pengadaan aset tetap
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
jangka panjang secara finansial.
Menurut Abimanyu (2005) yang dikutip oleh Harianto dan Adi (2007)
infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara aman dan nyaman yang
akan berpengaruh pada tingkat produktifitasnya yang semakin meningkat dan
dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka
usaha di daerah tersebut.
Transfer pemerintah pusat ke pemda diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Meskipun demikian, menurut Ndadari dan Adi (2008)
bahwa dapat juga terjadi keganjilan dimana terjadi flypaper effect yaitu saat pemda
mendapat transfer dari pemerintah pusat justru pendapatan masyarakat tidak
meningkat karena transfer tersebut digunakan sepenuhnya untuk kegiatan belanja
pemerintah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD. Menurut Maimunah
(2006) seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk
digunakan secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, selain itu kebijakan penggunaan dana tersebut harus
transparan dan akuntabel.
2.1.2.3. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut PP No. 55 Tahun 2005
tetang dana perimbangan, dana bagi hasil bersumber dari :
1. Pajak, DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas :
1. Pajak Bumi bangunan (PBB). Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan
proporsi 90% untuk daerah dan 10% untuk pemerintah pusat. Dari 90%
bagian daerah tersebut akan dibagi menjadi 16,2% untuk provinsi
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan, 64,8% untuk kabupaten / kota yang bersangkuan, dan 9%
untuk biaya pemungutan. Dari 10% bagian pemerintah pusat seluruhnya
dialokasikan kepada seluruh kabupaten dan kota dengan perincian :
(i) 6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota,
(ii) 3,5% dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten dan / kota yang
realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun
sebelumnya mencapai atau melampaui target yang ditetapkan.
2. Bea pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Penerimaan
negara dari BPHTB dibagi denagan alokasi 20% untuk pemerintah pusat
dan 80% untuk daerah. Dari bagian pemerintah pusat sebesar 20%
tersebut, akan dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten dan kota. Dari bagian daerah sebesar 80% tersebut, dibagi
dengan perincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan, dan 64% untuk
kabupaten / kota yang bersangkutan.
3. Pajak penghasilan Wajib pajak Orang pribadi dalam Negeri (PPh
WPOPDN) dan pajak penghasilan pasal 21 (PPh pasal 21). DBh yang
berasal dari PPh WPOPDN dan Pph 21 dibagi dengan porsi 80% untuk
pemerintah pusat, dan 20% untuk pemerintah daerah. Dari 20% bagian
daerah tersbut akan dialokasikan untuk provinsi yang bersangkutan
sebesar 8% dan untuk kabupaten/kota sebesar 12%. Dari 12% bagian
kabupaten/kota tersebut dibagikan dengan perincian : 8,4% untuk
kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar, dan 3,6% dibagi untuk
seluruh kabupaten / kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian
yang sama besar.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber daya alam (SDA).
Jenis-jenis penerimaan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya
alam adalah sebagai berikut :
1. Kehutanan, berasal dari:
a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) dengan alokasi 20% untuk
pemerintah pusat dan 20% untuk daerah. Dari 80% agian daerah 16%
untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten / kota
penghsil.
b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dengan alokasi 20% untuk emerintah
pusat dan 80% untk daerah. Dari 80% bagian daerah dilaokasikan untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 16%, ntuk kbupaten/kota penghasil
sebesar 32%, dan sisanya sebesar 32% dibagikan merata untuk
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi.
c. Dana Reboisasi dengan alokasi 60% untuk pemerintah pusat dan 40%
untuk kabupaten/kota penghasil dan dana tersebut digunakan untuk
mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
2. Pertambangan Umum, berasal dari:
a. Iuran Tetap (Landrent), dengan alokasi 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk daerah. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagika untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 16% dan sisanya sebesar 64% untuk
kabupaten/kota penghasil.
b. Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (royalty).
Iuran eksplorasi dan Eksploitasi yang berasal dari wilayah kabupaten/kota
dialokasikan untuk pemerintah pusat sebesar 20% dan daerah sebesar
Universitas Sumatera Utara
80%. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten/kota penghasil sebesar 32%,
dan sisanya sebesar 32% dibagikan secara merata untuk kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
Iuran eksplorasi dan Eksploitasi yang berasal dari wilayah provinsi
dialokasikan untuk pemerintah pusat sebesar 20% dan daerah sebesar
80%. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 26%, dan sisanya sebesar 54% dibagikan secara
merata untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
3. Perikanan, berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil
Perikanan dialokasikan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah
dan dibagikan dengan porsi sama besar untuk seluruh kabupaten/kota
4. Pertambangan Minyak bumi. Penerimaan Negara dari pertambangan minyak
bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 84,5% dan sisanya sebesar
15,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 15,5% tersebut dibagi : (i)
sebesar 15% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 3%, untuk
kabupaten/kota penghasil sebesar 6% dan sisanya sebesar 6% dibagikan secara
merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar
0,5% yang diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi
untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 0,1%, untuk kabupaten/kota
penghasil sebesar 0,2% dan sisanya sebesar 0,2% dibagikan secara merata
untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. Penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Negara dari pertambangan minyak bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari
wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 84,5% dan
sisanya sebesar 15,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 15,5%
tersebut dibagi : (i) sebesar 15% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan
sebesar 5%, dan sisanya sebesar 15% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang
diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 0,17%, dan sisanya sebesar 0,33%
dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi
bersangkutan.
5. Pertambangan Gas bumi. Penerimaan Negara dari pertambangan gas bumi
dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan
setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dialokasikan kepada
pemerintah pusat sebesar 69,5% dan sisanya sebesar 30,5% untuk daerah. Dari
bagian daerah sebesar 30,5% tersebut dibagi : (i) sebesar 30% dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 6%, untuk kabupaten/kota penghasil
sebesar 12% dan sisanya sebesar 12% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang
diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 0,1%, untuk kabupaten/kota penghasil
sebesar 0,2% dan sisanya sebesar 0,2% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. Penerimaan Negara dari
pertambangan gas bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah provinsi
Universitas Sumatera Utara
yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 69,5% dan sisanya sebesar
30,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 30,5% tersebut dibagi : (i)
sebesar 30% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 10%, dan
sisanya sebesar 20% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang diperuntukkan untuk
menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 0,17%, dan sisanya sebesar 0,33% dibagikan secara
merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan.
6. Pertambangan Panas Bumi, berasal dari Setoran Bagian Pemerintah dan iuran
Tetap dan iuran produksi. Penerimaan Negara dari setoran bagian pemerintah
serta
iuran tetap dan iuran produksi dalam bentuk dana bagi hasil
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 20% dan sebesar 80% untuk
daerah. Dari bagian daerah sebesar 80% tersebut dibagi untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten/kota penghasil sebesar 32% dan
sisanya sebesar 32% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten kota
dalam provinsi bersangkutan.
2.1.3. Pembiayaan Daerah
Menurut PP No. 58 tahun 2005, Pembiayaan Daerah adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup :
a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
Universitas Sumatera Utara
b) Pencairan dana cadangan;
c) Hasil penyualan kekayaan daerah yang dipisahkan
d) Penerimaan pinjaman; dan
e) Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan yang diatur dalam PP No. 58 tahun 2005
meliputi:
a) pembentukan dana cadangan;
b) penyertaan modal pemerintah daerah;
c) pembayaran pokok utang; dan
d) pemberian pinjaman
Jumlah selisih penerimaan Pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
(Pembiayaan neto) harus dapat menutupi defisit anggaran.
2.1.4. Belanja Daerah
Menurut PP No. 5 tahun 2006, belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
atau kabupaten / kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Yang dimaksud
belanja penyelenggaraan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan dapat dibagi 2 yaitu :
1. Klasifikasi belanja urusan wajib yang mencakup :
a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Pekerjaan umum
d. Perumahan rakyat
e. Penataan ruang
f. Perencanaan pembangunan
g. Perhubungan
h. Lingkungan hidup
i. Pertanahan
j. Kependudukan dan catatan sipil
k. Pemberdayaan perempuan
l. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
m. Sosial
n. Tenaga kerja
o. Koperasi dan usaha kecil dan menengah
p. Penanaman modal
q. Kebudayaan
r. Pemuda dan olahraga
s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
t. Pemerintahan umum
u. Kepegawaian
v. Pemberdayaan masyarakat dan desa
Universitas Sumatera Utara
w. Arsip
x. Komunikasi dan informatika
2. Klasifikasi belanja urusan pilihan yang mencakup :
a. Pertanian
b. Kehutanan
c. Energi dan sumber daya mineral
d. Pariwisata
e. Kelautan dan perikanan
f. Perdagangan
g. Perindustrian
h. Transmigrasi.
Belanja daerah jika diklasifikasikan menurut fungsinya yang digunakan
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari
:
1. Pelayanan umum
2. Ketertiban dan ketentraman
3. Ekonomi
4. Lingkungan hidup
5. Perumahan dan fasilitas umum
6. Kesehatan
7. Pariwisata dan budaya
8. Pendidikan dan
9. Perlindungan sosial
10.
Universitas Sumatera Utara
Belanja daerah jika dirinci menurut urusan pemerintahan daerah dapat
diklasifikasIkan :
1. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pada masing-masing pemerintah daerah
2. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
3. Klasifikasi belanja menurut kelompok belanja terdiri dari :
a. Belanja tidak langsung yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program kegiatan terdiri dari belanja pegawai yang
langsung berhubungan dalam pelaksanaan pogram dan kegiatan, belanja
barang dan jasa, belanja modal.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tinjauan atas penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan Belanja Daerah :
a. Panggabean (2009) meneliti mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Samosir untuk tahun 2000-2007.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil analisis
membuktikan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain pendapatan
daerah yang sah berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun
Universitas Sumatera Utara
simultan yang dinyatakan dalam koefisien determinasi sebesar 78,5%, yang
artinya Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebesar 78,55% sedangkan
sisanya 21,5% dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Rahmawati (2010) menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap alokasi Belanja Daerah di Kabupaten /
Kota Jawa Tengah untuk tahun 2007-2009. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap alokasi Belanja Daerah. Dan tingkat ketergantungan alokasi
belanja daerah lebih dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dibanding Dana Alokasi Umum (DAU).
c. Rudiati (2009) meneliti Pengaruh Kemampuan Keuangan Daerah terhadap
Belanja Langsung di Kanupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada Retribusi Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung
Daerah. Sementara Pajak Daerah dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung Daerah.
d. Setiawan (2010) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (studi kasus pada
Propinsi Jawa Tengah) untuk tahun 2005-2007. Metode analisa data yang
digunakan adalah Analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji F test antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Asli Daerah secara bersama-sama terhadap belanja daerah menunjukkan bahwa
nilai hitung (539,614) > F tabel (3,09) pada tingkat signifikansi sebesar 0,000
di bawah tingkat signifikansi 0,005, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Daerah.
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
No
Peneliti
Judul
Pengaruh PAD
1 H.E.H
Panggabean terhadap Belanja
daerah di Kabupaten
Samosir
2 Nur Indah
Rahmawati
3 Rudiati
4 Amir
setiawan
Tahun
Variabel
2009 X1=Pajak Daerah,
X2=Reribusi daerah,
X3=Lain-lain PAD
yang sah.
Y= Belanja Daerah
2010 X1 = PAD,
X2 = DAU,
y = Belanja daerah
Pengaruh PAD dan
DAU terhadap
alokasi belanja
Daerah di Kabupaten
/ Kota Jawa Tengah
pengaruh kemampuan 2009 X1= Pajak Daerah,
keuangan daerah
X2= Retribusi daerah,
terhadap Belanja
X3= Bagian Laba
langsung di
BUMD,
Kabupaten / Kota
X4= lain-lain PAD,
Propinsi Sumut
y= Belanja langsung
daerah
Pengaruh DAU dan 2010 X1 = DAU,
PAD terhadap
X2 = PAD,
Belanja Daerah di
y = Belanja daerah
Propinsi Jawa tengah
Hasil
Pajak daerah, Retribusi daerah, dan
lain-lain PAD yang sah berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap
belanja daerah
PAD, dan DAU memiliki pengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Namun PAD lebih berpengaruh
dibanding DAU
Retribusi daerah dan lain-lain PAD
memiliki pengaruh signifikan terhadap
Belanja langsung Daerah. Dan
Pajak daerah dan Bagian Laba
BUMD tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Belanja langsung
daerah
PAD, dan DAU memeiliki pengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1
Pendapatan daerah yaitu meliputi semua penerimaan uang melalui kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah
dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
2
Belanja Daerah yaitu meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satun tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh Daerah
3
Pembiayaan Daerah yaitu meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
2.1.1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Perda sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pasal 1, ayat 18).
Adapun yang termasuk sumber-sumber pendapatan daerah menurut Peraturan
Pemerintah No.58 tahun 2005 yaitu :
a. Pajak Daerah,
b. Retribusi Daerah, dan
Universitas Sumatera Utara
c. Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang terdiri dari :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan
c) Jasa giro
d) Pendapatan bunga
e) Tuntutan ganti rugi
f) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
g) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
Kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera
Utara sangat dituntut melalui peningkatan pendapatan asli daerah. Jika pendapatan
asli daerah naik maka dapat dikatakan kinerja keuangan pemerintah kabupaten
dan kota tersebut naik (meningkat). Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecilnya kontribusi pendapatan asli daerah tersebut terhadap total penerimaan
daerah :
a. Adanya sumber pendapatan potensial yang digali dari suatu daerah propinsi,
tetapi masih berada di wewenang Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
b. Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum beroperasi secara efisien
yang tercermin pada laba bersih yang dihasilkan.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat membayar pajak, retribusi, dan pungutan
lainnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Masalah peraturan-peraturan pendapatan asli daerah yang perlu disesuaikan
dan disempurnakan lagi.
e. Rendahnya tingkat dan ekonomi masyarakat yang biasanya hal ini tercermin
dalam pendapatan masyarakat.
Kemandirian pemerintah dalam membiayai daerahnya dapat diukur dari
besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pembelanjaan daerah
kenyataannya semua daerah otonom masih menerima dana dari pusat baik dana
alokasi umum maupun dana alokasi khusus yang diperuntukkan untuk membiayai
pembangunan daerah. Dengan melihat kenyataan ini perlu upaya maksimal atau
kinerja pemerintah ditingkatkan untuk peningkatan pendapatan asli daerah
Kabupaten dan Kota.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan asli daerah merupakan
semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), penerimaan
Iain-lain yang sah dan bukan dari pajak.
2.1.2. Dana Perimbangan
2.1.2.1. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
Anggaran Pendapatan dan Bekanja Negara yang dilaokasikan untuk Provinsi dan
kabupaten/kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah
guna
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
Desentralisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2005 besaran
keseluruhan Dana alokasi umum ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan dalam negeri neto. Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari
dana alokasi umum akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh
sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang
menjadi tanggungjawabnya.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan
dana alokasi umum
oleh suatu Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) di
alokasikan atas dasar celah fiskal (Fiscal Gap) dan alokasi dasar. Celah fiskal
adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah (fiscal capacity),
sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil
daerah. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, distribusi dana alokasi umum
kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil
dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif
kecil akan memperoleh dana alokasi umum yang relatif besar. Dengan konsep ini
sebenarnya daerah yang fiscal capacitynya lebih besar dari fiscal needs hitungan
dana alokasi umumnya akan negatif.
Kebutuhan Daerah paling sedikit dicerminkan dari variabel jumlah
penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat
dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin. Sementara potensi ekonomi
daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri,
potensi Sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, dan PDRB.
Menghindari
kemungkinan
penurunan
kemampuan
daerah
dalam
membiayai beban pengeluaran yang sudah menjadi tanggungjawabnya, maka
perhitungan dana alokasi umum disamping menggunakan formula fiscal Gap
Universitas Sumatera Utara
juga menggunakan faktor Penyeimbang. Dengan adanya faktor Penyeimbang,
alokasi dana alokasi umum kepada Daerah ditentukan dengan perhitungan
formula Fiscal Gap dan faktor Penyeimbang. Keberadaan Dana Penyeimbang
juga dimaksudkan untuk menambah penerimaan dana alokasi umum Provinsi,
dimana dengan 10% dari total dana alokasi umum
secara nasional untuk
penerimaan dana alokasi umum Provinsi dirasa masih kurang dibandingkan
dengan kebutuhan dana alokasi umum seluruh Provinsi.
Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Darwanto dan Yustikasari, 2007).
Lebih lanjut menurut Darwanto dan Yustikasari (2007) hal tersebut menunjukkan
terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana
ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau
untuk keperluan lain yang tidak penting.
2.1.2.2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pada hakikatnya pengertian dana alokasi khusus adalah dana yang berasal
dari Aanggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus. Pengalokasian dana alokasi
khusus ditentukan dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Dana
alokasi khusus disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum
negara ke rekening kas umum daerah.
Universitas Sumatera Utara
Dana Alokasi Khusus (DAK) menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara kepada daerah tertentu
dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi yaitu : (i) mendanai kegiatan
khusus yang ditentukan pemerinta atas dasar prioritas nasional (ii) mendanai
kegiatan khusus yang ditentukan daerah tertentu.
Implementasi konsep dana alokasi khusus di Indonesia mencakup pula
alokasi dana untuk kegiatan penghijauan dan reboisasi, dimana pembiayaannya
berasal dari penerimaan Dana Reboisasi (DR) dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diberikan 40% kepada daerah penghasil. Pembiayaan dari
dana alokasi khusus-dana reboisasi sejalan dengan keinginan pemerintah untuk
melibatkan Pemerintah Daerah penghasil dana reboisasi dalam kegiatan
penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Daerahnya, dimana kegiatan tersebut
merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas nasional.
Dana alokasi khusus digunakan sepenuhnya sebagai belanja modal oleh
pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk menyediakan aset
tetap. Menurut Abdullah dan Halim (2004) aset tetap yang dimiliki dari
penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan
pelayanan publik oleh pemda. Lebih lanjut Abdullah dan Halim (2006)
menjelaskan bahwa biasanya setiap tahun pemda melakukan pengadaan aset tetap
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
jangka panjang secara finansial.
Menurut Abimanyu (2005) yang dikutip oleh Harianto dan Adi (2007)
infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara aman dan nyaman yang
akan berpengaruh pada tingkat produktifitasnya yang semakin meningkat dan
dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka
usaha di daerah tersebut.
Transfer pemerintah pusat ke pemda diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Meskipun demikian, menurut Ndadari dan Adi (2008)
bahwa dapat juga terjadi keganjilan dimana terjadi flypaper effect yaitu saat pemda
mendapat transfer dari pemerintah pusat justru pendapatan masyarakat tidak
meningkat karena transfer tersebut digunakan sepenuhnya untuk kegiatan belanja
pemerintah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD. Menurut Maimunah
(2006) seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk
digunakan secara efektif dan efisien oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, selain itu kebijakan penggunaan dana tersebut harus
transparan dan akuntabel.
2.1.2.3. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut PP No. 55 Tahun 2005
tetang dana perimbangan, dana bagi hasil bersumber dari :
1. Pajak, DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas :
1. Pajak Bumi bangunan (PBB). Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan
proporsi 90% untuk daerah dan 10% untuk pemerintah pusat. Dari 90%
bagian daerah tersebut akan dibagi menjadi 16,2% untuk provinsi
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan, 64,8% untuk kabupaten / kota yang bersangkuan, dan 9%
untuk biaya pemungutan. Dari 10% bagian pemerintah pusat seluruhnya
dialokasikan kepada seluruh kabupaten dan kota dengan perincian :
(i) 6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota,
(ii) 3,5% dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten dan / kota yang
realisasi penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun
sebelumnya mencapai atau melampaui target yang ditetapkan.
2. Bea pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Penerimaan
negara dari BPHTB dibagi denagan alokasi 20% untuk pemerintah pusat
dan 80% untuk daerah. Dari bagian pemerintah pusat sebesar 20%
tersebut, akan dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten dan kota. Dari bagian daerah sebesar 80% tersebut, dibagi
dengan perincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan, dan 64% untuk
kabupaten / kota yang bersangkutan.
3. Pajak penghasilan Wajib pajak Orang pribadi dalam Negeri (PPh
WPOPDN) dan pajak penghasilan pasal 21 (PPh pasal 21). DBh yang
berasal dari PPh WPOPDN dan Pph 21 dibagi dengan porsi 80% untuk
pemerintah pusat, dan 20% untuk pemerintah daerah. Dari 20% bagian
daerah tersbut akan dialokasikan untuk provinsi yang bersangkutan
sebesar 8% dan untuk kabupaten/kota sebesar 12%. Dari 12% bagian
kabupaten/kota tersebut dibagikan dengan perincian : 8,4% untuk
kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar, dan 3,6% dibagi untuk
seluruh kabupaten / kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian
yang sama besar.
Universitas Sumatera Utara
2. Sumber daya alam (SDA).
Jenis-jenis penerimaan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya
alam adalah sebagai berikut :
1. Kehutanan, berasal dari:
a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) dengan alokasi 20% untuk
pemerintah pusat dan 20% untuk daerah. Dari 80% agian daerah 16%
untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten / kota
penghsil.
b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dengan alokasi 20% untuk emerintah
pusat dan 80% untk daerah. Dari 80% bagian daerah dilaokasikan untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 16%, ntuk kbupaten/kota penghasil
sebesar 32%, dan sisanya sebesar 32% dibagikan merata untuk
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi.
c. Dana Reboisasi dengan alokasi 60% untuk pemerintah pusat dan 40%
untuk kabupaten/kota penghasil dan dana tersebut digunakan untuk
mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
2. Pertambangan Umum, berasal dari:
a. Iuran Tetap (Landrent), dengan alokasi 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk daerah. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagika untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 16% dan sisanya sebesar 64% untuk
kabupaten/kota penghasil.
b. Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (royalty).
Iuran eksplorasi dan Eksploitasi yang berasal dari wilayah kabupaten/kota
dialokasikan untuk pemerintah pusat sebesar 20% dan daerah sebesar
Universitas Sumatera Utara
80%. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten/kota penghasil sebesar 32%,
dan sisanya sebesar 32% dibagikan secara merata untuk kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
Iuran eksplorasi dan Eksploitasi yang berasal dari wilayah provinsi
dialokasikan untuk pemerintah pusat sebesar 20% dan daerah sebesar
80%. Dari 80% bagian daerah tersebut dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 26%, dan sisanya sebesar 54% dibagikan secara
merata untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
3. Perikanan, berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil
Perikanan dialokasikan 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah
dan dibagikan dengan porsi sama besar untuk seluruh kabupaten/kota
4. Pertambangan Minyak bumi. Penerimaan Negara dari pertambangan minyak
bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 84,5% dan sisanya sebesar
15,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 15,5% tersebut dibagi : (i)
sebesar 15% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 3%, untuk
kabupaten/kota penghasil sebesar 6% dan sisanya sebesar 6% dibagikan secara
merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar
0,5% yang diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi
untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 0,1%, untuk kabupaten/kota
penghasil sebesar 0,2% dan sisanya sebesar 0,2% dibagikan secara merata
untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. Penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Negara dari pertambangan minyak bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari
wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 84,5% dan
sisanya sebesar 15,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 15,5%
tersebut dibagi : (i) sebesar 15% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan
sebesar 5%, dan sisanya sebesar 15% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang
diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 0,17%, dan sisanya sebesar 0,33%
dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi
bersangkutan.
5. Pertambangan Gas bumi. Penerimaan Negara dari pertambangan gas bumi
dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan
setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya dialokasikan kepada
pemerintah pusat sebesar 69,5% dan sisanya sebesar 30,5% untuk daerah. Dari
bagian daerah sebesar 30,5% tersebut dibagi : (i) sebesar 30% dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 6%, untuk kabupaten/kota penghasil
sebesar 12% dan sisanya sebesar 12% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang
diperuntukkan untuk menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 0,1%, untuk kabupaten/kota penghasil
sebesar 0,2% dan sisanya sebesar 0,2% dibagikan secara merata untuk seluruh
kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan. Penerimaan Negara dari
pertambangan gas bumi dalam bentuk dana bagi hasil dari wilayah provinsi
Universitas Sumatera Utara
yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 69,5% dan sisanya sebesar
30,5% untuk daerah. Dari bagian daerah sebesar 30,5% tersebut dibagi : (i)
sebesar 30% dibagi untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 10%, dan
sisanya sebesar 20% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi bersangkutan. (ii) sebesar 0,5% yang diperuntukkan untuk
menambah anggaran pendidikan dasar dibagi untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 0,17%, dan sisanya sebesar 0,33% dibagikan secara
merata untuk seluruh kabupaten kota dalam provinsi bersangkutan.
6. Pertambangan Panas Bumi, berasal dari Setoran Bagian Pemerintah dan iuran
Tetap dan iuran produksi. Penerimaan Negara dari setoran bagian pemerintah
serta
iuran tetap dan iuran produksi dalam bentuk dana bagi hasil
dialokasikan kepada pemerintah pusat sebesar 20% dan sebesar 80% untuk
daerah. Dari bagian daerah sebesar 80% tersebut dibagi untuk provinsi yang
bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten/kota penghasil sebesar 32% dan
sisanya sebesar 32% dibagikan secara merata untuk seluruh kabupaten kota
dalam provinsi bersangkutan.
2.1.3. Pembiayaan Daerah
Menurut PP No. 58 tahun 2005, Pembiayaan Daerah adalah semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup :
a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
Universitas Sumatera Utara
b) Pencairan dana cadangan;
c) Hasil penyualan kekayaan daerah yang dipisahkan
d) Penerimaan pinjaman; dan
e) Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan yang diatur dalam PP No. 58 tahun 2005
meliputi:
a) pembentukan dana cadangan;
b) penyertaan modal pemerintah daerah;
c) pembayaran pokok utang; dan
d) pemberian pinjaman
Jumlah selisih penerimaan Pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
(Pembiayaan neto) harus dapat menutupi defisit anggaran.
2.1.4. Belanja Daerah
Menurut PP No. 5 tahun 2006, belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
atau kabupaten / kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan
yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Yang dimaksud
belanja penyelenggaraan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan dapat dibagi 2 yaitu :
1. Klasifikasi belanja urusan wajib yang mencakup :
a. Pendidikan
b. Kesehatan
c. Pekerjaan umum
d. Perumahan rakyat
e. Penataan ruang
f. Perencanaan pembangunan
g. Perhubungan
h. Lingkungan hidup
i. Pertanahan
j. Kependudukan dan catatan sipil
k. Pemberdayaan perempuan
l. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
m. Sosial
n. Tenaga kerja
o. Koperasi dan usaha kecil dan menengah
p. Penanaman modal
q. Kebudayaan
r. Pemuda dan olahraga
s. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
t. Pemerintahan umum
u. Kepegawaian
v. Pemberdayaan masyarakat dan desa
Universitas Sumatera Utara
w. Arsip
x. Komunikasi dan informatika
2. Klasifikasi belanja urusan pilihan yang mencakup :
a. Pertanian
b. Kehutanan
c. Energi dan sumber daya mineral
d. Pariwisata
e. Kelautan dan perikanan
f. Perdagangan
g. Perindustrian
h. Transmigrasi.
Belanja daerah jika diklasifikasikan menurut fungsinya yang digunakan
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari
:
1. Pelayanan umum
2. Ketertiban dan ketentraman
3. Ekonomi
4. Lingkungan hidup
5. Perumahan dan fasilitas umum
6. Kesehatan
7. Pariwisata dan budaya
8. Pendidikan dan
9. Perlindungan sosial
10.
Universitas Sumatera Utara
Belanja daerah jika dirinci menurut urusan pemerintahan daerah dapat
diklasifikasIkan :
1. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pada masing-masing pemerintah daerah
2. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
3. Klasifikasi belanja menurut kelompok belanja terdiri dari :
a. Belanja tidak langsung yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program kegiatan terdiri dari belanja pegawai yang
langsung berhubungan dalam pelaksanaan pogram dan kegiatan, belanja
barang dan jasa, belanja modal.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tinjauan atas penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan Belanja Daerah :
a. Panggabean (2009) meneliti mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Samosir untuk tahun 2000-2007.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil analisis
membuktikan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain pendapatan
daerah yang sah berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun
Universitas Sumatera Utara
simultan yang dinyatakan dalam koefisien determinasi sebesar 78,5%, yang
artinya Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebesar 78,55% sedangkan
sisanya 21,5% dipengaruhi oleh variabel lain.
b. Rahmawati (2010) menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap alokasi Belanja Daerah di Kabupaten /
Kota Jawa Tengah untuk tahun 2007-2009. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap alokasi Belanja Daerah. Dan tingkat ketergantungan alokasi
belanja daerah lebih dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dibanding Dana Alokasi Umum (DAU).
c. Rudiati (2009) meneliti Pengaruh Kemampuan Keuangan Daerah terhadap
Belanja Langsung di Kanupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada Retribusi Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung
Daerah. Sementara Pajak Daerah dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Langsung Daerah.
d. Setiawan (2010) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (studi kasus pada
Propinsi Jawa Tengah) untuk tahun 2005-2007. Metode analisa data yang
digunakan adalah Analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji F test antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Asli Daerah secara bersama-sama terhadap belanja daerah menunjukkan bahwa
nilai hitung (539,614) > F tabel (3,09) pada tingkat signifikansi sebesar 0,000
di bawah tingkat signifikansi 0,005, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Daerah.
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
No
Peneliti
Judul
Pengaruh PAD
1 H.E.H
Panggabean terhadap Belanja
daerah di Kabupaten
Samosir
2 Nur Indah
Rahmawati
3 Rudiati
4 Amir
setiawan
Tahun
Variabel
2009 X1=Pajak Daerah,
X2=Reribusi daerah,
X3=Lain-lain PAD
yang sah.
Y= Belanja Daerah
2010 X1 = PAD,
X2 = DAU,
y = Belanja daerah
Pengaruh PAD dan
DAU terhadap
alokasi belanja
Daerah di Kabupaten
/ Kota Jawa Tengah
pengaruh kemampuan 2009 X1= Pajak Daerah,
keuangan daerah
X2= Retribusi daerah,
terhadap Belanja
X3= Bagian Laba
langsung di
BUMD,
Kabupaten / Kota
X4= lain-lain PAD,
Propinsi Sumut
y= Belanja langsung
daerah
Pengaruh DAU dan 2010 X1 = DAU,
PAD terhadap
X2 = PAD,
Belanja Daerah di
y = Belanja daerah
Propinsi Jawa tengah
Hasil
Pajak daerah, Retribusi daerah, dan
lain-lain PAD yang sah berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap
belanja daerah
PAD, dan DAU memiliki pengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Namun PAD lebih berpengaruh
dibanding DAU
Retribusi daerah dan lain-lain PAD
memiliki pengaruh signifikan terhadap
Belanja langsung Daerah. Dan
Pajak daerah dan Bagian Laba
BUMD tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Belanja langsung
daerah
PAD, dan DAU memeiliki pengaruh
signifikan terhadap Belanja Daerah.
Universitas Sumatera Utara