Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil terhadap Belanja daerah dengan Pembiayaan daerah sebagai variable moderating
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pemerintah daerah berwenang mengatur dan
mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan pemerintah yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Prinsip otonomi daerah tersebut dilaksanakan dengan nyata dan
bertanggungjawab. Pengertian Nyata dalam pelaksanaan prinsip otonomi
daerah yaitu suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata ada
dan berpotensi untuk hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
daerahnya masing-masing. Yang dimaksud otonomi bertanggungjawab
adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan
dengan
maksud
pemberian
otonomi,
yang
pada
dasarnya
untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang
mengamanatkan
agar
Dasar
(UUD)
hubungan
1945
keuangan,
pasal
18A
pelayanan
ayat
umum,
(2)
serta
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya alam lainnya antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang. Dengan dasar UUD 1945 ini maka
pemerintah mengeluarkan Undang-undang tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah No. 25 tahun 1999 dan terakhir direvisi dengan
dikeluarkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004. Pembentukan undangundang tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada Pemda. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows
function, yang mengandung makna bahwa pendanaan tersebut mengikuti
fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab masingmasing tingkat pemerintahan.
Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yaitu
fungsi distribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan
stabilisasi umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
sedngakan fungsi alokasi oleh Pemerintah Daerah karena pemerintah
deaerah lebih mengetahui kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat
setempat. Perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mencakup pembagian keuangan secara proporsional, demokratis, adil dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.
Dalam otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan dan penugasan urusan
pemerintah kepada daerah harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan sumber daya nasional secara adil termasuk perimbangan
keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah
dan
pelaksanaannya berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas. Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan
kepada
seluruh
pemangku
kepentingan.
Semua
penerimaan dan pengeluaran yang menjadi hak dan kewajiban daerah harus
dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan
semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dalam tahun
anggaran tertentu.
Sumber pendanaan dalam APBD terdiri atas Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan yang sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan dareah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali potensi pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi. Dana
perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari Anggaran
pendapatan Belanja Nasional yang terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan dana bagi hasil. Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk
membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah.
Ketiga komponen dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari
pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
Belanja Daerah yang terdapat dalam APBD merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dalam pemberian pelayanan umum. Dalam menyusun APBD, penganggaran
pengeluaran/belanja daerah, harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup sehingga tidak terjadi defisit dalam
penyusunan APBD.
Rencana Anggaran dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk pemerintah
propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar Rp. 345
miliar. Juru bicara fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Sumut, mengatakan pada rapat paripurna pemandangan
fraksi terhadap RAPBD 2012 mengatakan :
“Menurut norma yang ada, kriteria defisit APBD seyogianya mengacu
kepada kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, meski secara teoritis ditetapkan sumbersumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Semestinya
diperhitungkan probabilitas yang mempengaruhinya kelak untuk tahun
takwin yang akan berlangsung, baik yang bersumber dari Silpa, dana
cadangan,
hasil
penjualan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan,
penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Dalam perilaku politik
Universitas Sumatera Utara
anggaran, defisit bisa menjadi pilihan strategis dengan tujuan untuk
mempercepat
pertumbuhan
ekonomi.
Dan
untuk
mempercepat
pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar pula.
Pemerintah Propinsi Sumut memiliki beban dang tanggungjawab yang
besar untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Beban tersebut meliputi
program yang berkaitan untuk pertumbuhan ekonomi seperti jalan,
jembatan, listrik, pelabuhan, program bidang sosial dan kesehatan
seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan. (Waspada Online, 2011).
Defisit anggaran daerah harus dapat ditutupi dari Pembiayaan Daerah
(neto). Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Berikut ini data pembiayaan daerah untuk lima
tahun 2006 s.d 2010.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa rentang
waktu 2007 s.d 2010 mengalami defisit APBD, karena jumlah pembiayaan
Daerah diatas angka nol. Sementara khusus tahun 2006 APBD mengalami
surplus.
Pada Kesempatan yang berbeda, wakil ketua DPRD Sumut mengatakan
“APBD pemerintah propinsi sumut tidak sehat dan tidak proporsional karena PAD
pemerintah Propinsi Sumut sekitar 90% berasal dari pajak kendaraan bermotor.
Kondisi tidak sehat ini juga dapat dilihat dari belum dimanfaatkannya potensi
daerah yang cukup banyak seperti perkebunan. (Waspada online, 2012).
Pada grafik berikut dapat digambarkan perbandingan antara Pendapatan
Asli daerah dengan total pendapatan daerah untuk seluruh kabupaten / kota di
propinsi Sumatera Utara untuk rentang waktu tahun 2006 s.d 2010.
10.00%
8.00%
6.83%
6.77%
6.00%
6.62%
6.09%
5.59%
4.00%
2.00%
0.00%
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber data : http://djpk.depkeu.go.id
Grafik 1.2. Perbandingan PAD terhadap Total Pendapatan Daerah
Kabupaten/ Kota Provinsi Sumut Tahun 2006 s.d 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
pendapatan asli daerah selama rentang waktu 2006 s.d 2010 masih rendah jika
dibanding dengan total pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kabupeten/kota
di propinsi sumatera utara masih belum cukup dalam menggali potensi PAD yang
ada.
Berdasarkan rilis data dari Forum Indonesia untuk transparansi Anggaran
(FITRA), melalui Sekretaris Jendral (sekjen) mengatakan bahwa pada Anggran
Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2011 masih ada 16 daerah yang lebih dari
setengah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahnya digunakan untuk
membayar gaji pegawai, artinya hanya kurang dari 50% yang bisa dikembalikan
ke rakyat dalam bentuk pembangunan (waspada online. 2012). Dari total ke enam
belas daerah tersebut ada dua yang berada di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kota
Padang Sidempuan, dan Kabupaten Simalungun. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya masih ada daerah yang potensi pendapatan asli
daerahnya masih sangat rendah, sehingga sebenarnya masih perlu dipertanyakan
apakah daerah tersbut memang tidak memiliki poteensi ataukah pejabat daerahnya
yang tidak memiliki kemaampuan untuk menggali potensi yang ada. Pada grafik
berikut dapat digambarkan perbandingan antara Pendapatan Asli daerah terhadap
Total Belanja Daerah untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara
untuk rentang waktu tahun 2006 s.d 2010.
Universitas Sumatera Utara
10.00%
8.00%
7.67%
6.36%
6.00%
6.37%
5.60%
5.16%
4.00%
2.00%
0.00%
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber data : http://djpk.depkeu.go.id
Gambar 1.3. Perbandingan PAD terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten/
Kota Provinsi Sumut Tahun 2006 s.d 2010
Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
kontribusi pendapatan asli daerah selama rentang waktu 2006 s.d 2010 terhadap
belanja daerah masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendanai
belanja daerah, seluruh kabupaten/kota di propinsi sumatera utara masih sangat
tergantung kepada pemerintah pusat.
Melihat dari fenomena yang terjadi diatas bahwa ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi. Oleh sebab itu
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah dengan
Pembiayaan Daerah Sebagai Variabel Moderating pada kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota
di Propinsi Sumatera Utara.
2. Apakah Pembiayaan daerah dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh
pendapatan asli daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui signifikansi Pembiayaan daerah dalam hubungan
memperkuat atau memperlemah pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada pihak-pihak
yang membutuhkan yaitu :
1. Peneliti, sebagai pengetahuan atas pemahaman terhadap akuntansi sektor
Universitas Sumatera Utara
publik.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagai informasi untuk mengetahui
pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap belanja daerah.
3. Akademis, sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan memberi
masukan pada perkembangan akuntansi sektor publik.
1.5. Originalitas
Penelitian ini mereplikasi penelitian Panggabean (2009) dengan judul
Pengaruh Pendapatan Asli daerah terhadap Belanja daerah di kabupaten Toba
Samosir dengan variabel independen Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah sedangkan variabel dependen Belanja Daerah.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah :
1. Variabel Independen penelitian ini yaitu Pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil pada Kabupaten/Kota di
Propinsi
Sumatera
Utara,
sedangkan
peneliti
terdahulu
variabel
independennya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli
daerah di Kabupaten Samosir.
2. Variabel Dependen penelitian ini yaitu belanja daerah pada Kabupataen / Kota
di Propinsi Sumut, sedangkan peneliti terdahulu Belanja daerah di Kabupaten
Samosir.
3. Variabel Moderating penelitian ini yaitu Pembiayaan Daerah pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumut, sedangkan peneliti terdahulu tidak
memiliki variabel moderating.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pemerintah daerah berwenang mengatur dan
mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintah diluar yang menjadi urusan pemerintah yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Prinsip otonomi daerah tersebut dilaksanakan dengan nyata dan
bertanggungjawab. Pengertian Nyata dalam pelaksanaan prinsip otonomi
daerah yaitu suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang nyata ada
dan berpotensi untuk hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi
daerahnya masing-masing. Yang dimaksud otonomi bertanggungjawab
adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan
dengan
maksud
pemberian
otonomi,
yang
pada
dasarnya
untuk
memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang
merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang
mengamanatkan
agar
Dasar
(UUD)
hubungan
1945
keuangan,
pasal
18A
pelayanan
ayat
umum,
(2)
serta
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya alam lainnya antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang. Dengan dasar UUD 1945 ini maka
pemerintah mengeluarkan Undang-undang tentang perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah No. 25 tahun 1999 dan terakhir direvisi dengan
dikeluarkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004. Pembentukan undangundang tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan
kepada Pemda. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows
function, yang mengandung makna bahwa pendanaan tersebut mengikuti
fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab masingmasing tingkat pemerintahan.
Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yaitu
fungsi distribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan
stabilisasi umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
sedngakan fungsi alokasi oleh Pemerintah Daerah karena pemerintah
deaerah lebih mengetahui kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat
setempat. Perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mencakup pembagian keuangan secara proporsional, demokratis, adil dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.
Dalam otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan dan penugasan urusan
pemerintah kepada daerah harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan sumber daya nasional secara adil termasuk perimbangan
keuangan
antara
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah
dan
pelaksanaannya berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan
akuntabilitas. Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan
kepada
seluruh
pemangku
kepentingan.
Semua
penerimaan dan pengeluaran yang menjadi hak dan kewajiban daerah harus
dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan daerah dan
semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dalam tahun
anggaran tertentu.
Sumber pendanaan dalam APBD terdiri atas Pendapatan Asli Daerah,
Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan yang sah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan dareah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali potensi pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi. Dana
perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari Anggaran
pendapatan Belanja Nasional yang terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan dana bagi hasil. Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk
membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah.
Ketiga komponen dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari
pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
Belanja Daerah yang terdapat dalam APBD merupakan perkiraan beban
pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat
dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dalam pemberian pelayanan umum. Dalam menyusun APBD, penganggaran
pengeluaran/belanja daerah, harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup sehingga tidak terjadi defisit dalam
penyusunan APBD.
Rencana Anggaran dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk pemerintah
propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar Rp. 345
miliar. Juru bicara fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Sumut, mengatakan pada rapat paripurna pemandangan
fraksi terhadap RAPBD 2012 mengatakan :
“Menurut norma yang ada, kriteria defisit APBD seyogianya mengacu
kepada kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat, meski secara teoritis ditetapkan sumbersumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Semestinya
diperhitungkan probabilitas yang mempengaruhinya kelak untuk tahun
takwin yang akan berlangsung, baik yang bersumber dari Silpa, dana
cadangan,
hasil
penjualan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan,
penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Dalam perilaku politik
Universitas Sumatera Utara
anggaran, defisit bisa menjadi pilihan strategis dengan tujuan untuk
mempercepat
pertumbuhan
ekonomi.
Dan
untuk
mempercepat
pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar pula.
Pemerintah Propinsi Sumut memiliki beban dang tanggungjawab yang
besar untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Beban tersebut meliputi
program yang berkaitan untuk pertumbuhan ekonomi seperti jalan,
jembatan, listrik, pelabuhan, program bidang sosial dan kesehatan
seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan. (Waspada Online, 2011).
Defisit anggaran daerah harus dapat ditutupi dari Pembiayaan Daerah
(neto). Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya. Berikut ini data pembiayaan daerah untuk lima
tahun 2006 s.d 2010.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa rentang
waktu 2007 s.d 2010 mengalami defisit APBD, karena jumlah pembiayaan
Daerah diatas angka nol. Sementara khusus tahun 2006 APBD mengalami
surplus.
Pada Kesempatan yang berbeda, wakil ketua DPRD Sumut mengatakan
“APBD pemerintah propinsi sumut tidak sehat dan tidak proporsional karena PAD
pemerintah Propinsi Sumut sekitar 90% berasal dari pajak kendaraan bermotor.
Kondisi tidak sehat ini juga dapat dilihat dari belum dimanfaatkannya potensi
daerah yang cukup banyak seperti perkebunan. (Waspada online, 2012).
Pada grafik berikut dapat digambarkan perbandingan antara Pendapatan
Asli daerah dengan total pendapatan daerah untuk seluruh kabupaten / kota di
propinsi Sumatera Utara untuk rentang waktu tahun 2006 s.d 2010.
10.00%
8.00%
6.83%
6.77%
6.00%
6.62%
6.09%
5.59%
4.00%
2.00%
0.00%
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber data : http://djpk.depkeu.go.id
Grafik 1.2. Perbandingan PAD terhadap Total Pendapatan Daerah
Kabupaten/ Kota Provinsi Sumut Tahun 2006 s.d 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
pendapatan asli daerah selama rentang waktu 2006 s.d 2010 masih rendah jika
dibanding dengan total pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kabupeten/kota
di propinsi sumatera utara masih belum cukup dalam menggali potensi PAD yang
ada.
Berdasarkan rilis data dari Forum Indonesia untuk transparansi Anggaran
(FITRA), melalui Sekretaris Jendral (sekjen) mengatakan bahwa pada Anggran
Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2011 masih ada 16 daerah yang lebih dari
setengah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahnya digunakan untuk
membayar gaji pegawai, artinya hanya kurang dari 50% yang bisa dikembalikan
ke rakyat dalam bentuk pembangunan (waspada online. 2012). Dari total ke enam
belas daerah tersebut ada dua yang berada di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kota
Padang Sidempuan, dan Kabupaten Simalungun. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya masih ada daerah yang potensi pendapatan asli
daerahnya masih sangat rendah, sehingga sebenarnya masih perlu dipertanyakan
apakah daerah tersbut memang tidak memiliki poteensi ataukah pejabat daerahnya
yang tidak memiliki kemaampuan untuk menggali potensi yang ada. Pada grafik
berikut dapat digambarkan perbandingan antara Pendapatan Asli daerah terhadap
Total Belanja Daerah untuk seluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara
untuk rentang waktu tahun 2006 s.d 2010.
Universitas Sumatera Utara
10.00%
8.00%
7.67%
6.36%
6.00%
6.37%
5.60%
5.16%
4.00%
2.00%
0.00%
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber data : http://djpk.depkeu.go.id
Gambar 1.3. Perbandingan PAD terhadap Total Belanja Daerah Kabupaten/
Kota Provinsi Sumut Tahun 2006 s.d 2010
Berdasarkan grafik di atas dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
kontribusi pendapatan asli daerah selama rentang waktu 2006 s.d 2010 terhadap
belanja daerah masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendanai
belanja daerah, seluruh kabupaten/kota di propinsi sumatera utara masih sangat
tergantung kepada pemerintah pusat.
Melihat dari fenomena yang terjadi diatas bahwa ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi. Oleh sebab itu
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah dengan
Pembiayaan Daerah Sebagai Variabel Moderating pada kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota
di Propinsi Sumatera Utara.
2. Apakah Pembiayaan daerah dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh
pendapatan asli daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan
Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui signifikansi pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
2.
Untuk mengetahui signifikansi Pembiayaan daerah dalam hubungan
memperkuat atau memperlemah pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja
Daerah di Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada pihak-pihak
yang membutuhkan yaitu :
1. Peneliti, sebagai pengetahuan atas pemahaman terhadap akuntansi sektor
Universitas Sumatera Utara
publik.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagai informasi untuk mengetahui
pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap belanja daerah.
3. Akademis, sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan memberi
masukan pada perkembangan akuntansi sektor publik.
1.5. Originalitas
Penelitian ini mereplikasi penelitian Panggabean (2009) dengan judul
Pengaruh Pendapatan Asli daerah terhadap Belanja daerah di kabupaten Toba
Samosir dengan variabel independen Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah sedangkan variabel dependen Belanja Daerah.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah :
1. Variabel Independen penelitian ini yaitu Pendapatan asli daerah, dana alokasi
umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil pada Kabupaten/Kota di
Propinsi
Sumatera
Utara,
sedangkan
peneliti
terdahulu
variabel
independennya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli
daerah di Kabupaten Samosir.
2. Variabel Dependen penelitian ini yaitu belanja daerah pada Kabupataen / Kota
di Propinsi Sumut, sedangkan peneliti terdahulu Belanja daerah di Kabupaten
Samosir.
3. Variabel Moderating penelitian ini yaitu Pembiayaan Daerah pada
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumut, sedangkan peneliti terdahulu tidak
memiliki variabel moderating.
Universitas Sumatera Utara