Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
Menurut

(Husnan 2003) pasar modal

adalah pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
Public Authorities, maupun perusahaan swasta

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga
yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek menurut (Sunariyah 2003 ).


Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang ataupun modal sendiri oleh (Darmadji 2001).

Secara umum pasar modal adalah pasar yang mempertemukan pihak yang
mempunyai kelebihan dana ( pemodal ) atau pihak yang memberi pinjaman (

Universitas Sumatera Utara

lender ) dan pihak yang membutuhkan dana sebagai peminjam (borrower).
Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1995, Bab I Pasal 1 Butir 13 Tentang Pasar
Modal menyebutkan bahwa :“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.”

2.1.2 Jenis Jenis Pasar Modal
Menurut (Sunariyah 2003) jenis-jenis pasar modal ada empat macam yaitu:
1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana atau pasar kesatu adalah

penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada
pemodal selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham
tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan bahwa
pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham -saham
atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum)
sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek

Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh underwriter dan emiten
berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Peranan
underwriter pada pasar perdana selain menentukan harga saham, juga
melaksanankan penjualan saham kepada masyarakat sebagai calon pembeli.

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian tersebut menegaskan bahwa pada pasar perdana, saham yang
bersangkutan untuk pertama kalinya diterbitkan emiten dan hasil penjualan saham
tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan. Pasar perdana
merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan yang pertama kali menawarkan
saham atau obligasi ke masyarakat umum, disini dikatakan tempat karena secara
fisik pembeli dapat bertemu dengan penjamin emisi atau agen penjual untuk

melakukan pemesanan, sedangkan dikatakan sarana karena pembeli dapat
memesan melalui telepon dari rumah dan membayarnya lewat rekening.
Ciri-ciri pasar perdana :
1. Emiten menjual saham kepada masyarakat luas melalui penjamin emisi
dengan harga yang telah disepakati antara emiten dan penjamin emisi seperti
tertera dalam buku prospektus.
2. Pembeli tidak dipunguti biaya transaksi.
3. Pembeli belum pasti memperoleh jumlah saham sebanyak yang dipesan,
apabila terjadi subscribed.
4. Investor membeli melalui penjamin emisi ataupun agen penjual yang
ditunjuk.
5. Masa pesanan terbatas.
6. Penawaran melibatkan profesi seperti akuntan publik, notaris, konsultan
hukum, dan perusahaan penilai.

Universitas Sumatera Utara

2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder atau pasar kedua
didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada
pasar perdana, dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas.


Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
antara pembeli dan penjual.
Besarnya permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan kebijaakan internal
pada
2. Faktor

suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai.
eksternal

perusahaan,

yaitu

hal-hal

diluar


kemampuan

perusahaan/manajemen untuk mengendalikan.
Adapun ciri-ciri dari pasar sekunder adalah :
1. Harga terbentuk oleh investor (order driven) melalui perantara efek yang
berdagang di bursa efek.
2. Transaksi dibebani biaya jual dan beli.
3. Pesanan dapat berjumlah tak terbatas.
4. Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam komputer.

3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga (Third Market )

adalah tempat perdagangan saham atau

sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan
suatu sistem perdagangan efek terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang
dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh BAPEPAM. Jadi dalam pasar ketiga ini
tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan flour trading lantai
bursa.

4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat (Fourth Market) merupakan bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang saham lainnya

tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk

transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar
(black sale).
Adapun yang menjadi ciri-ciri dari pasar keempat adalah :
1. Investor beli dan investor jual bertransaksi langsung lewat Electronic
Communication Network (ECN).
2. Harga terbentuk dalam tawar-menawar langsung antara investor beli dan
investor jual.
3. Investor menjadi anggota ECN, central custodin, dan central clearing.

4. ECN, central custodin, dan central clearing terjalin dalam satu sistem
jaringan perdagangan

2.1.3 Penawaran Umum Perdana IPO (Initial Public Offering)
Menurut (Ang 1997) Initial Public Offering merupakan kegiatan yang
dilakukan perusahaan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana.

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan yang membutuhkan dana dapat melakukan penerbitan surat berharga
seperti saham (stock), obligasi (bond), dan sekuritas lainnya. Surat berharga yang
baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik (initial public offering )
atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah go public.
Menurut (Jogiyanto 2000) ada dua metode pokok dalam melakukan IPO
(initial public offering ) yaitu :
1. Full Commitment atau firm commitment underwriting adalah suatu perjanjian
penjamin emisi efek dimana penjamin emisi mengikatkan diri untuk
menawarkan efek kepada masyarakat dan membeli sisa efek yang tidak laku
terjual,
2. Best Efforts;.dalam komitmen ini, underwriter akan berusaha semaksimal

mungkin menjual efek-efek emiten. Apabila ada efek yang belum habis terjual
underwriter tidak wajib membelinya. Oleh karena itu mereka hanya membayar
semua efek yang berhasil terjual dan mengembalikan sisanya kepada emiten.

Satu alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan yang membutuhkan
dana yaitu dapat dilakukan dengan cara penerbitan saham baru pada masyarakat
yang disebut penawaran umum (Trianingsih 2005). Menurut (Hartono 2000 )
berpendapat jika saham akan dijual untuk menambah modal, saham baru dapat
dijual dengan berbagai macam cara sebagai berikut :
1. Dijual kepada pemegang saham yang sudah ada.
2. Dijual kepada karyawan lewat ESOP (Employee Stock Ownership Plan).

Universitas Sumatera Utara

3. Menambah saham lewat deviden yang tidak dibagi (DevidendReinvestment
Plan).
4. Dijual langsung kepada pembeli tunggal (biasanya investor institusi)secara
privat.
5. Ditawarkan kepada publik.


2.1.4 Underpricing
Menurut ( Ritter 1991) Underpricing adalah harga saham pada saat IPO
cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga saham di bursa efek pada
hari

pertama

(closing

price).Istilah

underpricing

digunakan

untuk

menggambarkan perbedaan harga antara harga penawaran saham di pasar primer
dan harga saham di pasar sekunder pada hari pertama (Beatty 1989).


Ada kecenderungan bahwa harga penawaran di pasar perdana selalu lebih
rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama diperdagangkan
di pasar sekunder. Sedangkan overpricing

yang disebut juga underpricing

negatif, merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi
daripada harga penutupan hari pertama di pasar sekunder.

Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat
penawaran perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan di pasar
sekunder. Penentuan harga saham pada saat penawaran umum ke publik,
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan penerbit (emiten) dan

Universitas Sumatera Utara

underwriter. Sedangkan harga saham yang terjadi di pasar sekunder merupakan
hasil mekanisme pasar yaitu hasil dari mekanisme penawaran dan permintaan.

Menurut (Jogiyanto 2008) menjelaskan bahwa underpricing perusahaan

yang IPO merupakan perbedaan antara harga penawaran perdana dengan harga
penutupan saham perusahaan IPO di pasar sekunder pada hari pertama.”
Kecenderungan

underpricing

terjadi

hampir

di

setiap

negara,

yang

membedakannya hanyalah berapa besar tingkat underpricing yang terjadi.

Berikut ini adalah beberapa peneliti dari luar negeri yang pernah meneliti
tentang fenomena underpricing (Yolana & Martani 2005).
Tabel 2.1 Fenomena Undepricing di Berbagai Negara
Negara

Peneliti

Sampel Waktu

Australia
Brazil
China
Finlandia
Hongkong
India
Jerman
Korea
Malaysia
Mexico
Singapura
Taiwan
Thailang
Turkey
UK
USA

Lee, Taylor & Walter Aggarwal,
Leal& Hernandez
Datar & Mao
Keloharju
McGuinness, Zhao & Wu
Krishnamurti & Kumar
Ljungqvist
Dhatt, Kim & Lim
Isa
Aggrawal, Leal & Hernandez
Lee, Taylor & Walter
Chen
Wethyavivorn Koosmith
Kiymaz
Dimson, Levis
Ibbotson, Sindelar & Ritter

266
62
226
85
334
98
170
347
132
37
128
168
32
138
2133
13308

1976-1989
1979-1990
1990-1996
1984-1992
1980-1996
1992-1993
1978-1992
1980-1990
1980-1991
1987-1990
1973-1992
1971-1990
1988-1989
1990-1995
1959-1990
1960-1996

Under
Pricn
11,0
78,0
388,0
9,6
15,9
35,3
10,9
78,1
80,3
33,0
31,4
45,0
58,1
13,6
12,0
15,8

Universitas Sumatera Utara

Di indonesia fenomena underpricing juga telah banyak dilakukan (Yolana
& Martani 2005). seperti terlihat pada tabel 2.2 berikut ini
Tabel 2.2. Fenomena underpricing di Indonesia
Peneliti
Yolana dan Martani
Triani dan Nikmah
Emilia, Sulaiman, Sembel
Isnurhadi, Sjaruddin
Yasa, Gerianta W
Handayani
Sulistio, Helen
Wijayanto, Andy

Sampel
131
90
92
96
300
28
44
67

Waktu
1994-2001
1994-2000
1999-2005
1993-1997
1990-2001
2000-2006
1998-2003
2000-2006

Underpricing
38,0
5,0
59,4
12,1
21,3
34,9
82,0
28,3

Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian baik di dalam maupun
di luar negeri menunjukkan bahwa fenomena underpricing memang terjadi pada
kurun waktu yang diteliti oleh masing peneliti dengan tingkat underpricing yang
berbeda-beda. Oleh karena itu fenomena underpricing merupakan hal yang
menarik untuk diteliti , karena penelitian ini berusaha menjelaaskan terjadinya
anomali IPO dengan mengaitkannya dengan faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi fenomena underpricing.

2.1.5 Teori Underpricing
Teori-Teori yang Menjelaskan tentang Underpricing
a. Asimetri Informasi
Beberapa literatur menjelaskan terjadinya underpricing karena adanya asimetri
informasi yang menjelaskan perbedaan informasi yang dimiliki oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam penawaran

saham perdana yaitu emiten, underwriter

(penjamin emisi), dan masyarakat pemodal. Model (Baron 1982) sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

dikutip oleh (Daljono 2000), menganggap underwriter memiliki informasi lebih
tentang pasar modal, sedangkan emiten merupakan pihak yang tidak memiliki
informasi pasar modal. Sedangkan dalam

(Ernyan dan Husnan 2002)

menawarkan hipotesis Asimetri Informasi yang menjelaskan perbedaan informasi
yang dimiliki oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana, yaitu
emiten, penjamin emisi, dan masyarakat pemodal. Penjamin emisi (underwriter)
memiliki informasi tentang pasar yang lebih lengkap daripada emiten sedangkan
terhadap calon investor, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih lengkap
tentang kondisi emiten.

Underwriter memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk membuat
kesepakatan harga IPO yang optimal baginya, yaitu harga yang memperkecil
informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya.

Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran harga sahamnya,
maka lebih besar permintaan terhadap jasa underwriter menawarkan harga
perdanan sahamnya dibawah harga keseimbangan (ekuilibrium). Dengan
demikian akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi. .Menurut
(Beatty and Ritter 1986) dalam (Daljono 2000), mengungkapkan bahwa untuk
mengurangi adanya asimetri informasi maka perusahaan yang akan go public
menerbitkan buku prospektus yang berisi berbagai informasi perusahaan yang
lengkap .
b. Signalling Hypothesis

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis lain yang digunakan untuk menjelaskan fenomena underpricing
dikemukakan oleh (Ernyan dan Husnan 2002), yaitu signalling hypothesis. dalam
konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena ekuilibrium yang berfungsi
sebagai sinyal kepada para investor bahwa kondisi perusahaan cukup baik atau
mempunyai prospek yang bagus.

Menurut

(Sumarso 2003), juga menyatakan bahwa perusahaan yang

berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan
demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja
akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain
(reputasi underwriter, auditor, return on equity) merupakan sinyal positif yang
berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukan kualitas perusahaan saat IPO.
c. Litigation Risk
Menurut (Ernyan dan Husnan 2002), mengutip regulation hypothesis menjelaskan
bahwa peraturan pemerintah yang diberikan dilakukan dimaksudkan untuk
mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak luar
termasuk para calon pembeli.

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing
2.1.6.1 Reputasi Underwriter
Reputasi underwriter cenderung menjadi bahan pertimbangan bagi
investor dalam melakukan investasi. Hal ini disebabkan karena underwriter yang

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi resiko yang tidak dapat
diungkapkan oleh informasi prospektus dan menandakan bahwa informasi privat
dari emiten mengenai prospek perusahaan di masa mendatang

tidak

menyesatkan ( Kim et al 1993).

Menurut

(Sitompul

2004)

underwriter setidaknya harus memiliki

beberapa keahlian antara lain:
1. Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun struktur
penawaran dan membentuk sindikasi dengan penjamin emisi dan para
broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek perusahaan
setelah proses pendaftaran.
2. Pengalaman yang luas, underwriter diharuskan mempunyai pengetahuan
yang luas tentang kondisi pasar dan berbagai tipe investor (pemodal).
3. Berpengalaman dalam penetepan harga penawaran efek, dengan demikian
dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik (attractive) dan
juga menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.
4. Kemampuan memberikan dukungan, underwriter yang baik harus
mempunyai kemampuan untuk membantu perusahaan dalam penawaran
efek selanjutnya.
5. Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya
dan membantu perusahaan untuk menganalisis perusahaan kliennya,
pesaing, pasar, dan juga perekonomian secara makro dan mikro.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi underwriter pada

IPO yaitu menjamin terjualnya saham sesuai

dengan tipe penjaminan yang disepakati dan menentukan harga penawaran yang tepat
bersama-sama dengan emiten. Mereka juga memberi nasehat tentang hal-hal yang
perlu diperhatikan emiten serta bagaimana dan kapan saat yang tepat melakukan
penawaran. (Ang1997). Underwriter dinilai berdasarkan kemampuannya untuk
memberikan penawaran dengan initial return yang tinggi bagi para investor.

Underwriter dengan reputasi tinggi lebih memiliki kepercayaan diri terhadap
kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada
kecenderungan mereka menetapkan diskon rendah dan akibatnya underpricing pun
rendah (Beatty 1989 ).

2.1.6.2 Reputasi Auditor
Auditor, atau yang disebut juga akuntan, merupakan salah satu profesi
penunjang pasar modal yang bertujuan untuk memberikan beberapa pendapat atas
kewajaran laporan keuangan perusahaan yang akan go public menurut (Ang
1997). Adapun beberapa peran auditor antara lain adalah menentukan apakah
sebuah perusahaan layak go public atau tidak, karena sesuai dengan salah satu
ketentuan yang diberikan BEI (Bursa Efek Indonesia ) yang menyatakan bahwa
laporan keuangan perusahaan yang akan go public harus wajar tanpa
pengecualian. Oleh karena itu, bisa atau tidaknya perusahaan listing di pasar
modal (Bursa Efek ) salah satunya ditentukan pendapat auditor.

Universitas Sumatera Utara

Auditor yang mempunyai reputasi yang tinggi, akan mempertahankan
reputasinya dengan memberikan kualitas yang baik terhadap hasil auditannya.
Dengan menggunakan jasa auditor yang profesional akan mengurangi kesempatan
emiten untuk berlaku curang dalam menyajikan informasi yang kurang akurat
sehingga penggunaan auditor yang profesional dapat digunakan sebagai petunjuk
kualitas perusahaan emiten

2.1.6.3 Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio yang memberikan informasi kepada investor
tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal
dari kinerja perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin besar nilai ROE, maka
tingkat pengembalian yang diharapkan investor akan semakin besar pula menurut
(Martini dan Yolana 2005).

2.1.6.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebagai penilaian terhadap tingkat
ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal
oleh masyarakat, sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar
lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat
ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan
perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak
menurut (Ardiansyah 2004)

2.1.6.5 Persentase Penawaran Saham yang ditawarkan

Universitas Sumatera Utara

Proporsi saham yang ditawarkan dapat digunakan sebagai penilaian
terhadap faktor ketidakpastian yang akan diterima oleh investor. Proporsi dari
saham yang ditahan dari pemegang saham lama dapat menunjukan aliran
informasi dari saham emiten ke calon investor. Semakin besar proporsi saham
yang dipegang oleh pemegang saham lama semakin banyak informasi privat yang
dimiliki oleh pemegang saham lama. Investor lama mengeluarkan biaya untuk
mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan apakah akan membeli
saham atau tidak. Sehingga kompensasinya adalah pengeluaran biaya oleh
investor sehingga investor mengharapkan mendapat tingkat Initial Return yang
tinggi

2.1.6.6 Jenis Industri
Jenis industri digunakan sebagai variabel independen bertujuan untuk
melihat apakah underpricing terjadi pada hampir semua jenis industri yang IPO
atau hanya pada jenis industri tertentu saja dan apakah terdapat perbedaan
signifikan dalam tingkat underpricingnya. Menurut (Yolana dan Martani 2005),
variabel jenis industri mungkin saja mempengaruhi underpricing karena tiap
industri memiliki risiko dan tingkat ketidakpastian yang berbeda sehingga dapat
mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Risiko untuk
setiap jenis industri berbeda karena adanya perbedaan karakteristik. Perbedaan
risiko ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor untuk
setiap sektor industri juga berbeda sehingga tingkat underpricing juga mungkin
akan berbeda.

Universitas Sumatera Utara

2.1.6.7 Financial Leverage
Menurut (Tambunan 2007). Financial leverage menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya.Menurut
(Kim et al.1993), financial leverage menunjukkan risiko suatu perusahaan dan
kondisi ketidakpastian. Apabila financial leverage tinggi, berarti risiko suatu
perusahaan tinggi sehingga para investor akan mempertimbangkan hal ini dalam
melakukan keputusan investasi

(Trisnawati

1998). Semakin besar financial

leverage suatu perusahaan, akan menimbulkan ketidakpastian harga saham
perdana yang besar pula, yang pada akhirnya akan mempengaruhi underpricing
2. 2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping )
No Nama
Judul
Variabel Yang
Hasil
Peneliti
penelitian
Digunakan
1. Trisnawati Pengaruh
Underpricing(Y)
1(1999)
Informasi
Reputasi auditor (X1) Tdkberpengaruh
Prospektus Pada Reputasi penjamin
Return Saham emisi (X2)
Tdkberpengaruh
di Pasar
Umur perusahaan
Signifikan (+)
Perdana.
(X3)
Tdkberpengaruh
% aham yang
ditawarkan (X4)
Tdkberpengaruh
ROA (X5)
Financial
Signifikan (+)
L everage(X6 )
2. Daljono
(2000)

Analisis FaktorFaktor yang
Mempengaruhi
Initial Return
Saham yamg
Listing di BEJ
Tahun 19901997

Underpricing (Y)
Reputasi auditor (X1)
Reputasi underwriter
(X2)
Umur perusahaan
(X3)
Saham yang
ditawarkan (X4)
ROA (X5)
Financial leverage
(X6)

Tdkberpengaruh
Signifikan (+)
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Signifikan (+)

Universitas Sumatera Utara

Solvability Ratio (X7) Tdkberpengaruh

3. Rosyati dan Analisis FaktorSabeni
Faktor yang
(2002)
Mempengaruhi
Underpricing
Saham pada
Perusahaan Go
Public di Bursa
Efek Jakarta
(Tahun 19972000
4. Gerianta
Penyebab
(2008)
Underpricing
Pada Penawaran
Saham Perdana
di Bursa Efek
Indonesia.

5. Wijayanto
(2009)

analisis
pengaruh ROA,
EPS,
leverage,procee
d
terhadap
initial
return
(studi terhadap
perusahaan non
keuangan yang
melakukan IPO
di BEI periode
tahun
20002006)

Underpricing (Y)
Umur perusahaan
Signifikan (-)
(X1)
Reputasi auditor (X2) Tdkberpengaruh
Reputasi penjamin
emisi (X3)
Signifikan (-)

Underpricing (Y)
Reputasi auditor (X1)
Reputasi
underwriter(X2)
Umur perusahaan
(X3)
% Saham yang
ditawarkan (X4)
ROA (X5)
Financial Leverage
(X6)
Solvability ratio (X7)
Ukuran perusahaan
(X8)
Kepemilikan
pemerintah (X9)
Underpricing (Y)
ROA(X1)
EarningPerShare
Leverage(X2)
Ukuran penawaran
(X3)

Tdkberpengaruh
Signifikan (-)
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Signifikan (-)
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Signifikan (+)
Tdkberpengaruh

Universitas Sumatera Utara

6. Dwi
Agustin dan
Purwanti
(2010)

7. Natali
Yustisia
dan
Mailana
Roza
(2012)

AnalisisFaktorFaktorYangMe
mpengaruhiTin
gkat
adaPenawaran
Perdana
DiBursa Efek
IndonesiaTahun
2005-2010

Underpricing (Y)
Reputasi
Underwriter(X1)
Kepemilikan (X2)
Ukuran
Perusahaan(X3)
Umur Perusahaan
(X4)

Faktor Faktor
yang
mempengaruhi
Tingkat
Underpricing
Saham Perdana
Pada
Perusahaan
Non Keuangan
Go Public

Underpricing (Y)
Reputasi Penjamun
Emisi(X1)
Reputasi Auditor(X2)
ROE(X3)
Ukuran Perusahaan
(X4)
Persentase Saham
(X5)

Tdkberpengaruh
Signifikan( +)
Signifikan (+)
Tdkerpengaruh

Signifikan (+)
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh
Tdkberpengaruh

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Reputasi Penjamin Emisi Sebagai Variabel Moderating

1 51 167

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

0 8 124

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 8

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia cover

0 0 19

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 49

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 3 41