Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Reputasi Penjamin Emisi Sebagai Variabel Moderating

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FENOMENA

UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING

TESIS

Oleh

SERNIATI ZEBUA

107017074/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FENOMENA

UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SERNIATI ZEBUA

107017074/Akt

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

FENOMENA UNDERPRICING PADA

PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA

EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING Nama Mahasiswa : SERNIATI ZEBUA

Nomor Pokok : 107017074

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,CPA) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 07 Nopember 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak

3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FENOMENA

UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING”

Dengan ini penulis menyatkan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 07 Nopember 2012 Penulis,


(6)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FENOMENA

UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena underpricing yang diwakili oleh informasi akuntansi (Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size ) dan informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta menguji dan menganalisis apakah reputasi penjamin emisi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan antara informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap fenomena underpricing. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007-2011, yaitu 102 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang mengalami underpricing pada penawaran saham perdana dan memiliki data laporan keuangan lengkap, yaitu 80 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda dan uji residual. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa informasi akuntansi (Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size) dan informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) berpengaruh secara simultan terhadap

underpricing sedangkan secara parsial variabel Return on Assets dan Persentase Penawaran Saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Ketika Reputasi penjamin emisi digunakan sebagai variabel moderating, variabel reputasi penjamin emisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini berarti tidak memperkuat hubungan antara variabel informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap underpricing atau variabel reputasi penjamin emisi bukan merupakan variabel moderating.

Kata kunci : Underpricing, Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size, Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor dan Reputasi Penjamin Emisi


(7)

SOME FACTORS WHICH INFLUENCE UNDERPRICING

PHENOMENA IN INITIAL PUBLIC OFFERING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE WITH THE

REPUTATION OF EQUITIES UNDERWRITER

AS A MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

The aim of the research was to test and to analyze some factors which influence underpricing phenomena represented by accountancy information (Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, and Size) and by non-accountancy information (Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, and Auditor Reputation), all of which were registered in BEI (Indonesia Stock Exchange). It was also aimed to test and to analyze whether the reputation of equities underwriter as the moderating variable influenced the correlation between accountancy and non-accountancy information and underpricing phenomena. The population of the research was 102 companies which performed initial public offering in BEI from 2007 until 2011. The samples comprised 80 companies which underwent underpricing in the initial public offering and had complete financial report. The data were gathered by taking from financial report documents in BEI and processed by using multiple linear regression statistical tests and residual test. The results of the research showed that accountancy information (Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, and Size) and non-accountancy information (Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, and Auditor Reputation) simultaneously influenced underpricing, while partially the variables of Return on Assets and Percentage of Public Offering did not significantly influence underpricing. When the reputation of equities underwriter was used as moderating variable, the variable of the reputation of equities underwriter did not significantly influence underpricing. It means that it did not strengthen the correlation between the variable of accountancy and non-accountancy information and underpricing, or the variable of the reputation of equities underwriter was not a moderating variable.

Keywords: Underpricing, Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, Size, Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, Auditor Reputation, Reputation of Equities Underwriter


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran yang sangat kreaktif sejak awal penulisan proposal hingga penyelesaian tesis ini.

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku komisi pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.

6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku komisi pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.

7. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku komisi pembanding yang telah memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti untuk kesempurnaan tesis.

8. Bapak dan Ibu Sekolah Pascasarjana Akuntansi yang telah membekali ilmu dan pengetahuan peneliti selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

9. Seluruh staf dan pegawai Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu proses penyelesaian administrasi.

10. Secara khusus dan teristimewa kepada orangtua yaitu, ayahanda Faiginaso Zebua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

11. Abang dan Adik tercinta, yaitu Yulianus Zebua, Serlina Zebua, Asnidar Zebua, dan Emilia Zebua dan seluruh anggota keluarga yang telah banyak membantu , memberi semangat dan dukungan selama pendidikan.

12. Sahabatku Jefri Tampubolon yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat dalam penulisan tesis ini.

13. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yaitu, Victor, Retno, Duma, Enda, Lias, Renika dan rekan lainnya yang tidak dapat disebut namanya satu persatu yang memberikan dukungan hingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, 07 Nopember 2012 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Serniati Zebua

2. Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 3 September 1987 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Kristen Protestan 5. Orangtua

a. Bapak : Faiginaso Zebua b. Ibu : Alm. Merina Harefa 6. Anak ke : 2 dari 5 bersaudara

7. Alamat : Jl. Bunga Cempaka No.18D Medan 8. Pendidikan

a. Pada tahun 2012, lulus dari Sekolah Pascasarjana Akuntansi Universitas Sumatera Utara, Medan.

b. Pada tahun 2010, lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.

c. Pada tahun 2006, lulus dari Sekolah Menengah Umum Swasta Pembda 1, Gunungsitoli, Nias.

d. Pada tahun 2003, lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta Bunga Mawar, Gunungsitoli, Nias.

e. Pada tahun 1997, lulus dari Sekolah Dasar Negeri 2 No. 070975, Gunungsitoli, Nias


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Originalitas Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 10

2.2. Teori Underpricing... 16

2.2.1. Penawaran Umum di Perdana dan Pasar Sekunder ... 18

2.2.2. Fenomena Underpricing ... 12

2.1.3. Pengertian Underpricing ... 20

2.3. Informasi Akuntansi yang mempengaruhi Underpricing ... 24

2.4. Informasi Non Akuntansi yang Mempengaruhi Underpricing ... 30

2.5. Reputasi Penjamin Emisi ... 36

2.6. Kerangka Berpikir... 39

2.7. Hipotesis Penelitian... 46

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2. Jenis Penelitian... 47

3.3. Populasi dan Sampel ... 47

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5. Jenis dan Sumber Data... 48

3.6. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian... 49

3.6.1. Underpricing... 49

3.6.2. Variabel Independen... 49

3.6.3 Variabel Moderating... 54


(12)

3.7.1. Uji Signifikansi Parameter Individual

(uji statistik t)... 57

3.7.2. Uji Signifikansi Simultan (uji statistik F)... 58

3.7.3. Uji Koefisien Determinasi (R2 3.7.4. Uji Residual... 59

)... 58

3.8. Pengujian Asumsi Klasik... 59

3.8.1 Uji Normalitas... 59

3.8.2. Uji Multikolinearitas... 60

3.8.3. Uji Heterokedastisitas... 61

3.8.4. Uji Autokorelasi ... 62

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 64

4.2. Uji Asumsi Klasik Faktor-faktor Informasi Akuntansi dan Informasi Non Akuntansi Sebelum Transformasi... 70

5.3.1. Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 70

5.3.2. Uji Multikolonieritas Sebelum Transformasi... 73

5.3.3. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi ... 73

5.3.4. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi.... 74

4.4. Uji Asumsi Klasik Variabel Reputasi Penjamin Emisi sebagai Variabel Moderating Sebelum Transformasi... 76

5.4.1. Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 76

5.4.2. Uji Multikolonieritas Sebelum Transformasi... 80

5.4.3. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi ... 80

5.4.4. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi.... 81

5.5. Uji Asumsi Klasik Klasik Faktor-faktor Informasi Akuntansi dan Informasi Non Akuntansi Setelah Transformasi... 82

5.5.1. Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 82

5.5.2. Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi... 85

5.5.3. Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ... 85

5.5.4. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi.... 86

5.6. Uji Asumsi Klasik Variabel Reputasi Penjamin Emisi sebagai Variabel Moderating Setelah Transformasi... 88

5.5.1. Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 88

5.5.2. Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi... 97

5.5.3. Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ... 90

5.5.4. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi.... 91

5.7. Pengujian Hipotesis... 93

5.7.1. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)... 93

5.7.2. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)... 98

5.7.3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2 5.7.4. Pengujian Residual Variabel Moderating ... 101

)... 100

5.8. Pembahasan Hasil Penelitian... 103

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 114


(13)

6.3. Saran ... 118


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Perbedaan pasar perdana dan pasar sekunder ... 12

2.2. Fenomena underpricing di berbagai negara... 13

2.3. Fenomena underpricing di Indonesia... 14

2.4. Review penelitian terdahulu... 38

4.1. Pemilihan sampel penelitian ... 49

4.2. Defenisi operasional dan metode pengukuran variabel ... 56

5.1. Tingkat underpricing... 67

5.2. Data informasi akuntansi yang mempengaruhi Underpricing ... 69

5.3. Data informasi non akuntansi yang Mempengaruhi Underpricing 71 5.4. Hasil Uji Normalitas Per Variabel Sebelum Transformasi... 75

5.5. Hasil Uji Normalitas Seluruh Variabel Sebelum Transformasi... 76

5.6. Hasil uji multikolinearitas sebelum transformasi ... 77

5.7. Hasil uji autokorelasi sebelum transformasi ... 77

5.8. Uji koefisien Korelasi Spearman sebelum transformasi... 79

5.9. Hasil Uji Normalitas Per Variabel Sebelum Transformasi... 82

5.10. Hasil Uji Normalitas Seluruh Variabel Sebelum Transformasi... 82

5.11. Hasil uji multikolonieritas sebelum transformasi... 83

5.12. Hasil uji autokorelasi sebelum transformasi... 84

5.13. Uji koefisien Korelasi Spearman sebelum transformasi... 86

5.14. Hasil uji normalitas Per Variabel Setelah Transformasi... 85


(15)

5.16. Hasil uji multikolonieritas setelah transformasi... 90

5.17. Hasil uji autokorelasi setelah transformasi... 90

5.18. Uji koefisien Korelasi Spearman setelah transformasi... 92

5.19. Hasil uji normalitas Per Variabel setelah transformasi... 94

5.20. Hasil Uji Normalitas Seluruh Variabel Setelah Transformasi... 95

5.18. Hasil uji multikolonieritas setelah transformasi... 96

5.19. Hasil uji autokorelasi setelah transformasi... 96

5.20. Uji koefisien Korelasi Spearman setelah transformasi... 98

.21. Hasil Analisis Regresi Variabel Informasi Akuntansi Secara Parsial.. 99

5.22. Hasil Analisis Regresi Variabel Informasi Non Akuntansi Secara Parsial... 102

5.23. Hasil Analisis Regresi Variabel Informasi Akuntansi Secara Simultan... 105

5.24. Hasil Analisis Regresi Variabel Informasi Non Akuntansi Secara Simultan ... 106

5.25. Hasil Analisis Koefisien Determinasi... 107

5.26. Hasil Analisis Koefisien Determinasi... 107

5.27. Hasil Analisis Regresi Variabel Moderating... 108


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Diagram konseptual ... 40

5.1. Grafik histogram P-Plot sebelum transformasi ... 73

5.2. Grafik normal P-Plot sebelum transformasi ... 74

5.3. Scatterplot heterokedastisitas sebelum transformasi ... 78

5.4. Grafik histogram P-Plot sebelum transformasi ... 80

5.5. Normal P-Plot sebelum transformasi... 81

5.6. Scatterplot heterokedastisitas sebelum transformasi... 85

5.7. Normal P-Plot setelah transformasi ... 87

5.8. Grafik histogram setelah transformasi ... 88

5.9. Scatterplot heterokedastisitas setelah transformasi... 91

5.10. Normal P-Plot setelah transformasi... 93

5.11. Grafik histogram setelah transformasi... 94


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Jadwal Waktu Penelitian ... 129

2. Sub Sektor JASICA... 130

3. 50 Most Active IDX Members in Total Trading Volume... 132

4. Daftar Populasi... 134

5. Daftar Sampel Perusahaan... 137

6. Underpricing dan data pembentuk tingkat underpricing ... 139

3. ROA dan data pembentuk Return on Assets... 141

4. EPS dan data pembentuk Earning per Share... 143

5. DER dan data pembentuk Debt Equity Ratio... 145

6. Data Total Aktiva dan Logaritma Natural Total Aktiva... 147

7. Data pembentuk nilai penawaran saham ... 149

8. Data pembentuk persentase penawaran saham ... 151

9. Jenis industri dan peringkat perusahaan manufaktur dan non manufaktur ... 153

10. Nama perusahaan penjamin emisi dan peringkat reputasi penjamin emisi ... 155

11. Nama perusahaan auditor independen dan peringkat reputasi auditor ... 157


(18)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FENOMENA

UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA

DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN REPUTASI

PENJAMIN EMISI SEBAGAI VARIABEL

MODERATING

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena underpricing yang diwakili oleh informasi akuntansi (Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size ) dan informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta menguji dan menganalisis apakah reputasi penjamin emisi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan antara informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap fenomena underpricing. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007-2011, yaitu 102 perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang mengalami underpricing pada penawaran saham perdana dan memiliki data laporan keuangan lengkap, yaitu 80 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda dan uji residual. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa informasi akuntansi (Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size) dan informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) berpengaruh secara simultan terhadap

underpricing sedangkan secara parsial variabel Return on Assets dan Persentase Penawaran Saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Ketika Reputasi penjamin emisi digunakan sebagai variabel moderating, variabel reputasi penjamin emisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini berarti tidak memperkuat hubungan antara variabel informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap underpricing atau variabel reputasi penjamin emisi bukan merupakan variabel moderating.

Kata kunci : Underpricing, Return on Assets, Earning Per Share, Debt Equity Ratio, Size, Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor dan Reputasi Penjamin Emisi


(19)

SOME FACTORS WHICH INFLUENCE UNDERPRICING

PHENOMENA IN INITIAL PUBLIC OFFERING IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE WITH THE

REPUTATION OF EQUITIES UNDERWRITER

AS A MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

The aim of the research was to test and to analyze some factors which influence underpricing phenomena represented by accountancy information (Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, and Size) and by non-accountancy information (Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, and Auditor Reputation), all of which were registered in BEI (Indonesia Stock Exchange). It was also aimed to test and to analyze whether the reputation of equities underwriter as the moderating variable influenced the correlation between accountancy and non-accountancy information and underpricing phenomena. The population of the research was 102 companies which performed initial public offering in BEI from 2007 until 2011. The samples comprised 80 companies which underwent underpricing in the initial public offering and had complete financial report. The data were gathered by taking from financial report documents in BEI and processed by using multiple linear regression statistical tests and residual test. The results of the research showed that accountancy information (Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, and Size) and non-accountancy information (Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, and Auditor Reputation) simultaneously influenced underpricing, while partially the variables of Return on Assets and Percentage of Public Offering did not significantly influence underpricing. When the reputation of equities underwriter was used as moderating variable, the variable of the reputation of equities underwriter did not significantly influence underpricing. It means that it did not strengthen the correlation between the variable of accountancy and non-accountancy information and underpricing, or the variable of the reputation of equities underwriter was not a moderating variable.

Keywords: Underpricing, Return on Assets, Earning per Share, Debt Equity Ratio, Size, Value of Public Offering, Percentage of Public Offering, Types of Industry, Auditor Reputation, Reputation of Equities Underwriter


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar modal. Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi, sedangkan harga di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar atau permintaan dan penawaran.

Permasalahan penting yang dihadapi emiten pada saat melakukan penawaran saham perdana adalah penutupan besarnya harga saham perdana. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana menginginkan harga yang tinggi, sebaliknya penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Tipe penjaminan yang berlaku di Indonesia adalah full commitment, dimana pihak penjamin emisi akan membeli saham yang tidak habis terjual saat penawaran perdana. Keadaan ini membuat penjamin emisi berupaya untuk meminimalkan resiko dengan melakukan negosiasi dengan emiten agar harga saham-saham tersebut tidak terlalu tinggi, bahkan cenderung underpricing.

Penjamin emisi memiliki informasi lebih banyak mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten, dibanding emiten itu sendiri. Oleh karena itu penjamin emisi akan memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan yang optimal dengan emiten, yaitu dengan memperkecil


(21)

risiko keharusan membeli saham yang tidak laku terjual dengan harga murah, sehingga emiten harus menerima harga yang murah bagi penawaran saham perdananya dan hal ini akan menyebabkan terjadinya underpricing, yang berarti bahwa penentuan harga saham di pasar perdana lebih rendah dibanding harga saham di pasar sekunder dan selisih positif antara harga saham dipasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO dikenal dengan istilah initial return atau return positif bagi investor.

Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang dapat digunakan oleh investor/calon inverstor dan penjamin emisi untuk menilai perusahaan yang akan go public. Laporan keuangan yang diaudit akan mengurangi ketidakpastian di masa mendatang. Salah satu persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (Keputusan Menteri Keuangan RI No.859/KMK.01/1997).

Perusahaan emiten yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO) harus membuat prospektus yang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM. Informasi prospektus dapat dibagi menjadi dua yaitu informasi akuntansi dan non akuntansi. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas dan penjelasan laporan keuangan. Informasi non akuntansi adalah informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan,umur perusahaan dan informasi lainnya. Penelitian tentang tingkat underpricing dan harga saham dihubungkan dengan informasi pada prospektus merupakan hal yang menarik bagi


(22)

peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal. Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh informasi akuntansi dan informai non akuntansi terhadap initial return

atau underpricing telah banyak dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun Indonesia. Dari kedua informasi akuntansi dan non akuntansi tersebut masih menjadi perdebatan manakah yang lebih membantu investor dalam menentukan keputusan investasi mereka karena sampai saat ini penelitian-penelitian sebelumnya menemukan hasil yang berbeda-beda.

Menciptakan harga saham yang ideal, terlebih dahulu perlu dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena (gejala) underpricing. Underpricing

adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO. Mengetahui faktor yang mempengaruhi underpricing

akan dapat menghindarkan perusahaan yang akan go public terhadap kerugian karena underestimate atas nilai pasar sahamnya. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing telah dilakukan banyak penelitian, dan penelitian tersebut telah menemukan bahwa underpricing lebih tinggi jika umur perusahaan lebih muda, kualitas penjamin emisi rendah, kualitas auditor rendah, klasifikasi industri adalah industri non keuangan (Agrawal, 2011), persentase penawaran saham kecil (Triani & Hikmah 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh (Sulistio, 2005) yang menguji pengaruh akuntansi dan non akuntansi terhadap initial return sebagai proksi dari keputusan investasi pada perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Jakarta. Informasi akuntansi yang digunakan dalam penelitian meliputi


(23)

ukuran perusahaan, EPS, PER dan tingkat leverage. Informasi non akuntansi yang digunakan meliputi prosentase pemegang saham lama, reputasi auditor dan reputasi underwriter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap initial return adalah tingkat leverage, sedangkan informasi non akuntansi yang berpengaruh terhadap initial return adalah persentase pemegang saham lama.

Penelitian yang dilakukan oleh (Dimovski et all. 2010) yang melakukan penelitian di Australia dengan mengambil sampel perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana pada sektor pertanian dari tahun 1994-1999. Ia memfokuskan penelitian pada faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing dan reputasi penjamin emisi. Variabel yang digunakan adalah harga penawaran saham, reputasi penjamin emisi, reputasi auditor independen dan ukuran perusahaan. Penelitiannya berhasil membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi dan harga saham perdana berpengaruh secara signifikan sedangkan reputasi auditor, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Yolana & Martani 2005) yang melakukan penelitian di BEJ dengan mengambil data tahun 1994-2001. Ia memfokuskan penelitiannya pada variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena underpricing melalui informasi yang terdapat pada prospektus baik informasi keuangan maupun infomasi non keuangan. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel reputasi penjamin emisi, kurs, skala perusahaan, return on equity dan jenis industri. Penelitiannya berhasil membuktikan bahwa keempat variabel bebas (kurs, skala perusahaan, return on


(24)

equity dan jenis industri) secara parsial dan simultan dengan variabel bebas lainnya dianggap konstan mempengaruhi underpricing. Sedangkan reputasi penjamin emisi, tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi terjadinya

underpricing.

Penelitian yang dilakukan (Triani & Hikmah 2006) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEJ, mencoba menguji pengaruh variabel reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, persentase penjamin emisi, ukuran perusahaan (total aktiva), umur perusahaan, leverage, dan return on assets terhadap tingkat

underpricing. Mereka berhasil membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi,

leverage signifikan pada level 10% dengan arah negatif mempengaruhi

underpricing. Return on assets mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5% dengan arah negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan, dan persentase saham yang ditahan, tidak terbukti signifikan mempengaruhi underpricing.

Perbedaan hasil penelitian tersebut, mendorong peneliti untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena underpricing dengan reputasi penjamin emisi sebagai variabel moderating. Variabel reputasi penjamin emisi digunakan sebagai variabel moderating untuk mengetahui apakah variabel ini memperkuat atau memperlemah fenomena underpricing sehingga mampu membuktikan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa reputasi penjamin emisi tidak mempengaruhi fenomena underpricing.


(25)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena sebagaimana diuraikan di latar belakang, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor-faktor informasi akuntansi (Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Size) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Underpricing?

2. Apakah faktor-faktor informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Underpricing?

3. Apakah reputasi penjamin emisi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan antara informasi akuntansi (Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Size) dan informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) terhadap Underpricing?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:

1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh faktor-faktor informasi akuntansi (Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Size) secara simultan dan parsial terhadap Underpricing.

2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh faktor-faktor informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) secara simultan dan parsial terhadap


(26)

4. Mengetahui dan menganalisis apakah reputasi penjamin emisi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan antara faktor-faktor informasi akuntansi (Return On Assets, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Size) dan faktor-faktor informasi non akuntansi (Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor) terhadap

Underpricing. 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1. Bagi emiten atau calon emiten, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan harga yang tepat dalam penawaran saham perdana, sehingga perusahaan akan memperoleh sejumlah modal dengan biaya yang relatif murah.

2. Bagi penjamin emisi, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membantu perusahaan untuk menyusun prospektus dan memberikan penilaian yang sesuai untuk penetapan harga saham di pasar perdana dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada investor.

3. Bagi investor, sebagai informasi mengenai hal-hal yang berpengaruh signifikan terhadap initial return yang diterima saat IPO, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di saham perdana.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan bagi peneliti agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(27)

1.5. Originalitas Penelitian

Originalitas penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk replikasi dan pengembangan dari penelitian (Yolana & Martani (2005) dengan judul “Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ”. Terdapat beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yolana dan Martani (2005) :

1. Penelitian (Yolana & Martani 2005) dilakukan pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana pada tahun 1994-2001 di Bursa Efek Jakarta sedangkan penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana pada tahun 2007-2010 di Bursa Efek Indonesia karena pada tahun 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) merger dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Penelitian ini menambah variabel earning per share dan tingkat leverage

(DER) pada informasi akuntansi sebagai variabel independen dan menambah variabel Nilai Penawaran Saham, Persentase Penawaran Saham, Jenis Industri, Reputasi Auditor pada informasi non akuntansi sebagai variabel independen. Alasan penambahan variabel independen ini adalah karena penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa secara simultan hanya 28,15% variabel bebas mempengaruhi underpricing sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Penambahan variabel independen untuk mengetahui variabel bebas lainnya yang mempengaruhi fenomena underpricing.


(28)

3. Pada penelitian ini variabel reputasi penjamin emisi digunakan sebagai variabel moderating untuk mengetahui dan menganalisis apakah reputasi penjamin emisi dapat menjadi variabel moderating yang mempengaruhi hubungan antara informasi akuntansi dan non akuntansi terhadap sebagai salah satu sinyal positif yang sengaja diberikan oleh perusahaan kepada pasar, yang demikian diharapkan pasar dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel reputasi penjamin emisi sebagai variabel independen.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Penawaran umum di pasar perdana dan pasar sekunder

Perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan umumnya menggunakan laba yang ditahan perusahaan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditor berupa utang, pembiayaan bentuk lain, penerbitan surat-surat utang, atau pendanaan yang bersifat penyertaan dalam bentuk saham (equity). Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal dengan istilah go public.

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public. Penjamin (underwriter) yang ditunjuk oleh perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor.

Secara teoritis, penawaran saham-saham di pasar perdana dapat terjadi kemungkinan penawaran harga yaitu : apakah emisi-emisi tersebut overpricing


(30)

overpricing atau underpricing di bawah ini diuraikan dua alternatif pendekatan yang digunakan, yaitu :

1. Menaksir harga teoritis saham tersebut dibandingkan dengan harga yang ada di pasar perdana. Jika harga di pasar perdana lebih tinggi dari harga teoritis, saham tersebut dinilai overvalue. Sebaliknya, jika lebih rendah diklasifikasikan undervalue.

2. Membandingkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari saham-saham yang baru dijual tersebut dengan memperhatikan faktor risiko. Jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan, hal ini berarti nilai saham tersebut overvalue. Sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari tingkat keuntungan yang diharapkan maka saham tersebut undervalue.” (Hanafi & Husnan 1991).

Pada dasarnya, hampir semua investor berminat untuk membeli saham di pasar perdana dengan harapan memperoleh keuntungan pada saat harga tersebut akan naik di pasar sekunder. Namun, dalam prakteknya harga saham pada pasar perdana adalah harga yang terjadi karena hasil negoisasi antara penjamin emisi (underwriter) dengan calon emiten. Oleh karena itu, harga perdana ini disebut juga dengan harga negoisasi (negotiation price). Berbeda dengan pasar perdana, pasar sekunder adalah pasar yang terjadi ketika suatu efek dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Ini disebut pasar sekunder karena pihak yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Uang yang mengalir dalam pasar sekunder, tidak lagi mengalir ke dalam perusahaan yang menerbitkan efek akan tetapi berpindah atau bergerak dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain.


(31)

Emiten tidak berhubungan langsung dengan pasar sekunder, akan tetapi memiliki kepentingan atas naik turunnya harga saham di pasar sekunder. Sebagai tambahan, apabila dilihat dari segi kepentingan pemodal dalam membeli dan menjual saham, maka terdapat beberapa perbedaan antara pasar perdana dan pasar sekunder seperti yang dijelaskan (Lubis, 2008) yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Perbedaan pasar perdana dan pasar sekunder

No Pasar perdana Pasar sekunder

1. 2. 3. 4. 5.

Harga saham tetap Tidak dikenai komisi Hanya untuk pembelian saham

Pemesanan dilakukan melalui agen penjualan Jangka waktu terbatas

Harga saham berfluktuasi sesuai kekuatan supply dan demand Dibebankan komisi

Berlaku untuk pembelian maupun penjualan saham

Pemesanan dilakukan melalui anggota bursa (pialang / broker) Jangka waktu tidak terbatas

2.1.2. Pengertian dan fenomena underpricing

Saham suatu perusahaan yang akan diperdagangkan di pasar sekunder atau berada di penjualan di lantai bursa, sebelumnya akan ditawarkan terlebih dahulu di pasar perdana. Harga pasar yang dijual di pasar perdana telah ditentukan terlebih dahulu atas kesepakatan antar emiten dengan pihak penjamin emisi (underwriter), sedangkan harga saham yang dijual di pasar sekunder ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Dalam dua mekanisme penentuan harga tersebut sering terjadi perbedaan harga atau yang disebut dengan underpriced.

Beberapa peneliti menjelaskan mengapa harga pada penawaran perdana lebih rendah daripada harga pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder. Menurut Carter and Manaster dalam Nur Indrianto (1999) menjelaskan bahwa


(32)

sekunder yang terjadi karena perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh penjamin emisi untuk mengurangi tingkat risiko yang harus ia hadapi karena fungsi penjaminannya. Menurut (Jogiyanto, 2008) menjelaskan bahwa underpricing perusahaan IPO merupakan perbedaan antara harga penawaran perdana dengan harga penutupan saham perusahaan IPO di pasar sekunder pada hari pertama.” Kecenderungan underpricing terjadi hampir di setiap negara, yang membedakannya hanyalah berapa besar tingkat underpricing

yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa peneliti dari luar negeri yang pernah menguji fenomena underpricing (Yolana & Martani 2005).

Tabel 2.2. Fenomena undepricing di berbagai negara

Negara Peneliti Sampel Waktu Underpricing

(%) Australia Brazil China Finlandia Hongkong India Jerman Korea Malaysia Mexico Singapura Taiwan Thailang Turkey UK USA

Lee, Taylor & Walter Aggarwal, Leal & Hernandez

Datar & Mao Keloharju

McGuinness, Zhao & Wu Krishnamurti & Kumar Ljungqvist

Dhatt, Kim & Lim Isa

Aggrawal, Leal & Hernandez

Lee, Taylor & Walter Chen

Wethyavivorn Koosmith Kiymaz

Dimson, Levis Ibbotson, Sindelar & Ritter 266 62 226 85 334 98 170 347 132 37 128 168 32 138 2133 13308 1976-1989 1979-1990 1990-1996 1984-1992 1980-1996 1992-1993 1978-1992 1980-1990 1980-1991 1987-1990 1973-1992 1971-1990 1988-1989 1990-1995 1959-1990 1960-1996 11,0 78,0 388,0 9,6 15,9 35,3 10,9 78,1 80,3 33,0 31,4 45,0 58,1 13,6 12,0 15,8

Di indonesia fenomena underpricing juga telah banyak dilakukan seperti terlihat pada tabel 2.3 berikut.


(33)

Tabel 2.3. Fenomena underpricing di Indonesia

Peneliti Sampel Waktu Underpricing

(%) Yolana dan Martani

Triani dan Nikmah Emilia, Sulaiman, Sembel Isnurhadi, Sjaruddin Yasa, Gerianta W Handayani Sulistio, Helen Wijayanto, Andy 131 90 92 96 300 28 44 67 1994-2001 1994-2000 1999-2005 1993-1997 1990-2001 2000-2006 1998-2003 2000-2006 38,0 5,0 59,4 12,1 21,3 34,9 82,0 28,3

Berdasarkan uraian beberapa hasil penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa fenomena underpricing memang terjadi pada kurun waktu yang diteliti oleh masing peneliti dengan tingkat underpricing yang berbeda-beda. Oleh karena itu fenomena underpricing merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena berusaha menjelaaskan terjadinya anomali IPO dengan mengaitkannya dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi fenomena underpricing.

2.1.3. Teori underpricing

Teori underpricing dikemukakan dalam literatur-literatur keuangan (Ritter, 1998), ada beberapa teori mengenai underpricing yang telah dikemukan oleh para ahli diantaranya :

Informasi assimetris (Assimetri Information Theory), kebanyakan teori yang menjelaskan harga penawaran perdana (IPO) yang underpriced didasarkan pada asumsi bahwa terjadi perbedaan informasi antara berbagai pihak terhadap nilai saham yang baru tersebut. Salah satu dari teori tersebut menganggap bahwa penjamin emisi secara signifikan mempunyai informasi yang lebih baik dari pada emiten. Hal ini oleh karena penjamin emisi memiliki informasi yang lebih


(34)

lengkap, penjamin emisi akan mampu meyakinkan emiten bahwa harga yang rendah lebih baik jika emiten tidak pasti terhadap nilai sahamnya sendiri.

Penjelasan lain dari underpricing adalah yang dikenal sebagai istilah ”winner’s curse”. Winner’s curse ini menekankan adanya informasi asimetris diantara investor potensial. Menurut pandangan ini, beberapa investor (informed investor) mempunyai akses informasi mengetahui berapa sesungguhnya nilai saham yang akan dikeluarkan. Investor lainnya (uninformed investor) tidak mengetahui karena sangat sulit atau mahal untuk mendapat informasi tersebut. Penjamin emisi dan emiten melakukan kesalahan acak (random error) dalam penetapan harga, beberapa saham ditetapkan overvalued dan lainnya undervalued. Investor yang mempunyai informasi akan membeli saham yang undervalued dan menghindari saham yang overvalued. Akibatnya, investor yang tidak mempunyai informasi sulit mendapatkan saham undervalued, karenanya akan mendapatkan

return yang lebih kecil. Karena emiten harus terus menerus menarik investor yang tidak mendapatkan informasi seperti investor yang mempunyai informasi, maka rata-rata harga saham baru tersebut harus underpriced agar investor yang tidak mempunyai informasi tersebut mendapatkan return yang memadai.

Selain teori underpricing IPO yang berdasarkan informasi asimetris ada juga penjelasan tradisional, antara lain:

a. Undang-Undang membuat penjamin emisi menetapkan harga perdana di bawah harga yang diharapkan.

b. Terjadi kolusi diantara para penjamin emisi dengan menetapkan kondisi


(35)

c. Saham yang underpriced meninggalkan kesan yang baik terhadap investor sehingga pada waktu berikutnya, saham baru yang dikeluarkan dapat dijual pada harga yang lebih menarik.

d. ”Firm commitment” membuat penjamin emisi mencoba mengurangi risiko dengan cara underpriced saham perdana untuk mengkompensasikannya. e. Proses underwriting biasanya memasukkan unsur underpricing dalam IPO,

kondisi ini terjadi karena kebiasaan / tradisi atau berdasarkan perjanjian yang disepakati antara emiten dan penjamin emisi.

f. Perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) dan penjamin emisi menganggap bahwa underpricing merupakan bentuk jaminan terhadap tuntutan hukum.

Teori sinyaling (Signaling Theory) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (separating equilibrium). Pada saat melakukan penawaran umum, calon investor tidak sepenuhnya dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Oleh Karena itu, emiten dan penjamin emisi dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar yang merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh emiten guna menunjukkan kualitas perusahaan pada saat IPO (Sumarso, 2003). (Allen dan Faulhaber, dalam Wijayanto 2009) melihat

underpricing dari IPO sebagai alat bantu yang digunakan oleh perusahaan untuk memberi sinyal tentang kualitas baik mempunyai insentif untuk melakukan underpricing pada IPO. Perusahaan dapat menawarkan harga sahamnya lebih baik pada penawaran berikutnya. Dengan demikian total penawaran yang diterima


(36)

perusahaan dari pasar IPO ditambah dari pasar saham berikutnya lebih besar dibandingkan dengan penerbitan saham IPO yang tidak dilakukan underprice.

Teori reaksi yng berlebihan (Over-Reaction Theory) adalah bahwa harga penawaran yang ditetapkan oleh penjamin emisi telah sesuai dan initial return yang positif merupakan akibat dari reaksi berlebihan dari investor yang tidak rasional. Pandangan ini dikemukakan oleh (Ritter et all.,dalam Wijayanto 2009). Argumentasi yang diajukan terutama didasarkan pada psikologi dan tingkah laku (behaviour) atau ketidak-rasionalan dari investor. Tantangan yang harus diselesaikan oleh model ini adalah implikasi bahwa: (1) investor secara konsisten bertindak tidak rasional atau bereaksi secara berlebihan, dan (2) reaksi tersebut biasanya hanya kepada sisi positif saja.

Teori prospek (Prospect Theory) oleh (Loughran dan Ritter dalam, Wijayanto 2009) mengajukan teori prospek yang berdasarkan pada covariance

antara kerugian yang dialami oleh emiten akibat underpricing dengan perubahan nilai kekayaan emiten setelah go public. Berita buruk yaitu adanya kerugian yang dialami oleh emiten karena underpricing dibarengi dengan berita baik bahwa pemilik perusahaan ternyata sekarang menjadi lebih kaya dari perkiraannya semula. Penggabungkan berita buruk dan berita baik tersebut emiten tetap merasa gembira walaupun terjadi kerugian.

Argumen yang diajukan oleh teori ini adalah underpricing merupakan bentuk tidak langsung antara biaya langsung (spread) dan biaya opportunity

(selisih harga pasar hari pertama dengan harga penawaran). Apabila penjamin emisi menaikkan persentase biaya langsung, emiten akan melakukan tawar menawar (bargain) yang hebat dibandingkan jika terjadi transfer kekayaan dalam


(37)

bentuk biaya opportunity. Dengan demikian, melakukan underpricing lebih menguntungkan bagi penjamin emisi.

2.1.4. Informasi akuntansi yang mempengaruhi underpricing

(Warren et all. 2006) menjelaskan bahwa secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Akuntansi adalah “bahasa perusahaan” karena melalui akuntansilah informasi dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi menjadi suatu bagian dari proses akuntansi. Berdasarkan definisi akuntansi tersebut dapat diketahui bahwa informasi akuntansi yang dimaksud adalah informasi yang diperoleh dari aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan itu sendiri. Informasi tersebut disusun dalam bentuk laporan akuntansi yang disebut laporan keuangan.

2.1.4.1 Rate of return on total asset (ROA)

Rentabilitas ekonomi adalah rasio perbandingan antara keuntungan sebelum bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan (Rahardjo, 2009). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan ROA dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih Total Aktiva

Dimana: ROA : Rentabilitas ekonomi (Rate of Return on Total Asset) Laba bersih : Laba sebelum bunga dan pajak


(38)

Kaitannya dengan IPO, rentabilitas perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing

(Wijayanto, 2009). Return on Assets merupakan proxy dari rentabilitas perusahaan rmengenai efektifitas operasional perusahaan. Rentabilitas perusahaan yang tinggi akan meyakinkan investor akan prospek perusahaan di masa mendatang, hal ini akan mengurangi tingkat ketidakpastian, namun sebaliknya jika rentabilitas perusahaan sangat rendah maka investor akan cenderung meminta kompensasi dari harga saham yang ditawarkan perusahaan sebagai kompensasi atas ketidakpastian yang ditanggung investor, sehingga pengaruh rentabilitas terhadap tingkat underpricing adalah negatif. Prestasi keuangan, khususnya tingkat keuntungan, memegang peranan penting dalam penilaian prestasi usaha perusahaan dan sering digunakan sebagai dasar dalam keputusan investasi, khususnya dalam pembelian saham, sehingga semakin besar ROA semakin berkurang tingkat underpricing.

2.1.4.2. Penghasilan per lembar saham/Earning per share (EPS)

Penghasilan per lembar saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan imbalan pada setiap lembar saham biasa (Rahardjo, 2009). Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. Pada umumnya pemegang saham dan calon investor akan tertarik pada EPS, karena EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan EPS yang besar menjadi indikator keberhasilan dari emiten.


(39)

EPS mencerminkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham perusahaan. Hasil empiris menunjukkan bahwa semakin tinggi EPS, semakin tinggi pula harga saham. Perhitungan EPS dirumuskan sebagai berikut (Rahardjo, 2009):

EPS = Laba Bersih Jumlah Lembar Saham

Earnings per Share atau laba per saham adalah rasio yang mengukur pendapatan bersih perusahaan pada suatu periode dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini digunakan untuk menganalisis risiko dan membandingkan pendapatan per lembar saham perusahaan dengan perusahaan lain. Ketika investor mengevaluasi kinerja dari perusahaan, investor tidak cukup hanya mengetahui apakah pendapatan suatu perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan, investor juga perlu mencermati bagaimana perubahan pendapatan berakibat terhadap investasinya.

Rasio EPS yang semakin meningkat memberikan indikasi bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh perlembar saham, dengan asumsi outstanding shares tetap atau semakin besar kemungkinan perusahaan dalam memperoleh laba sehingga kemungkinan mambayarkan deviden juga semakin besar ataupun diinvestasikan lagi (retained earning), maka diharapkan akan memperoleh hasil yang semakin besar dimasa mendatang. Harapan tersebut mengakibatkan meningkatnya EPS akan meningkatkan pendapatan saham. Profitabilitas yang tinggi suatu perusahaan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga menurunkan tingkat underpricing (Kim et all., dalam Wijayanto 2009). Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan mengenai keuntungan


(40)

yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu, dengan demikian diduga bahwa semakin besar EPS semakin berkurang tingkat underpricing.

2.1.4.3. Debt Equity Ratio (DER)

Debt Equity Ratio menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang diukur dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan yang berarti semakin tinggi tingkat leverage perusahaan semakin tinggi pula faktor ketidakpastian akan perusahaan sehingga berpengaruh negatif terhadap initial return. Tingkat leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan modal yang dimilikinya (Rahardjo, 2009).

DER sangat berkaitan erat dengan penciptaan suatu struktur kebijakan di mana selanjutnya dapat mempengaruhi struktur kebijakan dan mempengaruhi kemampuan suatu perusahaan untuk membuat berbagai pilihan strategi (Jensen, 1986 dalam, Wijayanto 2009). Struktur modal yang tepat adalah sebagai suatu keputusan kritis untukberbagai organisasi bisnis. Selain keputusan tersebutadalah penting karena adanya kebutuhan untuk memaksimumkan keuntungan pada suatu kemampuan perusahaan untuk dapat berjalan dengan lingkungan bersaingnya. Keputusan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari hasil kegiatan perusahaan. Sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemilik atau peserta yang merupakan komponen modal sendiri yang dapat diperoleh melalui


(41)

IPO dan dana yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO-nya untuk membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna melakukan ekspansi baru. (Daljono dalam, Wijayanto 2009) menyatakan bahwa apabila rasio leverage tinggi, menunjukkan risiko suatu perusahaan tinggi pula. Para investor dalam melakukan keputusan investasi tentu akan mempertimbangkan informasi tingkat leverage. Tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan semakin tingginya tingkat underpricing, sehingga pengaruh tingkat leverage terhadap tingkat underpricing adalah positif. Variabel tingkat leverage apat diukur dengan rumus:

DER = TD TSE

Dimana : DER : Rasio Hutang atas Aktiva / Debt to Equity Ratio

TD : Jumlah Hutang / Total Debt

TSE : Jumlah aktiva / Total Shareholder’s Equity

Tingkat Leverage yang tinggi menunjukkan risiko keuangan atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena semakin tinggi financial leverage suatu perusahaan, maka initial return semakin besar (Kim et all., dalam Wijayanto (2009), dimana variabel

leverage diukur dengan Debt Equity Ratio.

2.1.4.4. Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan dapat dijadikan sebagai proxy tingkat ketidakpastian saham. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah


(42)

diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil. Tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak. Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan.

Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat resiko investai perusahaan berskala besar dalam jangka panjang. Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat resiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang (Nurhidayati & Indriantoro 1998). Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan semakin rendah oleh karena itu, diduga semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil underpricing. Menurut (Yolana & Martani 2005) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing yang dihasilkan dimana ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva perusahaan sebelum melakukan IPO.

2.1.5. Informasi non akuntansi yang mempengaruhi underpricing

Menurut peraturan Bapepam, prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek. Prospektus berisi tentang semua detail dasar dan fakta material tentang ringkasan penawaran umum, ringkasan pelaksanaan dari aspek-aspek penting perusahaan, kegiatan usaha, jumlah saham yang ditawarkan, nominal dan harga jual saham, usulan go public, prospek bisnis dan risiko perusahaan, kebijakan


(43)

dividen, lembaga yang terlibat dalam IPO seperti penjamin emisi, dan semua informasi terkait yang dibutuhkan untuk diketahui oleh pihak yang membutuhkan informasi. Salah satunya adalahinformasi non akuntansi yang meliputi informasi yang diperoleh dari luar aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan selain laporan keuangan.

2.1.5.1. Nilai Penawaran Saham (NPS).

Pada saat perusahaan menawarkan saham baru maka terdapat aliran kas masuk dari procced (penerimaan dari pengeluaran saham). Proceeds

menunjukkan besarnya ukuran penawaran saham pada saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan menyebabkan membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO. Nilai penawaran saham yang ditawarkan ke publik memberikan informasi sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan. Semakin tinggi perusahaan dikembangkan akan semakin tinggi jumlah dana yang dibutuhkan. Nilai penawaran saham juga akan menjadikan pertimbangan investor seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk menguasai saham dalam persentase tertentu.

Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung menawarkan saham dengan nilai besar demikian pula sebaliknya perusahaan yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relative kecil. Perhitungan nilai penawaran saham dirumuskan sebagai berikut (Triani & Nikmah 2006) dimana nilai penawaran saham (OFFERSIZE) diukur dengan nilai penawaran saham perusahaan pada saat melakukan IPO yang telah dibagi dengan nilai ekuitas perusahaan.


(1)

Lampiran 13

Jenis Industri dan Peringkat Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur

NO

KODE

JENIS INDUSTRI

PERINGKAT

KETERANGAN

1

BISI

Agriculture

0

non manufaktur

2

WEHA

Infrastructure. Utilities & Transportation

1

manufaktur

3

BKDP

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

4

SGRO

Agriculture

0

non manufaktur

5

MNCN

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

6

MCOR

Finance

0

non manufaktur

7

PKPK

Mining

0

non manufaktur

8

LCGP

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

9

DEWA

Non Building Construction

0

non manufaktur

10

BACA

Finance

0

non manufaktur

11

GPRA

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

12

WIKA

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

13

ACES

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

14

PTSN

Miscellaneous Industry

1

manufaktur

15

JSMR

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

16

JKON

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

17

CSAP

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

18

ASRI

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

19

ITMG

Mining

0

non manufaktur

20

COWL

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

21

BAEK

Finance

0

non manufaktur

22

BAPA

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

23

TRIL

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

24

ELSA

Mining

0

non manufaktur

25

YPAS

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

26

KOIN

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

27

GZCO

Agriculture

0

non manufaktur

28

TPIA

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

29

BSDE

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

30

INDY

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

31

PDES

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

32

KBRI

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

33

ADRO

Mining

0

non manufaktur

34

HOME

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

35

TRAM

Infrastructure. Utilities & Transportation

1

manufaktur

36

SIAP

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

37

TRIO

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

38

BPFI

Finance

0

non manufaktur

39

INVS

Infrastructure. Utilities & Transportation

1

manufaktur

40

MKPI

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

41

BWPT

Agriculture

0

non manufaktur

42

DSSA

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

43

BCIP

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

44

45

BBTN

EMTK

Finance

Trade. Services & Investment

0

1

non manufaktur

manufaktur


(2)

46

PTPP

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

47

BIPI

Mining

0

non manufaktur

48

TOWR

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

49

GOLD

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

50

SKYB

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

51

BJBR

Finance

0

non manufaktur

52

IPOL

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

53

GREN

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

54

BUVA

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

55

BRAU

Mining

0

non manufaktur

56

HRUM

Mining

0

non manufaktur

57

ICBP

Consumer Goods Industry

1

manufaktur

58

TBIG

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

59

KRAS

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

60

APLN

Property. Real Estate And Building Construction

0

non manufaktur

61

BORN

Mining

0

non manufaktur

62

MIDI

Trade. Services & Investment

1

manufaktur

63

BRMS

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

64

MFMI

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

65

MBSS

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

66

SRAJ

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

67

HDFA

Finance

0

non manufaktur

68

BULL

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

69

SIMP

Agriculture

0

non manufaktur

70

TIFA

Finance

0

non manufaktur

71

STAR

Miscellaneous Industry

1

manufaktur

72

PTIS

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

73

SDMU

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

74

ALDO

Basic Industry And Chemicals

1

manufaktur

75

SMRU

Metal & Mineral Mining

0

non manufaktur

76

SUPR

Infrastructure. Utilities & Transportation

0

non manufaktur

77

ARII

Coal Mining

0

non manufaktur

78

GEMS

Coal Mining

0

non manufaktur

79

VIVA

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur

80

ABMM

Trade. Services & Investment

0

non manufaktur


(3)

Nama Perusahaan yang Mengaudit dan Reputasi Auditor

NO

KODE

AUDITOR

REPUTASI

AUDITOR

1

BISI

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

2

WEHA

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

3

BKDP

Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Member of HLB International) 0

4

SGRO

Purwantono. Suherman. & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

5

MNCN

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

6

MCOR

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

7

PKPK

Budiman. Wawan. Pamudji & Rekan (Member of Jason Tan & Associates) 0

8

LCGP

Achmad. Rasyid. Hisbullah & Jerry (Member of Nozaka Japan) 0

9

DEWA

Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Member of Mazars Moores Rowland Indonesia)

0

10

BACA

Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (Member of BDO International Limited) 0

11

GPRA

Kosasih. Nurdiyaman. Tjahjo & Rekan (Member of Crowe Horwath International)

0

12

WIKA

Pieter. Uways & Rekan (Member of Kingston Sorel International) 0

13

ACES

RSM Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto (Member of RSM International) 0

14

PTSN

Johan Malonda Mustika & Rekan (Member of Baker Tilly International) 0

15

JSMR

Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Member of HLB International) 0

16

JKON

RSM Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto (Member of RSM International) 0

17

CSAP

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

18

ASRI

Paul Hadiwinata. Hidajat. Arsono. Ade Fatma&Rekan (Member of PKF International Ltd)

0

19

ITMG

Tanudiredja. Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network)

1

20

COWL

Tjahjadi. Pradhono & Teramihardja (Member of Morison International) 0

21

BAEK

Siddharta & Widjaja (Member of KPMG International) 0

22

BAPA

Eddy Siddharta & Rekan (Member of Kreston International) 0

23

TRIL

Effendy Hasibuan 0

24

ELSA

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

25

YPAS

Tjahjadi. Pradhono & Teramihardja (Member of Morison International) 0

26

KOIN

Doli. Bambang. Sudarmadji & Dadang (Member of BKR International) 0

27

GZCO

Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Member of HLB International) 0

28

TPIA

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

29

BSDE

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

30

INDY

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

31

PDES

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

32

KBRI

Hananta Budianto & Rekan 0

33

ADRO

Tanudiredja. Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network)

1

34

HOME

Jamaludin. Aria. Sukimto & Rekan 0

35

TRAM

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

36

SIAP

Basri Hardjosumarto & Rekan 0

37

TRIO

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

38

BPFI

Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (Member of BDO International Limited) 0

39

INVS

Budiman. Wawan. Pamudji & Rekan 0

40

MKPI

Eddy Prakarsa Permana & Siddharta 0

41

BWPT

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0

42

DSSA

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 0


(4)

44

45

BBTN

EMTK

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited)

1 1

46

PTPP

Riza. Wahono & Rekan 0

47

BIPI

Bismar. Muntalib & Yunus 0

48

TOWR

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

49

GOLD

Anwar & Rekan (Member of DFK International) 0

50

SKYB

Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (Member of BDO International Limited) 0

51

BJBR

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

52

IPOL

RSM Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto (Member of RSM International) 0

53

GREN

Noor Salim. Nursehan & Sinarahardja 0

54

BUVA

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

55

BRAU

Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Member of Mazars Moores Rowland Indonesia)

0

56

HRUM

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

57

ICBP

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

58

TBIG

Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan (Member of BDO International Limited) 0

59

KRAS

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

60

APLN

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

61

BORN

Tanudiredja. Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network)

1

62

MIDI

Anwar & Rekan (Member of DFK International) 0

63

BRMS

Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Member of Mazars Moores Rowland Indonesia)

0

64

MFMI

RSM Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto (Member of RSM International) 0

65

MBSS

RSM Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto (Member of RSM International) 0

66

SRAJ

Paul Hadiwinata. Hidajat. Arsono & Rekan (Member of PKF International Ltd) 0

67

HDFA

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

68

BULL

Osman Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte Touche Tohmatsu Limited) 1

69

SIMP

Purwantono. Suherman & Surja (Member of Ernst & Young Global Limited) 1

70

TIFA

Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens International Ltd.) 1

71

STAR

Noor Salim. Nursehan & Sinarahardja 0

72

PTIS

Tanudiredja. Wibisana & Rekan (Member of PricewaterhouseCoopers Global Network)

0

73

SDMU

Anwar & Rekan (Member of DFK International) 1

74

ALDO

Anwar & Rekan (Member of DFK International) 0

75

SMRU

Purwantono. Suherman & Surja (Ernst & Young Global Limited) 1

76

SUPR

Aryanto. Amir Jusuf. Mawar & Saptoto 0

77

ARII

KAP Tanudiredja. Wibisana & Rekan – PricewaterhouseCoopers 1

78

GEMS

KAP Mulyamin Sensi Suryanto (member of Moore Stephens International) 0

79

VIVA

Tjiendradjaja & Handoko Tomo (Mazars) 0

80

ABMM

Purwantono. Suherman & Surja (a member firm of Ernst & Young Global Limited)

0


(5)

Nama Perusahaan Penjamin Emisi dan Reputasi Penjamin Emisi

NO

KODE

PERUSAHAAN PENJAMIN EMISI

REPUTASI PENJAMIN EMISI

1

BISI

PT Indopremir Securities

1

2

WEHA

PT Danpac Sekuritas

0

3

BKDP

PT Ciptadana Securities

1

4

SGRO

PT Danareksa Sekuritas

0

5

MNCN

PT Bhakti Securities. PT Danareksa Sekuritas

0

6

MCOR

PT Danpac Sekuritas. PT Sucorinvest Central Gani. PT Transpacific Securindo

0

7

PKPK

PT Investindo Nusantara Sekuritas. PT Danasakti Securities

0

8

LCGP

PT BNI Securities. PT Investindo Nusantara Sekuritas. PT Panca Global

Securities Tbk

0

9

DEWA

PT Danatama Makmur

0

10

BACA

PT Sinarmas Sekuritas. PT BNI Securities. PT Transpacific Securindo

0

11

GPRA

PT Mandiri Sekuritas. PT Danareksa Sekuritas. PT Nusadana Capital Indonesia

1

12

WIKA

PT CIMB-GK Securities Indonesia. PT Bahana Securities. PT Indo Premier

Securities

1

13

ACES

PT CLSA Indonesia. PT Dinamika Usaha Jaya

0

14

PTSN

PT Trimegah Securities

1

15

JSMR

PT Danareksa Sekuritas. PT Bahana Securities. PT Mandiri Sekuritas

1

16

JKON

PT Indo Premier Securities

1

17

CSAP

PT DBS Vickers Securities

0

18

ASRI

PT Ciptadana Securities

1

19

ITMG

PT UBS Securities Indonesia

0

20

COWL

PT Makinta Securities

0

21

BAEK

PT Dinamika Usahajaya

0

22

BAPA

PT Makinta Securities

0

23

TRIL

PT Optima Kharya Capital Securities. PT Danasakti Securities

0

24

ELSA

PT Mandiri Sekuritas

1

25

YPAS

PT Investindo Nusantara Sekuritas. PT BNI Securities. PT Panca Global

Securities Tbk

0

26

KOIN

PT Makinta Securities

0

27

GZCO

PT CLSA Indonesia. PT Semesta Indovest

0

28

TPIA

Truscel Capital (Appraisal Shares)

0

29

BSDE

PT CLSA Indonesia. PT Nusadana Capital Indonesia. PT Sinarmas Sekuritas

0

30

INDY

PT Danareksa Sekuritas. PT Mandiri Sekuritas. PT Indo Premier Securities

1

31

PDES

PT Dinamika Usaha Jaya. PT Danasakti Securities

0

32

KBRI

PT Henan Putihrai

0

33

ADRO

PT Danatama Makmur

0

34

HOME

PT Overseas Securities

0

35

TRAM

PT Danatama Makmur. PT HD Capital Tbk

0

36

SIAP

PT Asia Capitalindo Securities Tbk. PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia

0

37

TRIO

PT Mandiri Sekuritas. PT Sucorinvest Central Gani

1

38

BPFI

PT Panin Sekuritas Tbk

0

39

INVS

PT Investindo Nusantara Sekuritas. PT Reliance Securities Tbk

0

40

MKPI

PT Mandiri Sekuritas. PT Lautandhana Securindo (affiliated)

1

41

BWPT

PT BNP Paribas Securities Indonesia. PT Danareksa Sekuritas

0

42

DSSA

PT HD Capital Tbk. PT Sinarmas Sekuritas (affiliated). PT Victoria Sekuritas.

PT Yulie Sekurindo Tbk

0

43

BCIP

PT Pacific Cacpital. PT Panca global Securities Tbk. PT Universal Broker

Indonesia

0

44

45

BBTN

EMTK

PT Mandiri Sekuritas (affiliated). PT CIMB Securities Indonesia


(6)

46

PTPP

PT Mandiri Sekuritas. PT Danareksa Sekuritas. PT DBS Vickers Securities

Indonesia

1

47

BIPI

PT Danatama Makmur

0

48

TOWR

PT Dinamika Usahajaya

0

49

GOLD

PT Dinamika Usahajaya

0

50

SKYB

PT Lautandhana Securindo

0

51

BJBR

PT Bahana securities. PT CIMB Securities Indonesia

1

52

IPOL

PT OSK Nusadana Securities Indonesia

0

53

GREN

PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

0

54

BUVA

PT Danarekasa Sekuritas

0

55

BRAU

PT Danatama Makmur. PT Recapital (Afiliated)

0

56

HRUM

PT Ciptadana Securities. PT Mandiri Sekuritas

1

57

ICBP

PT Kim Eng Securities. PT Kim Eng Securities. PT Deutsche Securities

Indonesia. PT Mandiri Sekuritas.

1

58

TBIG

PT UBS Securities Indonesia. PT Indo Premier Securities

1

59

KRAS

PT Bahana Securities (affiliated). PT Danareksa Sekuritas (affiliated). PT

Mandiri Sekuritas (affiliated)

1

60

APLN

PT Indo Premier Securities. PT Mandiri Sekuritas

1

61

BORN

PT CIMB Securities Indonesia

1

62

MIDI

PT Indo Premier Securities (not affiliated)

1

63

BRMS

PT Danatama Makmur.PT Nomura Indonesia

0

64

MFMI

PT Ciptadana Securities

1

65

MBSS

PT OSK Nusadana Securities Indonesia. PT Mandiri Sekuritas

1

66

SRAJ

PT Evergreen Capital

0

67

HDFA

PT Makinta Securities

0

68

BULL

PT Danatama Makmur

0

69

SIMP

PT Kim Eng Securities. PT Deutsche Securities Indonesia. PT Mandiri Sekuritas

1

70

TIFA

PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

1

71

STAR

PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

0

72

PTIS

PT Sinarmas Sekuritas

0

73

SDMU

PT Makinta Securities

1

74

ALDO

PT Erdikha Elit Sekuritas

1

75

SMRU

PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

0

76

SUPR

PT Ciptadana Securities (affiliated)

0

77

ARII

PT Indo Premier Securities. PT UBS Securities Indonesia

0

78

GEMS

PT Sinarmas Sekuritas (affiliated)

0

79

VIVA

PT Danatama Makmur. PT Danatama Makmur

0


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 25

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 8

Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia cover

0 0 19

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 18

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 49

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia Dengan Financial Leverage Sebagai Variabel Moderating

0 3 41