Perbedaan ekpresi imunositokimia Thyroid Transcription Factor-1 (TTF-1) pada non small cell carcinoma dari sikatan bronkus kanker paru

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker paru saat ini merupakan kanker yang paling banyak ditemukan di dunia, yaitu sekitar
12,6% dari seluruh kasus kanker baru dan 17,8% dari seluruh kematian akibat kanker. Pada
tahun 2000 diperkirakan terdapat 1,2 juta kasus baru dan 1,1 juta kematian, dengan rasio jenis
kelamin laki-laki dibanding perempuan adalah 2,7.1

Empat tipe histologi yang menempati hampir 95% seluruh tumor-tumor paru, yaitu squamous
cell carcinoma, adenocarcinoma, large cell carcinoma dan small cell carcinoma. Terapi small
cell carcinoma biasanya dengan kemoterapi sistemik, karena biasanya terjadi metastasis saat
dideteksi. Sedangkan terapi pada non small cell carcinoma (NSCC) yaitu squamous cell
carcinoma, adenocarcinoma, dan large cell carcinoma adalah lobektomi atau pnemonektomi
pada lokasi tumor. Pengenalan morfologi tumor yang lebih baik secara histologis maupun
molekuler penting untuk penentuan subtipe kanker paru yang spesifik.2

Penggunaan metode sitologi dalam menegakkan diagnosa keganasan pada saluran nafas telah
diakui sebagai salah satu aplikasi yang paling berhasil. Penggunaan BSOL (bronkoskopi serat
optik lentur) menjadikan metode sitologi dengan menggunakan tehnik sikatan bronkus, BAL

(broncho-alveolar lavage) dan biopsi bronkial menjadi makin populer, karena mempermudah

1

Universitas Sumatera Utara

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

pencapaian pada kelainan di saluran nafas, sehingga menjadikan sitologi sebagai alat prosedur
dan diagnostik lini pertama. 3
Sikatan bronkus dilakukan untuk memperoleh spesimen analisa mikrobiologi atau untuk
mendiagnosa adanya keganasan. Penelitian juga menunjukkan bahwa sikatan bronkus lebih
efektif dalam prosedur dan pembiayaan serta lebih aman jika dibandingkan dengan prosedur
bilasan atau biopsi.4
Kasuma pada tahun 2011 melaporkan bahwa dari 100 penderita kanker paru yang telah
dilakukan bronkoskopi di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP.H. Adam Malik Medan,
terdiri dari 77% laki-laki dan 23 % perempuan, kelompok usia penderita paling banyak 40-60
tahun yaitu 59% , terbanyak kedua adalah usia lebih dari 60 tahun, yaitu 31%, dan hanya 10%
penderita kanker paru berusia kurang dari 40 tahun. Berdasarkan sitologi bronkus,
adenocarcinoma menempati urutan pertama sebanyak 45%, yang kedua adalah squamous cell

carcinoma sebanyak 33%. Pada penelitian ini didapati adenocarcinoma adalah jenis histologi
paling banyak ditemukan pada kelompok usia 40-60 tahun, yaitu 64.44%.5
Lebih dari 80% kanker paru termasuk jenis non small cell carcinoma (NSCC) dengan
adenocarcinoma dan squamous cell carcinoma menempati subtipe terbanyak pada jenis ini,
sekaligus keduanya merupakan 60% dari seluruh kanker paru. Adenocarcinoma dan squamous
cell carcinoma dikatagorikan dalam NSCC berdasarkan gambaran mikroskopis sel-sel tumor
yang hampir sama serta pemilihan terapi yang sama dalam penatalaksanaannya. Walau demikian
adenocarcinoma dan squamous cell carcinoma juga mempunyai beberapa aspek klinis yang
berbeda, yang berpengaruh pada penatalaksanaan terapi keduanya. Adenocarcinoma lebih respon
terhadap kemoterapi dibanding squamous cell carcinoma, tetapi cenderung lebih sering relaps.

2

Universitas Sumatera Utara

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Pada negara barat, adenocarcinoma lebih sering rekuren dan menimbulkan kematian
dibandingkan squamous cell carcinoma setelah terapi reseksi, tetapi di Asia Timur,
adenocarcinoma mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan squamous cell carcinoma

Sayangnya identifikasi mikroskopis terhadap masing-masing subtipe sering subjektif, dan makin
sulit pada tumor–tumor berukuran kecil pada stadium awal, atau pada penderita sekaligus
beberapa jenis tumor paru primer.6
Berkaitan dengan insidensi adenocarcinoma yang makin meningkat maka dibutuhkan
pemeriksaan imunologi yang spesifik untuk mengidentifikasi sel-sel tumor ini. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pewarnaan imunologi Thyroid Transcription Factor1 (TTF1) dapat membantu mengidentifikasi adenocarcinoma. Penelitian sebelumnya
memperoleh hasil pewarnaan TTF1 positif pada 75-80% adenocarcinoma paru primer,
sebaliknya negatif pada squamous cell carcinoma paru.7
Kwei dkk mendapatkan bahwa amplifikasi dan overekspresi TTF1 mempunyai kontribusi
terhadap proliferasi dan kelangsungan hidup sel-sel kanker paru, serta menyatakan bahwa TTF1
merupakan onkogen spesifik kanker paru.8
Penelitian lain menunjukkan bahwa pewarnaan positif

TTF1 mempunyai korelasi dengan

ketahanan hidup pasien penderita adenocarcinoma paru.9
Keragaman dari tipe dan gambaran kanker paru membutuhkan metode identifikasi yang lebih
baik dari waktu ke waktu. Selain itu pengembangan terapi kanker juga terus digalakkan
berdasarkan keunikan biologi masing-masing jenis kanker, yang pada akhirnya berkaitan dengan
regimen terapi dan pengobatan personal pasien.10


3

Universitas Sumatera Utara

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

Kesulitan dalam mendiagnosa kanker paru dalam membedakan jenisnya kerap dihadapi dalam
pemeriksaan sitologi rutin yang berdampak pada ketidakefektifan penanganan. Pemeriksaan
sitologi sikatan bronkus dengan pewarnaan rutin papanicolaou pada beberapa keadaan
mempunyai keterbatasan. Salahsatunya adalah kuantitas sel yang kurang, sehingga pengenalan
morfologi individual sel memerlukan kecermatan, terlebih pada beberapa jenis tumor paru
dengan gambaran sel yang mirip. Hal-hal tersebut dapat mengaburkan hasil evaluasi, di sisi lain
pihak klinisi memerlukan hasil yang cepat dan akurat agar dapat dilakukan penatalaksanaan
terapi yang tepat. Adanya pemeriksaan imunositologi dengan prosedur yang efisien dan efektif
sebagai alat bantu menegakkan diagnosa sitologi sikatan bronkus merupakan alternatif lain yang
dapat dilakukan.
Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui perbedaan ekpresi imunositokimia Thyroid
Transcription Factor-1 (TTF-1) pada non small cell carcinoma dari sitologi sikatan bronkus
kanker paru.


1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah pada penelitian ini adalah
bagaimanakah perbedaan ekpresi imunositokimia Thyroid Transcription Factor-1 (TTF-1) pada
non small cell carcinoma dari sitologi sikatan bronkus kanker paru?

4

Universitas Sumatera Utara

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan ekpresi imunositokimia Thyroid Transcription Factor-1 (TTF-1) pada
non small cell carcinoma dari sitologi sikatan bronkus kanker paru.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui ekspresi thyroid transcription factor-1 (TTF-1) pada adenocarcinoma dari
sikatan bronkus penderita kanker paru
2) Mengetahui ekspresi thyroid transcription factor-1 (TTF-1) pada tipe squamous cell

carcinoma dari sikatan bronkus penderita kanker paru
3) Mengetahui ekspresi thyroid transcription factor-1 (TTF-1) pada tipe large cell
carcinoma dari sikatan bronkus penderita kanker paru
4) Membedakan ekspresi thyroid transcription factor-1 (TTF-1) pada ketiga tipe non small
cell carcinoma dari sitologi sikatan bronkus penderita kanker paru
Manfaat Penelitian
1) Memberikan informasi dan masukan kepada Laboratorium Patologi Anatomi mengenai
pemeriksaan imunositokimia menggunakan thyroid transcription factor-1 (TTF-1) dalam
menegakkan jenis-jenis kanker terutama jenis non small cell carcinoma.
2) Memberikan informasi mengenai prosedur imunositokimia yang aplikatif, efektif dan
efisien, sehingga dapat diterapkan pada sentra pelayanan untuk menghasilkan diagnosis
sitologi yang lebih akurat.
3) Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
5

Universitas Sumatera Utara

Please purchase 'e-PDF Converter and Creator' on http://www.e-pdfconverter.com to remove this message.