Pengaruh Masa Perawatan (Curing) pada Beton yang Menggunakan Serbuk Bata Merah sebagai Substitusi Semen terhadap Kuat Tekan dan Absorpsi Beton

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Beton banyak digunakan sebagai struktur dalam konstruksi yang dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal.Beton didefinisikan sebagai campuran antara
semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK SNI T-151991-03).Pasta semen yaitu campuran antara air dan semen yang berfungsi
sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat kasar dan agregat halus sebagai bahan
pengisi. Campuran antara agregat dan pasta semen bila dituang dalam cetakan
kemudian dibiarkan, maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi
akibat hasil hidrasi semen (yaitu reaksi kimia antara air dan semen) dan akibatnya
campuran itu selalu bertambah keras setara dengan umurnya dengan ronggarongga antara butiran yang besar (agregat kasar, kerikil atau batu pecah) diisi oleh
butiran yang lebih kecil (agregat halus, pasir) dan pori-pori antara agregat halus
ini diisi oleh semen dan air (pasta semen).
Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
kualitas semen, proporsi semen terhadap campuran, kekuatan dan kebersihan
agregat, interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat, pencampuran
yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton, penempatan yang benar,
penyelesaian dan pemadatan beton, perawatan beton, dan kandungan klorida tidak
melebihi 0,15% dalam yang diekspos dan 1% bagi beton yang tidak diekspos
(Nawy, 1985:24).

6

Universitas Sumatera Utara

Menurut Nugraha dan Antoni (2007) sebagai bahan konstruksi beton
mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan beton antara lain :
A. Ketersediaan (availability) material dasar.
B. Kemudahan untuk digunakan (versatility).
C. Kemampuan beradaptasi (adaptability).
D. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal.
Kekurangan beton antara lain :
A. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3.
B. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
C. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan bisa
berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja.
D. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang
baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang
sama.
E. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur-ulang
sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini struktur baja lebih unggul, misalnya

tinggal melepas sambungannya saja.
2.2 Beton Segar (Fresh Concrete)
Secara umum beton segar adalah beton yang masih dalam keadaan yang
dapat diaduk, diangkut, dituang, dipadatkan (good workability) dan tidak ada
kecendrungan untuk terjadinya segregasi (pemisahan kerikil dari adukan) maupun
bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Tiga hal penting yang perlu

7

Universitas Sumatera Utara

diketahui dari sifat-sifat beton segar, yaitu: kemudahan pengerjaan (workability),
pemisahan kerikil (segregation), dan pemisahan air (bleeding).
2.2.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Workability adalah bahan-bahan beton yang setelah diaduk bersama, akan
menghasilkan adukan yang mudah diangkut, dituang, dicetak, dan dipadatkan,
tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.
Unsur-unsur yang mempengaruhi workabilityadalah :
A. Jumlah air pencampur.
Semakin banyak air yang dipakai, maka akan semakin mudah beton segar

itu dikerjakan, akan tetapi jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak terjadi
segregasi.
B. Kandungan semen.
Penambahan semen ke dalam campuran memudahkan cara pengerjaan
adukan beton, karena diikuti dengan penambahan air campuran untuk
memperoleh nilai FAS (Faktor Air Semen) tetap.
C. Gradasi campuran pasir dan kerikil.
Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan
oleh peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah
distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos
pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.

8

Universitas Sumatera Utara

D. Bentuk butiran agregat kasar
Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.
E. Cara pemadatan dan alat pemadat.
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat

kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit
daripada jika dipadatkan dengan tangan.
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa melalui pengujian
slump yang didasarkan pada SNI 03-1972-1990 atau ASTM C.143.Percoban ini
menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya
(kerucut Abrams). Bagian bawah berdiameter 20cm, bagian atas berdiameter
10cm, dan tinggi 30cm, dilengkapi pegangan untuk mengangkat beton segar,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerucut Abrams
Ada tiga jenis slump yaitu slump sejati (slump sebenarnya), slump geser dan
slump runtuh.
9

Universitas Sumatera Utara

1. Slumpsejati (sebenarnya) merupakan penurunan umum dan seragam tanpa
ada adukan beton yang pecah, oleh karena itu dapat disebut slump yang
sebenarnya. Nilai slump yang diambil adalah nilai penurunan minimum dari
puncak kerucut.


Gambar 2.2 Slump sejati (sebenarnya)
2. Slump geser terjadi bila sebagian puncaknya tergeser atau tergelincir ke
bawah pada bidang miring. Nilai slumpyang diambil ada dua yaitu dengan
mengukur penurunan minimum dan penurunan rata-rata dari puncak
kerucut.

Gambar 2.3 Slump geser

10

Universitas Sumatera Utara

3. Slump runtuh terjadi pada kerucut adukan beton dengan kondisi runtuh
seluruhnya akibat adukan beton yang terlalu cair. Nilai yang diambil adalah
nilai penurunan minimum dari puncak kerucut.

Gambar 2.4 Slump runtuh
2.2.2 Pemisahan Kerikil (Segregation)
Beton cair bisa dipandang sebagai suatu suspensi butir agregat di dalam

matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam
suspensi maka akan terjadi segregasi. Campuran beton yang tersegregasi adalah
sukar atau tidak mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.
Segregasi dapat terjadi karena turunnya butiran ke bagian bawah dari beton
segar, atau terpisahnya agregat kasar dari campuran, akibat cara penuangan dan
pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa diujikan sebelumnya, hanya dapat
dilihat semuanya terjadi.
Menurut Nugraha dan Antoni (2007) ada beberapa faktor yang
menyebabkan segregasiyaitu :
A. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25mm.
11

Universitas Sumatera Utara

B. Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus.
C. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran.
D. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat.
E. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering.
Segregasi


mengakibatkan

mutu

beton

menjadi

berkurang.

Untuk

mengurangi kecenderungan pemisahan agregat tersebut, dapat dilakukan upayaupaya sebagai berikut:
A. Mengurangi jumlah air yang digunakan.
B. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu besar.
C. Cara mengangkut, penuangan maupun pemadatan harus dilakukan dengan
cara yang benar.
2.2.3 Pemisahan Air (Bleeding)
Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh
pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di

dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. Adapun penyebab
bleeding menurut Neville (1981) adalah ketidakmampuan bahan padat campuran
untuk menangkap air pencampur.
Ketika bleeding sedang berlangsung, air campuran terjebak di dalam
kantung-kantung yang terbentuk antara agregat dan pasta semen.Sesudah bleeding
selesai dan beton mengeras, kantung-kantung menjadi kering.Akibatnya apabila
ada tekanan, kantung-kantung tersebut menjadi penyebab mudahnya retak pada
12

Universitas Sumatera Utara

beton. Menurut Mulyono (2003) pemisahan air (bleeding) dapat dikurangi dengan
cara:
A. Memberi lebih banyak semen
B. Menggunakan air sedikit mungkin.
C. Menggunakan butir halus lebih banyak.
D. Memasukan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.
2.3 Bahan Penyusun Beton
2.3.1 Semen
Semen merupakan bahan pengikat yang penting dan banyak digunakan

dalam konstruksi sipil. Jika dicampurkan dengan air, semen akan menjadi
pastasemen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,
sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu :
A. Kehalusan Butir
Kehalusan semen mempengaruhi kecepatan hidrasi dan ratanya tekstur
permukaan beton. Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi
pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding, akan tetapi menambah
13

Universitas Sumatera Utara

kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah
terjadinya retak susut.
B. Waktu ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan.Waktu tersebut

terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran
semen dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu
ikat awal, dan pada waktu sampai pastanya menjadi massa yang keras
disebut waktu ikat akhir. Pada semen portland biasanya batasan waktu
ikatan semen adalah :
• Waktu ikat awal > 60 menit
• Waktu ikat akhir > 480 menit
Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu
waktu transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan.
C. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi ketika semen bereaksi dengan air.
Jumlah panas yang akan terbentuk tergantung pada jenis semen yang
digunakan dan kehalusan butir semen. Panas hidrasi dapat mengakibatkan
keretakan pada beton saat proses pendinginan.

14

Universitas Sumatera Utara

D. Perubahan volume (Kekalan)

Kekalan pasta semen yang telah mengeras ialah suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannyadan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
A. Semen Portland
Menurut ASTM C-150, 1985, semen portlandadalah semen hidrolik yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,
yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan
tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen portland
yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar
Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-8).
B. Jenis-Jenis Semen Portland
Jenis semen yang digunakan dalam perancanaan konstruksi merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu
diketahui tipe semen yang telah distandardisasi di Indonesia. Menurut SNI 152049-2004, semen portland dibagi menjadi lima tipe, yaitu :
1. Tipe I - Ordinary Portland Cement, Semen yang umum digunakan, tidak
memerlukan persyaratan khusus (panas hidrasi, ketahanan terhadap sulfat,
kekuatan awal)
2. Tipe II - Moderate Sulphate Cement, Semen untuk beton dengan ketahanan
terhadap sulfat sedang dan mempunyai panas hidrasi sedang.
15

Universitas Sumatera Utara

3. Tipe III - High Early Strength Cement, Semen untuk beton dengan kekuatan
awal tinggi (cepat mengeras).
4. Tipe IV - Low Heat of Hydration Cement, Semen untuk beton yang
memerlukan panas hidrasi rendah, kekuatan awal rendah.
5. Tipe V - High Sulphate Resistance Cement, Semen untuk beton yang tahan
terhadap kadar sulfat tinggi.
Dalam penelitian ini jenis semen yang digunakan adalah semen jenis
Ordinary Portland Cement atau Tipe I, yaitu semen hidrolis yang dipergunakan
secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak
memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedunggedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya.
C. Bahan Penyusun Semen Portland
Empat senyawa kimia yang utama dari semen portland antara lain
TrikalsiumSilikat (C3S), Dikalsium Silikat (C2S), Trikalsium Aluminat (C3A),
Tetrakalsium Aluminoferrit (C4AF). Keempat senyawa utama dalam tabel 2.1
disebut komposisi bogue.Rumus kimia senyawa ini secara tradisional ditulis
dalam notasi oksida yang biasa dipakai pada kimia keramik, notasi pendek secara
umum dipakai oleh para ahli semen.
Tabel 2.1 Senyawa utama dari semen portland
Nama Oksida
Utama

Rumus
Empiris

Rumus Oksida

Notasi
Pendek

Trikalsium Silikat

Ca3SiO5

3CaO.SiO2

C3S

Kadar Ratarata
(%)
50

Dikalsium Silikat

Ca2SiO4

2CaO.SiO2

C2S

25

Trikalsium Aluminat

Ca3Al2O6

3CaO.Al2O3

C3A

12

16

Universitas Sumatera Utara

Tetrakalsium
2Ca2AlFeO5

Aluminoferrit

4CaO.Al2O3.Fe2O3

C4AF

8

CaSO4.2H2O

CSH2

3,5

Kalsium Sulfat
Dihidrat (Gypsum)
Sumber : Nugraha P. dan Antoni, 2007

Meskipun memungkinkan menghitung komposisi senyawa sesuai Tabel 2.1
dengan analisis langsung, namun dengan metode yang rumit serta memerlukan
alat yang relatif mahal.Analisis kimia dilakukan dengan metode standar.Setiap
elemen yang ada dilaporkan dalam oksidanya, seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi oksida semen portland tipe I
Oksida

Notasi
Pendek

Nama Umum

Berat
(%)

CaO

C

Kapur

63

SiO2

S

Silika

22

Al2O3

A

Alumina

6

Fe2O3

F

Ferrit Oksida

2,5

MgO

M

Magnesia

2,6

K2O

K

Alkalis

0,6

Na2O

N

Disodium Oksida

0,3

SO2

S

Sulfur Dioksida

2,0

CO2

C

Karbon Dioksida

-

H2O

H

Air

-

Sumber : Nugraha P. dan Antoni, 2007

2.3.2 Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisidalam campuran beton. Menurut Mulyono (2003), Kandungan agregat
dalam campuran beton biasanya sangattinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari
volume beton. Walaupun fungsinya hanyasebagai pengisi, tetapi karena
17

Universitas Sumatera Utara

komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristikdan sifat agregat memiliki
pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alamatau agregat buatan (artificial aggregates).Secara umum agregat dapat
dibedakanberdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus.Ukuran
antara agregathalus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau
4.75 mm (StandarASTM).Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih
besar dari 4.80 mm(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil
dari 4.80 mm (4.75mm).Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya
berukuran lebih kecildari 40 mm.
A. Jenis Agregat
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat
buatan (pecahan).Agregat alam dan buatan ini dapat dibedakan berdasarkan
bentuk, tekstur permukaan, dan ukuran butir nominal (gradasi).Berikut penjelasan
mengenai pembagian jenis-jenis agregat yang digunakan pada pencampuran
adukan beton.
1. Jenis agregat berdasarkan bentuk
Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk
agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan,
bentuk agregat dipengaruhicara peledakan maupun mesin pemecah batu dan
teknik yang digunakan.

18

Universitas Sumatera Utara

Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran
beton yang lebih baik bila dibandingkan dengan butiran yang pipih.Sehingga
penggunaan pasta semen lebih ekonomis. Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak
berperngaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar. Adapun klasifikasi
agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Agregat bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena pergeseran.Rongga udaranya minimum
33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil.Beton yang dihasilkan dari
agregat ini kurang cocok untuk beton mutu tinggi, sebab ikatan antar agregat
tidak cukup kuat.
b. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur.Sebagian terbentuk
karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk
bulat.Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%,
sehingga

membutuhkan

lebih

banyak

pasta

semen

agar

mudah

dikerjakan.Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk
beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat belum cukup baik.
c. Agregat bersudut
Agregat ini mempunyai sudut yang tampak jelas, yang terbentuk pada
perpotongan bidang dengan permukaan kasar.Rongga udara pada agregat ini
sekitar 38% - 40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen
agar mudah dikerjakan.Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk
beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat yang baik.
19

Universitas Sumatera Utara

d. Agregat panjang
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya
jauh lebih besar dari pada tebalnya.Agregat ini disebut panjang jika ukuran
terbesarnya lebih dari 9/5 dari ukuran rata-rata.Ukuran rata-rata ialah ukuran
ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agregat. Sebagai contoh,
agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm akan lolos ayakan 19 mm dan
tertahan oleh ayakan 10 mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran
terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15 mm). Agregat jenis ini
cenderung berada di rata-rata air sehingga akan terdaopat rongga di
bawahnya. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang
akan dibuat.
e. Agregat pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat
panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih
jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya.
f. Agregat pipih dan panjang
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

2. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaan
Ukuran susunan agregat tergantung dai kekerasan, ukuran molekul, tekstur
batuan, dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah
membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan
20

Universitas Sumatera Utara

ini sangat berpengaruh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan
agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan. Umumnya jenis agregat
dengan permukaan kasar lebih disukai. Jenis agregat berdasarkan tekstur
permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Agregat licin/halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat
akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan
butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat ini cenderung
mutunya akan lebih rendah.Agregat licin terbentuk akibat dari pengikisan
oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang
berlapis-lapis.
b. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini memiliki bentuk bulat dan seragam.
c. Kasar
Agregat ini memiliki pecahan yang kasar dan terdiri dari batuan berbutir
halus atau kasar yang mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat
terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
d. Kristalin (cristalline)
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal tampak dengan jelas melalui
pemeriksaan visual.
21

Universitas Sumatera Utara

e. Sarang lebah (honeycombs)
Agregat ini tampak dengan jelas pori-pori dan rongga-rongganya.Melalui
pemeriksaan visual kita dapat melihat lubang – lubang pada batuannya.
3. Jenis agregat berdasarkan ukuran butiran nominal
Berdasarkan ukuran butiran nominal agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus.
a. Agregat halus
Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm
atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200.Agregat halus (pasir)
berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang
dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher).
Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah dapat
dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Berikut spesifikasi agregat halus yang
termasuk bermutu baik menurut ASTM C33 adalah :
• Susunan butiran (gradasi)
Modulus kehalusan (fineness modulus), menurut hasil penelitian
menunjukan bahwa pasir dengan modulus kehalusan 2,5 s/d 3,0
padaumumnya akan menghasilkan beton mutu tinggi (dengan faktor air
semen yang rendah) yang mempunyai kuat tekan dan workability yang
optimal. Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik,
karena akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh
22

Universitas Sumatera Utara

material lain sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk
mengurangi penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari
agregat halus tersebut.Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka
Fine Modulus.Selanjutnya, dari nilai Fine Modulus ini dapat digolongkan
menjadi 3 jenis pasir,yaitu:
 Pasir Kasar

: 2.9 < FM < 3.2

 Pasir Sedang

: 2.6 < FM < 2.9

 Pasir Halus

: 2.2 < FM < 2.6

Selain itu, ada juga batasan gradasi untuk agregat halus yang dapat
dilihat pada tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Batasan gradasi untuk agregat halus menurut ASTM C33-95
Ukuran Lubang Ayakan

Persen Lolos Kumulatif

(mm)

(%)

9,5 (No.2)

100

4,75 (No. 4)

95 – 100

2,36 (No. 8)

80 – 100

1,18 (No. 16)

50 – 85

0,6 (No. 30)

25 – 60

0,3 (No. 50)

10 – 30

0,15 (No.100)

2 – 10

• Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm
atau No.200) dalam persen berat maksimum,
 Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3,0%.
 Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
23

Universitas Sumatera Utara

• Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum
3%.
• Kadar arang dan lignit

 Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan
diekspos) maksimum 0,5%.
 Beton jenis lainnya maksimum 1,0%.

• Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali :
 Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang
sejenis.
 Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukkan nilai lebih besar
dari 95%.
• Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan
bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan
semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%.
• Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat maksimum 15%.
b. Agregat kasar
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari
butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat
24

Universitas Sumatera Utara

ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen. Adapun
agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut :
• Susunan butiran (gradasi)
Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas
seperti yang terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Susunan besar butiran agregat kasar
Ukuran Lubang Ayakan

Persentase Lolos Kumulatif

(mm)

(%)

38,1

95 – 100

19,1

35 – 70

9,52

10 – 30

4,75

0–5

• Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yangberhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahanyang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yangmengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
• Kadar bahan atau partikel yang berpengaruh buruk pada beton
(deleterious)adalah tidak lebih besar dari 3%.
• Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los
Angeles dengan diameter 19,1 mm harus memiliki persentase 24% 32%.
25

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahai agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air
yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air
yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat
sebagai berikut :
A. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter.
B. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
C. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
D. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu proses
pengerasan atau ketahanan beton. Menurut Nugraha dan Antoni (2007), kotoran
secara umum dapat menyebabkan :
A. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan.
B. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan.
26

Universitas Sumatera Utara

C. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan.
D. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton.
E. Bercak-bercak pada permukaan beton.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan,
tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna
permukaan beton.Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab
utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.
2.4 Bahan Tambahan (Admixture)
2.4.1 Umum
Bahan tambahan (admixture) adalah suatu bahan yang ditambahkan pada
campuran betonsegar pada saat atau selama proses percampuran berlangsung.
Fungsi dari bahanini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi
lebih cocok untukpekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah yang didefenisikan dalam Standard
Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM
C.125-1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19)
adalah sebagaimaterial selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan
dalam beton ataumortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan
berlangsung. Bahantambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik
dari beton misalnyauntuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat
pengerasan, menambah kuattekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti
penghematan energi.
27

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat
daripenggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan
agregatdan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan.
Dalam halini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi
ketentuan yangdiberikan oleh SNI.Untuk bahan tambah yang merupakan bahan
tambah kimia harusmemenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494,
“Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete”.
2.4.2 Alasan Penggunaan Bahan Tambah
Penggunaan bahan tambahan harus didasarkan pada alasan-alasan
yangtepat

misalnya

untuk

memperbaiki

sifat-sifat

tertentu

pada

beton.Pencapaiankekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat
harga beton,memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah retak
dan lainsebagainya.Begitu juga didasari pada hasil yang diperoleh tidak akan
sesuaidengan yang diharapkan pada kondisi pembuatan beton dan bahan yang
kurangbaik sehingga diperlukan penggunaan bahan tambahan.Keuntungan
penggunaan bahan tambah pada campuran beton (Tri Mulyono,2003), antara lain :
A. Pada beton segar (fresh concrete)
1. Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah kandungan air
atau mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama.
2. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran
beton.
3. Mengurangi atau menambah secara preventif penurunan atau perubahan
volume beton.
28

Universitas Sumatera Utara

4. Mengurangi segregasi beton.
5. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar.
6. Mengurangi kehilangan nilai slump.
B. Pada beton keras (hardened concrete)
1. Menghambat atau mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal
(beton muda).
2. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
3. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur, kuat geser dari
beton).
4. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar
termasuk serangan garam-garam sulfat.
5. Mengurangi kapilaritas dari air.
6. Mengurangi sifat permeabilitas.
7. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi dari alkali
termasuk alkali dalam agregat.
8. Menghasilkan struktur beton yang baik.
9. Menambah kekuatan ikatan beton bertulang.
10. Mengembangkan ketahanan gayaimpact (berulang) dan ketahanan
abrasi.
11. Mencegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal).
12. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

29

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Jenis Bahan Tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah kimia (chemical admixture) dan bahan tambah
mineral (additive).Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan
atau saat pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah aditif yaitu
yang bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan.
A. Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixture)
Menurut standar ASTM C.494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI
1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989:29), jenis bahan kimia dibedakan
menjadi tujuh tipe bahan tambah, yaitu :
1. Tipe A – Water-reducing Admixtures
Water-reducing admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu.Water-reducing admixtures digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan
perbandingan atau rasio faktor air semen yang rendah.
2. Tipe B – Retarding Admixtures
retarding admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu
pengikatan beton (setting time), misalnya karena kondisi cuaca yang panas atau
memperpanjang waktu pemadatan untuk menghindari cold joints dan

30

Universitas Sumatera Utara

menghindari

dampak

penurunan

beton

segar

pada

saat

pengecoran

dilaksanakan.
3. Tipe C – Accelerating Admixtures
Accelerating admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.Bahan ini
digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan
pencapaian kekuatan pada beton.
4. Tipe D – Water-reducing and Retarding Admixtures
Water-reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat
pengikatan awal.
5. Tipe E – Water-reducing and Accelerating Admixtures
Water-reducing and Accelerating Admixturesmadalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat
pengikatan awal.
6. Tipe F – Water-reducing, High Range Admixtures
Water-reducing, High Range

Admixtures adalah bahan tambah yang

berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
31

Universitas Sumatera Utara

7. Tipe G – Water-reducing, High Range Retarding Admixtures
Water-reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan
juga untuk menghambat pengikatan beton.
B. Bahan Tambah Mineral (Additive)
Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerja beton.Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih
banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan
tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan. Berikut beberapa contoh
bahan tambah mineral adalah :
1. Kerak Tanur Tinggi (Ground Granulated Blast Furnace)
Blast-furnace-slag adalah kerak (slag), yaitu bahan sisa dari pengecoran besi
dengan media memakai dapur (furnace) dan proses pembakarannya dibantu
dengan udara yang ditiupkan (blast). Material slag terbentuk dari campuran kapur,
silika dan alumina dengan pembakaran hingga suhu 1600oC. Campuran ini setelah
didinginkan akan membentuk kristal-kristal yang dapat digunakan sebagai
campuran semen, setelah melalui proses penggilingan hingga halus.
2. Uap Silika (Silika Fume)
Uap silika yang telah terpadatkan (Condensed Silica Fume) merupakan
limbah hasil sisa produksi silikon metal dan ferrosilikon pada pada pabrik
pembuatan mikrochip untuk komputer. Terdiri atas beberapa jenis, namun yang
32

Universitas Sumatera Utara

bisa dipakai untuk campuran beton adalah uap silika yang mengandung lebih dari
75% silikon. Secara umum, uap silika mengandung SiO2 86-96%, dengan ukuran
lebih kecil seratus kali lipat dari fly ash (rata-rata 0,1-0,2 mikrometer).
3. Abu Kulit Gabah (Rice Husk Ash)
Abu kulit gabah atau sering disebut abu sekam padi adalah proses sisa
pembakaran gabah kering padi. Jumlah produksi gabah yang lumayan besar (100
kg padi menghasilkan 22 kg gabah) membuat abu sekam padi memiliki jumlah
yang berlimpah di alam. Jika kulit gabah dibakar dalam suhu terjaga 800oC
selama 15 jamakan menghasilkan 25% berat abu kulit gabah dengan kandungan
silika aktif 85-90%. Abu kulit gabah ini kemudian digiling halus untuk bisa
dijadikan sebagai bahan tambah pada semen.
4. Serbuk batu bata merah
Batu bata merupakan batu yang dibuat untuk keperluan konstruksi
sepertipembuatan dinding dan tembok.Bahan dasar pembuatan batu bata merah
inibersifat plastis. Tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan batu bata
merahmengalami proses pembakaran dengan temperatur tinggi diatas 800oC
hinggamengeras seperti batu (Wulandari, 2011 dalam Esentia,2014).
Serbuk bata merah tergolong dalam artificial pozzolan yang mudah
didapatkan dan harganya relatif murah di Indonesia. Bahan ini bersifat
higroskopis (menyerap air) sehingga memiliki nilai viskositas tinggi pada beton
segar. Serbuk bata merah merah merupakan pozolan aktif yang bereaksi dengan
kapur bebas untuk membentuk tobermorite, yang merupakan massa padat di

33

Universitas Sumatera Utara

dalam beton . Kandungan kimiawi serbuk bata merah dapat dilihat pada tabel 2.5,
yang menunjukkan semua varian serbuk bata merah memiliki akumulasi
kandungan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 lebih dari 70%, sehingga tergolong sebagai
pozolan aktif.

Gambar 2.5 Serbuk bata merah
Tabel 2.5 Kandungan Kimiawi Serbuk Bata Merah (O’Farrell dkk, 2000 dalam
Widodo, 2004)
Jenis Bata Merah

SiO2

Al2O3

Fe2O3

SO3

Na2O3

B

54,83

19,05

6,00

2,90

0,50

D

69,99

10,62

4,02

0,038

1,02

L

68,79

15,23

6,28

0,127

0,26

P

72,75

15,89

4,97

0,07

0,27

LI

58,02

15,28

6,26

0,139

0,71

34

Universitas Sumatera Utara

2.5 Perawatan (Curing) Beton
2.5.1 Umum
Pada prinsipnya tujuan perawatan (curing) beton adalah mencegah
pengeringan yang bisa menyebabkan kehilangan air yang dibutuhkan untuk
perawatan beton. Bila terjadi kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu
dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan beton,
terutama penurunan kuat tekan. Pencegahan ini terutama pada umur awal beton
sampai pada waktu yang ditentukan yang biasanya pada umur 14 hari.
Perawatan yang baik terhadap beton akan memperbaiki beberapa segi dari
kualitasnya. Di samping lebih kuat dan lebih awet terhadap agresi kimia, beton ini
juga lebih tahan terhadap aus karena lalu lintas dan kedap air.Beton ini juga lebih
kecil kemungkinannya, dirusak oleh agresi kimia.
2.5.2 Proses Perawatan (Curing)
Proses perawatan (curing) pada beton memainkan peran penting pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan beton, proses perawatan (curing)
dilaksanakan segera setelah proses pencetakan selesai. Proses perawatan (curing)
ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton
maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu. Proses perawatan
(curing) pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada proses
hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan, stabilitas volume, ketahanan
terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi. Lamanya proses curing
tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
A. Jenis semen yang digunakan
35

Universitas Sumatera Utara

B. Proporsi dari campuran
C. Ukuran dan bentuk daripada beton
D. Kondisi cuaca disekitarnya
E. Kondisi cuaca setelahnya
Beton di tanah (trotoar, tempat parkir, jalanan, lantai, pelapis saluran) dan
beton struktur (deck jembatan, dermaga, kolom, balok, lempengan) membutuhkan
waktu perawatan (curing) minimal tujuh hari dengan suhu sekitar 5oC di atas
suhu sekitarnya. Proses perawatan (curing)dilakukan minimum hingga mencapai
kekuatan 70% dari kekuatan yang direncanakan. Kekuatan dapat dicapai dengan
cepat apabila perawatan (curing)dilakukan pada temperatur yang tinggi dan atau
dengan penggunaan bahan kimia tambahan yang digunakan untuk mempercepat
perkembangan kuat tekan.
Komite Institut Beton Amerika (ACI) merekomendasikan waktu minimum
perawatan (curing) sebagai berikut :
A. ASTM C 150 semen tipe I, waktu minimum perawatan (curing)7 hari.
B. ASTM C 150 semen tipe II, waktu minimum perawatan (curing)10 hari.
C. ASTM C 150 semen tipe III, waktu minimum perawatan (curing)3 hari.
D. ASTM C 150 semen tipe IV atau V minimum perawatan (curing)14 hari.
2.5.3 Jenis Perawatan (Curing) Beton
Jenis - jenis perawatan beton antara lain :
A. Steam Curing
Menguntungkan bila menginginkan kekuatan awal.Panas tambahan
dibutuhkan untuk menyelesaikan hidrasi.
36

Universitas Sumatera Utara

B. Penyemprotan (Fogging)
Metode yang baik untuk kondisidengan suhu di atas suhu beku
danhumiditas

rendah.Kekurangannyayaitu

biaya

dan

dapat

menyebabkanerosi pada permukaan betonyangbaru mengeras.
C. Perendaman (Water Curing)
Ideal

untuk

mencegah

hilangnyaair.Mempertahankan

suhuyang

seragam.Kekurangannya yaitumembutuhkan tenaga kerja yangbanyak dan
perlu pengawasan dantidak praktis untuk proyek yangbesar.
D. Lembaran Plastik (ASTM C171)
Lapisan Polythylene denganketebalan 4 mm. Kelebihannya yaituringan,
efektif

sebagai

penghalanghilangnya

mudahditerapkan.Kekurangannya

yaitudapat

air,

dan

menyebabkan

discolorationpermukaan, lebih terlihat bila lapisanplastik bergelombang dan
diperlukanpenambahan air secara periodik.
E. Penutup Basah (ASTM C171)
Menggunakan bahan yang dapatmempertahankan moisture sepertiburlap
(karung goni) yang dibasahi.Kelebihannya yaitu tidak terjadidiscoloration
dan tahan terhadap api.Kekurangannya yaitu memerlukanpenambahan air
secara periodik dandiperlukan lapisan plastik penutupburlap untuk
mengurangi kebutuhanpenambahan air.
F. Curing Compound (ASTM C309 / ASTM C1315 - 95)
Membentuk lapisan tipis padapermukaan untuk menghalangipenguapan.

37

Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Pengaruh Perawatan (Curing)terhadap Kekuatan Beton
Reaksi kimia yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton tergantung
pada pengadaan airnya.Meskipun pada keadaan normal, air tersedia dalam jumlah
yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan
bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan reaksi kimia
itu. Penguapan dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti
sehingga mengakibatkan terhentinya proses hidrasi, dengan konsekuensi
berkurangnya penigkatan kekuatan.

Gambar 2.6 Kuat desak beton yang dikeringkan dalam udara di laboratorium
sesudah perawatan awal dengan membasahinya (Murdock dkk, 1999)
Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat menyebabkan penyusutan
kering yang terlalu awal dan cepat sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik
yang mungkin menyebabkan retak, kecuali bila beton telah mencapai kekuatan
yang cukup untuk menahan tegangan ini. Oleh karena itu direncanakan suatu
38

Universitas Sumatera Utara

caraperawatan untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam
keadaan basah selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.
Seperti terlihat pada gambar 2.6 yang menunjukkan bahwa perawatan dengan cara
membasahi menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi
perawatan, semakin kedap beton yang dihasilkan.
Kehilangan air dari beton harus diproteksi, dan selanjutnya kehilangan air
secara internal oleh pengeringan sendiri harus digantikan oleh air dari luar.
Pemasukan air ke dalam beton harus difasilitasi sebaik mungkin, sehingga proses
hidrasi yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton sangat terbantu oleh
pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air tersedia dalam jumlah
yang memadai untuk hidrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan
bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan
proses hidrasi itu sendiri.
2.6 Kekuatan Tekan Beton (f’c)
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya
tekanpersatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah
struktur.Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin
tinggi pulamutu beton yang dihasilkan.Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar
antara 10-65MPa.Untuk struktur beton bertulang pada umumnya menggunakan
beton dengankekuatan berkisar 17-30 MPa, sedangkan untuk beton prategang
berkisar 30-45MPa. Untuk keadaan dan keperluan struktur khusus, beton ready
mix sanggupmencapai nilai kuat tekan 62 MPa dan untuk memproduksi beton

39

Universitas Sumatera Utara

kuat tinggitersebut umumnya dilaksanakan dengan pengawasan ketat dalam
laboratorium (Dipohusodo, 1993).
Beberapa

faktor

seperti

ukuran

dan

bentuk

agregat,

jumlah

pemakaiansemen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton, perawatan
beton (curing),usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat mempengaruhi
kekuatan tekan beton.Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus :


f’c = � .................................................................................... (2.1)
Dimana :f’c : Kekuatan tekan (MPa)
P

: Beban tekan (N)

A : Luas permukaan benda uji (mm2)
Pada saat dilakukan pengujian tekan pada benda uji dengan perencanaan
yang mutu yang sama tentu pada akhirnya akan menghasilkan nilai uji tekan yang
masing-masing sedikit berbeda nilainya. Faktor perbedaan (penyimpangan atau
deviasi) ini harus diperhatikan dalam menghitung besarnya nilai kuat tekan beton,
karena semakin besar penyimpangan maka akan semakin kecil nilai kuat tekan
yang akan didapat.
menurut "SK SNI 03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung)" nilai deviasi standar (S) ditetapkan jika fasilitas
produksi beton (pembuat beton) mempunyai catatan hasil uji, dengan syarat :
A. Jenis bahan dasar beton serupa dengan yang akan dibuat.

40

Universitas Sumatera Utara

B. Kuat tekan beton yang disyaratkan pada kisaran 7 MPa dari kuat tekan yang
akan dibuat.
C. Jumlah contoh minimum 30 buah berurutan atau 2 kelompok sampel yang
masing-masing berurutan dengan jumlah seluruhnya minimum 30 buah.
Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :
� (� ′ � –� ′ �� ) 2

S=�

n−1

Dimana : S

.................................................................................... (2.2)

: deviasi standar (MPa)

f'c : Kuat tekan masing-masing sampel beton (MPa)
f’cr : Kuat tekan rata-rata (MPa)
n

: Banyaknya nilai kuat tekan beton

2.7 Absorpsi Beton
Absorpsi merupakan salah satu tolok ukur yang dapat dijadikan pedoman
apakah beton nantinya dari segi keawetan dapat diandalkan atau tidak.Pada hidrasi
semen dengan derajat yang sama, permeabilitas akan menurun pada faktor air
semen yang rendah.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Absorpsi pada
beton, antaralain :
A. Faktor air semen.
Besarnya kadar air yang ada dalam campuran beton ditentukan oleh faktor
air semen, adanya faktor air semen yang tinggi, maka kadar air yang ada pada
campuran beton juga tinggi dan hal ini dapat mengakibatkan absorpsi beton yang
besar pula.
41

Universitas Sumatera Utara

B. Susunan Butir (Gradasi) Agregat.
Pada beton yang menggunakan bahan agregat yang bergradasi baik,
umumnya mempunyai nilai absorpsi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
beton yang menggunakan agregat bergradasi kurang baik. Celah–celah yang ada
diantara butiran yang lebih besar dapat terisi oleh butiran yang berukuran kecil
dan dapat membentuk massa yang padat setelahdicampur dengan semen dan air.
Dengan demikian dapat memperkecil kemungkinan terbentuknya rongga–rongga
untuk diisi air sisa proses hidrasi.
Dari beberapa kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dalam penelitian
inidapat diambil hipotesis bahwa penggunaan air pada durasi perawatan beton dan
dengan faktor air semen tertentuakan memberikan pengaruh pada kuat tekan dan
absorpsi pada beton.

42

Universitas Sumatera Utara