Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun di PTPN III

BAB II
PENGATURAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN
DI INDONESIA
A. Pengertian dan Sejarah Penyelenggaraan Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun merupakan program tabungan wajib yang berjangka
panjang dimana iurannya ditanggung oleh pekerja/buruh dan pengusaha, namun
pembayarannya kembali hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syaratsyarat tertentu. 18
Pemberian pensiun kepada para karyawannya bukan saja hanya
memberikan kepastian penghasilan di masa depan, tetapi juga ikut memberikan
motivasi bagi para karyawannya untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan
program jasa pensiun para karyawan merasa aman, terutama pada usia pensiun
sudah tidak produktif lagi. Sedangkan bagi sebagian masyarakat yang merasa
masih produktif juga akan memberikan motivasi bahwa jasa-jasa mereka masih
dihargai oleh perusahannya. 19
Jaminan pensiun merupakan manfaat yang diberikan dalam bentuk uang
tunai secara bulanan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada
saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat total tetap. 20 Jaminan Pensiun ialah pendapatan
bulanan untuk memastikan dasar yang layak untuk memasuki haru tua. Dalam
pembayaran manfaat. Jaminan Pensiun ditanggung bersama atau secara kolektif


18

Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal.114
19
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2013,
hal 288
20
V. Hari Supriyanto, Kesejahteraan Pekerja dalam Hubungan Industrial di Indonesia.
Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, hal 39

17
Universitas Sumatera Utara

18

peserta BPJS Ketenagakerjaan. Dana Jaminan Pensiun akan diterima oleh
setiap bulan saat masuk pensiun, meninggal dunia, atau cacat total tetap, besar
manfaat dihitung dari formula tertentu berdasarkan masa iuran upah, mekanisme
penyalurannya upah asuransi sosial, bentuk programnya berupa manfaat pasti, dan

risiko harapan hidup peserta ditanggung bersama secara kolektif oleh peserta. 21
Tenaga kerja yang cacat total tetap untuk selama-lamanya sebelum
mencapai usia lima puluh lima tahun berjak mengajukan pembayaran jaminan
pensiun kepada badan penyelenggara. Badan penyelenggara merupakan besarnya
jaminan pensiun paling lambat tiga pulu hari sebelum tenaga kerja mencapai usia
lima puluh lima tahun dan memberitahukan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan. 22
Dana pensiun merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di
Indonesia yang mempunyai aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan pada
masyarakat baik untuk kepentingan pensiun maupun akibat kecelakaan. Dana
pensiun ini akan memberikan ketenangan pada masyarakat atas masa tuanya dan
atas peristiwa yang tidak terduga. Penyelenggara dana pensiun dapat dilakukan
oleh pemberi kerja atau perusahaan tempat karyawan bekerja, dan oleh lembaga
keuangan yang dapat memberikan jasa pengelolaan dana pensiun. 23
Program pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat
pensiun bagi pesertanya. Mengajak manusia dan karyawan untuk selalu siap
menghadapi masa depan terutama di hari tua. Mengajak masyarakat dan karyawan

21


R.Joni Bambang, Hukum Ketenagakerjaan. Cet.I. Pustaka Setia, Bandung, 2014, hal 76
Lalu Husni, Op.Cit, hal 180
23
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 281

22

Universitas Sumatera Utara

19

untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh selama masih aktif
bekerja ke program pensiun. 24
Jaminan pensiun dibayar kepada tenaga kerja, secara sekaligus atau
berkala atau sebagian dan berkala berdasarkan pilihan tenaga kerja yang
bersangkutan karena :
a. Telah mencapai usia 55 tahun (lima puluh lima) tahun atau
b. Cacat total tetap setelah ditetapkan oleh Dokter walaupun belum 55 tahun.
c. Meninggalkan wilayah Indonesia selamanya.
d. Tidak bekerja lagi. 25

Jaminan pensiun ini merupakan salah satu jenis program jamianan sosial
nasional yang diatur dalam UU No.40 Tahun 2004 tentang system jamianan sosial
nasional (SJSN). Pengertian jaminan pensiun (JP) adalah pembayaran berkala
jangka panjang sebagai substitusi dari penurunan/hilangnya penghasilan karena
peserta mencapai usia tua (pensiun), mengalami cacat total permanen atau
meninggal dunia. Tujuan penyelenggaraan jaminan pensiun adalah untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak saat peserta kehilangan atau
berkurang penghasilannya karena usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
Jadi pada pokoknya jaminan pensiun adalah jaminan yang memberikan kepastian
penerimaan penghasilan yang diberikan selama tenaga kerja pensiun. 26
Jaminan pensiun yang dimaksud adalah untuk dapat memberikan bekal
bagi tenaga kerja setelah purna kerja, sehingga dapat memberikan bekal untuk
24

Juli Irmayanto, Zainal A. Indradewa, Tijpto Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,
Op.Cit, hal 255
25
Rusli Hardijan, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996. hal. 139
26

Dede Agus, Perkembangan Pengaturan Jaminan Sosial tenaga kerja dalam Rangka
Perlindungan Hukum Buruh/Pekerja, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No.1 Tahun 2014
Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tritayasa Banten, hal 66

Universitas Sumatera Utara

20

hidupnya. Jaminan ini diberikan mulai bulan berikutnya tenaga kerja yang
bersangkutan meninggal dunia. Bilama tenaga kerja yang meninggal dunia
tersebut tidak mempunyai istri atau suami, maka hak menerima jaminan beralih
kepada anak-anaknya dan jaminan seperti ini disebut jaminan pensiun. 27
Inisiasi lahirnya SJSN sudah dimulai sejak tahun 2000 ketika Presiden saat
itu, Konsep undang-undang yang mendasari pelaksanaan konsep ini mulai dibuat
dengan nama Undang-Undang Jaminan Sosial. Sejalan dengan pemerintahan,
DPR juga meluncurkan inisiatif untuk segera dibentuk Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera.
Tahun 2001. Program jaminan sosial yang diamanatkan untuk diimplementasikan
terdiri dari lima program yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. Untuk menjalankan

program-program tersebut, UU SJSN mengamanatkan dibentuknya Dewan
Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). DJSN akhirnya terbentuk pada 24 September 2008 melalui Keppres No.
110 tahun 2008 tentang pengangkatan anggota DJSN. Namun, pembahasan
mengenai RUU BPJS berlangsung sangat alot dan belum terumuskan sampai
tenggat peralihan UU SJSN di tahun 2009. 28
UU SJSN dan UU BPJS merestrukturisasi penyelenggaraan program
jaminan sosial dan mengelompokkannya menjadi dua kelompok program, yaitu
program jaminan kesehatan dan program jaminan bukan kesehatan. mProgram

27

Sendjun H. Manualang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta :
Pt Rineka Cipta, 2001), hal 134
28
Nur Nisahairini, Satu Tahun Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, Cetakan I,
(Jakarta : Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat & Kementeriaan PPN/Bappenas,
2015), hal 14

Universitas Sumatera Utara


21

jaminan kesehatan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan bagi seluruh penduduk
Indonesia termasuk pekerja asing yang bekerja sekurangkurangnya 6 (enam)
bulan di Indonesia. Penerima manfaat program jaminan kesehatan mencakup pula
anggota keluarganya.
Program jaminan bukan kesehatan mencakup program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Keempat program
ini diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan bagi seluruh tenaga kerja,
termasuk pekerja asing yang bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan di
Indonesia. Subsidi silang antarprogram dengan membayarkan manfaat suatu
program dari dana program lain tidak diperkenankan. Di era Pra SJSN,
penyelenggaraan program jaminan sosial dikelompokkan berdasarkan golongan
pekerjaan, yaitu pekerja swasta dan pekerja pemerintah.
Program jaminan sosial bagi pekerja swasta diselenggarakan oleh PT
Jamsostek. Program Jamsostek mencakup program jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Dengan UU BPJS
dibentuk dua BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS
Kesehatan


menyelenggarakan

program

jaminan

kesehatan

dan

BPJS

Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan
hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan terbentuknya kedua
BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan diperluas
secara bertahap. 29
Pada saat yang sama, kemampuan Jamsostek perlu diperkuat supaya
sanggup menanggung skema pensiun terutama kemampuan dalam melakukan
29


Asih Eka Putri, Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia, Seri Buku Saku 3,
(Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung : Kantor Perwakilan Indonesia, 2014), hal 16

Universitas Sumatera Utara

22

pembayaran uang pensiun secara berkala kepada para pensiunan. Tingkat jaminan
hari tua tidak akan cukup untuk memberikan perlindungan ekonomi yang
memadai selepas pensiun. 30Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia
sebenarnya sudah ada sejak 2004 melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan agar UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
disahkan pada 2009. Namun baru pada 2008 ada komitmen politik dari Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sehingga tanggung jawab
negara untuk membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).31
Jaminan Pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial, tabungan wajib dan manfaat pasti. Menurut penjelasan Pasal 39
Undang- Undang SJSN, mekanisme jaminan pensiun tetap menganut prinsip
asuransi sosial, namun ketentuan ini member kesempatan kepada pekerja yang

memasuki usia pensiun namun iurannya tidak mencapai waktu yang ditentukan,
diberlakukan sebagai tabungan wajib, dan berikut hasil pengembangannya
dibayarkan pada saat yang bersangkutan berhenti bekerja. Sedangkan manfaat
pasti menunjukkan bahwa ada batasan minimum dan maksimum pada manfaat
yang akan diterima oleh peserta. Peserta Jaminan Pensiun adalah pekerja yang
telah membayar iuran. Besarnya iuran bagi peserta ditentukan berdasarkan
presentase tertentu dari upah/penghasilan atau jumlah nominal tertentu yang
ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja. Jaminan Pensiun

30

Hotbonar Sinaga, Perlindungan Sosial di Indonesia: Persiapan Pengembangan Agenda,
(Jakarta : Kantor Perburuhan Internasional, 2008), hal 13
31
Bunga Pelangi, Frisca Anindhita dan Lina Rintis Susanti, Efektivitas Jaminan Kesehatan
Nasional untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu, Cetakan I, (Jakarta : Women Research Institute,
2015), hal 8

Universitas Sumatera Utara


23

diselenggarakan dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena
memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. 32
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya, dan seluruh masyarakat Indonesia secara berkesinambungan sejak
muda sampai lanjut usia. Setiap orang idealnya tidak hanya memikirkan
kesejahteraan di saat bekerja, namun juga memikirkan kesejahteraan di masa tua
atau pensiun. Bergesernya pola kehidupan akibat globalisasi akan terus
berlangsung. Dahulu, orang tua merasakan bahwa sebagai balas budi, seseorang
sebagai anak harus menjaga dan menghidupi orang tuanya di saat orang tuanya
tidak lagi produktif. Kini semua ini sudah semakin memudar, ditambah lagi
Pemerintah Indonesia belum bisa mem-berikan jaminan hari tua kepada seluruh
masyarakat Indonesia yang telah memasuki lanjut usia atau masa pensiun. Oleh
karenanya, masing-masing sekarang haruslah bertanggungjawab terhadap
kehidupannya sendiri, baik di masa produktif umumnya dan masa pensiun
khususnya. 33
Salah satu prasarana yang mutlak dibutuhkan adalah tersedianya “jaminan
hari tua” atau pensiun. Jaminan hari tua pada hakikatnya adalah memberikan
kesejahteraan di hari tua dalam time frame lanjut usia, yang akan dinikmati oleh
seseorang yang saat ini masih muda. Wujud nyata dari jaminan hari tua adalah

32

Widodo Suryandono, Laporan Akhir Tim Analisis Dan Evaluasi : Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, (Jakarta : Pusat Perencanaan
Pembangunan Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional & Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia, 2011), hal 24
33
Muh. Kadarisman, Menghadapi Pensiun Dan Kesejahteraanpsikologis Pegawai Negeri
Sipil, Kopertis Wilayah III Jakarta dpk Universitas Muhammadiyah, Jurnal Kebijakan dan
Manajemen PNS VOL.5, No.2 November 2011

Universitas Sumatera Utara

24

program pensiun, yang di Indonesia dikenal dengan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) atau Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK). 34
Terdapat lembaga yang menyelenggarakan jaminan pensiun, yaitu:
1. Dana pensiun pemberi kerja (DPPK)
Dana pensiun pemberi kerja (DPPK) yaitu Dana Pensiun yang dibentuk oleh
orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) atau Program
Pensiun Iuran Pasti (PPIP), bagi kepentingan sebagian atau seluruh
karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap
Pemberi Kerja. Hal ini terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 11
tahun 1992. 35
Lembaga

dana

pensiun

pemberi

kerja

(DPPK)

didirikan

untuk

menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran
pasti, bagi kepentingan karyawan yang menjadi peserta dan menimbulkan
kewajiban terhadap pemberi kerja. 36 Salah satu tujuan dari DPPK adalah untuk
membantu karyawan di berbagai perusahaan agar dapat bekerja serta
memperoleh pensiun yang layak di hari tua mereka nantinya. 37
Pengurus pensiun pemberi kerja ditunjuk oleh pendiri dan bertanggungjawab
kepada pendiri atas pengelola dana pensiun. Pengurus mempunyai masa
jabatan selama lima tahun dan dapat ditunjuk kembali. Dalam menjalankan
aktivitasnya, pengurus wajib menyampaikan laporan mengenai rencana dan
34

Achmad Subianto, Jaminan Sosial Pegawai Negeri Sipil, Makalah disajikan dalam
Seminar Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial di Bappenas, 2002, hal 4
35
Iman Sjahputra Tunggal, Tanya Jawab Aspek Hukum Dana Pensiun di Indonesia,
(Jakarta: Harvarindo, 1999), hal 5
36
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 282
37
Irham Fahmi, Op.Cit, hal 180

Universitas Sumatera Utara

25

perhitungan hasil usaha sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan menteri
keuangan. Program dana pensiun pemberi kerja ini dapat dialihkan ke lembaga
lain selama keduanya memiliki program dan dana pensiun yang sama. Selain
itu, pengalihan tersebut disertai dengan tanggungjawab lembaga pensiun untuk
memperhitungkan masa kerja peserta sehingga dengan pengalihan tersebut
tidak ada pihak yang dirugikan. 38
2. Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK)
Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yaitu Dana Pensiun yang dibentuk
oleh Bank atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk menyelenggarakan Program
Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja
mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank
atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Pengertian ini terdapat
dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 11 tahun 1992. 39 Peserta dana
pensiun lembaga keuangan ini adalah masyarakat, baik yang terikat sebagai
karyawan pada perusahaan tertentu maupun perorangan yang tidak terikat pada
badan usaha apapun. 40
3. Dana Pensiun Perkebunan (DAPENBUN)
Dana Pensiun Perkebunan (DAPENBUN) adalah sebuah badan hukum yang
didirikan untuk menghimpun dan mengelola dana untuk kepentingan peserta,
dan bertujuan mengupayakan kesinambungan penghasilan bagi Peserta di hari
tua dengan menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti. Dana Pensiun
Perkebunan dalam mengelola dana pensiun harus mematuhi peraturan yang

38

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 283
Iman Sjahputra Tunggal, Op.Cit, hal 6
40
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 283

39

Universitas Sumatera Utara

26

berlaku dan Peraturan DAPENBUN terakhir yang berlaku setelah beberapa
kali mengalami perubahan adalah yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
RI dengan keputusan Nomor KEP-193/KM.10/2007 tanggal 2 Oktober 2007.
DAPENBUN menyadari bahwa pemberian informasi kepada stake holders
tentang segala sesuatu mengenai Dana Pensiun Perkebunan sangat bermanfaat
guna

peningkatan

kinerja

Maksud

dan

tujuan

DAPENBUN

adalah

menghimpun dan mengelola dana untuk mengusahakan kesinambungan
penghasilan serta meningkatkan kesejahteraan Peserta dihari tua dengan
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti. 41
Dilihat dari pengertian di atas, pada dasarnya Dana Pensiun, berdasarkan
Keuntungan adalah sama dengan Dana Pensiun Pemberi Kerja. Dikatakan bahwa
Dana Pensiun Berdasarkan Keuntungan merupakan Dana Pensiun Pemberi Kerja
yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti. Maka dari itu, hanya dana
pensiun jenis Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan
yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaannya. Hal ini dilakukan agar
masyarakat lebih memahami maksud ketentuan dalam Undang-Undang Dana
Pensiun, yang hanya mengatur hal-hal yang pokok. Ketentuan yang bersifat teknis
dan prosedural mengenai Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 1992
tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 1992
tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Telah dikatakan, bahwa yang boleh
mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanyalah bank atau perusahaan
asuransi jiwa. Dana Pensiun Lembaga Keuangan dibentuk secara terpisah dari
41

http://www.dapenbun.co.id. Diakses tanggal 2 Mei 2016

Universitas Sumatera Utara

27

bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan dan terpisah dari Dana
Pensiun Pemberi Kerja yang mungkin didirikan oleh bank atau perusahaan
asuransi jiwa tersebut. Sebagaimana diketahui pula bahwa bank atau perusahaan
asuransi jiwa dalam kapasitasnya sebagai pemberi kerja karyawannya juga dapat
menjadi Dana Pensiun Pemberi Kerja. 42
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program: a) Jaminan Hari Tua
(JHT), b) Jaminan Pensiun (JP), c) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan d)
Jaminan Kematian (JK). Lain halnya dengan DPLK. Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) merupakan Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti
(PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri. Suatu perusahaan
dapat mengikutsertakan karyawannya ke dalam program DPLK. Kekayaan DPLK
pada dasarnya terpisah dari perusahaan penyelaggara DPLK, baik bank atau
asuransi jiwa. DPLK adalah amanat UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun.
Karena BPJS Ketenagakerjaan dan DPLK bersifat komplementer atau saling
melengkapi sebagai bagian dari fasilitas program kesejahteraan karyawan. BPJS
Ketenagakerjaan bersifat wajib, sedangkan DPLK bersifat sukarela. Oleh karena
itu, BPJS Ketenagakerjaan melalui program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Program
Pensiun (JP) akan mengimplementasikan program jaminan sosial dengan prinsip
memberikan

perlindungan

dasar

dan

layak,

sedangkan

DPLK

lebih

mengedepankan manfaat kesejahteraan karyawan yang maksimum (on top).
Apalagi saat ini, Jaminan Pensiun (JP) yang akan dikelola BPJS Ketenagakerjaan
mulai 1 Juli 2015 belum diikuti dengan “kepastian” Peraturan Pemerintah (PP)
42

Iman Sjahputra Tunggal, Op.Cit, hal 14

Universitas Sumatera Utara

28

tentang besaran iuran dan mekanisme pengelolaannya. Karena masih dalam
pembahasan yang masih terus berlanjut.
Selain itu, seluruh pemangku kepentingan (stakeholeders) seperti
Pemerintah melalui OJK, BPJS Ketenagakerjaan, APINDO, Asosiasi DPLK,
Asosiasi DPPK, dan Serikat Pekerja terus melakukan koordinasi dan harmonisasi
terhadap berbagai peraturan yang ada agar tidak saling tumpang tindih, tidak
merugikan iklim industri yang telah berkembang di Indonesia, dan yang terpenting
tidak mengurangi manfaat maksimum pekerja/karyawan terkait dengan hari tua
dan masa pensiunnya. Orientasinya harus win-win solution. 43
DAPENBUN dalam melakukan pembayaran Manfaat Pensiun dituntut
untuk memberikan pelayanan yang mudah dan cepat dengan pembayaran yang
tepat waktu, tepat jumlah dan tepat orang. Dalam hal Kewajiban Aktuaria lebih
besar dibandingkan dengan Kekayaan Untuk Pendanaan maka akan timbul beban
luran Tambahan dari Pemberi Kerja. 44
B. Manfaat Jaminan Pensiun
Manfaat pensiun pada prinsipnya berkaitan dengan usia dimana peserta
berhak untuk mengajukan pensiun dan mendapatkan manfaat pensiun. Manfaat
pensiun dapat dibedakan sebagi berikut:
1. Pensiun Normal (Normal Retirement)
Manfaat pensiun normal adalah manfaat yang diterima peserta ketika
mencapai usia pensiun normal atau sebaliknya. Setiap lembaga/perusahaan
menetapkan umur pensiun normal antara 45 sampai 60 tahun, sesusi dengan

43

Manaulife MAPAN (Mandiri dan Aman di Hari depan), Memahami Hubungan BPJS
Ketenagakerjaan & DPLK, Jurnal 31 Januari 2015, hal 2
44
http://www.dapenbun.co.id. Diakses tanggal 2 Mei 2016

Universitas Sumatera Utara

29

kebijakan masing-masing berdasarkan kepentingannya. 45 Usia pensiun normal
ditentukan dalam pertauran dana penisun. Yakni pada usia itu peserta pensiun
berhak mendapatkan jumlah pensiun penuh. 46 Penisun normal yaitu pensiun
yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai masa pensiun
seperti yang ditetapkan perusahaan. 47
2. Pensiun Dipercepat (Early Retirement)
Manfaat yang diterima bila peserta berhenti bekerja atau tidak berpenghasilan
lagi minila 10 tahun sebelum mencapai usia pensiun normal. Pembayarannya
dapat diterima paling lambat 1 bulan sejak peserta berhenti bekerja. 48 Pensiun
percepat disebabkan oleh adanya peristiwa yang tidak direncanakan.
Misalnya, pengurangan jumlah karyawan, kesalahan yang dilakukan karyawan
atau karyawan menjadi tidak produktif karena sebab tertentu. 49 Jenis pensiun
ini berikan untuk kondisi tertentu. 50
3. Pensiun Ditunda (Deffered Retirement)
Manfaat pensiun ditunda adalah hak yang diterima jika peserta berhenti
bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal. Pembayarannya ditunda
sampai peserta mencapai usia sekurang-kurangnya 10 tahun sebelum
dicapainya usia pensiun normal. 51 Pensiun ditunda terjadi apabila karyawan
mengajukan

pengunduran

diri

dari

pekerjaannya.

Karyawan

berhak

mendapatkan dana pensiun sebesar jumlah dana yang disimpan pada lembaga

45

Juli Irmayanto, Zainal A. Indradewa, Tijpto Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,
Op.Cit, hal 292
46
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 285
47
Kasmir, Op.Cit, hal 291
48
Juli Irmayanto, Zainal A. Indradewa, Tijpto Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,
Op.Cit, hal 293
49
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 285
50
Kasmir, Op.Cit, hal 292
51
Juli Irmayanto, Zainal A. Indradewa, Tijpto Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,
Op.Cit, hal 293

Universitas Sumatera Utara

30

dana pensiun, namun pembayarannya ditunda hingga saat memasuki masa
pensiun. 52 Pensiun ditunda merupakan pensiun yang diberikan kepada para
karyawan yang meminta pensiun sendiri. Namun usia pensiun belum
memenuhi untuk pensiun. Dalam hal tersebut karyawan yang mengajukan
tetap keluar dan pensiunnya baru pada saat usia pensiun tercapai. 53
4. Pensiun Cacat (Disable Retirement)
Manfaat Pensiun Cacat adalah manfaat yang diterima bila peserta menderita
cacat. Hak ini timbul jika peserta dinyatakan oleh dokter dan disetujui dana
pensiun bahwa yang bersangkutan menderita cacat. 54 Pensiun cacat terjadi
apabila karyawan mengalami peristiwa yang tidak terduga dan menyebabkan
cacat pada sebagian atau seluruh anggota tubuhnya, sehingga karyawan tidak
mampu lagi bekerja secara produktif. Besarnya manfaat pensiun dihitung
berdasarkan formula manfaat pensiun normal, dengan masa kerja diakui
sampai memasuki masa pensiun dan penghasilan dasar pensiun ditentukan
pada saat mulai terjadinya cacat. 55 Pensiun yang diberikan bukan karena usia,
tetapi lebih disebabkan peserta mengalami kecelakaan sehingga dianggap
tidak mampu lahi untuk dipekerjakan. 56
C. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan

Sosial Nasional
UU SJSN diundangkan pada pada tanggal 19 Oktober 2004, sebagai
pelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang atas jaminan
sosial yang menyeluruh bagi seluruh warga negara Indonesia. UU SJSN adalah
52

Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 285
Kasmir, Op.Cit, hal 292
54
Juli Irmayanto, Zainal A. Indradewa, Tijpto Roso, Tonny Hasibuan dan Desmizar,
Op.Cit, hal 293
55
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Op.Cit, hal 285
56
Kasmir, Op.Cit, hal 292
53

Universitas Sumatera Utara

31

dasar hukum untuk menyinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan
sosial yang telah dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara agar dapat
menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih
besar bagi setiap peserta.
Dinamika
tantangan

pembangunan

bangsa

Indonesia

telah

menumbuhkan

berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh
rakyat, yang diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (3) mengenai hak terhadap
jaminan

sosial

dan

Pasal

34

ayat

(2)

Undang-Undang

Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jaminan sosial juga dijamin dalam
Deklarasi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948
dan ditegaskan

dalam

Konvensi

ILO

Nomor

102

Tahun

1952

yang

menganjurkan semua negara untuk memberikan perlindungan minimum kepada
setiap tenaga kerja. sejalan dengan ketentuan tersebut, Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia dalam TAP Nomor X/MPR/2001 menugaskan
Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka
memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu. 57
Sistem Jaminan Sosial Nasional (national social security system) adalah
sistem penyelenggaraan program negara dan pemerintah untuk memberikan
perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk
Indonesia.

Jaminan sosial diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak

dikehendaki yang dapat mengakibatka hilangnya atau berkurangnya pendapatan
57

http://ipina10.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sistem-jaminan-sosial-nasional.html
diakses pada tanggal 3 Mei 2016

Universitas Sumatera Utara

32

seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau pensiun, maupun karena
gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya
Sistem Jaminan Sosial Nasional disusun dengan mengacu pada
penyelenggaraan jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan
oleh negara-negara maju dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan
sosial di berbagai negara memang tidak seragam, ada yang berlaku secara nasional
untuk seluruh penduduk dan ada yang hanya mencakup penduduk tertentu untuk
program tertentu.
Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial dengan
baik, perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan

ekonomi

masyarakat

dan

pemerintah

serta

kesiapan

penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor formal
(tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja), selanjutnya diperluas
kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk kemudian mencapai tahapan cakupan
seluruh penduduk.
Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh penduduk
akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan dan manajemen
memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman. Kelompok penduduk yang
selama ini hanya menerima bantuan sosial, umumnya penduduk miskin, dapat
menjadi peserta program jaminan sosial, dimana sebagian atau seluruh iuran bagi
dirinya dibayarkan oleh pemerintah. Secara bertahap bantuan ini dikurangi untuk
menurunkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Untuk itu pemerintah

Universitas Sumatera Utara

33

perlu memperhatikan perluasan kesempatan kerja dalam rangka mengurangi
bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang tidak mampu. 58
Pengaturan tentang jaminan pensiun diatur dalam Undang-undang ini
terdapat pada pasal 39 ayat 1 dan 2 yang berisi tentang Jaminan Pensiun yang
menegaskan bahwa jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.
Undang-undang ini lahir untuk mengamanatkan konstitusi tentang jaminan sosial
nasional khususnya pasal 34 ayat 2 UUD 1945.
D. Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelanggara
Jaminan Sosial.
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak, dimana untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip
kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas,
kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan dana jaminan
sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta 59. Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk
perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan
kebutuhan dasar yang layak.

58

Pasal 1, 4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS.
Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia,
Rajawali Pers, Mataram. 2007. hal. 33
59

Universitas Sumatera Utara

34

Pengesahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS pada
November 2011 menjadi satu bekal menuju sistem jaminan social bagi
masyarakat Indonesia. Undang-undang tersebut mengamanatkan transformasi
empat badan penyelenggara yaitu PT Askes (persero) menjadi BPJS Kesehatan
pada Januari 2014, PT Jamsostek (persero) bertransformasi menjadi BPJS
Ketenagakerjaan paling lambat 1 Juli 2012, sedangkan untuk PT Asabri dan PT
Taspen bertransformasi paling lambat 2029 melalui Peraturan Pemerintah. Dua
BPJS ini memiliki amanah yang berbeda.
BPJS Kesehatan akan memberikan jaminan kesehatan. Sementara BPJS
Ketenagakerjaan akan memberikan jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan
kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. BPJS adalah badan hukum publik dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BPJS berkedudukan dan berkantor
pusat di Ibukota Negara dengan kemungkinan untuk mendirikan kantor
perwakilan di Propinsi dan Kabupaten/Kota. 60
Pada saat ini terkait dana pensiun yang berupa pemberian jamsostek yang
dilakukan oleh Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan dialihkan ke
Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS). BPJS merupakan suatu
wadah yang didalamnya berfungsi untuk melayani masyarakat miskin dalam
bidang-bidang krusial seperti, pengentasan kemiskinan, jaminan kesehatan sampai
pada saat ini akan memegang peranan juga sebagai salah satu badan yang
berwenang memegang jaminan kesehatan untuk para pensiunan.

60

Ahmad Nizar Shihab, Hadirnya Negara Di Tengah Rakyatnya Pasca Lahirnya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Jurnal Legislasi
Indonesia Vol. 9 No. 2 - Juli 2012, hal 182

Universitas Sumatera Utara

35

Dari berbagai sektor, para pemegang usaha masih keberatan dengan
skema iuran BPJS bidang ketenagakerjaan, khusunya untuk menanggung dana
pensiun para pekerja. Hal ini disebabkan karena untuk para pemegang bisnis harus
menanggung biaya pensiun dan iuran wajib ke BPJS untuk para pekerja yang
masih aktif berproduksi, para pemegang bisnis juga harus menanggung para
pekerja yang telah di PHK dengan berbagai sebab paling lama yaitu enam bulan
setelah di PHK. 61
Transformasi menyebabkan perubahan dalam beberapa bidang. Badan
penyelenggara jaminan sosial tidak lagi berbentuk Badan Usaha Milik Negara
melainkan akan menjadi Badan Hukum Publik yang akan bertanggungjawab
kepada Presiden. Cakupan jaminan sosial juga akan bersifat wajib dan lebih luas
yakni BPJS Kesehatan wajib untuk seluruh penduduk dan BPJS Ketenagakerjaan
wajib untuk seluruh pekerja. Sistem penyelenggaraan juga akan berubah yaitu
perusahaan melakukan administrasi dengan dua BPJS; tenaga kerja dilayani oleh
dua BPJS. Dalam hal program dan manfaat pun terdapat perubahan misalnya
jaminan pensiun juga ada untuk tenaga kerja swasta dan informal serta jaminan
kesehatan untuk seluruh penduduk. 62
BPJS

Ketenagakerjaan

(Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

Ketenagakerjaan merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi
tenaga

kerja

untuk

mengatasi

risiko

social

ekonomi

tertentu

dan

penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.Sebagai Lembaga
Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang
61

Animah, Tri Ari kurniatiningsih, Tanti Nur Rochmah, Lastri Wardani, Umi Fasilatur
Rohmah, Dwi Wahyuningsih, Evi Noviasari, Uswatun Khasanah, Dana Pensiun Terkait Adanya
BPJS, Tugas Paper Manajemen Lembaga Keuangan, Universitas Negeri Semarang, 2013.
62
Ahmad Nizar Shihab, Op.Cit, hal 185

Universitas Sumatera Utara

36

dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang
jaminan sosial tenaga kerja. 63
Pengimplementasian BPJS perlu dipersiapkan. Poin-poin mendasar dalam
berbagai bidang penting untuk ditingkatkan perfomanya secara bersama-sama.
Diperlukan kerjasama intensif dari semua stakeholder dalam sembilan hal yaitu,
pertama, adanya identitas tunggal; kedua, penyesuaian aspek hukum dari
peraturan perundangan-undangan; ketiga proses penyesuaian dari Perusahaan
Persero menjadi BPJS; keempat perancangan manfaat setiap program jaminan
SJSN serta detail atas proyeksi fiskal jangka pendek dan jangka panjang untuk
lima program jaminan sosial SJSN; kelima perbaikan sistem penarikan
iuaran/premi/kontribusi dan sistem pengumpulan data; keenam negosiasi kontrak
dengan penyedia pelayanan kesehatan dan pelaksanaan prosedur pengendalian
kualitas; ketujuh penentuan metodologi untuk mengidentifikasi dan memonitor
masyarakat miskin yang berhak memperoleh subsidi pemerintah; kedelapan
pembentukan sebuah kantor aktuaria negara untuk mengelola aspek keuangan dan
aspek menajemen resiko program SJSN; dan kesembilan sosialisasi untuk
menjelaskan skema asuransi sosial yang baru kepada masyarakat, media massa
dan parlemen. 64 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
menentukan bahwa, BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan. BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 (empat) program, yaitu

63

Joupy G. Z. Mambu. Kajian Yuridis Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pascasarjana
Universitas Sam Ratulangi, Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015, hal 56
64
Ahmad Nizar Shihab, Op.Cit, hal 186

Universitas Sumatera Utara

37

program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian. 65
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
BPJS bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial. Penjelasan Pasal 2 menyebutkan bahwa BPJS menyelenggarakan
sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas:
a. Kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat
manusia. 66
b. Manfaat

merupakan

asas

yang

bersifat

operasional

menggambarkan

pengelolaan yang efisien dan efektif.
c.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan asas keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas yang bersifat adil.
Pasal

3

menyatakan

bahwa

BPJS

bertujuan

untuk

mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Kemudian Pasal 4 menyebutkan bahwa BPJS menyelenggarakan sistem
jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:
a. kegotongroyongan
Prinsip kebersamaan antar Peserta dalam menanggung beban biaya Jaminan
Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap Peserta membayar Iuran
sesuai dengan tingkat Gaji, Upah, atau penghasilannya
b. nirlaba
Prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan Manfaat sebesar-besarnya bagi
seluruh Peserta.
65

Asih Eka Putri, Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Seri Buku Saku 2,
(Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung : Kantor Perwakilan Indonesia, 2014), hal 20
66
Penjelasan Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

38

c. keterbukaan
Prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi
setiap Peserta
d. kehati-hatian
Prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib
e. akuntabilitas
Prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan
f. portabilitas
Prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun Peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
g. kepesertaan bersifat wajib
Prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan
Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.
h. dana amanat; dan
Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari Peserta untuk
digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.
i. hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.
Pasal

6

ayat

(2)

menyebutkan

bahwa

BPJS

Ketenagakerjaan

menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun dan jaminan kematian. Sedangkan Pasal 9 ayat (2) menyebutkan bahwa
BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.
UU No.24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
menyatakan bahwa Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia.
BPJS dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan
sosial yang memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

39

UU ini selanjutnya menetapkan adanya 2 (dua) yaitu BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS kesehatan. BPJS kesehatan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan yang sudah dimulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. 67
E. Peraturan

Pemerintah

Nomor

45

Tahun

2015

Tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun
Guna melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (8) dan Pasal 42 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
pemerintah mengundangkan PP No 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun diundangkan pada tanggal 30 Juni 2015 dan
ditempatkan dalam lembaran negara Republik Indonesia No 155 tahun 2015. PP
No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun program
perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin
adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko risiko sosial ekonomi, dan
merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan
keluarganya akibat dari terjadinya risikorisiko sosial dengan pembiayaan yang
terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Seperti kita ketahui, sejak awal tahun 2014 Pemerintah telah menerapkan
aturan mengenai BPJS Kesehatan, dan mewajibkan seluruh badan usaha dan
perorangan untuk ikut program tersebut. Tidak terasa, sudah kurang lebih 1,5
tahun BPJS Kesehatan telah berjalan. Kekurangan pelayanan dan fasilitas disana
sini masih dapat dimaklumi, mengingat usianya yang relatif singkat. Pro kontra
67

Ulinuha, F.E, Kepuasan Pasien BPJS Terhadap Pelayanan Di Unit Rawat Jalan Rumah
Sakit Permata Medika Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, No 2 tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

40

mejadi hal yang wajar dinikmati oleh pemerintah atas pelaksanaan BPJS
Kesehatan. Namun, yang paling penting adalah komitment dari pemerintah untuk
menerapkan System Jaminan Sosial Nasional kepada warga Negaranya telah mulai
diterapkan, walaupun menunggu waktu sejak tahun 2004 lahirnya Undang-undang
SJSN. Komitment tersebut dibuktikan lagi dengan berlakunya secara efektif BPJS
Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Juli 2015, dengan tambahan program jaminan
pensiun. Pro kontra pun terjadi mulai dari terlalu mendesaknya pengeluaran
regulasi, hingga sosialisasi yang dirasa kurang, ditambah dengan aturan
kontroversial mengenai Jaminan Hari Tua (JHT), yang berubah drastis. Jika
sebelumnya JHT dapat diambil oleh karyawan yang resign, ataupun kena PHK
dengan masa keja minimal 5 tahun dan masa tunggu 1 bulan, dirubah menjadi
dapat diambil minimal dengan masa kerja 10 tahun dan itupun tidak dapat diambil
secara keseluruhan, hanya 10 -30% maksimal dapat diambil dari dana yang telah
dimiliki. Dan sisanya baru dapat diambil saat usia Pensiun 56 tahun.
Kebijakan yang melahirkan jaminan pensiun, yang besarannya akan diterima
minimal sebesar 300 rb sampai 3,6 juta tiap bulan dengan masa iur selama 15
tahun. Artinya buruh dengan penghasilan UMK nantinya, setelah menganalisis
formulasi perhitungan yang ditetapkan dalam PP. Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Jaminan Pensiun. Selain persoalan besaran biaya pensiun, regulasi mengenai BPJS
ketenagakerjaan tidak sinkron dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
Beberapa regulasi yang tidak sinkron tersebut adalah :
1. Jumlah tanggungan anak, dalam regulasi BPJS Kesehatan anak yang
ditanggung untuk menikmati fasilitas kesehatan adalah maksimum 3

Universitas Sumatera Utara

41

anak, sedangkan di BPJS Ketenagakerjaan, anak yang menjadi
tanggungan maksimum hanya 2 anak.
2. Batas atas gaji yang menjadi dasar potongan iuran. Pada BPJS
Kesehatan batas atas Gaji ditetapkan 2 kali PTKP K1, yakni sebesar
Rp. 4.725.000,-. Sedangkan pada BPJS Ketenagakerjaan Batas atas
Gaji Jaminan Pensiun adalah sebesar 7 Juta rupiah. Belum lagi
mengenai batas Gaji JHT, JKK dan JKM yang unlimited.
3. Usia Pensiun. Pada PP No. 46 tahun 2015 tentang JHT, disebutkan
usia pensiuan adalah 56 tahun. Sedangkan pada PP No. 45 tahun
2015 tentang Jaminan Pensiun, Usia pensiun disebutkan 55 tahun dan
akan mengalami penambahan setiap 3 tahun sekali sejak ditetapkanya
PP tersebut sampai menjadi usia 65 tahun. Artinya satu PP dengan PP
lainya juga belum sinkron. Karena JHT merujuk pada 56 tahun dan
tidak ada penambahan usia pensiun, sedangkan dalam PP Jaminan
Pensiun ada penambahan usia pensiun.
4. Uang Pesangon. Walaupun masih multi interpretative. Aturan
mengenai uang pesangon yang diatur dalam UU ketenagakerjaan
pasal 167 ayat 1-3 menyatakan bahwa bila perusahaan mengikutkan
pekerja dalam program pensiun, maka uang pensiun tersebut
diperhitungan sebagai pengurang dari pesangon yang didapatkan.
Disisi lain, jika melihat tafsir historical tentang Jaminan Pensiun pada
UU ketengakerjaan adalah merujuk pada DPLK. Bukan pada
Jaminan Pensiun yang diatur oleh PP terbaru. Dikarenakan lahirnya
UU ketenagekerjaan tidak memprediksi lahirnya Peraturan mengenai

Universitas Sumatera Utara

42

Jaminan Pensiun yang telah diatur dalam UU SJSN dan Peraturan
Pemerintah

68

Peraturan Pemerintah (PP) mengenai Penyelengaraan Jaminan Pensiun (JP)
meliputi 7 (tujuh) bab, dan terdiri atas 38 (tiga puluh delapan) pasal. Pasal 1 angka
1 (satu) PP No 45 Tahun 2015 menyatakan bahwa Jaminan Pensiun adalah
jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Menurut PP No. 45 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Pensiun menetapkan bahwa peserta Program Jaminan Pensiun : a. Pekerja yang
bekerja pada Pemberi Kerja penyelenggara negara; dan b. Pekerja yang bekerja
pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara. Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai berlaku sejak Pekerja
terdaftar dan Iuran mpertama telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja
selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan. 69
Pasal 1 angka 3 bahwa Manfaat Pensiun adalah sejumlah uang yang
dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia. Pasal
1 angka 4 bahwa Peserta Program Jaminan Pensiun yang selanjutnya disebut
Peserta adalah pekerja yang terdaftar dan telah membayar iuran.
Menurut Pasal 4 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara wajib mendaftarkan seluruh Pekerjanya kepada BPJS

68

http://www.kompasiana.com/zay_manukan/menelaah-bpjs
tanggal 12 Mei 2016
69
BPJS Ketenagakerjaan, Op.Cit, hal 6

ketenagakerjaan,

diakses

Universitas Sumatera Utara

43

Ketenagakerjaan sebagai Peserta sesuai penahapan kepesertaan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan Pemberi Kerja selain penyelenggara
negara wajib mendaftarkan Pekerja yang baru paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal Pekerja tersebut mulai bekerja.
Pasal 5 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) ditegaskan bahwa dalam hal pemberi
kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan pekerjanya,
pekerja berhak mendaftarkan dirinya sendiri dalam jaminan pensiun kepada BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan penahapan kepesertaan program jaminan pensiun.
Pendaftaran oleh pekerja dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran dan
melampirkan perjanjian kerja, surat keputusan pengangkatan, atau bukti lain yang
menunjukkan sebagai pekerja, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu
Keluarga(KK).
Berdasarkan pendaftaran, BPJS Ketenagakerjaan melakukan verifikasi
kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara paling lama 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak tanggal pendaftaran dilakukan. Dalam hal verifikasi membuktikan
Pemberi Kerja selain penyelenggara negara nyata-nyata lalai tidak mendaftarkan
Pekerjanya, Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain sanksi Pemberi Kerja
selain penyelenggara negara wajib memungut dan menyetor Iuran yang menjadi
kewajiban Pekerja dan membayar Iuran yang menjadi kewajiban Pemberi Kerja
selain penyelenggara negara kepada BPJS Ketenagakerjaan.
Pasal 6 menyatakan bahwa Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS
Ketenagakerjaan, Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara wajib bertanggung
jawab pada Pekerjanya dengan memberikan Manfaat Pensiun sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

44

ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Sedangkan Pasal 7 ayat (1), (2), (3) dan
(4) menegaskan bahwa BPJS Ketenagakerjaan wajib menerbitkan nomor
kepesertaan bagi Pekerja paling lama 1 (satu) hari kerja setelah Iuran pertama
dibayar lunas. Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan tidak menerbitkan nomor
kepesertaan maka bukti pembayaran Iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
digunakan sebagai bukti kepesertaan. BPJS Ketenagakerjaan memberikan kartu
kepesertaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal nomor
kepesertaan diterbitkan. Nomor kepesertaan merupakan nomor kepesertaan
tunggal untuk semua program jaminan sosial ketenagakerjaan yang diikuti oleh
Peserta.
Menurut Pasal 12 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan data Upah,
jumlah Pekerja, alamat kantor, dan perubahan data lainnya terkait penyelenggaraan
Jaminan

Pensiun,

Pemberi

Kerja

selain

penyelenggara

negara

wajib

menyampaikan perubahan data tersebut kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama
7 (tujuh) hari kerja sejak terjadi perubahan data.
Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) menyebutkan bahwa penerima manfaat
pensiun terdiri atas peserta, 1 (satu) orang istri atau suami yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, paling banyak 2 (dua) orang anak atau 1
(satu) orang Tua. Anak peserta yang lahir paling lama 300 (tiga ratus) hari setelah
terputusnya hubungan pernikahan istri atau suami yang telah terdaftar dinyatakan
sah atau setelah Peserta meninggal dunia dapat didaftarkan sebagai penerima
Manfaat Pensiun. Dalam hal terjadi perubahan susunan penerima manfaat pensiun,
peserta harus menyampaikan perubahan daftar penerima manfaat pensiun paling

Universitas Sumatera Utara

45

lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal perubahan susunan penerima
Manfaat Pensiun kepada Pemberi Kerja selain penyelenggara Negara.
Perubahan daftar penerima Manfaat Pensiun tidak dapat dilakukan setelah
Peserta menerima Manfaat Pensiun pertama atau meninggal dunia kecuali untuk
Anak. Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan perubahan
susunan penerima Manfaat Pensiun kepada BPJS Ketenagakerjaan. Dalam hal
terjadi perselisihan penetapan ahli waris yang berhak menerima Manfaat Pensiun,
penetapan ahli waris diselesaikan secara musyawarah antar ahli waris.
Pasal 15 ayat (1), (2), (3) dan (4) menyatakan bahwa Untuk pertama kali
Usia Pensiun ditetapkan 56 (lima puluh enam) tahun. Mulai 1 Januari 2019, Usia
Pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi 57 (lima puluh tujuh) tahun.
Usia Pensiun selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3 (tiga) tahun
berikutnya sampai mencapai Usia Pensiun 65 (enam puluh lima) tahun. Dalam hal
Peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi yang bersangkutan tetap dipekerjakan,
Peserta dapat memilih untuk menerima Manfaat Pensiun pada saat mencapai Usia
Pensiun atau pada saat berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 (tiga)
tahun setelah Usia Pensiun. Kemudian Pasal 16 menyebutkan bahwa Manfaat
Pensiun berupa pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun J