Kajian Peranan Lembaga Bantuan Hukum Dalam Memberikan Bantuan Kepada Masyarakat di Bidang Perdata (Studi di LBH Medan dan LBH Trisila Sumatera Utara)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap kali membicarakan mengenai hak-hak asasi manusia (HAM)
maka
kecenderungan juga mengarah untuk berbicara mengenai hukum, seolah-olah HAM itu hanya
berurusan dengan hukum. HAM itu melekat pada hukum sebagai bagian yang inheren.
Pandangan seperti ini adalah pandangan yang amat salah karena sesungguhnya HAM itu
berurusan dengan segala macam aspek kehidupan dari yang kecil sampai yang besar; dari sosial,
ekonomi, politik, hukum, serta budaya.
Menelaah keadaan HAM sesungguhnya adalah menelaah totalitas kehidupan: sejauh
mana kehidupan memberi tempat yang wajar kepada kemanusiaan. Karena HAM itu mencakup
segala macam aspek kehidupan, maka sesungguhnya setiap warga negara tengah terlibat dalam
pembicaraan mengenai keadaan kemasyarakatan. Menjadi pertanyaan adalah sejauh mana
pembangunan yang tengah dilaksanakan turut mempercepat tegaknya HAM; sejauh mana
program legislatif menjamin HAM; dan sejauh mana kondisi sosial politik menunjang warga
Negara untuk melaksanakan HAM-nya. Pertanyaan lain tentu bisa ditambah disini. Tetapi ketiga
pertanyaan diatas kiranya bisa memberi gambaran bahwa persoalan HAM itu adalah persoalan
yang amat luas dan telah pula menembus hambatan hukum yang selama ini telah menyandera
setiap sisi kehidupan.
Menyadari betapa luasnya cakupan HAM , menjadi pertanyaan HAM ini untuk apa dan

siapa? Seharusnya pertanyaan ini tidak perlu ditanyakan karena sesungguhnya jika kita berbicara
tentang HAM maka tentu berbicara mengenai HAM setiap warga Negara tanpa kecuali.1
Asumsi ini didasarkan bahwa pada setiap warga negara itu sama kedudukannya dan
derajatnya di depan hukum. Tetapi apakah betul semua warga negara sama kedudukan dan
derajatnya di depan hukum?. Hal ini tentu tak lepas dari yang namanya keadilan. Keadilan dalam
perasaan yang paling luas terdiri dalam tata tertib hubungan manusia berdasarkan prinsip umum
keadilan yang diterapkan. Seperti yang dijelaskan Aristotles, pantas adalah suatu bentuk „sama‟;
yaitu melibatkan prinsip bahwa kasus sama seharusnya diperlakukan dalam cara yang sama dan
kasus yang berbeda diperlakukan dengan cara yang berbeda. Keadilan berlawanan dengan (a)
pelanggaran hukum, penyimpangan, ketidaktetapan, ketidakpastian, keputusan yang tidak
terduga, tidak dibatasi oleh peraturan; (b) sikap memihak dalam penerapan aturan, dan (c) aturan
yang memihak atau sewnang-wenang, melibatkan diskriminasi yang tidak berdasar, yaitu
diskriminasi berdasarkan pebedaan yang tidak relevan2
________________________
1
2

T.Mulya Lubis, Bantuan Hukum Dan Kemiskinan Struktural ,(Jakarta: LP3ES,1986), hal.15.
Morris Ginsberg, Keadilan dalam Masyarakat, (Bantul:Pondok Edukasi,2003), hal.41


Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan hukum di Indonesia sering dilihat dalam kacamata yang berbeda oleh
masyarakat. Hukum sebagai dewa penolong bagi mereka yang diuntungkan, dan hukum sebagai
hantu bagi mereka yang dirugikan. Masyarakat pada umumnya meyakini bahwa hukum lebih
banyak merugikan mereka, dan sedapat mungkin dihindari.
Hukum yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan atau bagi setiap pihak
yang sedang mengalami permasalahan hukum, seringkali bersifat diskriminatif, memihak kepada
yang kuat, kaya dan berkuasa.
Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, antara lain diakibatkan
oleh lemahnya sistem peradilannya, buruknya mentalitas aparatur hukum, inkonsistensi
penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun Produk hukum i-relevan dan kondisi ini
diperburuk dengan rendahnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat itu sendiri.
Kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat yang rendah ini dapat berupa
ketidakmengertian masyarakat akan hukum yang berlaku maupun karena ketidaktahuan mereka
atas bantuan hukum yang merupakan hak dari orang miskin yang dapat diperoleh tanpa bayar
(pro bono publico) sehingga setiap orang dapat memperoleh haknya untuk mendapatkan layanan
hukum, yang kaya ataupun berkecukupan dapat menyewa jasa pengacara maupun orang miskin
yang tidak dapat menyewa jasa pengacara tetap dapat menerima bantuan hukum sebagai
penjabaran persamaan hak dihadapan hukum. Profesi Advokat sesungguhnya dikenal sebagai

profesi yang mulia (Officium Mobile), karena mewajibkan pembelaan kepada semua orang tanpa
membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama, budaya, dan sosial ekonomi. Profesi
Advokat menurut Ropaun Rambe bukan sekedar mencari nafkah semata, tetapi juga harus
memperjuangkan nilai idealisme dan moralitas.3
Bantuan hukum merupakan bagian dari profesi hukum (advokat) yang telah dirintis sejak
zaman Romawi dan diperkenalkan di Amerika Serikat pada akhir abad kesembilan belas yang
lalu. Meskipun begitu, Masyarakatdan bahkan kalangan profesi hukum (advokat) masih ada yang
mempunyai persepsi yang keliru mengenai bantuan hukum. Sebenarnya tidaklah mudah untuk
membuat suatu rumusan yang tepat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan bantuan
hukum itu. Secara konvensional di Indonesia sejak dahulu kala diartikan sebagai bantuan hukum
yang diberikan oleh seorang pembela/ pengacara terhadap kliennya baik dalam perkara perdata
maupun dalam perkara pidana dimuka persidangan, walaupun istilah ini kurang begitu populer
dipergunakan pada masa lampau.4 Istilah ini mulai dipopulerkan sekitar tahun 1964 semenjak
dikeluarkannya Undang-Undang No.19 tahun 1964 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman yang
secara tegas mengatur tentang masalah bantuan hukum.
________________________
3
4

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika,2008),hal.71.

Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum Di Indonesia , (Jakarta: Cendana Press,1983), hal.17.

Universitas Sumatera Utara

Istilah bantuan hukum itu sendiri dipergunakan sebagai terjemahan dari dua istilah yang
berbeda yaitu “Legal Aid” dan “Legal Assistance”. Istilah Legal Aid biasanya dipergunakan
untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa-jasa di
bidang hukum kepada seorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma/ gratis
khususnya bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan pengertian Legal Assistance
dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu,
maupun pemberian bantuan hukum oleh para advokat yang mempergunakan honorarium.5
Untuk dapat memahami dengan tepat bagaimana pengertian daripada bantuan hukum
sekarang ini, kiranya perlu untuk menengok ke belakang untuk mengetahui bagaimana latar
belakang dari timbulnya konsepsi tentang bantuan hukum itu dan bagaimana perkembanganya
dari masa ke masa.
Pekerjaan advokat atau pekerjaan untuk memberi bantuan hukum adalah merupakan
suatu pekerjaan kehormatan atau kemuliaan yang tidak dapat sembarang orang melakukannya.
Seorang mengambil pekerjaan untuk menjadi advokat adalah semata-mata didorong oleh
keinginan untuk menambah kehormatan yang dipunyainya sehingga tidak dapat dipersamakan
dengan pekerjaan komersiil biasa.

Honorarium bukanlah sebagai upah akan tetapi hanya sebagai penghargaan belaka, sehingga oleh
karenanya tekanan dari pekerjaan ini bukanlah untuk mencari uang. Hal yang demikian
seharusnya diwujudkan dalam suatu etik daripada advokat di jaman sekarang bahwa pekerjaan
advokat bukanlah pekerjaan dagang jasa.
Pekerjaan ini juga selalu dikaitkan dengan kekuasaan, dimana para pemberi bantuan
hukum pada masa lampau selalu berasal dari pihak penguasa sekalipun mungkin ia bukan
pemegang decision markers. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk menjalankan
pekerjaan pemberian bantuan hukum dengan sebaik-baiknya kita tidak bisa melepaskan diri dari
penguasa karena usaha yang demikian memerlukan dukungan kekuasaan, sekalipun mungkin
hanya berupa suatu “political will” saja dari pihak penguasa.
Perkembangan dari Bantuan Hukum ini juga memunculkan suatu Lembaga Bantuan
Hukum sebagai salah satu gerakan bantuan hukum di Indonesia karena cirinya yang sangat
dinamik dan juga cara pengelolaannya juga lebih professional dibandingkan dengan pengelolaan
di Biro-Biro Konsultasi Hukum yang dijalankan oleh fakultas hukum baik itu swasta maupun
negeri.
Keberadaan Lembaga Bantuan Hukum sangat penting ditengah-tengah masyarakat
mengingat prinsip persamaan di depan hukum atau equality before the law. Apalagi dengan
sebagian besar anggota masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskinan, dan minimnya
pengetahuan hukum masyarakat juga merupakan hambatan dalam menerapkan hukum dalam
masyarakat. Terlebih lagi budaya hukum dan tingkat kesadaran hukum dan tingkat kesadaran

hukum masyarakat Indonesia yang masih rendah. Sebagai suatu perumpamaan adalah adanya
________________________
5

Ibid,hal.18

Universitas Sumatera Utara

kasus yang dihadapi si kaya dan si miskin. Pihak yang kaya pasti tanpa kesulitan akan
mendapatkan bantuan hukum dari seorang pemberi bantuan hukum yang benar-benar mahir dan
professional tentunya karena kekayaan yang dia miliki. Sedangkan bagi si miskin dan buta
hukum pasti akan kesulitan mendapatkan bantuan hukum. Situasi seperti inilah yang
memungkinkan Lembaga Bantuan Hukum dengan kesadarannya mengambil peran dalam
pemberian bantuan hukum. Situasi dan kondisi ini tentunya berbeda dengan keadaan yang ada di
luar negeri dimana pada mulanya Advokatlah yang bertugas memberikan bantuan hukum kepada
golongan lemah/fakir miskin. Namun karena sudah tidak terjangkau lagi beban tugas bantuan
hukum tersebut oleh Advokat mengingat kesibukannya sehari-hari maka dibentuklah LembagaLembaga Bantuan Hukum di luar negeri.
Lembaga Bantuan Hukum selain karena mengusung konsep baru dalam pelaksanaan
program bantuan hukum di Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum juga dianggap sebagai cikal
bakal bantuan hukum yang terlembaga yang dikatakan paling berhasil pada masanya. Hingga tak

pelak pendirian Lembaga Bantuan Hukum ini kemudian mendorong tumbuhnya berbagai macam
dan bentuk organisasi dan wadah bantuan hukum di Indonesia.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dalam pengembangan program bantuan hukum di Negara kita, telah berdiri sebuah
lembaga yang terkenal dalam kegiatan pemberian bantuan hukum kepada golongan miskin dan
buta hukum dengan nama Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Lembaga ini adalah merupakan
sebuah pilot proyek daripada PERADIN yang dibentuk dalam kongres Nasionalnya yang ke III
bulan Oktober 1970 dan kemudian dituangkan dalam surat keputusan Dewan Pimpinan Pusat
Peradin tanggal 26 Oktober 1970 No.001/Kep/DPP/10/1970 dengan nama Lembaga Bantuan
Hukum/Lembaga Pembela Umum (Legal Aid/Public Defender) disingkat LBH. Sudah lebih dari
40 tahun Lembaga ini berdiri, sudah sampai sejauh mana perkembangannya dalam memberikan
kontribusi di bidang bantuan hukum akan dibahas disini.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Bagaimana gambaran umum tentang Lembaga Bantuan Hukum berdasarkan UndangUndang Nomor 16 tahun 2011?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan
Bantuan Hukum?
3. Bagaimana Fungsi dan Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam membantu proses
penyelesaian perkara perdata?

Universitas Sumatera Utara


C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan
Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan bantuan kepada masyarakat di bidang perdata” ini
adalah :
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang Lembaga Bantuan Hukum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011.
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam
memberikan Bantuan Hukum.
3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam membantu
proses penyelesaian perkara perdata.

MANFAAT PENULISAN
1. Secara Teoritis penulisan skripsi ini bermanfaat bagi Ilmu Pengetahuan di bidang
Hukum Perdata dalam pelaksanaan bantuan hukum dan secara luas peranan Lembaga
Bantuan Hukum dalam proses penyelesaian perkara dalam bidang perdata.
2. Secara praktis penulisan skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat untuk lebih

mengetahui hak mereka, terlebih yang tidak mampu dan buta hukum akan hak

mereka untuk mendapatkan bantuan hukum terkhusus dalam penyelesaian perkara
dalam bidang perdata.

D. KEASLIAN PENULISAN
Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat sebagai pemenuhan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasar buah pikiran yang
benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik sebagian atau keseluruhan
dari karya orang lain. Berdasar pengetahuan dan informasi yang dimiliki penulis, tulisan dengan
judul “PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN
KEPADA MASYARAKAT DI BIDANG PERDATA” belum pernah ditulis di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni dari

Universitas Sumatera Utara

pemikiran penulis, yang disempurnakan oleh referensi dari buku-buku, media elektronik,
maupun bantuan dari berbagai pihak.
E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Pengertian Bantuan Hukum
Di Indonesia, istilah bantuan hukum sering diartikan secara berlain-lainan. Membuat
suatu rumusan yang tepat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan bantuan hukum

adalah tidak mudah. Untuk itu, sebelum membahas pengertian dari bantuan, terlebih dahulu kita
bahas mengenai apa yang dimaksud dengan hukum.
Berbicara mengenai batasan tentang pengertian hukum, hingga saat ini para ahli bantuan
hukum belum menemukan batasan yang baku dan memuaskan banyak pihak. Berbagai batasan
dari pengertian hukum tersebut antara lain:
1. Prof.Dr.P.Borst

Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam
masyarakat yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau
keadilan.
2. Prof.Dr.van Kan
Mendefenisikan hukum sebagai keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa
untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
3. Kantorowich
Menyatakan bahwa Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan sosial yang
mewajibkan perbuatan lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat dibenarkan.
4. Dr.E.Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
5. Leon Duguit

Hukum ialah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh anggota masyarkat sebagai jaminan dari kepentingan bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.6
Memberikan defenisi ataupun batasan tentang bantuan hukum dalam sistem hukum
Indonesia bukanlah hal yang mudah. Ini disebabkan oleh beberapa faktor..

________________________
6

R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta: Sinar Grafika,2006), hal.27

Universitas Sumatera Utara

Pertama konsep bantuan hukum itu sendiri dipergunakan sebagai terjemahan dari dua
istilah asing yang berbeda, yaitu legal aid dan legal assitance. Istilah Legal Aid dipergunakan
untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti sempit yang berupa pemberian jasajasa di bidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma
bagi mereka yang tidak mampu. Dengan demikian yang menjadi motivasi utama dalam konsep
legal aid adalah menegakkan hukum dengan jalan membela kepentingan dan hak asasi rakyat
kecil yang tidak mampu dan buta hukum.7
Sedangkan pengertian legal assistance mengandung pengertian yang lebih luas dari legal
aid, istilah legal assistance dipergunakan untuk menunjuk pengertian bantuan hukum yang
diberikan baik kepada mereka yang tidak mampu yang diberikan secara cuma-cuma maupun
pemberian bantuan hukum oleh para penasehat hukum yang mempergunakan Honorarium.8
disamping kedua istilah tersebut diatas yang diterjemahkan dengan bantuan hukum, dikenal juga
istilah legal services yang dalam bahasa Indonesia lebih tepat bila diterjemahkan dengan istilah
pelayanan hukum seperti yang dikenalkan oleh Clarence J.Dias. Legal Service diartikan Dias
sebagai langkah-langkah yang diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum di dalam
kenyataanya tidak akan menjadi diskriminatif sebagai akibat adanya perbedaan tingkat
penghasilan, kekayaan, dan sumber-sumber lainnya yang dikuasai individu-individu dalam
masyarakat.9 Konsep legal services mencakup pengertian yang lebih luas lagi daripada dua
konsep bantuan hukum sebelumnya.
Adapun pada konsep legal services tercakup makna dan tujuan:

1. Memberi bantuan hukum kepada anggota masyarakat yang operasionalnya bertujuan
menghapuskan kenyataan-kenyataan diskriminatif dalam penegakan dan pemberian jasa
bantuan antara rakyat miskin yang berpenghasilan kecil dengan masyarakat kaya yang
menguasai sumber dana dan posisi kekuasaan.

________________________
7

Yahya Harahap, Pembahasan Dan Penerapan KUHAP:Penyidikan dan Penuntutan,(Jakarta: Sinar
Grafika,2009), hal.344
8

ibid

9

Bambang Sunggono dan Aries Harianto,Bantuan Hukum Dan Hak Asasi Manusia ,(Bandung: Mandar

Maju,2001), hal.10.

Universitas Sumatera Utara

2. Dan dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat yang
memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran hukum itu sendiri oleh aparat penegak hukum
dengan jalan menghormati setiap hak yang diberikan hukum bagi setiap anggota
masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin.
3.

Disamping untuk menegakkan hukum dan penghormatan kepada hak yang diberikan
hukum kepada setiap orang, legal services dalam operasionalnya lebih cenderung untuk
menyelesaikan setiap persengketaan dengan jalan menempuh cara perdamaian.10

Kedua, perkembangan paradigma mengenai hukum yaitu hubungan hukum dengan halhal lain diluar hukum. Ini dikenal juga istilah advokasi. Dalam konsep advokasi mencakup
pengertian yang lebih luas lagi dari ketiga konsep diatas.
Konsep advokasi mencakup kegiatan-kegiatan yang menyangkut aktivitas mempengaruhi
penguasa tentang masalah-masalah yang menyangkut rakyat, terutama mereka yang telah
dipinggirkan dan dikucilkan dari proses politik.11 Jadi, dalam konsep advokasi tercakup juga
aktivitas-aktivitas yang bertujuan politis. Hukum dipandang sebagai fenomena sosial yang tidak
terlepas dari fenomena sosial lainnya seperti politik dan ekonomi.
Ketiga, terdapat hubungan antara cara-cara pemerintah atau Negara campur tangan
dengan realisasi tujuan bantuan hukum, yakni perlindungan hukum yang merata.
Dari hubungan antara bantuan hukum dengan campur tangan Negara atau pemerintah
tersebut, Cappelletti dan Gordley membagi bantuan hukum dalam dua model yaitu yuridisindividual dan model kesejahteraan.12
1. A Juridical Right (model yuridis-individual)
Model A Juridical Right menekankan pada sifat individualistis. Sifat individualistis ini
maksudnya adalah setiap orang akan selalu mendapat hak untuk memperoleh bantuan hukum.

__________________
10

Yahya Harahap,op.cit.
11
Valerie Miller dan Jane Covey, Pedoman Advokasi: Kerangka Kerja untuk Perencanaan, Tindakan, dan
Refleksi,(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2005, hal.12.
12
Soerjono Soekanto,Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis (Jakarta: Ghalia Indonesia,1983)hal.11.

Universitas Sumatera Utara

Pada model yuridis individual masih terdapat ciri-ciri pola klasik dari bantuan hukum.
Artinya, permintaan akan bantuan hukum atau perlindungan hukum tergantung pada warga
masyarakat yang memerlukannya. Warga masyarakat yang memerlukan bantuan hukum
menemui pengacara, dan pengacara akan memperoleh imbalan atas jasa-jasa yang diberikannya
kepada negara.13
Jadi, bilamana seseorang tidak mampu, maka seseorang itu akan mendapat bantuan
hukum cuma-cuma (Prodeo).
2. A Welfare Right (Model Kesejahteraan)

Pada bantuan hukum model kesejahteraan campur tangan negara dituntut untuk lebih
intensif. Bantuan hukum dipandang sebagai bagian dari usaha negara untuk mewujudkan
kesejahteraan, bagian dari program pengembangan sosial atau perbaikan sosial:
“Kewajiban-kewajiban negara atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar warga masyarakat, menimbulkan hak-hak tertentu, dimana bantuan hukum merupakan
salah satu cara untuk memenuhi hak-hak tersebut.”14
Bila melihat kedua model bantuan hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan, dimana
disatu pihak bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang diberikan kepada warga
masyarakat untuk melindungi kepentingan-kepentingan individual dan dilain pihak sebagai suatu
hak akan kesejahteraan yang menjadi bagian dari kerangka perlindungan sosial yang diberikan
suatu negara kesejahteraan. Kedua model bantuan hukum tersebut kemudian menjadi model
dasar beberapa pengertian tentang bantuan hukum. Untuk memperoleh pengertian mengenai apa
yang dimaksud dengan bantuan hukum di Indonesia, berikut akan dikutip beberapa pendapat
ataupun rumusan tentang bantuan hukum:
Santoso Poedjosoebroto berpendapat bahwa bantuan hukum atau legal aid diartikan
sebagai
“… bantuan hukum (baik yang berbentuk pemberian nasihat hukum, maupun yang berupa
menjadi kuasa daripada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak
mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorarium) kepada seorang
pembela atau pengacara.”15
__________________
13

ibid

14

ibid

15

ibid,hal.21

Universitas Sumatera Utara

Pendapat ini dikutip untuk mendapatkan suatu gambaran umum mengenai bantuan
hukum, yang mungkin secara relatif terbatas ruang lingkupnya. Jaksa Agung Republik Indonesia
ternyata juga mempunyai pendapat yang lebih sempit lagi ruang lingkupnya, oleh karena
memberikan pengertian:
“ Yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah pembelaan yang diperoleh seseorang
terdakwa dari seorang penasihat Hukum, sewaktu perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan
pendahuluan atau dalam proses pemeriksaan perkaranya di muka Pengadilan.”16
Todung Mulya Lubis dalam tulisannya berjudul “Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia
(Sebuah Studi Awal)” merumuskan bantuan hukum yang lebih luas yaitu :
“Bantuan hukum merupakan salah satu upaya mengisi hak asasi manusia terutama bagi
lapisan termiskin rakyat kita, yang tujuan bantuan hukum tidak saja terbatas pada bantuan hukum
individual tetapi juga struktural”.17
Pendapat lain dari Sukris Sarmadi menyebutkan bahwa bantuan hukum adalah jasa
memberi bantuan hukum dengan bertindak sebagai Pembela dari seseorang yang tersangkut
dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara perdata atau tata usaha Negara di
muka Pengadilan dan atau memberi nasihat di luar Pengadilan.18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 83 tahun 2008 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma pada pasal 1 angka 3 merumuskan
bantuan hukum secara cuma-cuma sebagai berikut:
“Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa
menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu”.
Undang-Undang No.18 tahun 2003 tentang Advokat pada pasal 1 butir 9 merumuskan
bantuan hukum sebagai berikut:
“Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada
klien yang tidak mampu”.
__________________
16

ibid,
T.Mulya Lubis, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia (Sebuah Studi Awal) Dalam Beberapa Pemikiran
Mengenai Bantuan Hukum: Ke Arah Bantuan Hukum Struktural ,(Bandung:Alumni,1981),hal.12.
17

18

H.A.Sukris Sarmadi, Advokat :Litigasi & Non Litigasi Pengadilan (Bandung : Mandar Maju,2009)

hal.151.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian tentang bantuan hukum akhirnya dapat dirumuskan dalam Undang-Undang
tersendiri, yaitu Undang-Undang nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Dalam pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang dimaksud dengan
bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cumacuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
Dari beberapa perumusan tentang bantuan hukum yang telah dikemukakan diatas ternyata
terdapat berbagai persepsi mengenai bantuan hukum. Berbagai persepsi yang timbul tersebut
merupakan akibat dari pertama, penggunaan istilah bantuan hukum sebagai dua istilah asing
yang berlainan, kedua timbul dari hubungan antara hukum dengan hal-hal lain diluar hukum
seperti politik dan ekonomi dan ketiga hubungan antara Negara atau pemerintah dengan realisasi
tujuan bantuan hukum.
Sekalipun perumusan tentang Bantuan Hukum yang dikemukakan diatas beraneka ragam
sifatnya, namun dari kesemuanya itu terdapat beberapa kesamaan prinsip, yang secara
keseluruhan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bantuan hukum itu adalah merupakan suatu hak, jadi berarti bantuan hukum itu adalah
merupakan sesuatu yang dapat dituntut oleh setiap subjek hukum bilamana ia
memerlukannya dan pemenuhannya itu adalah merupakan suatu kewajiban.
2. Bantuan hukum adalah merupakan suatu pekerjaan yang bersifat professional yang
berarti bahwa untuk melakukan pekerjaan dimaksud diperlukan suatu pendidikan khusus
dan keahlian khusus.
3. Bantuan hukum adalah merupakan suatu pekerjaan pemberian jasa, artinya ada orang
tertentu yang memberikan jasa kepada orang yang memerlukannya.
4. Bantuan hukum diberikan untuk semua aspek kehidupan.19

__________________
19

Abdurrahman,op.cit,hal.22

Universitas Sumatera Utara

Untuk kepentingan penulisan skripsi ini bantuan hukum akan dibatasi pada bantuan
hukum secara cuma-cuma dalam proses penyelesaian perkara perdata yang diberikan oleh
Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat.
2. Pengertian Lembaga Bantuan Hukum
Istilah lembaga menurut Malinowski dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang
bersatu (terorganisir) untuk tujuan tertentu, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut nampak
sebagai berikut; memiliki sarana kebendaan dan teknis, atau melakukan usaha yang masuk akal,
mendukung nilai-nilai tertentu, dan secara terus menerus melakukan perbuatan yang dapat
diramalkan.20
Meskipun sudah ada Undang-Undang tersendiri tentang Bantuan Hukum, namun
pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum sendiri belum secara khusus dirumuskan. Di peraturan
perundang-undangan lain yang berkaitan dengan bantuan hukum, seperti Undang-Undang
Advokat juga tidak memberikan suatu pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum. Meskipun
begitu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma memberikan pengertian dari
Lembaga ini, yang diatur dalam pasal 1 angka 6, dimana dikatakan bahwa Lembaga Bantuan
Hukum adalah lembaga yang memberikan bantuan hukum kepada Pencari Keadilan tanpa
menerima pembayaran honorarium. Menurut Frans Hendra Winarta pengertian Lembaga
Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang berperan untuk memberikan bantuan hukum (Legal
aid) kepada orang miskin yang tidak bisa membayar Advokat professional untuk membela
kepentingannya.21Biasa dikenal dengan pro bono public work, dimana para pembelanya adalah
mahasiswa jurusan hukum atau sarjana muda hukum dalam rangka turut serta dalam
penggemblengan untuk menjadi Advokat dan mencari pengalaman praktek lapangan. Sedangkan
Adnan Buyng Nasution berpendapat bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga
yang khusus bertujuan memberikan bantuan hukum kepada rakyat kecil yang buta hukum dan
tidak mampu.22
Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum yang digagas oleh Adnan Buyung Nasution
tergolong sangat berani, karena suatu usaha untuk melaksanakan program pelayanan hukum bagi
kaum miskin bukanlah tugas sederhana dan ringan.

__________________
20

.Hilman Hadikusumah, Pengantar Antroplogi Hukum, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2010), hal.80.
Frans Hendra Winarta,Advokat Indonesia: Citra,Idealisme Dan Keprihatinan,(Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1995),hal.75.
21

22

Adnan Buyung Nasution,Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES,1981), hal.110.

Universitas Sumatera Utara

LBH didirikan dengan konsep awal melindungi masyarakat dari penindasan hukum yang
kerap menimpa mereka. Konsep ini kemudian dituangkan dalam Anggaran Dasar LBH yang
didalamnya disebutkan bahwa tujuan LBH adalah:
1. Memberi pelayanan hukum kepada rakyat miskin
2. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran hukum rakyat, terutama mengenai hakhaknya sebagai subjek hukum
3. Mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan baru dari
masyarakat yang berkembang.23

Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum terbagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Lembaga Bantuan Hukum Swasta
Lembaga inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya pada
umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam profesi hukum Pengacara.
Konsep dan perannya jauh lebih luas dari sekadar memberi bantuan hukum secara
formal di depan sidang Pengadilan terhadap rakyat kecil yang miskin dan buta hukum.
Konsep dan programnya dapat dikatakan:
a. Menitikberatkan bantuan dan nasihat hukum terhadap lapisan masyarakat kecil yang
tidak mampu.
b. Memberi nasihat hukum di luar pengadilan terhadap buruh,tani, nelayan, dan
pegawai negeri yang merasa haknya “diperkosa”.
c. Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung di sidang pengadilan
baik yang meliputi perkara perdata dan pidana.
d. Bantuan dan nasihat hukum yang mereka berikan dilakukan secara cuma-cuma.

__________________
23

Binziad Kadafi,dkk.,Advokat Indonesia Mencari Legitimasi Studi Tentang Tanggung Jawab Profesi
Hukum di Indonesia ,( Jakarta: Pusat Studi Hukum&Kebijakan Indonesia,2002),hal.163.

Universitas Sumatera Utara

2. Lembaga Bantuan Hukum Yang Bernaung Pada Perguruan Tinggi
Lembaga ini sering dikenal dengan nama Biro Bantuan Hukum. Lembaga inipun hampir
sama dengan Lembaga Bantuan Hukum swasta, tetapi lembaga ini kurang populer dan
mengalami kemunduran.24 Ada beberapa hal yang menyebabkan Biro Bantuan Hukum di
Fakultas-fakultas Hukum Perguruan Tinggi Negeri mengalami kemunduran, antara lain:
a. Konsentrasi Advokat yang terpecah.
Sebagaimana diketahui, para Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi
adalah dosen-dosen yang mempuyai tugas pokok sebagai tenaga pengajar yang harus
mempersiapkan diri dengan pengetahuan hukum secara komprehensif agar dapat
melaksanakan kewajibannya untuk mengajar dengan baik. Hal ini tentu sangat
menyita pikiran dan tenaga mereka sehingga kosentrasi merekapun terpecah, antara
menjadi pengajar yang berprestasi sehingga dapat berkarier dilingkungan akademik
atau menjadi Advokat idealis yang menolong masyarakat miskin sekaligus membina
mahasiswanya untuk menjadi praktisi hukum yang handal di masa mendatang.
b. Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi bersifat “nonprofit oriented”
Hal ini sehubungan dengan tingkat penghasilan dosen yang sangat rendah yang mana
juga berstatus Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi. Dosen-dosen
yang berstatus sebagai Advokat pada biro bantuan hukum di perguruan tinggi yang
notabene “nonprofit oriented” semakin sulit mengejar kemajuan mereka dalam hal
penghasilan dibandingkan dengan profesi lain. Khususnya dibandingkan dengan
Advokat professional yang biasanya berpenghasilan lebih besar walaupun
penguasaan terhadap materi dan praktek hukumnya biasanya sebanding, bahkan
terkadang lebih rendah daripada dosen tersebut.
c.

Keterbatasan pendanaan
Biro-biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi mengalami kemunduran seringkali
dikarenakan jumlah dana yang dialokasikan oleh perguruan tinggi kepada Biro
Bantuan Hukum tersebut tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
pokok seperti pengadaan perpustakaan hukum yang reprensentatif, pelatihan, dan

__________________
24

Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan BelasKasihan ,(Jakarta: PT
Elex Media Komputindo,2000), hal.50.

Universitas Sumatera Utara

pendidikan kepada tenaga-tenaga Advokat pada Biro Bantuan Hukum tersebut
tentang masalah-masalah hukum aktual, dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan
utuk perkembangan biro bantuan hukum tersebut.
3. Dasar Pemberian Bantuan Hukum
Pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum bagi masyarakat yang tidak mampu
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dibawah ini:
1.

UUD 1945
a. Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi:
“Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi
setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum. Penyelenggaraan pemberian
Bantuan Hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan
sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi
serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan
(access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law).
b. Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi:
“Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
Persamaan di hadapan hukum tersebut dapat terwujud di dalam suatu pembelaan
perkara hukum, dimana baik orang mampu dan fakir miskin memiliki hak
konstitusional untuk diwakili dan dibela oleh Advokat baik di dalam dan di luar
pengadilan. Oleh sebab itu bagi setiap orang yang memerlukan bantuan hukum
selain merupakan hak asasi juga merupakan hak konstitusional yang dijamin
perolehannya oleh Negara.
c.

pasal 34 ayat (1) yang berbunyi:
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Hal ini merupakan realisasi dari jaminan konstitusi terhadap masyarakat yang tidak
mampu. Hal ini merupakan penegasan bahwa Negara bertanggung jawab atas
penyediaan bantuan hukum terhadap masyarakat tidak mampu sehingga
mendapatkan hak-haknya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
a.

Kehakiman:

Pasal 56 ayat (1) yang berbunyi:
“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.

b.

Pasal 56 ayat (2) yang berbunyi:
“Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

c.

Pasal 57 ayat (1) yang berbunyi:

“Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada pencari keadilan
yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum”.
d.

Pasal 57 ayat (2) yang berbunyi:
“Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma-cuma
pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

d.

Pasal 57 ayat (3) yang berbunyi:
“Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

3.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
a.

Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi :
Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari
keadilan yang tidak mampu.

b.

Pasal 22 ayat (2) yang berbunyi:
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara
Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

4.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
a.

Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi:
Bantuan Hukum diberikan kepada Penerima Bantuan Hukum yang menghadapi
masalah hukum.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi:

Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi
setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar
secara layak dan mandiri.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode penelitian yang digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat Yuridis Normatif, yaitu penelitian
yang menggunakan bahan dasar peraturan perundangan yang berkaitan dengan bantuan hukum
dengan menggunakan buku-buku, majalah-majalah hukum, artikel dan bahan hukum lainnya
yang berkaitan dengan tulisan ini; serta melalui metode penelitian empiris, penulis berusaha
mendapatkan data primer atau data yang didapat langsung dari penelitian lapangan, dalam hal ini
mengenai permasalahan skripsi ini yang menyangkut peranan Lembaga Bantuan Hukum Medan
dan Lembaga Bantuan Hukum Trisila Sumatera Utara dalam proses penyelesaian perkara
perdata.
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan tipe/jenis penelitian komparatif, yaitu
penelitian yang dilakukan membandingkan teori dan pelaksanaannya dilapangan. Penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data mengenai fungsi dan peranan
Lembaga Bantuan Hukum dalam pelaksanaan penyelesaian perkara perdata.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan dan Lembaga
Bantuan Hukum(LBH) Trisila Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena LBH Medan dan LBH
Trisila adalah beberapa dari LBH yang dapat menjadi representasi dari perkembangan LBH di
Indonesia.
4. Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan ini bersumber dari :
a) Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber
pertama dengan melalui penelitian lapangan dengan cara questioner/wawancara
pada Direktur/Lawyer LBH Medan dan LBH Trisila.
b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang berupa:
1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni:
1) Norma/kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 1945
2) Peraturan dasar, yaitu Batang Tubuh UUD 1945

Universitas Sumatera Utara

3) Peraturan Perundang-Undangan nasional yang berhubungan dengan
tulisan ini.
2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer, seperti hasil penelitian, karya dari kalangan
hukum, dan sebagainya.
3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan penunjang yang mencakup
bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk atau penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus hukum,ensiklopedia dan
sebagainya.

5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan cara:
a) Studi kepustakaan terhadap data sekunder
b) Studi lapangan (field research), melalui:

1. Wawancara, hal ini dilakukan penulis terhadap Direktur/Lawyer LBH Medan LBH Trisila
mengenai sejarah dan perkembangan LBH tersebut, tugas dan kewenangan LBH serta fungsi
dan peranan LBH dalam proses penyelesaian perkara perdata dan hal-hal lain yang
diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan dibahas dalam bentuk
sistematika, yaitu sebagai berikut:

BAB 1

PENDAHULUAN:
Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang
penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan pustaka, meodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

GAMBARAN UMUM
TENTANG LEMBAGA BANTUAN HUKUM
BERDASARKAN UU NOMOR 16 TAHUN 2011:
Bab ini berisi tentang gambaran umum bagaimanakah lembaga bantuan hukum itu
setelah keluarnya Undang-Undang tentang Bantuan Hukum, yaitu UndangUndang nomor 16 tahun 2011. Yang akan dikemukakan disini adalah apa yang
dimaksud dengan bantuan hukum, siapa subjek pemberi bantuan hukum, siapa
objek penerima bantuan hukum, apa hak dan kewajiban Pemberi maupun
Penerima Bantuan Hukum, dan bagaimana tata cara pelaksanaan bantuan hukum
itu.
BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM
DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM :
Bab ini berisi tentang tinjauan umum terhadap Lembaga Bantuan Hukum berupa
sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan bantuan
hukum pada proses penyelesaian perkara perdata serta data-data penanganan dan
penyelesaian perkara perdata oleh LBH Medan dan LBH Trisila selama tahun
2008-2011
BAB IV FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM
MEMBANTU PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERDATA:
Bab ini akan membahas mengenai fungsi dan peranan Lembaga Bantuan Hukum
dalam memenuhi hak dan kewajibannya dalam memberikan bantuan hukum pada
proses penyelesaian perkara perdata.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN:
Bab terakhir dari penulisan ini berisi kesimpulan mengenai Bab-bab yang telah
dibahas sebelumnya dan pemberian saran-saran dari penulis yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.

Universitas Sumatera Utara