LAPORAN REKAM MEDIS RS DJOELHAM (1)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Berkaitan dengan fasilitas pelayanan kesehatan, rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit harus sesuai dengan tugas dan fungsi rumah sakit sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang dimaksud disebutkan bahwa salah satu tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam bidang kesehatan adalah menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam rangka penyediaan informasi kesehatan tersebut, maka disusunlah Laporan Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai.
Pada bagian ini diperkenalkan pada pengertian statistik, konsep dasar statistik, penyajian data dan statistik rumah sakit. Informasi yang dibutuhkan untuk statistik ini diperoleh dari data yang ada di Rekam Medis yang dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan tujuan penyajian. Materi ini dapat digunakan di rumah sakit dan bisa juga dipakai di pusat kesehatan masyarakat dan tempat pelayanantempat pelayanan/ balai kesehatan.
Bermacam-macam angka perbandingan ( rate ) dan prosentase yang umumnya dikumpulkan di rumah sakit dibahas bersama dengan formula kalkulasinya dan definisi yang berkaitan dengan kumpulan statistik.
2. Tujuan
Pengumpulan data statistik merupakan fungsi penting dari suatu rumah sakit. Rekam medis adalah sumber penting dari suatu data yang dipakai untuk menyusun statistik medis. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pengumpulan analisis, interpretasi, dan presentasi data statistik dimana saja. Tujuan penyusunan laporan Semester I tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham adalah :
-
Membandingkan penampilan antara rumah sakit masa lalu dengan masa sekarang.
-
Merupakan acuan untuk perencanaan dan pengembangan rumah sakit atau poliklinik spesialis di masa yang akan datang.
-
Menilai kinerja tenaga medis perawatan dan staff lain.
-
Mengetahui biaya rumah sakit atau teknis jika disponsori oleh pemerintah serta untuk bahan penelitian.
-
Bisa menjadi acuan untuk bahan penelitian bagi para mahasiswa atau tenaga medis lainya.
-
Sebagai bahan kajian dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai.
-
Sebagai bahan informasi untuk membina kerja sama intern rumah sakit.
-
Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan pelayanan Semester I Tahun 2017.
Pengumpulan data statistik merupakan fungsi penting dari suatu rumah sakit atau poliklinik. Rekam medis adalah sumber penting dari data yang dipakai untuk menyusun statistik medis. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pengumpulan, analisis, interpretasi dan presentasi dari data statistik dimana saja. (Edna K.Huffman, 1994)
Statistik harus sama akuratnya seperti sumbernya , yaitu dokumen asli dari mana statistik itu diambil. Petugas rekam medis harus memperhatikan bahwa data rekam medis harus lengkap dan siap bila dibutuhkan untuk mendapatkan data statistik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rekam Medis
2.1.1 Pengertian Rekam Medis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008, disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Selain itu, pengertian rekam medis menurut pasal 46 ayat (1) UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan di unit rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat (Depkes RI, 2006).
2.1.2 Tujuan Rekam Medis
Tujuan diselenggarakan rekam medis itu adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yang baik dan benar, maka tertib administrasi rumah sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan (Depkes RI, 2006).
2.1.3 Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis bisa dilihat dari berbagai aspek antara lain:
a. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedik dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta pengisian bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
d. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
e. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya mengandung data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
2.2 Prosedur Peminjaman Dokumen Rekam Medis
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan yang ditetapkan untuk menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi yang terjadi peminjaman berulang-ulang. Sedangkan ketentuan prosedur peminjaman dokumen rekam medis adalah:
-
Peminjaman rekam medis dapat melalui pendaftaran pasien rawat jalan, pendaftaran pasien rawat inap, ruang perawatan dan unit penunjang medis di rumah sakit.
-
Peminjaman rekam medis ditujukan ke unit atau bagian rekam medis dan dapat dilakukan secara on line maupun manual (via telepon atau datang sendiri ke unit atau bagian rekam medis).
-
Peminjaman rekam medis dapat digunakan untuk keperluan kunjungan ke poliklinik, rawat kembali, penelitian atas kasus tertentu maupun untuk kasus pengadilan.
-
Berkas rekam medis tidak dapat keluar dari rumah sakit kecuali untuk bukti pengadilan.
-
Hanya petugas rekam medis yang berwenang untuk mengambil berkas rekam medis yang akan dipinjam.
-
Pengambilan rekam medis harus menggunakan tracer atau kartu peminjam rekam medis.
-
Pada formulir peminjaman rekam medis harus selalu dicantumkan tanggal peminjaman, keperluan, nama atau bagian peminjaman, serta tanggal rekam medis jatuh tempo untuk dikembalikan ke penyimpanan rekam medis.
-
Instalasi rekam medis wajib memiliki buku ekspedisi guna mengetahui perjalanan berkas rekam medis (rekam medis yang keluar) yang dipinjam secara manual untuk kepentingan perawatan, dipinjam dokter atau kasus-kasus tertentu.
-
Untuk rumah sakit yang telah menggunakan sistem komputerisasi lebih dianjurkan untuk mengidentifikasi pasien guna mengetahui perjalanan berkas rekam medis yang keluar dari instalasi rekam medis agar lebih efektif dan efisien.
-
Tanggal jatuh tempo pengembalian rekam medis harus selalu diperiksa oleh instalasi rekam medis guna memperkecil risiko hilangnya berkas rekam medis yang dipinjam.
-
Selama rekam medis berada di ruang rawat inap atau sedang dipinjam menjadi tanggung jawab perawat atau petugas ruangan atau instalasi yang meminjam.(Depkes RI, 2006).
2.2.1 Pengambilan Kembali Dokumen Rekam Medis
Kegiatan pengambilan kembali dokumen rekam medis dari tempat penyimpanan dilakukan karena kebutuhan diantaranya:
-
Untuk berobat jalan/control
-
Untuk rawat inap
-
Untuk penelitian
-
Untuk pendidikan
-
Untuk pengadilan
2.2.2 Ketentuan Pengambilan Kembali Dokumen Rekam Medis
a. Setiap DRM yang diambil kembali/keluar harus diganti menggunakan outgide/ petunjuk keluar.
b. Peminjam harus mengembalikan tepat waktu dalam keadaan baik.
c. Ditentukan kebijakan/peraturan berapa lama/waktu DRM berada di luar rak penyimpanan sesuai dengan jenis peminjamannya. Idealnya setelah jam kerja sudah kembali lagi.
d. DRM tidak boleh dibawa keluar kecuali atas perintah pengadilan.
e. Peminjaman DRM untuk keperluan pembuatan makalah, riset, dan lain-lain oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya sebaiknya dikerjakan di ruang RM.
f. Mahasiswa dapat meminjam DRM jika mempunyai surat pengantar dari dokter ruangan.
g. Untuk pasien yang dirujuk DRM tidak boleh dibawa cukup dengan resume akhir pelayanan.
2.2.3 Prosedur Pengambilan Kembali Dokumen Rekam Medis
a. Setelah ada permintaan untuk peminjaman, maka sebelum dilakukan pengambilan kembali dibuatkan bon peminjaman (rangkap 3).
b. Menyimpan bon peminjaman pada RM,Outgide dan pada kotak peminjaman di unit RM atau di tempat yang meminjamnya.
c. Menyimpan Outgide pada tempat RM yang diambil. Apabila ada peminjaman maka dicatat pada slip transfer dan diberikan ke unit RM.
d. Slip transfer disimpan di Outgide.
2.3 Penyimpanan
Unit penyimpanan merupakan suatu ruang penyimpanan dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, dan rawat darurat, selain itu juga sebagai penyedia berbagai dokumen rekam medis untuk berbagai keperluan serta melindungi dokumen rekam medis terhadap berbagai kerusakan.
Dan merupakan salah satu bagian rekam medis yang bertugas dalam peminjaman dokumen rekam medis dan menjaga isi kerahasiaan isi dari dokumen rekam medis. Selain sebagai tempat penyimpanan unit penyimpanan digunakan sebagai tempat pengambilan dan pendistribusian dokumen rekam medis. Untuk itu pihak rumah sakit perlu prosedur tetap yang mengatur peminjaman dokumen rekam medis dengan persyaratan seperti berkas rekam medis, formulir peminjaman rekam medis dan tracer (Depkes RI, 2006).
2.3.1 Kewajiban Bagian Penyimpanan
Salah satu kewajiban sarana pelayanan kesehatan adalah menyimpan dokumen rekam medis dan menjaga kerahasiaan isi dokumen rekam medis. Kewajiban tersebut dilakukan oleh fungsi penyimpanan di Unit Rekam Medis antara lain :
-
Menerima dokumen rekam medis yang sudah lengkap.
-
Menyimpan dokumen rekam medis rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
-
Menyediakan dokumen rekam medis untuk keperluan pelayanan.
-
Mencatat setiap penggunaan dokumen rekam medis.
-
Melacak dokumen rekam medis yang tidak ditemukan pada tempat penyimpanan
-
Melakukan retensi dan penyortiran dokumen rekam medis yang aktif dan inaktif.
-
Tim pemusnah melakukan pemusnahan dokumen rekam medis yang tidak diabadikan.
-
Bersama Kepala Unit Rekam Medis (URM) membuat abstrak dokumen rekam medis yang diabadikan. (Shofari, B.1999).
2.3.2 Tugas Pokok Bagian Penyimpanan
Tugas pokok dari unit penyimpanan rekam medis antara lain adalah :
-
Menyimpan dokumen rekam medis dengan metode tertentu sesuai dengan kebijakan penyimpanan dokumen rekam medis.
-
Mengambil kembali (retriev) dokumen rekam medis untuk berbagai keperluan.
-
Menyusutkan (meretensi) dokumen rekam medis sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sarana pelayanan kesehatan.
-
Memisahkan penyimpanan dokumen rekam medis in aktif dari dokumen rekam medis aktif.
-
Membantu dalam penilaian nilai guna rekam medis.
-
Menyimpan dokumen rekam medis yang dilestarikan (diabadikan).
-
Membantu dalam pelaksanaan pemusnahan dokumen rekam medis.
2.3.3 Peran dan Fungsi Bagian Penyimpanan
Peran dan fungsi unit penyimpanan dalam pelayanan rekam medis yaitu sebgai berikut :
-
Menyimpan dokumen rekam medis rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat.
-
Penyedia dokumen rekam medis untuk berbagai keperluan.
-
Melindungi dokumen rekam medis dari kehilangan dan kerusakan terhadap penggunaan dokumen rekam medis oleh pihak yang tidak berwenang atas kerahasiaan isi dari data dokumen rekam medis.
-
Melindungi dokumen rekam medis terhadap bahaya kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.
2.3.4 Sistem Penyimpanan Dokumen Rekam Medis
Ditinjau dari pemusatan penyatuan dokumen rekam medis maka cara penyimpanan berkas rekam medis terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Penyimpanan Secara Sentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara sentral atau terpusat yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan formulir – formulir rekam medis milik seorang pasien kedalam satu kesatuan map (folder) sesuai kedatangan pasien. Sebagai dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat yang terkumpul dalam satu folder.
Keuntungan sistem penyimpanan secara sentralisasi :
a. Data dan informasi hasil- hasil pelayanan dapat berkesinambungan ke folder sehingga riwayat penyakit pasien dapat terbaca secara keseluruhan.
b. Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan dokumen rekam medis.
c. Efisiensi biaya yang akan dipergunakan dalam pengadaan peralatan maupun ruang penyimpanan.
d. Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah dilakukan standarisasi.
e. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja bagi petugas penyimpanana karena berkas rekam medis milik seorang pasien berada dalam satu folder.
f. Mudah menerapkan sistem unit record.
Kerugian sistem penyimpanan secara sentralisasi:
a. Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani dokumen rekam medis rawat jalan dan dokumen rekam medis rawat inap, serta dokumen rekam medis gawat darurat.
b. Tempat penyimpanan dokumen rekam medis harus buka selama 24 jam dikarenakan sewaktu-waktu diperlukan untuk pelayanan pasien gawat darurat di UGD mudah ditemukan.
c. Petugas Tempat Pendaftaran Pasien Rawat ruang penyimpanan harus bertugas selama 24 jam.
2. Penyimpanan Secara Desentralisasi
Dokumen rekam medis secara desentralisasi yaitu suatu penyimpanan dengan cara memisahkan dokumen rekam medis milik seorang pasien antara dokumen rawat jalan, dokumen rawat inap, dokumen gawat darurat dalam folder tersendiri atau ruang atau tempat tersendiri. Biasanya dokumen rekam medis rawat jalan disimpan disuatu tempat penyimpan atau di poliklinik masing- masing, sedangkan dokumen rekam medis gawat darurat dan rawat inap disimpan di bagian penyimpanan Unit Rekam Medis.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari sistem penyimpanan secara Desentralisasi antara lain :
Keuntungan sistem penyimpanan secara desentralisasi :
a. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat
b. Beban kerja yang dilaksanakan oleh petugas lebih ringan.
Kerugian sistem penyimpanan secara desentralisasi :
a. Mudah terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis, karena data dan informasi hasil pelayanan pada seorang pasien dapat tersimpan lebih dari satu folder.
b. Biaya yang diperlukan untuk pengadaan peralatan dan peyimpanan lebih banyak.
3. Penyimpanan secara Satelit
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara satelit yaitu suatu sistem penyimpanan dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat disimpan pada unit tertentu yang digunakan oleh pasien guna mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan.
Kelebihan dari sistem penyimpanan secara satelit adalah:
a. Mudah dalam pengambilan dokumen rekam medis pasien saat dirawat inap.
b. Efisiensi waktu sehingga pasien mendapatkan pelayanan lebih cepat (Shofari,B. 2002).
2.3.5 Sistem Penjajaran Dokumen Rekam Medis
Dokumen Rekam Medis baik pasien rawat inap, rawat jalan, maupun gawat darurat disimpan dengan cara mensejajarkan dokumen rekam medis ke dalam rak penyimpanan. Sistem penjajaran berkas rekam medis dapat yang dikelompokkan berdasarkan 3 cara antara lain:
1. Sistem penjajaran berdasarkan Straight Numerical Filing (SNF)
Sistem penjajaran berdasarkan nomor langsung (Straight Numerical Filing) yaitu suatu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan cara menata (folder) dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis secara langsung pada rak penyimpanan.
Kelebihan sistem penjajaran secara Straight Numerical Filing (SNF):
a. Memudahkan dalam pengambilan dokumen dengan jumlah yang banyak sesuai urutan nomor rekam medis dari rak penyimpanan untuk keperluan pelayanan pasien, pendidikan, penelitian atau dokumen rekam medis yang in aktif.
b. Mudah melatih petugas dalam pelaksanaan penyimpanan tersebut
Kekurangan sistem penjajaran secara Straight Numerical Filing (SNF):
a. Apabila petugas penyimpanan mengambil dokumen rekam medis dengan nomor rekam medis yang berada di tengah pada rak penyimpanan maka petugas harus memperhatikan seluruh angka dari nomor rekam medis tersebut, hal ini dapat terjadi kekeliruan dalam pengambilan dokumen, maka sulit untuk menghindari kejadian salah simpan / misfile dari urutan berkas rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dokumen rekam medis.
b. Kesibukan terkonsentrasi pada rak penyimpanan dengan kelompok nomor rekam medis terbesar yaitu dokumen rekam medis dengan nomor rekam medis terbaru.
c. Beberapa orang petugas penyimpanan yang bekerja dalam waktu bersamaan pada suatu rak penyimpanan tertentu kemungkinan akan saling berhimpitan antar petugas dalam pengambilan dokumen rekam medis tersebut.
d. Pengawasan kerapian pada rak penyimpanan sulit dilakuka dalam penerapan sistem nomor langsung karena dalam pembagian tugas kepada petugas penyimpanan untuk bertanggung jawab pada masing- masing rak penyimpanan/ section tertentu tidak dapat terbagi secara merata.
2. Sistem penjajaran berdasarkan Middle Digit Filing (MDF)
Sistem penjajaran dokumen rekam medis dengan sistem 2 angka kelompok tengah atau MDF yaitu suatu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan cara mensejajarkan folder / dokumen rekam medis berdasarkan 2 angka kelompok tengah.
Kelebihan sistem penjajaran berdasarkan Middle Digit Filing (MDF):
a. Penambahan jumlah dokumen rekam medis selalu tersebar secara merata ke 100 sub rak (section) pada rak penyimpanan.
b. Petugas-petugas yang melakukan penyimpanan tidak akan berdesak-desakan pada satu tempat dimana dokumen rekam medis tersebut disimpan.
c. Petugas-petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section tertentu.
d. Pekerjaan akan terbagi secara merata mengingat setiap petugas rata-rata mengerjakan sejumlah dokumen rekam medis yang hampir sama setiap harinya pada setiap section sehingga mudah mengetahui kejadian misfile / dokumen rekam medis yamg salah letak.
e. Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil pada setiap section dari rak penyimpanan dan penambahan rekam medis baru dapat tersebar pada masing- masing section.
f. Jumlah dokumen rekam medis untuk setiap section terbagi secara merata dan mudah terkontrol sehingga dapat dihindari timbulnya rak penyimpanan yang kosong.
g. Dengan terkontrolnya jumlah dokumen rekam medis,membantu memudahkan dalam perencanaan atau pengadaan peralatan penyimpanan (jumlah rak penyimpanan).
h. Kekeliruan menyimpan (misfile) dapat dicegah, karena petugas dalam penyimpanan hanya memperhatikan 2 angka kelompok tengah pada saat melakukan penyimpanan dokumen rekam medis ke dalam rak penyimpanan,
Kekurangan sistem penjajaran berdasarkan Middle Digit Filing (MDF) :
a. Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan denganmenggunakan 2 angka kelompok tengah, membutuhkan waktu lebih lama dikarenakan memerlukan latihan khususdibandingkan menggunakan sistem nomor secara langsung.
b. Membutuhkan biaya awal yang lebih besar karena harus menyiapkan rak penyimpanan terlebih dahulu.
3. Sistem penjajaran berdasarkan Terminal Digit Filing (TDF)
Sistem penjajaran dengan menggunakan sistem 2 angka kelompok akhir atau Terminal Digit Filing (TDF) yaitu suatu sistem penjajaran dokumen rekam medis dengan mensejajarkan folder /dokumen rekam medis berdasarkan urutan 2 angka kelompok akhir dari nomor rekam medis. Kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan penjajaran dokumen rekam medis tersebut, sama dengan sistem MiddleDigit Filing. (Shofari, B. 2002)
2.3.6 Ketentuan dan Prosedur Penyimpanan Dokumen Rekam Medis
Ketentuan dasar yang membantu mempelancar pekerjaan pengelolaan rekam medis :
-
Pada saat rekam medis dikembalikan ke bagian rekam medis, harus disortir menurut nomor rekam medis atau sistem penjajaran, sebelum disimpan. Hal ini membantu menemukan rekam medis yang diperlukan apabila terdapat dalam ruang penyimpanan dan memudahkan pekerjaan penyimpanan.
-
Hanya petugas - petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis, sedangkan dokter-dokter, staf rumah sakit, pegawai-pegawai dariagian lain tidak diperkenankan mengambil rekam medis dari tempat penyimpanannya.
-
Petugas penyimpanan harus melakukan pengawasan terhadap rekam medis yang rusak atau lepas, harus segera diperbaiki, untuk mencegah hilangnya dokumen rekam medis yang diperlukan.
-
Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik untuk menemukan salah simpan dan melihat pada kartu pinjaman untuk mengetahui rekam medis yang belum dikembalikan.
-
Dokumen Rekam Medis milik dari pegawai-pegawai bagian rekam medis itu sendiri atau rekam medis yang berkenaan dengan proses hukum, harus disimpan ditempat khusus di ruangan pimpinan bagian rekam medis, tetapi apabila disimpan ditempat penyimpanan biasa harus diberi diberi petunjuk.
-
Petugas penyimpanan bertanggung jawab dalam memelihara kerapian dan keteraturan pada rak penyimpanan.
-
Dokumen Rekam Medis yang sedang diproses/dipakai oleh petugas bagian rekam medis harus diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa rekam medis tersebut setiap saat dapat digunakan.
-
Dokumen Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid /folder.
-
Kepala penyimpanan bertugas membuat laporan rutin kegiatan yang meliputi :
-
Jumlah dokumen rekam medis yang dikeluarkan setiap hari dari rak penyimpanan berdasarkan permintaan
-
Jumlah permintaan darurat
-
Jumlah kejadian dokumen rekam medis yan salah simpan / misfile
-
Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan
-
Data tersebut berguna untuk rencana pengelolaan dan pengawasan penyimpanan dokumen rekam medis (DepKes, RI. 1997).
-
4. Istilah Dalam Statistik Rumah Sakit
2.4.1. Definisi - Definisi
Definisi yang dipakai pada pengumpulan data statistik di rumah sakit bermacam-macam di setiap negara. Agar anda dapat mengenal istilah yang dibahas pada unit ini, berikut daftar beberapa definisi yang digunakan pada beberapa negera. Jika negara anda mempunyai definisi yang berbeda untuk salah satu istilah, ubahlah definisi tersebut sesuai yang digunakan pada rumah sakit / negara anda.
1. Admission
Proses resmi yang dialami seseorang pada saat diterima oleh rumah sakit dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pengobatan pada pasien tersebut. Jika pasien tersebut keluar secara resmi dari rumah sakit dan kemudian kembali untuk pengobatan yang lebih lanjut , proses admission berulang kembali dan admission kedua tercatat pada statistik.
2. Attendance / Pengunjung ( bukan pasien rawat inap )
Pengunjung yang datang ke rumah sakit, perawatan rumah atau pusat kesehatan masyarakat, dapat menjadi pasien yang bukan rawat inap dan menerima satu atau lebih pelayanan .
3. Tempat Tidur yang Tersedia
Jumlah tempat tidur di rumah sakit yang siap digunakan bagi pasien rawat inap jika diperlukan. Tempat tidur tersebut dapat tersedia secepatnya jika ditempatkan pada lokasi yang sesuai untuk perawatan pasien dan tersedia perawat dan staf penunjang lain untuk melayani pasien. Pada statistik jumlah tempat tidur selalu berupa jumlah total.
4. Tempat tidur terpakai
-
Jumlah hari perawatan (hari pemakaian tempat tidur). Jumlah hari keseluruhan atau sebagian dimana tempat tidur terpakai oleh pasien rawat inap.
-
Jumlah hari perawatan (hari pemakaian tempat tidur) menunjukkan periode 24 jam pemakaian tempat tidur oleh pasien rawat inap.
-
Satuan pengukuran untuk pelayanan yang digunakan oleh seorang pasien rawat inap di antara waktu pengambilan sensus .
5. Sensus (sensus harian)
Jumlah pasien rawat inap pada saat tertentu yang diinginkan. Umumnya dilaksanakan di rumah sakit pada saat tengah malam (24:00) dan selalu pada saat yang sama setiap hari.
6. Rumah sakit ( day hospital/ patient)
Suatu tempat / fasilitas yang memberikan pelayanan pengobatan, biasanya rehabilitasi, termasuk pasien tidak menetap.
7. Rawat sehari (one day care)
Seorang pasien yang datang ke rumah sakit secara harian.
Seorang pasien yang dirawat di fasilitas perawatan selama minimum 6 jam penuh dan tidak menempati tempat tidur.
8. Persalinan
Tindakan membantu proses kelahiran bayi baik hidup maupun meninggal. "Demi kepentingan statistik ketika suatu persalinan menghasilkan beberapa kelahiran (kembar), dihitung sebagai satu kali persalinan.”
9. Pulang hidup / Meninggal (Discharge/ Death)
Proses formal, seorang pasien rawat inap meninggalkan rumah sakit pada akhir perawatan.
Termasuk pemulangan pasien ke rumahnya, pemindahan ke rumah sakit lain, perawatan di rumah atau institusi lain dan kematian seseorang pada saat ia dirawat inap pada rumah sakit tersebut.
10. Kematian Bayi (Fetal Death)
"Kematian bayi yang disebabkan oleh pengeluaran atau pemisahan dari ibunya, pada masa kandungan, tidak memperhatikan masa kandungan; kematian diindikasikan sebagai berikut, setelah dilahirkan, bayi tidak bernafas atau memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, denyut otot atau pergerakan otot.
Tahap awal : < 22 minggu (<500 gr)
Tahap intermediate : 22-28 minggu (501-1000gr)
Tahap akhir : > 28 minggu (>1001 gr) " (WHO ICD X: 131, Vol.2)
11. Fasilitas Kesehatan
Mencakup hal-hal berikut :
Rumah sakit umum/ pemerintah Rumah sakit swasta
Rumah sakit untuk perawatan gigi Balai perawatan
Rumah sakit jiwa Pusat kesehatan masyarakat
Area health centres Primary health care centres
12. Pasien Rumah Sakit (Hospital Patient)
Berarti pasien rawat inap atau rawat jalan tergantung jasa pelayanan pada rumah sakit, termasuk semua pelayanan pengobatan, perawatan dan diagnostik dan, jika tersedia di rumah sakit, perawatan gigi dan pelayanan kesehatan bersama, untuk staf sendiri maupun pihak lain sesuai persetujuan.
13. Pasien Rawat Inap (Inpatient)
Seseorang yang memakai tempat tidur rumah sakit untuk tujuan pengobatan tetapi tidak termasuk:
-
Anggota dari karyawan rumah sakit yang menerima pengobatan yang menjadi tanggungannya
-
Bayi baru lahir dengan ibu yang memakai tempat tidur rumah sakit kecuali yang diberikan sebagai berikut:
-
Bayi baru lahir yang menggunakan tempat tidur NICU untuk memberikan perawataan khusus dapat dianggap menjadi pasien rawat inap
-
Bila bayi lahir kembar (multiple) setiap bayi yang lebih dari satu dapat dianggap menjadi pasien rawat inap.
Pada jangka pendek atau perawatan sehari (ONE DAY CARE) pasien dapat dikriteria sbb:
Seorang pasien dapat menjadi pasien rawat inap jika pengobatan dan / perawatan diberikan staf rumah sakit tidak kurang dari 4 jam yang mana pasien:
-
Memakai tempat tidur pasien yang disediakan untuk dan / menangani prosedur diagnostik atau
-
Memakai tempat tidur rumah sakit untuk tujuan pengobatan dan / observasi.
Batas waktu 4 jam perlu agar tidak digunakan untuk hal:
-
Dimana pasien menggunakan kamar operasi
-
Dimana pasien menggunakan alat khusus seperti ruang endoskopi, ruang X-ray, terutama memakai alat-alat prosedur invasive ( prosedur yang biasa tetapi angka kematian dan angka penyakit nya diketahui, dan penampilannya dapat memperpanjang masa rawat ).
14. Inpatient bed day (Hari Rawat)
Jumlah pasien yang ada saat sensus dilakukan setiap hari ditambah pasien yang datang dan keluar pada hari yang sama pada hari sebelum sensus diambil. Jadi sama dengan jumlah pasien yang menggunakan tempat tidur dalam jangka waktu 24 jam ( sama dengan "bed day", "patient day", "patient service day" )
15. Lahir hidup
" Pengeluaran atau ekstraksi dari ibu sebagai hasil dari reproduksi, tidak tergantung dari masa kehamilan, setelah itu bernafas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, denyut tali pusat atau gerak otot, baik pada saat tali pusat telah dipotong atau belum; setiap kelahiran seperti itu diperhitungkan sebagai lahir hidup." (WHO – ICD X Vol.2 : 128).
16. Non-inpatient (Selain pasien rawat inap)
Adalah orang yang mendapat perawatan medis di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan lainnya sebagai pasien rawat jalan (outpatient atau non-inpatient). Non-inpatient tidak terdaftar sebagai pasien rawat sehari dan tidak dirawat di bagian kecelakaan dan gawat darurat.
17. Pelayanan sewaktu
Pemeriksaan, konsultasi / pengobatan, atau jasa lain apapun yang diberikan kepada pasien secara individu oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap saat pelayanan tersedia, seperti setiap specimen, atau satu set specimen secara bersama-sama untuk sesorang pasien, tergantung pada departemen rumah sakit, merupakan pelayanan yang sewaktu.
18. Pasien rawat jalan (lihat non-inpatient)
19. Hari rawat :Patient day = bed day
(Lihat Hari perawatan / Bed day)
20. Meninggalkan rumah sakit untuk waktu singkat (Short term leave)
Pasien rawat inap yang tidak memerlukan pengobatan pada akhir minggu atau masa libur pendek boleh meninggalkan rumah sakit.
Pasien ini tidak boleh dikeluarkan. Masa selama diluar rumah sakit tidak dihitung sebagai hari rawat (ocuppied bed-days) .
21. Pembedahan (Surgical Operation)
Suatu operasi: suatu prosedur terapi atau prosedur diagnostik yang besar meliputi pemakaian alat-alat pada bagian tubuh dan umumnya dilakukan di kamar operasi. Prosedur apapun yang dilakukan di kamar bedah dengan atau dalam kondisi pembiusan total, selain dari kelahiran normal dari pasien kebidanan.
22. Tindakan operasi (Surgical Procedure)
Suatu tindakan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dapat diperbaiki/ disempurnakan baik memakai alat ataupun tidak, biasanya dilakukan oleh praktisi dokter /dokter gigi yang telah terdaftar untuk meperbaiki bagian tubuh yang lepas atau kurang, membuang jaringan yang rusak, mengeluarkan benda asing, membantu proses lahir, atau mendapatkan diagnosa penyakit.
23. Total Hari Rawat
Total dari hari rawat pasien dalam suatu jangka waktu tertentu yang diambil dari sensus harian.Setiap pasien mendapat 1 hari rawat setiap hari dia dirawat. Jadi jumlah pasien sisa jam 24:00 ditambah jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari tersebut.
24 Penyakit penyebab kematian (Underlying Cause of Death)
-
penyakit / cedera yang merupakan penyebab langsung dari kematian
-
keadaan kecelakaan/ pembunuhan yang menghasilkan cedera yang fatal.
2.4.2. Pengumpulan Statistik Bulanan/ Tahunan
Pengumpulan data bukanlah membuang waktu atau suatu hal yang tidak perlu dilakukan. Informasi secara statistik secara rutin dikumpulkan secara bulanan/ tahunan di rumah sakit yaitu:
1. Non-inpatients:
-
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan
-
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada setiap klinik
-
Jumlah kunjungan pasien unit gawat darurat
-
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan pada setiap klnik berdasarkan umur dan jenis kelamin
-
Jumlah pasien anak
-
Jumlah pemakaian pelayanan khusus seperti : USG, X-Ray,Test patologi.
Sebagian besar dari pengumpulan data di atas untuk menilai beban kerja di setiap klinik dan kebutuhan yang akan datang. Mungkin didapat bahwa staf klinik bedah mempunyai pasiennya 2 kali lebih banyak dibanding dengan klinik lain, oleh karena itu staf klinik ini harus lebih banyak dari klinik lain atau, waktu tunggu pasien akan sangat lama dan administrasi memutuskan untuk melihat statistik setiap klinik untuk melihat kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pasien yang diberikan perjanjian jika kekurangan staf medis tidak dicukupi.
2. Inpatients
Selain dari sensus harian untuk infomasi pasien rawat inap, secara rutin dikumpulkan secara bulanan:
-
Jumlah pasien masuk
-
Jumlah pasien keluar
-
Jumlah pasien meninggal dan jumlah pasienmeninggal <24 jam / <48jam
-
Jumlah pasien dengan kasus jantung
-
Jumlah autopsi
-
Jumlah pasien yang melahirkan
-
Jumlah bayi lahir hidup
-
Jumlah kematian bayi (fetal) dan jumlah kematian bayi sesudah lahir (neonatal)
-
Jumlah pasien kebidanan yang keluar
-
Jumlah kematian ibu
-
Jumlah kematiam anak (perinatal)
-
Jumlah pasien keluar pada setiap pelayanan ( seperti, umum, jantung, operasi)
-
Jumlah kematian post operasi
-
Jumlah kematian karena anestesi
-
Jumlah pasien/ hari rawat untuk periode tertentu
-
Jumlah pasien yang membuat pasien keluar untuk periode tertentu
-
Jumlah pasien operasi
-
Jumlah pasien yang infeksi sesudah operasi
-
Jumlah pasien yang menggunakan anestesi
Informasi di atas digunakan untuk menghitung Rates dan Percentage:
a. Utilisasi rumah sakit (Hospital utilisation):
-
Rata-rata sensus harian
-
Rata-rata lama rawat (ALOS)
-
BOR
-
BTO
-
TOI
b. Angka Kematian
-
Angka Kematian Kotor ( Gross/ Hospital Death Rate )
-
Angka Kematian Bersih ( Net/ Institutional Death Rate )
-
Angka Kematian Anestesi
-
Angka Kematian Post Operasi
c. Angka Autopsi
-
Angka Auttopsi Kotor (Hospital Autopsy Rate )
-
Angka Kematian Bersih ( Net Auttopsy Rate )
d. Angka Infeksi
-
Angka Infeksi Post Operasi
-
Angka Infeksi (penyakit) di rumah sakit
e. Angka Kebidanan, Operasi dan Angka Kematian.
-
Angka Tindakan Sectio Caesar
-
Angka Kematian Perinatal
-
Angka Kematian Ibu
-
Angka Kematian Bayi
Angka-angka di atas dapat dihitung seperti berikut :
a. Hospital Utilization
1. Sensus Harian
Rumus:
-
Sensus
=
Inpatients tersisa pada tengah malam sebelumnya
+
Admission sampai sensus jam berikutnya
-
Discharges/kematian selama periode jam
2. Sensus Harian Rata-Rata
Definisi : Angka rata-rata jumlah pasien rawat inap per hari. Hasil ini didapat dari sensus pemakaian tempat tidur harian ditambah jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama.
Rumus
Total jumlah hari rawat inpatient untuk suatu periode
(kecuali kelahiran baru)
Total jumlah hari pada periode yang sama
Contoh :
Dalam bulan Mei sebuah rumah sakit: hari pelayanan pasien rawat inap = 4280 ( di luar bayi yang lahir). Bulan Mei mempunyai 31 hari .
Pakailah rumus Sensus harian rata-rata, yang dihitung sbb.:
4280 = 138.06 atau 138.1
Pembulatan rata-rata sensus harian rawat inap bulan Mei = 138 pasien
3. AVLOS/Lama rawat rata-rata pasien pulang/mati
Definisi:ialah rata-rata jumlah hari pasien rawaat inap tinggal di rumah sakit ( tidak termasuk bayi lahir) .
Dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan.
Rumus: Jumlah hari pemakaian tempat tidur dari pasien
yang pulang& meninggal pada periode tertentu
Total jumlah pasien pulang &meninggal pd periode yg sama
Contoh: Jumlah pasien keluar= 2086 ( termasuk pasien meninggal, tidak termasuk bayi lahir) . Seluruh jumlah lama rawat =13654 hari.
Pemakaian rumus ini:13654/2086= 6.54 atau 6.5 Dibulatkan=7 hr.
4. BOR/Prosentase pemakaian tempat tidur
Definisi: persentase pemakaian tempat tidur pada periode tertentu.
BOR disarankan 80%-90%. BOR 90% berarti RS tsb. hampir penuh sesak.
Rumus: Jumlah Hari Rawat pada periode tertentu X 100
Jumlah tt yg tersedia X Jumlah hari pada periode yg sama
Contoh:
Di sebuah rumah sakit :jumlah tt yang tersedia 210 ( diluar tt bayi) dengan 4780 jumlah hari rawat pada bulan Juni. Juni =30 hari. % pemakaian tt:
4780 X 100 = 478000 = 75,87 atau 75.9 %
210 X 30 6300
Pembulatan dari persentase pemakaian tt= 76%
4. BTO/ Bed Turn Over
Definisi: berapa kali satu tt dipakai oleh pasien pada periode tertentu
Tidak mempunyai standar internasional, dianjurkan BTO setinggi mungkin sekurang-kurangnya >40 pasien keluar, sejauh tidak mempengaruhi kualitas pelayanan.
Rumus:
Jumlah Pasien Keluar (H+M)
Total tempat tidur
4. Turn Over Interval ( turn over rate)
Definisi: rata-rata hari tempat tidur tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi antara pasien keluar / meninggal dan pasien masuk.
Diindikasikan waktu bahwa tt.tidak terisi.
Diindikasikan jika hasilnya negatif berarti kekurangan tt, hasilnya positif berarti rendahnya pemakaian rumah sakit atau ketidak efisiennya admission
Rumus:
(Tt.tersedia X Jumlah hari pada periode tertentu) - jumlah hari pemakaian tt. pada periode tertentu.
Jumlah pasien keluar (H+M) pada periode yang sama
Contoh:
Disebuah rumah sakit jumlah tt.tersedia 210 bh. dalam bulan Juni dengan 4780 jumlah hari rawat, 736 pasien keluar/ meninggal.
TOI : (210 X 30) - 4780 = 1520 = 2.06 atau 2.1
TOI dari rumah sakit di atas = 2 hari mengindikasikan rendahnya pemakaian tt. rumah sakit. (Depkes serendah mungkin/<5 hr)
(b) Angka Kematian
Pasien yang telah meninggal saat datang ke rumah sakit (DOA) tidak masuk dalam Angka Kematian di bawah ini.
4. Gross Death Rate= GDR (Angka Kematian Kasar)
Definisi: Perbandingan antara jumlah pasien yang meninggal dengan seluruh pasien yang keluar rawat ( hidup dan meninggal) di rumah sakit.
Indikator ini melihatkan kualitas pelayanan perawatan.
Rumus:
Jumlah pasien rawat yang meninggal pada periode tertentu X 1000
Jumlah pasien keluar rawat ( hidup & mati ) pd periode yang sama
Contoh: Di rumah sakit terdapat 15 pasien yang meninggal selama bulan Juni 2017. Jumlah pasien yang keluar rawat ( hidup dan meninggal=540 orang bl.Juni 2017.
Angka Kematian Kasar = 15/540 X 1000 = 0.277 0/00.
Dibulatkan menjadi= 0.30/00.
4. Net Death Rate = NDR (Angka Kematian Bersih)
Definisi: NDR mempunyai angka yang lebih kecil dari GDR, angka ini tidak memasuki jumlah pasien yang meninggal =< 48 jam sesudah pasien masuk rawat karena bukan merupakan tanggung jawab dari institusi/ rumah sakit tersebut.Angka ini bervariasi karena ada yang tidak memasuki jumlah pasien yang meninggal =<48 jam.
Rumus:
Total jumlah pasien rawat yang meniggal-yang meninggal =< 48 jam pada periode tertentu X 1.000
Total jumlah pasien keluar rawat ( hidup & mati ) - yang meninggal =< 48 jam pada periode yang sama
Contoh: Di rumah sakit terdapat 15 pasien yang meninggal dan 4 diantaranya <48 jam sesudah masuk selama bulan Juni 2017. Jumlah pasien yang keluar rawat( hidup dan meninggal) = 540orang bl.Juni 2017.
Angka Kematian Bersih=(15-4) X 1000= 0.2090/00.
540-4
Dibulatkan menjadi= 2.1 0/00
4. Anesthetic Death Rate (Angka Kematian Anestesi)
Definisi:kematian yang terjadi saat pasien dalam keadaan di anestesi atau yang disebabkan oleh obat atau alat anestesi yang dipakai oleh ahli anestesi dalam prakteknya. Kepastiannya hanya dilakukan oleh seorang dokter.
Rumus:
Total jumlah P. meninggal karena anestesi yang diberikan
dalam periode tertentu X 100
Total jumlah operasi dalam periode yang sama
Contoh: Tahun 2017 dilakukan 8.670 anestesi. 2 kematian dianggap berasal dari alat anestesi dalam operasi.
Jumlah kematian anestesi= 2 X 100/8.670 = 0,02%
Seharusnya angka ini rendah dan kepastian kematian ini hanya dapat dilakukan oleh dokter yang mempunyai pengetahuan tentang kasus ini.
4. Post-operative death rate
Definisi: Kematian post operasi ialah suatu kematian yang terjadi dalam < 10 hari sesudah operasi ( hari operasi + 9). Kematian post operasi disebabkan oleh karena / berkaitan dengan operasi.
Rumus:
Total Jumlah Kematian Post Operasi (dlm. 10 hr. operasi) dlm suatu periode ttt X 100
Total Jumlah Pasien Operasi dalam periode yang sama
Contoh: Jumlah operasi tahun 1987= 9870. 3 pasien meninggal dalam 10 hari operasi. Kematian post operasi= 3/9870 X 100 = 0.03 %
4. Hospital autopsy rate
Definisi:Perbandingan antara jumlah autopsi yang dilakukan dengan jumlah pasien yang meninggal di rumah sakit tersebut.
Rumus:
Total jumlah autopsi dalam suatu periode X 100
Total kematian (tidak termasuk pasien yang telah meninggal saat datang ke rumah sakit (DOA atau fetal death) dalam periode yg sama)
Contoh: Selama bulan Juni ada 15 kematian di rumah sakit, 7 diantaranya dilakukan autopsi. Angka autopsi= 7/15 X 100 = 46.66 atau 46.7 %. Dibulatkan menjadi 47 %.
12. Net autopsy rate
Definisi: rumah sakit mungkin dilarang untuk mengautopsi yang disebabkan oleh kasus koroner atau kasus pengujian medis dan harus dikirim ke forum (court) koroner untuk diautopsi. Jadi kasus yang tidak diautopsi tidak dimasukkan. Sama dengan kasus koroner/ pengujian medis yang diautopsi dirumah sakit untuk kasus koroner/ pengujian medis. Jadi kasus ini tidak dimasukkan ke dalam Net Autopsy Rate baik diautopsi di RS tersebut atau tidak.
Rumus: Total jumlah autopsi dalam periode tertentu X 100
Total jumlah kematian kasus koroner yang tidak
diautopsi dalam periode yang sama
Contoh: Seperti contoh di atas dari 15 kematian ada 7 di autopsi, dan 2 kematian disebabkan kasus koroner yang tidak dilakukan autopsi dan dikirim keluar rumah sakit. Angka autopsi bersih =7/13 X100 = 53.84 % atau 53.8 % dibulatkan = 54 %
13. Post-operative infection rate
Definisi: infeksi yang terjadi sesudah tindakan atau operasi pembedahan .
Rumus: Total jumlah Infeksi yang terjadi sesudah tindakan/
operasi pembedahan dalam suatu periode X 100
Jumlah operasi yang dilakukan dalam periode yang sama
Contoh:
Jumlah operasi yang dilakukan dalam tahun 1982= 10460. 5 pasien mengalami infeksi pada luka bekas operasi yang diidentifikasi oleh Komite Infeksi.
Angka Infeksi Post Operasi = 5 X 100 = 0.04%
14. Gross infection (morbidity) rate
Definisi: Infeksi yang terjadi sesudah membersihkan luka, operasi, kelahiran, atau bertambah luas dalam kasus medis sesudah masuk ke rumah sakit.
Rumus: Total jumlah infeksi dalam kasus membersihkan
operasi dalam suatu periode tertentu X 100
Total jumlah operasi dalam periode yang sama
Contoh: Di rumah sakit ada 550 pasien keluar/ meninggal dalam bulan April, 10 diantaranya telah mendapatkan infeksi di rumah sakit.
Angka Kematian Kasar = 10/550 X 100 = 1000/550
= 18.18% = 18.2 % dibulatkan = 18%.
14. Hospital morbidity or net infection rate
Definisi: Tidak beralasan untuk memasuki kasus infeksi yang terjadi bukan di rumah sakit. Hanya medical officer yang dapat memutuskan infeksi tersebut terjadi di rumah sakit atau tidak. Infeksi yang tak tejadi di rumah sakit tidak termasuk dalam Net Infection Rate.
Rumus:
Total jumlah infeksi di rumah sakit dalam periode tertentu X 100
Total jumlah pasien keluar dan meninggal dalam periode yang sama
Contoh:
Di rumah sakit ada 550 pasien yang keluar dan meninggal dalam bulan April , 7 diantaranya terkena infeksi selama pelayanan di rumah sakit.
Net Infection Rate ( Angka Infeksi Bersih) = 7X100 = 700 = 1.27%
(e) Obstetric and perinatal rates
15. Caesarean section rate
Definisi: Perbandingan antara jumlah sectio caesarea yang dilakukan dengan jumlah kelahiran.
Rumus: Total jumlah SC dalam periode tertentu X 100
Total jumlah kelahiran dalam periode yang sama
Contoh: Dalam bulan Mei ada 310 kelahiran 5 diantaranya lahir dgn SC.
Angka SC = 5 /310 X100 = 1.61 % = 1.6 %. Dibulatkan menjadi = 2 %.
16. Perinatal death rate
Definisi: Periode perinatal ialah masa dari umur janin yang telah mempunyai berat 500gr (= kehamilan 22 minggu) sampai dengan hari ke 7 sesudah lahir .
WHO : Kematian Perinatal : kematian late fetal + early neonatal.
Rumus:
Total jumlah kematian perinatal dalam periode tertentu X 1000
Total jumlah kematian janin dan bayi yang lahir dalam periode yang sama
Contoh:Dalam bulan Mei terdapat 6 kematian perinatal.Total kelahiran = 294, termasuk 4 kematian janin dan 2 bayi yang meninggal ssebelum berumur 7 hari.
Angka kematian perinatal = 6/294 X 1000 = 0.204 0/00 = 0.2 0/00
16. Fetal death rate
Definisi:Fetal death = kematian sebelum lengkap di keluarkan dari ibunya sebagai suatu hasil konsepsi,tidak tergantung dari lamanya kehamilan, kematian ini diindikasikan sesudah mengetahui bahwa janin tersebut tidak bernafas atau tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, denyut nadi dari tali pusat atau pergerakan dari otot secara tak sadar . (WHO).
Rumus:Total jumlah kematian janin pada periode tertentu X 1000
Total Kelahiran
Contoh: Sama dengan di atas.
Angka kematian janin= 4/294 X 1000 = 0.136 0/00 = 0.14 0/00 .
16. Hospital maternal death rate
Definisi: kematian dari wanita yang hamil, atau dalam 42 hari sesudah akhir kehamilan, tidak tergantung dari lamanya dan keadaan hamil, dari semua ini disebabkan atau diperburuk oleh kehamilan, atau proses kehamilan, tetapi tidak disebabkan kecelakaan (accident and incident).
Kematian ibu yang melahirkan dapat dibagi menjadi 2:
18a. Direct Obstetric Death (Kematian langsung)
Kematian akibat komplikasi karena keadaan hamil ( hamil, labour, dan puerperium), dari intervensi, hilang, pengobatan yang tidak benar, atau ada kaitannya dari hasil kejadian yang tersebut di atas.
18b. Indirect Obstetric Death ( Kematian tidak langsung)
Kematian akibat penyakit yang ada sebelumnya atau yang timbul saat hamil dan tidak menjadi penyebab langsung dari kasus kebidanan, tetapi diperburuk oleh efek psikologis dari kehamilan. ( WHO)
Rumus:
Total kematian ibu melahirkan pada periode tertentu X 1000
Total jumlah pasien kebidanan yang keluar, termasuk meninggal
pada periode yang sama
Contoh:
Selam bulan Mei pasien kebidanan yang keluar =230, dan 1 diantaranya meninggal.
Angka kematian ibu hamil = 1/230 X 1000 = 0.0430/00 = 0.04 0/00
BAB III
DATA DAN LAPORAN RSUD Dr. RM DJOELHAM KOTA BINJAI
1. Laporan Kunjungan Pasien
1. Kunjungan Rawat Jalan
Tabel 3.1 Rekapitulasi Pasien Bulanan Rawat Jalan Periode Semester I Tahun 2017 | |||||||||
RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai | |||||||||
| | | | | | | | | |
| | | | | | | | | |
No | Cara Pembayaran Pasien | Bulan | Total | ||||||
JAN | FEB | MAR | APR | MEI | JUN | ||||
1 | Umum | 769 | 718 | 1,002 | 757 | 710 | 492 | 4,448 | |
2 | BPJS | 5,445 | 5,094 | 6,312 | 5,445 | 5,265 | 4,336 | 31,897 | |
3 | Gratis/IGD | 237 | 214 | 241 | 248 | 246 | 276 | 1,462 | |
4 | Lain-lain | - | - | - | - | - | - | - | |
| Jumlah | 6,451 | 6,026 | 7,555 | 6,450 | 6,221 | 5,104 | 37,807 |
Grafik 3.1 Kunjungan Pasien Rawat Jalan Peride Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
2. Kunjungan Rawat Inap
Tabel 3.2 Rekapitulasi Pasien Bulanan Rawat Inap Periode Semester I Tahun 2017 | ||||||||||
RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai | ||||||||||
NO | URAIAN | BULAN | JUMLAH | | ||||||
JAN | FEB | MAR | APR | MEI | JUN | | ||||
1 | UMUM | 36 | 33 | 49 | 45 | 39 | 38 | 240 | | |
2 | BPJS | 497 | 362 | 347 | 363 | 362 | 338 | 2269 | | |
3 | Gratis | 0 | 3 | 2 | 1 | 2 | 3 | 11 | | |
4 | Lain-lain | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | | |
| Jumlah | 533 | 398 | 398 | 409 | 403 | 379 | 2520 | |
Grafik 3.2 Kunjungan Pasien Rawat Inap Peride Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
3. Kunjungan IGD
Tabel 3.3 Data Kunjungan Pasien Instalasi Gawat Darurat
Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Bulan
Umum
BPJS
Jumlah
1
Januari
237
742
979
2
Februari
213
499
712
3
Maret
241
628
869
4
April
245
570
815
5
Mei
246
525
771
6
Juni
275
510
785
Total
1,457
3,474
4,931
Grafik 3.3 Kunjungan Pasien Instalasi Gawat Darurat
Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
4. Kunjungan Kebidanan
Tabel 3.4 Data Kunjungan Pasien Kasus Kebidanan Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Bulan
Umum
BPJS
Jumlah
1
Januari
0
14
14
2
Februari
0
4
4
3
Maret
3
3
6
4
April
1
3
4
5
Mei
0
0
0
6
Juni
1
5
6
Total
5
29
34
Grafik 3.4 Kunjungan Pasien Kasus Kebidanan Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
2. Laporan Utilisasi Rumah Sakit
A. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan
1. Bulan Januari
Tabel 3.5 Data Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan Januari 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Hipertensi
I10
619
29.38
2
Diabetes Millitus
E14.9
538
25.53
3
Dispepsia
K30
375
17.80
4
TB Paru
A16.2
215
10.20
5
ISPA
J06.9
113
5.36
6
Febris
R50.9
70
3.32
7
Gastritis
K29.7
48
2.28
8
Gastroentritis
A09
48
2.28
9
DBD
A91
46
2.18
10
CHF
I50.0
35
1.66
Grafik 3.5 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Januari Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
2. Bulan Februari
Tabel 3.6 Data Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan Februari 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Diabetus Millitus
E14
523
28.63
2
Hipertensi
I10
502
27.48
3
Dispepsia
K30
373
20.42
4
CHF
I50.0
119
6.51
5
ISPA
J06.9
93
5.09
6
Febris
R50.9
60
3.28
7
TB Paru
A16.2
48
2.63
8
Gastritis
K29.7
40
2.19
9
Gastroentritis
A09
39
2.13
10
Asma
J45
30
1.64
Grafik 3.6 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Februari Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
3. Bulan Maret
Tabel 3.7 Data Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan Maret 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Diabetus Millitus
E14.9
605
25.67
2
Dispepsia
I10
582
24.69
3
Hipertensi
N18.9
557
23.63
4
CHF
I64.9
243
10.31
5
ISPA
A16.2
95
4.03
6
DBD
I50.0
76
3.22
7
Febris
K30
65
2.76
8
Gastroentritis
M54.59
52
2.21
9
Asma
G40.9
48
2.04
10
Gastritis
I25.9
34
1.44
Grafik 3.7 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Maret Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
4. Bulan April
Tabel 3.8 Data Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan April 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Diabetus Miletus
E14.9
413
18.24
2
Hipertensi
I10
320
14.13
3
LBP
M54.59
213
9.41
4
Dispepsia
K30
203
8.97
5
Stroke
I69.4
265
11.70
6
CHF
I50.0
254
11.22
7
GGK
N18.9
324
14.31
8
Osteo Artritis
M19.99
100
4.42
9
Epilepsi
G40.9
118
5.21
10
Asma
J45.9
54
2.39
Grafik 3.8 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan April Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
5. Bulan Mei
Tabel 3.9 Data Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan Mei 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Hipertensi
I10
1388
23.06
2
Diabetus militus
E14.9
1289
21.42
3
GGK
N18.9
800
13.29
4
Stroke
I69.4
716
11.90
5
Dispepsia
K30
492
8.17
6
CHF
I50.0
423
7.03
7
LBP
M54.59
290
4.82
8
Epilepsi
G40.9
242
4.02
9
PJK
I25.9
190
3.16
10
Tuberculosis Paru
A16.2
189
3.14
Grafik 3.9 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Mei Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
6. Bulan Juni
Tabel 3.10 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Jalan Bulan Juni 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Jumlah
%
1
Hipertensi
I10
462
20.91
2
Diabetus Miletus
E14.9
453
20.51
3
GGK
N18.9
404
18.29
4
Stroke
I69.4
253
11.45
5
Dispepsia
K30
143
6.47
6
LBP
M54.59
109
4.93
7
CHF
I50.0
151
6.84
8
Tuberculosis Paru
A16.2
100
4.53
9
Epilepsi
G40.9
77
3.49
10
Osteo Artritis
M19.99
57
2.58
Grafik 3.10 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Jalan Bulan Juni Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
B. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap
1. Bulan Januari
Tabel 3.11 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan Januari 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
DHF
A91
10
11
21
2
Dispepsia
K30
4
10
14
3
Respiratory Failur
J96.9
4
10
14
4
CHF
I50.0
5
8
13
5
Diare
A09
5
4
9
6
KPD
O42.1
0
8
8
7
Pharingitis
J02.9
7
1
8
8
LBP
M54.59
2
5
7
9
Hipertensi
I10
4
3
7
10
FAM
D24
0
6
6
Grafik 3.11 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan Januari Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
2. Bulan Februari
Tabel 3.12 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan Februari 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Dispepsia
K30
6
10
16
2
DHF
A91
7
4
11
3
GGK
N18.9
6
4
10
4
CHF
I50.1
6
4
10
5
Gastroentritis
A09
4
5
9
6
PSMBA
K92.2
5
3
8
7
Hipertensi
I10
4
4
8
8
Pharingitis
J02.9
6
1
7
9
Thypoid Fever
A01.0
4
3
7
10
PJK
I25.9
1
6
7
Grafik 3.12 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan Februari Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
3. Bulan Maret
Tabel 3.13 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan Maret 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Dispepsia
K30
3
8
11
2
CHF
I50.0
6
4
10
3
HHD
I11.0
4
3
7
4
TB Paru
A16.2
5
2
7
5
Hypertensi
I10
3
2
5
6
DHF
A91
4
1
5
7
Gastroentritis
A09
3
2
5
8
DM Type II
E11.9
2
3
5
9
Stroke
I64
3
2
5
10
PSMBA
K92.2
3
1
4
Grafik 3.13 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan Maret Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
4. Bulan April
Tabel 3.14 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan April 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
CHF
I50.0
9
7
16
2
DHF
A91
3
10
13
3
DM Type II
E11.9
12
1
13
4
Anemia
D64.9
3
8
11
5
Thypoid Fever
A01.0
2
6
8
6
PJK
I25.9
5
2
7
7
GGK
N18.9
4
3
7
8
Dispepsia
K30
3
4
7
9
Gastroentritis
A09
7
7
10
Stroke
I64
2
4
6
Grafik 3.14 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan April Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
5. Bulan Mei
Tabel 3.15 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan Mei 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Gastroenteritis
A09
26
16
42
2
Dispepsia
R10.1
12
23
35
3
CHF
I50.0
16
19
35
4
Hipertensi
I10
9
23
32
5
DHF
A91
20
8
28
6
DM Type II
E11.9
9
15
24
7
KPD
O429
0
19
19
8
Thypoid Fever
A01.0
9
9
18
9
PJK
I25.9
10
7
17
10
Anemia
D64.9
8
8
16
Grafik 3.15 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan Mei Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
6. Bulan Juni
Tabel 3.16 Data Sepuluh Besar penyakit Pasien Rawat Inap Bulan Juni 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
-
No
Diagnosa
Kode ICD X
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
CHF
I50.0
10
8
18
2
DM Type II
E11.9
4
10
14
3
Gastroentritis
A09
10
4
14
4
Dispepsia
R10.1
5
8
13
5
Anemia
D64.9
7
5
12
6
PJK
I25.9
4
5
9
7
KPD
O42.9
8
8
8
Hipertensi
I10
2
6
8
9
TB Paru
A16.2
1
6
7
10
DHF
A91
6
6
Grafik 3.16 Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Bulan Juni Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
C. Indikator Klaim BPJS
1. Data Klaim Sepuluh Besar Kondisi/Kasus Rumah Sakit Untung
Tabel 3. 17 Data Sepuluh Besar Selisih Untung Tarif RS dengan Tarif INACBG’s Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai
No | NO. RM | LOS | Kelas | Du | D2 | D3 | P1 | P2 | P3 | P4 | P5 | Tarif INA CBG | Tarif RS | Selisih Tarif |
1 | 115411 | 14 | 1 | J96.9 | E14.9 |
| 88.77 | 96.72 | 87.49 | 89.52 |
| 39,681,800 | 7,224,500 | 32,457,300 |
2 | 109785 | 6 | 3 | J96.9 | A41.9 |
| 96.71 |
|
|
|
| 28,626,600 | 4,796,500 | 23,830,100 |
3 | 151042 | 6 | 3 | J96.9 | A41.9 |
| 96.71 | 89.52 |
|
|
| 28,626,600 | 5,557,500 | 23,069,100 |
4 | 132998 | 6 | 3 | E11.2 | I11.9 |
| 38.95 | 39.95 | 96.72 | 88.51 | 99.04 | 28,344,200 | 5,359,000 | 22,985,200 |
5 | 151393 | 13 | 1 | M17.9 |
|
| 81.54 | 89.52 | 87.49 | 88.28 | 88.26 | 32,952,700 | 11,120,500 | 21,832,200 |
6 | 152620 | 7 | 2 | M16.9 |
|
| 81.51 | 89.52 | 88.28 |
|
| 30,680,100 | 8,865,500 | 21,814,600 |
7 | 151526 | 13 | 3 | S72.9 |
|
| 81.51 | 89.52 | 87.49 | 88.26 |
| 28,407,500 | 9,410,500 | 18,997,000 |
8 | 40843 | 2 | 1 | J96.9 |
|
| 96.7 |
|
|
|
| 20,606,200 | 2,655,500 | 17,950,700 |
9 | 108453 | 5 | 3 | B24 | K12.1 | K30 | 89.52 | 87.49 |
|
|
| 17,702,200 | 1,227,998 | 16,474,202 |
10 | 135330 | 4 | 1 | N18.9 |
|
| 89.52 | 96.71 |
|
|
| 20,606,200 | 4,719,000 | 15,887,200 |
2. Data Klaim Sepuluh Besar Kondisi/Kasus Rumah Sakit Rugi
Tabel 3. 18 Data Sepuluh Besar Selisih Rugi Tarif RS dengan Tarif INACBG’s Periode Semester I Tahun 2017 RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai