T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Jejaring Sosial Kampanye Politik Melalui Media Sosial: Tim Sukses Pasangan RudiDance dalam PILKADA Kota Salatiga Tahun 2017 T1 Full text

MEMBANGUN JEJARING SOSIAL KAMPANYE POLITIK
MELALUI MEDIA SOSIAL
(Tim SuksesPasangan Rudi-Dance Dalam PILKADA Kota
SalatigaTahun 2017)

Oleh:
DWI ARIANA PUJI LESTARI
352013025

JURNAL
DiajukanKepada
Program StudiSosiologiFakultasIlmuSosialdanIlmuKomunikasi
Sebagai Salah SatuSyaratUntukMemperoleh
GelarSarjana

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017


1. PENDAHULUAN
Pemilu adalah bentuk sarana demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan
negara yang berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan yang digariskan oleh
Undang-Undang Dasar. Kekuasaan yang lahir melalui pemilihan umum adalah kekuasaan
yang lahir dari bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan
keinginan rakyat.1
Kampanye merupakan hal yang sangat esensial dalam pemilihan kepala
daerah

dan

wakil

disediakan oleh

kepala

daerah. Namun terbatasnya


waktu

kampanye

yang

Komisi Pemilihan Umum (KPU), memaksa pasangan calon kepala

daerah beserta tim kampanyenya untuk merencanakan strategi kampanye politik secara
efektif

agar

dapat

menjangkau seluruh masyarakat di daerah pemilihan. Jenis

komunikasi yang dianggap sesuai untuk memenuhi kebutuhan itu adalah komunikasi
massa, sehingga saluran komunikasi yang paling banyak digunakan dalam kampanye
politik adalah media massa.

Salatiga pada tahun 2017 akan melaksanakan kegiatan Pilkada untuk pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota periode 2017-2022 yang akan dilaksanakan pada tanggal
15 Februari 2017. Salatiga sendiri memiliki 2 Pasang bakal calon, calon pertama yaitu
mantan Walikota dan Wakil Walikota periode 2011-2016, Yulianto dan Haris dan calon
penantangnya yaitu Rudi dan Dance. Pada tanggal 04 September 2016, pasangan
Yulianto-Haris melakukan Deklarasi pencalonan mereka di Gedung Pertemuan Daerah
(GPD) kota Salatiga, dan tiga minggu setelahnya tepatnya pada tanggal 24 September
2016, pasangan Rudi-Dance juga melakukan Deklarasi pencalonan mereka di tempat
yang sama.
Kegiatan promosi dalam pilkada melalui media atau biasa disebut dengan politik
media, yang menurut Cohen, (1963:12) adalah media merupakan kekuatan tersendiri
dalam percaturan politik, dan memberikan pengaruh dalam dinaminasi sistem politik
yang ada. Percanturan politik media dalam dunia politik melalui pemberitaan yang
dilakukan terhadap suatu peristiwa politik, peristiwa politik ini dikemas sesuai dengan
warna politik, berita-berita yang disajikan inilah sebagai kekuatan pembentuk opini
public, dalam arti bahwa media massa merupakan upaya membangun sikap dan tindakan

khalayak mengenai sebuah masalah politik dan actor politik (Nimmo, 2006:224:227).
Saat ini penggunaan media dalam dunia politik sudah marak terjadi, bahkan dalam


1)Undang-Undang Republik Indonesia PKPU nomer 9 tahun2016, pasal 3.

Undang-Undang Republik Indonesia PKPU Nomer 8 Pasal 65 poin 1 f menyebutkan,
penggunaan media cetak dan media elektronik bisa digunakan dalam kegiatan pemilu.
Masa kampanye dilaksanakan mulai tanggal 26 Oktober 2016 sampai 11 Februari
2017, kegiatan kampanye seperti pemasangan baliho dan poster sudah banyak
terpampang hampir di setiap jalan di kota Salatiga. Selain itu pasangan Rudi-Dance
beserta semua tim suksesnya gencar melakukan kampanye melalui media sosial seperti
Facebook, Youtube dan Instagram baik akun pribadi mereka ataupun akun yang memang

di buat hanya untuk kegiatan kampanye.
Melihat banyaknya akun yang dibuat oleh dua bakal calon Walikota dan Wakil
Walikota kota Salatiga tahun 2017 di media sosial, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
membangun jejaring sosial dalam kampanye politik yang dilakukan dan di amati dengan
teori Kekuasaan Foucault.
Bagaimana membangun jejaring sosial dalam kampanye politik melalui media
sosial dalam Pilkada kota Salatiga tahun2017 yang dilakukan oleh Tim Sukses RudiDance?

2. KAJIAN TEORITIS
2.1 Jejaring Sosial

Mithchel mendefinisikan jaringan sosial sebagai seperangkat hubungan khusus atau
spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang. Karakteristik hubungan tersebut
dapat digunakan sebagai alat untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari
orangyang terlibat di dalamnya (Mitchel 1969:2). Suparlan (1982: 35) mendefinisikan
jaringan sosial sebagai proses pengelompokan yang terdiri atas sejumlah orang
(setidaknya tiga orang) yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan
dihubungkan melalui hubungan sosial. Hubungan sosial ini dapat dikategorikan sebagai
satu kesatuan sosial.Kusnadi (2000: 16) membagi jejaring sosial menjadi tiga jenis, yaitu:
1) jaringan kekuasaan, hubungan sosial yang terbentuk bermuatan kekuasaan, 2) jaringan
kepentingan, hubungan sosial yang terbentuk bermuatan kepentingan, 3) jaringan
perasaan, hubungan sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan
perasaan.
2.2 Kampanye
ToniAndrianusPito,dkk(2006:186)mengemukakan bahwa kampanye politik adalah
suatuusahayang

terkelola,terorganisir

untuk


mengikhtiarkan

orang

dicalonkan,

dipilih,atau dipilih kembalidalam suatu jabatanresmi.Sedangkan menurutNorris (2000)

(dalam Firmanzah,2007:267) kampanye politik adalah suatu proses komunikasi
politik,dimanapartai politikataukontestanindividuberusaha mengkomunikasikan ideologi
ataupun program kerja yang mereka tawarkan. Strategi dalam pengertian sempit maupun
luas terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan
demikian strategi adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006).
2.3

Ruang Publik
Konsep legitimasi menjadi salah satu ciri penting penerapan ruang publik yang ideal.

Demokrasi yang ideal dapat terwujud jika partisipan yang terlibat memiliki legitimasi.

Menurut Habermas, “legitmasi berarti adanya argumentasi yang baik melalui klaim yang
disampaikan yang sebagai suatu kebenaran. Dengan kata lain, legitimasi adalah sikap
politik yang layak untuk diketahui” (Habermas, 1979: 179). Kelayakan sikap politik ini
karena disampaikan beserta dengan kelengkapan fakta yang dapat diyakini kebenarannya.
Warga negara biasa pun harus memiliki legitimasi untuk mendapatkan kepercayaan dari
lawan wicaranya. Semakin luas dan bebas sebuah ruang publik, maka legitimasi juga
harus ada dalam semua aspek ruang publik tersebut. Media sosial pun kemudian menjadi
salah satu transformasi dalam penerapan public sphere. Media sosial telah
memungkinkan setiap warga untuk berpartisipasi dalam berbagai wacana di forum publik.
Setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan
agendanya sendiri, memberikan komentar, maupun argumentasi. Setiap orang memiliki
keinginan untuk menyuarakan peristiwa dengan versinya masing-masing. Kemudahan
akses pada media sosial telah memungkinkan setiap orang untuk memiliki medianya
sendiri.

2.4 Analisis Wacana
Kartomiharjo (1999:21) mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang
ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar
daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana
yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh

pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis ( Yoce, 2009:15).
2.5 Kekuasaan
Wacana menurut Foucault berkaitan erat dengan konsep kekuasaan. Konsep
kekuasaan Foucault berbeda dengan konsep kekuasaan yang telah ada sebelumnya.

Kekuasaan bukanlah struktur politis seperti pemerintah atau kelompok-kelompok sosial
yang dominan. Kekuasaan bukanlah raja yang absolut atau tuan tanah yang tiranik.
Foucault mendefinisikan kembali kekuasaan dengan menunjukkan ciri-cirinya,
bahwa kekuasaan itu tersebar, tidak dapat dilokalisasi, merupakan tatanan disiplin dan
dihubungkan dengan jaringan, memberi struktur kegiatan-kegiatan, tidak represif tetapi
produktif, serta melekat pada kehendak untuk mengetahui.2 Ciri-ciri tersebut memang
tidak menjelaskan “apa itu kekuasaan?”, tetapi Foucault lebih tertarik untuk melihat
bagaimana kekuasaan dipraktikkan, diterima, dan dilihat sebagai kebenaran dan juga
kekuasaan yang berfungsi dalam bidang-bidang tertentu. Kekuasaan Foucault bukanlah
milik tetapi strategi. Dalam hal ini Foucault tidak memisahkan antara pengetahuan dan
kekuasaan.Tidak ada pengetahuan tanpa kekuasaan dan tidak ada kekuasaan tanpa
pengetahuan.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu

pendekatan penelitian tanpa menggunakan angka statistik tetapi dengan pemaparan secara
deskriptif yaitu berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi di
saat sekarang, di mana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang terjadi
menjadi fokus perhatiannya untuk kemudian dijabarkan sebagaimana adanya.
Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Studi kasus digunakan
sebagai suatu penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang,
suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi kemasyarakatan yang
diteliti, diupayakan sedalam mungkin. Studi kasus juga memiliki pengertian berkaitan
dengan penelitian yang terperinci tentang seseorang atau suatu unit sosial dalam kurun
waktu tertentu (Robert K Yin, 2008).
Ciri penelitian kualitatif lainnya adalah memperlakukan orang sebagai instrument
pengumpul data, untuk itu maka peneliti menjadi alat instrument pengumpulan data. Hal
ini dilakukan dalam pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, pengumpulan
dokumen, foto dan sebagainya. Ketika mengkaji Membangun Jejaring Sosial Kampanye
Politik melalui Media Sosialyang dilakukan oleh Tim Sukses Rudi-Dancedalam
PILKADA kota Salatiga tahun2017, penulis menggunakan cara self-report research,
11)Haryatmoko, “Kekuasaan melahirkan Antikekuasaan. Menelanjangi Mekanisme dan
Teknik Kekuasaan Bersama Foucault” dalam BASIS nomor 01-02, Tahun ke-51, Januari-Februari
2002.


yaitu informasi dikumpulkan oleh peneliti sendiri. Sumber data didapatkan daru
wawancara, observasi mendalam dan dokumentasi. Analisis data dengan cara direduksi
data, display data, dan kesimpulan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pilkada Kota Salatiga
Kota Salatiga tahun 2017 ini terlibat dalam pesta Demokrasi dalam pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota periode 2017-2022. Dalam kegiatan Pilkada ini Salatiga
memiliki daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 129.930 orang yang terbagi dalam 4
Kecamatan, 23 Kelurahan dan 386 tempat pemungutan suara (TPS).
Dalam pilkada tahun ini Salatiga memiliki 2 bakal calon yaitu paslon nomer urut
satu, Bapak Rudi dan Bapak Dance dan paslon nomer urut dua Bapak Yulianto dan
Bapak Haris yang merupakan Walikota dan Wakil Walikota periode sebelumnya.
Keuntungan yang dimiliki paslon 2 adalah mereka tidak perlu bersusah-susah
memperkenalkan diri, mengingat mereka pernah memimpin kota Salatiga selama 5 tahun
terakhir. Hal ini berbanding terbalik dengan paslon 1 dimana mereka harus bekerja keras
untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat kota Salatiga.
4.2 Rudi-Dance dan Tim Sukses
Sebagai pasangan calon yang diusung oleh partai PDIP, PKB, PPP dan Hanura, Rudi
dance memang kalah dalam jumlah dukungan dari pada Yuli-Haris dalam hal kursi di

DPRD kota Salatiga. Dari segi kesiapan pun bisa dikatakan kurang, karna saat itu Rudi
masih menjabat sebagai PLT Walikota dan Dance masih menjabat di DPRD kota
Salatiga. Rudi yang awalnya mengatakan tidak berkenan untuk menjadi Walikota
akhirnya menggajukan surat pensiun dini untuk mencalonkan diri sebagai calon Walikota,
setelah diberi dukungan oleh Bapak Ganjar Pranowo, sedangkan Dance yang memang
salah satu pengurus di partai PDIP diutus oleh dewan partai untuk menjadi bakal calon
mendampingi pak Rudi sebagai Wakil Walikota.
Tim sukses Rudi-Dance ini bertugas mempersiapkan setiap kegiatan apa yang akan
dilakukan oleh paslon. Membuatkan atribut-atribut untuk kegiatan kampanye dan juga
membantu paslon dalam mengurus keperluan-keperluan persiapan pilkada. Agenda rapat
rutin dari tim sukses Rudi-Dace dilakukan setiap hari selasa pukul 19.00 Wib, yang
bertempat di posko-posko relawan. Dalam pertemuan tersebutlah setiap anggota tim
sukses/relawan memberikan informasi-informasi atau ide-ide yang bisa digunakan dalam
menujang kegiatan kampanye yang akan dilakukan oleh Rudi-Dance. Kegiatan rapat ini

biasanya dihadiri oleh tim sukses dari berbagai wilayah yang ada di Salatiga agar
informasi yang didapatkan tidak dari satu wilayah saja.

4.3 Strategi Kampanye
4.3.1 Kampanye Langsung (Offline)
Kegiatan kampanye langsung, adalah kegiatan dimana tim sukses, ataupun RudiDance bertemu langsung dengan masyarakat. Sebelum melakukan kegiatan kampanye,
tim sukses akan membuat beberapa persiapan seperti: membuat poster, baliho, stiker,
kaos, selebaran, dan berbagai atribut kampanye yang semua desiannya harus di laporkan
terlebih dahulu ke KPU untuk mendapatkan ijin edar. Kegiatan-kegiatan yang biasa di
ikuti oleh Rudi-Dance dan tim sukses adalah, PKK, posyandu, pengajian, senam bersama,
jalan sehat, kerjabakti, merti desa, dll. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tim
sukses harus melaporkan jadwal kunjungan dan kegiatan Rudi-Dance ke Panwaslu.

4.3.2 Kampanye Tidak Langsung (Online)
Kampanye

tidak

langsung

adalah

kampanye

yang

dilakukan

dengan

menggunakan media untuk media promosinya. Media yang saat ini banyak digunaka
untuk kegiatan promosi (kampanye) adalah media sosial, dimana media sosial yang
digunakan oleh tim sukses Rudi-Dance untuk media kampanye onlineya adalah Facebook
dan Instagram. Dua media sosial ini memang paling banyak digunakan/dimiliki hampir
semua kalangan masyarakat, terutama kaum muda. Facebook adalah media pertemanan,
dan media berbagi foto, status, berita, video dll, yang dapat digunakan/diakses hanya
dengan smartphone atau computer dengan koneksi internet.

Sama halnya dengan

facebook, instagram juga media mencari teman, namun yang membedakan adalah di
Instagram kita hany bisa membagikan Gambar dan video, sifatnyapun lebih privasi.
Dikarenakan di instagram istilah pertemanannya adalah “diikuti” dan “mengikuti”.
Kampanye media sosial yang dilakukan di Facebook dan Instagram dimulai dengan
membuat akun-akun, yang diberi nama sesuai dengan slogan-slogan atau ciri khas RudiDance.
Hal-hal yang menjadi perhatian dalam kelancaran kampanye media sosial RudiDance diantaranya:
1.Pertemanan/Mengikuti

Tim sukses memiliki kreteria sendiri dalam menentukan siapa yang bisa melihat
dan menaggapi setiap akun dan postingan yang mereka buat. Kreteria tersebut antara lain
adalah:
a.

Orang Salatiga (yang cenderung memihak Rudi-Dance)

b.

Komunitas-komunitas di Salatiga

c.

Tokoh-tokoh partai pendukung

d.

Pemilik-pemilik usaha di Salatiga

e.

Teman-teman Rudi-Dance.

2. Postingan
Postingan yang dilakukan oleh tim sukses diantaranya adalah memposting, visi-misi
Rudi-Dance, kegiatan-kegiatan kampanye langsung yang dilakukan, dukungan-dukungan
untuk Rudi-Dance, dan berita-berita yang menguntungkan Rudi-Dance.
3. Like, Komentar dan Share
Hal terakhir adalah terkait tanggapan yang masuk dari postingan yang telah
dilakukan, dari tanggapan yang masuk inilah tim sukses mengetahui kalau postingannya
di perhatikan. Walaupun tanggapan yang masuk tidak selalu positif, namun banyak juga
tanggapan-tanggapan yang memberikan dukungan dan masukan, terkait postingan yang
dibuat. Selain berkomentar, postingan yang dilakukan juga dapat di share/repost agar
makin banyak yang dapat melihat dan berkomentar terkait postingan tersebut.
Berikut beberapa akun-akun media sosial Tim Sukses Rudi Dance.

Tabel 4.1 Akun-Akun Media Sosial Facebook dan Instagram Rudi-Dance.

No

Akun Facebook

No

Akun Instagram

1.

Salatiga Gumbregah

1.

Salatiga Gumbregah

2.

Konco Pak Brengos

2.

Koncone Pak Brengos

3.

Agus Rudi Brengos

3.

RudiBrengos

4.

Relawan Salatiga

4.

5.

Sahabat Bersama RudiDance

Reralawan Rudi
Dance

6.

Rudi Dance

7.

Rudi.Dance

Sumber: www.facebook.com/www.instagram.com

5. Membangun Jejaring
Dalam kegiatan kampanye di media sosial ini tim sukses telah melakukan
beberapa hal, untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin mengetahui
kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh Rudi-Dance. Melalui akun-akun media sosial
yang telah dibuat oleh tim sukses, ini masyarakat dapat memberikan tanggapan/ masukan
baik itu positif ataupun negative pada postingan yang dibuat dalam masing-masing akun.
Komentar-komentar yang masuk dalam setiap postingan ini yang nantinya dapat di
analisis jejaring sosial apa yang terbangun.
Sebelum melakukan analisis postingan dan komentar ada hal yang perlu
diperhatikan, yaitu siapa yang dapat mengakses atau mengomentari/melihat postinganpostingan yang akan dibuat. Masing-masing akun media sosial facebook Rudi-Dance
memiliki jumlah teman yang berbeda-beda, begitu juga jumlah yang mengikuti dan
diikuti di media sosial Instgram, hal ini di karenakan yang menggelola masing-masing
akun juga berbeda. Akun-akun yang berteman dengan akun-akun Rudi-Dance ada dalam
beberapa kreteria, selain dari tim sukses juga ada warga biasa, pegawai negeri, dosen,
pelaku usaha, tukang becak, anggota partai, komunitas-komunitas, pejabat, teman-teman
Rudi-Dance dll. Berikut beberapa pengikut di media sosial instagramRudi-Dance dengan
nama “Salatiga Gumbregah” dan beberapa teman di media sosial facebook dengan nama
“ Agus Rudi Brengos”
Postingan yang sering di lakukan oleh tim sukses adalah terkait kegiatan-kegiatan
kampanye langsung yang sudah dilakukan oleh Rudi-Dance. Selain kegiatan-kegiatan
kampanye langsung, tim sukses juga memposting tentang visi-misi, kegiatan sehari-hari
Rudi-Dance, dukungan-dukungan yang masuk, gambar-gambar Rudi-Dance ataupun
tentang berita-berita positif tentang Rudi-Dance, baik itu berupa foto ataupun videovideo. Kegiatan postingan ini menjadi sangat penting, di karenakan dari postingan ini, tim
sukses dapat tahu bagaimana tanggapan terhadap postingan yang mereka buat.
Selain gambar, dan video yang mendukung hal yang perlu di perhatikan adalah
penggunaan bahasa dalam postingan tersebut, atau bisa disebut dengan istilah “analisis
wacana” dimana hal ini lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis
sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam
wacana tulis (Yoce, 2009:15). Analisi wacana penting agar seseorang mampu memahami
maksud dari sebuah kata, gambar dll. Apalagi dalam memahami arti dari sebuah caption
dari sebuah postingan di media sosial, yang terkadang sulit untuk di mengerti.

Dalam membangun jejaring sosial, selain perlunya kesamaan tujuan juga perlu adanya
keterlibatan dalam jejaring itu sendiri. Dalam media sosial dapat diketahuinya sebuah
postingan itu sampai atau tidak adalah dengan adanya tanggapan. Tanggapan di media
sosial biasa berupa “like”, “komentar” dan “Share/Repost”, yang biasa di jumpai dalam
postingan-postingan. Sebagaimana dikatakan oleh Faucault bahwa kekuasaan itu tersebar,
tidak dapat dilokalisasi, merupakan tatanan disiplin dan dihubungkan dengan jaringan,
memberi struktur kegiatan-kegiatan, tidak represif tetapi produktif serta melekat pada
kehendak untuk mengetahui (Haryatmoko, 2002:02). Kekuasaan itu bukan “milik” tetapi
“strategi” atau bisa dikatakan dimana ada pengetahuan disitu ada kekuasaan, karena tidak
ada kekuasaan tanpa pengetahuan serta tidak ada pengetahuan tanpa kekuasaa. Seseorang
bisa memiliki kekuasaan saat dia memiliki pengetahuan.
Secara sederhananya dalam akun media sosial Rudi-Dance, akun-akun yang
menjadi teman/mengikuti tentunya ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh RudiDance dalam rangka kampanyenya, dimana tim sukses yang memiliki pengetahuan
tentang itu membagikannya dengan melalui postingan, yang akhirnya akan di respon oleh
akun-akun yang menjadi teman/mengikuti. Pengetahuan yang dimiliki tim sukses,
dituangkan melalui postingan dengan caption pengantar yang menarik akan membuat
orang tertarik untuk memberikan tanggapan baik berupa like, komentar bahkan
membagikan ulang postingan terbut.
Saat sebuah postingan di media sosial itu mendapatkan tanggapan dari akun
tertentu, secara tidak langsung tim sukses sudah mendapatkan kekuasaan atas akun yang
memberikan tanggapan tersebut. Jejaring sosial sendiri dapat dibagi dalam tiga jenis
yaitu: 1). Jejaring Kekuasaan, hubungan sosial yang terbentuk bermuatan Kekuasaan 2).
Jejaring Kepentingan, hubungan sosial yang terbentuk bermuatan Kepentingan dan 3).
Jejaring Perasaan, hubungan sosial yang terbentuk bermuatan Perasaan (Kusnadi,
2000:16).
Dari penjelasan diatas dapat di ketahui bahwa jejaring sosial itu dapat terbentuk
oleh beberapa aspek, baik aspek adanya kekuasaa, kepentingan ataupun perasaan. Namun
di dalam media sosial Rudi-Dance ketiga aspek itu dapat di temui dari postinganpostingan yang telah di buat oleh tim sukses. Sebagaimana sudah di jelaskan pada subsub bab sebelumnya bahwa dalam membangun sebuah jejaring sosial ada beberapa aspek
yang di perlukan, diantaranya: 1). Adanya ruang, 2). Adanya Anggota, 3). Adanya
pengetahuan (informasi), dan 4). Adanya kekuasaan di dalamnya. Keempat hal tersebut
yang dapat digunakan untuk menganalisis, kearah mana jejaring itu ingin di bangun.

Meskipun tujuan dari kegiatan kampanye media sosial ini adalah, untuk
kepentingan memenangkan Rudi-Dance dalam Pilkada kota Salatiga tahun 2017, namun
tidak dapat di pungkiri untuk mencapai hal tersebut perlu adanya membangun jejaringjejaring yang berdasarkan kepentingan, kekuasaan dan perasaan untuk mencapai tujuan
yang sebenarnya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim sukses melalui setiap postingan yang
mereka buat di akun-akun media sosial Rudi-Dance.
Tabel 4.2Jumlah Analisi Postingan Terkait Jejaring yang Berusa di Buat.
Akun Facebook
No

Nama Akun

Kepentingan Kekuasaan Perasaan

1

Salatiga

38

4

6

Pak 31

3

6

Rudi 40

8

20

Gumbregah
2

Konco
Brengos

3

Agus
Brengos

4

Relawan Salatiga

5

Reralawan

9

2

Rudi

Dance
6

Rudi Dance

7

Rudi.Dance

8

Agus

Rudianto- 2

Rudi Brengos

Akun Instagram
1

Salatiga Gumbregah

24

9

21

2

Rudibrengos

40

5

5

3

Sahabat Bersama Rudi- 19

1

14

20

40

Dance

4

Koncone Pak Brengos

100

Sumber: www.facebook.com dan www.instagram.com
Sehingga dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jejaring yang terbangun, lebih
cenderung kepada jejaring kekpentingan hal ini sejalan dengan tujuan dari melakukan
kampanye melalui media sosial facebook dan instagram. Dan dari komentar-komentar
yang masuk dapat diketahui bahwa kebanyakan membentuk jejaring kepentingan, yaitu
untuk mencapai tujuan memenangkan Rudi-Dance dalam pilkada.

5. KESIMPULAN

1 Menggunakan media sosia sebagai bagian dari kegiatan kampanye, bisa menjadi
media utama tambahan untuk mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan
secara langsung.
2 Kampanye media sosial yang dilakukan tim sukses Rudi-Dance bisa di katakan
berhasil, dengan melihat banyaknya tanggapan yang diberikan di setiap
postingannya.
3 Membangun jejaring di media sosial, perlu memperhatikan hal-hal, seperti: media
sosial apa yang digunakan, teman/anggota, postingan dan tanggapan untuk dapat
membangun jejaring yang sesuai tujuan.
4 Jejaring sosial yang terbangun di media sosial Rudi-Dance adalah jejring
kepentingan.
5 Penggunaan isu-isu yang ada di masyarakat dapat membantu dalam membangun
jejaring di media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Aliah,Yoce. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.p.12-21.
Cohen, Bernard. 1963. The Press and Foreign Policy. Princeton: Princeton Unversity
Press. P.12

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Foucault, Michel.,. Les mots et les choses. Une archéologie des sciences
humaines.Gallimard, coll. « Bibliothèque des sciences humaines », Paris,

1966.

Foucault, Michel., L’archeologie du savoir. Gallimard, coll. « Bibliothèque
des Sciences humaines », Paris, 1969.

Haryatmoko. 2002. Kekuasaan

melahirkan

Antikekuasaan.

Menelanjangi

Mekanisme dan Teknik Kekuasaan Bersama Foucault. Majalah BASIS

Tahun ke-51, Januari-Februari. Halaman 01-02.
Nimmo, Dan. (2006). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media . Bandung: PT
Rempaja Rosdakarya. p.224-227.

Toni, Adrianus Pito, dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik
Sampai Korupsi, Bandung : Nuansa. p. 204.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5