Implementasi Etika Bisnis Di PT Dirganta

MAKALAH ETIKA BISNIS
“Implementasi Etika Bisnis Di PT Dirgantara
Indonesia”

Disusun Oleh :
Sofwan Abdul Aziz

170610130003

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT penguasa alam
semesta, yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran pada kita semua
dan khususnya bagi penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan

judul “Implementasi etika bisnis di indonesia”.
Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak – pihak yang terkait
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
makalah ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
etika bisnis dan untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis di
indonesia.
Walaupun pada kenyataannya apabila masih ditemukan kesalahan, tapi
penulis mencoba untuk menyajikan sebuah bacaan yang dapat meningkatkan
pola pikir kritis serta kreatif pembaca.Hingga pada akhirnya makalah ini tidak
hanya berfungsi sebagai bacaan saja, namun juga dapat dipergunakan sebagai
referensi dalam penyusunan tugas yang berkaitan.
Besar harapan penulis kelak makalah ini dapat dipergunakan sebaikbaiknya.Dan kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna
menyempurnakan tugas-tugas selanjutnya.

Jatinangor, september 2015

Penyusun
1

Absatrak

Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam
kegiatan ekonomi dan bisnis.Etika berarti aspek baik atau bururk, terpuji atau
tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia.etika
selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis
merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Tidak heran jika sejak
dahulu kala etika menyoroti juga ekonomi dan bisnis.
Seiring berkembangnya zaman banyak sekali perusahaan di Indonesia
yang tidak mengindahkan etika dalam berbisnisnya demi kepentingan pribadi
ataupun kelompok.Tak dapat dipungkiri lagi bahwa praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang tidak sesuai etika merajalela di indoneisa.
Salahsatu perusahaan yang terkait kasus etika bisnis di Indonesia adalah
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang dimana telah melanggar
etika (bribery, deception,

coercion,

melakukan manipulasi tender

dan


dan

theft),

norma

dasar

karena perusahaan telah

pelelangan. Bahkan tidak hanya itu PT DI

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan teori etika utilitariaisme dengan
melakukan pemutusan hak kerja (PHK) kepada sebagian karyawannya.
Meskipun terdapat berbagai macam pelanggaran, pada kasus PT DI
terdapat suatu moral motive yang baik dimana terjadi pengunduran diri dari 3
direktur PT DI yang tidak setuju dengan putsan PHK karyawan.

2


Daftar isi
Kata penganar....................................................................................................i
Abstrak................................................................................................................ii
Daftar isi..............................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian etika bisnis.................................................................................3
2.2 Teori etika bisnis...........................................................................................4
2.3 Prinsip etika bisnis........................................................................................8
2.4 Implementasi etika bisnis.............................................................................9
Bab 3 Penutup
Simpulan.............................................................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................13

3

Bab I

Pendahuluan

1.1 latar belakang
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian
dalam dunia bisnis saat ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain
dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh
pada perusahaan, juga sangat menentukan maju / mundurnya suatu
perusahaan.
Namun pada saat ini seringkali perusahaan tidak mengindahkan etika
dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga tidak ada saling percaya dan loyalitas
diantara unsur yang berpengaruh diperusahaan, bahkan yang ada adalah saling
mencurigai satu sama yang lain.
Terdapat beberapa teori yang menerangkan mengenai etika bisnis
dainataranya deontelogi dan utilitariaisme. Namun dalam perjalanannya suatu
perusahaan pastiakan

dihadapkan dengan situasi dilema etis dalam

pengambilan keputusan. Seperti halnya yang terjadi pada PT Dirgantara
Indonesia yang mengalami dilema etis dalam pengambilan keputusan antara

kepentingan stakeholder dengan teori konsep etika yang ada.
1.2 rumusan masalah
1.
2.
3.
4.

menjelaskan etika bisnis
memahami teori etika bisnis
menyebutkan prinsip – prinsip etika dan perilaku bisnis
mengetahui implementasi etika bisnis di Indonesia

1.3 tujuan penulisan
1. untuk memenuhi salah satu tugas nata kuliah etika bisnis
2. untuk dijadikan bahan dalam kegiatan diskusi
1

3. untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis di Indonesia

2


Bab II
Pembahasan
2.1 pengertian etika bisnis
Kata “Etika” itu berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat
istiadat.Etika bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilainilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan termasuk juga semua
kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain, atau dari
satu generasi ke generasi yang lain. Seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini :
 O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
 Sidi Gajalba : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
 Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
 Griffin and Ebert (1999) : Etika Bisnis (business ethics) merupakan
penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Secara lebih
khusus lagi makna etika bisnis menunjukkan perilaku etis maupun tidak

etis yang dilakukan manajer dan karyawan dari suatu organisasi
perusahaan.
 Epstein (1989) : menyatakan etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang
dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun secara
kelembagaan (organisasi) untuk menilai suatu isu, di mana penilaian ini
merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu
masyarakat. Melalui pilihan nilai tersebut, individu atau organisasi akan
memberikan penilaian apakah sesuatu yang dilakukan itu benar atau
salah, adil atau tidak serta memiliki kegunaan (utilitas) atau tidak.

3

Etika

dalam

perkembangannya

sangat


mempengaruhi

kehidupan

manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya
melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa
yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini
dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian
etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi
kehidupan manusianya.
Etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai :
1. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik
sebagai manusia
2. Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan
norma moral yang umum diterima
2.2 Teori etika bisnis
Teori Deonteologi
Etika deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani

‘deon’ yang berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa
perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi
menjawab, ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’.
Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik
atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan
kewajiban.Karena bagi etika deontology yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban.Pendekatan deontologi sudah diterima dalam
konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :

4

1) Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban.
2) Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak
tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.
3) Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang

niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada
hukum moral universal.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu
memang baik pada dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus
kita lakukan. Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga
tidak menjadi kewajiban untuk kita lakukan.Bersikap adil adalah tindakan yang
baik, dan sudah kewajiban kita untuk bertindak demikian. Sebaliknya,
pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi orang lain adalah
tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat
(imperatif kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang
pada segala situasi dan tempat.
Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang
menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan hal yang
diinginkan dan dikehendaki oleh orang tersebut.Perintah Tak Bersyarat adalah
perintah yang dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa
mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai
dan berguna bagi orang tersebut atau tidak.
Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan
akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak
pernah diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Hal ini
akan membuka peluang bagi subyektivitas dari rasionalisasi yang menyebabkan
kita ingkar akan kewajiban-kewajiban moral.
5

Teori Utilitariasme
Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume
(1711-1776) untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai
keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku
pada aturan ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan – perubahan
radikal di zamannya.
Kemudian teori ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham (1748 – 1832)
dan muridnya John Stuart Mill (1806-1873).Secara umum, Etika Utilitarianisme
mengenai bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik,
ekonomi dan legal atau hukum secara moral.
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”.Menurut
teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, berfaedah atau
berguna, tapi menfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Aliran ini memberikan suatu norma
bahwa baik buruknya suatu tindakan oleh akibat perbuatan itu sendiri. Tingkah
laku yang baik adalah yang menghasilkan akibat-akibat baik sebanyak mungkin
dibandingkan dengan akibat-akiba tburuknya. Setiap tindakan manusia harus
selalu dipikirkan, apa akibat dari tindakannya tersebut bagi dirinya maupun
orang lain dan masyarakat. Utilitarisme mempunyai tanggung jawab kepada
orang yang melakukan suatu tindakan, apakah tindakan tersebut baik atau
buruk. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme
(utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah
the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang terbesar
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori
yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian
(Theft), Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing
dapat diuraikan berikut ini:

6

1) Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima
atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi
tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap
dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh.
'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang
atau barang, maupun pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana.
Suap

kadangkala

tidak

mudah

dikenali.

Pemberian

cash

atau

penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara
suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai
suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi
hadiah.
2) Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa
atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat
berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau
penolakan industri terhadap seorang individu.
3) Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4) Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang
bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau
konseptual.
5) Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil
atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras,
jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk
memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan
yang beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

2.3 Prinsip etika bisnis

7

Menurut pendapat Michael josephson (1998) yang dikutip oleh zimmerer
(1996: 27 – 28), secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu:
1) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh – sungguh,
terus terang, tidak curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak
berbohong.
2) Integritas, yaitu memegang prinsip melakukan kegiatan yang terhormat,
tulus hai, berani dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak
berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
3) Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, patuh, tidak menginteprestasikan persetujuan dalam bentuk
teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
4) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan
Negara, tidak menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia,
begitu juga dalam suatu konteks professional, menjaga/melindungi
kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti,
dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentngan.
5) Kewajaran/ keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
mengakui kesalahan, memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, serta tidak bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan professional yang bebas
dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta konflik
kepentingan.
6) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas
kasihan, tolong – menolong, kebersamaan, dan menghindari segala
sesuatu yang membahayakan orang lain.
7) Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain,
kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri bagi semua orang,
bersopan santun, tidak merendahkan dan memperlakukan martabat orang
lain.
8) Warga

Negara

yang

bertanggung

jawab,

yaitu

selalu

menaati

hukum/aturan, penuh kesadaran social, dan menghormati proses
demokrasi dalam mengambil keputusan.
8

9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional,
tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan
semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta
mempertahankan tingkat kompetensi yang tinggi.
10)Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung
jawab atas keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh

2.4 Implementasi etika bisnis
Suatu

konsep

pengambilan

diperlukan suatu keberanian

keputusan dalam

dan

integritas

suatu

yang

dilema

etis

tinggi. Permasalahan

yang dihadapi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan permasalahan
klasik

yang

dihadapi

setiap

orang

yang

memasuki

sistem

perusahaan(pemerintahan) di Indonesia. Pada konsep pembentukan awal
PT DI yang dahulu bernama PT Industri Perusahaan Terbang Nusantara (PT
IPTN) cukup sederhana, yaitu mengembangkan teknologi kedirgantaraan guna
memperkuat ketahanan nasional. Pada awal perjalanan PT DI menunjukkan
kinerja (yang

tampak

dari

luar)

cukup

baik. Pemolesan wajah PT DI

ternyata tidak dapat bertahan lama, kebenaran mengenai kondisi nyata
perusahaan mulai terungkap.
Kejutanpertama

yang

diterimaperusahaan adalah diungkapnya

penyelewengan anggaran negara oleh BPK pada 20 April 1995. Sebagai
akuntan negara, BPK

telah

berperan

dengan

baik

dan memenuhi

tanggung jawab dasar auditor yaitu memeriksa dan mengkomunikasikan
temuan pada publik. Auditor telah bekerjadengan integritas dan moral
motive yang tepat. Di sisi lain, pada kasus ini perusahaan melanggar
dasar
telah

etika (bribery, deception,
melakukan

manipulasi

coercion,

manipulasi tender

tersebut

akan

dan

dan

theft),

karena perusahaan

pelelangan.

melibatkan “Transaksi

Dalam
dibalik

Pelanggaran etika juga dilakukan akuntan perusahaan. Hal tersebut
9

norma
proses
layar”.
dapat

dilihat

dari

manipulasi catatanyang mencoba untukmenyembunyikan

Manipulasi

juga

melanggar

konsep

mengingatPerusahaanmerupakanperusahaan

fakta.

utilitarianism

pemerintah

yang

bertanggungjawab pada rakyat.
Kasus pelanggaran etika kedua terjadi ketika perusahaan memecat
dengan tidak hormat Salah satu karyawan pada 15 April 1996,

setahun

setelah pengungkapan penyimpangan oleh BPK. Karyawan tersebut merupakan
karyawan

yang

mengungkapkan manipulasi
telah

BPK.

Pada

kasus ini

perusahaan

melanggar

konsep deontology yang menganut kebenaran mutlak. Indikasi

lain dari terjadinya diskriminasi
29

Oktober 1997

jelas‐jelas

tender kepada

adalah

melakukan diskriminasi dan

timbulnya

demo karyawan pada

yang menuntut keadilan jenjang karir. Pada kasus

pemecatan karyawan yang mengungkapkan penyimpangan
terjadi pembalikan

dan

tersebut tampak bahwa

manipulasi
orang

di

IPTN

juga

konsep kebenaran. Pada kasus

menjadi

salah

karena mengungkapkan

suatu kebenaran.
Kasus
adalah

yang

melibatkan

pelanggaran konsep etika paling banyak

kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan secara

besaran.

Pada

kasus

iniperusahaan

telah

melanggar

besar
konsep

utilitarianism karena telah mengutamakan kepentingan perusahaan dengan
karyawan jauh lebih sedikit daripada jumlah karyawan yang di PHK. Kelanjutan
pelanggaran
membayar

ini diperparah dengan ketidakmauan perusahaan

pesangon walaupun telah disepakati bersama melalui Panitia

PenyelesaianPerselisihanPerburuhan
selanjutnya

untuk

dilanggar.

Pusat(P4P),

kesepakatan tersebut

Pada pelanggaran kesepakatan dan penolakan

pembayaran pesangon tampak dengan jelas bahwa

perusahaan

melanggar

hampir semua konsep hak dan kewajiban, dan keadilan. Dengan penolakan
dan pelanggaran tersebut, konsep Distributive justice, keadilan
kontribusi,keadilanberdasarkebutuhandan

kemampuan,

keadilan

berdasar
retributive,

Compensatory justice telah dilanggar. Di samping itu konsep hak dan
10

kewajiban terutama hak kontraktual telah dilanggar secara nyata. Pada hak
kontraktual, hak seseorang

harus

dibayar

sesuai

dengan kontrak. Usaha

PT DI untuk tidak membayar pesangon melalui pelanggaran kesepakatan P4P
merupakan langkah nyata untuk menghindari dari kewajiban.
Satu kasus unik yang terjadi pada kasus PT DI secara keseluruhan
adalah kasus pembatalan putusan pailit melalui kasasi MA pada 24 Oktober
2007. Pada kasus ini argumen yang dibangun untuk pembatalan putusan
pailit PN Jakarta pusat pada 9 September 2007 adalah kesalahan prosedur
pengajuan

pemailitan

yaitu

harus

diajukan oleh

pemegang

saham

mayoritas. Pada kasus ini terjadi kegagalan sinergi antara lembaga hukum.
Meskipun tidakberhubungan secara langsung dengan teori etika, kasus ini
menggambarkan bahwa suatu pemecahan kasus dilemma etis diperlukan
suatu koordinasi dan sinergi yang baik dari semua pihak yang berkaitan.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat berbagai macam pelanggaran,
jika dicermati lebih teliti pada kasus PT DI terdapat suatu moral motive yang
baik.

PT

DI

pembayaran

sebetulnya telah berusaha untuk memenuhi kewajiban

pesangon,

hal

tersebut

dapat diindikasi

dengan

hanya

sebagian dari seluruh karyawan yang tidak dibayar pesangonnya. Demo
karyawan

muncul karena

belum

dibayarkan

pesangon sebagian

karyawan bukan seluruh karyawan. Di samping itu, individu di dalam PT DI
sebagian

mempunyai

moral

motive yang baik.

Dapat dilihat dari kasus

pengunduran diri tiga direktur karena tidak setuju dengan putusan PHK
karyawan.

Bab III
Penutup
Simpulan
11

Konsep

teori

etika

merupakan

suatu konsep

ideal

yang

dapat

diterapkan dalam suatu organisasi bisnis. Penerapan konsep tersebut dalam
organisasi

bisnis

Suatuorganisasi

sering mengalami

bisnis

yang

sedang

hambatan

dan

mengalami dilema

tantangan.
etis

dalam

mengambil keputusan harus mengambil keputusan dengan bijak. Keputusan
yang

diambil

sering

mengalami benturan

antara

kepentingan

stake

holderdengan konsep etika yang ada. Keputusan yang diambil, meski sulit,
harus mampu mengakomodir semua kepentingan stake holder

sekaligus

memperhitungkan etika yang ada.
Dari semua pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa

suatu dilema

keputusan.

Solusi

etis

akan

selalu

dihadapi

dalam pengambilan

dari pengambilan keputusan yang etis terletak pada

individu yang menggerakkan sistem yang ada. Individu merupakan pelaku
utama dalam organisasi itu sendiri. Di sini, moral motive individu memegang
peran penting dalam

pengambilan

keputusan.

Moral motive yang dimiliki

individu dapat menjadi motor dalam organisasi untuk mengambil keputusan
etis. Kumpulan individu yang mempunyai moral motive dalam organisasi
dapat mewarnai keputusan organisasi menjadi lebih etis.

Daftar Pustaka

bertens, k. (2000). pengantar etika bisnis. yogyakarta: kanisius.

12

Nugroho, M. A. (2013, April). KONSEP TEORI DAN TINJAUAN KASUS ETIKA
BISNIS PT DIRGANTARA INDONESIA (1960 ‐2007). Jurnal Economia.
Praptiningsih, L. J. (2014). ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS PADA PT MAJU
JAYA DI PARE JAWA TIMUR. AGORA.

13