Analisis Persoalan Pertanian dan ID

15/9/2017

IE13011: Tugas 4

Jhosua

Hal:1/7

Septiano/545170065
Analisis Persoalan Pertanian

I.Latar belakang :
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan energy, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam
pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup
(termasuk tanaman,hewan dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Sedangkan dalam
arti,sempit pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, semusim.
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri.
Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong

kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam system kepercayaan, pengembangan alat-alat
pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan
masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sebagai bagian kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam
kehidupan manusia sebelum revolusi industry. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah
revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia. Setiap bagian dunia memiliki
perkembangan penguasaaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika
atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang
telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindahpindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor
besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.
Pada saat ini, Indonesia menghadapi kemungkinan krisis pangan yang cukup berat. Krisis
ini disebabkan oleh memburuknya krisis agraria. Indonesia harus memperluas areal lahan
pertanian agar mampu mengimbangi naiknya grafik konsumsi pangan masyarakat. Masalahnya,
pada saat ini ternyata sector pertanian sudah tidak lagi menjanjikan. Dari data BPS, dalam waktu
10 tahun terakhir telah terjadi alihfungsi lahan sawah seluas 80.000 ha per tahun. Dalam jangka
pendek, alih fungsing memang belum terasakan dampaknya terhadap ketahanan pangan. Namun,
bila terus terjadi tanpa ada langkah-langkah komprehensif menghentikannya akan menggangu
ketahanan pangan nasional. Permasalahan di sector ini sebenrnya bukan hanya ancaman yang
muncul dari derasnya proses alih fungsi lahan. Di samping itu, menurunnya jumlah tenaga kerja
di sektor pertanian juga menjadi ancaman yang nyata pada produktifitas pertanian. Inti dari

pembicaraan diatas dalam waktu yang tidak lama lagi, niscaya Indonesia akan mengalami krisis
pangan yang merupakan bentuk terburuk krisis agraria. Krisis ini tentunya tidak hanya berimbas

pada kehidupan kaum tani sebagai kalangan yang paling menggantungkan hidupnya pada
sokongan sumber-sumber agrarian. Krisis ini akan menimpa seluruh rakyat Indonesia.
Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan.
Selain 3 permasalahan yang muncul pada aspek budidaya, lahan (tanah) dan pengendalian HPT,
permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks baik yang kemudian tergolong
secara makro maupun mikro. Secara makro masalah utama pertanian di Indonesia adalah (1)
Marginalisa pertanian, cirinya adalah pertanian kurang memberikan harap, masih banyak petani
yang berorientasi pada off farm, disisi lain petani hanya memanen 0,02 ha (super gurem)
sehingga pertanian penyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia ; dan (2) Exchange farmer
mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit,
kebanyakan generasi muda enggan menjadi petani. Pada tingkat petani masalah petani juga
semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya: rendahnya pengatahuan/wawasan, rendahnya
tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani,
kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan
pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan consoling berupa penyuluhan dan tidak adanya
wahana/tempat petani untuk belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.
Menemukan atau merancang berbagai solusi alternative untuk memecahkan masalah di atas

memerlukan kemampuan, ketrampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat. Mereka harus
bisa mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi dan merancang solusi-solusi
alternative yang berkualitas dan dapat memecahkan masalah itu. Selain itu, solusi-solusi tersebut
haruslah dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait.

II. Permasalahan sektor pertanian:
"lebih dari 60 % penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian, berdiam di pedesaan dan
merupakan golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka golongan masyarakat inilah
yang harus menjadi titik sentral pembangunan nasional terutama dalam pengarahan investasi”.

Saya pribadi (Penulis) sepakat dengan pendapat ini dan membenarkan karena telah terdapat fakta
dan bukti yang kuat. Pada masa yang lalu ketika pertanian menjadi sentral pembangunan
(leading sector), secara personal petani kita menjadi sejahtera dan dalam konteks negara, mampu
mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Dalam masalah pertanian di Indonesia, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua
faktor yaitu internal dan eksternal. faktor internal dan eksternal saling berpengaruh antar satu
sama lain. Faktor internal ini didefinisikan sebagai faktor yang ada dalam ruang lingkup petani
dan faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar lingkup petani.


Faktor internal yang menjadi permasalahan di Indonesia antara lain:

1. Permodalan, sebagian besar petani tidak memiliki modal yang besar untuk mengembangkan
usaha taninya.
2. Prasarana produksi, modal yang kurang menyebabkan petani tidak mampu membeli sarana
produksi seperti benih, bibit, pupuk dan pembasmih hama.
3. Keterampilan, sebagian besar petani masih jarang yang mendapat pendidikan yang layak,
kebanyakan dari mereka tidak pernah duduk di bangku sekolah.
4. Pengetahuan dan pola pikir, belum memiliki pandangan agar usahanya lebih maju ke depan
dan tidak ada usaha untuk meningkatkan pengetahuannya, baik dari segi tekni maupun non
teknis.
5. Manajemen produksi, produksi yang dilakukan petani belum sampai pada profit oriented
namun lebih merupakan cara hidup.
6. Motivasi, motivasi untuk bertani terkadang menurun bahkan hilang. Petani lebih memiliki
melakukan urbanisasi dan bekerja sebagai buru pabrik.

Sedangkan faktor eksternal, antara lain:
1. Kebijakan pemerintah
a. kebijakan impor, kegiatan impor lebih digalakkan sehingga produk lokal kalah bersaing
sehingga petani mengalami kerugian.

b. kebijakan subsidi, adanya pencabutan subsidi untuk saprodi baik itu benih ataupun pupuk.
c. kebijakan alih fungsi lahan, lahan pertanian semakin berkurung dengan semakin majunnya
industri baik itu manufaktur, perumahan dan lain. Lahan pertanian yang subur menjadi sasaran
utama bagi pebisnis bidang manufaktur dan perumahan.
d. keijakan finansial, belum adanya lembaga khusus permodalan yang menjadi penopang sektor
pertanian, ada wacana untuk mendirikan bank pertanian yang menawarkan suku bunga 5-6%
bagi petani namun hingga saat ini hanya masih menjadi sebuah wacana.
e. Kelembagaan, kelembagaan di sektor pertanian telah banyak yang tidak aktif seperti HIPA,
KUD, dan Kelompok Tani.

III.Solusi :

Dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde
Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali didengung dengungkan, namun dalam
kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan
dengan sektor lain.
2. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-ciri : (a) skala kecil, (b) modal terbatas, (c)
teknologi sederhana, (d) sangat dipengaruhi musim, (e) wilayah pasarnya lokal , (f)

umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya
involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan
pasar sangat rendah, (h) Pasar komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga
terjadi eksploitasi harga pada petani.
3. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani yang
tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum
terbentuk dengan kokoh sehingga system dan usaha agribisnis belum berkembang seperti
yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan
usahatani.
4. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan.
5. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah.
Pembangunan agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan.
6. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas
hortikultura. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya
saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk
ditingkatkan.
7. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan
potensi yang dimilikinya lebih besar.
8. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk –produk perkebunan semenjak
zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer (mentah)

9. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak
mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan . Masih lemahnya kelembagaan

usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan
agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh
kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang
(skewed) yang merugikan petani.

10. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/ bibit unggul
sangat terbatas
11. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada petani,
setelah era otonomi daerah.
12. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi, LSM,
dalam pembangunan pertanian. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik
fiscal maupun moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi
maupun pasar, dll

IV.Tujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pembangunan pertanian saat ini

2. Untuk mengetahui apasajakah apa yang terjadi dalam pembangunan pertanian dan hal
lain yang terkait dengan permasalahan pembangunan pertanian.
3. Untuk mengetahui apasajakah kebijakan pembangunan pertanian dan hal lain yang terkait
dengan kebijakan pembangunan pertanian.

Kondisi Pertanian :
Dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde
Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali didengung dengungkan, namun dalam
kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan
dengan sektor lain.
2. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-ciri : (a) skala kecil, (b) modal terbatas, (c)
teknologi sederhana, (d) sangat dipengaruhi musim, (e) wilayah pasarnya lokal , (f)
umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya
involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan
pasar sangat rendah, (h) Pasar komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga
terjadi eksploitasi harga pada petani.

3. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani yang

tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum
terbentuk dengan kokoh sehingga system dan usaha agribisnis belum berkembang seperti
yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan
usahatani.
4. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan.

5. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah.
Pembangunan agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan.
6. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas
hortikultura. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya
saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk
ditingkatkan.
7. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan
potensi yang dimilikinya lebih besar.
8. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk –produk perkebunan semenjak
zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer (mentah)
9. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak
mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan . Masih lemahnya kelembagaan
usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan
agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling

memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh
kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang
(skewed) yang merugikan petani.
10. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/ bibit unggul
sangat terbatas
11. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada petani,
setelah era otonomi daerah.
12. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi, LSM,
dalam pembangunan pertanian. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik
fiscal maupun moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi
maupun pasar, dll

V.Kesimpulan :
Dalam
arti
sempit,
pertanian
diartikan
sebagai
kegiatan

pembudidayaan tanaman.Sedangkan pengertan Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk
mengelola lahan dan agro ekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan rakyat. (Pasal
1 Angka 8 UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan).
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya
terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang
sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi

oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang
masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya
berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian
(pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h)
pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang
besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65