BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN,PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR(BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA NY. M UMUR 31 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS I SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS - repository perpusta

  a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Prawirohardjo, 2010;h. 213). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Manuaba,2012;h.89).

  Masa kehamilan yaitu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin,2009;h.89).

  Kehamilan adalah bertemunya sel spermatozoa dan ovum yang akan dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi sampai lahirnya janin yang akan berlangsung pada kehamilan normal yaitu 40 minggu.

  b. Menurut Manuaba (2010; h.75) Peristiwa terjadinya kehamilan di antaranya yaitu: 1) Ovulasi

  Pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal→ oogonium→ folikel primer→ proses pematangan pertama kemudian menjadi folikel de graaf. Dengan pengaruh LH yang makin

  12 besar dan fluktuasi yang mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut dengan ovulasi.Ovum yang terlepas kemudian ditangkap oleh fimbriae tuba terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya ovum siap untuk dibuahi.

  2) Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa dimulai dari spermatogonium yang berasal dari sel primitive tubulus, menjadi sel spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya menjadi spermatozoa.

  3) Konsepsi Pertemuan antara inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Konsepsi terjadi di pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia.

  4) Nidasi atau Implantasi Pertemuan kedua inti ovum dan inti spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau belakang.

  5) Pembentukan plasenta Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis. c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan Menurut Mochtar (2012) Perubahan Anatomi dan adaptasi fisiologis pada kehamilan terdiri dari: 1) Perubahan pada payudara dan sistem reproduksi

  a) Payudara (mammae) Selama kehamilan payudara akan bertambah besar, tegang, dan berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi kelenjar alveoli; bayangan vena lebih membiru. Hiperpigmentasi terjadi pada puting susu dan aerola payudara. Jika diperiksa akan keluar kolostrum.

  b) Uterus Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan seperti bujur telur. Uterus wanita yang tidak hamil kira- kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek, dan pada kehamilan 3 bulan sebesar telurangsa. Pada minggu pertama, isthimus uterus mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak (tanda hegar).Pada kehamilan 5 bulan, uterus teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim teraba tipis, oleh karena itu bagian- bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding uterus. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan c) Ovarium (1) Ovulasi terhenti (2) Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.

  d) Vagina dan vulva Karena pengaruh ekstrogen, terjadi perubahan pada vagina dan vulva.Akibatnya hipervaskularisasi pada vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan.

  e) Dinding perut

  (Abdominal wall)

  Pembesaran dinding rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robekya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum.Jika terjadi peregangan yang hebat misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi dilastasi rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea nigra.

  2) Perubahan pada organ dan sistem reproduksi lainnya

  a) Sistem kardiovaskuler Adaptasi kardiovaskuler melindungi fungsi fisilogis normal wanita, dan menyediakan perkembangan dan pertumbuhan janin.

  b) Sistem pernafasan Terjadinya sesak nafas pada wanita hamil disebabkan karena usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran uterus. c) Saluran pencernaan Salivasi meningkat pada trimester pertama, yang akan menimbulkan mual dan muntah. Tonus otot- otot pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama dalam saluran pencernaan. Resorpsi baik namun akan terjadi obstipasi.

  d) Tulang dan gigi Apabiila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, maka kalsium pada tulang ibu akan diambil untuk memenuhi kebutuhan kalsium janin. Dan jika asupan kalsium cukup maka gigi tidak akan kekurangan kalsium.

  e) Kulit Kulit akan terjadi hiperpigmentasi yaitu pada muka, payudara, perut dan vulva.

  f) Kelenjar endrokin (1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.

  (2) Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior. (3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh

  d. Tanda

  • – tanda Kehamilan Menurut Mochtar (2012; h.35-36) tanda-tanda kehamilan dibagi menjdai 3 yaitu: 1) Tanda-tanda presumtif

  a) Amenora ( tidak mendapat haid) Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir untuk kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Neagle: TTP=(hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT +1)

  b) Mual dan muntah (nausea and vomiting) Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum.

  c) Mengidam (ingin makanan khusus).

  Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama.

  d) Pingsan Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

  e) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruhestrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara, kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.

  f) Sering miksi, karena kandung kemih tertekan oleh rahim tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

  g) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.

  h) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta, dijumpai di muka ( chloasma gravidarum), aerola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra)

  2) Tanda-tanda kemungkinan hamil

  a) Perut membesar

  b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk,besar dan konsistensi rahim.

  c) Tanda Hegar: ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunka pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu.

  d) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen. 3) Tanda pasti (tanda positif)

  a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.

  b) Denyut jantung janin (1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec, (2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler, (3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram, (4) Dilihat pada ultrasonografi

  c) Terihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

  e. Perubahan psikologis dalam kehamilan Menurut Varney (2007)Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil dan kerap berubah lebih cepatmengenai kehidupan. Dapat menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan, merasa sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada bayinya, tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dan cenderung menuntut.

  Trimester pertama adalah waktu dimana terjadi penurunan libido tapi tidak menentukan bahwa wanita hamil tirmester pertama tidak ada hasrat hubungan seksual. Trimester kedua dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan.Lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya, sudah dapat menerima kehamilan, mempersiapkan peran baru.Mengalami kemajuan untuk berhubungan seksual.Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari kasih sayang dari orang terdekatnya.

  Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Fokusnya hanya tentang kelahiran dan bayinya dengan rasa waspada.Merasakan ketidaknyamanan fisik.

  f. Pemeriksaan fisik ibu hamil Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh karena telah terjadi perubahan akibat kehamilan, yang bersumber dari perubahan hormonal.Perubahan sistem hormonal ini dapat memperberat penyakit ibu yang diderita sebelumnya sehingga saling memengaruhi antara kehamilan dan penyakitnya. Selain itu, dasar keadaan umum sebelum hamil merupakan bagian penting karena akan memengaruhi tumbuh kembangnya janin (Manuaba,2012;h.180). Menurut Manuaba 2012, Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

  1) Pemeriksaan fisik umum Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah :

  a) Menilai kedaan umum yang dapat mendukung kehamilan atau sebaliknya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan.

  b) Mencari tanda-tanda perubahan fisik ibu hamil yang dapat mendukung diagnosis kehamilan.

  c) Mencari kemungkinan penyakit yang telah dideritanya atau terselubung sehingga dapat ditegakkan diagnosis dini dan pengobatan.

  d) Melakukan pemeriksaan penunjang khususnya laboratorium untuk menilai kesehatan umum ibu hamil atau untuk menegakkan diagnosis penyakit yang diderita. 2) Pemeriksaan fisik khusus kehamilan

  Tujuan pemeriksaan fisik khusus adalah :

  a) Untuk memastikan telah terjadi kehamilan

  b) Untuk memastikan apakah kehamilannya intauterin

  c) Untuk memastikan apakah kehamilannya tunggal atau ganda

  d) Untuk memastikan apakah kehamilannya tergolong beresiko rendah, meragukan atau beresiko tinggi e) Bagaimana sikap masing-masing untuk menghadapi itu

  f) Untuk menentukan keadaan ibu dan janin saat ini

  g) Untuk menentukan apakah perlu diberikan pengobatan terhadap penyakit yang diderita ibu h) Untuk menentukan apakah saat ini diperlukan intervensi medis i) Jika perlu dilakukan intervensi medis, perlu ditetapkan bagaimana bentuknya, tempat dilakukan sehingga jika mungkin tercapai

  well born baby dan well health mother.

  Konsep pemeriksaan ibu hamil adalah : (1) Inspeksi (2) Palpasi (3) Auskultasi (4) Pemeriksaan dalam (5) Pemeriksaan tambahan :

  (a) Minimal dilakukan ultrasonografi (b) Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan laboratorium.

  g. Palpasi Abdomen

  • – Manuver Leopold Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan empat maneuver yang diperkenalkan oleh Leopold pada tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang nyaman serta bagian perut terbuka. Maneuver ini sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan dan diinterpretasikan jika pasien obesitas, jika cairan amnion berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior. 1) Manuver pertama memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik atau podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun.

  2) Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di slah satu sisi abdomen ibu, dengan lengan memberikan tekanan lembut tetapi dlaam. Pada satu sisi, dirassakan struktur yang keras dan resisten

  • – punggung. Pada sisi
  • – lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan ekstremitas janin. Dengan memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.

  3) Maneuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jari-jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tedak

  engaged, akan terasa

  massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala. Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama.

  Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir (engaged), hasil manuver ini hanya menunjukkan bahwa bagian terendah polus janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui maneuver keempat.

  4) Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu dan, dengan uhung tiga jari pertama masing-masing tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui maneuver ketiga.

  h. Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri

Tabel 2.1 Pembesaran uterus pada tinggi fundus uteri

  Tinggi fundus uteri Umur kehamilan 1/3 diatas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12 minggu ½ simfisis-pusat 16 minggu 2/3 diatas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu Setinggi pusat 24 minggu 1/3 diatas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu ½ pusat-procesus xipoideus 32 minggu Setinggi procesus xipoideus 36 minggu Sumber : Spiegelberg dalam Rustam (2012; h.41).

Table 2.2 Perbedaan antara primipara dan multipara

  Pembeda Primigravida Multigravida Perut Tegang Longgar, terdapat striae Pusat Menonjol Dapat datar Rahim Tegang Agak lunak Payudara Tegang, tegak Terdapat striae Labia mayora Bersatu Agak terbuka Hymen Robek dibeberapa Kurunkula tempat himenalis Vagina Sempitdengan Lebar,rugae rugae utuh kurang Serviks Licin, lunak, Sedikit terbuka, tertutup teraba bekas robekan persalinan

  Pembukaan Mendatar dulu lalu Membuka serviks diikuti pembukaan bersamaan dengan mendatar Perineum Masih utuh Bekas luka episiotomy

  i. Antenatal Care Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,2010;h.278). Menurut Mochtar (2012) tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil yaitu : 1) Tujuan umum adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat. 2) Tujuan khusus adalah :

  a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

  b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

  c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak, dan

  d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi. Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadual kunjungan harus lebih ketat.Namun, bila kehamilan normal, jadual asuhan cukup 4 kali. Dalam bahas program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.

  Pemeriksan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali saat kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28- 36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,2010;279).

Tabel 2.3 Jadwal kunjungan

  antenatal care Kunjungan ke- Umur kehamilan Tujuan

  I 16 minggu

  1. Penapisan dan pengobatan anemia

  2. Perencanaan persalinan

  3. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan penangobatannya

  II dan III 24-28 minggu dan 32

  1. Pengenalan komplikasi akibat minggu kehamilan dan penangobatannya

  2. Penapisan preeklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan

  3. Mengulang perencanaan persalinan

  IV 36 minggu sampai 1. kegiatan yang dilakukan sama lahir dengan kunjungan II dan III 2. mengenali adanya kelainan letak dan presentasi 3. memantapkan rencana persalinan 4. mengenali tanda-tanda persalinan

  Sumber :Prawirohardjo(2009).

  Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 dijelaskan bahwa pelayanan antenatal yang dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu: 1) Penimbanganberat badan dan pengukuran tinggi badan 2) Pengukuran Tekanan darah 3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) 5) Penentuan status imunisasi tetanus dan toksoid sesuai status imunisasi

  6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana) 9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah

  (Hb), pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilaksanakan sebelumnya) 10) Tatalaksana kasus.

Tabel 2.4 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

  Antigen Interval Lama Perlindungan % perlindungan TT1 Pada kunjungan antenatal pertama

  • TT2 4 minggu setelaah TT1 3 tahun

  80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

  95 TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

  99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup

  99 Sumber: Prawirohardjo, 2009.

  j. Menurut DepKes RI (2013) komplikasi dalam Kehamilan sebagai berikut; 1) Hiperemesis Gravidarum (HEG) 2) Abortus 3) Mola hidatidosa 4) Kehamilan ektopik terganggu (KET) 5) Plasenta previa 6) Solusio plasenta 7) Hipertensi dalam kehamilan

B. PERSALINAN

  a. Definisi persalinan Menurut varney persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010; h.164).

  Persalinan adalah prosses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain yang dimulai dengan kontraksi dan diakhiri dengan pengeluaran plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.

  b. Menurut Manuaba Manuaba (2010) macam

  • – macam persalinan a) Persalinan spontan.

  Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri b) Persalinan buatan.

  Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

  c) Persalinan anjuran (partus presipitatus)

  c. Etiologi persalinan Menurut Mochtar (2011; h.69-70) Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu: a) Teori penurunan hormon

  1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron.Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

  b) Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

  c) Teori distensi rahim Rahim menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.

  d) Teori iritasi mekanik Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale(pleksus frankenhauser).

  Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

  e) Induksi partus Partus dapat pula ditimbulkan dengan: (1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser (2) Amniotomi: pemecahan ketuban (3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus

  d. Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi persalinan Menurut Mochtar(2011; h.70) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah:

  1) Kekuatan mendorong janin keluar (power)

  a) His (kontraksi uterus )

  b) Kontraksi otot-otot dinding perut

  c) Kontraksi diafragma

  2) Faktor jalan lahir (Passage) Faktor jalan lahir di bagi atas:

  a) Bagian keras tulang

  • – tulang panggul (rangka panggul)

  3) Faktor janin (Passenger) Faktor janin di bagi atas:

  a) Kepala janin Bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala janin.Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalannya persalinan.

  b) Postur janin dalam rahim Postur janin sangat mempengaruhi dalam proses persalinan diantaranya: (1) Sikap yaitu menunjukan hubungan bagian

  • – bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya berada dalam sikap fleksi, yaitu kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.

  (2) Letak janin adalah bagimana posisi sumbu janin terhadap sumbu ibu. Sebagai contoh, pada letak lintang, sumbu janin tegak lurus terhadap sumbu ibu; dan pada letak membujur, sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu. Pada letak membujur, terdapat dua kemungkinan, yaitu bagian terbawah janin adalah kepala, atau mungkin juga letak sungsang.

  (3) Presentsi digunakan untuk menentukan bagian janin yang terdapat di bagian bawah rahim.

  (4) Posisi merupakan indikator untuk menyatakan arah bagian terbawah janin: apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadapsumbu ibu (maternal-pelvis). Misalnya Letak Belakang Kepala (LBK), Ubun

  • – ubun Kecil (UUK) kiri depan, uuk kanan belakng.

  e. Menurut Mochtar (2012; h.70) tanda

  • – tanda persalinan yaitu: 1) Tanda –tanda permulaan persalinan yaitu:

  a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.

  b) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

  c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih ( polakisuria) karna kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

  d) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah uterus, kadang- kadang disebut “false labor pains”.

  e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (

  bloody show).

  2) tanda

  • – tanda inpartu yaitu;

  a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

  b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan- robekan kecil pada serviks c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan f. Mekanisme persalinan

  Terdapat tiga faktor penting dalam persalinan yaitu kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengejan, keadaan jalan lahir, dan janinnya sendiri. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklintismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala mengadakan rotasi yang disebut putaran paksi dalam.dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.Pada setiap his vulva lebih membuka dan kepala janin semakin terlihat.perinium menjadi semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu terlahir.Setelah kepala lahir maka kepala melakukan rotasi yang disebut putaran paksi luar untuk menyesuaikankedudukan kepala dan punggung bayi (Prawirohardjo, 2010; h.310). g. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal Menurut Prawirohardjo (2010; h.341), ada 60 langkah persalinan normal, yaitu:

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

  1. Mengamati tanda dan gejala kala dua a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.

  c. Perineum menonjol.

  d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan pertolongan persalinan

  2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.

  3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.

  4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih ang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

  Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah #9).

  8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

  10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memasyikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)

  a. Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal

  b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran

  11. Memberi tahu ibu pembukaan sedah lengkap dan keadaan janin baik.

  Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan-temuan.

  b. Menjelaskan kepada naggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

  13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).

  d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

  e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f. Menganjurkan asupan cairan per oral.

  g. Menilai DJJ setiap 5 menit. h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran. i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j. Jika bai belum lahir atau kelahiran bai belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi

  14. Jika kepala bayi telak membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  16. Membuka partus set 17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Meolong Kleahiran Bayi

Lahirnya kepala

  18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan sat tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

  19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

  20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar.

Lahir bahu

  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangn di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dank e arah luar yntuk melahirkan bahu posterior.

  23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

  25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

  26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m.

  27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

  Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

  28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong btali pusat di antara dua klem tersebut.

  29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  Oksitosin

  31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

  33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan tali pusat terkendali 34. Memindahkan klem pada tali pusat

  35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a. Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta

  37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva. b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit : 1) Mengulangi pemberian oksitosen 10 unit I.M. 2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu 3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya 5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kalehiran bayi.

  38. Jika plaseta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan sela[ut ketuban tersebut.

  a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

Pemijatan uterus

  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

  Menilai perdarahan

  40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan prosedur pascapersalinan

  42. Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43. Menceluokan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

  44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

  47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

  48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam. a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.

  c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

  e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

  50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masae uterus dan memeriksa kontaksi uterus.

  51. Mengevaluasi kehilangan darah.

  52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

  b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

  53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

  54. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

  Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

  56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,55 selama 10 menit.

  59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  Dokumentasi 60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

  h. Tahapan persalinan Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu: 1) Kala I

  Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (

  bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement).

  Kala pembukaan di bagi atas 2 fase.

  a) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

  b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 subfase.

  (1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode dilatasi maksimal ( steady) : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi lengkap 10 cm (lengkap).

  (4) Kala II (kala pengeluaran janin) Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena tekanan pada rektum, membuat ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka, vulva membuka dan perinium meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam( Mochtar, 2011; h.71)

  (5) Kala III ( Kala pengeluaran Uri) Kala III berlangsung mulai dari bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap. Biasanya, plasenta akan lahir dalam 15-30 menit ( Mochtar, 2011; h.79)

  (6) Kala IV Kala IV yaitu kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum( Mochtar, 2011; h.73). i. Komplikasi dalam persalinan

  Perdarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di Negara berkembang. Faktor yang menyebabkan pendarahan post partum adalah grandemultipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan persalinan dengan paksa, dan persalinan dengan narkosa. (Manuaba,2012;h 395) Kegawatdaruratan persalinan : 1) Retensio plasenta

  Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit) setelah persalinan bayi (Manuaba, 2012; h.399).

  2) Persalinan lama Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan 18 jam pada multigravida (Manuaba, 2012; h.389).

  3) Atonia uteri Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mau menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2010; h. 524). 4) Inversio uteri

  Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, yang dpaat terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,2012;h 406).

C. BAYI BARU LAHIR

  a. Pengertian bayi baru lahir Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan bayi segera setelah lahir yang berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauteri (Bobak,2004;h.362). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh, 2013 h: 150).

  Bayi Baru Lahir adalah bayi segera setelah lahir yang berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauteri pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.

  b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menajaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan dapat optimal mengeluarkan hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Sarwono, 2010; h.369).

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB), PADA NY M UMUR 16 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS II SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 17

BAB II TINJAURAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS 1. KEHAMILAN A. Pengertian Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR(BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.A USIA 21 TAHUN DI PUSKESMAS II KEMBARAN

0 0 98

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S UMUR 24 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS II SUMPIUH - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA(SUNTIK 3 BULAN) PADA NY.J UMUR 20 TH G1P0A0 DI BPM NY. HERNI CAHYATI DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpusta

0 0 68

BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR DAN NIFAS PADA NY. M UMUR 21 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 39 MINGGU 5 HARI DI PUSKESMAS 2 SOKARAJA BANYUMAS - repository perpustakaan

0 2 83

BAB II TINJAUAN TEORI A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN,PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S G2P1A0 UMUR 34 TAHUN DI WILAYAH PUSKESMAS I SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS - repositor

0 1 76

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.N UMUR 21 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS 2 SOKARAJA - repository pe

0 0 128

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF IBU HAMIL BERSALIN DENGAN ANEMIA RINGAN NIFAS BAYI BARU LAHIR DAN KELUARGA BERENCANA (DEPO PROGESTIN)PADA NY. G UMUR 24 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS II SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 19

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.N UMUR 21 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS II SUMPIUH - repository perpustakaan

0 0 13

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF IBU HAMIL, BERSALIN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. M UMUR 25 TAHUN G1P0A0 DI PUSKESMAS BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14