BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Pengertian - Rizal Purnomo BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Pengertian Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram
atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut low birth weight
infants (Yushananta, 2001).
Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibedakan atas berat lahir sangat rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan berat lahir amat sangat rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001). Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: a.
Prematuritas murni Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Mengingat belum sempurnanya kerja
7 alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat didalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 c dan untuk bayi dengan berat badan 2 - 2,5 kg adalah 33 - 34 c. Bila inkubator tidak ada, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempurna. Lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 - 5 gr/Kg BB dan kalori 110 Kal/Kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan diminumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50 - 60 cc/Kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/Kg BB/hari.
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempuma. Oleh karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
b.
Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term , dan post term.
2. Karakteristik BBLR
Menurut Manuaba (1998), karakteristik BBLR adalah sebagai berikut: a.
Berat kurang dari 2.500 gram b.
Panjang badan kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kurang dari 30 cm. d.
Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f.
Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak g.
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik-lemah.
h.
Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40 - 50 kali per menit. i.
Kepala tidak mampu tegak j. Frekuensi nadi 100 - 140 kali per menit.
3. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1. Faktor lbu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
diabetes mellitus, toksemia gravidarum , dan nefritis akut.
2) Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.
Kejadian terendah adalah pada usia antara 26 - 35 tahun. 3)
Keadaan sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas . Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan
antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.
Temyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
4) Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor janin Faktor janin yang berpengaruh terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) seperti kelainan konginital, kelainan kromosom dan infeksi. Faktor janin merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR), seperti hidramnion , kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkab BBLR.
3. Faktor lingkungan Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat di dataran tinggi seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehingga suplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di dataran tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorium. Kondsisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh karena gangguan oksigenasi atau kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat menyebabkan lahirnya bayi BBLR. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi maturasi gen sehingga dapat menimbulkan kelainan congenital pada janin.
4. Komplikasi pada bayi BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antara adalah: a.
Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma b.
Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna c. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak
lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang
dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik .
5. Masalah-masalah pada bayi BBLR
Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut: a.
Suhu tubuh 1)
Pusat pengatur panas badan belum sempurna 2)
Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
3) Otot bayi masih lemah
4) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
5) Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar 30 c sampai 37 c.
b.
Pernafasan 1)
Pusat pengatur pernafasan belum sempuma 2)
Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
3) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
4) Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan.
c.
Alat pencernaan makanan 1)
Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik 2)
Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang.
3) Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia. d.
Hepar yang belum matang (immatur) Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.
e.
Ginjal masih belum matang Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.
f.
Perdarahan dalam otak 1)
Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah 2)
Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam otak.
3) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian.
4) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan nekrosis.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak Usia 6-24 Bulan 1. Pengertian
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram) satuan panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 - 1 tahun dan masa pubertas.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.
2. Teori pertumbuhan dan perkembangan
Supartini (2004) menyatakan bahwa terdapat berbagai pandangan teori pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan psikoseksual, psikososial, kognitif dan perkembangan moral, sebagai berikut : a.
Perkembangan psikoseksual (Freud) Freud mengemukakan bahwa perkembangan psikoseksual anak terdiri atas fase oral, fase anal, fase falik dan fase genital..
1) Fase oral (0 - 11 bulan)
Selama masa bayi, sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas oral, seperti menghisap, menggigit, mengunyah, dan mengucap. Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan oral mempengaruhi fase perkembangan berikutnya. Penanaman identitas gender pada bayi dimulai dengan adanya perlakuan ibu atau ayah yang berbeda, misalnya bayi perempuan cenderung diajak berbicara lebih banyak daripada laki-laki, sementara ayah lebih banyak melakukan aktivitas motorik pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan, misalnya dengan mengangkat dan menjunjung bayi keatas. 2)
Fase anal (1 - 3 tahun) Selama fase kedua, yaitu menginjak tahun pertama sampai tahun ketiga, kehidupan anak berusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan otot sfingter. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan feses-nya sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, toilet
training adalah waktu yang tepat dilakukan pada periode ini.
3) Fase falik (3 - 6 tahun)
Selama fase falik, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui perbedaan alat kelamin. Seringkali anak sangat penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan perbedaan ini. Orang tua harus bijak dalam memberikan penejelasan tentang hal ini sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya agar anak mendapatkan pemahaman yang benar. Selain itu, untuk memahami identitas gender, anak sering meniru ibu atau bapaknya, misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibunya. Secara psikologis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrisnya. 4)
Fase laten (6-12 tahun) Selama periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologi yang merupakan media untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktifitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin perempuan, dan anak laki-laki dengan anak laki-laki. Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi. Dalam hal ini, orang tua harus bijaksana dalam merespon, yaitu menjawabnya dengan jujur dan hangat. Luas jawaban disesuaikan dengan maturitas anak. Sering kali karena begitu penasaran dengan seks, anak mungkin akan dapat bertindak coba-coba dengan teman sepermainan. Oleh karena itu, apabila anak tidak pernah bertanya tentang seks, sebaiknya orang tua waspada. Peran ibu dan ayah sangat penting dalam melakukan pendekatan dengan anak, pelajari apa yang sebenarnya sedang dipikirkan anak berkaitan dengan seks. 5)
Fase genital (12-18 tahun) Tahapan akhir perkembangan menurut Freud adalah tahapan genital ketika anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya proses kematangan organ reproduksi.
b.
Perkembangan psikososial (Erikson) Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak adalah dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial, yaitu percaya versus tidak percaya, otonomi versus rasa malu dan ragu, inisiatif versus rasa bersalah, industri versus
inferiority , dan identitas dan kerancuan pesan.
1) Percaya versus tidak percaya (0 - 1 tahun)
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar pada fase ini. Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungannya dengan orang lain dan orang yang pertama berhubungan adalah orang tuanya, terutama ibunya. Belaian cinta kasih ibu dalam memberikan perhatian dan memnuhi kebutuhan dasar anak yang konsisten terutama pemberikan makan disaat anak lapar dan haus adalah sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya ini. Bayi berlajar bahwa orang tuanya dapat member perhatian dan cinta kasih melalui perlakuannya shingga dapat menurunkan perasaan tidak nyaman. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan terutama dari suami untuk membina hubungan yang dekat dengan anak. Sebaliknya, anak akan mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain apabila pemenuhan kebutuhan dasar tidak terpenuhi. 2)
Otonomi versus rasa malu dan ragu (1 - 3 tahun) Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya. Anak ingin melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya sendiri dengan menggunakan kemampuan yang sudah mereka miliki, seperti berjalan, berjinjit, memanjat, dan memilih mainan atau bara yang diinginkannya. Pada fase ini, anak anak meniru perilaku orang lain disekitarnya dan hal ini merupakan proses belajar. Sebaliknya, perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya kerdil atau saat mereka dipaksa oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya untuk memilih atau berbuat sesuatu yang dikehendaki mereka.
3) Inisiatif versus rasa bersalah (3 - 6 tahun)
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap aa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.
4) Industri versus inferiority (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukannya bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di fase ini, terutama awal usia 6 tahun, dengan dukungan keluarga terdekat. Terjadinya perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak berpengaruh terhadap gambaran terhadap tubuhnya (body image).
Interaksi sosial lebih luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman atau lingkungannya, mencerminkan penerimaan dari kelompok akan membantu anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan sukses dicapai anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk beraktifitas yang mempunyai tujuan.
Kemampuan anak untuk berinteraksi sosial lebih luas dengan teman dilingkungannya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of industry) tersebut. 5)
Identitas dan kerancuan peran (12-18 tahun) Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya sebagai anak yang sedang berada pada fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Mereka menunjukkan perannya dengan bergaya sebagai remaja yang sangat dekat dengan kelompoknya, bergaul daengan mengadopsi nilai kelompok dan lingkungannya, untuk dapat mengambil keputusannya sendiri. Kejelasan identitas diperoleh apabila ada kepuasan yang diperoleh dari orang tua atau lingkungan tempat berada, yang membantunya melalui proses pencarian identitas diri sebagai anak remaja, sedangkan ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan kerancuan peran yang harus dijalankannya. c.
Perkembangan kognitif (Piaget) Perkembangan kognitif dibahas berdasarkan pada tahapan sensoris-motorik, praoperasional, concrete operational, dan
formal operation.
1) Tahap sensoris-motorik (0 - 2 tahun)
Menghisap (sucking) adalah ciri utama pada perilaku bayi dan berkembang sekalipun tidak sedang menyusu, bibirnya bergerak-gerak seperti sedang menyusu. Apabila lapar, bayi menangis, lalu ibu menyusukannya dan anak terdiam.
Kemudian, jika ibu menyusukan sambil bernyanyi atau bersenandung, anak kemudian terdiam. Dilain waktu jika bayi menangis dan ibu menyanyi dan bersenandung, bayi juga terdiam. Jadi, bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dengan dikondisikan oleh lingkungannya. Pada tahap ini, anak mengembangkan aktifitasnya dengan menunjukkan perilaku sederhana yang dilakukan berulang-ulang untuk meniru perilaku tertentu dari lingkungannya. Jadi perkembangan intelektual dipelajari melalu sensasi dan pergerakan.
Tiga kejadian penting dari tahapan sensoris-motorik adalah perpisahan anak dengan lingkungan seperti ibunya, ada persepsi tentang konsep benda yagn permanen atau konsisten serta penggunaan simbol untuk mepersepsikan situasi atau benda, misalnya dengan menggunakan mainan.
2) Pra-opersional (2 - 7 tahun)
Karakteristik utama perkembangan intelektual pada tahapan pra-operasional didasari oleh sifat egosentris.
Ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Pada anak usia 2 sampai 3 thaun, anak berada diantara sensoris-motor dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab- akibat, trial and error, dan menginterpretasikan benda atau kejadian. Anak prasekolah (3 - 6 tahun) mempunyai tugas untuk menyiapkan diri memasuki dunia sekolah.
Anak prasekolah berada pada fase peralihan antara
preconceptual dan intuitive thought. Pada fase preconceptual,
anak sering menggunakan satu istilah untuk beberapa orang punya ciri yang sama, misalnya menyebut nenek untuk setiap wanita tua, sudah bongkok, dan memakai tongkat. Sedangkan pada fase intuitive thought, anak sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukannya. Satu hal yang harus diingat bahwa anak prasekolah berasumsi bahwa orang lain berpikir seperti mereka sehingga perlu menggali pengertian mereka dengan pendekatan nonverbal.
3) Concrete operational (7 - 11 tahun)
Pada usia ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak mampu mengklasifikas benda dan perintah dan menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.
Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah yang lalu serta menyadari kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam, selanjutnya akan semakin berkembang diakhir usia sekolah atau awal masa remaja.
4) Formal operation (11 - 15 tahun)
Tahapan formal information ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradapatasi dengan lingkungan dan kemampuan fleksibel terhadap lingkungannya. Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau symbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoretis, dan filosofis. Pola berpikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.
3. Tahap pertumbuhan dan perkembangan
Hidayat (2011) mengemukakan bahwa pola perkembangan dapat digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi perkembangan anak pada tahap selanjutnya.
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya (2003) mengemukakan tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa prenatal dan masa postnatal. Masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya.
Masa prenatal adalah masa kehidupan janin didalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran.
Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari dilanjutkan masa bayi itu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 3 - 6 tahun sampai masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 - 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibandingkan anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berkahir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.
4. Ciri pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki berbagai ciri khas yang membedakan komponen satu dengan yang lain. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Pada pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.
b.
Pada pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c.
Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu.
d.
Pada pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah
aksila, pubis , atau dada. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.
Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
b.
Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah kaudal atau dari proksimal ke bagian distal.
c.
Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
d.
Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
e.
Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, dimana tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Narendra, 2002 dalam Hidayat 2011).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan dan faktor hormonal. a.
Faktor herediter Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas.
Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang asia cenderung lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang eropa atau lainnya.
b.
Faktor lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan meliputi lingkungan
prenatal , yaitu lingkungan dalam kandungan mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkugan mekanis/ segala hal yang memengaruhi janin atau posisi janin dalam uterus, dan lingkungan postnatal, yaitu lingkungan setelah bayi lahir, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.
c.
Faktor hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak, antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid.
Hormon somatotropin (growth hormone) berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon
tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memprodukasi testosteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormon
tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2011).
6. Deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Masing- masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan (Narendra, 2003). a.
Pengukuran berat badan (BB) Pengukuran berat badan dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
b.
Pengukuran Tinggi badan (TB) Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan berbaring, sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
c.
Pengukuran lingkar kepala anak (PLKA) PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar Guna menilai perkembangan anak banyak instrumen yang dapat digunakan. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak adalah Denver II
(Denver Development Screening Test). Denver II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 sampai < 6 tahun. Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama.
Pemeriksaan yang dihasilkan Denver II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. Denver II digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan intelektual anak dimasa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur.
Formulir tes Denver II berisi 125 item yang terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal koordinasi mata- tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan masalah.
Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk memperoleh taksiran kasar seorang anak menggunakan kemampuannya.
7. Perkembangan Anak Usia 6 - 24 bulan
Berdasarkan alat ukur Denver II, a.
Usia 6 - 12 bulan 1)
Aspek personal sosial : Berusaha mencapai mainan Makan sendiri Tepuk tangan Menyatakan keingingan Daag-daag dengan tangan Main bola dengan pemeriksa Menirukan kegiatan Minum dengan cangkir
2) Adaptif-motorik halus : Mencari benang
Mengaruk manik-manik Memindahkan kubus Mengambil 2 kubus
Memegang dengan ibu jari dan jari Membenturkan 2 kubus Menaruh kubus dicangkir Mencorat-coret
3) : Menoleh kearah suara Aspek bahasa
: Satu silabel Meniru bunyi kata-kata Papa atau mama tidak spesifik Kombinasi silabel Mengoceh Papa atau mama spesifik 1 kata 2 kata 3 kata
4) : Bangkit kepala tegak Aspek motorik kasar
Duduk tanpa pegangan Berdiri dengan pegangan Bangkit untuk berdiri Bangkit terus duduk Berdiri 2 detik Berdiri sendiri Membungkuk kemudian berdiri Berjalan dengan baik b.
Usia 12 - 24 Bulan 1)
Aspek personal sosial : Menyatakan keingingan Daag-daag dengan tangan Main bola dengan pemeriksa Menirukan kegiatan Minum dengan cangkir Membantu di rumah Menggunakan sendok garpu Membuka pakaian Menyuapi boneka Memakai baju Gosok gigi dengan bantuan Cuci dan mengeringkan tangan
2) Adaptif-motorik halus : Menaruh kubus dicangkir
Mencorat-coret Ambil manik-manik ditunjukkan Menara dari 2 kubus Menara dari 4 kubus Menara dari 6 kubus Menara dari 8 kubus
3) : Mengoceh Aspek bahasa
Papa atau mama spesifik 1 kata
2 kata 3 kata 6 kata Menunjuk 2 gambar Kombinasi kata Menyebut 1 gambar Bagian badan 6 Menunjuk 4 gambar Bicara sebagian dimengerti Menyebut 4 gambar Mengetahui 2 kegiatan
4) : Berdiri 2 detik Aspek motorik kasar
Berdiri sendiri Membungkuk kemudian berdiri Berjalan dengan baik Berjalan mundur Lari Berjalan naik tangga Menendang bola kedepan Melompat Melempar bola tangan keatas
C. Kebutuhan Nutrien Pada Anak Usia 6-24 Bulan
Supartini (2004) mengatakan bahwa nutrien adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrient yang berbeda dan anak mempunyai krakteristik yang khas dalam mengonsumsi makanan atau zat gizi tersebut.
Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat pada anak, tentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien lalu tentukan jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesui dengan menu yang diinginkan, jadwal pemberian makanan dan perhatian porsi yang dihabiskannya. Perlu diingat bahwa faktor suka atau tidak suka pada makanan tertentu biasa terjadi pada anak usia tertentu, yaitu toddler dan prasekolah.
Jenis nutrien yang diperlukan tubuh adalah air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Berikut adalah penjelasan dari setiap nutrient tersebut.
1. Air Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien lainnya.
2. Protein Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino essensial. Dua jenis protein, yaitu protein hewani, yang didapat dari daging hewan dan protein nabati didapat dari tumbuh-tumbuhan. Nilai gizi protein hewani lebih besar daripada protein nabati dan lebih mudah diserap tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan protein nabati sangat dianjurkan.
3. Lemak Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali lemak essensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat.
Pada anak usia bayi sampai kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan koleseterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorbs vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E dan K.
4. Karbohidrat Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi anak. Bayi yang baru mendapat asuan makanan dari air susu ibu atau ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan tambahan pendamping ASI, karbohidrat dapat diperoleh dari makanan yang banyak mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim atau nasi. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energy, tubuh akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh.
5. Vitamin dan mineral Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh. Vitamin terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
D. Kerangka Teori Penelitian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang baru dilahirkan dari ibu hamil dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir rendah dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah dikarenakan usia kandungan kurang dari 37 minggu (premature) dan bayi berat lahir rendah dikarenakan bayi cukup bulan tetapi berat badannya kurang untuk seusianya (intrauterine growth
retardation / IUGR).
BBLR terjadi dikarenakan faktor yang mempengaruhinya, antara lain ibu bayi mempunyai penyakit pengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, umur, keadaan sosial ekonomi ataupun dikarenakan sebab lain. BBLR tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ibu bayi itu sendiri tetapi terdapat faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor janin itu sendiri dan lingkungan tempat tinggal.
Proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan dan faktor hormonal.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Rendah 1.
Faktor lbu a.
Penyakit b.
Umur ibu c. Keadaan sosial ekonomi d.
Sebab lain 2. Faktor janin a.
Hidramion b. kehamilan ganda c. kelainan kromosom.
3. Faktor lingkungan Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
Berat Bayi Lahir Rendah/ BBLR Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia 6-24 bulan Tidak Mengalami Mengalami Keterlambatan Keterlambatan
Gambar 2.1 Kerangka Teori PenelitianModifikasi dari Depkes RI (1993), Narendra (2003), dan Supartini (2004)
E. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen Anak Usia 6-24 Bulan
Pertumbuhan dan Perkembangan Dengan Riwayat BBLR
Anak Usia 6-24 bulan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian F.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang akan dilakukan dan akan dibuktikan kebenarannya tersebut disaat penelitian (Nototmodjo, 2010).
Ada hubungan antara riwayat BBLR dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6 - 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok.