BAB I PENDAHULAUAN A. Latar Belakang Masalah - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. K DENGAN FOKUS UTAMA An. S DENGAN ISPA DI DESA LEMBERANG RT 02 RW 01 KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULAUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah aset terpenting dalam kehidupan. Masalah kesehatan merupakan masalah yang utama dan yang paling pokok dalam kehidupan. Tanpa kesehatan semuanya tidak bisa berjalan dengan baik. Kesehatan

  merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena tanpa kesehatan pembangunan nasional tidak akan berjalan dengan lancar. Di Indonesia di perkirakan 20 juta orang Indonesia mempunyai gangguan paru – paru atau sistem pernapasan lainya. Sementara dari data biro pusat statistik kesehatan berdasarkan laporan kerja sama Ditjen pemberantasan penyakit menular dan penyebab lingkungan P2MPL,di Indonesia Penyakit Infeksi pernapasan merupakan penyebab kematian no 3 setelah kardiovaskule dan tuberkulosis. Faktor ekonomi yang rendah juga mempertinggi angka kematian.(Misnadiarly, 2008)

  Salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yaitu meliputi infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi akut saluran pernafasan bagian bawah. ISPA merupakan suatu infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari.

  Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta orga disekitarnya( Benih, 2000).

  Asuhan Keperawatan Keluarga..., FADLI KUCORO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

  2. Struktur Keluarga

  Struktur keluarga menurut Jhonson L & Leny R (2010), adalah a.

   Patrilineal

  Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

  b.

   Matrilineal

  Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

  c.

   Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

  d.

   Patrilokal

  Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami e.

   Keluarga kawinan

  Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan.

  3. Tipe keluarga

  Friedman ( 2010), Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2 yaitu : a.

  Keluarga Inti ( nuclear family ) adalah keluarga yang hanya terdiri dari Ayah, Ibu,dan anak yang diperoleh dari keturunannyaatau adopsi atau keduanya.

  b.

  Keluarga besar ( ektended family ) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek – nenek, paman – bibi)

  Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tpie keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi : 1). Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.

  Keadaan ini di Indonesia juga menjadi trenkarena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga orang yang cerai atau ditinggal mati pasangannya cenderung hidup sendiri ubtuk membesarkan ank – anaknya.

  2). Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak – anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. 3). Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried tenage mother) 4). Orang dewasa laki – laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di

  Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak maudirepotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telah menikah. 5). Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital

  heterosexsual cohabiting family ). Biasanya dijumpai pada daerah

  kumuh perkotaan (besar), tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten / kota) meskipun usia pasangantersebut telah tua demi status anak –anaknya. 6). Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama

  (gay and lesbian family) 4.

   Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

  Freidman ( 2010 ), Pemegang kekuasaan dalam keluarga antara lain: a.

  Patrikal Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.

  b.

  Matrikal Yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ibu.

  c.

  Equalitarian Yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu, tak ada dominasi.

5. Peranan dalam Keluarga

  Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

  Peranan dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.

  Berbagai peranan dalam keluarga menurut Jhonson R – Leny R (2010) adalah sebagai berikut: a.

  Peranan ayah Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

  b.

  Peranan ibu Ny. Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai pernan penting untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping peranan sosialnya serta sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

  c.

  Peranan anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga

  Jhonson L & Leny R (2010), Ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan keluarga yaitu sebagai berikut: a.

  Fungsi afektif Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatunya untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

  b.

  Fungsi sosialisasi dan temat bersosialisasi Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

  c.

  Fungsi reproduksi Fungsi untuk mempertahankan generasi dan manjaga kelangsungan keluarga.

  d.

  Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

  e.

  Fungsi perawata Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi dan kebutuhan fisik, pangan, papan dan pemenuhan kesehatan.

  7. Tahap Perkembangan Keluarga

  e.

  d.

  Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

  Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b.

  Pada dasarnya tugas pokok keluarga menurut Jhonson L & Leny R (2010) ada 8 yaitu: a.

  8. Tugas – tugas Keluarga

  Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

  Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat.

  Jhonson L & Leny R (2010) tahapan perkembangan keluarga dengan anak dewasa (pelepasan): Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meniggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergntung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua : a.

  d.

  Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

  c.

  Mempertahankan keintiman pasangan.

  b.

  Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

  Sosialisasi antara anggota keluarga. e.

  Pengaturan jumlah anggota keluarga.

  f.

  Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

  g.

  Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

  h.

  Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan ISPA

  Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan

1. Pengkajian

  Fokus utama pada pengkajian pernafasan adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan yaitu : a. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

  b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

  c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

  d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

  e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing.

  Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

  Sudiharto (2007), Pengkajian yang dilakukan terhadap keluarga meliputi: indentifikasi data, demografi, dan sosialkultural. Lingkungan rumah, struktur keluarga, fungsi keluarga, perkembangan keluarga, strategi yang digunakan keluarga bila stres, mekanisme koping, budaya hidup sehat yang diaktualisasikan sehari-hari oleh keluarga, lingkungan fisik-sombilik- sosial keluarga dan bahasa yang digunakan.

  Cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data ( Sudiharto, 2007) adalah: a.

  Wawancara Wawancara merupakan suatu pertemuan tatap muka dengan anggota keluarga. Teknik wawancara digunakan untuk data yang tidak dapat diobservasi. Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data antara lain ; data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan mekanisme koping keluarga dalam menyelesaikan masalah serta harapan kelurga terhadap petugas kesehatan.

  b.

  Obeservasi Obsevasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap lingkungan rumah yang meliputi karakteristik rumah, fasilitas-fasilitas di dalamnya dan sitem pendukung keluarga serta pemeriksaan fisik. c.

  Studi Dokumentasi Didapatkan melalui informasi tertulis maupun lesan yang diperoleh dari instansi lain seperti Puskesmas, desa dan lain sebagainya.

  Fokus pengkajian pada penderita ISPA menurut (Doenges, 2000) antara lain : a.

  Wawancara 1)

  Kelemahan umum, nafas pendek, kesulitan tidur malam hari, menggigil/keluar keringat malam, mimpi buruk dan demam.

  2) Adanya faktor stress dan perasaan tidak berdaya. 3) Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. 4) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang-ulang. 5)

  Batuk produktif/non produktif, nafas pendek dan riwayat Tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksi.

  6) Perasaan terisolasi/penolakan karena pemyakit menular dan perubahan peran.

  7) Riwayat keluarga ISPA, status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya ISPA dan tidak berpartisipasi dalam terapi.

  b.

  Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan : Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien Inspeksi :

  1). Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

  2). Tonsil tanpak kemerahan dan edema 3). Tampak batuk tidak produktif 4). Tidak ada jaringna parut pada leher 5). Tidak tampak penggunaan otot - otot pernapasan tambahan, pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

  Palpasi : a.

  Adanya demam b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis c.

  Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid Perkusi :

  • Auskultasi :

  Suara paru normal (resonance)

  • paru

  Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi

  Pengkajian lainnya : 1) Takhikardi,Takipnea/dispnea, kelemahan otot dan nyeri. 2) Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kulit kering/bersisik. 3) Nyeri dada, demam. 4)

  Bunyi nafas tidak normal(ronchi, mengi) dan pengembangan pernafasan tidak simetris.

  Untuk mengetahui keluarga melakukan pemenuhan lima fungsi perawatan kesehatan keluarga perlu dikaji lima fungsi perawatan kesehatan keluarga ( Sudiharto, 2007 ) ,yaitu: a.

  Mengenal masalah kesehatan : Sejauhmana kemampuan keluarga mengenal masalah ISPA, apakah keluarga merasa takut akan akibat yang akan dihadapi, sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penularan, pencegahan).

  b.

  Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh anggota keluarga, sejauhmana keluarga mengenal situasi dan masalah, apakah keluarga menyerah terhadap masalah yang dihadapi.

  c.

  Merawat anggota keluarga yang sakit : Sejauhmana anggota keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, sejauhmana anggota keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga, bagaimana anggota keluarga mengetahui sifat dan perkembangan peralatan yang dibutuhkan, bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

  d.

  Memodifikasi lingkungan yang sehat : Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, sejauhmana keluarga melihat keuntungan pemeliharaan kesehatan, sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya kebersihan lingkungan, sejauh mana sikap atau pandangan keluarga terhadap kebersihan lingkungan.

  e.

  Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada : Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan dan keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauhmana keluarga memahami keuntungan keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauhmana kepercayaan keluarga terhadap pelayanan kesehatan, apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau keluarga.

2. Diagnosa keperawatan a.

  Analisa Data Menurut (Doenges, 2000), analisa data atau pengelompokan data pengkajian asuhan keperawatan keluarga tidak berbeda jauh dengan analisa dan sintesa pada asuhan klinik, yaitu dengan mengelompokan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok diagnosa keperawatan. Perumusan analis data dan diagnosa data diarahkan kepada sasran individu dan atau keluarga, dengan komponen meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi), dan tanda (sign).

  Menurut Long (2000), analisa data dibuat dengan memprioritaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas masalah adalah : Sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah dapat dicegah, menonjolnya masalah.

  b.

  Perumusan Diagnosa Keperawatan

  Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga harus ada data, problem atau masalah, dan etiologi. Data tersebut diperoleh melalui pengkajian baik secara subjektif maupun objektif. Sedangkan problem atau masalah di dapatkan dari pengkajian berdasarkan tipologi diagnosis keperawatan, yaitu:

  1) Aktual (terjadi defisit gangguan kesehatan)

  Dari pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan.

  2) Resiko (ancaman kesehatan)

  Sudah ada data yang penunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih.

3) Potensial (keadaan sejahtera/wellness).

  Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

  Etiologi diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dan dari lima tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus diagnosa potensial boleh tidak menggunakan etiologi. Dalam satu keluarga dapat menentukan lebih dari satu diagnosa keperawatan kelurga.

  Untuk menentukan prioritas masalah, dihitung menggunakan cara skorin

Tabel 2.1 Skala untuk menentukan prioritas Diagnosa Asuhan

  Keperawatan Keluarga No Kriteria Skore Bobot

  1. Sifat masalah: Skala : a. Tidak atau kurang sehat 3

  b. Ancaman Kesehatan 2 1 c.

  Keadaan sejahtera 1

  2. Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : a. Mudah 2

  b. Sebagian 1 2

  c. Tidak dapat 0

  3. Potensial masalah dapat dicegah Skala : a. Tinggi 3

  b. Sedang 2 1

  c. Rendah 1

  4. Menonjolnya masalah Skala: a. Masalah berat harus 2 segera ditangani b.

  Ada masalah tetapi 1 1 tidak perlu ditangani c. Masalah tak dirasakan 0

  Skoring a.

  Tentukan skor tiap criteria b. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan bobot.

  c.

  Jumlah skor untuk semua criteria

  Skore Angka tertinggi X bobot

  Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala : 1)

  Untuk kriteria pertama, prioritas utama deberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2)

  Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

  a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

  b) Sumber daya kelurga : fisik, keuangan dan tenaga.

  c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan dan waktu.

  d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan. 3)

  Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

  a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

  b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah.

  d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.

  4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana kelurga menilai masalah keperawatan tersebut.

C. Konsep dasar ISPA 1. Pengertian

  Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas. ISPA yang sebenarnya merupakan sinkatan dari Saluran Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.

  Nelson (2000), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan dan berurutan. Menurut Wong (1999), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal, (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian pernafasan. Pendapat lain dari Kristian (2005), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi disaluran pernafasan atas atau bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa bakteri atau virus ke dalam organ saluran pernafasan.

  Dari pengertian – pengertian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bagian atas dan bawah yang di sebabkan oleh masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal

  

(atipikal plasma) atau aspirasi subtansi asing yang menyerang organ

pernapasan.

2. Etiologi

  Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus,

  Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan

Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus .

  Kebanyakan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di sebabkan oleh virus dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme dan difteria merupakan organ bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer : bahkan pada kasus tonsilo faringitis akut sebagian besar penyakit berasal dari non bakteri.

  Virus Sinsisial Pernapasan (VSP) merupakan suatu penyebab utama Bronkhiolitis, kira – kira meliputi sepertiga dari semua kasus. Virus ini merupakan penyebab yang lazim penyakit pneumonia, croup dan Bronkhiolitis juga penyakit demam saluran pernapasan atas yang tidak terdiferesiasi.

  Virus para influensa menyebabkan sebagian besar kasus sindrom

  

Croup tetapi dapat menimbulkan Bronkhitis, Bronkhiolitis dan penyakit

  demam saluran pernapasan atas. Virus ini lebih menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dari pada penyakit saluran pernapasan bawah.

  Adenovirus menyebabkan kurang dari 10 % penyakit pernapasan

  sebagian besar darinya bersifat ringan atau tidak bergejala. Rhinovirus dan

  

koronavirus biasanya menimbulkan gejala yang terbatas pada saluran

  pernapasan atas, paling sering hidung dan merupakan bagian yang berarti dari syndrom “ common cold “. Koksakivirus A dan B terutama menimbulkan penyakit nasofaring. Mikoplasma dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan atas dan bawah termasuk Bronkhiolitis,

  Pneumonia, Bronkhitis, Faringotonsilitis, Miningitis dan Otitis Media.

  Pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab ISPA. Hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi ISPA. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika terutama jika semata untuk tujuan penelitian. Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri penyebab ISPA bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus

  

influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian

  etiologi di negara berkembang. Di negara maju ISPA pada balita disebabkan oleh virus (Nelson, 2000).

  Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) : a.

  Jenis kelamin laki-laki b. Umur dibawah 2 bulan c. Gizi kurang d. Berat badan lahir rendah e. Tidak mendapat ASI memadai f. Polusi udara g.

  Kepadatan tempat tinggal h. Imunisasi yang tidak memadai i. Membedong bayi j. Defisiensi vitamin A 3.

   Patofisiologi

  Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh.

  Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi

  

edema dan vasodilatasi pada submukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1 – 2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernapasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

  Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut sebagian besar penyakit berasal nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, beberapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernapasan tertentu dari pada yang lain, dan agen tertentu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya campak) dapat di hubungkan dengan banyak sekali variasi gejala saluran pernapasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan sistem organ lainya.Virus Sinisial Pernapasan ( VSP ) merupakan penyebab utama Bronkhiolitis. Virus Para influenza menyebabkan penyakit syindrom croup ( Price, 2006).

  Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtivitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit

  nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkiolitis, pneumonia, bronkitis, faringotonsilitis, meningitis dan otitis media.

  (Guyton. 1994, Wong 1999).

  Sebagian besar infeksi saluran nafas akut disebabkan oleh virus, walaupun bakteri juga dapat terlibat, baik sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus. Virus atau bakteri tersebut dapat masuk melalui perantara lingkungan seperti udara, debu, dan air ke dalam saluran nafas mulai dari hidung atau mulut sampai ke paru-paru. Infeksi tersebut mengaktifkan respon imun dan peradangan sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi. Reaksi peradangan menyebabkan peningkatan pembentukan mukus yang berperan menimbulkan gejala-gejala infeksi saluran nafas yaitu hidung tersumbat, sputum berlebihan dan pilek. Nyeri kepala, demam ringan dan malaise juga timbul akibat reaksi peradangan (Corwin, 2000).

4. Manifestasi Klinis

  Menurut Wong (2000), pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas tanda gejala klinis yang dapat muncul: a.

  Pilek (common cold; nasofaringitis; selesma) Pilek dapat menyebabkan demam, discharge hidung dapat menyebabkan sumbatan pada hidung dan kesulitan bernafas.

  Discharge hidung sering dimulai sebagai discharge yang jernih kemudian menjadi kental, berwarna kuning dan terlihat purulen.

  Kemudian bisa muncul batuk sebagai reflek fisiologis dari sumbatan discharge pada saluran nafas.

  b.

   Otitis media akut

  Gendang telinga berwarna kemerahan (diteliti dengan otoskop), penurunan mobilitas, juga terdapat demam. Bisa keluar discharge dari telinga selama kurang dari 2 minggu, atau terdapat nyeri telinga yang mendadak.

  c.

  Faringitis (faringotonsilitis, nyeri tenggorok) Pada anak di bawah 5 tahun terdapat pembesaran kelenjar limfe leher yang lunak, eksudat faring berwarna putih.Pada dewasa terdapat nyeri tenggorokan.

  Pada Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah terdapat tanda klinis: 1). Epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis bisa muncul stridor atau bunyi nafas kasar, dan croup (sputum purulen, tarikan dinding dada berlebihan saat bernafas dan stridor). 2). Bronkitis dan bronkiolitis

  Batuk produktif tanpa sianosis, penarikan dinding dada, mengi, atau pernafasan cepat.

  3). Pneumonia Pneumonia pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun dibagi menurut berat tidaknya penyakit.

  a). Pneumonia sangat berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum dan penarikan dinding dada. b). Pneumonia berat, tanda klinisnya batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada.

  c). Bukan penumonia, ditandai dengan batuk, tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada. Pernafasan kurang dari 50 x/menit pada anak usia 2 bulan hingga 12 bulan, dan kurang dari 40 x/menit pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun.

  Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum.

  Tanda dan Gejala Anak Terserang ISPA : a. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

  b.

  Kesulitan bernafas.

  c.

  Sakit tenggorokan d. Pilek, demam e. Sakit telinga, anak rewel.

  f.

  Kehilangan nafsu makan g.

  Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.

  h.

  Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. i.

  Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. j.

  Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.

5. Pemeriksaan Penunjang

  Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut (Betz dan Souwden (2000): a.

  Pemeriksaan Radiologi ( foto torak ) adalah untuk mengetahui penyebab dan mendiagnosa secara tepat b.

  Pemeriksaan RSV yaitu untuk mendiagnosis RSV (Respiratori

  Sinitial Virus ) c.

  Gas darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan kandungan Oksigen dalam darah.

  d.

  Jumlah sel darah putih normal atau meningkat.

  6. Penatalaksanaan Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin

  

hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti

analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada

  komplikasi purulenta pada sekret.

  Penatalaksannan Khusus ISPA menurut ( Long 2002 ) : a.

  Pemberian O2, jika terjadi distres pernapasan intervenous b.

  Berikan Nebuleizer untuk mengisi kelembaban udara dalam rongga hidung sampai batang tenggorok dan mencegah penyebaran organisme, khususnya Gram negatif seperti Pneumonia.

  c.

  Batuk efektif dengan teknik vibrasi, perkusi dan drainase postural.

  d.

  Suction, dengan menggunakan teknik aseptik dan steril.

7. Pathway Keperawatan Alergi, lingkungan, kanker, AIDS, makanan, Toksik, Droplet.

  Faktor predisposisi Gizi buruk, anemia, kelelahan, kedinginan

  Daya tahan tubuh menurun Masuknya virus / bakteri, zat

  Pembengkakan dan oedema Jaringan / saluran pernapasan

  Batuk obstruksi jalan nafas, penurunan daya Penumpukan secret tubuh

  Bersihan jalan nafas Muntah,

  Proses Inflamasi tidak efektif Sukar menelan

  Resiko infeksi berlanjut

  Nutrisi kurang dari kebutuhan

  Resiko gagal tumbuh Gangguan pola tidur

  tubuh

  kembang Sumber : Nanda (2005)

8. Fokus interfensi keprawatan

  Menurut Wong (2000), fokus intervensi dengan fokus ISPA adalah sebagai berikut: a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, dan nyeri.

  Tujuan: - jalan nafas tetap bersih Pernafasan dalam batas normal

  • ( RR: 30-40X/ menit )

  Intervensi: 1) Pastikan masukan cairan adekuat untuk mengencer Kan sekresi 2) Bantu anak untuk batuk efektif.

  3) Buang mukus yang terakumulasai, hisap bila perlu, beri nebuleser dengan larutan yang tepat sesuai keten tuan. 4). Lakukan perkusi, vibrasi dan drainase postural b. Proses firus berlanjut berhubungan dengan daya tahan tubuh.

  Tujuan: anak menunjukan penurunan gejala infeksi Intervensi:

  1). Pertahankan lingkungan yang aseptik dan tehnik men Cuci tangan yang baik.

  2). Kolaborasi pemberian antibiotik. 3). Ciptakn temapat tinggal yang bersih

  • Berat badan ideal

  Tujuan: tidur tidak terganggu Pola tidur lebih baik

  Tujuan: pasien menunjukan tanda-tanda perkembangan fisik dan emosional sesuai dengan setandar test DDST Intervensi:

  Resiko gagal tumbuh kembang berhubungan infeksi yang berlanjut.

  4) Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahat e.

  Kaji kebiasaan tidur

  Kaji kebiasaan istirahat 2)

  Intervensi: 1)

  Berikan makanan yang hangat d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk produktif.

  c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.

  Beri makanan sedikit tapi sering 5)

  Jaga kebersihan mulut 4)

  Jelaskan pentingnya masukan nutrisi adekuat 3)

  Timbang berat badan setiap hari 2)

  Intervensi: 1)

  Tujuan: - tidak ada mal nutrisi

3) Anjurkan posisi yang nyaman saat tidur.

  1) Ajarkan orang tua stimulasi yang sesuai untuk mendukungtumbuh kembang anak

  2) Bantu anak dalam memberikan respon yang bermakna pada lingkungan

  3) Aturjadwal untuk menstimulasi 9.

   Evaluasi

  1) Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan subjektif saat implementasi. O adalah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah implementasi. A merupakan analisa perwat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu pada intervensi keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.

  2) Tiga dimensi yang diukur dalam evaluasi yaitu keadan fisik, psikologi dan sikap serta perubahan perilaku, dengan dua tahap evaluasi yaitu evaluasi formatif (bertujuan menilai hasil implementasi secara bertahap) dan evaluasi sumatif (bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan atau dihentikan), format catatan evaluasi terdiri dari komponen tanggal dan waktu, nompr diagnosa keperawatan, dan evaluasi.

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI PADA KELUARGA NY. WDI WLAHAR WETAN RT 05 RW 01 KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. D DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA TB PARU DI DESA LEMBERANG SOKARAJA – BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 10

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. N DENGAN FOKUS UTAMA Ny. R DENGAN RIWAYAT GAGAL JANTUNG DI DESA LEMBERANG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 16

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK. K DENGAN FOKUS UTAMA BAPAK. K MENDERITA ULKUS DENGAN RIWAYAT DIABETES MELLITU S DI DESA LEMBERANG RT 05 RW II SOKARAJA – BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN KELUARGA Tn.D DENGAN FOKUS UTAMA GASTROENTERITIS DEHIDRASI SEDANG DI RT 06 RW 0I DESA LEMBERANG KECAMATAN SOKARAJA KAB. BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN KELUARGA Tn.D DENGAN FOKUS UTAMA GASTROENTERITIS DEHIDRASI SEDANG DI RT 06 RW 0I DESA LEMBERANG KECAMATAN SOKARAJA KAB. BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. Y DENGAN FOKUS UTAMA Ny. S DENGAN STROKE DI DESA LEMBERANG RT 06 RW 02 KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 18

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI PADA KELUARGA Ny. S KHUSUSNYA Ny. S DI DESA KEMUTUG KIDUL RT 03 RW 01 KECAMATAN BATURADEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bpk. K DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA STROKE DI DESA SROWOT RT 01 RW 03 KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. K DENGAN FOKUS UTAMA An. S DENGAN ISPA DI DESA LEMBERANG RT 02 RW 01 KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 22