PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

  

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR

SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi

  

Oleh:

Norbertus Dony Triyustiko

NIM. 041334091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, kupersembahkan karya ini untuk : ™ Tuhan Yesus Kristus Sang penyelenggara hidup, terima kasih atas kasih dan pengorbananMu di kayu salib. ™ Bapak dan Ibuku terkasih, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan sampai sekarang. Pengorbanan kalian akan selalu terpatri dalam hatiku. ™ Kakak dan adikku tersayang, terimakasih atas dorongan yang telah kalian berikan.

MOTTO

  

¾ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku ( Filipi 4 : 13 ).

  

¾ Hidup itu seperti musik, yang harus dikomposisi oleh telinga,

perasaan dan insting, bukan oleh peraturan (Samuel Butler).

  

¾ Sukses adalah keberhasilan yang Anda capai di dalam menggunakan

talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada Anda (Rick Devos).

  

¾ Manusia yang merencanakan, namun Tuhan yang menentukan

(Thomas A. Kempis).

  

¾ “Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam

bab sejumlah enam, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua, calon istri, dan calon mertua pun bahagia”.

  

¾ “Saya datang, saya bimbingan, saya revisi, saya ujian, dan saya

menang!”.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapat berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  6. Ibu Cornelio Purwantini S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  7. Ibu Rita Eny Purwanti. S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

  8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

  9. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi masukan selama proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama yang baik selama ini.

  10. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

  11. SMA SANTA MARIA, Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

  12. Ibu Catharina Cahyadiyanti S.Pd selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini.

  13. Siswa-siswa kelas X-E sebagai subjek dalam penelitian ini.

  

ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR

SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA

MATA PELAJARAN EKONOMI

Norbertus Dony Triyustiko

Universitas Sanata Dharma

  

2009

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran ekonomi pokok bahasan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif.

  Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-E, SMA SANTA MARIA, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam dua siklus yaitu : siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi terhadap guru, observasi terhadap siswa, observasi terhadap kelas, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan komparatif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi: (1) memperbaiki keaktifan dalam mengajukan pertanyaan (target = 25%, siklus I = 42.86%, dan siklus

  II = 50%); (2) memperbaiki keaktifan dalam menjawab pertanyaan (target = 25%, siklus I = 28,57%, dan siklus II = 30%); (3) memperbaiki keaktifan dalam mengerjakan tugas-tugas (target 50%, siklus I = 85.71%, dan siklus II = 80%); (4) memperbaiki keaktifan dalam diskusi (target = 50%, siklus I = 66,67%, dan siklus II = 75%); (5) memperbaiki keaktifan dalam mengemukakan/ menanggapi pendapat (target = 25 %, siklus I = 42,86%, dan siklus II = 55% ).

  

ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF

JIGSAW TYPE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING ACTIVITY OF

THE TENTH CLASS STUDENTS IN THE SUBJECT OF ECONOMICS OF

  Norbertus Dony Triyustiko Sanata Dharma University

  2009 This research aims to know the effect of increasing the student’s activity by applying cooperative learning method of jigsaw type on the subject of economics by discussing the government policy on economy domain, as the topic. This research is an explorative action class research.

  This research was carried out in Santa Maria Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the tenth grade students who belong to E class of Santa Maria Senior High School Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, they are: the first cycle and the second cycle.

  Each cycle consists of four steps, they are planning, action, observation, and reflection. Collecting data was done by using teacher’s observation instrument, student’s observation, observation of the class, and interview. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

  The result of this research shows that the application of cooperative learning method of jigsaw type on economic course with the topic government policy on economy field: (1) improving an activity in asking questions (target is 25%, the first cycle is 42,86%, and the second cycle is 50%); (2) improving an activity in answering questions (target is 25%, the first cycle is 28,57%, and the second cycle is 30%); (3) improving an activity in finishing works (target is 50%, the first cycle is 85,71%, and the second cycle is 80%); (4) improving an activity in responding opinion (target is 25%, the first cycle is 42,86%, and the second cycle is 55%).

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv MOTTO .................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….. .. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………………… vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii ABSTRAK ... ............................................................................................. xi

  

ABSTRACT ................................................................................................ xii

  DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL...................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix BAB I PENDAHULUAN ......................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah........................................................

  1 B. Batasan Masalah....................................................................

  5 C. Rumusan Masalah .................................................................

  6 D. Tujuan ...................................................................................

  6

  E. Manfaat Penelitian .................................................................

  32 C. Subjek dan Obyek Penelitian.................................................

  44 A. Sejarah SMA SANTA MARIA...............................................

  42 BAB IV GAMBARAN UMUM ..............................................................

  41 2.Analisis Data ....................................................................

  41 1.Teknik pengumpulan Data ............................................... .

  37 F. Pengumpulan dan Analisis Data .......................................... .

  33 E. Instrumen Penelitian...............................................................

  32 D. Prosedur Penelitian............................................................... .

  32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................

  6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................

  32 A. Jenis Penelitian.....................................................................

  24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. .

  F. Mata Pelajaran Ekonomi…………………………….……… 23 G. Penelitian Tindakan Kelas ....................................................

  E. Keaktifan………………………………………….….…….. 18

  D. Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw……………………… 14

  C. Tipe Pembelajaran Kooperatif……………………………... 13

  8 B. Pembelajaran Kooperatif…………………………………… 10

  8 A. Proses Belajar Mengajar ....................................................

  44 B. Tujuan SMA Santa Maria Yogyakarta………………….. ..... 47

  D. Sistem Pendidikan SMA Santa Maria Yogyakarta ................ ...

  51 E. Kurikulum SMA Santa Maria Yogyakarta ............................ ...

  51 F. Organisasi Sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta............... ...

  52 G. Sumber Daya Manusia SMA Santa Maria Yogyakarta ........ ...

  52 H. Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta.................................... ...

  57 I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Santa Maria .................... 58 J. Proses Belajar Dan Mengajar SMA Santa Maria ...................... 59 K. Fasilitas Pendidikan dan Latihan……………………………... 61

  L. Majelis sekolah/ dewan sekolah/ komite sekolah……………. 63 M. Hubungan Antara SMA Santa Maria Yogyakarta Dengan

  Instansi Lain............................................................................. 64 N. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan……..………….. 65 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN .......................... ...

  67 A. Deskripsi Penelitian .............................................................. ...

  67 1. Observasi pendahuluan ................................................... ...

  67 2. Siklus Pertama....................................................................

  80 a. Perencanaan.....................................................................

  81 b. Tindakan..........................................................................

  84 c. Observasi.........................................................................

  88 d. Refleksi............................................................................

  96

  3. Siklus Kedua ..................................................................... ... 103

  b. Tindakan.......................................................................... 107

  c. Observasi......................................................................... 111

  d. Refleksi............................................................................ 119

  B. Analisis Komparatif Tingkat Keaktifan................................... 126

  BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN.............. 131 A. Kesimpulan.............................................................................. 131 B. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 132 C. Saran....................................................................................... 132 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 133 LAMPIRAN .............................................................................................. ... 135

DAFTAR TABEL

  Tabel 3 Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran………………………

  70 Tabel 4 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran .......................……

  73 Tabel 5 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran……………….……

  75 Tabel 6 Aktivitas Guru Pada Siklus I……………………………….….....

  89 Tabel 7 Keterlibatan Siswa Pada Siklus I...................................................

  91 Tabel 8 Pengamatan Terhadap Kelas pada Siklus I…………………..…..

  93 Tabel 9 Kesan Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran pada Siklus I.…

  96 Tabel 10 Refleksi Siswa pada Siklus I…………………………….….…...

  98 Tabel 11 Aktivitas Guru pada Siklus II………………………….…….….. 113 Tabel 12 Keterlibatan Siswa pada Siklus II……………………….….…... 115 Tabel 13 Pengamatan Terhadap Kelas pada Siklus II.................................. 117 Tabel 14 Kesan Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran pada Siklus II.... 120 Tabel 15 Refleksi Siswa pada Siklus II………………………………...… 122 Tabel 16 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I dan SiklusII………... 127

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…………

  28 Gambar 2.2 Komponen-komponen Refleksi …………………………

  30

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 2a Materi Pembelajaran Siklus I Lampiran 2b Materi Pembelajaran Siklus II Lampiran 3a Lembar Kerja Siswa Siklus I Lampiran 3b Lembar Kerja Siswa Siklus II Lampiran 4 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) Lampiran 4a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Observasi

  Pendahuluan Lampiran 4b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Siklus I Lampiran 4c Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anecdotal) pada Siklus II Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Observasi

  Pendahuluan Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Siklus I Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Siklus II Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada Observasi

  Pendahuluan Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada Siklus II Lampiran 7 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Lampiran 7a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I Lampiran 7b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus II Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kelas Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus I Lampiran 8b Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus II Lampiran 9 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa Lampiran 9a Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada

  Observasi Pendahuluan Lampiran 9b Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada

  Siklus I Lampiran 9c Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada

  Siklus II Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Lampiran 10a Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada

  Siklus I Lampiran 10b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada

  Siklus II Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru Lampiran 11a Instrumen Refleksi Guru pada Siklus I Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa Lampiran 12a Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus I Lampiran 12b Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan adalah proses terjadinya interaksi antara guru

  dan siswa. Dalam proses interaksi tersebut guru sebagai pendidik tidak hanya mentransfer ilmu yang dia miliki kepada para siswanya, namun juga harus mampu memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang materi yang diberikan kepada siswanya. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara memberikan inovasi yang lain dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar terlibat secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, hingga saat ini penerapan metode mengajar guru di kelas masih dirasa sangat monoton dan kurang bervariasi. Banyak guru yang menerapkan teknik mengajar yang sama meskipun materi pelajarannya berbeda. Guru sebagai pengajar umumnya menyampaikan materi dari buku pelajaran kepada siswa. Umumnya guru kurang kreatif dan pandai berinovasi dalam menciptakan suatu proses pembelajaran agar menjadi proses yang menyenangkan. Padahal dengan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan, maka diharapkan akan membuat siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

  Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa secara searah. Seorang guru memberikan pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya. Jika diandaikan, pengetahuan siswa dianggap seperti botol kosong dan guru akan mengisi kekosongan botol tersebut. Berbeda dengan paradigma baru dimana pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif dengan interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

  Metode yang biasa dipakai oleh guru dalam mengajar yaitu metode ceramah dan diskusi. Ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, ada kemungkinan siswa tidak mendengarkan, ngobrol dengan teman yang lain, acuh tak acuh dengan penjelasan guru, mencari kesibukan lain, bahkan tidak memperhatikan dikarenakan siswa merasa bosan. Sementara jika guru mengajar dengan metode diskusi, sekilas di dalamnya siswa tampak terlibat aktif dalam kelompok. Namun jika dilihat lebih mendalam mungkin akan tampak bahwa hanya beberapa siswa yang aktif di dalam kelompok diskusi tersebut. Sementara beberapa siswa terlibat aktif di dalam kelompok, ada juga beberapa siswa yang tidak aktif terlibat mungkin karena malu mengemukakan pendapat, malu bertanya, bahkan bosan sehingga lebih memilih untuk mencari kesibukan sendiri. Akibatnya, aktif. Dari uraian tersebut tampak bahwa metode ceramah dan diskusi kadang kurang efektif dalam proses belajar mengajar sehingga akan berdampak negatif pada kemauan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang nantinya juga memungkinkan akan berdampak pada prestasi belajar siswa.

  Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti selama duduk di bangku SMA, ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, pada awalnya siswa masih dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak penjelasan dari guru. Namun lama kelamaan siswa mulai kurang memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, ada yang ribut ngobrol dengan teman, ada yang sibuk sendiri, intinya banyak siswa yang cenderung tidak merespon lagi pembelajaran dari guru. Kemudian ketika guru mengajar dengan menerapkan metode diskusi kurang lebih kondisinya sama dengan ketika guru menerapkan metode ceramah. Sekilas siswa memang tampak aktif di dalam kelompoknya, namun jika dilihat lebih dalam ternyata hanya beberapa siswa yang benar-benar aktif sedangkan yang lain cenderung pasif. Siswa yang pasif kebanyakan hanya menggantungkan diri pada jawaban teman yang aktif yaitu dengan menyalin jawaban teman ke dalam lembar tugasnya. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah dan diskusi kurang begitu efektif dalam proses pembelajaran sehingga hal ini menyebabkan kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu dapat mendorong siswa untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti

  Metode mengajar yang tepat hendaknya dapat dilakukan oleh semua pihak khususnya yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama guru atau guru sebagai seorang pengajar. Metode mengajar yang tepat adalah yang dapat melibatkan seluruh siswa di dalam kelas, baik secara individu maupun kelompok. Keterlibatan siswa secara individual dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik diri siswa. Sedangkan keterlibatan siswa di dalam kelompok akan berhubungan dengan proses pemerolehan pengetahuan melalui siswa dengan siswa yang lain atau siswa dengan guru.

  Dalam kenyataannya sebenarnya ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan dan dikembangkan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Sebenarnya inti dari model pembelajaran ini adalah mengajak siswa untuk belajar dengan saling bekerja sama dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang bervariasi (tinggi, sedang, rendah). Bahkan tidak sebatas pada kemampuan melainkan dapat diterapkan pada keberagaman anggota kelompok baik itu jenis kelamin, suku, ras, agama, dan sebagainya. Sedangkan dalam menyelesaikan tugas kelompok, maka setiap kelompok saling bekerja sama dalam memahami suatu pelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur yang harus diterapkan yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar anggota; (5) evaluasi proses kelompok.

  Dalam metode kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran yang

  jigsaw . Tipe ini dapat membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang

  menyenangkan. Dalam metode ini para siswa tidak hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompok tetapi juga berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain. Jika metode ini dapat diterapkan dengan baik, maka para siswa terdorong untuk ikut terlibat dalam diskusi kelompok. Dengan kondisi pembelajaran seperti ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.

  Metode pembelajaran guru-guru di SMA masih cenderung menerapkan metode ceramah dan diskusi pada hampir di setiap pertemuan. Metode tersebut dirasa kurang efektif dan bervariasi guna meningkatkan keaktifan belajar siswa. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yaitu “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

  untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas X SMA Santa Maria Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

  Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari berbagai tipe, namun dalam penelitian ini hanya dimaksudkan untuk menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan kaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan merupakan suatu sikap berani berpendapat, keberanian bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan dalam mengerjakan lembar kerja atau tugas baik individu maupun kelompok.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan permasalahan yaitu: bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran ekonomi ?

  D. Tujuan

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa melalui penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.

  E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi peserta didik Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam mata pelajaran Ekonomi.

  2. Bagi peneliti Sebagai calon seorang pendidik, penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tujuan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.

  3. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi terutama guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan sumber-sumber belajar.

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Belajar Mengajar Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan

  mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern diartikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Definisi yang kedua ini memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.

  Sedangkan Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dimana perubahan yang dimaksud bersifat relative konstan dan tetap melekat. Seperti halnya yang dikemukakan Hamalik (1983:21), belajar yaitu suatu bentuk pertumbuhan/ perubahan di dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara tingkah laku yang baru melalui pengalaman dan latihan.

  Menurut Syah (1995:237), proses belajar mengajar secara singkat dapat kegiatan yang utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar, dimana tekanan kegiatan adalah pada siswa yang belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran. Suasana yang bersifat pengajaran ini siswa melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mangajar yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar, selain guru menggunakan suasana yang bersifat pengajaran, dianjurkan memanfaatkan komunikasi banyak arah agar siswa dapat belajar secara aktif.

  Artinya, selain siswa berkomunikasi dengan guru tetapi siswa juga berkomunikasi dengan siswa yang lain.

  Lain halnya dengan pendapat Burner (1984:9), proses belajar dibedakan ke dalam tiga fase, yakni: (1) informasi, baik yang menambah atau memperluas pengetahuan maupun yang bertentangan dengan yang telah kita ketahui sebelumnya; (2) transformasi, pengubahan informasi dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsepstual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas; dan (3) evaluasi yang berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

  Berdasarkan uraian diatas maka belajar yaitu suatu usaha dan latihan yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Proses belajar diartikan sebagai tahap perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu usaha yang membantu memudahkan kegiatan belajar dimana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan para siswa agar siswa terlibat dalam aktifitas belajar.

B. Pembelajaran Kooperatif

  Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Sulihatin (2005:5), berpendapat bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.

  Sedangkan menurut Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan sendiri maupun teman lain. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori, pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.

  Heterogen merupakan salah satu ciri pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dimana dalam satu kelompok tersebut terdiri atas dua sampai lima siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda, jenis kelamin berbeda, bahkan jika dimungkinkan berasal dari suku yang berbeda pula. Menurut Roger dan Johnson tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative

  

learning . Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk

  mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) :

  1. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.

  Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

  2. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative

  learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

  terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

  3. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing- masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

  4. Komunikasi Antar Anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

  5. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

  Jadi pada dasarnya pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk belajar bersama-sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan tugas atau masalah kelompok. Di dalamnya anggota kelompok saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami pelajaran dan keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok.

C. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

  Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang diantaranya adalah:

  1. Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dalam model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja kedalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

  2. Teams Games Tournaments ( TGT) Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

  3. Jigsaw Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

  4. Teams Accelerate Instruction (TAI) Dalam model TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara individu atau kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan kemampuan belajarnya sehingga siswa yang satu dengan siswa yang lain, unit yang ditempuhnya berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka masing-masing. Setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes untuk akhir dilakukan tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi criteria mendapat sertifikat atau penghargaan.

  5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Model CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah.

  Dalam model CIRC, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

  Teknik menajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al (Lie, 2002:69) sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisaa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

  Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.

  Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

  Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

  pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

  Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

  Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.

  Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

  Ada delapan langkah dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Lie, 2002:69), yaitu:

  1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.

  2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.

  Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

  4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.

  5. Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing.

  6. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan masing- masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

  7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.

  8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas. Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

  1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

  2. Menerapkan bimbingan sesama teman

  3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

  4. Memperbaiki kehadiran

  5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

  6. Sikap apatis berkurang

  7. Pemahaman materi lebih mendalam

  8. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatif jigsaw

  1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan- ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

  2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi

  3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS X SMA AR-RAHMAN MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 2 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS X DI SMA SANTA MARIA MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 45

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA DAN BERPENDAPAT PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA SWASTA PAB 6 HELVETIA TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD.

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN EKONOMI SMA WISUDA

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN EKONOMI

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA SANTA MARIA SURABAYA SKRIPSI

0 0 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X-1 POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS DI SMA KATOLIK SANTA AGNES SURABAYA

0 0 19