Perbandingan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh terhadap Staphylococcus epidermis - USD Repository

  

PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK

CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH

TERHADAP Staphylococcus epidermidis

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Dwitiya Kusuma NIM : 06 8114 148

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  

PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK

CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH

TERHADAP Staphylococcus epidermidis

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Dwitiya Kusuma NIM : 06 8114 148

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir

  (PKH 3:11) Karya ini kupersembahkan untuk : Papi, Mami, Koko, dan segenap Keluarga tercinta,

  Dia yang kusayang,

Sahabat-sahabatku, Teman-teman Farmasi Angkatan 2006

dan Almamaterku yang kubanggakan

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Perbandingan Daya Antibakteri Krim Antiacne Minyak Cengkeh dengan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh terhadap Staphylococcus epidermidis” ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.).

  Selesainya penulisan laporan penelitian ini, tidak terlepas dari bantuan baik berupa bimbingan, dukungan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak.

  Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Indhra Ristanto dan Ita Tineke N. F., selaku orang tua penulis yang selalu menyayangi, berusaha, mendukung, dan percaya kepada penulis.

  2. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan dukungan, semangat, serta perhatian kepada penulis selama proses penelitian ini.

  4. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji penulis, serta kritik dan saran yang membangun penulis.

  5. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji penulis, serta kritik dan saran yang membangun penulis.

  6. Dra. Lily Wijaya, M.Si., Apt. yang telah membantu dalam pengadaan minyak gagang cengkeh.

  7. Adi Paramita Ristanto, SE., kakak penulis, atas sayang , kebersamaan, dan dukungan selama ini.

  8. Totok Lasmono Hadi Purwanto, S.Farm., selaku partner kerja dan seseorang yang penulis kasihi, untuk sayang, dukungan, serta waktu yang telah diberikan untuk penulis.

  9. Geraldine dan Monica Joycelene, untuk persahabatan kemarin, sekarang, dan selamanya.

  10. Mas Sarwanto, Pak Mus, Mas Ottok, Mas Agung, serta laboran lainnya, atas semua bantuan selama penulis melakukan penelitian.

  11. Mas Yuwono, Pak Timbul, serta karyawan lain, atas bantuan selama penulis melakukan penelitian.

  12. Eka Hapsari, Reni Agustina, Irene Christina, Nisia Anggita, Ika Rahayu, Elisa Eka, teman-teman kos Dewi, serta Stephanie Puspita Sari, atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan, serta persahabatan yang tak tergantikan.

  13. Grace Felicyta K., Sihendra, Verysa Budianto, Nita Maharani, Maria Intan Josi, R.R. Kusumo Wardani, Octavianus Rico, Linawati Buntoro, Irene A., selaku teman seperjuangan di laboratorium lantai 1, atas bantuan, dukungan, saran, dan kebersamaannya.

  14. Regina Citra D. dan Dewi Susanti, selaku teman seperjuangan di lantai 3, atas dukungan dan kebersamaannya.

  15. Teman-teman seperjuangan selama penelitian, atas kebersamaan, dukungan, berbagi suka dan duka selama penelitian dan penyusunan skripsi.

  16. Teman-teman kelompok E4, Thomas Anggun. D. P., Prasetya Jati, Handayani, Vita Felicia, serta teman-teman FST 2006 atas kebersamaan dan dukungan, serta canda tawa selama ini, kenangan yang tidak akan terlupakan.

  17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam proses penelitian dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dan berguna bagi penelitian selanjutnya. Harapan penulis, agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 29 Januari 2010 Penulis

  

INTISARI

  Minyak cengkeh (clove oil) memiliki daya antibakteri terhadap

Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat.

Sediaan krim dan emulgel merupakan suatu sistem emulsi, sehingga dapat dipakai untuk memformulasikan minyak cengkeh sebagai sediaan topikal antiacne. Penambahan gelling agent pada sediaan emulgel, semakin membatasi pelepasan minyak cengkeh yang terdapat pada fase minyak dalam sistem emulsi, sehingga diprediksi dapat mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis emulgel, sedangkan pada krim, minyak cengkeh hanya dibatasi oleh sistem emulsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbeda bermakna atau tidak, daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis dengan parameter diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik Kruskall- Wallis dan post hoc Mann-Whitney, untuk mengetahui signifikansi perbedaan daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis pada media Muller Hinton Agar (MHA).

  Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diketahui bahwa daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda tidak bermakna dengan emulgel antiacne minyak cengkeh. Perbedaan yang tidak bermakna ini diprediksi karena adanya interaksi minyak cengkeh dengan basis, terkait dengan afinitasnya, sehingga mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.

  Kata kunci: minyak cengkeh, antiacne, krim, emulgel, S. epidermidis

  

ABSTRACT

Clove oil has an antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis,

which is one of many bacterias contributing to acne. Cream and emulgel are

emulsion systems, so it can be used to formulate the clove oil antiacne topical

preparations. The addition of gelling agent in emulgel may affect the release of

clove oil from the dosage form, whether on creams, the release of clove oil may

only be determined by clove oil phase. A study to compare the potential of

antibacterial provided by antiacne of clove oil cream and antiacne of clove oil

emulgel which were indicated from the diameter of inhibition area on the growth

of S. epidermidis had been conducted..

  This research was an experimental analytical study using non parametric

statistic i.e. Kruskall-Wallis and Mann-Whitney as the post hoc, to compare the

antibacterial potential of antiacne of clove oil topical preparations on S.

epidermidis in Muller Hinton Agar (MHA) media.

  The result showed that the antibacterial potention of antiacne of clove oil

cream and antiacne of clove oil emulgel were not significantly different. It might

be due to the affinity of clove oil with the base, which could affect clove oil release

from the antiacne of clove oil topical base preparation.

  Keywords : clove oil, anti acne, cream, emulgel, S. epidermidis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................. vii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ x

  INTISARI................................................................................................... xi

  

ABSTRACT................................................................................................ xii

  DAFTAR ISI............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xix

  BAB I PENGANTAR ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Keaslian Penelitian.......................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

  1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 3

  2. Manfaat Praktis ......................................................................... 3

  1. Tujuan Umum ........................................................................... 4

  2. Daya Sebar .............................................................................. 10

  1. Variabel Utama ....................................................................... 17

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 17 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 17 B. Variabel Penelitian ........................................................................ 17

  H. Hipotesis........................................................................................ 16

  G. Landasan Teori.............................................................................. 14

  2. Metode Difusi ......................................................................... 12

  1. Metode Dilusi.......................................................................... 11

  F. Uji Daya Antibakteri ..................................................................... 11

  1. Viskositas ................................................................................ 10

  2. Tujuan Khusus .......................................................................... 4

  E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal ..................................................... 10

  D. Gel dan emulgel .............................................................................. 9

  C. Krim ................................................................................................ 8

  3. Kegunaan................................................................................... 7

  2. Kandungan Kimia ..................................................................... 7

  1. Deskripsi Minyak Cengkeh....................................................... 6

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................... 5 A. Jerawat (Acne)................................................................................. 5 B. Minyak Cengkeh ............................................................................. 6

  2. Variabel Pengacau................................................................... 17

  C. Definisi Operasional...................................................................... 18

  D. Bahan dan Alat Penelitian............................................................. 19

  E. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 20

  1. Identifikasi Bahan ................................................................... 20

  2. Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh .................................. 20 3. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S.

  epidermidis.............................................................................. 21

  4. Pembuatan Krim Antiacne Minyak Cengkeh.......................... 24

  5. Pembuatan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh..................... 25

  6. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh ... 26

  7. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran .................................................................................. 26

  F. Analisis Data ................................................................................. 27

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 28 A. Identifikasi Bahan ......................................................................... 28 B. Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh ........................................ 28 C. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis.. 29 D. Formulasi Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh................ 31 E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh ......... 35 F. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran ........................................................................................ 38

  BAB V KESIMPULAN............................................................................ 45 A. Kesimpulan ................................................................................... 45 B. Saran.............................................................................................. 45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 46 LAMPIRAN.............................................................................................. 49 BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 70

  DAFTAR TABEL

  Tabel I Kandungan kimia minyak cengkeh (Lis-Balchin, 2006) .......... 7 Tabel II Formula kontrol basis krim antiacne dan krim antiacne minyak cengkeh ...................................................................... 24 Tabel III Formula kontrol basis emulgel antiacne dan emulgel

  antiacne minyak cengkeh........................................................ 25

  Tabel IV Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV. Indaroma.............. 29 Tabel V Rerata hasil pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ...................................................................... 35 Tabel VI Rerata pengukuran sifat fisik sediaan topikal antiacne........... 37 Tabel VII Hasil perhitungan distribusi data sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh............................................ 37 Tabel VIII Hasil pengukuran diameter zona hambat sediaan topikal

  antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 41

  Tabel IX Hasil perhitungan distribusi data zona hambat sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis

  antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 42

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Patofisiologi jerawat (acne) (Anonim, 2009)............................... 5 Gambar 2 Morfologi tanaman cengkeh (Anonim, 2002 a)........................... 6 Gambar 3 Struktur Carbopol....................................................................... 10 Gambar 4 Diagram hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak cengkeh terhadap S. epidermidis................................... 30 Gambar 5 Pengenceran sediaan krim antiacne minyak cengkeh ............... 33

  a. menggunakan air .................................................................... 33

  b. menggunakan minyak ............................................................ 33 Gambar 6 Pengenceran sediaan emulgel antiacne minyak cengkeh .......... 33

  a. menggunakan air .................................................................... 33

  b. menggunakan minyak ............................................................ 33 Gambar 7 Sediaan topikal antiacne minyak cengkeh................................. 35

  a. Krim antiacne minyak cengkeh ............................................. 35

  b. Emulgel antiacne minyak cengkeh ........................................ 35 Gambar 8 Uji daya antibakteria sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis................................................ 40

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Certificate of Analyse (CoA) Clove Stem Oil ......................... 49 Lampiran 2 Surat keterangan S. epidermidis.............................................. 50 Lampiran 3 Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV Indaroma............... 51 Lampiran 4 Uji daya antibakteri minyak cengkeh terhadap S.

  epidermidis.............................................................................. 53

  Lampiran 5 Perhitungan nilai rHLB sistem emulsi .................................... 54 Lampiran 6 Sediaan topikal krim antiacne minyak cengkeh ..................... 55 Lampiran 7 Sediaan topikal emulgel antiacne minyak cengkeh ................ 56 Lampiran 8 Pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ................................................................................... 57 Lampiran 9 Pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antiacne................. 57 Lampiran 10 Pengukuran diameter zona hambat sediaan topikal

  antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 58

  Lampiran 11 Uji daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dengan metode difusi sumuran ................................. 59 Lampiran 12 Hasil perhitungan statistik sifat fisik sediaan topikal

  antiacne minyak cengkeh........................................................ 61

  Lampiran 13 Hasil perhitungan statistik perbandingan daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam ...................................... 63

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Jerawat (acne) merupakan suatu proses peradangan kronik pada kelenjar

  pilosebasea. Faktor pendukung utama dari timbulnya jerawat adalah proses hiperkeratinisasi folikuler, yang menyebabkan terjadi penyumbatan pada folikel tersebut. Peningkatan sekresi sebum yang distimulasi oleh kelenjar pilosebasea pada folikel yang tersumbat ini, menyediakan lingkungan yang kondusif bagi flora alami kulit untuk berkembang biak, sehingga terjadi peradangan pada folikel tersebut (DiPiro, et.al., 2005).

  Cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.) merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Dari beberapa bagian tanaman cengkeh, seperti kuncup bunga, gagang, dan daun, dapat diperoleh minyak atsiri dengan komponen utama golongan fenol, yaitu eugenol (87%) (Alma, Ertas, Nitz, Kollmannsberger, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gupta, Garg, Uniyal, dan Kumari (2008), minyak cengkeh (Oleum

  

Caryophylli) memiliki kemampuan antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri

  patogen, salah satunya adalah S. epidermidis, yang merupakan salah satu jenis flora alami pada kulit pendukung terjadinya jerawat. Melalui penelitian Gupta et.

  

al. (2008) diketahui bahwa minyak cengkeh mampu menghasilkan diameter zona

  hambat hingga 20 mm terhadap S. epidermidis dan Minimum Inhibition

  

Concentration (MIC) dari minyak cengkeh adalah 2,5%. Kemampuan daya antibakteri yang dimiliki oleh minyak cengkeh terhadap S. epidermidis, menjadikan minyak cengkeh memiliki potensi untuk diformulasikan menjadi suatu sediaan antiacne.

  Krim merupakan sediaan semisolid yang juga merupakan jenis dari sediaan ointment dengan konsistensi yang lebih halus (Jenkins, Francke, Brecht, dan Sperandio, 1957). Uniknya, krim terbentuk dari hasil emulsifikasi antara fase minyak dan fase air dengan bantuan emulsifying agent. Emulgel juga merupakan sistem semisolid modifikasi dari gel, yang terdiri dari suatu sistem emulsi yang ditambahkan gelling agent. Penambahan gelling agent pada sistem emulsi mengakibatkan pergerakan medium dispersi menjadi terbatas akibat adanya sistem matriks dari gelling agent (Allen, 2002), sehingga pelepasan bahan aktif yang ada dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi dan sistem matriks gelling

  

agent. Berbeda halnya dengan krim, di mana pelepasan bahan aktifnya hanya

dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi.

  Dengan adanya pembatasan sistem pada kedua sediaan topikal tersebut, maka krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh diprediksi memiliki afinitas bahan aktif dengan basis sediaan yang berbeda, sehingga mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basis ,yang akan mempengaruhi efektivitas sediaan topikal antiacne dalam menghambat pertumbuhan bakteri pendukung jerawat.

B. Perumusan Masalah

  Apakah daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna dengan daya antibakteri emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis?

C. Keaslian penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian mengenai perbandingan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh belum pernah dilakukan.

  Adapun penelitian yang terkait yang pernah dilakukan adalah Kemampuan Pelepasan dan Daya Antibakteri Kloramfenikol dari Sediaan Krim dan Produk Paten Salep (Hartati, 1994).

D. Manfaat penelitian

  1. Manfaat teoritis

  Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengembangan formulasi dan perbandingan efektivitas sediaan topikal

  antiacne.

  2. Manfaat praktis

  Menghasilkan krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh yang efektif dalam menghambat pertumbuhan S.

  epidermidis.

E. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum

  Mendapatkan bentuk sediaan topikal antiacne dengan bahan aktif yang berasal dari bahan alam yaitu minyak cengkeh yang memiliki efektivitas terapi lebih baik serta memenuhi karakter sebagai sediaan topikal.

  2. Tujuan khusus

  Untuk mengetahui daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dengan daya antibakteri emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis.

  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jerawat (Acne)

Gambar 1. Patofisiologi jerawat (acne) (Anonim, 2009)

Jerawat (acne) disebabkan karena adanya hiperkeratinisasi folikuler,

  sehingga terjadi penumpukan keratin pada folikel yang dapat menyumbat folikel tersebut. Selain itu, terjadi sekresi sebum berlebih yang dikarenakan adanya stimulasi hormon androgen terhadap kelenjar sebasea, sehingga sebum terperangkap di dalam folikel (Dipiro, et.al., 2005). Terperangkapnya sebum di dalam folikel ini menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan flora alami kulit, sehingga mampu bertumbuh dengan baik, dan mengakibatkan terjadinya inflamasi pada folikel (Walters dan Roberts, 2008). Propionibacterium

  

acnes dan S. epidermidis merupakan flora alami pada kulit dan merupakan

  mikrobia utama penyebab jerawat (Bialecka, et. al., 2005). Persentase keberadaan

  

S. epidermidis di kulit sekitar 85-100 % menunjukan bahwa S. epidermidis

merupakan flora alami yang ada di kulit (Pelczar dan Chan, 1988).

  S. epidermidis merupakan salah satu jenis mikrobia patogen Gram Positif

  berbentuk bulat dengan ukuran berkisar 0,5-1,5 µm. S. epidermidis memiliki karakteristik produksi lapisan film pada dinding sel, yang merupakan hasil sekresi dari teichoic acid. Adanya pembentukan lapisan hasil sekresi tersebut menyebabkan mikrobia ini menjadi patogen (Anonim, 2009).

B. Minyak Cengkeh

  Minyak cengkeh merupakan minyak essensial yang berasal dari tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.), yang termasuk famili Myrtaceae.

  Sinonim nama tanaman cengkeh yaitu: Syzygium aromaticum, Caryophyllus

  aromaticus L., Eugenia aromatic (L.) Baill. (Anonim, 2002 b)

Gambar 2. Morfologi tanaman cengkeh (Anonim, 2002 a)

1. Deskripsi Minyak Cengkeh

  Minyak cengkeh merupakan minyak yang mudah menguap, yang berasal dari bunga kering tanaman cengkeh, berupa cairan berwarna kuning pucat dan menjadi semakin gelap serta kental karena penyimpanan, tidak larut dalam air; larut 2 bagian dalam 70% alkohol; sangat larut dalam alkohol kuat, eter, asam asetat glasial. 1,035 – 1,060; < -1 10’ ; 1,530; titik didih sekitar 250 C (Anonim, 1995 b).

  Minyak cengkeh dapat diperoleh dari kuncup bunga, gagang, maupun bagian daun cengkeh, di mana kandungan minyak cengkehnya berturut-turut adalah 15-18%, 4-6%, dan 2% (Lis-Balchin, 2006).

  2. Kandungan Kimia

  Komponen utama dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat, β-caryophyllene, dan α-humulene. Minyak cengkeh dari bagian tanaman cengkeh yang berbeda, memiliki kandungan minyak cengkeh dengan konsentrasi yang bervariasi.

  

Tabel I. Kandungan kimia minyak cengkeh (Lis-Balchin, 2006)

Kuncup bunga Gagang cengkeh Daun cengkeh cengkeh (%) (%) (%)

  Eugenol 82-88 85-90 75-90 Eugenol asetat 11-27 Kurang dari 5 Kurang dari 10

  Kurang dari 16 2,5-3,5 15-19 β-caryophyllene

  Kurang dari 2 0,3-0,4 1,5-2,5 α-humulene

  3. Kegunaan

  Minyak cengkeh dapat diaplikasikan lokal dan eksternal untuk perawatan sakit gigi, dan infeksi minor pada mulut dan kulit. Minyak cengkeh juga digunakan sebagai antiseptik pada luka terbuka ringan dan dapat digunakan sebagai penurun demam, serta aroma terapi.

  Menurut penelitian Gupta, et al. (2008), minyak cengkeh juga memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis mikrobia patogen seperti,

  S. aureus, S. epidermidis, Bacillus subtilis, B. cereus, Bacillus sp., Listeria monocytogenes, Micrococcus aerogenosa, Kleibsiella sp..

  Pada penelitian Nassar et al. (2007) juga ditunjukkan bahwa minyak cengkeh memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan nilai aktivitas

  scavenging (kemampuan suatu agen dalam menangkap radikal bebas) sebesar

  93%, yang hampir sama kemampuannya dengan pembandingnya yaitu butylated hydroxytoluene (BHT) (95%).

C. Krim

  Krim merupakan suatu bentuk semisolid yang memiliki satu atau lebih bahan aktif, yang terdispersi atau larut, baik dalam emulsi minyak dalam air (m/a) maupun air dalam minyak (a/m) (Allen, 2005). Pada beberapa sumber, krim dikatakan mirip atau merupakan bagian dari ointment (salep). Untuk krim jenis a/m merupakan water-washable base ointment, di mana cream akan mudah tercuci dengan air, sedangkan untuk krim jenis a/m, dikatakan merupakan bagian dari oleaginous base ointment, di mana terdapat kandungan minyak dan cenderung bersifat oklusif dan tahan lama pada kulit karena tidak mudah tercuci dengan air (Sagarin, Goulden, Klarmann, dan Powers, 1957).

  Beeswax atau white wax, atau cera album, merupakan agen stabilitator dan

  agen pengental yang biasa digunakan pada pembuatan sediaan topikal seperti krim. Beeswax terdiri dari 70-75% campuran macam-macam ester dari rantai lurus monohidrat alkohol dengan jumlah rantai atom karbon antara C sampai C

  24

  36

  (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). Titik leleh dari beeswax yaitu 60-65

  C. Adanya penambahan borax, akan mengemulsikan beeswax menjadi garam asam lemak- borax dengan lemak alkohol (Anonim, 2004).

D. Gel dan Emulgel

  Gel merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari partikel inorganik berukuran kecil maupun partikel organik berukuran besar saling berikatan, yang membentuk suatu bangun tiga dimensi dan liquid berada di dalamnya (Zatz dan Kushla, 1996). Dengan demikian gel merupakan suatu sistem semirigid yang berasal dari fase terdispersi yang saling berikatan membentuk suatu tiga dimensi sehingga membatasi pergerakan dari medium pendispersi (Allen, 2005).

  Emulgel merupakan salah satu jenis gel yang dibuat dengan

  mencampurkan emulsi dan gel pada perbandingan tertentu. Pada formula emulgel terdapat bahan tambahan yang digunakan agar membentuk bentuk sediaan yang stabil, yaitu:

  1. Emulsifying agent digunakan untuk menghasilkan emulsi yang stabil, dengan menurunkan tegangan muka antar fase pendispersi dan fase terdispersi, yang pada umumnya memiliki perbedaan polaritas sehingga tidak dapat bercampur. (Pena, 1990).

  2. Gelling agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dengan membentuk ikatan 3 dimensional yang akan membatasi kinetik dari fase pendispersi Carbomer merupakan salah satu jenis gelling agent untuk menghasilkan gel maupun emulgel dengan karakteristik tertentu. Secara kimia, Carbomer merupakan polimer sintetik dengan bobot molekul tinggi dari asam akrilat (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009).

  

Gambar 3. Struktur Carbopol

  Adapun mekanisme pengentalan yang terjadi pada carbomer adalah reaksi netralisasi pada bagian asam karboksilat ke bentuk garamnya sehingga dapat menghasilkan bentuk gel yang jernih dengan viskositas yang optimum pada pH 7 (Pena, 1990).

E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal

  1. Viskositas

  Viskositas merupakan suatu ketahanan suatu cairan untuk mengalir, di mana semakin tinggi viskositas, maka semakin besar pula ketahanannya (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993). Evaluasi mengenai viskositas merupakan karakteristik formulasi yang penting pada sediaan semisolid, karena viskositas suatu sediaan semisolid menentukan lama tinggal sediaan di kulit, sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

  2. Daya sebar

  Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam keefektifan dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu: rigiditas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

F. Uji Daya Antibakteri

  Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kemampuan suatu agen dalam menghambat maupun membunuh bakteri tertentu. Ada beberapa metode dalam melakukan pengujian daya antibakteri, yaitu:

1. Metode dilusi

  Metode dilusi dapat digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM), yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri. Prinsip dari metode dilusi adalah pengenceran senyawa antibakteri dalam beberapa konsentrasi dalam media cair yang ditambahkan bakteri uji hingga didapat larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikrobia uji ataupun agen antibakteri. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

2. Metode difusi

  Metode difusi mengukur aktivitas antibakteri berdasarkan pengamatan diameter zona jernih yang dihasilkan pada media karena adanya agen antibakteri yang berdifusi dari tempat awal pemberian. Metode ini dilakukan dengan menempatkan agen antibakteri pada media padat yang telah diinokulasikan biakan bakteri (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 1995). Ada beberapa cara dalam melakukan metode difusi ini, yaitu:

  a. Cara sumuran

  Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian setelah memadat, dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan tegak lurus dengan permukaan media, selanjutnya ke dalam sumuran ini dimasukkan agen antibakteri. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar sumuran (Pratiwi, 2008).

  b. Cara paper disc

  Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian setelah memadat, paper disc diletakan di atas media yang telah memadat, dan ditetesi dengan agen antibakteri, sehingga agen antibakteri meresap ke dalam paper disc. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar disc (Pratiwi, 2008). Agen antibakteri yang diformulasikan ke dalam suatu bentuk sediaan topikal memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal tersebut. Kecepatan pelepasan agen antibakteri dari basis memegang peran penting terkait aktivitas terapetik dari agen antibakteri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal di antaranya adalah:

  1. Faktor fisika kimia Faktor fisika kimia yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal yaitu: a. Kelarutan dari agen antibakteri atau afinitas agen antibakteri terhadap pembawa

  Agen antibakteri yang sangat larut dalam basis dan memiliki afinitas kuat terhadap bahan pembawanya, menunjukkan koefisien difusi yang rendah, sehingga pelepasan agen antibakteri dari bahan pembawa menjadi lambat, demikian pula sebaliknya.

  b. Waktu difusi Berdasarkan persamaan Higuchi, dapat diketahui bahwa waktu difusi berbanding lurus dengan jumlah agen antibakteri yang dilepaskan dari basis.

  Di mana: Q = Jumlah agen antibakteri yang dilepaskan C = Komposisi agen antibakteri mula-mula dalam pembawa D = koefisien difusi agen antibakteri dalam pembawa

  v

  t = waktu difusi c. Jenis basis sediaan topikal Jenis basis dari sediaan topikal memiliki sifat yang berbeda-beda, misalnya mengenai pH, viskositas, polaritas, dan lain-lain, sehingga dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis (Kavanagh, 1974).

  2. Faktor biologis Faktor biologis yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal yaitu: a. Pertumbuhan bakteri dalam media

  Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu (uniseluler) yang memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel. Adanya agen antibakteri akan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.

  b. Aktivitas antibakteri Berdasarkan sifat toksisitas selektif, agen antibakteri dapat bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan dapat bersifat membunuh bakteri (bakteriosida) (Jawetz, et.al., 1995).

G. Landasan Teori

  Jerawat (acne) yang terjadi karena terjadinya hiperkeratinisasi folikuler, menyebabkan folikel tersumbat oleh keratin, menyebabkan sebum yang disekresikan oleh kelenjar sebasea terperangkap di dalam folikel, sehingga menciptakan lingkungan yang optimal bagi flora alami kulit seperti S. epidermidis untuk berkembang dan menyebabkan peradangan kronik (Dipiro, et. al., 2005). Dengan demikian, untuk meminimalkan terjadinya jerawat, dapat dilakukan dengan meminimalisasi keberadaan flora alami kulit pendukung jerawat yang berkembang lebih cepat tersebut dengan menggunakan agen antibakteri.

  Berdasarkan penelitian Gupta, et al. (2008) minyak cengkeh (Oleum

  

Caryophylli) memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri patogen ,

  salah satunya adalah S. epidermidis, yang merupakan salah satu flora alami kulit pendukung terjadinya jerawat. Dengan demikian, minyak cengkeh memiliki potensi untuk diformulasikan menjadi sediaan antiacne.

  Krim dan emulgel merupakan sediaan topikal semisolid yang menggunakan proses emulsifikasi dalam membentuk sistemnya. Hal yang membedakan kedua sediaan ini adalah adanya penambahan gelling agent pada emulgel, sedangkan pada krim tidak terdapat penambahan bahan ini. Adanya penambahan gelling agent menyebabkan terbentuknya suatu matriks yang membatasi gerak dari emulsi, di mana bahan aktif ada di dalam sistem emulsi tersebut. Pada krim, bahan aktif terdapat pada sistem emulsi yang tidak dibatasi geraknya oleh matriks, sehingga diprediksi terdapat perbedaan afinitas bahan aktif antara basis krim dengan basis emulgel, sehingga dapat mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari sediaan krim dan emulgel.

  Pengujian daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel

  

antiacne minyak cengkeh bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan

  bermakna atau tidak dari kemampuan krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel

  

antiacne minyak cengkeh dalam menghambat bakteri, di mana pada penelitian ini

  digunakan bakteri S. epidermidis yang merupakan bakteri pendukung terjadinya jerawat. Adanya perbedaan afinitas bahan aktif, yang pada penelitian ini adalah minyak cengkeh, diperkirakan mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis sediaan, sehingga mempengaruhi efektivitas sediaan topikal antiacne dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis.

  Penggunaan analisis statistik nonparametrik (i.e. Kruskall-Wallis) dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan kedua sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis, tanpa harus melihat normalitas distribusi data yang diperoleh, sehingga dapat diketahui kedua sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dalam kemampuannya sebagai antibakteri.

H. Hipotesis

  Daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna dengan daya antibakteri emulgel anti acne cream minyak cengkeh terhadap pertumbuhan

  S. epidermidis.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental analitik, yaitu

  membandingkan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dengan emulgel antiacne minyak cengkeh melalui analisis statistik komparatif tidak berpasangan.

B. Variabel Penelitian

  1. Variabel Utama

  a. Variabel bebas Bentuk sediaan krim antiacne dan emulgel antiacne.

  b. Variabel tergantung Diameter zona hambat terhadap S. epidermidis dan sifat fisik yang meliputi viskositas dan daya sebar.

  2. Variabel pengacau

  a. Variabel pengacau terkendali Konsentrasi minyak cengkeh, waktu pencampuran, kecepatan pencampuran, wadah penyimpanan, suhu saat pembuatan, lama penyimpanan sebelum pengujian daya hambat dan sifat fisik, suhu inkubasi, lama inkubasi, kepadatan S. epidermidis. b. Variabel pengacau tidak terkendali Suhu ruangan dan kelembaban ruangan saat penyimpanan.

C. Definisi Operasional

  

1. Minyak cengkeh adalah minyak essensial yang berasal dari gagang tanaman

cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.) dan diperoleh dari CV Indaroma.

  

2. Staphylococcus epidermidis adalah kultur murni bakteri uji S. epidermidis

ATCC 12228 yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

  

3. Krim antiacne minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil

  emulsifikasi dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat (acne), sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini.

  

4. Emulgel antiacne minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil

  emulsifikasi dan penambahan Carbopol 940 sebagai gelling agent dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat (acne), sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini.

  

5. Kontrol basis krim antiacne adalah sediaan semisolid hasil emulsifikasi

  tanpa bahan aktif minyak cengkeh sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini dan digunakan sebagai pembanding krim antiacne minyak cengkeh terhadap kemampuannya dalam menghambat atau membunuh S.

  epidermidis.

  

6. Kontrol basis emulgel antiacne adalah sediaan semisolid hasil emulsifikasi

  dan penambahan Carbopol 940 sebagai gelling agent tanpa bahan aktif minyak cengkeh dengan formula yang tercantum pada penelitian ini dan digunakan sebagai pembanding emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis.

  

7. Sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh adalah parameter yang

  digunakan untuk mengetahui kualitas sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang meliputi daya sebar dan viskositas.

  

8. Daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh adalah

  kemampuan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh untuk menghambat atau membunuh S. epidermidis yang ditunjukan melalui diameter zona hambat yang dihasilkan dibandingkan dengan masing-masing kontrol basis sediaan topikal antiacne.

  

9. Diameter zona antimikrobial adalah parameter daya antibakteri berupa

  diameter area jernih yang dihasilkan agen antibakteri dibandingkan dengan kontrol negatif.