SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

  

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI

  NIM : 081314017

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG

DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh:

YOVITA SEPTIKA SARI

  NIM : 081314017

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

KU PERSEMBAHKAN KARYA INI:

  Kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan limpahan berkat dan kasih. Teruntuk Kedua orang tuaku Petrus Sarju dan Florentina Suparti

  Kedua adikku: Bernadus Yogi Verdianto dan Agnes Putri Indarti Terima kasih Tuhan karena ENGKAU telah memberikan kedua orang tua yang begitu luar biasa keluarga yang selalu mendukungku, mengajarkanku cara bertahan hidup, dan meraih mimpi-mimpiku. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Sejarah 08 Mari teman kita songsong masa depan yang sesungguhnya

  Terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini. GBU All.

  MOTTO Setiap kemajuan mesti didahului oleh kegagalan Berkat ide, maka kegagalan mendorong munculnya

  Kemajuan, kegagalan merupakan penderitaan, Namun setelah itu dapat muncul hidup baru.

  (Immanuel Kant) Kesuksesan yang baik Adalah kesuksesasn yang tidak diraih secara Instan.

  (Hitam Putih) Jangan bergantung pada orang lain. faktanya kamu lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan hanya seringkali kamu tidak mempercayainya.

  Sesungguhnya sekuat apapun manusia mengandalkan kemampuan & kekuatannya itu adalah kosong

sebab campur tangan Tuhanlah yang

mampu menjawab dan menentukan segalanya.

  (Yovita Septika Sari)

  

ABSTRAK

SEJARAH PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA

PANCASILA 1916-1945 Oleh YOVITA SEPTIKA SARI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2013

  Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara, 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, dan 3) Problem kenegaraan apa saja yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang meliputi: Pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpretasi, dan penulisan (historiografi). Model penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan historis, yuridis dan politik.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Latar belakang lahirnya Pancasila sebagai falsafah negara adalah adanya perkembangan dan pengaruh pemikiran dunia, yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya nasionalisme Indonesia. Pancasila yang disampaikan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, dapat diterima oleh anggota sebagai usulan dasar negara. Usulan Soekarno tentang Pancasila menjadi rancangan preambule yang disepakati oleh panitia kecil dan termuat dalam alenia keempat UUD 1945, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian Pancasila disahkan menjadi dasar falsafah negara pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), tanggal 18 Agustus 1945. 2) Latar belakang pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, adalah adanya realita yang terlihat, bahwa bangsa Indonesia memiliki akar kebudayaan yang beragam, sehingga kaya akan nilai-nilai tradisi. Pengalaman pendidikan dan politik yang tumbuh pada masa Hindia Belanda dan juga pengaruh dari para tokoh pergerakan nasional maupun internasional, menjadi suatu pembuktian bagi Soekarno dalam mewujudkan pemikirannya tentang dasar negara Pancasila. 3) Problem kenegaraan yang di usulkan oleh Soekarno dan penyelesainnya, terjawab dengan adanya Pancasila sebagai dasar negara, bentuk negara kesatuan, bentuk pemerintahan republik, sistem pemerintahan presidensial dan memutuskan bahwa wilayah negara Indonesia merdeka adalah bekas wilayah kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

  

ABSTRACT

HISTORY OF SOEKARNO’S THOUGHT ABOUT PANCASILA THE

  

STATE FOUNDATION 1916-1945

BY

YOVITA SEPTIKA SARI SANATA DHARMA UNIVERSITY 2013

  This thesis aims to describe and analyze 1) the background of the birth of Pancasila as the state’s philosophy, 2) Soekarno’s rationale about Pancasila, and 3) any state problems and their solutions proposed by Sukarno.

  The method used in this study is the historical method including: source collection (heuristic), source criticism (verification), interpretation and writing (historiography). The method of the thesis writing is descriptive analytical using a historical, juridical and political approach.

  The results of this investigation suggested that: 1) the background of the birth of Pancasila as the State’s philosophy is the development and influence of the emerging universal thoughts, which later became the forerunner for the establishment of Indonesian nationalism. Pancasila, first proposed on June 1, 1945 in BPUPKI, was accepted by parliament members as the basic proposal for the stateis foundation. The proposal was then considered as the preamble draft, agreed by small committee and fed in the 1945 fourth Paragraph, namely: Belief in the one and only God, Just and civilized humanity, The unity of Indonesia, Democracy guided by the inner wisdom in the unanimity arising out of deliberations amongst representatives, Social justice for all of the people of Indonesia. It was then passed as the state foundation on Preparatory Committee for Indonesian Independence (PPKI), dated August 18, 1945. 2) Soekarno’s rationale on the basis of Pancasila State, is the visible reality, that Indonesia has a diverse cultural roots, and rich in traditional values. Education and political experience that grows during the Dutch East Indies and also the influence of the leaders of national and international movement, encourage Soekarno to realize his thoughts on the basis of the state ideology. 3) The state’s problems and their solution proposed by Sukarno, were answered with the emergence of Pancasila as the state foundation, a state of unity, the government of republic, presidential governance system and decided that the independent territory of the Indonesian state is the territory of the former Dutch East Indies colonial administration.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihnya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SEJARAH PEMIKIRAN

  

SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA 1916-1945 ”. Skripsi

  ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, program studi pendidikan Sejarah.

  Penulis menyadari, bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Rohandi,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Drs. S. Adisusilo J.R., S.Th., M.Pd. Selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Ignatius Sandiwan Suharso sebagai pembimbing II, yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan hingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  3. Seluruh dosen pendidikan Sejarah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan selama di bangku kuliah.

  4. Kedua orang tuaku, nenek, paman dan bibiku, serta Adik-adikku yang telah memberikan dukungan, kasih, semangat dan doa.

  5. Seseorang yang aku kasihi, atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini.

  6. Sahabat-sahabatku, Linda, Riri, Cristin, Andri, Awan, Cahyo, Pipin, Lisa.

  7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008, terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini.

  8. Teman-teman mitra-mitri Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, atas motivasi dan dukungannya.

  9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Yogyakarta, 23 Agustus 2013

  Yovita Septika Sari

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR...................................................................................... x

DAFTAR ISI..................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................

  1 B. Permasalahan .................................................................................

  14 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .....................................

  15 1. Tujuan Penelitian ......................................................................

  15 2. Manfaat Penelitian ....................................................................

  15 D. Tinjauan Pustaka ...........................................................................

  16 E. Kajian Teori..................................................................................

  22 F. Metode Penelitian .........................................................................

  37 1. Metode Penelitian .....................................................................

  37 a. Pengumpulan Sumber (Heuristik).........................................

  37

  d. Penulisan ..............................................................................

  67 c. Gagasan Soekarno ( 1 Juni 1945) ..........................................

  b. Menjelang Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)............................ 102

  97

  97 a. Peristiwa Sekitar Proklamasi .................................................

  88 D. Sidang Pengesahan Dasar Falsafah Negara Dan UUD.................

  83 b. Sidang Umum BPUPKI II ......................................................

  82 a. Perbedaan dan Perdebatan Ideologi Dalam Sidang BPUPKI .

  80 C. Pancasila Dirumuskan dan Diusulkan Sebagai Dasar Falsafah Negara ....................................................

  70 d. Sidang BPUPKI Tanggal 22 Juni 1945 ..................................

  61 b. Gagasan Soepomo ( 31 Mei 1945...........................................

  39 2. Pendekatan ................................................................................

  58 a. Gagasan Muhammad Yamin ( 29 Mei 1945) ........................

  48 B. Pancasila Disampaikan Pada Sidang Umum BPUPKI .................

  46 c. Nasionalisme Indonesia ..........................................................

  43 b. Masuknya Pemikiran Barat ke Indonesia ...............................

  42 a. Perkembangan dan Pengaruh Pemikiran Barat.......................

  FALSAFAH NEGARA A. Beberapa Kekuatan Dalam Aliran BPUPKI .................................

  40 BAB II: LATAR BELAKANG LAHIRNYA PANCASILA SEBAGAI

  39 G. Sistematika Penulisan ....................................................................

  c. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ................................................................... 105

  BAB III: LATAR BELAKANG PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG DASAR NEGARA PANCASILA A. Kebangsaan.................................................................................. 113 B. Internasionalisme atau Perikemanusiaan..................................... 127 C. Mufakat atau Demokrasi ............................................................. 130 D. Kesejahteraan Sosial.................................................................... 134 E. Ketuhanan .................................................................................... 138 BAB IV: PROBLEM KENEGARAAN YANG DIUSULKAN OLEH SOEKARNO A. Dasar Negara................................................................................ 142 B. Bentuk Negara ............................................................................. 147 C. Bentuk Pemerintahan .................................................................... 150 D. Sistem Pemerintahan..................................................................... 153 E. Wilayah Negara ............................................................................ 156

BAB V: KESIMPULAN .................................................................................. 163

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 169

LAMPIRAN...................................................................................................... 175

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 : Silabus ................................................................................... 175 Lampran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 179 Lampiran 3 : Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal

  29 Mei- 1 Juni 1945 ............................................................... 204 Lampiran 4 : Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal

  10-17 Juli 1945....................................................................... 204 Lampiran 5 : Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 ....... 205 Lampiran 6 : Soekarno penggali Pancasila.................................................. 206 Lampiran 7 : Mohammad Yamin................................................................. 207 Lampiran 8 : Soepomo................................................................................. 208 Lampiran 9 : Naskah “ Piagam Jakarta” atau “ Jakarta Charter

  Yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada tanggal

  22 Juni 1945 ........................................................................... 209 Lampiran 10 : Pancasila................................................................................. 210 Lampiran 11 : Preambule Undang-Undang Dasar......................................... 211 Lampiran 12 : Lambang Pancasila ................................................................ 212

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dasar negara Pancasila yang di miliki oleh bangsa Indonesia, merupakan

  dasar negara terbaik. Terbukti hingga saat ini dasar negara tersebut masih tetap digunakan dan dihayati oleh masyarakat Indonesia. Dalam Pancasila termuat sila- sila yang tak membela satu golongan pun, tetapi di dalam Pancasila ada keadilan, toleransi, dan keharmonisan bagi setiap golongan suku, agama dan masih banyak lagi. Pancasila adalah penjelmaan cita-cita historis bangsa Indonesia, yang berisi tradisi-tradisi dari zaman Hinduisme, Buddha dan Islam. Kebiasaan-kebiasaan yang lebih dicerminkan dalam adat adalah milik Indonesia sejak zaman kuno. Dari

  1 paham-paham yang kuno itulah, mengilhami lahirnya Pancasila.

  Pancasila dianggap dasar negara yang paling cocok bagi bangsa Indonesia, mengingat penduduk Indonesia berasal dari berbagai suku bangsa yang berbeda- beda, hal tersebut merupakan warisan budaya yang begitu luar biasa. Secara formal Pancasila mempunyai akar dalam sejarah, peradaban agama, hidup ketatanegaraan, kegotong royongan, struktur sosial dari masyarakat Indonesia yang diciptakan oleh kebudayaan dan aliran pemikiran atau semangat kebatinan bangsa Indonesia. Perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia yang lampau menitikberatkan pada 1                                                              J.F.Rutges, Pancasila Filsafat Negara Indonesia, Yogyakarta : Basis, 1954-1955, hlm. 39. 

   

  2

  nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, politik, dan kemasyarakatan. Jadi perbedaan- perbedaan tersebut bukanlah menjadi suatu penghalang bagi rakyat yang multikulturalisme, tetapi sebaliknya menjadi alat pemersatu bangsa yang berlandaskan pada Pancasila.

  Pada masa Jawa kuno terdapat 2 kerajaan besar yang berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Berdasarkan sumber sejarah, kerajaan Sriwijaya sudah mengembangkan tata negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan

  3 peraturan-peraturan yang ditaati oleh rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.

  Dari perkembangan Sriwijaya tersebut, Mohammad Yamin menyebutnya sebagai negara kesatuan Indonesia pertama dengan dasar kedatuan. Pada sistem tata negara dan tata pemerintahan Sriwijaya inilah, dapat ditemukan nilai-nilai Pancasila yang saling berkaitan satu sama lain. Seperti nilai persatuan yang tidak terpisahkan dengan nilai Ketuhanan yang tampak pada raja sebagai pusat kekuasaan dengan kekuatan religius berusaha mempertahankan wibawanya terhadap para Datu.

  Demikian juga nilai-nilai kemasyarakatan dan ekonomi yang terjalin satu sama lain dengan nilai internasionalisme dalam bentuk hubungan dagang dan menjadi bagian

  

4

dari birokrasi pemerintahan Sriwijaya. 2                                                              3 P.J. Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 17.  4 Ibid., hlm 16.  Ibid., hlm. 17-21. 

   

  Kemerosotan Sriwijaya disusul munculnya kerajaan Majapahit di Jawa, yang berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya ke seluruh nusantara. Puncak birokrasi pemerintahan Majapahit ialah di bawah kekuasaan raja Hayam Wuruk dengan di

  5

  bantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada. Di bawah kekuasaan raja Hayam Wuruk dengan dibantu oleh Apatih Mangkubhumi Gajah Mada inilah, Majapahit telah berhasil mengitegrasikan Nusantara. Faktor-faktor yang dimanfaatkan untuk menciptakan wawasan Nusantara itu ialah: kekuatan religio magis yang berpusat pada sang Prabhu, ikatan sosial kekeluargaan terutama antara kerajaan-kerajaan daerah di Jawa dengan sang Prabhu dalam lembaga Pahom Narendra (keluarga raja). Ikatan ekonomis yang berupa persembahan upeti dalam Pisowanan Agung untuk pejabat-pejabat daerah di Jawa dan pemungutan pajak oleh pegawai-pegawai raja di luar Jawa. Kekuatan militer yang dikoordinasi oleh Rakryan Juru Pangalasan yang di bawah perintah Apatih Mangkubhumi. Gambaran dari sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai religius sosial, dan politik merupakan materi Pancasila yang sudah muncul sejak masyarakat Nusantara

  6 memasuki zaman sejarah.

  Ditinjau dari segi etnis budaya, Indonesia termasuk negara yang paling hiterogen (beranekaragam) di dunia. Karena terdiri dari 300 kelompok etnis dan 50 bahasa yang satu sama lain amat berbeda. Tentang kehidupan beragama, semua 5                                                              6 Ibid., hlm 21.  Ibid., hlm. 23-24. 

   

  agama besar di dunia ada disini, kecuali Yudaisme. Semua agama tersebut berkembang dengan amat baik, hal tersebut semakin menambah keanekaragaman agama dan suku-suku tradisional. Namun semuanya itu seolah tak cukup untuk melukiskan kemajemukan Indonesia. Sebab Indonesia juga majemuk secara ekonomi, sosial dan politis. Kehidupan ekonominya bervariasi antara sistem ladang yang berpindah-pindah, sampai kepada sistem sawah dengan sistem irigasi yang teratur, serta perkebunan-perkebunan yang padat modal. Dari penjaja keliling sampai kepada pabrik-pabrik raksasa yang modern.

  Sistem sosialnya pun bervariasi dari desa-desa kecil yang terpencil sampai kepada kota-kota metropolitan yang besar dan maju. Dari masyarakat yang tanpa strata, seperti masyarakat kubu yang bersifat nomaden, sampai kepada masyarakat yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis, seperti pada masyarakat-masyarakat kota perdagangan dari industri. Pola sistem kekerabatan pun beraneka ragam, ada yang matrilineal, patrilinieal dan bilateral. Sedangkan sistem politiknya bervariasi

  7 antara kesukuan, kerajaan dan sebuah republik modern.

  Suatu hal yang khas pada Indonesia adalah, komposisi dan kemajemukan promordialnya, pluralitas strukturalnya. Sistem nilai tradisional masyarakat Indonesia, secara umum dapat dijelaskan sebagai struktur yang terdiri atas lapisan atau eselon budaya, yaitu asli, India dan Islam. Menurut Kahane, ketiga lapisan itu 7                                                              Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan Budaya, Jakarta: BPK Gunung

  Mulia, 1987, hlm. 14.  

   

  tidak pernah benar-benar melebur dan terkristalisasikan, dengan akibat nilai bersama yang bersifat sentral serta sistem normatif di Indonesia tidak pernah tercipta.

  Ditinjau dari sudut ekologi sosialnya, kaum abangan yang berpusat di desa- desa, yaitu kaum petani dalam masyarakat Indonesia. Kaum priyayi adalah lapisan atas di dalam masyarakat, yaitu para birokrat yang menguasai kota-kota di daerah pedalaman. Sedangkan kaum santri, merupakan unsur pedagang di dalam masyarakat, dapat dimengerti amat berpengaruh pada kota-kota perdagangan di wilayah-wilayah pesisir. Dengan demikian, kita dapat melihat kemajemukan masyarakat Indonesia juga terletak pada kenyataan tumpang tindihnya perbedaan- perbedaan ekologi sosial, kelas dan primordial, di dalam keadaan mana amat sulit

  8

  tercipta simbol-simbol dan norma-norma bersama. Tiga lapisan budaya yang ada di Indonesia, di mana dua faktor telah membentuk ketiga lapisan budaya itu serta beraneka ragam variasi kombinasi di antara mereka, yang pertama adalah faktor sejarah budaya, dan yang kedua ialah faktor lingkungan di mana masing-masing berkembang. Berikut sejarah terbentuknya ketiga lapisan budaya tersebut a) Lapisan asli

  Hampir semua penduduk Indonesia sekarang, kecuali Irian dan sekitarnya, adalah dari kelompok Deutero-Melayu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J.H. Krom, menunjukkan, bahwa kehidupan orang-orang melayu mula-mula 8                                                             

   Ibid. , hlm. 15. 

   

  berpusat pada pertanian. Sistem persawahan mendorong banyak macam kegiatan yang ditujukan untuk menahan meluasnya hutan-hutan liar, sehingga mendorong penduduk untuk mencapai tingkat kerjasama timbal-balik serta saling menolong yang tinggi. Hal tersebut memunculkan organisasi sosial yang disebut desa.

  Kekhasan dari desa ini menjadi ciri yang menetap dari masyarakat Indonesia. Bahkan menurut Muskens, desa adalah simbol dari kepribadian nasional

9 Indonesia. Desa adalah simbol dari kepribadian nasional Indonesia. Banyak orang berpendapat, bahwa desa adalah tempat lahir tipe demokrasi asli Indonesia.

  Sebagai sebuah masyarakat kecil, terjalin erat satu sama lain. Hubungan timbal-balik di antara mereka, terkenal dengan sebutan tulung-tinulung atau

  sambat-sinambat . Di balik ikatan tolong-menolong yang bersifat praktis itu,

  adalah nilai-nilai moral yang bersifat sentral, mengatur kehidupan bersama mereka, misalnya: gotong-royong (menekankan kerjasama), pada-pada (menekankan kesamaan), dan tepa selira (menekankan timbang/tenggang rasa). Desa juga merupakan sebuah kesatuan religius. Ritus yang paling sentral adalah

  slametan terhadap nenek moyang, serta pendiri desa (cikal-bakal), mereka

  didewakan dan dipuja. Animisme, merupakan konsepsi tradisional yang paling dasar. Kehidupan manusia dipercayai sebagai ada di dalam konteks kosmis. Di mana semua manifestasi alam, dipercayai sebagai konsekwensi dari kiprah kekuatan-kekuatan supra-natural. Menurut Vlekke, unsur-unsur pokok dari 9                                                              Ibid., hlm. 23. 

   

  agama asli Indonesia adalah sebagai berikut: pertama, suatu kepercayaan yang bersifat panteistis, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu dan semua kehidupan mempunyai tenaga/energi kehidupan. Enersi ini (jiwa) pada seseorang dapat

  10 lebih kuat daripada yang ada pada orang lain.

  b) Lapisan India Para ahli sejarah tidak mencapai kesepakatan tentang perjumpaan pertama antara kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan India, apakah terjadi melalui suatu bentuk penaklukan secara militer, atau melalui cara perdamaian, baik dengan perantara perdagangan ataupun agama. Dibalik ketidakpastian mengenai hal tersebut, kita dapat menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga hal yang disepakati oleh kebanyakan pengamat. Pertama, bahwa ketika perjumpaan itu terjadi, Indonesia sama sekali bukanlah negara yang vakum secara sosio- budaya. Kedua, bahwa di dalam perjumpaan itu, kebudayaan Indonesia sama sekali tidak pasif dan tidak hanya menyerah. Ketiga, meskipun pengaruh dari anak benua India itu memang benar-benar kuat, tetapi tidak bisa mencabut lapisan budaya asli. Keberhasilan pengaruh India itu, pada satu pihak adalah oleh karena ia mengandung unsur-unsur yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Yakni seperti. Konsep-konsep filsafati serta agamawi yang relatif canggih, serta cara pendekatannya yang khas, membuat lapisan India 10                                                              Ibid., hlm. 24-25. 

   

  segera diterima oleh lapisan atas dari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, dan

  11 dalam skala yang lebih rendah di Sumatera.

  c) Lapisan Islam Lapisan disebut kebudayaan pesisir, atau kebudayaan pantai. Kebudayaan ini mulai tumbuh sekitar abad ke 14-18, dan sejak semula amat berkaitan dengan penyebaran agama Islam. Jadi, apabila lapisan asli berkaitan dengan lapisan petani, lapisan India dengan golongan atas, maka lapisan Islam mempunyai jalinan dengan unsur-unsur perdagangan di dalam masyarakat. Keseragaman budaya di antara orang-orang pesisir secara etnis sangat heterogen. Kebudayaan mereka masing-masing merupakan percampuran antara kebudayaan asli dengan kebudayaan Arab dan India Selatan. Islam masuk ke Indonesia melalui rute yang tidak langsung, ia telah menglami “penyaringan” dan “penggodogan” oleh pengalaman-pengalaman religius orang-orang Persia dan India, dan oleh karenanya relatif mengandung unsur mistik yang cukup kuat. Hal tersebut justru dapat diterima dengan mudah oleh penduduk Indonesia, bahkan sampai pada titik dirangkul pula ke dalam sinkretisme Jawa. Pada akhir abad ke-15 dan selama abad ke-16, pengaruh Islam semakin meluas, dan berhasil menjadi agama

  12 mayoritas penduduk Indonesia. 11                                                              12 Ibid., hlm. 26-28.  Ibid., hlm. 30-31. 

    Intervesi Barat juga memilki peranan penting bagi kebudayaan Indonesia.

  Perjumpaan yang terus -menerus dengan peradaban barat berhasil membentuk suatu lapisan budaya baru. Pengaruh kebudayaan terbesar adalah, bahwa periode ini merupakan latar belakang bagi lahirnya Republik Indonesia yang modern dan merdeka. Kebudayaan barat dapat dikatakan tidak pernah bersinggungan secara intensif dengan kehidupan rakyat banyak.

  Weber, dalam bukunya yang amat terkenal, pernah menjabarkan “roh kapitalisme”, yang merupakan keunikan kebudayaan barat, antara lain dalam bentuk: minat yang sungguh-sungguh kepada yang baru, semangat berpetualang dalam mengusahakan hal-hal baru, kesadaran individualism yang dalam, penghargaan yang tinggi kepada materi, dan pemujaan terhadap kerja sebagai suatu “panggilan”. Roh semacam itu tidak dengan begitu saja dapat ditanamkan di tempat lain, ia

  13 membutuhkan lahan yang cocok.

  Seluruh masyarakat Indonesia pada dasarnya terstrukturkan menurut negara- pusat---masyarakat-desa (Tichelman) atau poros “Negara-Desa” (Greetz), dengan lapisan yang amat lemah dan tipis di antara kedua kutubnya. Di sampan itu, pengambil operan beberapa unsur kebudayaan Barat juga mempunyai dampak yang tak dapat dipandang remeh. Abad ke-19 ditandai oleh semakin banyaknya priyayi muda yang menikmati pendidikan Barat, dan di dalam kenyataan mampu meyerap

  14 kebudayaan Barat ke dalam diri mereka. 13                                                              14 Ibid., hlm. 38.  Ibid., hlm. 37-39. 

   

  Soekarno mengatakan, bahwa puncak penderitaan bangsa Indonesia adalah perang dengan segala akibatnya, yakni kemiskinan dan kemelaratan. Pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah Jepang meresmikan terbentuknya Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas dari badan tersebut, adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain, yang dibutuhkan

  15

  dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. Melihat dari latar belakang Indonesia pada masa tradisional, Soekarno berusaha memahami dan menggali Pancasila.

  Gagasan Pancasila disampaikan pertama kali oleh Soekarno di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Hari-hari sebelum tanggal 1 Juni 1945, telah terjadi perdebatan yang tajam, mencerminkan perbedaan pendapat di antara golongan sesama anggota

  16 BPUPKI yang berjumlah lebih dari 60 orang. Namun perdebatan-perdebatan

  tersebut berubah, setelah Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya yaitu “Pancasila

  Dasar Negara Indonesia Merdeka”. Semua perdebatan tersebut seolah menemukan

  alurnya, dan seperti kelahirannya, dasar negara Indonesia merdeka itu telah melalui 15                                                             

A.M.W. Pranarka, Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila, Jakarta : Yayasan Proklamasi Centre For

16 Strategic and Internasional Studies, 1985, hlm. 25. 

Saafroedin Bahar et.al., Risalah Sidang Badan Peyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

  

(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 28 Mei 1945-22 Agustus 1945 , Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. xxv-xxvi.

   

   

  perdebatan sesama anggota BPUPKI. Soekarno juga mengharapkan agar dalam badan perwakilan Indonesia merdeka kelak, demi terciptanya undang-undang yang mencerminkan hati nurani rakyat dengan tak terkecuali. Dasar negara Indonesia, yakni Pancasila tidak pernah menolak perbedaan pendapat, suku, agama, status sosial. Tetapi perbedaan-perbedaan yang beraneka ragam tersebut sebaliknya melebur menjadi satu dalam ikatan persatuan sebagai cermin kepribadian bangsa,

  17 yaitu musyawarah mufakat “Bhinneka Tunggal Ika”.

  Pemikiran Soekarno tentang Pancasila, tidak lepas dari pengaruh pergerakan politik yang telah ada dalam jiwanya. Terutama sejak ia tinggal di rumah pemimpin nasionalis Tjokroaminoto saat Soekarno bersekolah di HBS di Surabaya. Pendidikan yang ia jalani selama bertahun-tahun ini, sebagian besar adalah pendidikan Belanda dan Barat. Di sekolah HBS inilah, sebagai seorang pelajar Belanda dan di rumah yang ditumpanginya tersebut ia mulai berkenalan dengan paham nasionalisme. Paham yang mulai bersemi dan yang berlindung di bawah

  18

  sayap Marxisme Barat, memiliki ciri suatu ideologi kebebasan. Pengaruh nasionalisme dalam diri Soekarno terus berkembang sampai ia menjadi mahasiswa di Bandung, ia semakin gencar menentang kolonialisme dan imperealisme yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut membuat pemerintah kolonial risau tatkala Soekarno mendirikan partai politik yang dianggap bertujuan untuk merobohkan 17                                                             

Soekarno, Pancasila Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Inti Idayu Press-Yayasan Pendidikan Soekarno,

18 1984, hlm. V. 

Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, hlm. 21. 

   

  pemerintahan Hindia-Belanda. Soekarno menjelma menjadi seorang pemimpin yang ditakuti sekaligus disegani. Pemikiran-pemikiran dan pidato yang ia miliki dituangkan dengan tajam dan luas mengenai keadaan politik internasional dan

  19 masyarakat Indonesia dibawah penjajahan asing.

  Masuknya pemikiran Barat ke Indonesia, telah memberikan dampak yang begitu hebat, di mana munculnya gerakan kebangkitan nasional ditandai oleh berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. BU menghendaki pendidikan

  20

  rakyat, sehingga dapat terangkatlah harkat, derajat dan martabatnya. Berawal dari pergerakan Budi Utomo inilah, kemudian bermunculan berbagai organisasi lainnya yang memiliki semangat perjuangan bagi perbaikan nasib bangsa Indonesia.

  Lahirnya Pancasila, adalah buah pemikiran yang luar biasa dari seorang Soekarno. Pemikiran Soekarno mencapai puncaknya pada tahun 1945, ketika ia mengemukakan gagasan tentang dasar Negara di depan sidang umum BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Soekarno telah berjasa besar atas terciptanya dasar negara Pancasila yang masih kita digunakan hingga saat ini. Di mana perumusuan tersebut bertujuan untuk membawa bangsa Indonesia pada arah yang lebih baik. Pancasila menjadi satu-kesatuan dan paham kebangsaan yang mengacu pada perasaan, sikap 19                                                              20 Soekarno, Indonesia Menggugat, Jakarta: Penerbit S.K.Seno, 1951, hlm. 1. 

  G. Moedjanto, Dari Pembentukan Pax Neerlandica sampai Negara Kesatuan Republik Indonesia, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2003 , hlm. 73-76. 

   

  mental cinta tanah air, bangsa dan negara serta kesediaan berkorban demi

  21 kepentingan kesejahteraan seluruh masyarakatnya.

  Paham kebangsaan telah dihayati dan diresapi oleh rakyat Indonesia selama proses pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan. Secara konkrit dituangkan sebagai landasan idiil Pancasila dalam landasan konstitusional UUD 1945, dengan Pancasilanya merupakan kesatuan tak terpisahkan. Pancasila merangkum sejelas-jelasnya seluruh subtansi, isi dan esensi dari paham kebangsaan Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak mengacu pada Pancasila dan UUD 1945,

  22 merupakan suatu tindakan ahistoris yang mengarah kepada bentuk penyimpangan.

  Pancasila bagi bangsa Indonesia mengandung berbagai pengertian, antara lain sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi nasional disatu pihak juga sebagai dasar negara Indonesia. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila, selain

  23 merupakan konsep kultural juga merupakan konsep politik serta konsep hukum. 21                                                              22 Sejarah Lahirnya Pancasila, Jakarta : Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), 1995, hlm. 3.  23 Ibid  Pariata Westra, Pancasila Dalam Empat Pilar Utama Negara-Bangsa Edisi I, Yogyakarta : Pusat Dokumentasi Kepustakaan Balai Pembina Administrasi dan Manajemen, 2011, hlm. 1. 

    B.

   Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

  1. Apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara?

  2. Apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila?

  3. Problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya? Pada persoalan yang pertama antara lain akan dijelaskan tentang latar belakang Pancasila sebagai dasar falsafah negara, yang di sampaikan Soekarno pada sidang umum Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pengesahan dasar falsafah negara dan UUD dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

  Pada persoalan kedua akan dijelaskan pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila, yaitu kebangsaan sebagai sila pertama dan Internasionalisme atau perikemanusiaan sebagai sila kedua, mufakat demokrasi sebagai sila ketiga, sila kesejahteraan sosial, dan Ke-Tuhanan sebagai sila keempat dan kelima.

   

  Pada permasalahan ketiga akan di jelaskan tentang problem kenegaraan yang dikemukakan oleh Soekarno dan penyelesaiannya tentang dasar negara, bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dan wilayah negara.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :

  1. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana lahirnya Pancasila sebagai dasar falsafah negara.

  2. Untuk menjelaskan apa latar belakangnya dan bagaimana pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila.

  3. Untuk menjelaskan problem kenegaraan apa saja yang dikemukakan oleh Soekarno dan bagaimana penyelesainnya.

2. Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penulisan ini adalah:

  a. Bagi Penulis Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Pancasila. Hal tersebut sangat berguna sebagai pembelajaran dan wawasan penulis supaya mampu mengimplementasikan Pancasila dengan baik sebagai pandangan hidup bangsa.

   

  b. Bagi Universitas Sanata Dharma Penulisan skripsi ini, diharapkan

  melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi, yakni bidang penelitian, skripsi ini diharapkan dapat menambah kekayaan khasanah pustaka sejarah sebagai bahan bacaan yang berguna bagi pembeljaran sejarah, khususnya mengenai Sejarah pemikiran Soekarno tentang Pancasila 1916-1945.

  c. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan

  Sejarah untuk mempelajari lebih dalam mengenai sejarah pemikiran Soekarno tentang dasar negara Pancasila

  1916-1945

  . Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Tinjauan Pustaka

  Sumber sejarah pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa.

  24 Sumber

  primer itu tidak perlu asli (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus asli dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain, melainkan berasal dari sumber

                                                               24 Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Pres, 1969, hlm. 35.  

   

  pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang

  25 sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan.