Campur kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada wacana berita kriminal koran Merapi edisi September 2012 - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

CAMPUR KODE BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA
PADA WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI
EDISI SEPTEMBER 2012

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Agustina Tri Tresnaning Tyas
NIM: 084114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JULI 2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Bapak , Ibukku tercinta dan
keluarga besarku
Terimakasih atas doa dan bimbingan kalian
serta semangat yang diberikan untukku

vi

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013. “Campur Kode Bahasa Jawa ke dalam Bahasa
Indonesia pada Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi september
2012”. Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi
edisi september 2012 ini memiliki dua tujuan sebagai berikut. Pertama,
mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana berita
kriminal Koran Merapi edisi september 2012. Kedua, mendeskripsikan fungsi
campur kode yang terjadi pada wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September
2012.
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu tahap pengumpulan
data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Data diperoleh
dengan metode simak, yaitu campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi

edisi September 2012. Teknik lanjutan dari metode simak tersebut adalah teknik
simak bebas libat cakap, yaitu peneliti berperan sebagai pengamat dan tidak terlibat
dalam peristiwa tuturan yang bahasanya sedang diteliti. Teknik simak bebas libat
cakap ini dilaksanakan dengan teknik catat, yaitu mencatat data pada kartu data.
Analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan
translasional. Teknik yang digunakan pada metode ini adalah teknik hubung banding
menyamakan hal pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok ini
digunakan untuk menemukan campur kode yang digunakan dalam wacana berita
kriminal Koran Merapi edisi September 2012. Data yang sudah dianalisis disajikan
dengan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan
kata-kata biasa yang apabila dibaca dapat langsung dipahami.
Hasil penelitian tentang campur kode pada wacana berita kriminal Koran
Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut. Pertama, campur kode meliputi
satuan lingual morfem, kata, frasa, dan bentuk ulang. Campur kode berupa kata
meliputi kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), dan bentuk
ulang. Campur kode berupa morfem morfem terikat meliputi prefiks ke-, prefiks di-,
prefiks meN-, konfiks ke-an, dan konfiks di-i. campur kode berupa frasa meliputi
frasa nomina.
Kedua, campur kode dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi
September 2012 memiliki beberapa fungsi, yaitu 1. memperhalus maksud tuturan, 2.

mempertegas maksud tuturan, 3. membedakan kelas sosial penutur, dan 4.
membedakan jenis kelamin penutur.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Tyas, Agustina Tri Tresnaning. 2013.”Code Mixing of Javanese Language into
Indonesian Language in Criminal News Koran Merapi September 2012
Edition”. Undergraduate Thesis. Department of Indonesian Letters, Faculty of
Letters. Sanata Dharma University.
This research about code mixing in criminal news Koran Merapi in
September 2012 edition has two purposes. First, describing the unit of linguistic
features in code mixing as seen in the criminal news Koran Merapi September 2012

edition. Second, describing the function of code mixing in criminal news Koran
Merapi September 2012 edition.
This study is done by through three strategic steps, which are collecting data,
analyzing data, and presenting the result of analysis. The data is collected by
Observation Method, which is code mixing in the criminal news in Koran Merapi
September 2012 edition. The follow-up from Observation Method is Uninvolved
Conversation Observation Technique, which is the researcher is just an observer and
does not involved in the conversation which is being observed. This Uninvolved
Conversation Observation Technique is performed with Writing Technique, which is
writing the relevant data into the data cards. The analysis of data is done by using
Referential Identity Method and Translational Identity Method. The technique which
is used in this method is Connecting and Comparing Technique to the main object.
Connecting and Comparing Technique to the main object is used to find code mixing
which is used in criminal news Koran Merapi September 2012 edition. The result of
data is presented in informal method, which means the presentation of the result
analysis is using informal words which is easy to understand after read.
The result of the study about code mixing in criminal news Koran Merapi
September 2012 edition as follow: first, code mixing includes the unit of linguistic
features morpheme, words, phrase, and repetition. Code mixing forms as nouns,
verbs, adjectives, and repetition. Code mixing as bound morpheme includes prefix

ke-, prefix, di-, prefix meN-, affix ke-an, and affix di-i. Code mixing as a phrase
include noun phrase.
Second, code mixing in criminal news Koran Merapi September 2012 edition
has few functions, which are to refine the meaning of the speech, to clarify the
meaning of the speech, to differentiate the social class of the speaker, and as the
determination to the sex of the speaker.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terima kasih dan puji syukur yang teramat besar pada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-Nya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikanakhir ini.

Tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak
yang dengan setia dan penuh doa menyemangati penulis. Oleh karena itu, banyak
terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku pembimbing I yang dengan
sabar menerima keluh kesah penulis dan menjadi pemberi solusi yang baik
bagi penulis selama penulisan tugas akhir,
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku pembimbing II yang dengan sabar
memberi masukan dan motivasi bagi penulis,
3. Para dosen Sastra Indonesia, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., S.E. Peni Adji,
S.S., M.Hum., Dra. F. Tjandrasih, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S., Dr. P.
Ari Subagyo, M.Hum., dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., terima kasih
atas kesempatan berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis menjalani studi
di Program Studi Sastra Indonesia,
4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu penulis dalam kelancaran
mencari informasi akademik selama penulis kuliah,
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, tempat menemukan referensi
tambahan yang mendukung penulisan tugas akhir,

ix


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Keluarga tercinta, Bapak Bambang Widiyanto dan Ibu Chatarina Endah
Lestari, yang selalu berdoa, sabar, penuh cinta, dan percaya atas pilihan minat
studi penulis, serta kakak pertama Felix Alang Bayu Purba beserta istri
Bernadheta Deni dan ponakan Gabriela Christabel Kireyna Purba yang selalu
menyemangati, dan kakak keduaku Florianus Setianta Wicaksana Purba yang
selalu memotivasi dan bertanya “lek lulus nok lek nyusul aq”,
7. Nanang Sukarna kakak, kekasih, teman, sahabat yang selalu ada ketika
penulis berada dalam keadaan sulit, terima kasih atas dukungan dan kasih
sayang yang diberikan kepada penulis,
8. Diana Maria Adriana, Lilid Perwira Subagyo, Yohana Yeq, sahabat terbaik
dan saudara seperjuangan yang tak henti-hentinya membagi kasih dan
kerelaan bagi penulis kemarin, saat ini, dan seterusnya,
9. Teman-teman angkatan 2008, yang dalam suka dan duka tetap kompak dan

saling mendukung,
10. Teman-teman Bengkel Sastra yang selalu bersemangat dalam semua kegiatan
kampus dan tetap membara.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa meski diselesaikan dengan usaha terbaik dari
penulis, tugas akhir ini masih belum sempurna. Segala kekurangan, ketidaktelitian,
dan kekekeliruan dalam tugas akhir ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
Dengan rendah hati, penulis menerima saran dan kritik.
Yogyakarta, 17 Juli 2014
Penulis

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... ...............ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... .......iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................................vi
ABSTRAK .................................................................................................................vii
ABSTRACT ...............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ix
DAFTAR ISI...............................................................................................................xi
BAB I: PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................5
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...........................................................................5

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................................6
1.6 Landasan teori ............................................................................................9
1.6.1

Pengertian Bilingualisme .......................................................10

1.6.2

Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode ...................10

1.6.3

Jenis Campur Kode Berdasarkan Satuan Lingualnya .............12

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ..................................................................15
1.7.1

Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................15

1.7.2

Metode dan Teknik Analisis Data ..........................................16

1.7.3

Tahap Penyajian Hasil Analisis Data ....................................17

1.8 Sistematika Penyajian ..............................................................................17
BAB II: CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL DALAM
WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER
2012 ................................................................................................................18
2.1 Pengantar .................................................................................................18
2.2 Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi
Edisi September 2012 berdasarkan Satuan Lingualnya ...........................19
2.2.1 Campur Kode Berupa Morfem ..............................................................19
2.2.1.1 Campur Kode Berupa prefix N- .............................................20
Tabel.1 Pencampuran Prefiks N- Bahasa Jawa ..............................21

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.1.2 Campur Kode Berupa Konfiks Ke-an ..................................22
Tabel 2. Pencampuran Konfiks Ke-an Bahasa Jawa ....................23
2.2.1.3 Campur Kode Berupa Konfiks Di-i ......................................23
Tabel 3. Pemcampuran Konfiks Di-i Bahasa Jawa ....................24
2.2.2 Campur Kode Berupa Kata ..................................................................24
2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina) ........................24
Tabel 4. Campur Kode Berupa Kata Benda ........................... ...26
2.2.2.2 Campur Kode Berupa Kata Kerja (Verba) ............................28
Tabel 5. Campur Kode Berupa Kata Kerja .................................33
2.2.2.3 Campur Kode Berupa Kata Sifat (adjektiv) ...........................37
Tabel 6. Campur Kode Berupa Kata Sifat .................................. 39
2.2.3 Campur Kode Berupa Frasa................................................................ ...39
2.4.1 Campur Kode Berupa Frasa Nomina..........................................39
Table 7. Campur Kode Berupa Frasa Nomina ........................... 40
2.5 Campur kode Berupa Bentuk Ulang......................................................... 41
Table 8. Campur Kode Berupa Bentuk Ulang ........................... 42

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III: FUNGSI CAMPUR KODE PADA WACANA BERITA KRIMINAL
DALAM KORAN MERAPI EDISI SEPTEMBER 2012.......................... 44
3.1 Pengantar .............................................................................................44
3.2 Fungsi Campur Kode untuk Memperhalus Maksud Tuuran ..............44
3.3 Fungsi Campur Kode untuk Mempertegas Maksud Tuturan..............46
3.4 Fungsi campur Kode untuk membedakan Kelas Sosial .....................49
3.4.1 Golongan Terdidik.............................................................. 49
3.4.2 Golongan Masyarakat Biasa ...............................................51
3.5 Fungsi Campur Kode untuk mengetahui Jenis Kelamin Penutur ......52
3.5.1 Jenis Kelamin Laki-laki ......................................................52
3.5.2 Jenis Kelamin Perempuan ...................................................53
BAB IV: PENUTUP ............................................................................................54
4.1 Kesimpulan .........................................................................................54
4.2 Saran ...................................................................................................55
Daftar Pustaka .......................................................................................................56
Tentang penulis .....................................................................................................59

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran .............................................................................................................60

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi untuk

berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Alat komunikasi yang dimaksud adalah
bahasa. Bahasa sangat diperlukan demi terjalinnya sebuah komunikasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sudaryanto (1985: 110), yakni “bila kita hidup dalam kesendirian,
memencil atau terpencil, maka tak dapat tidak kita selalu terlibat dalam penggunaan
bahasa; apakah kita sebagai pembicara ataukah sekadar sebagai pendengar saja.”
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
penggunaan bahasa dapat dibedakan dalam dua ragam bahasa, yaitu bahasa lisan dan
bahasa tulis (Sugono, 2002: 14). Penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis saat ini
diakui telah mendapat pengaruh dari bahasa Nusantara dan bahasa asing. Namun,
selama pemasukan unsur bahasa daerah Nusantara atau bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia mengisi kekosongan atau memperkaya kesinoniman dalam kosa kata atau
bangun kalimat, maka gejala itu dianggap wajar (Tim Depdikbud, 1997: 8).
Suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih)
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa
ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu disebut
campur kode (Nababan, 1984: 32).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur dalam
berkomunikasi menggunakan suatu bahasa secara dominan, dan disisipi dengan bahasa
yang lainnya. Biasanya terdapat ciri yang menonjol terjadinya campur kode, yaitu
kesantaian atau situasi informal. Dalam situasi formal jarang terjadi campur kode.
Namun, tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi karena tidak ada ungkapan
yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai itu, sehingga perlu memakai kata atau
ungkapan dari bahasa yang lain untuk mendukung suatu fungsi.
Fenomena bahasa campur kode dalam ragam bahasa tulis, terdapat pada wacana
berita kriminal dalam Koran Merapi. Koran Merapi adalah salah satu surat kabar yang
terbit di Yogyakarta. Surat kabar ini dibaca oleh masyarakat menengah ke bawah. Oleh
karena itu, dalam surat kabar ini banyak disisipikan kata dalam bahasa daerah,
khususnya bahasa Jawa.
Berikut ini contoh campur kode yang terdapat pada wacana berita kriminal dalam
Koran Merapi edisi September 2012:
(1) “Bukan masalah kerso atau tidak, itu terserah sana,” kata Sultan.
(KM, Selasa Legi, 4 September 2012; 1)
(2) Trans Jogja Sruduk Mobil Boks
(KM, Sabtu Pon, 1September 2012, hal 2)
(3) “nuwun sewu, no comment,” katanya singkat. (KM, Selasa Legi, 4 september
2012;1)
(4) Bapak-anak keroyok bakul bakso. (KM, Sabtu Kliwon, 8 September 2012)
(5) Rayakan kemenangan Jokowi-Ahok Kader PDIP-Gerindra cukur gundul.
(KM, Jumat Pon, 21 September 2012;1)
(6) Saat kejadian rumah korban dalam keadaan kosong karena pemiliknya sedang
pergi ke pasar Cepogo, sedangkan istri dan anaknya rewang ke rumah
tetangga yang punya hajat. (KM, Jumat Legi, 14 September 2012;2)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Kata kerso pada contoh (1) termasuk dalam campur kode karena kata kerso
berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘mau’. Pada contoh (2) terdapat kata
dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata
sruduk. Kata sruduk merupakan campur kode karena kata sruduk berasal dari kata
dalam bahasa Jawa yang berarti ‘tabrak’ atau ‘menabrak’. Pada contoh (3) terdapat
frasa dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu frasa
nuwun sewu. Frasa nuwun sewu merupakan campur kode karena frasa nuwun sewu
berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘maaf; permisi’. Pada contoh nomor (4) terdapat
kata dalam bahasa Jawa yang disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata
bakul. Kata bakul merupakan campur kode karena kata bakul berasal dari bahasa Jawa
yang berarti ‘penjual’. Pada contoh nomor (5) terdapat kata dalam bahasa Jawa yang
disisipikan dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata gundul. Kata Gundul
merupakan campur kode karena kata gundul berasal dari bahasa Jawa yang berarti
‘botak’. Pada contoh nomor (6) terdapat kata yang berasal dari bahasa Jawa yag
disisipikan ke dalam kalimat bahasa Indonesia, yaitu kata rewang. Kata rewang
merupakan campur kode karena kata rewang berasal dari bahasa Jawa yang berarti
‘membantu’.
Dilihat dari fungsi campur kodenya, kata kerso pada contoh (1) digunakan untuk
memperhalus maksud tuturan. Kata kerso dipilih untuk menghindari kesan kasar dan
tidak sopan. Kata sruduk pada contoh (2) digunakan untuk mempertegas maksud
tuturan. Kata sruduk dipakai menegaskan bahwa terjadi kecelakaan yang melibatkan
kendaraan Trans Jogja dan mobil boks. Kata nuwun sewu pada contoh (3) digunakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

untuk memperhalus maksud tuturan. Kata bakul pada contoh (4) digunakan sebagai
penentu kelas sosial dalam masyarakat, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam
masyarakat biasa. Kata gundul pada contoh (5) digunakan sebagai penentu jenis
kelamin, dalam hal ini kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin laki-laki.
Kata rewang pada contoh (6) digunakan sebagai penentu jenis kelamin, dalam hal ini
kata tersebut masuk ke dalam kategori jenis kelamin perempuan.
Campur kode merupakan fenomena yang sering kita jumpai dalam bahasa
sehari-hari yang kita gunakan. Selain itu juga, dalam media massa khususnya koran
tidak jarang juga kita menemukan bahasa daerah (Jawa) yang disisipkan dalam kalimat
berbahasa Indonesia. Campur kode tersebut bisa kita temukan dalam koran lokal
khususnya yang berada di daerah Yogyakarta yaitu Koran Merapi edisi September
2012. Dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 penulis
banyak sekali menemukan kata dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk melengkapi
kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal itulah yang menjadi alasan penulis ingin
melakukan penelitian ini. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui pada satuan lingual
apa sajkah campur kode dalam Koran Merapi edisi September 2012 ini terjadi dan apa
fungsi campur kode dari setiap satuan lingual tersebut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.2

5

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ada dua, yaitu

1.2.1 Dalam satuan lingual apa sajakah campur kode terjadi dalam wacana berita
kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012?
1.2.2 Apa fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat dalam wacana
berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 tersebut?

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena campur kode

penggunaan bahasa Indonesia, dalam hal ini akan diteliti terjadinya penggunaan bahasa
Indonesia yang menggunakan unsur bahasa Jawa. Secara khusus, tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1.3.1

Mendeskripsikan satuan lingual apa saja campur kode terjadi dalam wacana
berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012.

1.3.2

Mendeskripsikan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual yang terdapat
dalam wacana pada Koran Merapi edisi September 2012.

1.4

Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan

praktis. Secara teoretis manfaat yang didapat adalah mempertegas kajian linguistik dan
sosiolingustik. Pada penegasan kajian linguistik, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan titik terang bahwa campur kode merupakan literatur yang digunakan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

dalam media massa bukan sebagai literatur akademik sastra. Pada penegasan kajian
sosiolinguistik, penelitian ini diharapkan dapat menguatkan bahwa latar belakang
seseorang penutur dapat mempengaruhi tuturan yang digunakannya. Dalam hal ini,
latar belakang budaya, sosial, agama, lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan
memperkuat bagaimana bertindak tutur.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk membaca tindak campur kode yang muncul dalam wacana berita kriminal pada
Koran Merapi. Selain itu, pembaca juga bisa memiliki pemahaman mengapa dalam
komunikasi terjadi tindak campur kode.

1.5

Tinjauan Pustaka
Topik mengenai campur kode pernah dibahas oleh Ciptini (2003), Ekayanti

(2004), Yuniawan (2005), Hendriawan (2009), Setyawati (2010), dan Primasandi
(2011).
Ciptini (2003) dalam tesisnya meneliti tentang “Jenis dan Alasan Penggunaan
Campur Kode dalam Komunikasi Hubungan Kerja Rektor Universitas Negeri
Semarang”. Permasalahan yang dibahas dalam tesis tersebut yaitu jenis dan alasan apa
saja yang menyebabkan digunakannya campur kode dalam komunikasi hubungan kerja
Rektor Universitas Negeri Semarang. Ada dua macam campur kode yang digunakan
oleh rektor Universitas Negeri Semarang dalam komunikasi formal, yaitu (1) campur
kode serumpun dan (2) campur kode tak serumpun. Penggunaan campur kode tersebut
terjadi pada penyisipan berupa kata, frasa, baster, dan idiom. Alasan penggunaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

campur kode adalah untuk menunjukkan wawasan penutur yang luas, rasa kedaerahan,
perasaan senang dan tidak senang, menghormati seseorang, dan keinginan untuk
menjelaskan atau menafsirkan.
Ekayanti (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Novel
Belantik karya Ahmad Tohari” meneliti beberapa permasalahan, yakni, (1) jenis-jenis
campur kode yang terdapat dalam novel Belantik karya Ahmad Tohari berdasarkan
satuan lingualnya, (2) jenis-jenis campur kode yang terdapat dalam novel Belantik
karya Ahmad Tohari berdasarkan bahasanya, (3) makna satuan lingual yang tercampur,
dan (4) faktor penyebab terjadinya campur kode.
Yuniawan dalam jurnal Humaniora, Volume 17 No.1 (2005: 89-99) menulis
tentang “Campur Kode pada Masyarakat Etnik Jawa-Sunda: Kajian Sosiolinguistik
dalam Ranah Pemerintahan di Kabupaten Brebes”. Pada penelitiannya, Yuniawan
menemukan wujud campur kode masyarakat etnik Jawa-Sunda yang berada dalam
ranah pemerintahan, yang terdiri dari (1) campur kode BJw-dB dalam BI, (2) campur
kode BS-dB dalam BI, (3) campur kode BJw-dB dalam BS-dB, (4) campur kode BSdB dalam BJw-dB, (5) campur kode BJw-Ng dalam BI, dan (6) campur kode BJw-Kr
dalam BI.
Hendriawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode pada
Penulisan Blog www.seleb.tv” menulis bahwa campur kode terjadi bila seorang penutur
menggunakan suatu bahasa secara dominan yang mendukung suatu tuturan disisipi
oleh unsur bahasa lainnya. Permasalahanan yang dibahas dalam skripsinya, yakni (1)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

apa sajakah jenis campur kode, (2) apa sajakah wujud campur kode, dan (3) faktor
apakah yang melatarbelakangi terjadinya campur kode.
Setyawati dalam jurnal Jalabahasa, Volume 6, No.1 (2010:63-72) menulis
tentang “Campur Kode dalam Rubrik ‘Ah... Tenane’ pada Harian Solopos Edisi 29-30
Januari dan 1 Februari 2010”. Dari analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa bentukbentuk campur kode adalah berupa penyisipan bahasa Jawa berupa kata, penyisipan
berupa frasa, dan penyisipan berupa klausa ke dalam bahasa Indonesia.
Primasandi, (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode Bahasa
Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Tuturan Tokoh Pariyem dalam Novel
Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag” meniliti satuan lingual apa sajakah
campur kode terjadi dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi Ag, dan
mengapa terjadi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi
Ag. Dari penelitian tersebut ditemukan campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem
terjadi pada satuan lingual berupa kata, frasa, baster, bentuk ulang, dan peribahasa.
Selain itu, Campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem dilatarbelakangi oleh dua
faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor kebahasaan yang
melatarbelakangi campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem terdiri atas faktor low
frequency of word dan faktor oversight. Faktor non-kebahasaan yang melatarbelakangi
campur kode dalam novel Pengakuan Pariyem adalah faktor need for synonim, faktor
social value, faktor situasi formal, dan faktor kebiasaan. Campur kode dalam tuturan
tokoh Pariyem dalam novel Pengakuan Pariyem disebabkan oleh adanya tingkat tutur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

bahasa Jawa, yakni tingkat tutur krama inggil, tingkat tutur krama, dan tingkat tutur
ngoko.
Dalam skripsi ini dibahas campur kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia
wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012. Permasalahan yang
diangkat adalah campur kode pada wacana berita kriminal Koran Merapi terjadi dalam
satuan lingual apa saja dan fungsi campur kode dari setiap satuan lingual pada wacana
berita kriminal Koran Merapi edisi September tersebut. Meskipun penelitian ini tidak
mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada mengenai jenis-jenis campur kode
berdasarkan satuan lingualnya dan sebab-sebab terjadinya campur kode, penulis
mengambil kelebihan dari penelitian ini, yakni karena wacana kriminal Koran Merapi
ini merupakan surat kabar yang di dalamnya terdapat banyak campur kode dalam
bahasa daerah terutama bahasa Jawa, sehingga surat kabar ini memiliki perbedaan
spesifik dengan surat kabar yang lain.

1.6

Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam

penelitian ini meliputi, (1) pengertian bilingualisme, (2) pengertian kode, alih kode
dan campur kode, (3) jenis campur kode berdasarkan satuan lingualnya, (4) fungsi
campur kode berdasarkan satuan lingualnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.6.1

10

Pengertian Bilingualisme
Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia juga sering disebut dengan

kedwibahasaan. Secara harafiah, yang dimaksud dengan bilingualisme, yaitu
berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Bilingualisme ialah
kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain (Nababan,
1984;27).

1.6.2

Pengertian Kode, Alih Kode, dan Campur Kode
Menurut Soewito (1983: 67), kode adalah alat komunikasi yang merupakan

varian dari bahasa. Sebenarnya, istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah satu
varian dari hierarki kebahasaan. Alih kode adalah perpindahan penggunaan dari satu
bahasa ke bahasa yang lain. Misalnya seorang penutur mula-mula menggunakan kode
A(bahasa Indonesia), kemudian beralih menggunakan kode B (bahasa Jawa), maka
peristiwa peralihan pemakian bahasa seperti itu disebut alih kode. Alih kode
merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat
multilingual. Artinya, di dalam masyarakat mulitilingual hampir tidak mungkin
seorang penutur menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun
memanfaatkan bahasa atau unsur bahasa yang lain. Menurut Hymes (Soewito, 1983:
68), alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian (peralihan) pemakian
dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya
dari satu ragam. Appel (Chaer, 2004: 107) mendefinisikan alih kode sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Pengalihan kode ini, dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

berbagai kepustakaan linguistik secara umum disebabkan oleh (1) pembicara atau
penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, (3) perubahan situasi dengan hadirnya orang
ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, dan (5) perubahan topik
pembicaraan (Chaer, 2004:108).
Terdapat dua golongan campur kode. Soewito (1983:76) berpendapat bahwa
campur kode dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu campur kode yang
bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya atau campur kode ke dalam
(inner code-mixing) dan campur kode yang bersumber dari bahasa asing atau campur
kode ke luar (outer code-mixing).
Pembicaraan mengenai campur kode tidak terlepas dari pembahasan tentang
alih kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat bilingual ini
mempunyai kesamaan yang besar, sehingga seringkali sukar dibedakan. Hall dan Hill
dalam Chaer (2004:114) dalam penelitian mereka mengenai masyarakat bilingual
bahasa Spanyol dan Nahuali di kelompok Indian Meksiko, mengatakan bahwa tidak
ada harapan untuk membedakan antara alih kode dan campur kode.
Kesamaan antara alih kode dan campur kode adalah penggunaan dua bahasa
atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Dalam alih
kode setiap bahasa yang digunakan masih memiliki fungsi otonominya sendiri,
sedangkan dalam campur kode, kode utama atau dasar masih menduduki fungsi
otonomnya, sedangkan kode lain yang terlibat hanya berupa serpihan.
Campur kode ialah fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam bahasa
pertama, pencampuran bahasa asing ke dalam struktur bahasa ibu. Berdasarkan definisi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

sederhana ini, fenomena campur kode sebenarnya tidak melulu melibatkan bahasa
asing.

Bisa

juga

melibatkan

bahasa

daerah

dengan

bahasa

nasional

(http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/campur-kode/).
Campur kode adalah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu
dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu (Nababan,
1984:32). Terdapat dua tipe campur kode menurut Soewito (1985), yaitu campur kode
intern (inner code-mixing) dan campur kode ekstern (outer code-mixing). Campur kode
intern yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa daerah. Campur kode ekstern
(outer code-mixing) yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asing di luar
bahasa penutur.

1.6.3

Jenis Campur Kode berdasarkan Satuan Lingualnya
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suewito

(1985: 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu:

A. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud morfem.
Morfem adalah satuan kebahasaan yang mengandung arti terkecil. Morfem
memiliki dua arti, yakni arti leksikal dan arti gramatikal. Arti leksikal adalah arti yang
timbul akibat ada hubungan antara satuan kebahasaan, konsep, dan objek atau referen.
Arti gramatikal adalah arti yang timbul akibat pertemuan satuan gramatikal dengan
satuan gramatikal lainnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

Berdasarkan jenisnya, morfem dibedakan menjadi dua yaitu morfem terikat dan
morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, atau
dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain terlebih dahulu agar
bisa digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem bebas adalah morfem yang bisa
berdiri sendiri. Morfem bebas tidak harus bergabung dengan morfem lain untuk dapat
digunakan dalam frasa atau kalimat. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa
berdiri sendiri, atau dengan kata lain morfem ini harus bergabung dengan morfem lain
terlebih dahulu agar bisa digunakan dalam frasa atau kalimat.

B. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
Kata adalah satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem/ lebih yang
menjadi unsur langsung pembentuk frasa/ kalimat (Baryadi, 2011; 17). Menurut
bentuknya, kata dibedakan menjadi kata asal dan kata jadian. Kata asal adalah kata
yang menjadi asal kata jadian. Kata jadian adalah kata yang merupakan hasil
penggabungan dua morfem atau lebih. Kridalaksana dalam Baryadi (2011; 19)
memaparkan bahwa kata dibagi menjadi 13 kategori yaitu kata kerja (verb), kata benda
(noun), kata keadaan (adjective), kata ganti (pronoun), kata bilangan (numeral), kata
keterangan (adverb), kata tanya (interogative), kata tunjuk (demonstrative), kata
sandang (article), kata depan (preposition), kata penghubung (conjunction), kata seru
(interjection), kata fatis (phatic).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a.

14

Kata Benda

Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan. Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau
pengertian (Alwi 2003;213).
b. Kata Kerja
Kata kerja adalah jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu
benda atau suatu mahluk.
c.

Kata Sifat/ Adjektiva

Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina(menjadi atribut nomina). (Arifin,
2008;106). Kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat ataupun adverbial. Kata sifat
juga dapat digunakan untuk menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan
nomina yang diterangkan.
C. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat predikatif. Frasa nomina
adalah kelompok kata yang unsur pusatnya nomina. Unsur pusatnya tidak selalu
monomorfemik, tetapi mungkin pula polimorfemik. Menurut (Wijana, 2009:29).
D. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata.
adalah bentuk kata yang diperoleh melalui proses reduplikasi atau pengulangan,
baik secara keseluruhan, sebagian maupun perubahan seluruhnya maupun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

sebagiannya, baik dengan variasi vonem maupun tidak. Menurut depdiknas
(2008:1521) pengulangan adalah proses, cara, perbuatan, mengulang.

1.7

Metode dan Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tiga tahap strategis, yaitu (i) metode dan teknik

pengumpulan data, (ii) metode dan teknik analisis data, dan (iii) metode dan teknik
penyajian hasil analisis data. Berikut ini diuraikan masing-masing tahap penelitian
tersebut.

1.7.1

Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode simak, yaitu menyimak

penggunaan bahasa (Kesuma, 2007: 43). Dalam penelitian ini dilakukan penyimakan
terhadap campur kode pada wacana berita kriminal dalam Koran Merapi edisi
September 2012. Pelaksanaan metode simak dilanjutkan dengan menggunakan teknik
lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap. Teknik simak bebas libat cakap, yakni
peneliti hanya menyimak penggunaan bahasa yang mengandung campur kode dalam
wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012 tanpa ikut terlibat
dalam pembicaraan. Pengumpulan data dengan dua teknik tersebut dilanjutkan dengan
teknik catat. Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil
penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007:45). Teknik catat ini merupakan
upaya transkripsi yang merupakan akhir dari pengumpulan data. Selain transkripsi,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

tahap akhir dari pengumpulan data adalah pengklasifikasian data. Data diklasifikasikan
berdasarkan satuan lingualnya.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data adalah langkah yang dilakukan peneliti setelah data
terkumpul sebagai upaya untuk menangani masalah yang ada dalam data. Analisis data
untuk penelitian ini menggunakan metode padan.
Metode padan, yang disebut pula metode identitas adalah metode analisis data
yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa
(langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan referensial. Metode padan
referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kesuma,
2007:48). Metode padan referensial ini untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dari
data yang ditunjuk. Contoh penerapannya sebagi berikut.
(7) Bakul Togel Ditangkap. (KM, 22 September 2012;1)
Kalimat (7) menunjukkan kata bakul togel ‘penjual togel’ merupakan satuan lingual
berupa frasa. Penentuan satuan lingual pada kalimat tersebutlah yang merupakan
penentuan identitas berupa metode padan referensial. totogelap
Teknik lanjutan yang digunakan dalam metode ini adalah teknik hubung
banding menyamakan hal pokok. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok
adalah teknik analisis data yang alat penentunya berupa daya banding menyamakan hal

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

pokok di antara satuan-satuan kebahasaan yang ditentukan identitasnya (Kesuma,
2007: 54).
1.7.3

Tahap Penyajian Hasil Analisis Data
Data yang sudah diperoleh dan dianalisis disajikan dengan menggunakan

metode informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil
analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa sehingga apabila dibaca langsung
dapat dipahami (Kesuma, 2007: 71). Metode formal cari bikin tabel

1.8

Sistematika Penyajian
Sestematika penyajian hasil analisis dalam penelitian ini akan disajikan dalam

empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan
teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi uraian mengenai jenis-jenis
campur kode berdasarkan satuan lingualnya yang ada dalam wacana berita kriminal
pada Koran Merapi edisi September 2012. Bab III berisi uraian mengenai fungsi
campur kode dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September 2012.
Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan
tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran yang dimaksud adalah saran
kepada peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji Koran Merapi dengan tinjauan yang
berbeda atau mengkaji campur kode dalam konteks yang lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

BAB II
CAMPUR KODE BERDASARKAN SATUAN LINGUAL
DALAM WACANA BERITA KRIMINAL KORAN MERAPI
EDISI SEPTEMBER 2012

2.1

Pengantar
Campur kode yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah campur kode ke dalam

(inner code-mixing). Sesuai dengan latar belakang
surat kabar dan latar belakang situasi penulisan karya, campur kode yang terjadi
dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September mengarah pada
golongan yang pertama, yaitu campur kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa
Campur kode yang terjadi dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi
September 2012 merupakan campur kode ke dalam yang terjadi dari bahasa Jawa ke
bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan diungkapkan campur kode yang terjadi dalam
wacana berita kriminal pada Koran Merapi edisi September berdasarkan satuan
lingualnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2

19

Bentuk Campur Kode dalam Wacana Berita Kriminal Koran Merapi edisi
September Berdasarkan Satuan Lingualnya

Penulis terlebih dahulu akan menganalisis campur kode berdasarkan satuan
lingual, sebelum membahas mengenai fungsi campur kode. Satuan lingual merupakan
satuan dalam struktur bahasa (Kridalaksana, 1982:148). Satuan lingual antara lain
berwujud kata dan kalimat. Jadi, satuan-satuan lingual itulah yang merupakan objek
sasaran konkret linguistik.
Campur kode tidak hanya terjadi dalam tataran kata, melainkan juga dalam
satuan lingual lainnya seperti morfem, frasa, kalimat dan klausa. Berdasarkan satuan
lingualnya, campur kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran
Merapi edisi September adalah sebagai berikut.

2.2.1 Campur Kode berupa Morfem Terikat
Hal pertama yang akan dianalisis adalah morfem. Morfem adalah satuan
gramatikal terkecil. Pada dasarnya morfem terdiri dari morfem terikat dan morfem
bebas. Morfem terikat adalah morfem yang harus bergabung dengan morfem lain agar
bisa digunakan dalam kalimat.
Morfem terikat yang ditemukan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi
edisi September 2012 yaitu berupa prefiks ke-, di-, me(N)-, serta konfiks ke-an, dan di-

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

i. Contoh morfem terikat yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi
edisi September adalah sebagai berikut.

2.2.1.1 Campur Kode Prefiks NCampur kode berupa morfem terikat konfiks N- yang terdapat pada wacana berita
kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(1).
(2).
(3).
(4).
(5).

Ngaku Polisi Bawa Kabur Mio (KM, 6 September 2012; 2)
Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2)
Terlilit Utang Anak Band Nipu. (KM, 8 September 2012; 1)
Nenek Nyebrang Truk LPG Nabrak Tiang. (KM, 9 September 2012; 2)
Ngincar Brankas Nemu Uang Infak RSUD Wonosari Kemalingan. (KM, 9
September 2012; 2)

Contoh (1) ngaku ‘mengaku’ terdiri dari morfem me(N)- dan aku. Contoh (2)
ngajak ‘mengajak’ terdiri dari morfem me(N)- dan ajak. Contoh (3) nipu ‘menipu’
terdiri dari morfem me(N)- dan tipu. Contoh (4) nyebrang ‘menyebrang’, nabrak
‘menabrak’, terdiri dari morfem me(N)- dan sebrang, serta me(N)- dan tabrak. Contoh
(5) ngincar ‘mengincar’, nemu ‘menemukan’, terdiri dari morfem me(N)- dan incar,
serta me(N)-, temu dan –kan.

(6). Motor Nyemplung Jurang. (KM, 12 September 2012; 2)
(7). Mayat Wanita Bugil Ngambang Di Tambak. (KM, 13 September 2012; 1)
(8). Dirayu Pacar PRT Nyuri Perhiasan. (KM, 13 September 2012; 1)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

Contoh (6) nyemplung ‘tercebur’ terdiri dari morfem me(N)- dan cemplung.
Contoh (7) ngambang ‘mengambang’ terdiri dari morfem me(N)- dan ambang. Contoh
(8) nyuri ‘mencuri’ terdiri dari morfem me- dan curi.
(9).
(10).
(11).
(12).

Mertua-Menantu Nyabu Bareng. (KM, 19 September 2012; 1)
Nyandu Rokok, Pelajar Nyuri. (KM, 19 September 2012; 2)
Nyetir Pegang Hp Mobil Pun Terguling. (KM, 20 September 2012; 1)
Pecandu Narkoba Nginap Di Rumah Teman Diringkus. (KM, 26 September
2012; 3)

Contoh (9) nyabu ‘mengkonsumsi sabu-sabu’ terdiri dari morfem me(N)- dan
sabu. Contoh (10) nyandu ‘menjadi pecandu’, terdiri dari morfem me(N)-dan candu.
Contoh (11) nyetir ‘menyetir; mengemudi’ terdiri dari morfem me(N)- dan setir.
Contoh (12) nginap ‘menginap’ terdiri dari morfem me(N)- dan inap.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan
membandingkan uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa
indonesia.
Tabel 1. Pencampuran Prefiks –N Bahasa Jawa
No

Bentuk
Campur kode

Uraian Bentuk

Bentuk Tidak Campur
Kode

1

Ngaku

N+ aku

. mengaku

2

Ngajak

N+ ajak

. mengajak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Nipu

N+ tipu

. menipu

4

Nyebrang

N + sebrang

. Menyebrang

Nabrak

N + tabrak

. menabrak, menghantam

Ngincar

N+ incar

.mengincar

Nemu

N + temu

.Menemukan, mendapatkan

6

Nyemplung

N + cemplung

Tercebur

7

Ngambang

N + ambang

.mengambang

8

Nyuri

N+ curi

.mencuri

9

Nyabu

N + sabu

Mengkonsumsi sabu-sabu

10

Nyandu

N+ candu

Menjadi pecandu

11

Nyetir

N+ setir

menyetir

12

Nginap

N+ inap

Menginap

5

22

2.2.1.2 Campur Kode Konfiks Ke-an
Campur kode berupa morfem terikat konfiks ke-an yang terdapat pada wacana
berita kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(13). Aparat Keamanan Tiga kali Kecolongan. (KM, 1 September 2012;1)

(14). Namun belum sempat masuk ke dalam rumah, korban diberitahu tetangganya
jika rumahnya kemalingan. (KM, 1 September 2012;2)
Campur kode berupa morfem terikat konfiks ke-an yang terdapat dalam wacana
berita kriminal Koran Merapi edisi September hanya ditemukan dua data. Contoh (13)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

kecolongan ‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an ’perihal’ dan morfem colong ‘curi’.
Contoh (14) kemalingan ‘kecurian’ terdiri dari morfem ke-an dan maling.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan
uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.
Tabel 2. Pencampuran Konfiks ke-an Bahasa Jawa
No

Bentuk
Campur kode

Uraian Bentuk

Bentuk Tidak
Campur Kode

21

Kecolongan

Ke+ colong+ an

Kecurian

22

Kemalingan

Ke+ maling +an

kemasukan pencuri

2.2.1.3 Campur Kode Berupa Morfem Terikat Konfiks Di-i
Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat pada wacana berita
kriminal Koran Merapi edisi September 2012 adalah sebagai berikut,
(15). Dari arah belakang korban dibuntuti dua orang tak dikenal berkendaraan jenis
Yamaha Mio. (KM,1 September 2012;1)
Campur kode berupa morfem terikat konfiks di-i yang terdapat dalam wacana berita
kriminal Koran Merapi edisi September 2012 hanya ditemukan tiga data. Contoh (15)
dibuntuti ‘diikuti’ terdiri dari morfem di- ‘pasif’, buntut ‘ekor’, dan –i.
Berikut ini disajikan pembahasan data dalam bentuk tabel, dengan membandingkan
uraian bentuk dalam bahasa Jawa dan bentuk utuhnya dalam bahasa indonesia.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

24

Tabel 3. Pencampuran konfiks di-i Bahasa Jawa
No

Bentuk

Uraian Bentuk

Campur Kode
23

Dibuntuti

Bentuk Tidak
Campur Kode

Di+buntut+i

Diikuti

2.2.2 Campur Kode Berupa Kata
Kata adalah satuan gramatikal yang terdiri dari satu morfem/ lebih yang
menjadi unsur langsung pembentuk frasa/ kalimat (Baryadi, 2011; 17). Campur
kode yang ditemukan dalam wacana berita kriminal pada Koran Merapi yaitu kata
benda, kata kerja, dan kata sifat. Berikut ini adalah campur kode berupa kata yang
ditemukan dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi September.
2.2.2.1 Campur Kode Berupa Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan.
Kata benda mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi
2003;213). Kata benda yang terdapat dalam wacana berita kriminal Koran Merapi edisi
September adalah sebagai berikut.
(16). Pencari Kodok Ditikam Penjahat. (KM, 1 September 2012; 1)
(17). Ditinggal dalam keadaan kosong, rumah milik Febri Prawira (22) di Tlukan
Sambilegi Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman diobrak-abrik maling, Kamis
(30/8) pukul 06.00. (KM, 1 September 2012; 2)
(18). “Saat itu saya tidak berambut gondrong. (KM, 5 September 2012; 3)
(19). Jual Pil Koplo Ngajak Keponakan. (KM, 7 September 2012; 2)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTIND