PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

  PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

  Oleh :

  RATIH KUSUMI KEDIRI- JAWA T Oleh : RAHMAWATI JOMBANG – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014

  PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus

  Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh : RAHMAWATI NIM. 141011156

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Pembimbing Utama Pembimbing Serta Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Dr.Gunanti Mahasri,Ir.,M.Si NIP. 19590808 198803 2 002 NIP. 19600912 198803 2 001

   PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus

  Oleh : RAHMAWATI NIM. 141011156

  Telah diujikan pada Tanggal : 07 Agustus 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI

  Ketua : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,drh.DEA Anggota : Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.

  Abdul Manan, S.Pi.,M.Si. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Dr. GunantiMahasri, Ir.,M.Si

  Surabaya, Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan,

  Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,drh.DEA NIP.19520517 197803 2 001

  RINGKASAN RAHMAWATI. Pengaruh Pemberian Detergen Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus. Dosen pembimbing Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

  Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik, namun kendala terbesar dalam usaha budidaya adalah infestasi parasit. Argulus japonicus merupakan parasit ikan air tawar dari kelas crustacea yang menyebabkan gangguan pada ikan. Daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, hal tersebut sangat membahayakan para pembudidaya, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap Argulus japonicus dan telurnya.

  Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat menggunakan detergen. Detergen mengandung surfaktan sebagai bahan dasar. Proses kerja detergen melalui surfakatan yang berinteraksi dengan membran sel dan enzim protease. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim protease.

  Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas penambahan larutan detergen dengan konsentrasi 1 ppm (B), 1,5 ppm (C), 2 ppm (D) dan kontrol (A). Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Parameter utama yang diamati yaitu daya tetas telur Argulus japonicus selama 20 hari. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA).

  Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa telur Argulus japonicus pada perlakuan A sebagai kontrol didapatkan persentase daya tetas telur 47,6 %, pada perlakuan B konsentrasi 1 ppm persentase yang didapat sebayak 14 %, perlakuan C dengan konsentrasi 1,5 ppm sebanyak 4,8 %, dan perlakuan D konsentrasi 2 ppm sebayak 1,2 %. Konsentrasi optimal dari pemberian detergen pada media penetsan terdapat pada perlakuan D dengan daya tetas Argulus japonicus sebanyak 1,2 %.

  Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pemberian detergen berpengaruh terhadap daya tetas Argulus japonicus. Konsentrasi optimal yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus dari pemberian detergen adalah 2 ppm.

  SUMARRY RAHMAWATI. Influence of Giving Detergen Against Hatching Rate Argulus japonicus Eggs. Academic Advisor Dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Dr. Gunanti mahasri, Ir., M.Si.

  The cultivation of an ornamental freshwater fish having a fine prospect, constraint greatest in the business of cultivating is infestation of a parasite. Argulus

  japonicus is parasitic on fresh-water fishes of the class crustacea who cause trouble

  on fish. Life cycle Argulus japonicus very fast, it is very dangerous to farmers, should be carried out of control over Argulus japonicus and their eggs.

  Control hatching rate Argulus japonicus eggs can use detergen. Detergent contains surfactants as a base material. Detergents work process through surfactants that interact with the cell membrane and the enzyme protease. Toxicity arising from inhibition of the enzyme protease.

  The result of research used a Randomized Complete Design (RAL). The treatment consists of the addition of a detergent solution with a concentration of 1 ppm (B), (C) 1.5 ppm, 2 ppm (D) and control (A). Each treatment using replay as five times. The main parameters are observed hatching rate Argulus japonicus eggs for 20 days. Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA).

  Based on the results of the study it was concluded that the egg Argulus

  japonicus on treatment A as control percentage hatching rate eggs obtained 47.6%, in

  treatment B concentration 1 ppm percentage obtained 14%, the treatment C with 1.5 ppm concentration is 4.8%, and 2 ppm concentration D treatment 1.2%. The optimal concentration giving detergent in media hatching in the treatment of D with hatching rate Argulus japonicus by 1.2%.

  The conclusions derived from this study are detergents giving affect the hatching rate Argulus japonicus eggs. The optimal concentration which can affect hatching rate Argulus japonicus is 2 ppm.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Detergen Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium pendidikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Mei 2014.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.

  Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

  Surabaya, Juli 2014 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak melibatkan orang - orang yang sangat berarti, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Dr.

  Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingannya sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi.

  2. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D dan Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan terhadap perbaikan skripsi ini.

  3. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan.

  4. Orang tua yang memberikan doa dan motivasi hingga selesainya skripsi.

  5. Pak Darto selaku pegawai laboratorium

  6. Terima kasih untuk motivasi khusus dari sahabat saya Deriva, Devi, Sari, Anita, Risma, Animiko, mbak reni, mbak nana, mbak nora, Mega, Fifit, Sari, Maya, Catur, Dhanik, Mentari, Amalia, Shinta dan Sha-sha.

  7. Terima kasih untuk motivasi khusus dari Arie Oktavian.

  Surabaya, Juli 2014 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman

  Ringkasan ......................................................................................................... iv Sumarry ........................................................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................................. vi Ucapan Terima Kasih ....................................................................................... vii Daftar Isi........................................................................................................... viii Daftar Gambar .................................................................................................. x Daftar Tabel ..................................................................................................... xi Daftar Lampiran ............................................................................................... xii

  I. Pendahuluan ......... ................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3

  1.3 Tujuan .......... ................................................................................... 3

  1.4 Manfaat ........ ................................................................................... 3

  II. Tinjauan Pustaka .. ................................................................................... 4

  2.1 Argulus japonicus ............................................................................ 4

  2.1.1 Klasifikasi Argulus japonicus. ............................................... 4

  2.1.2 Morfologi Argulus japonicus................................................. 4

  2.1.3 Daur Hidup Argulus japonicus .............................................. 5

  2.1.4 Habitat Argulus japonicus ..................................................... 7

  2.1.5 Reproduksi ............................................................................. 7

  2.1.6 Objek Perlekatan Telur Argulus japonicus ............................ 8

  2.1.7 Patogenesis ............................................................................ 8

  2.2 Detergen ....... ................................................................................... 9

  2.3 Hubungan Antara Detergen dan Daya Tetas Telur .......................... 9

  III. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ........................................................ 12

  3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 12

  3.2 Hipotesis ....... ................................................................................... 15

  IV. Metodologi Penelitian ................................................................................ 16 4.1 Tempat dan Waktu ...........................................................................

  16

  4.2 Materi Penelitian .............................................................................. 16

  4.3 Metodologi Penelitian ....................................................................... 16

  4.3.1 Metodologi Penelitian ............................................................ 16

  4.3.2 Penelitian Pedahuluan ............................................................ 17

  4.3.3 Rancangan Percobaan ............................................................ 17

  4.3.4 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 18

  4.3.5 Parameter ............................................................................... 20

  4.2 Analisis Data ................................................................................... 20

  V. Hasil dan Pembahasan ................................................................................. 23

  VI. Kesimpulan dan saran ............................................................................. 31

  5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 31

  5.2 Saran ................................................................................................. 31 Daftar Pustaka .................................................................................................. 32 Lampiran ........................................................................................................ 36

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

  1. Morfologi Argulus japonicus ....................................................... 5

  2. Daur hidup Argulus japonicus ..................................................... 6

  3. Rumus kimia surfaktan ................................................................ 10

  4. Kerangka Konseptual ................................................................... 14

  5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL) .................................. 18

  6. Bagan Alur Penelitian .................................................................. 22

  7. Telur Argulus japonicus ............................................................... 24

  8. Grafik daya tetas telur Argulus japonicus .................................... 26

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman

  1 Persentase daya tetas telur Argulus japonicus ............................. 25

  2 Kualitas air ........... ....................................................................... 27

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

  1 Tabel persentase daya tetas telur Argulus japonicus.................... 32

  2 Perhitungan statistik daya tetas telur Argulus japonicus.............. 33

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik, mengingat masih terbukanya pasar domestik, regional maupun internasional. Hal tersebut menyebabkan kualitas produk ikan yang terkait dengan kesehatan ikan harus diperhatikan. Kendala terbesar dalam usaha budidaya ikan hias air tawar adalah infestasi parasit. Parasit dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas ikan budidaya (Alifuddin dkk., 2002).

  Argulus japonicus adalah parasit yang paling sering di temukan di seluruh

  dunia (Taylor et al., 2005). Argulus japonicus juga merupakan parasit yang sering muncul dan menginfestasi ikan budidaya air tawar di Indonesia. Argulus japonicus ditemukan menginfestasi benih ikan koi di bursa ikan hias Surabaya dengan prevalensi sebesar 14 % (Prasetya dkk., 2013).

  Argulus japonicus merupakan parasit ikan air tawar dari kelas Crustacea yang

  menyebabkan penyakit pada ikan (Gosling, 2005). Argulus japonicus pada umumnya ditemukan pada ikan famili Cyprinidae di bagian anterior dan dorsal (Nagasawa, 1994). Parasit Argulus japonicus dapat menyebabkan luka pada permukaan tubuh inang. Luka pada tubuh inang tersebut dapat menyebabkan terbukanya infeksi sekunder yang berupa bakteri, virus dan jamur. Jika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus akan menimbulkan kematian pada inang (Hakalahti et al ., 2005).

  Populasi parasit Argulus japonicus umumnya dapat ditekan dengan penggunaan Malathion, Pyrethrum dan Ammonium chloride (Hofman, 1977). Selain itu pengendalian Argulus japonicus dapat dilalukan dengan menekan daya tetas telur.

  Telur parasit tersebut pada suhu perairan 26 C menetas dalam jangka waktu delapan hari (Fryer, 1982; Walker, 2008). Secara keseluruhan Argulus japonicus membutuhkan waktu 30 hari untuk melengkapi daur hidupnya. Hal tersebut menunjukkan daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, dengan adanya hal tersebut perlu dilakukan pengendalian terhadap daya tetas telur dari parasit Argulus japonicus .

  Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilakukan dengan pemberian NaCl (Fatiza dkk., 2011) dan pemanfaatan detergen. Menurut Sudarmaja (2008), detergen dapat digunakan untuk mengendalikan daya tetas telur Aedes aegypti karena detergen memiliki komponen terpenting yaitu surfaktan.

  Surfaktan merupakan molekul yang mempunyai gugus hidrofolik yang bersifat polar dan gugus hidrofobik yang bersifat non polar (Fakhrizal, 2004).

  Proses kerja detergen melalui surfaktan yang berinteraksi dengan membran sel dan enzim protease dengan cara terjadinya penyerapan surfaktan. Setelah surfaktan menembus dinding sel kemudian merusak inti sel telur (Connel dan Miller, 1995). Adanya komponen penting dari detergen tersebut mendorong untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.

  1.2 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah pemberian detergen berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus

  japonicus ?

  2. Berapa konsentrasi optimal yang digunakan untuk menurunkan daya tetas telur Argulus japonicus ?

  1.3 Tujuan

  Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

  1. Mengetahui pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus .

  2. Mengetahui konsentrasi optimal yang digunakan untuk menurunkan daya tetas telur Argulus japonicus.

  1.4 Manfaat

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para pembudidaya ikan hias air tawar mengenai pengaruh pemberian detergen pada media penetasan terhadap daya tetas telur Argulus

  japonicus dan berapa konsentrasi yang optimal yang digunakan untuk menurunkan

  daya tetas telur Argulus japonicus. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan penyakit khususya parasit Argulus japonicus pada budidaya ikan hias air tawar.

  II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Argulus japonicus

  2.1.1 Klasifikasi Argulus japonicus

  Klasifikasi Argulus menurut Walker (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Sub Phylum : Crustacea Class : Maxillopoda Sub Class : Branchiura Ordo : Arguloida Family : Argulidae Genus : Argulus Spesies : Argulus japonicus

  Argulus japonicus

  2.1.2 Morfologi Argulus japonicus dapat dilihat dengan alat pembesar yaitu mikroskop cahaya

  dengan perbesaran 30 kali. Argulus japonicus memiliki lapisan luar yang mengandung khitin dan membentuk eksoskeleton yang keras. Argulus japonicus memiliki tubuh pipih dorsoventral. Bagian dorsal tubuh tertutup carapace mulai dari

  cephal hingga thorax. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu cephal, thorax dan abdomen (Walker, 2008).

  Bagian cephal parasit tersebut terdapat antennules, antenna, probosis,

  maxillules , mulut, respiratory anterior, membran basal, maxilla. Thorax terdiri dari

  empat segmen yang masing-masing dilengkapi sepasang kaki renang, selain itu pada bagian thorax juga terdapat respiratory area posterior. Abdomen berbentuk pipih, terbelah menjadi dua bagian, parasit jantan memiliki sepasang testis, sedangkan parasit betina memiliki sepasang seminal reseptakel (Everts, 2010).

  Umumnya Argulus japonicus betina tumbuh lebih besar dibandingkan jantan (Alas et al., 2010). Morfologi Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Morfologi Argulus japonicus (Everts, 2010)

  Keterangan : (ar) respiratory anterior, (an) antena, (as) antennules, (bp) membrane basal, (ms) maxillules, (mt) mulut, (mx) maxilla, (pr) respiratory area posterior, (ps) probosis, (sl) thoracopods, (sp) seminal receptacle.

2.1.3 Daur Hidup Argulus japonicus

  Daur hidup Argulus japonicus berkisar antara 30-100 hari. Telur Argulus

  japonicus menetas dalam 17 hari pada suhu 23

  C, 30 hari pada suhu 20 C dan membutuhkan 55 hari pada suhu 17 C (Kismiyati dan Mahasri, 2012).

  Menurut Pasternak et al, (2004) daur hidup Argulus japonicus dimulai dari telur menjadi metanauplius dan kemudian berkembang menjadi juvenile. Pada stadium metanauplius, Argulus japonicus berenang bebas dan bersifat infektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yilidis and Kumantas (2002), bahwa stadium metanauplius harus menemukan inang setelah 2-3 hari dari proses penetasan. Perbedaan antara

  Argulus japonicus juvenile dan dewasa adalah belum berkembangnya maxilla penghisap pada Argulus japonicus stadia juvenile.

  Daur hidup Argulus japonicus dimulai dari stadia telur. Telur Argulus

  japonicus umumnya menempel pada benda keras seperti batu, setelah menetas parasit

  tersebut berkembang menjadi metanauplius. Metanauplius akan mengalami pergantian kulit menjadi stadium juvenile, setelah menemukan inang. Argulus

  japonicus akan mengalami pergantian kulit tergantung pada suhu. Fase terakhir pada Argulus japonicus adalah fase dewasa. Pada fase ini Argulus japonicus melakukan

  reproduksi. Daur hidup Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Daur Hidup Argulus japonicus (Walker, 2008). Keterangan : 1 : Telur Argulus japonicus menempel pada batu 2 : Argulus japonicus stadia Metanauplius 3 : inang yang terinfestasi Argulus japonicus stadia juvenile 4 : Argulus japonicus dewasa jantan : Argulus japonicus dewasa betina

  5

  2.1.4 Habitat Argulus japonicus

  Menurut Rusthon-Mellor (1992), bahwa Argulus japonicus berasal dari Jepang yang saat ini tersebar luas dalam perdagangan ikan hias. Parasit ini memiliki penyebaran luas di seluruh dunia. Argulus japonicus juga ditemukan di Asia, Amerika utara, Eropa dan di Afrika (Woo, 2006).

  Parasit ini pertama kali di temukan di Indonesia tahun 1984 pada ikan budidaya air tawar (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Hal ini sesuai dengan penyataan Wolfe et al. (2001) menjelaskan Argulus japonicus hidup di perairan tawar yaitu danau, sungai , rawa-rawa dan kolam budidaya. Argulus japonicus biasanya ditemukan pada ikan family Cyprinidae pada bagian kepala, sirip caudal, dorsal dan ventral (Taylor et al, 2005).

  Argulus japonicus mampu hidup pada suhu perairan antara 10-30

  C, sedangkan telur parasit tersebut bersifat dorman pada suhu di bawah 15 C (Mikheev

  et al ., 2004).

  2.1.5 Reproduksi

  Reproduksi Argulus japonicus terjadi secara seksual. Perbedaan jenis kelamin

  Argulus japonicus dapat dibedakan pada abdomen. Argulus japonicus betina ditandai dengan adanya sepasang seminal receptacle, sedangkan Argulus japonicus jantan terdapat sepasang testis (Everts, 2010) .

  Argulus japonicus dengan ukuran 4 mm sudah siap bereproduksi.

  Kopulasi parasit ini dilakukan di atas tubuh inang. Saat kopulasi terjadi transfer sperma secara langsung dari jantan dan betina. Sel sperma tidak membuahi telur tetapi ditampung terlebih dahulu dalam seminal receptacles sehingga betina dapat mengatur fertilisasi sesuai kebutuhan (Pasternak et al., 2004).

  Telur Argulus japonicus dilapisi lendir yang berfungsi sebagai pelindung. Lendir juga berperan penting dalam keseimbangan hydromineral pada telur, selain itu lendir berfungsi sebagai pelindung dari bakteri dan jamur (Walker, 2008). Telur Argulus japonicus berbentuk bulat berderet sejajar. Parasit betina umumnya meletakkan 1-9 deret dari 5-226 telur dalam 1-6 baris (Kearn, 2004).

  2.1.6 Objek Perlekatan Telur Argulus japonicus Argulus japonicus betina akan lepas dari inang mencari tempat yang aman

  untuk perlekatan telurnya dan biasanya melekat pada benda - benda yang ada di sekitar perairan setelah melakukan fertilisasi (Hakalahti et al., 2005). Argulus

  japonicus cenderung ke dasar perairan untuk mencari tempat perlekatan telur parasit tersebut misalnya batu, kayu atau terpat perlekatan keras lainnya (Hofman, 1977).

  2.1.7 Patogenesis Argulus japonicus mencari makan dengan memasukkan stylet ke dalam tubuh

  inang dan menghisap cairan tubuh dengan menggunakan proboscis yang menyerupai mulut, kemudian dilepaskan zat anti koagulan yang berfungsi mencegah pembekuan darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lester-Roubal (1995), yang menyatakan

  Argulus japonicus merusak kulit ikan dan membuka peluang infeksi bakteri dan

  jamur, yaitu dengan menghisap darah ikan dan mengeluarkan anti-koagulan yang toksik.

  Ikan mengalami kerusakan pada bagian kulitnya karena stylet pada Argulus

  japonicus . Ikan yang terinfestasi Argulus japonicus akan terlihat berenang tidak normal.

2.2 Detergen

  Detergen adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan pakaian dengan cara mengangkat kotoran yang diawali dengan proses pembentukan emulsi (Abdulgani, 2001). Detergen mengandung bahan aktif surfaktan sebagai bahan dasar serta bahan lainnya antara lain abrasive, substansi, water softener, oxidants dan enzim protease (Fakhrizal, 2004).

  Berdasarkan sifat penggugusan polar yang memiliki ciri khas pada surfaktan detergen dibagi menjadi detergen anionik, detergen kationik dan detergen non ionik (Abdulgani, 2001). Dari ketiga jenis tersebut yang banyak digunakan adalah detergen anionik. Dalam bentuk sulfat dan sulfonat, surfaktan yang dipergunakan adalah alkilbenzena sulfonat (ABS) dan linier alkil sulfat (LAS). ABS sulit diuraikan sehingga yang paling banyak dipergunakan adalah LAS (Connel and Miller, 1995).

2.3 Hubungan Antara Detergen dengan Daya Tetas Telur Argulus japonicus

  Detergen dapat menghambat daya tetas telur pada embrio yang sedang berkembang melalui molekul utamanya yaitu surfaktan (Abdulgani, 1995). Surfaktan dan enzim protease berinteraksi dengan membran sel, dengan terjadinya penyerapan surfaktan pada dinding sel. Toksisitas timbul dari enzim protease (Connel and Miller, 1995).

  Detergen LAS adalah garam sulfanik acid. LAS memiliki banyak isomer

  (sekitar 26) dengan struktur C

  6 H

  4 SO

  3 Na . Senyawa LAS yang digunakan adalah

  Linear alkylbenzene sulfonate C

  18 H

  29 O

  5 S Na yang memiliki berat molekul 380 dan termasuk surfaktan anionik. Rumus kimia surfaktan dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rumus kimia surfaktan (Fakhrizal, 2004).

  Sifat atau karekteristik dari senyawa LAS adalah letak cincin benzennya acak sepanjang rantai karbon, biasanya berbentuk garam Na atau Ca, panjang rantai alkilnya 12, murah dan banyak digunakan, terionisasi sempurna sehingga larut dalam air, kehadiran sulfonik acid, resisten terhadap pengolahan anaerob, dapat terbiodegradasi pada kondisi aerob (Fakhrizal, 2004).

  Mekanisme kerja surfaktan yang terkandung dalam detergen untuk merusak telur terdapat pada komponen hidrofobik dan hidrofiliknya. Komponen tersebut memiliki kemampuan untuk merusak membran plasma dari telur. Komponen hidrofobik masuk ke dalam sel sedangkan komponen hidrofilik larut dalam air.

  Gugus hidrofobik dalam detergen merusak telur parasit tersebut kemudian membawa surfaktan dan enzim protease menembus membaran sel dan inti dari telur tersebut.

  Gugus hidrofilik pada detergen berfungsi untuk melarutkan protein dan lemak telur tersebut ke dalam air. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim protease melalui membran. Dengan adanya gaya tolak menolak antara muatan listrik negatif (hidrofobik dan hidrofilik) menyebabkan membran sel rusak kemudian merusak inti telur sehingga terjadi kematian sel (Alberts et al., 1994). Rusaknya telur Argulus

  japonicus dapat ditandai dengan terbukanya selaput membran dan hilangnya daya

  rekat dari telur tersebut (Walker, 2008). Jika banyak telur yang rusak maka daya tetas telur Argulus japonicus akan berkurang.

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik mengingat masih terbukanya pasar domestik, regional maupun internasional, namun penyakit infeksi merupakan salah satu kendala bagi budidaya ikan hias tersebut. Salah satunya adalah parasit yang disebabkan oleh Argulus japonicus. Parasit Argulus japonicus dapat menyebabkan luka pada permukaan tubuh inang. Luka pada tubuh inang tersebut dapat menyebabkan terbukanya infeksi sekunder yang berupa bakteri, virus dan jamur. Jika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus akan menimbulkan kematian pada inang (Hakalahti et al., 2005).

  Pengendalian parasit Argulus japonicus umumnya dapat ditekan dengan penggunaan Malathion, Pyrethrum dan Ammonium chloride (Hofman, 1977). Selain itu pengendalian Argulus japonicus dapat dilakukan dengan menekan daya tetas dari telur parasit tersebut. Telur parasit tersebut pada suhu perairan di Indonesia yaitu

  26 C menetas dalam jangka waktu delapan hari (Fryer, 1982; Walker, 2008). Secara keseluruhan Argulus japonicus membutuhkan waktu 30 hari untuk melengkapi daur hidupnya. Hal tersebut menunjukkan daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, dengan adanya hal tersebut perlu dilakukan pengendalian terhadap daya tetas telur dari parasit tersebut.

  Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilakukan dengan pemberian NaCl (Fatiza dkk., 2011). Pengendalian telur Argulus japonicus juga dapat menggunakan detergen. Penggunan detergen sebagai pengendali telur

  Argulus japonicus sangatlah tepat karena di dalam detergen terdapat komponen

  penting yaitu surfaktan (Fakhrizal, 2004). Surfaktan merupakan molekul yang mempunyai gugus hidrofilik yang bersifat polar dan gugus hidrofobik yang bersifat non polar.

  Mekanisme kerja surfaktan pada detergen ditandai adanya interaksi antara membran sel dan enzim protease dengan cara terjadinya penyerapan surfaktan dan imobilisasi pada dinding sel. Gugus hidrofobik dalam detergen merusak telur parasit tersebut kemudian membawa surfaktan dan enzim protease menembus membaran sel dan inti dari telur tersebut. Gugus hidrofilik pada detergen berfungsi untuk melarutkan protein dan lemak telur tersebut ke dalam air. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim protease melalui membran. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim protease (Connel and Miller, 1995). Setelah surfaktan menembus dinding sel, surfaktan merusak inti sel telur sehingga daya tetas telur tersebut dapat dikurangi. Kerangka Konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

  Masalah kesehatan budidaya ikan air tawar Infestasi parasit Argulus japonicus

  Telur Argulus japonicus

  Pengendalian

  drying NaCl

  Detergen

  Mengandung bahan aktif surfaktan dan enzim protease Surfaktan larut dalam air karena gugus hidrofilik, gugus hidrofobik dan enzim protease menembus dan merusak inti telur.

  Terhambatnya daya tetas telur

  Argulus japonicus

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

  Keterangan : = yang tidak diteliti = yang diteliti

3.2 Hipotesis

  H 1 : Terdapat pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. H2 : Terdapat konsentrasi optimal dari pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.

  IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Tempat dan Waktu

  Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Mei 2014.

  4.2 Materi Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan air tawar sebagai inang, detergen, Argulus japonicus jantan dan betina, media air tawar. Alat yang digunakan

  3

  dalam penelitian adalah akuarium ukuran 15x15x30 cm sebanyak 20 buah untuk

  3

  perlakuan, akuarium ukuran 25x20x20 cm sebanyak satu buah untuk penetasan, selang aerasi, termometer, pH meter, DO meter, mikroskop stereo, handcounter dan batu pualam berwarna terang, berukuran kurang lebih 4 cm sebagai tempat penempelan telur Argulus japonicus.

  4.3 Metodologi Penelitian

4.3.1 Metodologi Penelitian

  Metodologi penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen atau percobaan. Eksperimen meneliti hubungan sebab akibat pada lingkungan. Percobaan dapat didefinisikan sebagai tindakan yang nyata dan dapat dianalisis hasilnya (Suryabrata, 2006).

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : variabel terikat yaitu telur yang menetas setelah perlakuan pemberian detergen. Variabel kontrol yaitu kualitas air.

  4.3.2 Penelitian Pendahuluan

  Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan konsentrasi pemberian detergen untuk mengendalikan daya tetas telur Argulus japonicus. Pada penelitian pendahuluan penetasan telur Argulus japonicus dilakukan dengan meletakkan

  3 Argulus japonicus jantan dan betina pada akuarium ukuran 25x20x20 cm .

  Konsentrasi yang digunakan adalah kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm. Hasil penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi detergen tertinggi yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus adalah 2 ppm.

  4.3.3 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap ( RAL ).

  Rancangan acak lengkap dipergunakan apabila media, alat dan bahan seragam atau dapat dikatakan seragam (Kusriningrum, 2008).

  Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakuan. Masing-masing perlakuan diulangan sebanyak lima kali, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Konsentrasi detergen yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Penelitian pendahuluan. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Perlakuan A : Air tawar 1L ( Sebagai Kontrol ) Perlakuan B : Konsentrasi detergen 1 ppm Perlakuan C : Konsentrasi detergen 1,5 ppm Perlakuan D : Konsentrasi detergen 2 ppm

  Penempatan perlakuan penelitian ke dalam tempat percobaan setelah dilakukan pengacakan sebagaimana tergambar pada (Gambar 4.1).

  A1 D2 C1 B2 B1 A2 D3 B4 D5 C2 A5 D4 A3 D1 B3 C3 C4 A4 C5 B5 Gambar 4.1 Denah Penempatan Perlakuan pada (RAL).

4.3.4 Pelaksanaan Penelitian

  a. Persiapan Alat Penelitian Alat

  • – alat yang digunakan harus dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel dengan cara dicuci menggunakan sabun hingga bersih, kemudian dikeringkan.

  b. Penetasan Telur Argulus japonicus Pemilihan Argulus japonicus jantan dan betina dapat dilihat melalui mikroskop cahaya. Jenis kelamin betina dapat dibedakan dengan adanya seminal

  receptacle pada pangkal abdomen dan terlihat adanya bulatan telur pada ovarium sepanjang garis tengah tubuhnya, sedangkan pada jantan terdapat sepasang testis.

  3 Argulus japonicus diletakkan pada akuarium ukuran 25 x 20 x 20 cm yang berisi

  inang hingga bereproduksi dan menetaskan telur. Di dalam akuarium diberi tempat perlekatan telur yaitu batu pualam berwarna terang dengan ukuran kurang lebih 4 cm.

  c. Pemberian Detergen pada Media Penetasan Pembuatan larutan stok detergen dengan konsentrasi 10 ppm dari detergen dengan cara mencampurkan 10 mg detergen ke dalam 1 liter air tawar kemudian diaduk. Larutan detergen yang digunakan untuk perlakuan adalah 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm dalam satu liter air tawar. Perlakuan tersebut disertai kontrol. Pemberian stok larutan detergen pada masing – masing perlakuan dengan cara pengenceran.

  Telur Argulus japonicus yang menempel pada batu akuarium ukuran

  3

  3

  25x20x20 cm dipindahkan kedalam akuarium ukuran 15x15x20 cm . Telur yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pemeriksaan embrio terlebih dahulu, kemudian di beri perlakuan detergen dan diinkubasi dilakukan selama 20 hari. Inkubasi dilakukan selama 20 hari dikarenakan suhu air pada laboratorium pendidikan 29

  C. Pada suhu 29 C telur menetas kurang lebih 14 hari. Hal ini mengacu pada Kismiyati dan Mahasri, (2012) bahwa semakin dingin suhu perairan penetasan telur parasit tersebut semakin lama sebaliknya semakin panas suhu perairan tersebut penetasan telur parasit tersebut semakin cepat. Setiap akuarium diberi satu deret telur, masing- masing deret terdapat 50 telur Argulus japonicus. Penelitian ini dilakukan empat perlakuan, masing

  • – masing perlakuan diulangan sebanyak lima kali.
d. Daya Tetas Telur Argulus japonicus Daya Tetas telur Argulus japonicus berkurang disebabkan telur parasit tersebut rusak sehingga tidak menetas. Telur tersebut tidak menetas dikarenakan gugus hodrofobik dan hidrofilik dari surfaktan berinteraksi sehingga terjadi penghambatan penetasan telur. Sesuai dengan pernyataan Nusanthary (2012) bahwa interaksi antara gugus hidrofobik dan hidrofilik dari surfaktan dapat berpengaruh terhadap makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya.

  Rumus yang digunakan untuk menghitung daya tetas dari telur Argulus

  japonicus menurut (Suseno, 1983) adalah :

  Daya tetas telur = Jumlah telur yang menetas X 100% Jumlah telur keseluruhan

4.3.5 Parameter

  Parameter utama dalam penelitian ini adalah menentukan jumlah telur parasit

  Argulus japonicus yang menetas setelah diberi perlakuan dengan pemberian detergen

  pada media penetasan. Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah pengukuran suhu ( C), pH dan DO (mg/l).

4.4 Analisis Data

  Analisis data penelitian yang berupa data jumlah telur dilakukan secara statistik dengan menggunakan analisis keragaman ANOVA jika dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata atau sangat nyata, maka untuk membandingkan nilai dilakukan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Transformasi ini biasanya diterapkan pada data pembanding, data yang diperoleh dengan perhitungan, data yang dinyatakan sebagai pecahan desimal atau persentase (Kusriningrum, 2008).

  Persiapan Alat Persiapan telur Argulus japonicus

  Pemberian detergen pada media penetasan.

  Kontrol Detergen 1ppm Detergen1,5 Detergen 2ppm tanpa detergen (50 butir telur) ppm (50 butir telur) (50 butir telur) (50 butir telur)

  Inkubasiselama 20 hari Persentase daya tetas telur

  

Argulus japonicus

  Analisis data

  

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

  Hasil dari penelitian adalah mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dan mengetahui konsentrasi optimal dari larutan detergen yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus

  japonicus . Mengetahui konsentrasi optimal dari detergen dapat dilakukan dengan

  menghitung telur Argulus japonicus yang menetas setelah perendaman dalam larutan detergen dengan konsentrasi 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm serta kontrol selama 20 hari.

  Masing – masing satuan perlakuan terdapat 50 butir telur Argulus japonicus. Perbedaan telur Argulus japonicus yang menetas dan tidak menetas dapat diketahui dari struktur terluar telur. Telur Argulus japonicus menetas dapat diketahui dari struktur terluar telur apabila struktur terluar dari telur tersebut rusak, sedangkan telur

  Argulus japonicus yang tidak menetas dapat diketahui dari perubahan warna pada

  telur parasit tersebut dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Daya tetas telur

  Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1. Persentase pengendalian daya tetas Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan D (1,2%), diikuti dengan

  perlakuan C (4,8%), perlakuan B (14%) dan kemudian perlakuan A sebagai kontrol (47,6%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm pada perlakuan D merupakan konsentrasi optimal untuk mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus.

  Data tersebut juga menunjukkan bahwa detergen dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus. Kualitas air yang diperoleh dari penelitian secara umum yaitu suhu antara 29-30 C, DO 8 mg/l, pH 7.

A. Daya Tetas Telur Argulus japonicus Hasil penelitian menunjukkan daya tetas telur Argulus japonicus bervariasi.

  Pengamatan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dilakukan selama 20 hari, namun sebelumnya dilakukan pengamatan telur untuk memastikan keberadaan embrio. Adanya embrio pada telur Argulus japonicus ditandai dengan adanya bintik hitam yang terdapat di dalam telur, sedangkan telur yang tidak menetas dapat ditandai dengan perubahan warna pada telur tersebut dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Telur Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan sudah menetas.

  Keterangan : A : Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan berembrio. B : Telur Argulus japonicus yang sudah menetas.

  Pengendalian daya tetas Argulus japonicus oleh larutan detergen terbesar terdapat pada perlakuan D konsentrasi 2 ppm, diikuti dengan perlakuan C konsentrasi 1,5 ppm, perlakuan B konsentrasi 1 ppm dan kemudian perlakuan A kontrol. Hasil statistik menggunakan ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) pada pemberian detergen dalam media penetasan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Persentase Daya Tetas Telur Argulus japonicus dan standar deviasi.

  Perlakuan Daya Tetas Telur (%) ± SD

  a

  A (Kontrol) 47,6 ± 9,84

  b

  B 14 ± 3,74

  c

  C 4,8 ± 2,68

  d

  D 1,2 ± 1,1

  Keterangan : Superscript : Superskrip menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan.

A, B, C, D : Konsentrasi larutan detergen ( kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm).

  SD : Standard deviasi

  Keterangan perlakuan : A (Kontrol) : 50 butir telur Argulus japonicus B : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1ppm C : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1,5ppm D : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 2ppm

  Dari beberapa konsentrasi yang digunakan daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan 1 (A) sementara daya tetas yang terendah terdapat pada perlakuan 4 (D), hal ini disebabkan konsentrasi detergen yang terdapat pada perlakuan 4 (D) lebih besar dari pada perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan 1(A) tanpa dipengaruhi oleh konsentrasi detergen. Data tersebut di dapatkan grafik yang terdapat pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Grafik daya tetas telur Argulus japonicus dengan pemberian detergen.

  Data daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan statistik daya tetas telur Argulus japonicus terdapat pada Lampiran 2.